Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

SEMINAR AKUNTANSI KEUANGAN


“ SPAP Adopsi ISA dan Perkembangan Penerapannya
bagi Profesi Akuntan Publik”

OLEH :
KELOMPOK 6
Elra Nindiya (1910531009)
Aulia Rahman (1910531021)
Raditya Firdaus (1910532033)
Ahmad Khairuddin (1910532046)

Dosen Pengampu :
Dr. Annisaa Rahman, S.E., M.Si, Ak, CA

DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ANDALAS
2022
DAFTAR ISI

BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................2
1.3 Tujuan Teoritis..........................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan.....................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................................3
2.1 Pelaksanaan SPAP adopsi ISA di Indonesia...........................................................3
2.2 Perbedaan SPAP dan ISA.........................................................................................7
2.3 Perbedaan SPAP Lama dengan SPAP Baru.........................................................12
2.4 Dampak penerapan ISA Bagi Profesi Akuntan Publik di Indonesia…………. 14
BAB III....................................................................................................................................15
BAB IV....................................................................................................................................18
REFERENSI...........................................................................................................................19

i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
International Standards on Auditing (ISAs) diterbitkan oleh International Auditing
Practices Committee (IAPC) dari International Federation of Accountants (IFAC). IFAC
adalah organisasi profesi akuntan sedunia, dimulai dengan 63 anggota pendiri dari 51 negara
pada tahun 1977, keanggotaan IFAC telah berkembang menjadi 179 anggota dan asosiasi di
130 negara dan yurisdiksi di seluruh dunia (Pada November 15 2012) yang mewakili lebih
dari 2,5 juta akuntan di seluruh dunia. IAPC berupaya meningkatkan keseragaman praktik
audit dan jasa-jasa terkait di seluruh dunia dengan menerbitkan persyaratan mengenai
berbagai fungsi audit dan atestasi serta mendorong penerimaannya di seluruh dunia.
ISA secara umum serupa dengan GAAS di Indonesia, meskipun ada beberapa
perbedaan. Jika auditor di Indonesia mengaudit laporan keuangan historis sesuai dengan ISA,
auditor harus memenuhi semua persyaratan ISA yang jauh diluar cakupan GAAS. ISA tidak
mengesampingkan peraturan-peraturan yang berlaku di suatu negara yang mengatur audit
atas informasi keuangan atau informasi lainnya, karena peraturan di setiap negara itu sendiri
biasanya mengatur praktik-praktik audit. Peraturan ini mungkin berupa ketetapan atau
pernyataan yang dikeluarkan oleh badan pengatur atau badan profesional.
Pada tahun 2004, melalui Konvensi Nasional Akuntan Indonesia telah diputuskan
bahwa Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) akan melakukan adopsi sepenuhnya (full adoption)
International Auditing and Assurance Standards (ISAs). Dengan dilakukannya adopsi ini,
maka ISA akan menggantikan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang sebelumnya
berlaku yang sebagian besar isinya diadopsi dari AICPA Professional Standards Tahun 1998.
Langkah full adoption tersebut ditempuh untuk memenuhi tuntutan pesatnya perkembangan
dunia usaha dan bisnis yang berimbas pada bidang akuntansi dan audit. Selain itu, IAI yang
telah menjadi full members dari International Federation of Accountants (IFAC) mempunyai
kewajiban untuk mematuhi dan memenuhi butir-butir Statement of Membership Obligation
(SMO) yang salah satu diantaranya adalah bahwa semua anggota IFAC diwajibkan untuk
tunduk kepada semua standar dan pernyataan lain yang dikeluarkan oleh International
Auditing and Assurance Standards Board (IAASB).
Adopsi ISA melalui revisi SPAP oleh IAPI adalah dalam rangka menjalankan amanah
UU No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik. Adopsi ISA ini juga untuk merespon
rekomendasi dari World Bank, sekaligus sebagai wujud pelaksanaan komitmen Indonesia
sebagai salah satu anggota dari G-20 yang mendorong setiap anggotanya untuk menggunakan
standar profesi internasional. Adopsi ISA dilakukan dengan merevisi Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP) yang selama ini digunakan sebagai acuan Akuntan Publik dalam
memberikan jasanya. Penerapan ISA ini melalui profesi Akuntan Publik di Indonesia pada
saat memberikan jasa asurans maupun non asurans ini akan berdampak pada peningkatan
kepercayaan investor global terhadap kualitas informasi keuangan di Indonesia. Adopsi ISA
merupakan bagian dari globalisasi perekonomian termasuk globalisasi pasar uang dan pasar
modal.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pelaksanaan SPAP adopsi ISA di Indonesia?
2. Apakah perbedaan SPAP dengan ISA?
3. Apakah perbedaan SPAP lama dengan SPAP baru?
4. Bagaimana dampak penerapan ISA bagi Profesi Akuntan Publik di Indonesia?
5. Bagaimana contoh penerapan SPAP adopsi ISA di Indonesia?
6.
1.3 Tujuan Teoritis
1. Untuk mengetahui pelaksanaan SPAP adopsi ISA di Indonesia.
2. Untuk mengetahui perbedaan SPAP dengan ISA.
3. Untuk mengetahui perbedaan SPAP lama dengan SPAP baru.
4. Untuk mengetahui bagaimana dampak penerapan ISA bagi Profesi Akuntan Publik di
Indonesia.
5. Untuk mengetahui contoh penerapan SPAP adopsi ISA di Indonesia.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Secara teoritis makalah ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi
penulis serta pembaca mengenai SPAP adopsi ISA dan Perkembangan Penerapannya
bagi Profesi Akuntan Publik.
2. Secara praktis makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas dalam Mata Kuliah
Seminar Akuntansi Keuangan.
3. Serta sebagai informasi/referensi yang relevan yang berkaitan dengan makalah ini
bagi pembaca lainnya.

2
BAB II
TEORI KONSEPTUAL
2 Pelaksanaan SPAP adopsi ISA di Indonesia
ISA sendiri pada saat ini sudah diadopsi di banyak negara anggota IFAC, beberapa
negara sudahmelakukan full adoption, dan sebagian negara masih menyisakan beberapa
seksi yang belum diadopsi. Dengan semakin banyaknya negara yang menjadi anggota
IFAC maka nantinya seluruh negara anggota IFAC akan menerapkan ISA sebagai standar
profesional akuntan publiknya masing – masing.
Di Indonesia, adopsi ISA dilakukan dengan melakukan revisi terhadap Standar
Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang selama ini digunakan sebagai acuan Akuntan
Publik dalam memberikan jasanya. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang
berlaku di Indonesia selama ini mengacu pada standar auditing dari Amerika (AICPA)
1998.SPAP per 1 Januari 2001 tersebut merupakan kodifikasi SPAP terakhir yang masih
berlaku sampai dengan saat ini, dengan sedikit penambahan berupa interpretasi-
interpretasi yang diterbitkan dari tahun 2001 sampai dengan 2008.
SPAP 2001 sudah melakukan adopsi atas sepuluh standar audit internasional
tersebut. Sepuluh standar yang diadopsi dari ISA antara lain ISA 310 : Knowledge of the
Business, ISA 401: Auditing in a Computer Information Systems Environment, dan ISA
510: Initial Engagements-Opening Balance. Namun seperti diuraikan di atas, mengingat
SPAP sejak tahun 2001 relatif stagnan, maka standar yang diadopsi tersebut sudah tidak
up-todated lagi dengan ISA yang baru. Oleh karena itu, yang akan dilakukan oleh IAI
dalam rangka adopsi ini adalah melakukan adopsi penuh (full adoption) atas ISA terkini
(Current ISA). Dengan demikian bukan hanya melakukan revisi atas beberapa standar
internasional yang telah diadopsi SPAP, tetapi seluruh isi SPAP akan diganti dengan
standar-standar yang ada dalam Handbook of International Auditing, Assurance, and Ethic
Pronouncements terbitan IFAC tersebut.
Pada tahun 2004, melalui Konvensi Nasional Akuntan Indonesia telah diputuskan
bahwa Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) akan melakukan adopsi sepenuhnya (full adoption)
International Auditing and Assurance Standards (ISA) yang diterbitkan oleh International
Federation of Accountants (IFAC). Langkah full adoption tersebut ditempuh untuk
memenuhi tuntutan pesatnya perkembangan dunia usaha dan bisnis yang berimbas pada
bidang akuntansi dan auditing. Dewan Standar Profesional Akuntan Publik (DSPAP)
melaporkan telah melakukan beberapa kegiatan yang meliputi penerjemahan naskah ISA
ke dalam bahasa Indonesia. Dari jumlah seksi yang ada pada ISA sebanyak 40 seksi, telah
diterjemahkan sebanyak 33 seksi, atau 83% dari seluruh seksi ISA.
Proses mempelajari kesesuaian ISA dengan kondisi Indonesia pada dasarnya
merupakan proses penilaian keterterapan (applicability) suatu standar, yang apabila
ternyata beberapa isi dari ISA tersebut tidak sesuai maka proses modifikasi perlu
dilakukan. Dengan proses ini diharapkan bahwa ISA yang diadopsi dan dimodifikasi akan
sesuai dengan kondisi Indonesia dan sekaligus SPAP yang baru sebagai hasil adopsi ISA
mendapat pengakuan dari IFAC sebagai suatu standar yang sesuai dengan ISA.

Dilihat dari due process procedure yang ditempuh IAASB, penyelesaian pada 15
Desember 2008 terbilang ambisius, karena dalam melakukan redraft ISA melalui 6 tahap,
yaitu :

3
1) Diskusi Isu ( Discussion of Issues),
2) Penyusunan Draft Pertama (First read of ED),
3) Persetujuan ED (Approve ED),
4) Review atas Tanggapan ED (Review ED Comments),
5) Persetujuan Akhir Redrafted (Approve Final Redrafted ISAs), dan
6) Pernyataan Efektif (Effective date).
Tahapan yang panjang itu akan dilalui untuk setiap redraft yang dilakukan pada
seksi-seksi ISA. Laporan terakhir dari IAASB per Februari 2008 yang dapat dibaca dari
eNews IFAC telah diselesaikan 32 redrafted. Jumlah ini dinilai oleh IAASB telah sesuai
dengan target penyelesaian tahap pertama dari clarity project.Yang mana clarity project
meupakanprogram yang komprehensif untuk meningkatkan kejelasan atas ISA. Keputusan
clarity project olehs IAASB tentu saja menghambat laju proses adopsi ISA di Indonesia.
Kalau sebelumnya DSPAP sudah menyelesaikan 83% penerjemahan ISA,
mendiskusikannya dan saat itu sedang mengkaji keterterapan ISA, maka dengan clarity
project ini, DSPAP harus kembali memulai dari awal proses penerjemahan atas ISA yang
sudah diperbaharui IAASB, kemudian melakukan editing, dan tahap-tahap seterusnya dari
due process procedure penyusunan standar.Pada tanggal 27 Februari 2009, IAASB
mengumumkan telah diselesaikannya Clarity Project tersebut.Dengan demikian, ISA yang
terbit pasca selesainya Clarity Project tampil sesuai dengan konvensi yang baru. Hasil dari
Clarity Project yakni adanya 36 ISA baru yang sudah dimuktahirkan dan diklarifikasi dan
1 ISQC yang sudah diklarifikasi
Hal lain yang perlu mendapat perhatian dalam adopsi ISA adalah keterkaitan SPAP
yang baru (SPAP hasil adopsi ISA) dengan ISA terkini (Current ISA). Berbeda dengan
SPAP 2001, pada saat itu DSPAP cenderung menyusun suatu standar yang statis, tidak ada
suatu kewajiban melakukan perubahan ketika standar yang dijadikan acuannya berubah.
Misalnya, ketika AICPA Standards 1998 yang dahulu diacu berubah hingga AICPA
Standards 2007 maka SPAP 2001 tidak serta merta harus berubah.
Namun sekarang, dengan komitmen full adoption atas ISA, maka setiap kali ISA
berubah, baik karena penambahan standar atau adanya amendment, SPAP harus serta
merta dilakukan perubahan. SPAP yang akan datang akan bersifat dinamis dan proses
adopsi menjadi suatu proses yang berkelanjutan. Dengan SPAP yang bersifat dinamis
terhadap ISA, maka pekerjaan adopsi, yang meliputi penerjemahan, diskusi, studi
keterterapan, penyusunan ED dan keseluruhan due-process akandilakukan secara
terusmenerus. Pekerjaan ini tentu saja sangat memerlukan kesiapan organisasi profesi
akuntan Indonesia dalam melaksanakan manajemen adopsi.
Dari Harmonisasi Menuju Konvergensi
Dalam berbagai forum yang ada kaitannya dengan kegiatan akuntansi internasional
seperti IFRS, kita sering mendengar kedua istilah ini : harmonisasi dan konvergensi.
Secara sederhana, harmonisasi adalah upaya menyelenggarakan standar-standar
(akuntansi, pengauditan, dan lain-lain) yang beranekan ragam. Konvergensi adalah
konsekuensi logis dari globalisasi. Jika harmonisasi mengisyaratkan keselarasan, maka
konvergensi menuntut keseragaman. Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI)
memutuskan untuk mengadopsi secara penuh International Standars on Auditing untuk
menggantikan Standard Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang dimulai pada 1 Januari

4
2013. Standar ini menuntut perubahan cara berpikir, cara bertindak dan cara bersikap
auditor. Secara umum ada 5 hal yang berbeda secara fundamental dibandingkan standar
lama (Tuanakotta, 2012):
a. Penekanan pada Audit Berbasis Risiko
b. Perubahan dari rules based ke principle based
c. Berpaling dari model matematis
d. Menekankan pada kearifan profesional (professional judgement)
e. Melibatkan peran Those Charged With Governance (TCWG)

International Standards on Auditing

5
6
3 PERBEDAAN SPAP DAN ISA
ISA (International Standard Audit) adalah standar profesional yang berhubungan
dengan tanggung jawab auditor independen ketika melakukan audit atas laporan keuangan.
SPAP adalah kodifikasi berbagai pernyataan standar teknis yang merupakan panduan
dalam memberikan jasa bagi akuntan publik di Indonesia

Diketahui banyak perbedaan diantara ISA atau SA versi Indonesia dan GAAS di
Amerika atau SPAP versi Indonesia, menurut AICPA.org/FRC dan menurut Linberg &
Seifert bahwa terdapat 5 perbedaan yang signifikan antara lain :

1. Dokumentasi prosedur audit Secara konseptual bahwa dokumentasi prosedur audit


antara SPAP dengan ISA atau Standar Audit berbeda. Pada ISA lebih menekankan
kepada kearifan professional (professional judgement). Secara spesifik pada ISA 230
paragraf 14 mensyaratkan auditor untuk menyusun dokumentasi audit didalam suatu
berkas audit dan melengkapi proses administratif penyusunan berkas audit final tepat
waktu setelah tanggal pelaporan auditor dan penerapan yang terkait serta penjelasan
materialitas yang mengindikasikan bahwa batas suatu waktu penyelesaian penyusunan
berkas audit final biasanya tidak lebih dari 60 hari setelah tanggal laporan auditor.
Paragraf 15 pada ISA 230 juga mensyaratkan setelah penyusunan audit final telah
selesai, maka auditor tidak boleh memusnahkan dokumentasi audit sebelum periode
retensi berakhir. Pada ISA 230 mengenai dokumentasi audit dinyatakan bahwa bagi
kantor akuntan publik harus menetapkan kebijakan dan prosedur untuk retensi
dokumentasi penugasan. Biasanya periode retensi penugasan audit kurang dari lima
tahun sejak tanggal laporan auditan atau tanggal laporan auditan kelompok
perusahaan, sedangkan pada SPAP bahwa periode retensi paling sedikit tujuh tahun.
Menurut SPM 1 paragraf 47 dan ISA 230 paragraf A23 menuntut KAP untuk
menetapkan suatu kebijakan dan prosedur yang mengatur masa penyimpanan
dokumen penugasan atau perikatan. Paragraf 17 ISA 230 mensyaratkan bahwa setelah
tanggal penyelesaian dokumentasi, auditor tidak boleh memusnahkan dokumentasi
audit sebelum akhir dari periode retensi yang bersangkutan.
2. Pertimbangan kelangsungan usaha (going-concern) Ketika mempertimbangkan
apakah suatu entitas berkemampuan untuk melanjutkan kelangsungan usahanya
dimasa depan, ISA tidak membatasi paling sedikit 12 bulan, sedangkan SPAP
membatasi hingga 12 bulan sejak tanggal dikeluarkannya laporan audit. Pada ISA 570
mengasumsikan bahwa manajemen mempunyai tanggung jawab untuk menilai

7
kemampuan entitas untuk melangsungkan usahanya sebagai “ going concern” tanpa
mempertimbangkan apakah kerangka pelaporan keuangan yang diterapkan oleh
manajemen atau tidak. Salah satu dari tujuan ISA 570 yaitu untuk memperoleh bukti
audit yang memadai terkait dengan penggunaan asumsi “ going concern” oleh
manajemen. Pada SPAP juga mensyaratkan bahwa auditor harus mengevaluasi
apakah ada keraguan yang substansial mengenai kelangsungan usaha entitas untuk
periode waktu yang memadai. Dengan demikian, ISA 570 menetapkan pertimbangan
asumsi kelangsungan usaha seluruh penugasan atau perikatan.
3. Penilaian dan pelaporan pengendalian internal atas pelaporan keuangan Menurut ISA
bahwa penilaian dan pelaporan pengendalian internal tidak ada kaitannya dengan
efektifitas pengendalian internal klien yang diaudit akan tetapi lebih menekankan
kepada relevansinya dimana hal tersebut terlihat pada laporan auditornya. “ ..........In
making those risk assessment, auditor considers internal control relevant to the
entity’s preparation dan fair prsentation of the financial statements in order to design
audit procedures, that are appropriate in the circumstances, but not for the purpose
of expressing an opinion on the effectiveness of the entity’s internal control.....”
sedangkan SPAP mengaitkan penilaian dan pelaporan pengendalian internal dengan
efektifitasnya. Menurut ISA juga mensyaratkan auditor harus menguji pengendalian
internal entitas yang diauditnya guna memastikan bahwa sistem yang diterapkan
adalah mencukupi dan berfungsi sebagaimana yang ditetapkan.
4. Penilaian dan respond terhadap risiko yang dinilai ISA mensyaratkan prosedur
penilaian risiko tertentu agar diperoleh suatu pemahaman yang lebih luas mengenai
suatu entitas dan lingkungannya, tentunya dengan tujuan untuk mengidentifikasi
risiko salah saji material. Lebih lanjut ISA mensyaratkan auditor harus memperoleh
suatu pemahaman risiko bisnis entitas misalnya risiko operasi dan risiko strategis.
Auditor mengikuti ISA harus juga menetapkan bagaimana kliennya merespons
terhadap risiko semacam sebagaimana auditor merencanakan dan melakukan audit.
Lebih lanjut, auditor diharuskan mengajukan pertanyaan kepada auditor internal
entitas yang diauditnya, dengan tujuan memperoleh pemahaman suatu pemahaman
yang lebih baik atas keahlian entitas dalam menilai risiko. Auditor juga harus
memperoleh seluruh informasi yang terkait dengan risiko sama halnya dengan respons
klien dalam menilai risiko salah saji material, termasuk pemahaman atas pengendalian
internalnya, sedangkan SPAP tidak sekomprehensif ISA.

8
5. Penggunaan auditor lain untuk bagian suatu audit. Dalam penggunaan auditor
pengganti atau auditor lain, ISA tidak mengijinkan auditor utama menggunakan
referensi hasil audit daripada auditor lain. Sedangkan SPAP membolehkan auditornya
mempunyai opsi untuk menerbitkan laporan audit yang dikatakan sebagai “ division
of responsibility” . Dengan kata lain merujuk kepada laporan dan kertas kerja auditor
lain atau sebelumnya dalam laporan auditor yang diterbitkan.

Perbedaan SPAP dan ISA secara format dan subtansi.

SPAP membagi standar auditing menjadi tiga bagian utama yaitu Standar Umum,
Standar Pekerjaan Lapangan dan Standar Pelaporan. Berbeda dengan SPAP, International
Standar on Auditing (ISA) tidak membagi standar auditing sehingga tidak ditemukan
kodifikasi Standar Umum, Standar Pekerjaan Lapangan dan Standar Pelaporan. Penyajian
standar-standar yang terkandung dalam ISA telah mencerminkan proses pengerjaan
auditing. Dengan demikian, terdapat perbedaan format antara SPAP dan ISA. Jika
dianalisis lebih dalam yaitu faktor subtansi, antara SPAP dan adopsi ISA tidak ada
perubahan. Salah satu perbedaan yang muncul adalah terkait dengan dokumentasi. SPAP
yang baru itu nantinya akan lebih banyak menekankan pada sisi dokumentasi. Sebagai
contoh, ekeposure draft standar audit atau SA 230 tentang Dokumentasi Audit dalam
ketentunya disebutkan auditor harus menyusun dokumentasi audit yang memadai sehingga
seorang auditor yang berpengalaman namum tidak memiliki keterkaitan sebelumnya
dengan audit tersebut dapat memahami sifat, waktu dan luas prosedur audit yang telah
dilaksanakan dan kepatuhan terhadap standar audit serta pertuaran perundangn undangan
yang berlaku. Selain itu, auditor juga bisa memahami hasil prosedur audit yang
dilaksanakan dan bukti audit yang diperoleh dan hal-hal siginifikan yang timbul selama
proses audit.

Lebih lanjut tentang perbedaan substansi antara SPAP dan ISA, pendekatan
pekerjaan audit dalam adopsi ISA dibagi dalam enam tahap. Tahap pertama dimulai
dengan persetujuan penugasan (agreement of engagement). Kemudian, tahap kedua
melakukan pengumpulan informasi, pemahaman bisnis dan sistem akuntansi klien, serta
penentuan unit yang akan diaudit. Tahap ketiga adalah pengembangan strategi audit yang
dilakukan dengan memperhatikan access inherent risk. Tahap selanjutnya yaitu tahap
keempat adalah execute the audit yang berarti dimulainya aktivitas audit. Pada tahap ini,
akan dilakukan test of control (TOC), substantive and analytical procedure, dan other

9
substantive procedure. Tahap kelima merupakan aktivitas membentuk opini audit yang
diikuti dengan membuat laporan audit sebagai tahap yang terakhir. Dari keenam tahapan
pekerjaan audit yang diatur dalam ISA tersebut tidak jauh berbeda dengan tahapan yang
termuat dalam SPAP. Berikut ini peneliti menyajikan perbedaan antara SPAP dan ISA
secara lebih rinci:

A. Cakupan International Standards on Auditing (ISA)


1. ISA berkaitan dengan independensi dan tanggung jawab auditor ketika melakukan
audit laporan keuangan. Secara khusus, ISA menetapkan keseluruhan tujuan auditor
independen serta menjelaskan sifat dan lingkup dari mengaudit dirancang untuk
memungkinkan auditor independen untuk memenuhi tujuan tersebut. Hal itu juga
menjelaskan ruang lingkup, kewenangan dan struktur dari ISA, dan termasuk
persyaratan mendirikan tanggung jawab umum. dani independen berlaku di audit
semua, termasuk kewajiban untuk mematuhi auditor ISA. Auditor independen ini
selanjutnya disebut sebagai "auditor".
2. ISA ditulis dalam konteks audit laporan keuangan oleh auditor. Mereka harus
disesuaikan seperlunya dalam keadaan bila diterapkan pada audit informasi keuangan
lainnya historis. ISA tidak mengatasi tanggung jawab auditor yang mungkin ada
dalam undang-undang, peraturan atau lain sehubungan dengan. misalnya, penawaran
surat berharga ke publik. Tanggung jawah tersebut dapat berbeda dari jumlah yang
ditetapkan dalam ISA.
B. Konteks Audit Laporan Keuangan
3. Tujuan audit adalah untuk meningkatkan derajat kepercayaan dimaksudkan pengguna
dalam laporan keuangan. Hal ini dicapai dengan ekspresi suatu opim oleh auditor
tentang apakah laporan keuangan disusun, dalam semua bahan hal. sesuai dengan
pelaporan keuangan yang berlaku kerangka.
4. Laporan keuangan wajib diaudit adalah dari entitas, yang disiapkan oleh pengelolaan
entitas dengan pengawasan dari mereka yang dituduh dengan pemerintahan. ISA tidak
memaksakan tanggung jawab pada manajemen atau mereka yang dituduh dengan
pemerintahan dan tidak akan mengesampingkan hukum dan peraturan yang mengatur
mereka tanggung jawab.
5. Sebagai dasar untuk menyatakan pendapat auditor. ISA membutuhkan auditor untuk
memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan secara keseluruhan adalah
bebas dari salah saji material, apakah karena penipuan atau kesalahan. masuk akal

10
jaminan adalah tingkat tinggi jaminan. Hal ini diperoleh ketika auditor memiliki
diperoleh bukti audit yang cukup tepat untuk mengurangi risiko audit (yaitu, risiko
bahwa auditor menyatakan pendapat tidak tepat ketika keuangan Pernyataan ini salah
saji material) ke tingkat yang cukup rendah.
6. Konsep materialitas diterapkan oleh auditor baik dalam perencanaan dan melakukan
audit, dan dalam mengevaluasi dampak dari salah saji yangdiidentifikasi pada audit
dan salah saji yang tidak dikoreksi. jika ada, pada keuangan statements. Secara umum,
salah saji, termasuk kelalaian, dianggap akan materi jika, secara individu atau secara
agregat, mereka cukup bisa diharapkan mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna
yang diambil atas dasar yang laporan keuangan. Penilaian tentang materialitas dibuat
dalam terang sekitarnya keadaan, dan dipengaruhi oleh persepsi auditor dari informasi
keuangan kebutuhan pengguna laporan keuangan, dan dengan ukuran atau sifat duri
salah saji, atau kombinasi keduanya.
7. ISA mengandung tujuan. persyaratan dan aplikasi dan lain penjelasan materi yang
dirancang untuk mendukung auditor dalam memperoleh jaminan yang wajar. Para
ISA mengharuskan latihan profesional auditor penilaian dan memelihara skeptisisme
profesional di seluruh perencanaan dan kinerja audit dan, antara lain:
 Menentukan dan menilai risiko salah saji material, apakah karena penipuan atau
kesalahan, berdasarkan pemahaman entitas dan lingkungannya. termasuk
pengendalian intern entitas.
 Mendapatkan bukti audit yang cukup tepat tentang apakah bahan salah saji ada,
melalui perancangan dan pelaksanaan yang sesuai tanggapan terhadap risiko dinilai.
 Membentuk pendapat atas laporan keuangan berdasarkan kesimpulan diambil dari
bukti audit yang diperoleh.
8. Bentuk opini diungkapkan oleh auditor akan tergantung pada yang berlaku pelaporan
keuangan dan kerangka hukum atau peraturan.
9. Auditor juga dapat memiliki komunikasi tertentu lainnya dan pelaporan tanggung
jawab bagi pengguna, manajemen, mereka yang dituduh dengan pemerintahan, atau
pihak luar entitas, sehubungan dengan hal-hal yang timbul dari audit. ini dapat
didirikan oleh ISA atau hukum atau peraturan yang berlaku

11
.

4 Perbedaan SPAP Lama dengan SPAP Baru


Terdapat beberapa perbedaan antara SPAP Lama dengan SPAP Baru (adopsi
ISA), di antaranya:
1) SPAP Lama didasarkan pada US Professional Standards tahun 1998 dan tidak diupdate
secara kontinu dengan perubahan di US Professional Stadards yang mana masih terdapat
banyak gap. Sedangkan SPAP Baru didasarkan pada Handbook of International Quality
Control, Auditing, Review, Other Assurance, and Related Service Pronouncement tahun
2010.
 Menekankan pada aspek penilaian risiko (audit berrbasis risiko),
 Standar berbasis prinsip (principles-based standard), dan
 Menekankan penggunaan pertimbangan professional (professional judgement) dan
skeptisme professional
 Mengurangi pendekatan model matematis, dan
 Perlunya keterlibatan auditor yang berpengalaman, memiliki pendidikan dan
pelatihan yang memadai, dan ciri kepribadian tertentu (seperti sikap
skeptisme profesional).
2) Penerimaan klien (client acceptance) dalam SPAP Baru lebih jelas dengan adanya syarat
“Prakondisi”. SA mengeluarkan pemahaman memadai tentang kerangka pelaporan
keuangan apa saja yang digunakan oleh entitas. Berbeda kerangka dapat berakibat pada
penggunaan SA yang berbeda.
3) Risk-based yang sifatnya “top-down approach” pada SPAP Lama, Risk-based bersifat
cyclical. SPAP Baru sangat memperhatikan atau concern pada kecurigaan (fraud) dan
kepatuhan terhadap regulasi (compliance to regulation).
4) Materialitas menggunakan konsep “buffer”, yaitu selisih antara gabungan seluruh salah
saji yang terdeteksi tetapi tidak dikoreksi.
5) Respon terhadap risiko (risk response) yang lebih sistematis dan lugas pada prosedur
yang memungkinkan auditor memperoleh bukti yang cukup dan akurat.
6) Grup audit, auditor tidak boleh melakukan splitting responsibility.
7) Konsep going concern yang lebih tegas sebagai tanggung jawab manajemen.
8) Concern terhadap fair value accounting, related party transaction, dan management
estimation.

12
9) Format dan struktur opini yang lebih jelas dan tegas. Prosedur evaluasi salah saji dan
kecukupan disclosure laporan yang lebih sistematis.
10) Diskusi tim perikatan berisi strategi dan audit plan, termasuk risiko fraud.
11) Quality control yang semkain ketat, perlunya EQCR yang independen dari tim
perikatan untuk klien tertentu. Peran dan tanggung jawab rekan perikatan yang lebih
jelas dan tegas.
12) Struktur SA yang lebih sistematis, di antaranya:
 Pendahuluan,
 Tujuan (dicapai melalui pelaksanaan serangkaian prosedur),
 Ketentuan (umumnya merupakan serangkaian prosedur yang harus dilakukan auditor),
dan
 Materi penjelasan (penjelasan atas ketentuan).
13) ISA concern kepada aspek komunikasi dua arah auditor-TCWG.
14) Perbedaan yang sangat jelas adalah perbedaan antara assurance dan non-assurance.
Dalam SPAP Baru, terdapat kerangka Perikatan Assurans yang tidak ada dalam SPAP
Lama.

2.4 Dampak penerapan ISA Bagi Profesi Akuntan Publik di Indonesia


International Standards on Auditing (ISA) yang diterbitkan oleh International
Auditing and Assurance Standards Board diadopsi di Indonesia dan diterapkan oleh Akuntan
Publik untuk melakukan audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau
setelah 1 Januari 2013. Adopsi ini dilakukan sebagai bagian dari proses untuk memenuhi
salah satu butir Statement of Membership Obligation dari International Federation of
Accountants, yang harus dipatuhi oleh profesi Akuntan Publik di Indonesia.
Adopsi ISA melalui revisi SPAP oleh IAPI adalah dalam rangka menjalankan amanah
UU No 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik. Adopsi ISA ini juga untuk merespon
rekomendasi dari World Bank, sekaligus sebagai wujud pelaksanaan komitmen Indonesia
sebagai salah satu anggota dari G-20 yang mendorong setiap anggotanya untuk menggunakan
standar profesi internasional. Adopsi ISA dilakukan dengan melakukan revisi terhadap
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang selama ini digunakan sebagai acuan
Akuntan Publik dalam memberikan jasanya.
Dampak penerapan ISA terhadap akuntan publik di Indonesia salah satunya adalah
menimbulkan audit yang lebih berkualitas & menghasilkan informasi yang lebih andal. ISA
menimbulkan tantangan bagi akuntan publik dalam implementasi audit yang efektif,
peningkatan kapasitas, pelatihan dan pendidikan, pengendalian mutu, serta kepatuhan. Selain
itu metode dan proses audit KAP juga mengalami perubahan yang cukup signifikan.
Penerapan ISA ini diharapkan nantinya saat profesi Akuntan Publik di Indonesia
memberikan jasa asurans maupun non asurans akan meningkatkan kepercayaan investor

13
global terhadap kualitas informasi keuangan di Indonesia. Auditor sekarang dituntut tidak
hanya memberikan keyakinan memadai terkait kewajaran laporan keuangan, tetapi juga
memberikan penilaian terhadap keberlanjutan (going concern) perusahaan untuk paling tidak
setahun kedepan. Pendekatan lama auditor yang hanya berbasis transaksi ataupun siklus saat
ini dipandang tidak cukup untuk memberikan tingkat keyakinan memadai terhadap kewajaran
laporan keuangan.
Sebagai contoh, ketika persaingan semakin ketat dan situasi ekonomi sedang krisis,
disisi lain manajemen dituntut untuk terus meningkatkan performa maka dorongan untuk
terjadinya kecurangan keuangan menjadi sangat besar. Sehingga resiko yang harus
ditanggung auditor untuk terjadinya salah memberikan opini juga meningkat. Sehingga
auditor perlu melakukan modifikasi terkait strategi audit maupun prosedur-prosedur yang
dijalankan sehingga bisa meminimalisir terjadinya salah pemberian opini tersebut.
Perubahan antara ISA dengan standar terdahulu bukanlah perubahan tanpa makna.
Menurut beberapa profesi akuntan, perubahan standar audit bersifat substantive dan
mendasar. ISA memberikan penekanan yang sangat besar terhadap faktor risiko, yakni sejak
auditor mempertimbangkan untuk menerima atau menolak suatu entitas dalam penugasan
auditnya sampai setelah menerbitkan laporan yang berisi opininya.
ISA mengandung desakan yang lebih besar bagi auditor untuk menemukan
kecurigaan. ISA lebih menekankan pada identification (pengidentifikasian hal yang belum
dilihat), bukan assessment (penilaian sesuatu yang dilihat). Meski demikian, substansi ISA
hampir sama dengan standar yang digunakan sebelumnya.
Oleh karena itu, auditor di Indonesia dituntut untuk cepat beradaptasi dengan standar
internasional. Pengetahuan serta pemahaman terhadap ISA sangat penting, tidak hanya bagi
praktisi tetapi juga akademisi dan mahasiswa.

14
BAB III
CONTOH KASUS
Kasus Pelanggaran Standar Profesional Akuntan Publik oleh KAP Mitra Winata
1. Pengantar
Seorang auditor memiliki standar professional dalam pekerjaannya, salah satu
standar umum yang paling utama bagi seorang auditor adalah independensi.
Kepemilikan sifat independen inilah yang menentukan bagaimana pandangan
masyarakat akan suatu opini terhadap laporan keuangan yang diaudit oleh auditor
dapat diterima. Penerimaan masyarakat terutama stakeholder terhadap opini auditor
menjadikan kualitas informasi yang diterima menjadi lebih objektif dan bernilai.
Selain itu, penilaian terhadap laporan keuangan dengan opini wajar tanpa
pengecualian sebagai opini terbaik menjadikan setiap perusahaan terdorong untuk
membangun opini tersebut. Ketika opini audit telah baik, maka perusahaan akan
mudah mendapatkan seperti peminjaman dana dan mudah menarik banyak investor.
Namun, dalam praktik di lapangan, seringkali terdapat oknum auditor
melakukan kecurangan dalam hal kode etik profesinya. Di mana, seharusnya
independensi dijunjung tinggi oleh setiap auditor. Dalam standar umum kedua yang
menyatakan bahwa dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan maka sikap
mental independensi harus dipertahankan oleh auditor. Standar ini mengharuskan
auditor bersikap independen (tidak mudah dipengaruhi) karena ia melaksanakan
pekerjaannya untuk kepentingan umum. Namun, independensi dalam hal ini tidak
berarti seperti sikap seorang penuntut dalam perkara pengadilan, namun lebih kepada
kesamaannya dengan sikap seorang hakim yang tidak memihak kepada siapapun.
Auditor mengakui kewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik
perusahaan, tetapi juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan
atas laporan auditor independen.
Kepercayaan masyarakat umum atas independensi sikap auditor independen
sangat penting bagi perkembangan profesi akuntan publik. Kepercayaan masyarakat
akan menurun jika terdapat bukti bahwa independensi auditor ternyata kurang. Untuk
diakui oleh pihak lain sebagai orang yang independen, auditor harus bebas dari setiap
kewajiban terhadap kliennya.

15
2. Pembahasan Kasus Pelanggaran SPAP oleh KAP Mitra Winata
Kasus pelanggaran atas Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)
menyebabkan Menteri Keuangan Sri Mulyani langsung memberikan sanksi
pembekuan izin Akuntan Publik (AP) Drs. Petrus M. Winata dari KAP Mitra Winata
dan Rekan selama 2 (dua) tahun yang terhitung sejak 15 Maret 2007. Kepala Biro
Hubungan Masyarakat Departemen Keuangan, Samsuar Said saat siaran pers pada
Selasa, 27 Maret 2007 menerangkan bahwa sanksi pembekuan dilakukan karena AP
tersebut melakukan suatu pelanggaran atas SPAP. Pelanggaran tersebut berkaitan
dengan pelaksanaan pemeriksaan audit terhadap Laporan Keuangan PT. Muzatek Jaya
untuk tahun buku 31 Desember 2004 yang dijalankan oleh Petrus. Selain itu, Petrus
juga melakukan pelanggaran terhadap pembatasan dalam penugasan audit di mana
Petrus melaksanakan audit umum terhadap Laporan Keuangan PT. Muzatek Jaya.
PT. Muzatek Jaya telah melakukan pelanggaran moral dan etika dalam
melakukan bisnisnya dengan melakukan suap terhadap Akuntan Publik Petrus Mitra
Winata agar Akuntan Publik Petrus Mitra Winata hanya melakukan audit terhadap
laporan keuangan umum. Dengan begitu, PT. Muzatek Jaya akan mendapatkan
keuntungan dari kecurangan tersebut dan Akuntan Publik Petrus Mitra Winata akan
mendapatkan keuntungan yang sesuai karena telah melakukan pekerjaan seperti yang
diinginkan oleh klien. Untuk membuat efek jera kepada PT. Muzatek Jaya akhirnya
diberikan sanksi baik sanksi pidana maupun sanksi sosial. Sebagai perusahaan besar,
tentu saja masyarakat menilai bahwa PT. Muzatek Jaya seharusnya mempunyai
integritas, moralitas, etika, dan kemampuan untuk menghasilkan laporan keuangan
yang mempunyai kualitas baik sehingga membuat para investor tertarik untuk
menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Tindakan manipulasi ini membuat
masyarakat berprasangka buruk terhadap kualitas PT. Muzatek Jaya dan akan
berpengaruh terhadap citra nama baik perusahaan.
Pada kasus PT. Muzatek Jaya, Akuntan Publik Petrus Mitra Winata
melakukan pelanggaran atas pembatasan penugasan audit umum dengan melakukan
audit umum atas laporan keuangan PT. Muzatek Jaya. Hal ini menyebabkan Akuntan
Publik Petrus Mitra Winata dilarang memberikan jasa atestasi termasuk audit umum,
review, audit kinerja, dan audit khusus serta juga dilarang menjadi pemimpin rekan
atau pemimpin cabang KAP namun tetap bertanggung jawab atas jasa-jasa yang telah
diberikan, serta wajib memenuhi ketentuan mengikuti Pendidikan Profesional
Berkelanjutan (PPL). Akuntan Publik Petrus Mitra Winata adalah auditor independen

16
yaitu auditor professional yang menyediakan jasanya kepada masyarakat umum,
terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya,
salah satunya adalah PT. Muzatek Jaya; namun Akuntan Publik Petrus Mitra Winata
melakukan kecurangan terhadap pengauditan laporan keuangan. Maka dari itu,
Akuntan Publik Petrus Mitra Winata harus diberikan sanksi hokum yaitu pembekuan
izin oleh Menteri Keuangan sesuai Keputusan Menteri Keuangan Nomor
423/KMK.06/2006 tentang Jasa Akuntan Publik dan juga sanksi sosial. Akuntan
Publik Petrus Mitra Winata juga dilarang memberikan jasa atestasi termasuk dalam
audit umum, review, audit kinerja, dan audit khusus, serta dilarang menjadi pemimpin
rekan atau pemimpin cabang KAP namun tetap bertanggung jawab atas jasa-jasa yang
telah diberikan, serta wajib memenuhi ketentuan mengikuti Pendidikan Profesi
Berkelanjutan (PPL).

3. Analisa terhadap Kasus Pelanggaran SPAP oleh KAP Mitra Winata


Berdasarkan SA Seksi 504, Sumber PSA No.52, Paragraf 8-9. Dalam paragraf
8 dinyatakan bahwa dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. Dalam paragraf 8
ini menjelaskan bahwa auditor independen harus tidak memihak kepada kliennya; jika
tidak, maka ia akan dapat memisahkan diri agar temuan-temuannya dapat diandalkan.
Mengenai independensi akuntan, hal ini merupakan sesuatu yang harus diputuskan
oleh akuntan yang bersangkutan dan merupakan pertimbangan professional.
Sedangkan dalam paragraf 9 dijelaskan bahwa jika akuntan tidak independen,
prosedur apa pun yang dilaksanakan tidak akan sesuai dengan standar auditing yang
ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), dan ia akan terhalang dalam
menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Oleh karena itu, auditor harus
menyatakan tidak memberikan pendapat terhadap laporan keuangan dan harus
menyatakan secara khusus bahwa ia tidak independen.
Sikap auditor dalam pelaksanaan auditnya harus menjunjung tinggi sikap
independensi, menghindari bentuk gratifikasi seperti pemberian sesuatu (gratifikasi)
di luar fee audit yang harusnya ditolak untuk menghindari sikap tidak independen.
Pemberian opini auditor merupakan hal yang menjadi tujuan utama, sikap auditor
yang menyalahi aturan akan menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap
kredibiltas auditor sebagai profesi yang memberikan penilaian kewajaran atas suatu
entitas. Maka dari itu, auditor harus menjunjung tinggi kode etik profesinya.

17
BAB IV
KESIMPULAN

Seperti yang kita ketahui sebelumnya, dalam bidang akuntansi, PSAK mengalami
“perubahan” mengacu standar internasional. Sementara dalam auditing, juga mengalami
hal yang serupa. Bedanya jika PSAK mengalami konvergensi dengan IFRS, standar audit
di Indonesia mengadopsi ISA(International Standards on Auditing). Indonesia mengadopsi
ISA dalam audit laporan keuangan periode yang di mulai pada atau setelah 1 januari 2013.
ISA dirancang sebagai solusi atas adanya skandal akuntansi di mana auditor gagal
mendeteksi financial statement fraud.
Adopsi ISA dilakukan dengan melakukan revisi terhadap SPAP yang selama ini
digunakan acuan Akuntan Publik dalam memberikan jasanya. Manfaat penerapan ISA
terhadap audit salah satunya adalah menimbulkan audit yang lebih berkualitas &
menghasilkan informasi yang lebih dapat diandalkan. ISA menimbulkan tantangan bagi
akuntan publik dalam implementasi audit yang efektif, peningkatan kapasitas, pelatihan,
dan pendidikan, pengendalian mutu dan kepatuhan. Selain itu metode dan proses audit
KAP juga mengalami perubahan yang cukup signifikan. ISA memberikan penekanan yang
sangat besar terhadap faktor resiko, sejak auditor mempertimbangkan untuk menerima atau
menolak suatu entitas dalam penugasan auditnyasampai setelah menerbitkan laporan yang
berisi opininya.

18
REFERENSI

Dani, Ahmad Mukoffi, Hari Purnomo. “DAMPAK PENERAPAN INTERNATIONAL


STANDARDS ON AUDITINGS (ISA) TERHADAP KINERJA AUDITOR”.
Firdaus Rizalnur, Adri Putra Nugraha. 2020. “STUDI LITERATUR: AUDIT
MENGGUNAKAN INTERNATIONAL AUDITING AND ASSURANCE
STANDARDS (ISA)” .
Institut Akuntan Publik Indonesia. 2016. “Update Perkembangan Standar Profesional
Akuntan Publik”. Simposium Nasional Akuntansi, Bandar Lampung.
Institut Akuntan Publik Indonesia. “Standar Audit (“SA) 200 , Tujuan Keseluruhan Auditor
Independen dan Pelaksanaan Audit Berdasarkan Standar Audit” .
Lesmana Angel. “ SPAP – Standar Profesional Akuntan Publik” .
Mauludy Mohammad Iqbal, Evi latiffatul, Christy. 2017. “ANALISIS KASUS
PELANGGARAN STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK OLEH KAP
WINATA. Hal. 196-201”.
Niagara, Dinda. “Audit berbasis ISA dan Standar Profesional Akuntan Publik : Pengaruhnya
terhadap profesi Akuntan Publik di Indonesia” .
Sari, Caecilia Mesian Anggit. 2016. “ Pemetaan Penerapan standar Audit Berbasis ISA pada
Kantor Akuntan Publik (KAP) di Daerah Istimewa Yogyakarta. Modus, Vol.28(1): 19-
33”.

19

Anda mungkin juga menyukai