Disusun oleh :
Kelompok 5
Dosen pengampu :
DEPARTEMEN AKUNTANSI
UNIVERSITAS ANDALAS
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, karena telah memberikan kepada umat manusia Al-Qur'an,
yang berfungsi sebagai panduan ke jalan kebenaran. Shalawat serta salam untuk makhluknya
yang paling agung, Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya ke jalan kebahagiaan
dunia dan akhirat.
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Seminar Akuntansi Keuangan.
Pada makalah ini, Kami memaparkan dan menjelaskan tentang “Green Business dan Green
Accounting Serta Kasus – Kasus Terkait”. Makalah ini dibuat dengan bantuan dan dukungan dari
beberapa anggota, serta berbagai sumber yang digunakan sebagai bahan referensi untuk makalah
ini yang sangat penting untuk keberhasilan penyelesaiannya.
Kami memohon maaf jika ada kekurangan atau kesalahan dalam isi atau struktur
kebahasaan selama pembuatan makalah ini, sehingga karya ini jauh dari sempurna. Oleh sebab
itu, saran dan kritikan yang membangun dari para pembaca sangat dibutuhkan demi
kesempurnaan laporan yang penulis buat ini. Penulis berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi
para pembaca dan bisa digunakan sebagaimana mestinya.
Kelompok 5
BAB I
PENDAHULUAN
Jadi faktor utama yang menyebabkan perusahaan harus menerapkan green accounting
atau akuntansi lingkungan yaitu kebutuhan pengguna atau user needs. Pada dasarnya,
pengguna laporan keuangan hanya membutuhkan informasi sosial dan lingkungan untuk
membuat keputusan alokasi dananya. Beberapa orang menyatakan bahwa pemegang saham
atau investor bersifat konservatif dan hanya peduli terhadap tingkat pengembalian investasi
atau dividen. Kenyataannya sesuai dengan survei yang dilakukan oleh Marc Epstein pada
pemegang saham, mereka menginginkan perusahaan memanfaatkan sumber dayanya agar
lingkungan bersih, menghentikan polusi lingkungan dan membuat produk aman.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi green business dan green accounting
2. Apa karakteristik dari green business?
3. Apa fungsi dari green accounting?
4. Bagaimana sifat dasar green accounting?
5. Apa alasan penerapan green accounting?
6. Bagaimana peran green accounting?
7. Bagaimana contoh penerapan green business dan green accounting pada perusahaan?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang dipaparkan sebelumnya, maka tujuan dari makalah ini
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi green business dan green accounting.
2. Untuk mengetahui karakteristik dari green accounting.
3. Untuk mengetahui fungsi dari green accounting.
4. Untuk mengetahui sifat dasar green accounting.
5. Untuk mengetahui alasan penerapan green accounting.
6. Untuk mengetahui peran green accounting
7. Untuk mengetahui contoh penerapan green business dan green accounting pada
perusahaan.
BAB II
PEMBAHASAN
Dari definisi tersebut menunjukkan bahwa green business tidak hanya fokus
terhadap lingkungan alam saja, namun lebih dari itu konsep green business berkaitan
dengan sustainability secara menyeluruh. Sustainability diartikan sebagai hidup dan
melakukan bisnis dengan cara yang tidak mengikis potensi untuk generasi mendatang
berdasarkan triple bottom line (TBL) atau manfaat ekonomi, lingkungan, dan sosial
(Friend, 2009). Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
green business adalah sebuah konsep bisnis yang memberikan kontribusi positif terhadap
lingkungan dan komunitas sosial sekaligus meningkatkan keuntungan bagi perusahaan.
Persyaratan untuk dapat melaksanakan praktik green business adalah pengetahuan
yang mendalam tentang kebutuhan konsumen sekaligus mengetahui kemampuan untuk
memenuhi persyaratan ini dengan kontribusi terhadap kelestarian lingkungan. Manajer
perlu mengembangkan sistem dan struktur dalam bisnis mereka yang memenuhi
persyaratan praktik green business dan tetap melakukan tujuan bisnis strategis. Beberapa
penelitian sebelumnya seperti yang dilakukan oleh Bized (2010) dan Ghorpade (2004)
menggunakan klasifikasi yang berbeda-beda. Klasifikasi ini membantu para peneliti
dalam pengelompokan fungsi bisnis menjadi enam kelompok, sehingga dapat
mengurangi duplikasi kegiatan, serta untuk menyederhanakan analisis hasil empiris.
Fungsi dikelompokkan sebagai berikut: manufaktur/operasi, pemasaran/penjualan,
manajemen supply chain/pembelian, distribusi/logistik, sistem keuangan/ sistem
informasi, dan manajemen umum/SDM.
Menurut Eric Koester (2010:14), Sektor green business memiliki penekanan yang
kuat pada energi. “Bisnis ini berfokus untuk menghasilkan listrik dari yang dari sumber
daya yang bisa diperbaharui dan efisiensi energi, serta yang terlibat dalam jaringan listrik,
alternative Bahan bakar dan transportasi, plastik hijau, dan banyak lainnya. Faktanya,
banyak yang harus bekerja dengannya utilitas agar berhasil”.
Empat kriteria dari green business menurut Cooney dalam Eric Koester (2010:8):
1. Perusahaan menginternalisasikan prinsip-prinsip keberlanjutan bisnis dalam setiap
keputusan bisnis.
2. Perusahaan menghasilkan dan menawarkan produk atau jasa yang ramah lingkungan.
3. Perusahaan tersebut lebih hijau atau lebih peduli lingkungan dibanding perusahaan-
perusahaan kompetitor lainnya.
4. Perusahaan memiliki komitmen berkelanjutan untuk menerapkan prinsip-prinsip
lingkungan dalam operasi bisnisnya.
Green bussiness merupakan salah satu bagian dari green economy yang mensinergikan
nilai ekonomi, sosial, dan lingkungan (Mutamimah, 2011). Melalui implementasi green
business akan diperoleh suatu sinergi dan kesinambungan antara
a. Tujuan ekonomi, yaitu: keberlangsungan profit dan pertumbuhan perusahaan,
b. Tujuan sosial, yaitu: kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat,
c. Tujuan lingkungan, yaitu: terpeliharanya lingkungan dalam jangka panjang
Fenomena green business ini menjadi daya tarik berbagai pihak, baik konsumen maupun
investor. Artinya konsumen akan lebih memilih produk dan jasa yang sehat, berkualitas,
aman dalam jangka panjang dan tidak mencemari lingkungan
b) Pengakuan
Kemudian unsur yang telah diidentifikasi tersebut diakui sebagai akun atau rekening
biaya pada saat penerimaan manfaat dan sejumlah nilai yang telah dikeluarkan. Hal
ini karena saat sebelum nilai atau jumlah tersebut dialokasikan maka tidak dapat
disebut biaya sehingga pengakuan sebagai biaya dilakukan pada saat sejumlah nilai
dibayarkan untuk pembiayaan pengelolaan lingkungan. Adapun dijelaskan di Kerangka
Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan mengenai unsur dan kriteria
pengakuan, jika pos tersebut kemungkinan manfaat ekonomi dan memunya nilai atau
biaya yang dapat diukur dengan andal.
c) Pengukuran
Pada umumnya, perusahaan mengukur biaya yang dikeluarkan untuk pengelolaan
lingkungan dengan menggunakan satuan moneter. Mengacu pada realisasi biaya yang
telah dikeluarkan pada periode sebelumnya sehingga akan diperoleh nilai yang tepat
sesuai kebutuhan rill perusahaan setiap periodenya. Setiap perusahaan memiliki
standar pengukuran yang berbeda-beda sehingga pengalokasian pembiayaan
disesuaikan dengan kondisi perusahaan. Hal ini dikarenakan dalam Standar Akuntansi
Keuangan dan teori-teori masih belum ada yang mengatur khusus mengenai
pengukuran biaya lingkungan. Namun, dalam Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian
Laporan Keuangan paragraf 100 dijelaskan bahwa sejumlah dasar pengukuran seperti,
biaya historis, biaya kini, nilai realisasi/ penyesuaian, dan nilai sekarang.
d) Penyajian
Biaya yang dalam pengelolaan lingkungan disajikan bersama-sama dengan biaya unit
lainnya yang sejenis dalam sub-sub biaya administrasi dan umum. Penyajian biaya
lingkungan dalam laporan keuangan dapat dilakukan dengan nama rekening yang
berbeda, sebab tidak ada ketentuan baku untuk nama rekening yang memuat alokasi
pembiayaan lingkungan perusahaan ini. Pelaporan biaya lingkungan sangat penting
jika perusahaan serius untuk memperbaiki dan mengendalikan biaya lingkungannya
(Hansen & Mowen, 2008). Pelaporan biaya lingkungan ini dikelompokkan
berdasarkan kategori biayanya memberikan dua hasil yang penting yaitu dampak
biaya lingkungan terhadap profitabilitas perusahaan dan jumlah relatif dari setiap
kategori biaya lingkungan.
e) Pengungkapan
Pengungkapan akuntansi lingkungan merupakan pengungkapan data informasi
akuntansi lingkungan dari sudut padang fungsi internal itu sendiri berupa laporan
akuntansi lingkungan. Pengungkapan memiliki tujuan untuk memperlihatkan kepada
masyarakat tanggung jawab perusahaan atas dampak yang ditimbulkan kepada
masyarakat dari aktivitas operasional perusahaan. Hingga saat ini, pengungkapan
tanggung jawab lingkungan dan sosial masih bersifat sukarela. Pernyataan PSAK No.1
tentang Penyajian Laporan Keuangan di paragraf 12 (2013) menjelaskan bahwa:
“Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai
lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi
industri dimana faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri
yang menganggap pegawainya sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang
peranan penting”.
2.3 Case Study Green Accounting Pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
PT Indocement menyadari bahwa karakteristik industrinya berpotensi menimbulkan
dampak negatif bagi lingkungan, di antaranya polusi udara dan perubahan iklim yang
ekstrim. Namun demikian, mereka menerapkan inovasi teknologi tercanggih untuk
mengurangi polusi melalui proses produksi dan produk yang ramah lingkungan dengan tema
“Menapak Jalan Menuju Operasi yang Lebih Hijau dan Berkelanjutan”
Pengelolaan lingkungan di Indocement mengacu pada sistem manajemen lingkungan
(SML) ISO 14001:2015. Perseroan mengelola setiap potensi risiko pencemaran lingkungan
yang timbul dari kegiatan operasional melalui pendekatan atau prinsip pencegahan untuk
menghindari kerugian Perseroan. Indocement menjaga kepatuhan terhadap seluruh peraturan,
standar, dan pedoman yang berlaku terkait perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Pengelolaan potensi dan risiko lingkungan berdasarkan proses Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL), Mekanisme Pelaporan Dokumen Lingkungan (RKL-RPL), serta
mendukung capaian tujuan pembangunan berkelanjutan (TPB). Sepanjang tahun pelaporan,
Indocement tidak mendapat sanksi atau hukuman akibat pelanggaran terhadap kepatuhan
hukum dan undang-undang yang berlaku di Indonesia. Selain itu, Indocement telah
merealisasikan biaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan sebesar Rp247 miliar.
Perseroan terus mengurangi jejak lingkungan dengan menurunkan jumlah emisi
karbon, meningkatkan penggunaan material alternatif, dan mengelola limbah. Dalam
penggunaan bahan baku mengacu pada “Material to Build Our Future” untuk memastikan
langkah-langkah terobosan baru dalam memproduksi beragam varian semen hijau. Selain itu,
melalui kerja sama dengan pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Perseroan berhasil
meningkatkan penggunaan bahan bakar alternatif dengan memanfaatkan sumber baru, yaitu
refused derived fuel (RDF) dari Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Bantar Gebang. RDF
adalah bahan bakar yang berasal dari sampah. Penggunaan RDF bertujuan untuk mengurangi
penggunaan batu bara pada proses produksi agar mampu menurunkan emisi CO2. Perseroan
juga akan melakukan kerja sama pembangunan fasilitas pembangkit tenaga listrik
menggunakan panel surya untuk meningkatkan pemakaian energi terbarukan. Inisiatif ini
diharapkan mampu mendukung penerapan ekonomi rendah karbon, pengurangan biaya, dan
penurunan penggunaan bahan bakar fosil. Perseroan juga terus mendukung pelestarian
lingkungan dengan melakukan penggantian electrostatic precipitator (EP) menjadi bag filter
yang mampu mengurangi emisi debu hingga 75%.
Berbagai upaya Perseroan untuk melestarikan lingkungan telah mendapatkan evaluasi
dari pemerintah. Hal ini ditandai dengan perolehan PROPER Hijau oleh Kompleks Pabrik
Citeureup, Kompleks Pabrik Cirebon, dan Kompleks Pabrik Tarjun yang menunjukkan
bahwa pengelolaan lingkungan tidak terbatas hanya pada yang dipersyaratkan, namun
berkesinambungan dalam pemeliharaan dan pelibatan masyarakat. Di aspek lingkungan
yang lain, Perseroan berhasil meraih prestasi melalui Penghargaan Subroto Bidang Efisiensi
Energi 2021 yang merupakan penghargaan tertinggi di bidang efisiensi energi dari
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Perseroan juga menjadi salah satu
perusahaan yang dipilih oleh Kementerian ESDM untuk mengikuti forum lingkungan yang
diadakan oleh ASEAN Coal Awards (ACA) di Brunei Darussalam dan berhasil mendapatkan
penghargaan Clean Coal Technology. Penghargaan ini tentunya tidak terlepas dari komitmen
seluruh pihak untuk menerapkan proses produksi yang ramah bagi lingkungan dan
berdampak positif bagi masyarakat.
2.3.1 Sertifikasi
Berikut ini sertifikasi operasional yang telah didapatkan oleh PT Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk:
1. ISO 9001:2015 – Sistem Manajemen Mutu;
2. ISO 14001:2015 – Sistem Manajemen Lingkungan;
3. ISO 45001:2018 – Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
4. SMK3 – Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
5. Strandar Industri Hijau No. SIH 23941.1:2018 Kompleks Pabrik Citeureup,
Kompleks Pabrik Cirebon, dan Kompleks Pabrik Tarjun;
6. Green Label Indonesia, No. 019/GLI/SP/2020 Peringkat Gold untuk Semen Tiga
Roda (tipe PCC) Jenis Semen Portland Komposit Kompleks Pabrik Citeurep dan
Kompleks Pabrik Cirebon.
2. Efisiensi Energi
Penggunaan energi merupakan komponen biaya terbesar dalam proses produksi,
terutama saat harga batu bara dan bahan bakar mengalami kenaikan. Energi yang
digunakan Indocement berasal dari bahan bakar minyak berupa solar digunakan untuk
transportasi di pertambangan dan distribusi, listrik untuk operasional pabrik dan
kebutuhan domestik lain yang bersumber dari PLN dan panel surya, batu bara untuk
memanaskan tanur dan sumber energi pembangkit listrik di Kompleks Pabrik Tarjun
dengan kapasitas 55 MW dan limbah B3 sebagai alternatif bahan bakar pada produksi
semen guna mengurangi penggunaan batu bara.
Keterlibatan Perseroan dalam efisiensi energi juga menjadi upaya mitigasi
dampak perubahan iklim. Sepanjang 2021, Perseroan berhasil menurunkan intensitas
penggunaan energi sebesar 0,3% dibandingkan tahun sebelumnya dalam proses
produksi maupun dengan fasilitas pendukung. Total penggunaan energi di 2021
mencapai 47,8 juta GJ.
Upaya yang dilakukan Perseroan dalam rangka efisiensi energi:
a. Membentuk tim manajemen energi dan menyusun rencana strategis terkait
efisiensi energi dan bahan bakar alternatif.
b. Produksi semen hidraulis dapat mengurangi jumlah pemakaian batu bara.
c. Penggunaan bahan bakar alternatif yang mengurangi 15% penggunaan batu bara.
3. Pengelolaan Limbah
Limbah yang tidak diolah dengan baik akan berdampak negatif pada lingkungan. Di
sisi lain, limbah dapat didayagunakan oleh Perseroan menjadi bahan baku alternatif
dan bahan bakar alternatif. Perseroan menggunakan pendekatan ekonomi sirkuler
yang dapat mengurangi penggunaan bahan baku dari sumber daya alam dengan
memanfaatkan kembali limbah dari berbagai sumber sebagai bahan baku produksi
dan bahan bakar alternatif yang berkontribusi secara tidak langsung dalam
pengurangan emisi karbon. Pada tahun 2021 Indocement memanfaatkan teknologi
dalam pendayagunaan dan pengelolaan limbah seperti:
a. Pembangunan instalasi refused derived fuel (RDF) di Plant 14 yang dapat
memanfaatkan sampah hingga 230.500 ton/tahun.
b. Pencampuran bahan baku alternatif dan mensubstitusi kandungan klinker dalam
produk semen sebesar 278.000 ton
Untuk pengelolaan limbah, Perseroan memiliki tempat penyimpanan sementara (TPS)
limbah B3 di tiga kompleks pabrik dipantau oleh Alternative Fuel and Raw Material
(AFG) dan General Sevices. Dalam pengelolaan limbah juga telah menggunakan
pendekatan ekonomi sirkuler dimana limbah B3 dan non-B3 akan melewati lima tahap
yaitu reduce, reuse, recyle, repair dan recovery. Ditahun 2021, tercatat Perseroan
telah memanfaatkan kembali limbah B3 sebanyak 25.673 ton dan limbah non-B3
sebanyak 329.512 ton sebagai bahan bakar alternatif.
4. Keanekaragaman Hayati
Perseroan berkomitmen operasi pabrik sesuai dengan rencana yang disetujui otoritas
dan kebutuhan masyarakat, mengupayakan dampak positif pada nilai
keanekaragaman hayati di seluruh lokasi tambang. Wilayah pertambangan Perseroan
telah memiliki izin dari Dinas Lingkungan hidup pada setiap pabrik. Perolehan izin
ini memastikan bahwa Perseroan menggunakan dan mengelola lahan sesuai dengan
semua peraturan perundangan yang berlaku. Perseroan menyadari adanya dampak
dari proses pembukaan lahan dan penggalian material batu kapur dan pengangkutan
material tambang. Oleh karena itu, Perseroan berupaya untuk mengurangi dampak
kerusakan lahan melalui rencana reklamasi lahan pasca tambang berapa penanaman
pohon multispesies sebanyak 134.897 di tiga lokasi pabrik. Selain itu, sebagai upaya
perlindungan keanekaragaman hayati, Perseroan mendirikan 3Roda Edu-Green Park
yang berdiri di atas lokasi pascatambang Indocement. Adapun upaya pemantauan dan
perlindungan satwa di setiap komplek pabrik untuk menjaga kelestarian spesies khas
serta fauna lainnya di kawasan operasional dengan menghabiskan Rp 402 juta pada
2021. Indocement melakukan pengolahan data foto udara untuk mendukung program
perlindungan keanekaragaman hayati.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Green accounting masih relatif baru di bidang akuntansi keuangan dan terus
berkembang. Namun, keberadaannya dianggap semakin penting untuk menghadapi tantangan
bisnis saat ini dan masa depan. Penerapan green accounting akan mendorong kemampuan
untuk meminimalkan masalah lingkungan yang dihadapi oleh perusahaan. Tujuan penerapan
akuntansi lingkungan ini adalah untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan lingkungan
dengan melakukan kegiatan lingkungan dari sudut pandang biaya dan manfaat atau efek.
Penerapan green accounting pada perusahaan dapat meningkatkan kinerja lingkungan
perusahaan yang berakhir pada peningkatan kinerja keuangan dengan keuntungan lingkungan
yang dapat dikelola dan dilestarikan dengan baik sesuai peraturan pemerintah. Melalui
aktivitas-aktivitas lingkungan dan pengungkapan aktivitas-aktivitas tersebut pada laporan
tahunan menyebabkan pengguna laporan keuangan (investor, manajemen, kreditor) akan
mendapatkan informasi yang membantu para pengguna informasi tersebut dalam
pengambilan keputusan untuk kebijakan perusahaan yang berkaitan dengan pelestarian dan
pengelolaan lingkungan di masa yang akan datang. Pengorbanan perusahaan dalam
mengeluarkan biaya untuk lingkungan juga dapat mengurangi potensi pengeluaran biaya
yang lebih besar dimasa yang akan datang seperti biaya tuntutan masyarakat atas perusakan
lingkungan oleh industri, resiko penutupan usaha akibat sangsi dari pemerintah dan lain
sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Aniela, Yoshi. 2012. Peran Akuntansi Lingkungan Dalam Meningkatkan Kinerja Lingkungan
dan Kinerja Perusahaan. Berkala Ilmiah Mahasiswa Akuntansi. Vol. 1, No.1.
Belkaoui, Ahmed.1997. Teori Akuntansi, Terjemahan Budhi Pujiharto. Yogyakarta: AK Group.
Bell, F dan Lehman, G. 1999. Recent Trends in Environment Accounting: How Green Are Your
Account. Accounting Forum.
Chariri dan Imam Ghozali. 2007. “Teori Akuntansi”. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro
Cohen, N., dan P. Robbins, 2011, Green Business: An A-to-Z Guide, Thousand Oaks, California:
SAGE Publications Inc.
De Beer, P., dan F. Friend, 2005, Environmental Accounting: A Management Tool for
Enhancing Corporate Environmental and Economic Performance, Ecological Economics
58 (2006) 548– 560.
Deegan, Craig. 2004. Financial Accounting Theory. Australia: McGraw-Hill
Dennis D. Hirsch 2010. Green Business and The Importance of Reflexive Law: What Michael
Porter Didn’t Say
Eric Koester.2010. The Guide To Building And Growing A Green And Clean Business. Ebook
Published
Ernst dan Young. 2013. Value of Sustainability Reporting. Boston College Carroll School Of
Management.
Hansen dan Mowen. 2009. Akuntansi Manajerial. Buku 2 edisi 8. Jakarta: Salemba Empat.
Ikatan Akuntansi Indonesia. PSAK No. 1 Tentang Laporan Keuangan edisi revisi 2013. Penerbit
Dewan Standar Akuntansi Keuangan: PT. Raja Grafindo.
Mutamimah, H.S. and Sugiyanto, E.K. (2011) Model Peningkatan Return Saham Dan Kinerja
Keuangan Melalui Corporate Social Responsibility Dan Good Corporate Governance di
bursa efek Indonesia. Jurnal Manajemen Teori dan Terapan, 4, 1-12
Rahbar, Elham Dan Nabsiah Abdul Wahid. 2011. Investigation Of Green Marketing Tools’
Effect On Consumers’ Puchese Behavior. Business Strategy Series Vol. 12 No 2.
SRINTP (2021). Laporan Keberlanjutan. PT Indocement Tunggal Prakarsa: Jakarta.