Anda di halaman 1dari 51

PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN (PSAK 1) DAN PENYAJIAN LAPORAN

KEUANGAN SYARIAH (PSAK SYARIAH 101)

Dosen Pengampu:
Dr. Yuskar, SE.MA.Ak.CA

Oleh:
Kelompok 1
Wulan Azzahra Fitka 1910532043
Halimah Tusadiah 1910532039
Fadhilah Rahma Mulya 1910532006

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ANDALAS
2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, karena berkat rahmat dan Karunia-
Nya lah kami selaku penyaji dapat menyelesaikan makalah dengan topik “Penyajian Laporan
Keuangan (PSAK 1) dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah (PSAK 101)” tepat pada
waktunya. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Seminar Akuntansi
Keuangan.
Dalam penyelesaian makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai
pihak dan juga berbagai sumber yang telah kami pakai sebagai bahan acuan dalam makalah
ini. Oleh karena itu kami berterima kasih kepada pihak yang telah berkontribusi dalam
penyelesaian makalah ini.
Tentunya makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan karena segala sesuatu yang
sempurna itu hanya berasal dari Allah SWT. Oleh sebab itu, saran dan kritikan yang
membangun dari para pembaca sangat dibutuhkan demi kesempurnaan laporan yang penulis
buat ini. Penulis berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca dan bisa digunakan
sebagaimana mestinya.
Padang, 11 September 2022

Kelompok I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akuntansi merupakan suatu sistem dengan input data atau informasi dan output berupa
informasi laporan keuangan yang bermanfaat bagi pihak internal dan eksternal. Input akuntansi
merupakan transaksi-transaksi atau bukti. Proses akuntansi merupakan kegiatan identifikasi,
pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran sehingga menghasilkan laporan keuangan.
Dewan standar akuntansi keuangan atau DSAK memiliki kewenangan untuk mengatur
standar akuntansi keuangan Indonesia dan untuk menyetujui interpretasi standar tersebut.
PSAK dimaksudkan untuk diterapkan oleh entitas yang berorientasi profit. Laporan keuangan
entitas memberikan informasi tentang kinerja, posisi keuangan, perubahan entitas, arus kas,
catatan atas laporan keuangan yang berguna untuk berbagai pengguna dalam membuat
keputusan keuangan. Pengguna ini adalah investor dan calon investor, bank dan kreditur,
pemasok, pelanggan, pemerintah, dan masyarakat umum. Laporan keuangan juga
menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang
dipercayakan kepada mereka.
Kerangka dasar menurut PSAK menyajikan konsep yang mendasari penyusunan dan
penyajian laporan keuangan bagi para penggunanya. PSAK adalah standar yang digunakan
untuk pelaporan keuangan di Indonesia. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
merupakan suatu petunjuk dari prosedur akuntansi yang berisi perlakuan, pencatatan,
penyusunan dan penyajian laporan keuangan. PSAK 1 menetapkan seluruh persyaratan yang
berguna untuk menyajikan laporan keuangan untuk kebutuhan umum, yang menguraikan
pedoman untuk strukturnya, dan mendasari persyaratan minimum atas isinya dan
pengungkupannya.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan suatu petunjuk dari
prosedur akuntansi yang berisi pengakuan, pengukuran, pengungkapan, dan penyajian laporan
keuangan.
1. Pengakuan dan Pengukuran
Pengakuan unsur laporan keuangan merupakan proses pembentukan pos yang memenuhi unsur
serta kriteria pengakuan dalam neraca laporan laba rugi. Pengakuan dilakukan dengan
menyatakan pos tersebut baik dalam kata-kata maupun dalam jumlah uang dan
mencantumkannya ke dalam neraca laporan laba rugi. Pengakuan memerlukan suatu konsep
agar dapat menentukan kapan dan bagaimana unsur dalam akuntansi dapat diakui dalam
laporan keuangan. Sedangkan pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang untuk
mengakui dan memasukkan setiap unsur dalam laporan keuangan pada neraca dan laporan
keuangan.
2. Pengungkapan dan Penyajian
Menurut keputusan ketua Bapepam dan laporan keuangan, peraturan Nomor VIII.G.7
menjelaskan peraturan penyajian dan pengungkapan laporan keuangan memberikan pedoman
mengenai struktur, isi, persyaratan dalam penyajian dan pengungkapan laporan keuangan yang
harus disampaikan oleh emiten atau perusahaan publik, baik untuk keperluan penyajian kepada
masyarakat umum maupun untuk disampaikan kepada Bapepam dan lembaga keuangan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa ruang lingkup dari PSAK 1 mengenai penyajian laporan keuangan?
2. Apa pengertian dan tujuan laporan keuangan?
3. Bagaimana penyajian laporan keuangan menurut PSAK 1?
4. Bagaimana contoh aplikasi PSAK 1 pada perusahaan?
5. Apa ruang lingkup PSAK 101 mengenai penyajian laporan keuangan syariah?
6. Bagaimana penyajian laporan keuangan menurut PSAK 101?
7. Bagaimana contoh aplikasi PSAK 101 pada perusahaan?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui ruang lingkup dari PSAK 1 mengenai penyajian laporan keuangan
2. Untuk mengetahui pengertian dan tujuan laporan keuangan
3. Untuk mengetahui penyajian laporan keuangan menurut PSAK 1
4. Untuk mengetahui contoh aplikasi PSAK 1 pada perusahaan
5. Untuk mengetahui ruang lingkup PSAK 101 mengenai penyajian laporan keuangan
syariah
6. Untuk mengetahui penyajian laporan keuangan menurut PSAK 101
7. Untuk mengetahui contoh aplikasi PSAK 101 pada perusahaan?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penyajian Laporan Keuangan (PSAK 1)
2.1.1 Ruang Lingkup
Entitas menerapkan Pernyataan ini dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan
bertujuan umum sesuai dengan SAK. Pernyataan ini tidak berlaku bagi penyusunan dan
penyajian laporan keuangan entitas syariah.
SAK mengatur persyaratan pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan transaksi
spesifik dan peristiwa lain.
Pernyataan ini tidak diterapkan pada struktur dan isi laporan keuangan interim ringkas
yang disusun desuai dengan PSAK 3: Laporan keuangan interim. Akan tetapi paragraf 15-35
diterapkan pada laporan keuangan interim tersebut. Pernyataan ini diterapkan bagi seluruh
entitas, termasuk entitas yang menyajikan laporan keuangan konsolidasian sesuai dengan
PSAK 65: Laporan Keuangan Konsolidasian dan entitas yang menyajikan laporan keuangan
tersendiri sesuai dengan PSAK 4:Laporan Keuangan Tersendiri.
Pernyataan ini menggunakan terminologi yang cocok bagi entitas yang berorientasi
laba, termasuk entitas sektor publik. Jika entitas dengan aktivitas nirlaba di sektor swasta atau
sektor publik menerapkan pernyataan ini, maka entitas tersebut mungkin perlu menyesuaikan
deskripsi yang digunakan untuk beberapa pos yang terdapat dalam laporan keuangan dan
laporan keuangan itu sendiri.
Serupa dengan hal tersebut, entitas yang tidak memiliki ekuitas sebagaimana
didefinisikan dalam PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian (contohnya reksa dana) dan
entitas yang modalnya bukan ekuitas (contohnya koperasi) mungkin perlu menyesuaikan
penyajian laporan keuangan kepentingan peserta atau pemegang unit.
Berikut adalah pengertian beberapa istilah yang digunakan dalam pernyataan ini:
Cacatan atas laporan keuangan berisi informasi tambahan atas apa yang disajikan dalam
laporan posisi keuangan, laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain, laporan
perubahan ekuitas, dan laporan arus kas. Catatan atas laporan keuangan memberikan
deskripsi naratif atau pemisahan pos-pos yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut
dan informasi mengenai pos-pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan
keuangan tersebut.
Laba rugi adalah total penghasilan dikurangi beban, tidak termasuk komponen-komponen
penghasilan komprehensif lain.
Laporan keuangan bertujuan umum (selanjutnya disebut sebagai 'laporan keuangan')
adalah laporan keuangan yang diintensikan untuk memenuhi kebutuhan pengguna yang
tidak dalam posisi dapat meminta laporan keuangan khusus untuk memenuhi kebutuhan
informasi pengguna tersebut.
Material Kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat pos-pos laporan
keuangan adalah material jika, baik secara sendiri maupun bersama, dapat mempengaruhi
keputusan ekonomik pengguna laporan keuangan.
Pemilik adalah pemegang instrumen yang diklasifikasikan sebagai ekuitas.
Penghasilan komprehensif lain berisi pos-pos penghasilan dan beban (termasuk
penyesuaian reklasifikasi) yang tidak diakui dalam laba rugi sebagaimana disyaratkan atau
diizinkan oleh SAK. Komponen penghasilan komprehensif lain mencakup :
a. Perubahan dalam surplus revaluasi (lihat PSAK 16: Aset Tetap dan PSAK 19 :
Aset Tak Berwujud);
b. Pengukuran kembali program imbalan pasti (lihat PSAK 24: Imbalan Kerja);
c. Keuntungan dan kerugian yang timbul dari penjabaran laporan keuangan dari
kegiatan usaha luar negeri (lihat PSAK 10: Pengaruh Perubahan Kurs Valuta
Asing);
d. Keuntungan dan kerugian dari pengukuran kembali aset keuangan sebagai
'tersedia untuk dijual' (lihat PSAK 55: Instrumen Keuangan : Pengakuan
dan Pengukuran);
e. Bagian efektif dari keuntungan dan kerugian instrumen lindung nilai dalam
rangka lindung nilai arus kas (lihat PSAK 55)

Penyesuaian reklasifikasi adalah jumlah yang direklasifikasi ke laba rugi periode berjalan,
yang sebelumnya diakui dalam penghasilan komprehensif lain pada periode berjalan atau
periode sebelumnya.
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah Pernyataan dan Interpretasi yang diterbitkan
oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntansi Indonesia dan Dewan Standar
Akuntansi Syariah Ikatan Akuntansi Indonesia serta peralatan regulator pasar modal untuk
entitas yang berada di bawah pengawasannya.
Tidak praktis, Penerapan suatu persyaratan dianggap tidak praktis jika entitas tidak dapat
menerapkannya setelah melakukan segala upaya yang rasional.
Total penghasilan komprehensif adalah perubahan ekuitas selama satu periode yang
dihasilkan dari transaksi dan peristiwa lain, selain perubahan yang dihasilkan dari transaksi
dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik.
2.1.2 Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja
keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai
posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar
pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan
hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan
kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, laporan keuangan menyajikan
informasi mengenai entitas yang meliputi: aset, liabilitas, ekuitas, penghasilan dan beban
termasuk keuntungan dan kerugian, kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam
kapasitasnya sebagai pemilik, dan arus kas. Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari
komponen-komponen berikut ini:
a. Laporan posisi keuangan pada akhir periode;
b. Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain selama periode;
c. Laporan perubahan ekuitas selama periode;
d. Laporan arus kas selama periode;
e. Catatan atas laporan keuangan yang berisi kebijakan akuntansi yang signifikan dan
informasi penjelasan lain;
ea. Informasi komparatif mengenai periode terdekat sebelumnya sebagaimana ditentukan
dalam paragraf 38 dan 38A; dan
f. Laporan posisi keuangan pada awal periode terdekat sebelumnya ketika entitas
menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian
kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam
laporan keuangannya sesuai dengan paragraf 40A-40D.
2.1.3. Karakteristik Umum
Ada beberapa karakteristik umum dalam penyajian laporan keuangan yaitu:
1) Penyajian secara wajar dan kepatuhan terhadap SAK
Laporan keuangan menyajikan secara wajar posisi keuangan kinerja keuangan dan arus
kas entitas. Penyajian yang wajar mensyaratkan representasi tepat atas dampak dari
transaksi, peristiwa lain, dan kondisi sesuai dengan definisi dan kriteria pengakuan aset,
liabilitas, penghasilan dan beban yang diatur dalam Kerangka Konseptual Pelaporan
Keuangan Bab 1. Penerapan SAK, dengan pengungkapan tambahan jika dibutuhkan
dianggap menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.
2) Kelangsungan usaha
Entitas menyusun laporan keuangan berdasarkan asumsi kelangsungan usaha, kecuali
manajemen memiliki intensi untuk melikuidasi entitas atau menghentikan
perdagangan, atau tidak memiliki alternatif lain yang realistis selain melakukannya.
3) Dasar akrual
ketika akuntansi berdasarkan akrual digunakan, entitas mengakui pos-pos sebagai aset,
liabilita,s ekuitas, penghasilan, dan beban (unsur-unsur laporan keuangan) ketika pos-
pos tersebut memenuhi definisi dan kriteria pengakuan untuk unsur-unsur tersebut
dalam Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan.
4) Materialitas dan penggabungan
Entitas menyajikan secara tersendiri setiap pos-pos serupa yang material. Entitas
menyajikan secara tersendiri pos yang memiliki sifat atau fungsi yang tidak sserupa
kecuali pos tersebut tidak material. Adapun laporan keuangan merupakan hasil dari
pemrosesan sejumlah transaksi atau peristiwa lain yang digabungkan ke dalam kelas-
kelas sesuai sifat atau fungsinya.
5) Saling hapus
Entitas tidak melakukan saling hapus atas aset dan liabilitas atau penghasilan dan
beban, kecuali disyaratkan atau diizinkan oleh suatu PSAK.
6) Frekuensi pelaporan
Secara umum, entitas secara konsisten menyusun laporan keuangan lengkap (termasuk
informasi komparatif) setidaknya secara tahunan.
7) Informasi komparatif
Entitas menyajikan informasi komparatif terkait dengan periode terdekat sebelumnya
untuk seluruh jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan periode berjalan,
kecuali diizinkan atau disyaratkan lain oleh SAK.
8) Konsistensi penyajian
Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar periode dilakukan
secara konsisten.
2.1.4 Struktur dan Isi
Entitas mengidentifikasi secara jelas setiap laporan keuangan dan catatan atas
laporan keuangan. Sebagai tambahan, entitas menyajikan informasi berikut ini secara jelas,
dan mengulangnya jika dibutuhkan untuk informasi yang disajikan sehingga dapat dipahami:
a. Nama entitas pelapor atau identitas lain, dan setiap perubahan atas informasi
dari akhir periode pelaporan terdekat sebelumnya;
b. Apakah laporan keuangan merupakan laporan keuangan satu entitas
atau suatu kelompok entitas;
c. Tanggal akhir periode pelaporan atau periode yang dicakup oleh
laporan keuangan atau catatan atas laporan keuangan;
d. Mata uang penyajian sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 10: Pengaruh Perubahan
Kurs Valuta Asing; dan
e. Level pembulatan yang digunakan dalam penyajian jumlah dalam laporan keuangan.

1) Laporan Posisi Keuangan


Informasi yang Disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan:
a. Aset tetap;
b. Properti investasi;
c. Aset takberwujud;
d. Aset keuangan;
e. Investasi yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas;
f. Aset biologis dalam ruang lingkup PSAK 69: Agrikultur;
g. Persediaan;
h. Piutang usaha dan piutang lain;
i. Kas dan setara kas;
j. Total aset yang diklasifikasikan sebagai aset yang dimiliki untuk dijual dan aset yang
termasuk dalam kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai yang dimiliki untuk
dijual sesuai dengan PSAK 58: Aset Tidak Lancar yang Dikuasai untuk Dijual dan
Operasi yang dihentikan;
k. Utang usaha dan utang lain;
l. Provisi;
m. Liabilitas keuangan;
n. Liabilitas dan Aset untuk pajak kini sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 46: Pajak
Penghasilan;
o. Liabilitas dan aset pajak tangguhan, sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 46;
p. Liabilitas yang termasuk dalam kelompok lepasan yang
diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK
58;
q. Kepentingan nonpengendali, disajikan sebagai bagian dari ekuitas; dan
r. Modal saham dan cadangan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk.
Ketika entitas menyajikan aset lancar dan tidak lancar dan liabilitas jangka pendek dan
jangka panjang sebagai klasifikasi yang terpisah dalam laporan posisi keuangan, maka aset
(liabilitas) pajak tangguhan tidak boleh diklasifikasikan sebagai aset lancar (liabilitas jangka
pendek).
Pembedaan aset lancar dan tidak lancar serta liabilitas jangka pendek dan jangka panjang
Ketika entitas menyediakan barang atau jasa dalam siklus operasi yang dapat
diidentifikasi secara jelas, maka klasifikasi aset lancar dan tidak lancar serta liabilitas jangka
pendek dan jangka panjang dalam laporan posisi keuangan memberikan informasi yang
bermanfaat dengan membedakan aset neto yang digunakan secara terus menerus sebagai
modal kerja dari aset neto yang digunakan dalam operasi entitas jangka panjang.
Pengklasifikasian tersebut juga menunjukkan aset yang diharapkan akan direalisasi dalam
siklus operasi berjalan dan Liabilitas yang akan jatuh tempo pada periode yang sama.
Untuk beberapa entitas, seperti institusi keuangan, penyajian aset dan liabilitas
berdasarkan urutan likuiditas memberikan informasi yang lebih relevan dan dapat
diandalkan dibandingkan penyajian berdasarkan lancar dan tidak lancar atau jangka pendek
dan jangka panjang karena entitas pada industri tersebut tidak menyediakan barang atau jasa
selama siklus operasi entitas yang dapat diidentifikasi secara jelas.

Aset Lancar
Entitas mengklasifikasikan aset sebagai aset lancar, jika:
a. Entitas memperkirakan akan merealisasikan aset, atau memiliki intensi untuk
menjual atau menggunakannya, dalam siklus operasi normal;
b. Entitas memiliki aset untuk tujuan diperdagangkan;
c. Entitas memperkirakan akan merealisasi aset dalam jangka waktu dua belas bulan
setelah periode pelaporan; atau
d. Aset merupakan kas atau setara kas (seperti yang dinyatakan dalam PSAK 2:
Laporan Arus Kas), kecuali aset tersebut dibatasi pertukarannya atau penggunaannya
untuk menyelesaikan liabilitas sekurang-kurangnya dua belas bulan setelah periode
pelaporan.
Entitas mengklasifikasikan aset yang tidak termasuk kategori tersebut sebagai aset tidak
lancar.
Liabilitas Jangka Pendek
Entitas mengklasifikasikan liabilitas sebagai liabilitas jangka pendek jika:
a. Entitas memperkirakan akan menyelesaikan liabilitas tersebut dalam siklus operasi
normal
b. Entitas memiliki liabilitas tersebut untuk tujuan diperdagangkan
c. Liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu dua belas
bulan setelah periode pelaporan, atau
d. Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menggunakan penyelesaian liabilitas
selam sekurang-kurangnya dua belas bulan setelah periode pelaporan. Persyaratan
liabilitas yang dapat mengakibatkan diselesaikannya liabilitas tersebut dengan
menerbitkan instrumen ekuitas, sesuai dengan pilihan pihak lawan, tidak berdampak
terhadap klasifikasi liabilitas tersebut.
Informasi yang Disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan atau Catatan atas
Laporan Keuangan
Entitas mengungkapkan dalam laporan posisi keuangan atau di catatan atas laporan
keuangan, subklasifikasi pos-pos yang disajikan, dan diklasifikasikan dengan cara yang tepat
sesuai dengan operasi entitas. Detail subklasifikasi bergantung pada ketentuan SAK, serta
ukuran, sifat, dan fungsi jumlah yang terkait. Entitas juga menggunakan faktor-faktor yang
diatur untuk menentukan dasar subklasifikasi. Pengungkapan berbeda untuk setiap pos,
sebagai contoh:
a. Pos-pos aset tetap dipisahkan sesuai dengan PSAK 16: Aset Tetap;
b. Piutang dipisahkan menjadi jumlah piutang usaha, piutang pihak-pihak berelasi,
pembayaran di muka dan jumlah lain;
c. Persediaan dipisahkan sesuai dengan PSAK 14: Persediaan menjadi barang
dagangan, barang produksi, bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi;
d. Provisi dipisahkan menjadi provisi untuk imbalan kerja dan provisi lain; dan
e. Modal ekuitas dan cadangan dipisahkan menjadi berbagai kelas seperti modal
disetor, tambahan modal disetor dan cadangan.
Entitas mengungkapkan hal-hal berikut dalam laporan posisi keuangan atau laporan
perubahan ekuitas, atau catatan atas laporan keuangan:
a) Untuk setiap jenis modal saham:
1. Jumlah saham modal dasar;
2. Jumlah saham yang diterbitkan dan disetor penuh, dan yang diterbitkan tetapi
tidak disetor penuh;
3. Nilai nominal saham, atau nilai dari saham yang tidak memiliki nilai nominal
4. Rekonsiliasi jumlah saham beredar pada awal dan akhir periode
5. Hak, keistimewaan, dan pembatasan yang melekat pada setiap jenis saham,
termasuk pembatasan atas dividen dan pembayaran kembali atas modal;
6. Saham entitas yang dimiliki oleh entitas itu sendiri atau oleh entitas anak
atau entitas asosiasi; dan
7. Saham yang dicadangkan untuk penerbitan dengan hak opsi dan
kontrak penjualan saham, termasuk jumlah dan persyaratan;
b) Deskripsi mengenai sifat dan tujuan setiap pos cadangan dalam ekuitas.
Entitas yang modalnya tidak terbagi dalam saham, seperti persekutuan atau unit
perwakilan, mengungkapkan informasi yang setara sesuai dengan paragraf 77 PSAK
1, yang memperlihatkan perubahan selama suatu periode dari setiap kategori
kepentingan ekuitas seperti hak, keistimewaan dan pembatasan yang melekat pada
setiap jenis kepentingan ekuitas.
2) Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain
Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain (laporan penghasilan komprehensif)
menyajikan, sebagai tambahan atas bagian laba rugi dan penghasilan komprehensif lain:
a. Laba rugi
b. Total penghasilan komprehensif lain
c. Penghasilan komprehensif untuk periode berjalan, yaitu total laba rugi dan
penghasilan komprehensif lain.

Entitas menyajikan pos-pos berikut, sebagai tambahan atas bagian laba rugi dan penghasilan
komprehensif lain, sebagai alokasi dari laba rugi dan penghasilan komprehensif lain selama
periode:
a. Laba rugi selama periode yang dapat diatribusikan kepada:
● Kepentingan nonpengendali; dan
● Pemilik entitas induk.
b. Penghasilan komprehensif selama periode yang dapat diatribusikan kepada
● Kepentingan nonpengendali; dan
● Pemilik entitas induk.
Informasi yang Disajikan dalam Bagian Laba Rugi atau Laporan Laba Rugi
Sebagai tambahan atas pos-pos yang disyaratkan oleh SAK, bagian laba rugi atau laporan
laba rugi mencakup pos-pos yang menyajikan jumlah berikut untuk periode:
a. Pendapatan;
b. Biaya keuangan;
c. Bagian laba rugi dari entitas asosiasi dan ventura yang dicatat dengan menggunakan
metode ekuitas;
d. Beban pajak;
e. Dikosongkan;
ea. Jumlah tunggal untuk total operasi yang dihentikan (lihat PSAK 58: Aset Tidak
Lancar yang Dikuasai untuk Dijual Dan Operasi Yang Dihentikan);
f-i. dikosongkan
Informasi yang Disajikan dalam Bagian Penghasilan Komprehesif Lain
Bagian penghasilan komprehensif lain menyajikan pos-pos untuk jumlah selama periode:
a. Pos-pos penghasilan komprehensif lain (selain dalam paragraf (b)), yang
diklasifikasikan berdasarkan sifat dan dikelompokkan sesuai dengan SAK:
● Tidak akan direklasifikasi lebih lanjut ke laba rugi; dan
● Akan direklasifikasi lebih lanjut kelaba rugi ketika kondisi tertentu terpenuhi.
b. Bagian penghasilan komprehensif lain atas entitas asosiasi dan ventura bersama yang
dicatat menggunakan metode ekuitas, dipisahkan kedalam bagian pos berdasarkan
SAK:
● Tidak akan direklasifikasi lebih lanjut ke laba rugi; dan
● Akan direklasifikasi lebih lanjut ke laba rugi ketika kondisi tertentu
terpenuhi.
Informasi yang Disajikan dalam Laporan Laba Rugi Dan Penghasilan Komprehensif Lain
atau Catatan atas Laporan Keuangan
Ketika pos-pos penghasilan atau beban adalah material, maka entitas mengungkapkan sifat
dan jumlahnya secara tersendiri. Keadaan yang menyebabkan pengungkapan secara terpisah
atas pos-pos pendapatan dan beban mencakup:
a. Penurunan persediaan menjadi nilai realisasi neto atau penurunan nilai aset tetap
menjadi jumlah terpulihkan, dan pembalikan atas penurunan tersebut;
b. Restrukturisasi aktivitas entitas dan pembalikan provisi biaya restrukturisasi;
c. Pelepasan aset tetap;
d. Pelepasan investasi;
e. Operasi yang dihentikan;
f. Penyelesaian tuntutan hukum; dan
g. Pembalikan provisi lain.
3. Laporan Perubahan Ekuitas
Informasi yang Disajikan dalam Laporan Perubahan Ekuitas :
1. Total penghasilan komprehensif selama periode berjalan, yang menunjukkan secara
tersendiri jumlah total yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk dan kepada
kepentingan non pengendali.
2. Untuk setiap komponen ekuitas, dampak penerapan retrospektif atau penyajian kembali
secara retrospektif sesuai dengan PSAK 25: Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi
Akuntansi, dan Kesalahan.
3. Untuk setiap komponen ekuitas, rekonsiliasi antara jumlah tercatat pada awal dan akhir
periode, secara tersendiri mengungkapkan masing-masing perubahan yang timbul dari :
(i) Laba rugi;
(ii) Penghasilan komprehensif lain; dan
(iii Transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik, yang menunjukkan
secara tersendiri kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dan perubahan hak
kepemilikan atas kepentingan pada entitas anak yang tidak menyebabkan hilangnya
pengendalian.
4. Laporan Arus Kas
Informasi arus kas menyediakan dasar bagi pengguna laporan keuangan untuk menilai
kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas dan kebutuhan entitas dalam
menggunakan arus kas tersebut. PSAK 2: Laporan Arus Kas mengatur persyaratan penyajian
dan pengungkapan informasi arus kas.
5. Catatan atas Laporan Keuangan
Struktur :
a. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi
spesifik yang digunakan sesuai dengan paragraf 117-124
b. Mengungkapkan informasi yang disyaratkan oleh SAK yang tidak disajikan di bagian
manapun dalam laporan keuangan
c. Menyediakan informasi yang tidak disajikan di bagian manapun dalam laporan keuangan,
tetapi informasi tersebut relevan untuk memahami laporan keuangan.
Entitas, sepanjang praktis, menyajikan catatan atas laporan keuangan secara sistematis. Dalam
menentukan penyajian secara sistematis, entitas mempertimbangkan dampak terhadap
keterpahaman dan keterbandingan laporan keuangannya.
Contoh pengurutan sistematis atau pengelompokan catatan atas laporan keuangan meliputi:
a) Mengutamakan area aktivitas yang dianggap paling relevan oleh entitas untuk memahami
kinerja dan posisi keuangannya, seperti mengelompokkan informasi mengenai aktivitas operasi
tertentu
b) Mengelompokkan informasi mengenai pos-pos yang diukur secara serupa, seperti aset yang
diukur pada nilai wajar
c) Mengikuti urutan pos-pos dalam laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain dan
laporan posisi keuangan.
Pengungkapan Kebijakan Akuntansi
Entitas mengungkapkan kebijakan akuntansi signifikan yang mencakup:
(a) Dasar pengukuran yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan
(b) Kebijakan akuntansi lain yang diterapkan yang relevan untuk memahami laporan keuangan.
Dalam proses penerapan kebijakan akuntansi, manajemen membuat berbagai pertimbangan
(selain yang telah tercakup dalam estimasi) yang secara signifikan dapat mempengaruhi jumlah
yang diakui dalam laporan keuangan. Sebagai contoh, manajemen membuat pertimbangan
dalam menentukan:
(a) Apakah aset keuangan merupakan investasi yang dikategorikan sebagai dimiliki hingga
jatuh tempo
(b) Kapan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang signifikan dari kepemilikan aset
keuangan dan aset sewa dialihkan kepada entitas lain
(c) Apakah secara substansial penjualan produk tertentu merupakan pengaturan pembiayaan
dan oleh karena itu tidak menghasilkan pendapatan.
Sumber Ketidakpastian Estimasi
Entitas mengungkapkan informasi tentang asumsi yang dibuat mengenai masa depan, dan
sumber utama lain dari ketidakpastian estimasi lain pada akhir periode pelaporan, yang
memiliki risiko signifikan yang mengakibatkan penyesuaian material terhadap jumlah tercatat
aset dan liabilitas dalam periode pelaporan berikutnya. Berkaitan dengan aset dan liabilitas
tersebut, catatan atas laporan keuangan memasukkan rincian atas:
(a) sifat
(b) jumlah tercatat pada akhir periode pelaporan.
Penentuan jumlah tercatat dari beberapa aset dan liabilitas mensyaratkan estimasi dampak
ketidakpastian atas peristiwa masa depan terhadap aset dan liabilitas tersebut pada akhir
periode pelaporan. Sebagai contoh, dalam hal tidak tersedianya harga pasar kini yang
diobservasi, maka estimasi berorientasi masa depan dibutuhkan untuk mengukur jumlah
terpulihkan atas kelompok aset tetap, dampak keusangan teknologi atas persediaan, provisi
yang bergantung pada hasil masa depan dari proses litigasi yang masih berjalan, dan liabilitas
imbalan kerja jangka panjang seperti kewajiban pensiun. Estimasi tersebut melibatkan asumsi
tentang hal-hal tersebut karena penyesuaian risiko atas arus kas atau tingkat diskonto,
perubahan gaji di masa depan dan perubahan harga di masa depan mempengaruhi biaya lain.
Modal
Entitas mengungkapkan informasi yang memungkinkan pengguna laporan keuangan untuk
mengevaluasi tujuan, kebijakan, dan proses entitas dalam mengelola modal. Entitas
mengungkapkan hal-hal berikut :
(a) Informasi kualitatif tentang tujuan, kebijakan, dan proses entitas dalam mengelola modal,
termasuk:
i. Deskripsi tentang apa yang dikelola sebagai modal
ii. Ketika entitas diharuskan untuk memenuhi persyaratan permodalan eksternal, sifat
persyaratan dan bagaimana persyaratan tersebut dimplementasikan dalam pengelolaan
modal
iii. Bagaimana entitas memenuhi tujuannya dalam mengelola modal.
(b) Ringkasan data kuantitatif tentang apa yang dikelolanya sebagai modal.
(c) Setiap perubahan dalam (a) dan (b) dari periode sebelumnya.
(d) Apakah selama periode entitas mematuhi setiap persyaratan permodalan eksternal.
(e) Ketika entitas tidak mematuhi persyaratan permodalan eksternal tersebut, konsekuensi dari
ketidakpatuhan tersebut.
Instrumen Keuangan yang Mempunyai Fitur Opsi Jual yang Diklasifikasikan sebagai
Instrumen Ekuitas
Untuk instrumen keuangan yang mempunyai fitur opsi jual yang diklasifikasikan sebagai
instrumen ekuitas, entitas mengungkapkan :
a) Ringkasan data kuantitatif mengenai jumlah yang diklasifikasikan sebagai ekuitas
b) Tujuan, kebijakan dan proses untuk mengelola kewajibannya untuk membeli kembali atau
menebus instrumen tersebut ketika disyaratkan oleh pemegang instrumen, termasuk setiap
perubahan dari periode sebelumnya
c) Arus kas keluar yang diperkirakan dalam penebusan atau pembelian kembali kelas instrumen
keuangan tersebut
d) Informasi mengenai bagaimana penentuan arus kas keluar yang diperkirakan dalam
penebusan atau pembelian kembali.
Pengungkapan Lain
Entitas mengungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan:
a. Jumlah dividen yang diusulkan atau diumumkan sebelum laporan keuangan diotorisasi untuk
terbit tetapi tidak diakui sebagai distribusi kepada pemilik selama periode serta jumlah terkait
dividen per lembar saham
b. Jumlah dividen preferen kumulatif yang tidak diakui.
Entitas mengungkapkan hal-hal berikut ini, jika tidak diungkapkan di bagian mana pun dalam
informasi yang dipublikasikan bersama dengan laporan keuangan :
1. Domisili dan bentuk hukum, negara tempat pendirian dan alamat kantor pusat entitas
(atau lokasi utama kegiatan usaha, jika berbeda dari lokasi kantor)
2. Deskripsi mengenai sifat operasi dan aktivitas utama entitas
3. Nama entitas induk dan nama entitas induk terakhir dalam kelompok usaha
4. Bagi entitas yang memiliki umur terbatas, informasi tentang lama umur entitas.
Penerapan PSAK 1 Pada Penyajian Laporan Keuangan Perusahaan

1. Laporan Posisi Keuangan


2. Laporan Laba Rugi
3. Laporan Posisi Keuangan
4. Laporan Arus Kas

5. Laporan Catatan Atas Laporan Keuangan


Pengakuan Unsur-unsur Laporan Keuangan
Pengakuan merupakan proses pembentukan suatu pos dalam laporan posisi keuangan dan
atau laporan laba rugi yang memenuhi definisi dan kriteria pengakuan unsur laporan
keuangan.Pos yang memenuhi kriteriapengakuan diakui dalam laporan posisi keuangan dan
laporan laba rugi. Kelalaian untuk mengakui pos tersebut tidak dapat diralat melalui
pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan. Pos yang memenuhi definisi unsur
diakui jika:
1) Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomik masa depan yang berkaitan dengan pos
tersebut akan mengalir ke atau dari entitas.
2) Pos tersebut mempunyai biaya atau nilai yang dapat diukur dengan andal.
Adapun kriteria pengakuan unsur-unsur laporan keuangan adalah:
a) Probabilitas manfaat ekonomik masa depan
Konsep probailitas digunakan dalam kriteria pengakuan yang mengacu pada derajat
ketidakpastian bahwa manfaat ekonomimasa depan yang berkaitan dengan pos tersebut
akan mengalir kepada atau dari entitas.
b) Keandalan pengukuran
Kriteria pengakuan suatu pos yang kedua adalah ada tidaknya biaya atau nilai yang
dapat diukur dengan andal. Pada banyak kasus, biaya atau nilai harus diestimasi,
penggunaan estimasi yang layak merupakan bagian esensial dalam penyusunan
laporankeuangan tanpa mengurangi keandalannya.
Berikut ini akan dijelaskan pengakuan unsur-unsur laporan keuangan:
a. Pengakuan Aset
Aset adalah sesuatu yang mampu menimbulkan aliran kas positif atau manfaat
ekonomi lainnya, baik dengan dirinya sendiri ataupun dengan aset lain, yang haknya
didapat oleh bank syariah sebagai hasil dari transaksi atau peristiwa di masa lalu. Untuk
bisa digambarkan sebuah aset pada pernyataan posisi keuangan bank Islam, aset itu
harus memiliki karakter tambahanberikut:
1) Dapat diukur secara keuangan dengan tingkat reliabilitasyang wajar.
2) Tidak boleh dikaitkan dengan kewajiban yang tidak dapatdikukur atau hak bagi
pihak lain.
3) Bank Islam harus mendapatkan hak untuk menahan,menggunakan, atau
mengelola aset itu.
b. Pengakuan Liabilitas
Liabilitas adalah kewajiban yang berjalan untuk memindahkan aset, meneruskan
penggunaannya, atau menyediakan jasa bagi pihak lain dimasa depan sebagai hasil
transaksi atau peristiwa di masa lalu. Untuk bisa digambarkan sebagai sebuah liabilitas
pada pernyataan posis keuangan bank syariah, liabilitas itu harus memiliki karakter
tambahan berikut:
1) Bank syariah harus memiliki kewajiban kepada pihak lain dan kewajiban bank
syariah tidak boleh saling bergantung (reciprocal) dengan kewajiban pihak kepada
bank.
2) Kewajiban bank syariah harus bisa diukur secara keuangan dengan tingkat
reliabilitas yang wajar.
3) Kewajiban bank syariah harus bisa dipenuhi melalui pemindahan satu atau lebih
aset bank syariah kepada pihak lain, meneruskan kepada pihak lain akan
penggunaan aset bank Islam untuk suatu periode, atau menyediakan jasa pihak
lain.
c. Pengakuan Porsi Pemegang Rekening Investasi tak Terbatas Rekening investasi tak
terbatas merujuk kepada dana-dana
yang diterima bank syariah dari individu-individu atau lainnya dengan dasar bahwa
bank syariah akan memiliki hak untuk menggunakan dan mengginvestasikan dana-
dana itu tanpapembatasan. Bank syariah dengan demikian juga berhak mencampurkan
dana yang di investasiakan itu dengan modalnya sendiri. Keuntungan atau kerugian
suatu investasi usaha dibagi secara proposional setelah bank Islam menerima bagian
keuntungan/kerugian sebagai mudharib.
d. Pengakuan Saham Pemilik
Saham pemilik merujuk kepada jumlah yang tersisa padatanggal pernyataan posisi
keuangan dari aset bank syariah sesudah dikurangi kewajiban, porsi pemegang
rekening investasi tak terbatas dan yang setara dengannya, serta pendapatan yang
dilarang (non-halal), jika ada. Itu sebabnya pemilik terkadang dirujuk sebagai “the
owner residual interest”.
e. Pengakuan Pendapatan
Pendapatan adalah kenaikan kotor dalam aset atau penurunan dalam liabilitas atau
gabungan dari keduanya selama periode yang dipilih oleh pernyataan pendapatan
yang berakibat dari investasi yang halal, perdagangan, memberikan jasa, atau aktivitas
lain yang bertujuan meraih keuntungan, seperti manajemen rekening investasi terbatas.
f. Pengakuan Biaya
Biaya adalah penurunan kotor dalam aset atau kenaikan dalam liabilitas atau
gabungan dari keduanya selama periode yang dipilih oleh pernyataan pendapatan yang
berakibat dari investasi yang halal, perdagangan, atau aktivitas, termasuk pemberian
jasa.
Pengukuran Unsur-unsur Laporan Keuangan
Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang untuk unsur laporan keuangan yang
disajikan dalam neraca dan laporan laba rugi komprehensif. Proses ini menyangkut
pemilihan dasar pengukuran tertentu. Berbagai dasar pengukuran tersebut adalah:
1) Biaya historis
Biaya historis (historical cost) adalah biaya perolehan pada tanggal transaksi.
2) Biaya kini
Biaya kini (current cost) adalah biaya yang seharusnya diperoleh saat ini atau pada saat
pengukuran.
3) Nilai realisasi/penyelesaian
Nilai realisasi/penyelesaian (realizable/settlement value) adalah hasil yang dapat diperoleh
dengan menjual aset dalam pelepasan normal (orderly disposal).
4) Nilai kini
Nilai kini (present value) adalah arus kas masuk neto di masa depan yang didiskontokan
ke biaya kini dari pos yang diharapkan dapat memberikan hasil dalam pelaksanaan usaha
normal.
Dasar pengukuran yang lazimnya digunakan entitas dalam penyusunan laporan keuangan
adalah biaya historis yang biasanya digabungkan dengan dasar pengukuran lainnya. Misalnya,
persediaan biasanya dinyatakan sebesar nilai terendah dari biaya perolehan atau nilai realisasi
neto (lower of cost or net realizable value), dan investasi jangka pendek dalam surat berharga
dinilai dengan menggunakan nilai wajar.

2.2 Penyajian Laporan Keuangan Syariah (PSAK 101)

Pengertian Laporan Keuangan Syariah


Lembaga keuangan syariah menurut Dewan Syariah Nasional (DSN) adalah lembaga keuangan
yang mengeluarkan produk keuangan syariah dan yang mendapat izin oprasional sebagai
lembaga keuangan syariah. Definisi ini menegaskan bahwa suatu lembaga keuangan syariah
harus memenuhi dua unsur, yaitu unsur kesesuaian syariah islam dan unsur legalitas oprasi
sebagai lembaga keuangan.jadi laporan keuangan syariah adalah bagaimana lembaga keuangan
syariah tersebut menyajikan laporan keuangan syariah sesuai yang belaku di lembaga keuangan
syariah itu sendiri. Sehinga laporan keuangan syariah adalah laporan yang dibuat khusus dari
pihak lembaga keuangan syariah sesuai dengan ketentuan standar akutansi syariah yaitu
mengacu pada PSAK dan KDPPLKS.
Tujuan laporan keuangan syariah adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi
keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu entitas syariah yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Disamping itu, tujuan lainnya adalah:
1. Mengingkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua transaksi dan kegiatan
usaha;
2. Informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah, serta informasi aset, kewajiban,
pendapatan dan beban yang tidak sesuai dengan prinsip syariah, bila ada dan bagaimana
perolehan dan penggunaannya:
3. Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab entitas syariah
terhadap amanah dalam mengamankan dana, menginvestasikannya pada tingkat keuntungan
yang layak; dan
4. Informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh penanam modal dan
pemilik dana syirkah temporer; dan informasi mengenai pemenuhan kewajiban (obligation)
fungsi sosial entitas syariah, termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat, infak, sedekah, dan
wakaf.

Tanggal Efektif
Penyajian Laporan Keuangan Syariah memberikan tanggal efektif pada tahun buku yang
dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 20XX.

Laporan Keuangan Bank Syariah


Laporan keuangan bank syariah yang lengkap terdiri dari:
(a) laporan posisi keuangan;
(b) laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain;
(c) laporan perubahan ekuitas;
(d) laporan arus kas;
(e) laporan rekonsiliasi pendapatan dan bagi hasil;
(f) laporan sumber dan penyaluran dana zakat;
(g) laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan; dan
(h) catatan atas laporan keuangan.
Laporan Posisi Keuangan
Bank syariah menyajikan laporan posisi keuangan, dengan memperhatikan ketentuan dalam
SAK yang relevan, mencakup tetapi tidak terbatas pada pos-pos berikut:
1. Aset
(a) kas dan setara kas;
(b) penempatan pada Bank Indonesia;
(c) penempatan pada bank lain;
(d) investasi pada surat berharga;
(e) piutang;
(i) murabahah;
(ii) istishna’;
(iii) ijarah;
(f) pembiayaan;
(i) mudharabah;
(ii) musyarakah;
(g) tagihan dan liabilitas akseptasi;
(h) persediaan (aset yang dibeli untuk dijual kembali kepada nasabah);
(i) aset yang diperoleh untuk ijarah;
(j) aset istishna’ dalam penyelesaian (setelah dikurangi termin istishna’);
(k) piutang salam;
(l) investasi yang dicatat dengan metode ekuitas; dan
(m) aset tetap.
2. Liabilitas
(a) liabilitas segera;
(b) bagi hasil yang belum dibagikan;
(c) simpanan:
(i) giro wadiah;
(ii) tabungan wadiah;
(d) simpanan bank lain;
(i) giro wadiah;
(ii) tabungan wadiah;
(e) utang salam;
(f) utang istishna’;
(g) liabilitas kepada bank lain;
(h) pembiayaan yang diterima;
(i) utang pajak;
(j) pinjaman yang diterima; dan
(k) pinjaman subordinasi.
3. Dana syirkah temporer
(a) syirkah temporer dari bukan bank:
(i) tabungan mudharabah;
(ii) deposito mudharabah;
(b) syirkah temporer dari bank:
(i) tabungan mudharabah;
(ii) deposito mudharabah: dan
(c) musyarakah.
4. Ekuitas
(a) modal disetor;
(b) tambahan modal disetor;
(c) penghasilan komprehensif lain;
(d) saldo laba; dan
(e) kepentingan nonpengendali.
5. Pendapatan
(a) pendapatan pengelolaan dana oleh bank sebagai mudharib:
(i) pendapatan dari jual beli
(1) pendapatan margin murabahah;
(2) pendapatan netto salam paralel;
(3) pendapatan netto istishna paralel;
(ii) pendapatan dari sewa
(iii) pendapatan dari bagi hasil
(4) pendapatan bagi hasil murabahah;
(5) pendapatan bagi hasil musyarakah;
(b) hak pihak ketiga atas bagi hasil;
(c) pendapatan usaha lain:
(i) pendapatan imbalan jasa perbankan; dan
(ii) pendapatan imbalan investasi terikat.
6. Beban
(a) beban usaha;
(b) laba usaha;
(c) pendapatan non usaha;
(d) beban non usaha;
(e) beban pajak penghasilan;
(f) laba netto;
(g) penghasilan komprehensif lain; dan
(h) penghasilan komprehensif.
Pengungkapan dalam Akuntansi Bank Syariah
Sebelumnya laporan keuangan bank syariah yang digambarkan pada subbab sebelumnya
mengungkapkan informasi umum mengenai bank sebagaimana diatur dalam ketentuan yang
berlaku umum, dengan pengungkapan tambahan yang mencakup, tetapi tidak terbatas pada:22
1) Karakteristik kegiatan bank syariah dan jasa utama yangdisediakan.
2) Peranan, sifat, tugas dan kewenangan Dewan Pengawas Syariah dalam mengawasi
kegiatan bank Syariah berdasarkan ketentuan hukum dan praktik.
3) Tanggungjawab bank terhadap pengelolaan zakat
Laporan keuangan bank Syariah mengunggakapan kebijakan akuntansi yang digunakan
dalam penyusunan laporan keuangan yangmencakup, tetapi tidak terbatas pada kebijakan
akuntansi:
a) Mengenai pemilihan metode akuntansi di antara beberapa alternatif metode akuntansi
yang diperboleh dalam setiap jenis transaksi.
b) Yang tidak konsisten dengan konsep akuntansi keuangan bank Syariah, jika ada.
c) Mengenai pengakuan pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian dalam setiap
jenis transaksi.
d) Mengenai pengakuan dan penentuan penyisihan kerugian danpenghapusan aktiva
produktif bank syariah dan
e) Konsolidasi laporan keuangan, jika ada.
Laporan keuangan bank Syariah mengungkapkan jumlah saldo dana investasi tidak terikat
berdasarkan segmen geografis dan periode jatuh temponya. Selain itu, juga mengungkapkan
metode alokasi keuntungan (kerugian) investasi antara pemilik dana investasi tidak terikat
dan bank, baik bank sebagai pengelola dana maupun bank sebagai agen investasi.
Pengungkapan tersebut meliputi:
(1) Metode yang digunakan bank untuk menentukan bagian keuntungan atau kerugian dari
dana tidak terikat dalam peroide yang bersangkutan.
(2) Tingkat pengembalian, dan
(3) Nisbah keuntungan yang disepakati dari masing-masing dana investasi.
Bank Syariah harus mengungkapkan hal-hal berikut:
(a) Jenis aktiva produktif, sektor ekonomi, dan jumlah aktivaproduktif masing-masing.
(b) Jumlah aktiva produktif yang diberikan kepada pihak yang mempunyai hubungan
istimewa.
(c) Kedudukan bank dalam pembiayaan bersama dan besarnya porsi yang dibiayai.
(d) Jumlah aktiva produktif yang telah direstrukturisasi dan informasi lain tentang
aktiva produktif yang direstrukturisasiselama periode berjalan.
(e) Klasifikasi aktiva produktif menurut jangka waktu, kualitas aktiva produktif, valuta,
dan tingkat bagi hasil rata-rata.
(f) Ikhtisar perubahan penyisihan kerugian dan penghapusan aktiva pruduktif yang
diberikan dalam tahun yang bersangkutan yang menunjukan saldo awal,
penyisihan selama tahun berjalan, penghapusan selama tahun berjalan, pembayaran
aktiva produktif yang telah dihapusbukukan dan saldo penyisihan pada akhir tahun.
(g) Kebijakan dan metode akuntansi penyisihan, penghapusanaktiva produktif
bermasalah.
(h) Metode yang digunakan untuk menentukan penyisihan khususdan umum.
(i) Kebijakan, manajemen, dan pelaksanaan pengendalian risikoportopolio aktiva
produktif.
(j) Besarnya aktiva produktif bermasalah dan penyisihannya untuksetiap sektor
ekonomi, dan
(k) Saldo aktiva produktif yang sudah dihentikan.

Laporan Keuangan Entitas Asuransi Syariah


Laporan keuangan entitas asuransi syariah yang lengkap terdiri dari:
(a) laporan posisi keuangan;
(b) laporan surplus defisit underwriting dana tabarru’;
(c) laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain;
(d) laporan perubahan ekuitas;
(e) laporan arus kas;
(f) laporan sumber dan penyaluran dana zakat;
(g) laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan; dan
(h) catatan atas laporan keuangan.
Dalam hal pengelolaan asuransi syariah dilakukan oleh bukan entitas asuransi syariah, maka
komponen laporan keuangannya mengacu ke SAK yang relevan. Bagi entitas asuransi syariah
yang memiliki kegiatan signifikan berkaitan dengan pengelolaan investasi dengan pola bagi
hasil, maka entitas asuransi syariah tersebut menyajikan laporan rekonsiliasi pendapatan dan
bagi hasil.
Laporan Posisi Keuangan
Entitas asuransi syariah menyajikan laporan posisi keuangan, dengan memperhatikan
ketentuan dalam SAK yang relevan, mencakup tetapi tidak terbatas pada pos-pos berikut:
1. Aset
(a) kas dan setara kas;
(b) piutang kontribusi;
(c) piutang reasuransi;
(d) piutang;
(i) murabahah;
(ii) istishna’;
(e) investasi pada surat berharga;
(f) pembiayaan;
(i) mudharabah;
(ii) musyarakah;
(g) piutang salam;
(h) investasi yang dicatat dengan metode ekuitas;
(i) properti investasi; dan
(j) aset tetap.
2. Liabilitas
(a) bagian reasuransi dari pihak lain atas klaim yang masih harus dibayar;
(b) bagian peserta atas surplus underwriting dana tabarru’ yang masih harus dibayar;
(c) utang klaim;
(d) utang reasuransi;
(e) utang dividen;
(f) utang pajak;
(g) klaim dalam proses;
(h) klaim yang sudah terjadi tetapi belum dilaporkan; dan
(i) penyisihan kontribusi yang belum menjadi hak.
3. Dana peserta
(a) dana investasi peserta; dan
(b) dana tabarru’.
4. Ekuitas
(a) modal disetor;
(b) tambahan modal disetor;
(c) penghasilan komprehensif lain;
(d) saldo laba; dan
(e) kepentingan nonpengendali.

Laporan Surplus Defisit Underwriting Dana Tabarru’


Entitas asuransi syariah menyajikan laporan surplus defisit underwriting dana tabarru’, dengan
memperhatikan ketentuan dalam SAK yang relevan, mencakup tetapi tidak terbatas pada:
(a) kontribusi bruto;
(b) ujrah pengelola atas kontribusi;
(c) bagian reasuransi atas kontribusi;
(d) perubahan kontribusi yang belum menjadi hak;
(e) penerimaan kontribusi untuk periode berjalan;
(f) pembayaran klaim bruto;
(g) bagian reasuransi dan pihak lain atas pembayaran klaim bruto;
(h) perubahan klaim yang masih harus dibayar (outstanding claim);
(i) perubahan bagian reasuransi atas klaim yang masih harus dibayar;
(j) penyisihan teknis;
(k) pendapatan dan beban investasi;
(l) surplus atau defisit underwriting dana tabarru’,
(m) surplus atau defisit underwriting dana tabarru’ periode berjalan;
(n) bagian surplus underwriting dana tabarru' yang didistribusikan ke peserta dan atau
pengelola;
(o) surplus yang yang tersedia untuk dana tabarru’;
(p) saldo awal; dan
(q) saldo akhir.
Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain
Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain disusun dengan mengacu pada SAK yang
relevan. Entitas pengelola menyajikan laporan komprehensif yang mencakup, tetapi tidak
terbatas, pada pos-pos berikut:
(a) pendapatan pengelolaan asuransi;
(b) pendapatan pengelolaan investasi dana peserta;
(c) pendapatan pembagian surplus underwriting;
(d) pendapatan investasi;
(e) beban usaha;
(f) laba usaha;
(g) beban pajak penghasilan;
(h) laba rugi;
(i) penghasilan komprehensif lain; dan
(j) total penghasilan komprehensif.

Laporan Keuangan Amil


Laporan keuangan amil yang lengkap terdiri dari:
(a) laporan posisi keuangan;
(b) laporan perubahan dana;
(c) laporan perubahan aset kelolaan;
(d) laporan arus kas; dan
(e) catatan atas laporan keuangan.
Laporan Posisi Keuangan
Amil menyajikan laporan posisi keuangan, dengan memperhatikan ketentuan dalam SAK yang
relevan, mencakup tetapi tidak terbatas pada pos-pos berikut:
1. Aset
(a) kas dan setara kas;
(b) piutang;
(c) surat berharga; dan
(d) aset tetap.
2. Liabilitas
(a) biaya yang masih harus dibayar; dan
(b) liabilitas imbalan kerja.
3. Saldo Dana
(a) dana zakat;
(b) dana infak/sedekah; dan
(c) dana amil.
Penerapan PSAK 101 Pada Perusahaan
2.3 Penyajian Laporan Keuangan Koperasi Syariah
Koperasi Jasa Keuangan Syariah selanjutnya disebut KJKS adalah Koperasi yang
kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan, investasi, dan simpanan sesuai pola bagi
hasil (syariah) (Menteri Negara KUKM RI, 2008). Sedangkan menurut Menurut Menteri
Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS)
merupakan lembaga koperasi yang melakukan kegiatan usaha pembiayaan, investasi dan
simpanan berdasarkan pola syariah yang perlu dikelola secara profesional sesuai dengan
prinsip kehati-hatian dan kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan dan
memberikan manfaat yang sebesar- besarnya kepada anggota dan masyarakat di sekitarnya.

2.3.1 Laporan Keuangan Koperasi Syariah


Laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi yang bermanfaat bagi
pihak-pihak yang berkepentingan (pengguna laporan keuangan) dalam pengambilan keputusan
ekonomi yang rasional seperti anggota, pemerintah, dan masyarakat. Adapun komponen
laporan keuangan koperasi berdasarkan Permen KUKM No. 14/Per/M.KUKM/IX/2015
tentang Pedoman Akuntansi Usaha Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah oleh Koperasi,
meliputi:
a) Neraca
Neraca adalah laporan yang memberikan informasi mengenai posisi keuangan, yaitu sifat
dan jumlah harta atau sumber daya usaha simpan pinjam pembiayaan syariah, kewajiban
kepada pihak pemberi pinjaman dan penyimpan serta ekuitas pemilik dalam sumber daya
usaha simpan pinjam koperasi pada saat tertentu, terdiri dari komponen aset, kewajiban dan
ekuitas. Adapun pos-pos yang terdapat pada neraca yaitu:
1) Aset Lancar
Meliputi kas, penempatan pada bank syariah, surat berharga, piutang murabahah,
piutang istishna, ijarah, pendapatan margin ditangguhkan, pembiayaan yang diberikan,
pembiayaan mudharabah, pembiayaan musyarakah, penyisihan penghapusan aktiva
produktif, persedian/aktiva murabahah, aset istishna dalam penyelesaian, qardh,
perlengkapan, pajak dibayar dimuka, biaya dibayar dimuka, pendapatan yang masih
harus diterima, pendapatan lain-lain.
2) Aset Tidak Lancar
Meliputi penyertaan pada entitas lain, properti investasi, akumulasi penyusutan properti
investasi, aset tetap, akumulasi penyusutan aset tetap, aset tidak berwujud, akumulasi
amortisasi aset tidak berwujud, aset lancar lainnya.
3) Kewajiban Jangka Pendek
Meliputi simpanan wadiah, simpanan mudharabah, hutang, dana-dana bagian SHU
(SHU bagian anggota, SHU bagian pengurus, dana pendidikan, dana pembangunan
daerah kerja), bagi hasil yang belum dibagi, hutang pajak, kewajiban jangka pendek
lainnya.
4) Kewajiban Jangka Panjang
Meliputi simpanan mudharabah berjangka, pembiayaan yang diterima dari bank
syariah/lembaga keuangan syariah lain, modal penyertaan, kewajiban jangka panjang
lainnya.
5) Titipan
Meliputi zakat, infak, sedekah, wakaf, dan dana sosial lainnya
6) Ekuitas
Meliputi simpanan pokok, simpanan wajib, hibah/sumbangan, Sisa Hasil Usaha (SHU)
tahun berjalan, dana cadangan, modal lainnya
b) Laporan Perhitungan Hasil Usaha
Laporan Perhitungan Hasil Usaha adalah laporan yang memberikan informasi tentang
perhitungan tentang penghasilan dan beban. Adapun komponen perhitungan hasil usaha
antara lain:
1) Pendapatan Operasional Utama
Pendapatan yang bersumber dari aktivitas utama usaha koperasi yang menjalankan
prinsip syariah dengan anggota, meliputi pendapatan berupa bagi hasil, pendapatan
margin murabahah, pendapatan bagi hasil mudharabah, pendapatan bagi hasil
musyarakah dan bukan bagi hasil.
2) Pendapatan Operasional lainnya
Pendapatan yang bersumber dari selain pendapatan operasional utama seperti
pendapatan administrasi pembiayaan yang diberikan.
3) Hak bagi hasil penyimpan
Bagian bagi hasil yang disepakati antara anggota sebagai penyimpan dengan koperasi
yang diambilkan dari pendapatan operasional utama.
4) Pendapatan Non Operasional
Pendapatan yang bersumber bukan dari kegiatan usaha operasional utama, seperti bagi
hasil bank.
5) Sisa Hasil Usaha Kotor
Seluruh pendapatan operasional utama yang telah dikurangi pengeluaran atau beban
dari aktivitas operasional, usaha dan beban lainnya.
6) Beban Operasional
Beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas penjualan jasa simpan pinjam oleh
koperasi syariah kepada anggota.
7) Pendapatan Lainnya
Pendapatan yang diterima sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan usaha yang bukan
merupakan aktivitas utama usaha koperasi, contohnya yaitu keuntungan penjualan aset.
8) Beban Lainnya
Beban yang dikeluarkan oleh koperasi sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan usaha
yang bukan merupakan aktivitas utama usaha koperasi, contohnya yaitu beban dari
aktivitas kerjasama dengan koperasi lain, beban dari aktivitas kerja sama dengan
pelayanan anggota koperasi lain, dan beban aktivitas dari kerjasama dengan entitas
bisnis lain, kerugian penjualan aset.
9) Beban Pajak
Beban yang dikeluarkan koperasi yang menjalankan prinsip syariah berkaitan dengan
penghasilan badan.
10) Sisa Hasil Usaha
Seluruh pendapatan operasional utama yang telah dikurangi pengeluaran atau beban
dari aktivitas operasional, usaha dan beban lainnya setelah pajak.
c) Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Perubahan Ekuitas adalah penambahan atau pengurangan komponen ekuitas
koperasi dalam satu periode tertentu. Informasi yang disajikan meliputi:
1) Sumber dana dan perubahannya untuk satu periode laporan.
2) Perhitungan hasil usaha untuk satu periode laporan.
3) Pendapatan atau kerugian sebagai akibat adanya perubahan nilai aktiva tetap.
4) Jumlah investasi atau penyertaan lainnya dan kepemilikan ekuitas yang menunjukan
secara terpisah.
5) Sumber lain seperti hibah.
6) Pengaruh kebijakan akuntansi dan koreksi sesuai kebijakan akuntansi, estimasi dan
kesalahan untuk setiap komponen ekuitas.
7) Rekonsiliasi antara jumlah yang tercatat pada awal dan akhir periode untuk setiap
komponen ekuitas yang menunjukan perubahan secara terpisah Komponen ekuitas
antara lain simpanan pokok, simpanan wajib, hibah, cadangan dan SHU yang tidak
dibagikan pada periode akuntansi.
d) Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas adalah informasi mengenai perubahan historis atas kas dan setara
kas koperasi yang menunjukkan secara terpisah perubahan yang terjadi selama satu
periode dari aktivitas operasi, aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan.
e) Laporan sumber dan penggunaan dana zakat
Laporan sumber dan penggunaan dana zakat adalah laporan yang berisi informasi
tentang sumber-sumber zakat serta penggunaan adapun komponen dari laporan sumber
dan penggunaan dana zakat yaitu
 Sumber Dana Zakat: Berasal dari masyarakat, zakat KSPPS (Koperasi Syariah),
koperasi syariah lain, dan penyaluran dari lembaga ZIS.
 Pengunaan Dana Zakat: Penyaluran dana zakat kepada delapan golongan
mustahik
f) Laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan
Laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan adalah laporan yang berisi informasi
tentang sumber dan penggunaan dana kebajikan yang berasal dari infaq, shodaqoh dan
waqaf serta dana sosial lainnya.
g) Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan adalah tambahan informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan yang berisi penjelasan naratif atau rincian jumlah yang disajikan
dalam laporan keuangan dan informasi pos-pos yang tidak memenuhi kriteria
pengakuan dalam laporan keuangan.
Format Penyajian Laporan Keuangan Koperasi Syariah (Menurut Peraturan Menteri
Koperasi Dan Usaha Kecil Menengah No. 14/Per/M.KUKM/IX/2015 tentang Pedoman
Akuntansi Usaha Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah oleh Koperasi)
1. Neraca/Laporan Posisi Keuangan
2. Laporan Perhitungan Hasil Usaha
3. Laporan Perubahan Ekuitas
4. Laporan Arus Kas
5. Sumber dan Pengunaan Dana Zakat

6. Laporan Sumber dan Pengunaan Dana Kebajikan


Perlakuan Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) pada Koperasi Syariah
Koperasi pada setiap setahun sekali membagikan Sisa Hasil Usaha (SHU), salah satu
bentuk keberhasilan koperasi dapat dilihat dari perolehan SHU yang baik setiap tahunya. Sisa
hasil Usaha (SHU) ini diatur dalam BAB IX Pasal 45 Undang-undang No.25 Tahun 1992 yang
berbunyi :
1. Sisa hasil usaha Koperasi merupakan pendapatan Koperasi yang diperoleh dalam satu tahun
buku dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun
buku yang bersangkutan.
2. Sisa hasil usaha setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada anggota sebanding
dengan jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota dengan Koperasi, serta
digunakan untuk pendidikan Perkoperesian dan keperluan lain dari Koperasi, sesuai dengan
keputusan Rapat Anggota.
3. Besarnya Pemupukan dana cadangan ditetapkan dalam Rapat Anggota.
Dalam berjalannya waktu muncullah koperasi berbasis syariah yaitu Baitul Mal
Wattamwil atau lebih dikenal dengan BMT yaitu lembaga keuangan mikro yang berjalan
dengan sistem mekanisme prinsip bagi hasil. Jenis usaha Baitul Mal Wattamwil yang
berhubungan dengan keuangan adalah kegiatan simpanan dan pembiayaan. Kegiatan simpanan
meliputi simpanan pokok khusus, simpanan pokok, dan simpanan wajib sebagai modal dasar
BMT.
Konsep bagi hasil adalah konsep pembagian hasil atas keuntungan proyek nasabah,
dengan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.Pada dasarnya koperasi syariah atau Baitul
Mal Wattamwil sama seperti koperasi pada umumnya yakni pada setiap setahun sekali koperasi
Sisa Hasil Usaha (SHU), besarnya SHU yang diterima oleh setiap anggota berbeda, tergantung
besarnya pertisipasi modal dan transaksi anggota terhadap pembentukan pendapatan koperasi.
Tata cara perhitungan sistem bagi hasil usaha pada koperasi syariah :
1. Penetapan nisbah bagi hasil
2. Menghitung saldo rata-rata tabungan masing-masing nasabah.
3. Menghitung Total saldo rata-rata Simpanan biasa.
4. Menghitung pendapatan bagi hasil
𝑲𝒆𝒖𝒏𝒕𝒖𝒏𝒈𝒂𝒏 𝑿 % 𝒏𝒊𝒔𝒃𝒂𝒉 𝑿 𝒔𝒂𝒍𝒅𝒐 𝒓𝒂𝒕𝒂 − 𝒓𝒂𝒕𝒂 𝒕𝒂𝒃𝒖𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒂𝒏𝒈𝒈𝒐𝒕𝒂
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒔𝒂𝒍𝒅𝒐 𝒓𝒂𝒕𝒂 − 𝒓𝒂𝒕𝒂 𝒕𝒂𝒃𝒖𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒉𝒂𝒓𝒊𝒂𝒏
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan
kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi
mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi
sebagian besar pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. PSAK 1
menetapkan seluruh persyaratan yang berguna untuk menyajikan laporan keuangan untuk
kebutuhan umum, yang menguraikan pedoman untuk strukturnya, dan mendasari
persyaratan minimum atas isinya dan pengungkapannya. Adapun persyaratan dan
ketentuan untuk laporan keuangan syariah diatur dalam PSAK 101.

3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat menambah pemahaman pembaca untuk
mengenai PSAK 1 terkait Penyajian Laporan Keuangan dan PSAK 101 terkait Penyajian
Laporan Keuangan Syariah. Saran yang dapat disampaikan dari kelompok kami adalah
sebaiknya dalam mencari bahan tidak hanya dari internet saja, tetapi juga diperlukannya buku
pegangan yang sesuai dengan PSAK terbaru serta pembagiaan waktu dalam menyelasaikan
makalah seefektif dan efisien mungkin agar bisa mendapatkan makalah yang lebih baik
kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Ikatan Akuntan Indonesia, (Revisi 2015). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1
(PSAK No.1) tentang penyajian laporan keuangan, Jakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia (Revisi 2016), Standar Akuntansi Keuangan: Penyajian Laporan
Keuangan Syariah PSAK 101
Menteri Negara KUKM RI. (2008). PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN
USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. In Jakarta (Vol. 3,
Issue 200). http://eprints.uanl.mx/5481/1/1020149995.PDF
Menteri Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia.2015. Peraturan
Menteri Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia No.
14/Per/M.KUKM/IX/2015. Jakarta: Menteri Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah
Republik Indonesia
Sinarwati, O. E. Analisis Perbandingan Perhitungan Sistem Bagi Hasil Pada Koperasi Syariah
Dan Sisa Hasil Usaha Pada Koperasi Konvensional (Studi Kasus pada BMT Martabak
Mandiri dan KOPASMA SMA N 1 SLAWI).
http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32210/1/13380060_BAB-I,IV_V_DAFTAR-
PUSTAKA.pdf

Anda mungkin juga menyukai