Anda di halaman 1dari 31

SEMINAR AKUNTANSI KEUANGAN (A2)

“PERSEDIAAN DAN AGRIKULTUR”


(PSAK No. 14 dan PSAK No. 65)

OLEH KELOMPOK 5 :
1. ADIB MAULANA (1910531001)
2. ZAKIA LUTFI FARHANI (1910531043)
3. NABILA MUKHLISHA (1910532015)

DOSEN PENGAMPU :
Dr. YUSKAR, SE.MA.Ak.CA

S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI & BISNIS (FEB)
UNIVERSITAS ANDALAS
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya kepada kita bersama, berkat rahmat dan karunianya kami selaku penulis telah
menyelesaikan makalah yang berjudul “Persediaan dan Agrikultur (PSAK No. 14 &
PSAK No. 65)” dalam rangka memenuhi makalah yang diberikan oleh Dosen Seminar
Akuntansi Keuangan penulis.

Dalam penyelesaian makalah ini penulis memang sangat mengalami kesulitan,


tetapi semua kesulitan itu telah diringankan oleh beberapa pihak yang memiliki
kemurahan hati untuk menolong penulis menyelesaikan makalah ini. Oleh karenanya,
penulis pun ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada pihak -
pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.

Tentunya makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan karena segala
sesuatu yang sempurna itu hanya berasal dari Allah SWT. Oleh sebab itu, saran dan
kritikan yang membangun dari para pembaca sangat dibutuhkan demi kesempurnaan
laporan yang penulis buat ini. Penulis berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi para
pembaca dan bisa digunakan sebagaimana mestinya.

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………..….....................i

Daftar Isi……………………………………………………………………….………..……ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………….………………………….……..1


1.2 Rumusan Masalah………………………………...………………………….……...2
1.3 Tujuan Penulisan……………...………...…………………………………………..3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 PSAK No. 14 : Akuntansi Untuk Persediaan…………………………………….…4


2.2 Kasus Penerapan PSAK No. 14 : PT. Surya Wenang Indah Manado………………9
2.3 PSAK No. 69 : Akuntansi Untuk Aset Biologis (Agrikultur)……………………..12
2.4 Kasus Penerapan PSAK No. 69 : PT Perkebunan Nusantara VIII………………21

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan…………………………………………………………...……………26
3.2 Saran…………………………………………………………………….…………27

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………28

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Standar Akuntansi di Indonesia yaitu Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK). PSAK merupakan pedoman dalam melakukan praktek
akuntansi dimana uraian materi di dalamnya mencakup hampir semua aspek
yang berkaitan dengan akuntansi, yang dalam penyusunannya melibatkan
sekumpulan orang dengan kemampuan dalam bidang akuntansi yang tergabung
dalam suatu lembaga yang dinamakan Ikatan Akuntansi Indonesia atau IAI.
PSAK juga menjadi buku petunjuk bagi pelaku akuntansi yang berisi pedoman
tentang segala hal yang ada hubungannya dengan akuntansi.
Salah satu isi dari PSAK tersebut yaitu mengenai persediaan yang diatur
dalam PSAK 14 dimana mengatur tentang perlakuan akuntansi untuk persediaan,
apa metode-metode yang digunakan dalam menghitung biaya persediaan dan
bagaimana pengungkapannya pada pencatatan dan laporan keuangan, dan juga
PSAK 69 yang mengatur tentang agrikultur.
Di dalam perusahaan juga sering mengalami kendala yang besar dalam
persediaan,yaitu jika jumlah persediaan sedikit maka proses produksi yang
dijalankan perusahaan akan terhambat,hal ini jelas akan sangat mempengaruhi
pada laporan laba rugi peusahaan dan laporan posisi keuangan perusahaan.
Selain dari hal tersebut masalah persediaan yang lain adalah perusahaan
sering kali mengalami penumpukan barang persediaan di gudang sehingga
mengakibatkan biaya persediaan yang tinggi dan akan menimbulkan kerugian
pada perusahaan itu sendiri. Kendala-kendala yang timbul akibat persediaan ini
mengakibatkan masalah bagi perusahaan dalam mengelolanya, oleh karena itu
perusahaan perlu mengambil suatu kebijakan yang mengatur hal tersebut.
Perusahaan dapat memilih salah satu metode pencatatan dan metode
penilaian persediaan yang sesuai dengan standar dan PSAK 14 telah
menyediakan metode pencatatan dan penilaian persediaan yang dapat digunakan
perusahaan dalam melakukan penilaian persediaan. Aset biologis merupakan
salah satu persediaan. Aset biologis adalah aset yang unik, karena mengalami
transformasi pertumbuhan bahkan setelah aset biologis menghasilkan sebuah

1
output. Transformasi yang terjadi pada aset biologis terdiri dari proses
pertumbuhan, produksi dan prokreasi yang dapat menyebabkan berbagai
perubahan secara kualitatif dan kuantitatif dalam kehidupan aset yang berupa
tumbuhan atau hewan tersebut. Aset biologis dapat menghasilkan aset baru yang
terwujud dalam agricultural produce atau berupa tambahan aset biologis dalam
kelas yang sama.
Adanya transformasi biologis pada aset biologis, maka diperlukan
pengukuran yang dapat menunjukkan nilai dari aset tersebut secara wajar sesuai
dengan kesepakatan dan kontribusinya dalam menghasilkan aliran keuntungan
yang ekonomis bagi perusahaan. Pengukuran, pengakuan, dan penyajian
terhadap aset biologis harus menggunakan metode akuntansi yang tepat agar
entitas bisa menentukan nilai dari semua kelompok aset biologisnya dengan
wajar. Kewajaran penilaian aset biologis ini juga harus disesuaikan dengan
kontribusi dari aset tersebut pada keuntungan entitas. Ini dilakukan untuk
memenuhi prinsip kesesuaian antara pendapatan dan beban (matching) dalam
penyusunan laporan keuangan entitas
Terdapat standar akuntansi khusus yang mengatur tentang standar
pencatatan akuntansi agrikultur. Tahun 2016 melalui Dewan Standar Akuntansi
Keuangan (DSAK) membuat serta mengesahkan PSAK 69 tentang Agrikultur
dan berlaku efektif pada 1 Januari 2018. PSAK 69 ini berjalan selaras dengan
International Financial Reporting Standards (IFRS) yang berisi tentang
perlakuan akuntansi bagi aset biologis yang diatur dalam international
Accounting Standard 41 (IAS 41). Aset biologis dapat diklasifikasikan baik
sebagai aset biologis menghasilkan maupun belum menghasilkan. Penerapan
PSAK 69 Agrikultur mengakibatkan penilaian terhadap aset tidak lagi dilakukan
dengan menggunakan pendekatan biaya, melainkan dengan menggunakan
pendekatan nilai wajar.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana perlakuan Akuntansi untuk persediaan berdasarkan PSAK 14?

2
2. Bagaimana pengukuran persediaan dan biaya-biaya apa saja yang ada pada
persediaan?
3. Bagaimana cara menghitung persediaan beserta rumusnya?
4. Bagaimana penghitungan nilai realisasi neto persediaan?
5. Bagaimana pengakuan persediaan tersebut?
6. Bagaimana bentuk studi kasus terkait dengan penerapan Akuntansi untuk
persediaan berdasarkan PSAK 14?
7. Bagaimana perlakuan Akuntansi untuk asset biologis (agrikultur)
berdasarkan PSAK 69?
8. Bagaimana tujuan dan ruang lingkup dari PSAK 69?
9. Bagaimana pengakuan dan pengukuran pada PSAK 69?
10. Bagaimana penyajian dan pengungkapan pada PSAK 69?
11. Bagaimana hibah pemerintah jika dikaitkan dengan PSAK 69?
12. Bagaimana bentuk studi kasus terkait dengan penerapan Akuntansi untuk
asset biologis (agrikultur) berdasarkan PSAK 69?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari makalah ini adalah :
1. Untuk mengidentifiaksi definisi persediaan menurut PSAK 14
2. Untuk menjelaskan bagaimana pengukuran persediaan dan biaya-biaya apa
saja yang ada pada persediaan.
3. Untuk menjelaskan bagaimana cara menghitung persediaan beserta
rumusnya.
4. Untuk menjelaskan bagaimana penghitungan nilai realisasi neto persediaan.
5. Untuk menjelaskan bagaimana pengakuan persediaan.
6. Untuk menjelaskan definisi umum PSAK 69
7. Untuk menjelaskan tujuan dan ruang lingkup PSAK 69
8. Untuk menjelaskan pengakuan dan pengukuran pada PSAK 69
9. Untuk menjelaskan penyajian dan pengungkapan pada PSAK 69
10. Untuk menjelaskan kaitan PSAK 69 dengan dari hibah pemerintah
11. Untuk mengetahui bentuk studi kasus terkait dengan penerapan Akuntansi
untuk persediaan dan agrikultur berdasarkan PSAK 14 dan PSAK 69

3
BAB II
PEMBAHASAN

a) PSAK No. 14 : AKUNTANSI UNTUK PERSEDIAAN


Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 14 tentang Persediaan
disetujui dalam Rapat Komite Prinsip Akuntansi Indonesia pada tanggal 24
Agustus 1994 dan telah disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia
pada tanggal 7 September 1994.
• Tujuan
Tujuan Pernyataan ini adalah mengatur perlakuan akuntansi untuk persediaan.
Permasalahan pokok dalam akuntansi persediaan adalah penentuan jumlah
biaya yang diakui sebagai aset dan perlakuan akuntansi selanjutnya atas aset
tersebut sampai pendapatan terkait diakui.
• Ruang Lingkup
Dalam paragraf 1 PSAK No.14 mennyatakan bahwa : pernyataan ini harus
diaplikasikan dalam penyusunan laporan keuangan dalam konteks system biaya
historis tentang akuntansi persediaan, kecuali :
(a) pekerjaan dalam proses yang timbul dalam kontrak konstruksi, termasuk
kontrak jasa yang terkait langsung (PSAK 34: Akuntansi Kontrak
Konstruksi);
(b) persediaan yang terkait dengan real estat (PSAK 44: Akuntansi Aktivitas
Perkembangan Real Estat);
(c) instrumen keuangan (PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian dan
Pengungkapan dan PSAK Instrumen Keuangan: Pengakuan dan
Pengukuran);
(d) aset biolojik terkait dengan aktivitas agrikultur dan produk agrikultur pada
saat panen;
(e) aset biolojik terkait dengan hasil hutan (PSAK 32: Akuntansi Kehutanan);
dan
(f) hasil tambang umum dan hasil tambang minyak dan gas bumi (PSAK 33:
Akuntansi Pertambangan Umum dan PSAK 29: Akuntansi Minyak dan
Gas Bumi).

4
• Definisi
1) Persediaan adalah aktiva yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha
normal, dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan atau dalam
bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses
produksi atau pemberian jasa.
2) Nilai realisasi neto adalah estimasi harga jual dalam kegiatan usaha biasa
dikurangi estimasi biaya penyelesaian dan estimasi biaya yang diperlukan
untuk membuat penjualan.
3) Nilai wajar adalah harga yang akan diterima untuk menjual suatu asset
atau harga yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam
transaksi teratur antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran.
4) Komoditi adalah barang dagangan yang menjadi subjek kontrak berjangka
yang diperdagangkan di bursa berjangka.
5) Nilai khusus-entitas adalah nilai kini dari arus kas yang diharapkan oleh
suatu entitas yang timbul dari penggunaan aset berkelanjutan dan dari
pelepasannya pada akhir umur manfaat atau yang diharapkan terjadi ketika
penyelesaian kewajiban.
• Pengukuran Persediaan
Persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi neto, mana
yang lebih rendah. Biaya persediaan harus meliputi semua biaya pembelian,
biaya konversi, dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam
kondisi dan lokasi saat ini.
a. Biaya pembelian persediaan meliputi harga beli, bea impor, pajak lainnya
(kecuali yang kemudian dapat ditagih kembali oleh entitas kepada
otoritas pajak), biaya pengangkutan, biaya penanganan, dan biaya lainnya
yang secara langsung dapat diatribusikan pada perolehan barang jadi,
bahan, dan jasa.
b. Biaya konversi meliputi biaya yang secara langsung terkait dengan unit
yang diproduksi dan biaya overhead produksi tetap dan variable yang
dialokasikan secara sistematis.
c. Biaya-biaya lain hanya dibebankan sebagai biaya persediaan sepanjang
biaya tersebut timbul agar persediaan berada dalam kondisi dan lokasi

5
saat ini. Contoh biaya-biaya yang dikeluarkan dari biaya persediaan dan
diakui sebagai beban dalam periode terjadinya adalah:
1) jumlah pemborosan bahan, tenaga kerja, atau biaya produksi lainnya
yang tidak normal;
2) biaya penyimpanan, kecuali biaya tersebut diperlukan dalam proses
produksi sebelum dilanjutkan pada tahap produksi berikutnya;
3) biaya administrasi dan umum yang tidak memberikan kontribusi
untuk membuat persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini;
dan
4) biaya penjualan.
• Biaya Persediaan Pemberi Jasa
Sepanjang pemberi jasa memiliki persediaan, mereka mengukur persediaan
tersebut pada biaya produksinya. Biaya persediaan tersebut terutama meliputi
biaya tenaga kerja dan biaya personalia lainnya yang secara langsung
menangani pemberian jasa, termasuk personalia penyelia, dan overhead yang
dapat diatribusikan. Biaya tenaga kerja dan biaya lainnya yang terkait dengan
personalia penjualan dan administrasi umum tidak termasuk sebagai biaya
persediaan tetapi diakui sebagai beban pada periode terjadinya. Biaya
persediaan pemberi jasa tidak termasuk marjin laba atau overhead yang tidak
dapat diatribusikan yang sering merupakan faktor pembebanan harga oleh
pemberi jasa.
• Teknik Pengukuran Biaya
Teknik pengukuran biaya persediaan Metode biaya standar, Metode eceran
(retail) dapat digunakan bila hasilnya mendekati biaya historis.
1) Metode biaya standar memperhitungkan tingkat normal penggunaan
bahan dan perlengkapan, tenaga kerja, efisiensi dan utilisasi kapasitas.
Biaya standar di-review secara reguler dan, jika diperlukan, direvisi
sesuai dengan kondisi terakhir.
2) Metode eceran seringkali digunakan dalam industri eceran untuk menilai
persediaan dalam jumlah besar item yang berubah dengan cepat, dan
memiliki marjin yang sama di mana tidak praktis untuk menggunakan
metode penetapan biaya lainnya. Biaya persediaan ditentukan dengan

6
mengurangi nilai jual persediaan dengan persentase marjin bruto yang
sesuai.
• Rumus Biaya
Biaya persediaan untuk item yang biasanya tidak dapat diganti dengan barang
lain (not ordinary interchangeable) dan barang atau jasa yang dihasilkan dan
dipisahkan untuk proyek tertentu harus diperhitungkan berdasarkan
identifikasi spesifik terhadap biayanya masing-masing. Identifikasi spesifik
biaya artinya biaya–biaya spesifik diatribusikan ke item persediaan tertentu.
Cara ini merupakan perlakuan yang sesuai bagi item yang dipisahkan untuk
proyek tertentu, baik yang dibeli maupun yang dihasilkan. Namun demikian,
identifikasi spesifik biaya tidak tepat ketika terdapat jumlah besar item dalam
persediaan yang dapat menggantikan satu sama lain (ordinarily
interchangeable). Biaya persediaan untuk barang lain harus dihitung dengan
menggunakan rumus biaya masuk pertama keluar pertama (MPKP) / LIFO
atau rata-rata tertimbang (Weighted Average). Entitas harus menggunakan
rumus biaya yang sama terhadap semua persediaan yang memiliki sifat dan
kegunaan yang sama. Untuk persediaan yang memiliki sifat dan kegunaan
yang berbeda, rumusan biaya yang berbeda diperkenankan. Misalnya,
persediaan yang digunakan dalam suatu operasi segmen mungkin memiliki
kegunaan yang berbeda dari jenis persediaan yang sama yang digunakan
dalam operasi segmen yang lain.
• Nilai Realisasi Neto
Nilai realisasi neto adalah estimasi harga jual dalam kegiatan usaha biasa
dikurangi estimasi biaya penyelesaian dan estimasi biaya yang diperlukan
untuk membuat penjualan. Estimasi nilai realisasi neto didasarkan pada bukti
paling andal yang tersedia pada saat estimasi dilakukan terhadap jumlah
persediaan yang diharapkan dapat direalisasi. Estimasi ini memertimbangkan
fluktuasi harga atau biaya yang langsung terkait dengan peristiwa yang terjadi
setelah akhir periode sepanjang peristiwa tersebut menegaskan kondisi yang
ada pada akhir periode. Estimasi nilai realisasi neto juga mempertimbangkan
tujuan pengadaan persediaan yang dimiliki. Misalnya, nilai realisasi neto dari

7
jumlah persediaan yang dimiliki untuk memenuhi kontrak penjualan atau jasa
yang bersifat pasti didasarkan pada harga kontrak.
Bahan dan perlengkapan lain yang dimiliki untuk digunakan dalam
memroduksi persediaan tidak diturun nilainya di bawah biaya jika produk jadi
yang dihasilkan diharapkan dapat dijual sebesar atau di atas biayanya. Namun
demikian, ketika penurunan harga bahan mengindikasikan biaya produk jadi
yang dihasilkan akan melebihi nilai realisasi neto, maka nilai bahan
diturunkan ke nilai realisasi neto. Dalam kondisi semacam itu, biaya
penggantian bahan merupakan ukuran terbaik yang tersedia untuk nilai
realisasi netonya.
Pengujian yang baru dilakukan atas nilai realisasi neto pada setiap periode
berikutnya. Ketika kondisi yang semula mengakibatkan penurunan nilai
persediaan di bawah biaya ternyata tidak ada lagi atau ketika terdapat bukti
yang jelas terhadap peningkatan nilai realisasi neto karena perubahan keadaan
ekonomi, maka jumlah penurunan nilai harus dibalik (dalam hal ini
pemulihan adalah terbatas untuk jumlah penurunan nilai awal) sehingga
jumlah tercatat yang baru dari persediaan adalah yang terendah dari biaya
atau nilai realisasi neto yang telah direvisi. Hal ini terjadi, misalnya, ketika
suatu item dalam persediaan yang dicatat sebesar nilai realisasi neto karena
harga jualnya telah turun, masih dimiliki pada periode berikutnya dan harga
jualnya telah meningkat.
• Pengakuan sebagai Beban
Jika persediaan dijual, maka nilai tercatat persediaan tersebut harus diakui
sebagai beban pada periode diakuinya pendapatan atas penjualan tersebut.
Setiap penurunan nilai persediaan di bawah biaya menjadi nilai realisasi neto
dan seluruh kerugian persediaan harus diakui sebagai beban pada periode
terjadinya penurunan atau kerugian tersebut. Setiap pemulihan kembali
penurunan nilai persediaan karena peningkatan kembali nilai realisasi neto,
harus diakui sebagai pengurangan terhadap jumlah beban persediaan pada
periode terjadinya pemulihan tersebut.
• Pengungkapan
Laporan keuangan harus mengungkapkan:

8
(a) kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan,
termasuk rumus biaya yang digunakan;
(b) total jumlah tercatat persediaan dan jumlah nilai tercatat menurut
klasifikasi yang sesuai bagi entitas;
(c) jumlah tercatat persediaan yang dicatat dengan nilai wajar dikurangi biaya
untuk menjual;
(d) jumlah persediaan yang diakui sebagai beban selama periode berjalan;
(e) jumlah setiap penurunan nilai yang diakui sebagai pengurang jumlah
persediaan yang diakui sebagai beban dalam periode berjalan sebagaimana
dijelaskan pada paragraf 32;
(f) jumlah dari setiap pemulihan dari setiap penurunan nilai yang diakui
sebagai pengurang jumlah persediaan yang diakui sebagai beban dalam
periode berjalan sebagaimana dijelaskan pada paragraf 32;
(g) kondisi atau peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan
yang diturunkan sebagaimana dijelaskan pada paragraf 32; dan
(h) nilai tercatat persediaan yang diperuntukkan sebagai jaminan kewajiban.

b) Kasus Penerapan PSAK No. 14 : PT. Surya Wenang Indah Manado


• Jenis-jenis Persediaan
Persediaan barang dagangan pada PT. Surya Wenang Indah Manado adalah
meliputi barang yang dibeli dan disimpan untuk dijual kembali dalam kegiatan
usaha normal perusahaan dan mencakup barang jadi yang telah diproduksi.
Dalam hal ini dapat diartikan bahwa persediaan barang dagangan yang terdapat
pada perusahaan PT. Surya Wenang Indah Manado ini dimana seluruh barang
yang dibeli kepada perusahaan pemasok (principle) kemudian disimpan
kembali dalam gudang dan dijual kepada konsumen. Jadi persediaan barang
dagangan dalam PT. Surya Wenang Indah Manado tidak mengalami proses
pengolahan barang, jadi perlakuan persediaan barang dagangan dalam
perusahaan dagang ini hanya dibeli, disimpan dan dijual.
• Metode Pencatatan Persediaan
Metode pencatatan persediaan yang dilakukan oleh PT. Surya Wenang Indah
menggunakan metode pencatatan perpetual yang terkomputerisasi karena

9
setiap kegiatan pencatatan persediaan telah menggunakan komputer yang
terkoneksi secara online. Kegiatan pencatatan persediaan yang ada di PT.
Surya Wenang Indah meliputi pembelian barang, penjualan barang, biaya
angkut dan pengakuan sebagai beban.
• Metode Penilaian Persediaan
Penilaian terhadap persediaan barang dagang pada PT. Surya Wenang Indah
Manado menggunakan metode FIFO (First In, First Out) atau yang dikenal
juga dengan sebutan Masuk Pertama, Keluar Pertama (MPKP) dimana metode
ini dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa persediaan barang dagangan
yang pertama dibeli adalah persediaan yang pertama harus dijual (the first
merchandise purchased is the first merchandise sold). Karena persediaan yang
terjual terdiri dari harga perolehan dari persediaan-persediaan yang pertama
masuk, maka harga perolehan persediaan barang dagangan yang tersisa terdiri
dari harga perolehan dari persediaan-persediaan yang terakhir masuk. Untuk
penentuan pendapatan, biaya-biaya sebelumnya dicocokkan dengan
pendapatan dan biaya-biaya yang baru digunakan untuk penilaian laporan
neraca.
• Pengukuran Persediaan
PT. Surya Wenang Indah hanya mencatat biaya pembelian persediaan dimana
meliputi harga beli, bea impor, pajak lainnya (kecuali yang kemudian dapat
ditagih kembali oleh entitas kepada otoritas pajak), biaya pengangkutan, biaya
penanganan, dan biaya lainnya yang secara langsung dapat diatribusikan pada
perolehan barang jadi, bahan dan jasa, potongan dagang dan hal lain yang
serupa dikurangkan dalam menentukan biaya pembelian.
• Teknik Pengukuran Biaya
Perusahaan PT. Surya Wenang Indah Manado menggunakan teknik
pengukuran biaya dengan menggunakan metode eceran dimana metode ini
seringkali digunakan dalam industri-industri eceran untuk mengukur jumlah
persediaan yang banyak dan cepat berubah, serta memiliki marjin yang serupa
sehingga tidak praktis untuk menggunakan metode penetapan biaya lainnya.
Biaya persediaan ditentukan dengan mengurangi harga jual persediaan dengan
persentase margin bruto yang sesuai.

10
• Pengungkapan
Pengungkapan terhadap aktivitas perusahaan mengenai persediaan barang
dagangan diungkapkan melalui laporan keuangan perusahaan (neraca) dan
laporan laba rugi perusahaan. Berikut pengungkapan pada laporan keuangan
PT. Surya Wenang Indah Manado posisi persediaan diungkapkan pada bagian
asset lancar dan laba rugi :

• Analisis :
Pencatatan persediaan pada PT. Surya Wenang Indah Manado dapat dijelaskan;
perusahaan sudah menggunakan metode perpetual yang terkomputerisasi sesuai
dengan PSAK No.14 (Revisi 2015) paragraf 8 menyatakan bahwa persediaan
meliputi barang yang dibeli dan dimiliki untuk dijual kembali termasuk, sebagai
contoh barang dagangan yang dibeli oleh pengecer untuk dijual kembali.
Persediaan juga meliputi barang jadi yang diproduksi, atau barang dalam
penyelesaian yang sedang diproduksi, oleh entitas serta termasuk bahan serta
perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi. Dalam hal ini
persediaan barang dagangan yang dimiliki oleh PT. Surya Wenang Indah
Manado adalah barang yang dibeli dan dimiliki untuk dijual kembali karena
tidak mengalami proses pengolahan barang, jadi perlakuan persediaan barang

11
dagangan dalam PT. Surya Wenang Indah Manado hanya dibeli, disimpan dan
dijual. PSAK No.14 (Revisi 2015) paragraf 25 menyatakan biaya persediaan,
kecuali yang disebut dalam paragraf 23, dihitung dengan menggunakan rumus
biaya masuk pertama keluar pertama (MPKP) atau rata-rata tertimbang. Entitas
menggunakan rumus biaya yang sama terhadap seluruh persediaan yang
memiliki sifat dan kegunaan yang sama.
Perusahaan PT. Surya Wenang Indah Manado sudah menilai persediaan barang
dagangan dengan menggunakan metode FIFO (First In First Out) atau metode
Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP). PSAK No.14 (Revisi 2015) paragraf
21 teknik pengukuran biaya persediaan sepeti metode biaya standar atau metode
eceran, demi kemudahan dapat digunakan jika hasilnya mendekati biaya. Dalam
hal ini teknik pengukuran biaya yang dilakukan oleh PT. Surya Wenang Indah
Manado menggunakan metode eceran sehingga telah sesuai dengan PSAK
No.14 (Revisi 2015). PSAK No.14 (Revisi 2015) menyatakan bahwa persediaan
diukur pada mana yang lebih rendah antara biaya perolehan dan nilai realisasi
neto. Biaya persediaan terdiri dari seluruh biaya pembelian, biaya konversi, dan
biaya lainnya yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan lokasi
saat ini.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada PT. Surya Wenang Indah
Manado, perusahaan hanya memiliki biaya pembelian persediaan dalam hal ini
biaya angkut yang dicatat perusahaan sebagai penambah harga jual persediaan
sehingga belum sesuai dengan PSAK No.14 (Revisi 2015) Pengungkapan
informasi mengenai persediaan barang dagangan yang ada di PT. Surya Wenang
Indah Manado diungkapkan melalui neraca pada bagian asset lancar untuk
jumlah persediaaan, dan diungkapkan melalui laporan laba rugi untuk
pengakuan sebagai biaya, sehingga telah sesuai dengan PSAK No.14 (Revisi
2015).

c) PSAK No. 69 : AKUNTANSI UNTUK ASET BIOLOGIS (AGRIKULTUR)


• Sejarah PSAK 69 Agrikultur
Industri agrikultur merupakan salah satu sektor penting dalam ekonomi global,
namun sampai dengan tahun 2000, akuntansi agrikultur belum menjadi

12
prioritas bagi para peneliti dan standard setter. Sejarah International
Accounting Standard dimulai pada tahun 1966, namun baru pada tahun 2000
standar akuntansi international untuk agrikultur pertama kali diterbitkan yaitu
IAS 41 “Agriculture”. IAS 41 ini telah mengalami perubahan pada tahun 2008
dan terakhir pada tahun 2014. IAS 41 (2014) berlaku efektif untuk laporan
keuangan tahunan yang dimulai pada tanggal 1 Januari 2016 dan di Indonesia,
dalam rangka mengadopsi IAS 41, Dewan Standar Akuntansi Keuangan baru
menerbitkan PSAK 69 “Agrikultur” pada 16 Desember 2015. PSAK ini mulai
berlaku untuk laporan keuangan tahunan yang dimulai pada atau setelah 1
Januari 2018.
• Tujuan
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi dan
pengungkapan yang terkait dengan aktivitas agrikultur. PSAK ini memberikan
pengaturan akuntansi yang meliputi pengakuan, pengukuran, serta
pengungkapan aktivitas agrikultur.
• Ruang Lingkup
Pernyataan ini diterapkan untuk pencatatan hal-hal berikut ketika berkaitan
dengan aktivitas agrikultur :
(a) aset biologis, kecuali tanaman produktif (bearer plants);
(b) produk agrikultur pada titik panen; dan
(c) hibah pemerintah yang termasuk dalam paragraf 34 dan 35.

Pernyataan ini tidak diterapkan untuk:


(a) tanah yang terkait dengan aktivitas agrikultur (PSAK 16: Aset Tetap,
PSAK 13: Properti Investasi, dan ISAK 25: Hak Atas Tanah).
(b) tanaman produktif yang terkait dengan aktivitas agrikultur (PSAK 16).
Akan tetapi, Pernyataan ini diterapkan untuk produk dari tanaman
produktif tersebut.
(c) hibah pemerintah yang terkait dengan tanaman produktif (PSAK 61:
Akuntansi Hibah Pemerintah dan Pengungkapan Bantuan Pemerintah).
(d) aset takberwujud yang terkait dengan aktivitas agrikultur (PSAK 19: Aset
Tak berwujud).

13
Pernyataan ini diterapkan untuk produk agrikultur, yang merupakan hasil
panen dari aset biologis milik entitas, pada titik panen. Selanjutnya, PSAK 14:
Persediaan atau Pernyataan lain yang berlaku diterapkan untuk produk
agrikultur tersebut. Sejalan dengan hal tersebut, Pernyataan ini tidak mengatur
pemrosesan produk agrikultur setelah panen; sebagai contoh, pemrosesan buah
anggur menjadi minuman anggur (wine) oleh penjual anggur yang telah
menanam buah anggur tersebut. Meskipun pemrosesan tersebut merupakan
perpanjangan yang logis dan alami dari aktivitas agrikultur, dan peristiwa-
peristiwa yang terjadi mungkin mempunyai beberapa kemiripan dengan
transformasi biologis, pemrosesan seperti ini tidak termasuk dalam defi nisi
aktivitas agrikultur dalam Pernyataan ini.
Tabel berikut menyajikan contoh aset biologis, produk agrikultur, dan produk
yang merupakan hasil pemrosesan setelah panen:
Hasil Pemrosesan setelah
Aset biologis Produk agrikultur Panen

Domba Wol Benang karpet

Pohon dalam hutan Pohon tebangan Kayu gelondongan,


kayu potongan kayu

Sapi perah Susu Keju

Babi Daging potong Sosis, ham (daging asap)

Tanaman kapas Kapas panen Benang, pakaian

Tebu Tebu panen Gula

Tanaman tembaka Daun tembakau Tembakau

Tanaman teh Daun teh Teh

Tanaman Anggur Buah anggur Minuman anggur (wine)

Tanaman buah-buahan Buah petikan Buah olahan

Pojon kelapa sawit Tandan buah segar Minyak kelapa sawit

Pohon karet Getah karet Produk olahan karet

14
Beberapa tanaman, sebagai contoh, tanaman teh, tanaman anggur, pohon
kelapa sawit, dan pohon karet, memenuhi definisi tanaman produktif (bearer
plants) dan termasuk dalam ruang lingkup PSAK 16: Aset Tetap. Namun,
produk yang tumbuh (produce growing) pada tanaman produktif (bearer
plants), sebagai contoh, daun teh, buah anggur, tandan buah segar kelapa
sawit, dan getah karet, termasuk dalam ruang lingkup PSAK 69: Agrikultur.

• Definisi
1) Aktivitas agrikultur (agricultural activity) adalah manajemen transformasi
biologis dan panen aset biologis oleh entitas untuk dijual atau untuk
dikonversi menjadi produk agrikultur atau menjadi aset biologis tambahan.
2) Aset biologis (biological asset) adalah hewan atau tanaman hidup.
3) Biaya untuk menjual (cost to sell) adalah biaya inkremental yang
diatribusikan secara langsung untuk pelepasan aset, tidak termasuk beban
pembiayaan dan pajak penghasilan.
4) Kelompok aset biologis (group of biological asset) adalah penggabungan
dari hewan atau tanaman hidup yang serupa.
5) Panen (harvest) adalah pelepasan produk dari aset biologis atau
pemberhentian proses kehidupan aset biologis.
6) Produk agrikultur (agricultural produce) adalah produk yang dipanen dari
aset biologis milik entitas.
7) Tanaman produktif (bearer plant) adalah tanaman hidup yang:
a. digunakan dalam produksi atau penyediaan produk agrikultur;
b. diharapkan untuk menghasilkan produk untuk jangka waktu lebih dari
satu periode; dan
c. memiliki kemungkinan yang sangat jarang untuk dijual sebagai produk
agrikultur, kecuali untuk penjualan sisa yang insidental (incidental
scrap).
8) Transformasi biologis (biological transformation) terdiri dari proses
pertumbuhan, degenerasi, produksi, dan prokreasi yang mengakibatkan
perubahan kualitatif atau kuantitatif aset biologis.
9) Berikut ini bukan merupakan tanaman produktif (bearer plants):

15
(a) tanaman yang dibudidayakan untuk dipanen sebagai produk agrikultur
(sebagai contoh, pohon yang ditanam untuk digunakan sebagai
potongan kayu);
(b) tanaman yang dibudidayakan untuk menghasilkan produk agrikultur
ketika terdapat kemungkinan yang sangat jarang bahwa entitas juga
akan memanen dan menjual tanaman tersebut sebagai produk agrikultur,
selain sebagai penjualan sisa insidental (sebagai contoh, pohon yang
dibudidayakan baik untuk buahnya maupun potongan kayu); dan
(c) tanaman semusim (annual crops) (sebagai contoh, jagung dan gandum).
10) Ketika tanaman produktif tidak lagi digunakan untuk menghasilkan produk
agrikultur, tanaman tersebut dapat ditebang dan dijual sebagai sisa, sebagai
contoh, untuk digunakan sebagai kayu bakar. Penjualan sisa insidental
tersebut tidak akan menghalangi tanaman tersebut dari pemenuhan defi nisi
tanaman produktif (bearer plants).
11) Produk yang tumbuh pada tanaman produktif merupakan aset biologis.
12) Aktivitas agrikultur mencakup berbagai aktivitas; sebagai contoh,
peternakan, kehutanan, tanaman semusim (annual) atau tahunan (perennial),
budidaya kebun dan perkebunan, budidaya bunga, dan budidaya perikanan
(termasuk peternakan ikan). Terdapat karakteristik umum tertentu dalam
keanekaragaman ini:
a. Kemampuan untuk berubah. Hewan dan tanaman hidup mampu
melakukan transformasi biologis;
b. Manajemen perubahan. Manajemen mendukung transformasi
biologis dengan meningkatkan, atau setidaknya menstabilkan, kondisi
yang diperlukan agar proses tersebut dapat terjadi (sebagai contoh,
tingkat nutrisi, kelembaban, temperatur, kesuburan, dan cahaya).
Manajemen seperti ini membedakan aktivitas agrikultur dari aktivitas
lain. Sebagai contoh, proses ganti hasil panen dari sumber yang tidak
dikelola (seperti penangkapan ikan laut dan penebangan hutan) bukan
merupakan aktivitas agrikultur; dan
c. Pengukuran perubahan. Perubahan dalam kualitas (sebagai contoh,
keunggulan genetik, kepadatan, kematangan, kadar lemak, kadar

16
protein, dan kekuatan serat) atau kuantitas (sebagai contoh, keturunan,
berat, meter kubik, panjang atau diameter serat, dan jumlah tunas)
yang dihasilkan oleh transformasi biologis atau panen diukur dan
dipantau sebagai fungsi manajemen yang rutin.

• Pengakuan dan Pengukuran


Entitas mengakui aset biologis atau produk agrikultur ketika, dan hanya ketika:
(a) entitas mengendalikan aset biologis sebagai akibat dari peristiwa masa lalu;
(b) besar kemungkinan manfaat ekonomik masa depan yang terkait dengan
aset biologis tersebut akan mengalir ke entitas; dan
(c) nilai wajar atau biaya perolehan aset biologis dapat diukur secara andal.
Aset biologis diukur pada saat pengakuan awal dan pada setiap akhir periode
pelaporan pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual, kecuali untuk kasus
yang dideskripsikan dalam paragraf 30 dimana nilai wajar tidak dapat diukur
secara andal. Produk agrikultur yang dipanen dari aset biologis milik entitas
diukur pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual pada titik panen.
Pengukuran seperti ini merupakan biaya pada tanggal tersebut ketika
menerapkan PSAK 14: Persediaan atau Pernyataan lain yang berlaku.
Pengukuran nilai wajar aset biologis atau produk agrikultur dapat didukung
dengan mengelompokkan aset biologis atau produk agrikultur sesuai dengan
atribut yang signifi kan; sebagai contoh, berdasarkan usia atau kualitas. Entitas
memilih atribut yang sesuai dengan atribut yang digunakan di pasar sebagai
dasar penentuan harga.
• Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan atau kerugian yang timbul pada saat pengakuan awal aset biologis
pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual dan dari perubahan nilai wajar
dikurangi biaya untuk menjual aset biologis dimasukkan dalam laba rugi pada
periode dimana keuntungan atau kerugian tersebut terjadi. Kerugian mungkin
timbul pada saat pengakuan awal aset biologis, karena biaya untuk menjual
dikurangkan dalam menentukan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual aset
biologis. Keuntungan mungkin timbul pada saat pengakuan awal aset biologis,
seperti ketika anak sapi lahir. Keuntungan atau kerugian yang timbul pada saat
pengakuan awal produk agrikultur pada nilai wajar dikurangi biaya untuk

17
menjual dimasukkan dalam laba rugi pada periode dimana keuntungan atau
kerugian tersebut terjadi. Keuntungan atau kerugian dapat timbul pada saat
pengakuan awal produk agrikultur sebagai akibat dari hasil panen.
• Ketidakmampuan untuk Mengukur Nilai Wajar secara Andal
Terdapat asumsi bahwa nilai wajar aset biologis dapat diukur secara andal.
Namun, asumsi tersebut dapat dibantah hanya pada saat pengakuan awal aset
biologis yang harga kuotasi pasarnya tidak tersedia dan yang alternatif
pengukuran nilai wajarnya secara jelas tidak dapat diandalkan. Dalam kasus
tersebut, aset biologis tersebut diukur pada biaya perolehannya dikurangi
akumulasi penyusutan dan akumulasi kerugian penurunan nilai. Ketika nilai
wajar aset biologis tersebut dapat diukur secara andal, entitas mengukur aset
biologis tersebut pada nilai wajarnya dikurangi biaya untuk menjual. Ketika
aset biologis tidak lancar memenuhi kriteria untuk diklasi kasikan sebagai
dimiliki untuk dijual (atau termasuk dalam kelompok lepasan yang diklasi
kasikan sebagai dimiliki untuk dijual) sesuai dengan PSAK 58: Aset Tidak
Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan, maka
diasumsikan bahwa nilai wajar dapat diukur secara andal.
• Hibah Pemerintah
Hibah pemerintah tanpa syarat yang terkait dengan aset biologis yang diukur
pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual diakui dalam laba rugi ketika,
dan hanya ketika, hibah pemerintah tersebut menjadi piutang. Jika hibah
pemerintah yang terkait dengan aset biologis yang diukur pada nilai wajar
dikurangi biaya untuk menjual adalah bersyarat, termasuk ketika hibah
pemerintah mensyaratkan entitas untuk tidak terlibat dalam aktivitas agrikultur
tertentu, maka entitas mengakui hibah pemerintah dalam laba rugi ketika, dan
hanya ketika, kondisi yang melekat pada hibah pemerintah tersebut telah
terpenuhi.
• Pengungkapan Umum
Entitas mengungkapkan keuntungan atau kerugian gabungan yang timbul
selama periode berjalan pada saat pengakuan awal aset biologis dan produk
agrikultur, dan dari perubahan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual aset
biologis. Entitas dianjurkan untuk memberikan deskripsi kuantitatif dari setiap

18
kelompok aset biologis, membedakan antara aset biologis yang dapat
dikonsumsi dan aset biologis produktif (bearer biological assets), atau antara
aset biologis menghasilkan (mature) dan yang belum menghasilkan (immature),
sesuai keadaan aset biologis. Sebagai contoh, entitas dapat mengungkapkan
jumlah tercatat aset biologis yang dapat dikonsumsi dan aset biologis produktif
berdasarkan kelompok.
Entitas selanjutnya dapat membagi jumlah tercatat tersebut antara aset yang
telah menghasilkan dan belum menghasilkan. Pembedaan ini memberikan
informasi yang mungkin berguna dalam menilai waktu arus kas masa depan.
Entitas mengungkapkan dasar dalam membuat pembedaan tersebut. Jika tidak
diungkapkan di bagian manapun dalam informasi yang dipublikasikan bersama
dengan laporan keuangan, maka entitas mendeskripsikan:
(a) sifat aktivitasnya yang melibatkan setiap kelompok aset biologis; dan
(b) ukuran atau estimasi nonkeuangan dari kuantitas fisik:
(ii) setiap kelompok aset biologis milik entitas pada akhir periode; dan
(iii) keluaran produk agrikultur selama periode tersebut.
Entitas mengungkapkan:
(a) keberadaan dan jumlah tercatat aset biologis yang kepemilikannya dibatasi,
dan jumlah tercatat aset biologis yang dijaminkan untuk liabilitas;
(b) jumlah komitmen untuk pengembangan atau akuisisi aset biologis; dan
(c) strategi manajemen risiko keuangan yang terkait dengan aktivitas
agrikultur.
Entitas menyajikan rekonsiliasi perubahan jumlah tercatat aset biologis antara
awal dan akhir periode berjalan. Rekonsiliasi tersebut mencakup:
(a) keuntungan atau kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar
dikurangi biaya untuk menjual;
(b) kenaikan karena pembelian;
(c) penurunan yang diatribusikan pada penjualan dan aset biologis yang
diklasi kasikan sebagai dimiliki untuk dijual (atau termasuk dalam
kelompok pelepasan yang diklasi kasikan sebagai dimiliki untuk dijual)
sesuai dengan PSAK 58;
(d) penurunan karena panen;

19
(e) kenaikan yang dihasilkan dari kombinasi bisnis;
(f) selisih kurs neto yang timbul dari penjabaran laporan keuangan ke mata
uang penyajian yang berbeda, dan penjabaran dari kegiatan usaha luar
negeri ke mata uang penyajian entitas pelapor; dan
(g) perubahan lain.
• Pengungkapan Tambahan untuk Aset Biologis yang Nilai Wajarnya
Tidak Dapat Diukur secara Andal

Jika entitas mengukur aset biologis pada biaya perolehan dikurangi akumulasi
penyusutan dan akumulasi kerugian penurunan nilai pada akhir periode, maka
entitas mengungkapkan untuk aset biologis tersebut:

(a) deskripsi dari aset biologis tersebut;


(b) penjelasan tentang mengapa alasan nilai wajar tidak dapat diukur secara
andal;
(c) jika memungkinkan, rentang estimasi dimana nilai wajar kemungkinan
besar berada;
(d) metode penyusutan yang digunakan;
(e) umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan; dan
(f) jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (digabungkan dengan
akumulasi kerugian penurunan nilai) pada awal dan akhir periode.

Jika, selama periode berjalan, entitas mengukur aset biologisnya pada biaya
perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi kerugian penurunan
nilai, maka entitas mengungkapkan keuntungan atau kerugian yang diakui atas
pelepasan aset biologis tersebut dan rekonsiliasi yang disyaratkan
mengungkapkan jumlah yang berkaitan dengan aset biologis tersebut secara
terpisah. Sebagai tambahan, rekonsiliasi tersebut mencakup jumlah berikut
dalam laba rugi terkait dengan aset biologis tersebut:

(a) kerugian penurunan nilai;


(b) pembalikan rugi penurunan nilai; dan
(c) penyusutan.

20
Jika nilai wajar aset biologis sebelumnya diukur pada biaya perolehan
dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi kerugian penurunan nilai
menjadi dapat diukur secara andal selama periode berjalan, maka entitas
mengungkapkan untuk aset biologis tersebut:

(a) deskripsi dari aset biologis tersebut;


(b) penjelasan tentang mengapa nilai wajar dapat diukur secara andal; dan
(c) dampak dari perubahan tersebut.
• Hibah Pemerintah
Entitas mengungkapkan hal berikut yang berkaitan dengan aktivitas agrikultur
yang dicakup dalam Pernyataan ini:
(a) sifat dan cakupan hibah pemerintah yang diakui dalam laporan keuangan
(b) kondisi yang belum terpenuhi dan kontinjensi lain yang melekat pada hibah
pemerintah; dan
(c) penurunan signi kan yang diperkirakan dalam jumlah hibah pemerintah.

d) Kasus Penerapan PSAK No. 69 : PT Perkebunan Nusantara VIII


• Deskripsi Umum
PT Perkebunan Nusantara VIII merupakan BUMN yang bergerak pada sektor
perkebunan. Salah satu kegiatan utama PT Perkebunan Nusantara VIII adalah
budidaya tanaman dimana kegiatan yang dilakukan adalah pembukaan dan
pengolahan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan pemungutan
hasil tanaman serta melakukan kegiatan-kegiatan lain yang sehubungan dengan
pengusahaan budidaya tanaman tersebut. Dalam kegiatan budidaya tanaman
Adapun bisnis inti dari PT Perkebunan Nusantara VIII yaitu:

Perusahaan yang bergerak pada sektor perkebunan dalam setiap aktivitas


agrikultur mengalami proses yang disebut transformasi biologis dimana dalam
setiap aktivitas agrikultur yang dialaminya yaitu berupa perubahan aset melalui

21
proses pertumbuhan berupa penurunan kuantitas atau perbaikan kualitas
tanaman, produksi produk pertanian seperti tandan buah kelapa sawit,
degenerasi berupa penurunan kuantitas atau perbaikan kualitas tanaman dan
prokreasi berupa penciptaan tanaman hidup baru.
Tanaman perkebunan dikelompokan menjadi dua yaitu tanaman produktif dan
produk hasil dari tanaman produktif. Tanaman produktif merupakan tanaman
hidup yang digunakan dalam proses produksi atau penyediaan produk
agrikultur yang diharapkan untuk menghasilkan produk untuk jangka waktu
lebih dari satu periode dan memiliki kemungkinan sangat jarang untuk dijual
sebagai produk agrikultur (termasuk ke dalam ruang lingkup PSAK 16). Dan
Produk yang dihasilkan tanaman produktif dan tanaman lainnya (termasuk ke
dalam ruang lingkup PSAK 69). Apabila digambarkan dalam diagram akan
tampak sebagai berikut.

(Skema Penerapan Aset Biologis)


• Perlakuan Akuntansi untuk Aset Biologis berupa Tanaman Kelapa Sawit
PT Perkebunan Nusantara VIII
Dalam proses akuntansi terdapat proses pengakuan, pengukuran dan
pengungkapan. Sama halnya dengan proses akuntansi agrikultur, yang
membedakan akuntansi agrikultur dan akuntansi pada umumnya adalah hanya
pada aktivitasnya saja. Dalam akuntansi agrikultur terdapat proses transformasi

22
biologis. Oleh sebab itu maka aset biologis akan mengalami perubahan
kuantitatif maupun kualitatif yang akan mempengaruhi nilai asetnya.
• Pengakuan Aset Biologis
Dalam laporan keuangan PT Perkebunan Nusantara VIII tahun 2018
pengakuan aset biologis dikelompokan menjadi dua kelompok, yaitu aset
biologis lancar dan aset biologis tidak lancar. Sebagaimana umumnya
pengklasifikasian aset, aset biologis lancar merupakan aset biologis yang
memiliki masa manfaat/ masa transformasi biologis kurang dari satu tahun dan
aset biologis tidak lancar memiliki masa manfaat/ masa transformasi biologis
lebih dari satu tahun.
• Pengukuran Aset Biologis
Setiap tanaman yang bergantung pada kondisi alam pada umumnya memiliki
harga yang fluktuatif karena ditentukan berdasarkan nilai wajar pada periode
yang bersangkutan, begitupun dengan kelapa sawit/ tandan buah segar. Harga
jual tandan buah segar ditentukan berdasarkan FFB (Fresh Fruit Bunches)
price. Selain harga jual, biaya untuk memanen dan biaya transportasipun
diukur dengan nilai wajar. Pengukuran aset biologis di PT Perkebunan
Nusantara VIII menggunakan model revaluasi yaitu pengukuran menggunakan
nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual. Perusahaan menentukan nilai wajar
dikurangi biaya untuk menjual berdasarkan perhitungan penjualan (hasil panen
x FFB Price) dikurangi dengan biaya untuk memanen dan biaya transportasi,
hasilnya merupakan pendapatan bersih yang kemudian dikalikan dengan faktor
diskonto sehingga menghasilkan nilai wajar atau nilai kini suatu produk TBS.
FFB price pun dikelompokkan berdasarkan umur dari pohon kelapa sawit yang
dimiliki PT Perkebunan Nusantara VIII. Sehingga kemungkinan adanya
perbedaan harga antar pohon kelaa sawit. PT Perkebunan Nusantara melakukan
perhitungan aset biologis satu tahun sekali sehingga memunculkan jurnal
hanya pada saat adanya pengakuan awal dan pengakuan keuntungan atau
kerugian yang timbul atas aset biologis tersebut.
• Pengungkapan dan Penyajian
Pengungkapan aset biologis dalam laporan keuangan PT Perkebunan Nusantara
2018 berupa kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar aset biologis.

23
Pengungkapan tersebut terdapat pada laporan laba rugi PT Perkebunan
Nusantara VIII dan mempengaruhi nilai aset biologis di laporan posisi
keuangannya. Aset biologis dengan nilai wajar disajikan pada kolom aset
lancar dengan akun aset biologis - lancar di Laporan Posisi Keuangan PT
Perkebunan Nusantara VIII. Aset biologis lancar merupakan tanaman
menghasilkan (TM) atau tanaman yang sudah dapat dipanen contohnya
tanaman menghasilkan kelapa sawit. Sedangkan untuk aset biologis tidak
lancar contohnya kekayuan. Adapun kebijakan mengenai aset biologis
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
• Analisis
1) Tandan Buah Segar yang dihasilkan oleh pohon kelapa sawit di PT
Perkebunan Nusantara VIII diakui sebagai aset dalam neraca dan
diklasifikasikan sebagai kelompok aset biologis lancar. Aset biologis di PT
Perkebunan Nusantara VIII dikendalikan oleh perusahaan sebagai hasil
dari peristiwa masa lalu dan memiliki manfaat ekonomik masa yang akan
datang bagi perusahaan melalui penjualan produk agrikultur tandan buah
segar. Pengakuan aset biologis tandan buah segar diakui sebesar nilai
wajar dikurangi biaya untuk menjual yang sudah dirinci dalam perhitungan
nilai wajar aset biologis tersebut. Maka dapat disimpulkan tidak ada
perbedaan pengakuan antara aset biologis berdasarkan PSAK 69 dan yang
diterapkan di PT Perkebunan Nusantara VIII.
2) Pengukuran aset biologis di PT Perkebunan Nusantara diukur pada saat
pengakuan awal dan saat akhir periode. Selain itu kebijakan pengukuran
yang diterapkan di PT Perkebunan Nusantara VIII yaitu dikelompokan
berdasarkan usia tanam untuk menentukan FFB Price sehingga sesuai
dengan PSAK 69 yang mengelompokkan pengukuran nilai wajar aset
biologis berdasarkan usia. Maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan
pengukuran antara aset biologis berdasarkan PSAK 69 dan yang
diterapkan di PT Perkebunan Nusantara VIII.
3) Dalam pengungkapan aset biologis di PT Perkebunan Nusantara VIII aset
biologis tandan buah segar dikelompokkan ke dalam aset yaitu aset
biologis lancar dan aset biologis tidak lancar untuk pohon kelapa sawit

24
yang belum menghasilkan. Kebijakan ini sudah sesuai dengan PSAK 69
hanya saja terdapat perbedaan penyebutan akun yang harusnya aset
biologis menghasilkan dan aset biologis belum menghasilkan. Dalam
penyajiannya aset biologis disajikan dalam neraca secara terpisah untuk
aset biologis lancar dan tidak lancar yang kemudian keuntungan dan
kerugian yang timbul atas aset biologis tersebut disajikan dalam laporan
rugi laba sebagai pengurang atau penambah pendapatan kotor. Secara
umum tidak ada perbedaan antara PSAK 69 dan yang diterapkan di PT
Perkebunan Nusantara VII.

25
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
PSAK 14 tentang Persediaan telah disahkan oleh Dewan Standar
Akuntansi Keuangan pada tanggal 16 September 2008. PSAK 14 ini merevisi
PSAK 14 tentang Persediaan yang telah dikeluarkan pada tanggal 7 September
1994. Lalu, terdapat penyesuaian di tahun 2014. Persediaan adalah aktiva yang
tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal, dalam proses produksi dan atau
dalam perjalanan atau dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk
digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. Tujuan PSAK 14, yakni
adalah untuk mengatur perlakuan akuntansi untuk persediaan. Permasalahan pokok
dalam akuntansi persediaan adalah penentuan jumlah biaya yang diakui sebagai
aset dan perlakuan akuntansi selanjutnya atas aset tersebut sampai pendapatan
terkait diakui. Pernyataan ini menyediakan panduan dalam menentuan biaya dan
pengakuan selanjutnya sebagai beban, termasuk setiap penurunan menjadi nilai
realisasi neto. Pernyataan ini juga memberikan panduan rumus biaya yang
digunakan untuk menentukan biaya persediaan. Dapat disimpulkan memiliki 3
tujuan, yakni perlakuan akuntansi, penurunan nilai realisasi neto, dan rumus biaya.
Adapun dengan PSAK 69 tentang aktivitas agrikultur menyangkut tentang (1)
aset biologis, kecuali tanaman produktif (bearer plants); (2) produk agrikultur pada
titik panen; dan hibah pemerintah yang termasuk dalam paragraf 34 dan 35. PSAK
69 tentang Agrikultur telah disahkan oleh PSAK pada tanggal 16 Desember 2015.
PSAK 69 merupakan adopsi dari IAS 41 Agriculture yang berlaku efektif 1 Januari
2016. Aktivitas agrikultur mencakup berbagai aktivitas; sebagai contoh, peternakan,
kehutanan, tanaman semusim (annual) atau tahunan (perennial), budidaya kebun
dan perkebunan, budidaya bunga, dan budidaya perikanan (termasuk peternakan
ikan). Terdapat karakteristik umum tertentu dalam keanekaragaman ini:
a) Kemampuan untuk berubah. Hewan dan tanaman hidup mampu melakukan
transformasi biologis;
b) Manajemen perubahan. Manajemen mendukung transformasi biologis dengan
meningkatkan, atau setidaknya menstabilkan, kondisi yang diperlukan agar
proses tersebut dapat terjadi (sebagai contoh, tingkat nutrisi, kelembaban,

26
temperatur, kesuburan, dan cahaya). Manajemen seperti ini membedakan
aktivitas agrikultur dari aktivitas lain. Sebagai contoh, proses ganti hasil panen
dari sumber yang tidak dikelola (seperti penangkapan ikan laut dan penebangan
hutan) bukan merupakan aktivitas agrikultur; dan
c) Pengukuran perubahan. Perubahan dalam kualitas (sebagai contoh, keunggulan
genetik, kepadatan, kematangan, kadar lemak, kadar protein, dan kekuatan
serat) atau kuantitas (sebagai contoh, keturunan, berat, meter kubik, panjang
atau diameter serat, dan jumlah tunas) yang dihasilkan oleh transformasi
biologis atau panen diukur dan dipantau sebagai fungsi manajemen yang rutin.
Keuntungan atau kerugian yang timbul pada saat pengakuan awal aset biologis
pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual dan dari perubahan nilai wajar
dikurangi biaya untuk menjual aset biologis dimasukkan dalam laba rugi pada
periode dimana keuntungan atau kerugian tersebut terjadi. Entitas mengungkapkan
keuntungan atau kerugian gabungan yang timbul selama periode berjalan pada saat
pengakuan awal aset biologis dan produk agrikultur, dan dari perubahan nilai wajar
dikurangi biaya untuk menjual aset biologis. Jika, selama periode berjalan, entitas
mengukur aset biologisnya pada biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan
dan akumulasi kerugian penurunan nilai, maka entitas mengungkapkan keuntungan
atau kerugian yang diakui atas pelepasan aset biologis tersebut dan rekonsiliasi
yang disyaratkan mengungkapkan jumlah yang berkaitan dengan aset biologis
tersebut secara terpisah.

3.2 Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang telah diuraikan sebelumnya,
maka penulis berharap kepada pembaca untuk dapat memberikan saran dan
kritikan yang membangun dari para pembaca sangat dibutuhkan demi
kesempurnaan makalah yang penulis buat ini. Penulis juga berharap makalah ini
bisa bermanfaat bagi para pembaca dan bisa digunakan sebagaimana mestinya
untuk kemudian dikembangkan lagi untuk memperluas serta memperdalam
keilmuan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).

27
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Virlina Restu. 2020. “Analisis Penerapan PSAK 69 atas Aset Biologis di PT
Perkebunan Nusantara VIII” dalam Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri
Bandung, Prosiding The 11 th Industrial Research Workshop and National
Seminar, 26-27 Agustus 2020. Bandung : Politeknik Negeri Bandung.
Barcelino, Rivaldo. 2016. “Analisis Penerapan PSAK No. 14 Terhadap Metode
Pencatatan Dan Penilaian Persediaan Barang Dagangan pada PT. Surya
Wenang Indah Manado” dalam Jurnal EMBA, Vol.4 No.1 Maret 2016, (Hal.
837-846). Manado : Universitas Sam Ratulangi.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2014. PSAK No. 14 : Akuntansi untuk Persediaan.
Jakarta : Dewan Standar Akuntansi Keuangan.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2015. PSAK No. 69 : Akuntansi untuk Aset Biologis
(Agrikultur). Jakarta : Dewan Standar Akuntansi Keuangan.

28

Anda mungkin juga menyukai