Anda di halaman 1dari 16

DEVELOPMENT OF INDONESIA ACCOUNTING STANDARD

Makalah
Teori Akuntansi

Oleh :
Siti Achmadi
023001904040

Program Studi Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Trisakti
2021
i

DAFTARiISI

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………...ii


BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………1
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………………..i2
1.3 Tujuan Penulisan ………………………………………………………………i2
1.4 Manfaat Penulisani……………………………………………………………..i2
BAB II PEMBAHASANi………………………………………………………….……...i3
2.1 Pengertian PSAK & IFRS……. ………………………………………………. 3
2.2 Perkembangan De ……….…………………………………………....i4
BAB III KESIMPULAN ………………………………………………………………....i10
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………….i11
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan akuntansi di Indonesia relatif lambat, dimulai pada masa penjajahan
Belanda. Pada masa penjajahan Belanda, Indonesia sudah menggunakan standar akuntansi
tetapi menggunakan standar akuntansi Belanda yaitu Sound Business Practices. Pada tahun
1955, Indonesia belum memiliki peraturan atau undang-undang yang mengatur tentang
standar keuangan. Akhirnya, pada tahun 1973, tepat sebelum pembentukan modal aktif di
Indonesia, IAI mulai membentuk panitia untuk pengumpulan bahan dan struktur untuk
GAAP dan GAAS. Selain itu, dibentuklah Panitia Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) yang
bertugas menyusun standar keuangan, sejak saat itu terbitlah buku yang berjudul Prinsip-
Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI).
Pada tahun 1984, PAI ditetapkan sebagai standar akuntansi Indonesia dan merevisi
standar akuntansi secara lebih mendasar dan diterapkan dalam sebuah buku berjudul Prinsip
Akuntansi Indonesia 1984. Pada akhir tahun 1984, PAI mengikuti standar yang bersumber
dari IASC (Komite Standar Akuntansi Internasional).
Melihat perkembangan akuntansi yang semakin komplek dan sangat beragam maka
sangat diperlukan sebuah standar. Sebuah standar sangat diperlukan karena untuk
keseragaman laporan keuangan, memudahkan penyusun laporan keuangan karena ada
pedoman baku sehingga meminimalkan bias dari penyusun, memudahkan auditor dalam
melakukan pemeriksaan, memudahkan pembaca laporan keuangan untuk
menginterpretasikan dan membandingkan laporan keuangan entitas yang berbeda karena
pengguna laporan keuangan banyak pihak sehingga penyusun tidak dapat menjelaskan
kepada masing-masing pengguna. Yang pasti, tujuan adanya standar Akuntansi adalah untuk
terciptanya keseragaman dalam penyusunan Laporan Keuangan. Standar Akuntansi
merupakan acuan dan pedoman untuk menyusun Laporan Keuangan. Dalam laporan
keuangan sudah jelas akan memuat informasi Akuntansi, lebih lanjut Informasi Akuntansi
harus melaporkan informasi keuangan yang relevan (relevance), dapat diandalkan (reliable),
dapat dipahami (understandable), dan dapat diperbandingkan (comparable) kepada para
pemangku kepentingan. Intinya, informasi keuangan jangan sampai menyesatkan. Oleh
karena itu standar akuntansi merupakan hal yang penting dalam menyusun Laporan
Keuangan.
2

Pada tahun 1994, PAI berkomitmen untuk mengikuti IASC/IFRS, mulai mengadaptasi
standar akuntansi internasional, dan merevisi PAI 1984. Sejak itu IAI mengeluarkan Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) pada 1 Oktober 1994. Hingga saat ini, Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) ditetapkan sebagai standar akuntansi di Indonesia. Pada tahun 1994 sampai
dengan 1998 nama panitia PAI diubah menjadi panitia standar akuntansi keuangan (panitia
SAK), kemudian pada kongres VIII tepatnya pada tanggal 23-24 September 1998 di Jakarta,
panitia SAK diubah menjadi Komite Akuntansi Keuangan. Badan Standar periode 1998 –
2000 dan diberi tugas untuk menyusun dan mengesahkan PSAK. Pada tahun 2008 SAK
mengacu pada IFRS. Pada tahun 2012, IFRS mulai diformalkan dan diimplementasikan di
Indonesia. Saat ini standar akuntansi yang berlaku di Indonesia adalah PSAK IFRS, PSAK
ETAP, PSAK Syariah, PSAK EMKM, dan SAP.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian PSAK dan IFRS?
2. Bagaimana perkembangan standar akuntansi indonesia?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami standar akuntansi yang berlaku di Indonesia.
2. Untuk memahami implementasi dan perkembangan standar akuntansi yang
disetarakan di Indonesia.
1.4 Manfaat Penulisan
1. Menambah kemampuan mengenai standar akuntansi Indonesia.
2. Menambah pemahaman dalam Standar akuntansi yang berlaku di indonesia serta
perkembangannya.
4

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian PSAK dan IFRS


PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) adalah standar yang digunakan
untuk pelaporan keuangan di Indonesia. PSAK digunakan sebagai pedoman akuntan dalam
membuat laporan keuangan. Sedangkan IFRS (International Financial Reporting Standard)
merupakan pedoman penyusunan laporan keuangan yang diterima secara global/ internasional.
Indonesia sebagai bagian dari pertumbuhan ekonomi dunia telah merespon perubahan-
perubahan sistem pelaporan keuangan terkini dengan melakukan konvergensi IFRS kedalam
PSAK. Dengan mengadopsi IFRS, Indonesia akan mendapatkan tujuh manfaat sekaligus,
yaitu:
1. Meningkatkan kualitas Standar Akuntansi Keuangan (SAK).
2. Mengurangi biaya SAK.
3. Meningkatkan kredibilitas dan kegunaan laporan keuangan.
4. Meningkatkan komparabilitas pelaporan keuangan.
5. Meningkatkan transparansi keuangan.
6. Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang penghimpunan dana melalui pasar
modal.
7. Meningkatkan efisiensi penyusunan laporan keuangan.
Kemudian, perkembangan standar akuntansi Indonesia mulai dari awal sampai dengan
saat ini yang menuju konvergensi dengan IFRS (Sumber: Ikatan Akuntan Indonesia, 2008).
Indonesia selama dalam penjajahan Belanda, tidak ada standar Akuntansi yang dipakai.
Indonesia memakai standar (Sound Business Practices) gaya Belanda.

1. Sampai Tahun. 1955 : Indonesia belum mempunyai undang – undang resmi /


peraturan tentang standar keuangan.
2. Tahun. 1974 : Indonesia mengikuti standar Akuntansi Amerika yang dibuat oleh IAI
yang disebut dengan prinsip Akuntansi.
3. Tahun. 1984 : Prinsip Akuntansi di Indonesia ditetapkan menjadi standar Akuntansi.
4. Akhir Tahun 1984 : Standar Akuntansi di Indonesia mengikuti standar yang
bersumber dari IASC (International Accounting Standart Committee)
5. Sejak Tahun. 1994 : IAI sudah committed mengikuti IASC / IFRS.
6. Tahun 2008 : diharapkan perbedaan PSAK dengan IFRS akan dapat diselesaikan.
7. Tahun. 2012 : Ikut IFRS sepenuhnya
2.2 Perkembangan Standar Akuntansi di Indonesia
Perkembangan SAK dimulai pada tahun 1957 ketika IAI dibentuk. Tonggak sejarah
pertama perkembangan SAK terjadi pada tahun 1973 dengan aktifnya pasar modal. Pada
tahun yang sama, IAI melakukan kodifikasi pertama prinsip dan standar akuntansi Indonesia
dalam sebuah buku berjudul Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI). Tonggak kedua terjadi pada
tahun 1984 ketika Komite PAI melakukan revisi mendasar terhadap PAI 1973 dan
mengkodifikasikannya dalam PAI 1984.
Pada tahun 1994, dilakukan revisi terhadap PAI 1984 dan dikodifikasikan dalam
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) per 1 Oktober 1994. Sejak saat itu, IAI telah
memutuskan untuk menggunakan standar akuntansi internasional daripada US GAAP sebagai
dasar untuk mengembangkan SAK, dengan mempertahankan beberapa referensi ke US
GAAP, untuk menyelaraskan standar akuntansi lokal dengan standar akuntansi yang diterima
secara global berkualitas tinggi. Oleh karena itu, SAK terus dikembangkan dan direvisi
melalui beberapa perbaikan dan penambahan untuk sepenuhnya menyelaraskan dan menyatu
dengan IFRS. Revisi SAK terakhir dilakukan pada tahun 2014. Standar dan interpretasi ini
akan berlaku efektif pada tahun 2015.
Badan penetapan standar independen saat ini di Indonesia adalah Dewan Standar
Akuntansi Keuangan (DSAK) di bawah IAI. Berdasarkan hukum Indonesia, semua
perusahaan harus mematuhi SAK yang dikeluarkan oleh DSAK-IAI karena standar ini diakui
oleh Pemerintah Republik Indon
9

2.2.1 Konvergensi IFRS di Indonesia


IASB mengeluarkan standar pertamanya, IFRS 1 First-time Adoption
of International Financial Reporting Standards, di bawah IFRS Foundation
yang baru pada tahun 2003. Standar ini tidak untuk diadopsi oleh para peserta
karena akan dipertimbangkan dalam ketentuan transisi dari standar individu
dan interpretasi. Menurut IFRS Foundation, komitmen Indonesia saat ini
terhadap IFRS adalah untuk mendukungnya sebagai standar akuntansi yang
diterima secara global dan melanjutkan proses konvergensi IFRS, semakin
meminimalkan perbedaan antara SAK dan IFRS (IFRS Foundation, 2014).
Pertumbuhan (Growth)
Menurut Lestari (2011), harmonisasi dengan IFRS telah mengalami
dua fase di Indonesia hingga tahun 2012; fase pertama terjadi sebelum
penerbitan standar baru berdasarkan IASB di mana SAK diterbitkan dan
direvisi terutama berdasarkan IAS, dan fase kedua terjadi setelahnya ketika
SAK sepenuhnya didasarkan pada IFRS yang baru. Hingga tahun 2007,
Indonesia baru mengembangkan 28 PSAK berbasis IFRS dari total 57 PSAK
(Deloitte, 2007). Konvergensi penuh terhadap IFRS diprioritaskan setelah
forum G-20 diadakan di Washington, DC pada 15 November 2008. Indonesia
juga telah membuat komitmen publik untuk mendukung IFRS pada 8
Desember 2008 dan sebagai hasilnya, SAK efektif per 1 Januari 2012 adalah
secara substansial diselaraskan dengan IFRS efektif per 1 Januari 2009.
Forum internasional G-20 pada awalnya didirikan pada tahun 1999
dengan tujuan untuk mempelajari, mengkaji, dan mendorong diskusi tingkat
tinggi tentang isu-isu kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan stabilitas
keuangan global. Dalam Deklarasi 13 Pemimpin KTT G-20 Washington 2008
tentang Pasar Keuangan dan Ekonomi Dunia, Pemimpin Kelompok Dua Puluh
membuat komitmen untuk menerapkan kebijakan yang konsisten dengan
prinsip-prinsip berikut untuk reformasi sistem keuangan dunia:
a. Memperkuat Transparansi dan Akuntabilitas.
b. Meningkatkan Regulasi Suara.
c. Mempromosikan Integritas di Pasar Keuangan.
d. Memperkuat Kerjasama Internasional.
e. Reformasi Lembaga Keuangan Internasional.
11

Para Pemimpin Kelompok Dua Puluh bertemu kembali di London pada


tanggal 2 April 2009 dan mengeluarkan The Global Plan for Recovery and
Reform yang memuat serangkaian tujuan yang ingin dicapai oleh para peserta.
Salah satu tujuan G-20 adalah Memperkuat Pengawasan dan Regulasi
Keuangan. Untuk tujuan ini, para Pemimpin mengeluarkan Deklarasi tentang
Penguatan Sistem Keuangan yang menyatakan beberapa masalah akuntansi
yang harus ditangani dan mempromosikan penggunaan satu set standar
akuntansi berkualitas tinggi yang diterima secara global di antara para
pesertanya:
a. Mengurangi kompleksitas standar akuntansi untuk instrumen keuangan;
b. memperkuat pengakuan akuntansi provisi kerugian pinjaman dengan
menggabungkan informasi kredit yang lebih luas;
c. meningkatkan standar akuntansi untuk penyediaan, off-balance sheet
eksposur dan ketidakpastian penilaian;
d. mencapai kejelasan dan konsistensi dalam penerapan standar penilaian
internasional, bekerja dengan supervisor;
e. membuat kemajuan signifikan menuju satu set standar akuntansi global
berkualitas tinggi; dan,
f. dalam kerangka proses penetapan standar akuntansi independen,
meningkatkan keterlibatan pemangku kepentingan, termasuk regulator
kehati-hatian dan pasar negara berkembang, melalui tinjauan
konstitusional IASB.
DSAK-IAI saat ini telah selesai bekerja dengan IFRS ketiga proses
konvergensi dengan tujuan untuk semakin memperkecil perbedaan antara
SAK dan IFRS, dari tiga tahun menjadi satu tahun. Oleh karena itu, SAK
efektif per 1 Januari 2015 telah diselaraskan secara substansial dengan IFRS
efektif per 1 Januari 2014.

Untuk hal-hal yang tidak diatur standar akuntansi internasional, PSAK akan terus
mengembangkan standar akuntansi keuangan untuk memenuhi kebutuhan nyata di Indonesia,
terutama standar akuntansi keuangan untuk transaksi syariah, dengan semakin
berkembangnya usaha berbasis syariah di tanah air. Landasan konseptual untuk akuntansi
transaksi syariah telah disusun oleh DSAK dalam bentuk Kerangka Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan Syariah.Hal ini diperlukan karena transaksi syariah mempunyai
11

karakteristik yang berbeda dengan transaksi usaha umumnya sehingga ada beberapa prinsip
akuntansi umum yang tidak dapat diterapkan dan diperlukan suatu penambahan prinsip
akuntansi yang dapat dijadikan landasan konseptual.

Revisi terbaru PSAK yang mengacu pada IFRS

Sejak Desember 2006 sampai dengan pertengahan tahun 2007 kemarin, Dewan Standar
Akuntansi Keuangan (DSAK) Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah merevisi dan
mengesahkan lima Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Revisi tersebut
dilakukan dalam rangka konvergensi dengan International Accounting Standards (IAS) dan
International financial reporting standards (IFRS). 5 butir PSAK yang telah direvisi tersebut
antara lain: PSAK No. 13, No. 16, No. 30 (ketiganya revisi tahun 2007, yang berlaku efektif
sejak 1 Januari 2008), PSAK No. 50 dan No. 55 (keduanya revisi tahun 2006 yang berlaku
efektif sejak 1 Januari 2009).

1. PSAK No. 13 (revisi 2007) tentang Properti Investasi yang menggantikan


PSAK No. 13 tentang Akuntansi untuk Investasi (disahkan 1994),
2. PSAK No. 16 (revisi 2007) tentang Aset Tetap yang menggantikan PSAK 16
(1994) : Aktiva Tetap dan Aktiva Lain-lain dan PSAK 17 (1994) Akuntansi
Penyusutan,
3. PSAK No. 30 (revisi 2007) tentang Sewa menggantikan PSAK 30 (1994)
tentang Sewa Guna Usaha.
4. PSAK No. 50 (revisi 2006) tentang Instrumen Keuangan : Penyajian dan
Pengungkapan yang menggantikan Akuntansi Investasi Efek Tertentu
5. PSAK No. 55 (revisi 2006) tentang Instrumen Keuangan : Pengakuan dan
Pengukuran yang menggantikan Akuntansi Instrumen Derivatif dan Aktivitas
Lindung Nilai.

Kelima PSAK tersebut dalam revisi terakhirnya sebagian besar sudah mengacu ke
IAS/IFRS, walaupun terdapat sedikit perbedaan terkait dengan belum diadopsinya PSAK lain
yang terkait dengan kelima PSAK tersebut. Dengan adanya penyempurnaan dan
pengembangan PSAK secara berkelanjutan dari tahun ke tahun, saat ini terdapat tiga PSAK
yang pengaturannya sudah disatukan dengan PSAK terkait yang terbaru sehingga nomor
PSAK tersebut tidak berlaku lagi, yaitu :
11

1. PSAK No. 9 (Revisi 1994) tentang Penyajian Aktiva Lancar dan Kewajiban
Jangka Pendek pengaturannya disatukan dalam PSAK No. 1 (Revisi 1998)
tentang Penyajian Laporan Keuangan;
2. PSAK No. 17 (Revisi 1994) tentang Akuntansi Penyusutan pengaturannya
disatukan dalam PSAK No. 16 (Revisi 2007) tentang Aset Tetap;
3. PSAK No. 20 tentang Biaya Riset dan Pengembangan (1994) pengaturannya
disatukan dalam PSAK No. 19 (Revisi 2000) tentang Aset Tidak Berwujud.

Perkembangan Standar Akuntansi di Indonesia

Adanya perubahan lingkungan global yang semakin menyatukan hampir seluruh


negara di dunia dalam komunitas tunggal, yang dijembatani perkembangan teknologi
komunikasi dan informasi yang semakin murah, menuntut adanya transparansi di segala
bidang.Standar akuntansi keuangan yang berkualitas merupakan salah satu prasarana penting
untuk mewujudkan transparasi tersebut. Standar akuntansi keuangan dapat diibaratkan
sebagai sebuah cermin, di mana cermin yang baik akan mampu menggambarkan kondisi
praktis bisnis yang sebenarnya. Oleh karena itu, pengembangan standar akuntansi keuangan
yang baik, sangat relevan dan mutlak diperlukan pada masa sekarang ini.

Terkait hal tersebut, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai wadah profesi akuntansi di
Indonesia selalu tanggap terhadap perkembangan yang terjadi, khususnya dalam hal-hal yang
memengaruhi dunia usaha dan profesi akuntan. Hal ini dapat dilihat dari dinamika kegiatan
pengembangan standar akuntansi sejak berdirinya IAI pada tahun 1957 hingga kini.
Setidaknya, terdapat tiga tonggak sejarah dalam pengembangan standar akuntansi keuangan
di Indonesia.

Tonggak sejarah pertama, menjelang diaktifkannya pasar modal di Indonesia pada


tahun 1973. Pada masa itu merupakan pertama kalinya IAI melakukan kodifikasi prinsip dan
standar akuntansi yang berlaku di Indonesia dalam suatu buku ”Prinsip Akuntansi Indonesia
(PAI).”

Kemudian, tonggak sejarah kedua terjadi pada tahun 1984. Pada masa itu, komite PAI
melakukan revisi secara mendasar PAI 1973 dan kemudian mengkondifikasikannya dalam
buku ”Prinsip Akuntansi Indonesia 1984” dengan tujuan untuk menyesuaikan ketentuan
akuntansi dengan perkembangan dunia usaha.
11

Berikutnya pada tahun 1994, IAI kembali melakukan revisi total terhadap PAI 1984
dan melakukan kodifikasi dalam buku ”Standar Akuntansi Keuangan (SAK) per 1 Oktober
1994.” Sejak tahun 1994, IAI juga telah memutuskan untuk melakukan harmonisasi dengan
standar akuntansi internasional dalam pengembangan standarnya. Dalam perkembangan
selanjutnya, terjadi perubahan dari harmonisasi ke adaptasi, kemudian menjadi adopsi dalam
rangka konvergensi dengan International Financial Reporting Standards (IFRS). Program
adopsi penuh dalam rangka mencapai konvergensi dengan IFRS direncanakan dapat
terlaksana dalam beberapa tahun ke depan.

Dalam perkembangannya, standar akuntansi keuangan terus direvisi secara


berkesinambungan, baik berupa berupa penyempurnaan maupun penambahan standar baru
sejak tahun 1994. Proses revisi telah dilakukan enam kali, yaitu pada tanggal 1 Oktober 1995,
1 Juni 1996, 1 Juni 1999, 1 April 2002, 1 Oktober 2004, dan 1 September 2007. Buku
”Standar Akuntansi Keuangan per 1 September 2007” ini di dalamnya sudah bertambah
dibandingkan revisi sebelumnya yaitu tambahan KDPPLK Syariah, 6 PSAK baru, dan 5
PSAK revisi. Secara garis besar, sekarang ini terdapat 2 KDPPLK, 62 PSAK, dan 7 ISAK.

Untuk dapat menghasilkan standar akuntansi keuangan yang baik, maka badan
penyusunnya terus dikembangkan dan disempurnakan sesuai dengan kebutuhan. Awalnya,
cikal bakal badan penyusun standar akuntansi adalah Panitia Penghimpunan Bahan-bahan
dan Struktur dari GAAP dan GAAS yang dibentuk pada tahun 1973. Pada tahun 1974
dibentuk Komite Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) yang bertugas menyusun dan
mengembangkan standar akuntansi keuangan. Komite PAI telah bertugas selama empat
periode kepengurusan IAI sejak tahun 1974 hingga 1994 dengan susunan personel yang terus
diperbarui. Selanjutnya, pada periode kepengurusan IAI tahun 1994-1998 nama Komite PAI
diubah menjadi Komite Standar Akuntansi Keuangan (Komite SAK).

Kemudian, pada Kongres VIII IAI tanggal 23-24 September 1998 di Jakarta, Komite
SAK diubah kembali menjadi Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) dengan
diberikan otonomi untuk menyusun dan mengesahkan PSAK dan ISAK. Selain itu, juga telah
dibentuk Komite Akuntansi Syariah (KAS) dan Dewan Konsultatif Standar Akuntansi
Keuangan (DKSAK). Komite Akuntansi Syariah (KAS) dibentuk tanggal 18 Oktober 2005
untuk menopang kelancaran kegiatan penyusunan PSAK yang terkait dengan perlakuan
akuntansi transaksi syariah yang dilakukan oleh DSAK. Sedangkan DKSAK yang
anggotanya terdiri atas profesi akuntan dan luar profesi akuntan, yang mewakili para
11

pengguna, merupakan mitra DSAK dalam merumuskan arah dan pengembangan SAK di
Indonesia.

Ada juga pendapat yang lain mengtakan bahwa perkembangan standar akuntansi
keuangan di Indonesia yang terbaru mengadopsi IFRS ke PSAK, kronologis kejadian dari
tahun ke tahun adalah sebagai berikut :

Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) telah membentuk Komite Prinsip-prinsip Akuntansi


Indonesia untuk menetapkan standar-standar akuntansi, yang kemudian dikenal dengan
Prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia (PAI). (Terjadi pada periode 1973-1984)

Komite PAI melakukan revisi secara mendasar PAI 1973 dan kemudian menerbitkan
Prinsip Akuntansi Indonesia 1984 (PAI 1984). Menjelang akhir 1994, Komite standar
akuntansi memulai suatu revisi besar atas prinsip-prinsip akuntansi Indonesia dengan
mengumumkan pernyataan-pernyataan standar akuntansi tambahan dan menerbitkan
interpretasi atas standar tersebut. Revisi tersebut menghasilkan 35 pernyataan standar
akuntansi keuangan, yang sebagian besar harmonis dengan IAS yang dikeluarkan oleh IASB.
(Terjadi pada periode 1984-1994)

Ada perubahan Kiblat dari US GAAP ke IFRS, hal ini ditunjukkan Sejak tahun 1994,
telah menjadi kebijakan dari Komite Standar Akuntansi Keuangan untuk menggunakan
International Accounting Standards sebagai dasar untuk membangun standar akuntansi
keuangan Indonesia. Dan pada tahun 1995, IAI melakukan revisi besar untuk menerapkan
standar-standar akuntansi baru, yang kebanyakan konsisten dengan IAS. Beberapa standar
diadopsi dari US GAAP dan lainnya dibuat sendiri. (Terjadi pada periode 1994-2004).

Merupakan konvergensi IFRS Tahap 1, Sejak tahun 1995 sampai tahun 2010, buku
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) terus direvisi secara berkesinambungan, baik berupa
penyempurnaan maupun penambahan standar baru. Proses revisi dilakukan sebanyak enam
kali yakni pada tanggal 1 Oktober 1995, 1 Juni 1999, 1 April 2002, 1 Oktober 2004, 1 Juni
2006, 1 September 2007, dan versi 1 Juli 2009. Pada tahun 2006 dalam kongres IAI (Cek
Lagi nanti) X di Jakarta ditetapkan bahwa konvergensi penuh IFRS akan diselesaikan pada
tahun 2008. Target ketika itu adalah taat penuh dengan semua standar IFRS pada tahun 2008.
Namun dalam perjalanannya ternyata tidak mudah. Sampai akhir tahun 2008 jumlah IFRS
yang diadopsi baru mencapai 10 standar IFRS dari total 33 standar. (terjadi pada periode
2006-2008)
11

Standar akuntansi di Indonesia saat ini belum menggunakan secara penuh (full
adoption) standar akuntansi internasional atau International Financial Reporting Standard
(IFRS). Standar akuntansi di Indonesia yang berlaku saat ini mengacu pada US GAAP
(United Stated Generally Accepted Accounting Standard), namun pada beberapa pasal sudah
mengadopsi IFRS yang sifatnya harmonisasi.

Era globalisasi saat ini menuntut adanya suatu sistem akuntansi internasional yang
dapat diberlakukan secara internasional di setiap negara, atau diperlukan adanya harmonisasi
terhadap standar akuntansi internasional, dengan tujuan agar dapat menghasilkan informasi
keuangan yang dapat diperbandingkan, mempermudah dalam melakukan analisis kompetitif
dan hubungan baik dengan pelanggan, supplier, investor, dan kreditor. Namun, proses
harmonisasi ini masih banyak menghadapi hambatan.

Teknologi informasi yang berkembang pesat membuat informasi tersedia diseluruh


dunia. Pesatnya teknologi informasi ini merupakan akses bagi banyak investor untuk
memasuki pasar modal di seluruh dunia. Hal ini tidak dapat dilakukan jika perusahaan-
perusahaan masih memakai prinsip pelaporan keuangan yang berbeda-beda. Hal itu lah yang
melatarbelakangi IFRS.

Pengadobsian IFRS kedalam standar akuntansi domestik bertujuan untuk


meningkatkan kredibilitas laporan keuangan, persyaratan akan item- item pengungkapan akan
semakin tinggi sehingga nilai perusahaan akan semakin tinggi pula, manajemen akan
memiliki tingkat akuntabilitas tinggi dalam menjalankan perusahaan, laporan keuangan
perusahaan menghasilkan informasi yang lebih relevan dan akurat, dan laporan keuangan
akan lebih dapat diperbandingkan dan menghasilkan informasi yang valid untuk aktiva,
hutang, ekuitas, pendapatan dan beban perusahaan (Petreski, 2005).

IAI pada Desember 2008 telah mengumumkan rencana konvergensi standar akuntansi
lokalnya yaitu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dengan International
Financial Reporting Standards (IFRSs) yang merupakan produk dari IASB. Rencana
pengkonvergensian ini direncanakan akan terealisasi pada tahun 2012. Dengan pencanangan
tersebut timbul permasalahan mengenai sejauh mana adopsi IFRS dapat diterapkan dalam
Laporan Keuangan di Indonesia, bagaimana sifat adopsi yang cocok apakah adopsi seluruh
atau sebagian (harmonisasi), dan manfaat bagi perusahaan yang mengadopsi khususnya dan
bagi perekonomian Indonesia pada umumnya.
11
10

BAB III
KESIMPULAN

Mengubah standar akuntansi dari standar domestik menjadi standar internasional

bukanlah sekedar berganti aturan akuntansi semata, tetapi juga berarti perubahan dalam pola

pikir pegawai accounting/keuangan dan bagian lain di perusahaan dalam bekerja, mereka

dituntut untuk mengetahui dan bisa membuat laporan keuangan ber- standard IFRS. Hal ini

tentu saja membutuhkan waktu dan usaha yang keras.


11

DAFTAR PUSTAKA

Gamayuni , Rindu Rika. 2009. Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia


Menuju International Financial Reporting Standards. Fakltas ekonomi universitas
lampung. Lampung.

Kanaka Puradiredja Suhartono. Public Accountant, tax and business advisory services. 2014.
Konverjensi ke IFRS di Indonesia. http://www.kanaka.co.id/. 10 Mei 2014

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 1999. Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat.
Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2009. Program Konvergensi IFRS 2009.


www.iaiglobal.or.id. 3 April 2009.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2008. Prinsip Akuntansi: Sejarah SAK. www.iaiglobal.or.id

International Accounting Standards Committee. 1999. International Accounting Standards


1999.

Sukmiati. 2014. Penerapan IFRS Di Indonesia. http://sukmiiati.wordpress.com/. 10 mei 2014.

Anda mungkin juga menyukai