Anda di halaman 1dari 25

4

Makalah
Teori Akuntansi

FAIRNESS, DISCLOSURE, AND FUTURE TRENDS IN ACCOUNTING

Dan

DEVELOPMENT OF INDONESIA ACCOUNTING STANDARD

Oleh :
Siti Achmadi
023001904040

Program Studi Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Trisakti
2021
1.1 Fairness, Disclosure, and Future Trends in Accounting
Keadilan dalam akuntansi pada umumnya terkait dengan pengukuran dan pelaporan
informasi dengan cara yang objektif dan netral yang menyiratkan bahwa laporan akuntansi
belum dikenakan pengaruh yang tidak semestinya. Kewajaran menempati tempat yang paling
penting dalam akuntansi karena memberikan jaminan pada pengguna dan pasar bahwa
akuntan (sebagai pembuat laporan) dan auditor (sebagai pemeriksa) telah berusaha untuk
bertindak adil. Karena arti utama dari kewajaran adalah penyajian secara wajar, bab ini akan
membahas secara mendetail konsep yang dikenal di Amerika Serikat sebagai doktrin
kewajaran dan doktrin “benar dan wajar” (true and fair) di Eropa.
3.1.1 Kewajaran Dalam Akuntansi
1. Kewajaran Sebagai Netralitas dalam Penyajian
Kewajaran paling tepat dijabarkan dalam literatur dan persyaratan-persyaratan
akuntansi profesional sebagai pernyataan netralitas dari akuntan dalam pembuatan
laporan keuangan. Scott pada tahun 1941, menyatakan: “Aturan, prosedur, dan
teknik akuntansi hendaknya wajar, tidak bias dan tidak memihak. Jadi salah satu
dalil akuntansi dasar yang mendasari prinsip-prinsip akuntansi dapat dinyatakan
sebagai kewajarankewajaran bagi seluruh segmen dari masyarakat bisnis
(manajemen, tenaga kerja, pemegang saham, kreditor, konsumen, dan publik),
ditentukan dan kebiasaan dari semua segmen tersebut sampai pada akhirnya semua
prinsip-prinsip akuntansi yang didasarkan atas dalil di atas akan menghsilkan
akuntansi keuangan bagi hak-hak dan kepentingankepentingan ekonomi yang telah
diterbitkan secara resmi menjadi wajar untuk semua segmen.
Menurut sejarahnya, kewajaran atau doktrin kewajaran mengalami evolusi
dari penerapan kosep konservatisme. Konsep tersebut berangkat dari perhatian
yang berhubungan dengan masalah likuiditas dan pemberian kredit, yang
umumnya dikaitkan dengan konservatisme, menuju kearah pemikiran bahwa
penyajian laporan keuangan seharusnya wajar bagi semua pengguna.
Kewajaran umumnya dihubungkan dengan pengukuran dan pelaporan
informasi melalui cara yang objektif dan netral. Informasi adalah wajar jika
informasi tersebut objektif dan netral. Kewajaran akan lebih dapat tercapai dalam
akuntansi manajerial atau akuntansi biaya dimana adanya tanda-tanda
keberpihakan atau bias dapat mendistorsikan proses pengambilan keputusan yang
sangat bergantung pada data akuntansi manajerial. kewajaran menjadi kriteria
informasi yang dibutuhkan dalam akuntansi manajerial untuk memastikan integrasi
dan akurasi dari pengambilan keputusan.
Persepsi dan penerapan penyajian secara wajar dalam pembuatan dan
penyajian laporan keuangan yang telah mengikuti prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku secara umum, kadang-kadang memberikan beberapa konsekuensi yang
kurang menguntungkan:
 Ketidakmampuan untuk mengandalkan pada konsep keadilan yang sebaliknya
justru didedikasikan pada kewajaran dalam distribusi.
 Ketidakmampuan untuk memperluas ruang lingkup dari pengungkapan -
pengungkapan dalam laporan keuangan di luar informasi akuntansi keuangan
konvensional ke arah kewajaran dalam pengungkapan.
 Fleksibilitas yang diberikan untuk melakukan manajemen penghasilan dan
perataan laba.
 Terciptanya iklim untuk praktik-praktik penyelewengan.
2. Doktrin “Benar dan Wajar”
Menurut pemahaman umum, pandangan ini berati penyajian akun-akun, yang
berdasarkan prinsi-prinsip akuntansi yang berlaku umum dengan menggunakan
angkaangka yang akurat. Benar memiliki artian bahwa informasi akuntasi yang
dimuat dalam laporan keuangan telah dikuantifisir dan dikomunikasikan
sedemikian rupa sehingga sesuai dengan peristiwa, aktivitas dan transaksi ekonomi
yang dimaksudkan untuk disajikan olehnya. Wajar berarti bahwa informasi
akuntansi tersebut telah di ukur dan diungkapkan dengan cara yang objektif dan
tanpa prasangka apa pun terhadap kepentingan dari berbagai bagian dalam
perusahaan.
Kedua difinisi diatas pada dasarnya menghubungkan ”benar dan wajar”
dengan akurat dan bebas dari bias. Akan tetapi usaha yang patut dihargai ini
mengurangi artian dari definisi profrsional dan legal mengenai “benar dan wajar”
sebagai salah satu istilah teknis yang memiliki arti kepatuhan terhadap prinsip-
prinsip akuntansi yang benar. Forth Directive mengharuskan seluruh laporan
keuangan dari perusahaan perseroan terbatas yang menjadi subjek dari hukum
perusahaan Masyarakat Ekonomi Eropa, menyajikan pandangan “benar dan wajar”
sebagai berikut:
a. Laporan tahunan akan terdiri atas neraca, laporan laba rugi dan catatan atas
laporan keuangan.
b. Mereka akan disusun dengan jelas dan disusun sesuai dengan ketentuan-
ketentuan yang ada dalam directive.
c. Laporan tahunan akan memberikan pandangan yang benar dan wajar atas
aktiva, kewajiban, posisi keuangan dan laba rugi perusahaan.
d. Apabila penerapan ketentuan dari Directive tersebut tidak memadai untuk
memberikan pandangan yang benar dan wajar sesuai dengan paragraf 3,
informasi tambahan harus diberikan.
e. Apabila dalam kasus-kasus luar biasa penerapan salah satu ketentuan dari
Directive ini tidak sesuai dengan kewajiban yang tertera dalam paragraf 5,
ketentuan tersebut harus dihapuskan agar dapat memberikan pandangan secara
benar dan wajar sesuai dengan yang dimaksudkan oleh paragraf 5.
Tidak terdapat definisi yang jelas mengenai doktrin “benar dan wajar” ini, yang
selanjutnya mengarah kepada munculnya interprestasi yang berbeda di antara para
anggota Masyarakat Eropa dan kecenderungan untuk mengartikannya sesuai dengan
konteks budata nasional, tradisi akuntansi internasional, dan prinsip-prinsip akuntansi
yang berlaku umum secara nasional.
3.1.2 Kewajaran dalam Distribusi
Pada dasarnya, kewajaran dapat dipandang sebagai konsep moral dari keadilan yang menjadi
subjek dari tiga interpretasi yang berada mengenai pemikiran keadilan distributif. Oleh sebab itu,
dalam bagian ini kita akan memperluas pembahasan akuntansi mengenai kewajaran dengan
memperkenalkan konsep filosofi utama dari keadilan distributif dalam konteks akuntansi. Hasil
akhirnya adalah adanya kemungkinan untuk melihat dan membandingkan konsep kewajaran melalui
kerangka keadilan disributif.
1. Perhatian atas Pertanyaan-pertanyaan Mengenai Distribusi
Kewajaran dalam literatur akuntansi sosial menjadi masalah pendistribusian tanggung
jawab sosial secara umum, dan ketanggapan sosial sebagai kemampuan dari perusahaan
untuk memberikan respons atas tekanan-tekanan sosial. Jadi responsif sosial perusahaan,
menjadi salah satu tanda kewajaran, berada di luar konotasi moral dan etika dari tanggung
jawab sosial serta proses material. Respon untuk kewajaran meliputi identifikasi,
pengukuran dan pengungkapan, apabila memungkinkan, dari biaya sosial yang diciptakan
oleh aktivitas-aktivitas eknomi perusahaan, sekaligus pula respon yang memadai untuk
masalah-masalah ini.
2. Kewajaran sebagai Konsep Moral dari Keadilan
Agar kewajaran dapat diterima sebagai konsep moral dan keadilan, harus dibuat
paralel-paralel dari teori utama mengenai keadilan distributif, yaitu teori-teori yang
dinyatakan berikut ini:
1) Kontribusi dari Rawls
a. Teori Keadilan Rawls
Sasaran dari teori keadilan Rawls adalah mengembangkan suatu teori mengenai
keadilan dalam bentuk prinsip-prinsip untuk diterapkan dalam pengembangan struktur
dasar dari masyarakat dan yang menyajikan tantangan langsung kepada utilitarisme
(paham kemanfaatan). Anggapan utama dari Rawls adalah pendistribusian semua
barang-barang dan jasa ekonomi secara merata kecuali di mana distribusi yang tidak
merata akan mendatangkan manfaat kepada semua orang, atau paling sedikit akan
menguntungkan golongan yang paling tidak beruntung dari masyarakat. Setiap
individu akan memilih dua prinsip keadilan:
a) Setiap orang memiliki hak yang sama atas kebebasan dasar yang paling luas dan
sesuai dengan kebebasan yang serupa bagi orang lain.
b) Ketidaksamaan sosial dan ekonomi akan disusun sehingga mereka akan
(1) secara wajar diharapkan memberikan manfaat bagi semua orang, dan
(2) terkait pada posisi dan pekerjaan yang terbuka bagi semua orang.
b. Kewajaran dalam Akuntansi Menurut Rawls
Teori kontrak Rawls jika diterapkan dalam akuntansi, menawarkan potensi untuk
memercayakan pada tabir ketidaktahuan di semua situasi yang meminta adanya
pilihan akuntansi pada akhirnya memberikan hasil solusi yang netral, wajar, dan adil
secara sosial. Teori ini juga menawarkan peran akuntansi yang diperluas dalam
penciptaan institusi yang asil dan definisi dari tingkat sosial minimun yang dianjurkan
oleh Rawls.
2) Kontribusi dari Nozick
a. Teori Keadilan Nozick
Nozick berpendapat bahwa teori keadilan dari Rawls melanggar hak-hak
orang lain, dan konsekuensinya tidak dapat dibenarkan secara moral. Teori
keadilan yang memiliki pola mempunyai arti bahwa distribusi akan berbeda sesuai
dengan beberapa dimensi alamiah, jumlah tertimbang dari dimensi dimensi alamiah,
atau urutan leksikografi dari dimensi-dimensi alamiah. Teori nozick berfokus pada
pentingnya prinsip-prinsip historis, bahwa distribusi tidak hanya atau tidak
bergantungn kepada bagaiman hasil akhirnya saja.
b. Kewajaran dalam Akuntansi Menurut Nozick
Menurut Nozick, interprestasi dari Libetarian atas penghormatan yang diberikan oleh
akuntansi kepada mekanisme pasar yang memberikan kewajaran penilaian,
menyebabkan akuntansi tidak cukup dilengkapi untuk menangani aspek-aspek
distributif dari proses akuntansi. Tanpa adanya bahasa moral untuk membahas
kewajiban sosial satu sama lain dari manusia, prinsipprinsip keadilan dalam akuisisi
dan transisi tidak akan memiliki substansi. Pelanggaran-pelanggaran masa lalu
terhadap prinsip-prinsip akusisi dan tranisi akan terus terjadi tanpa adanya konsep
mengenai keadilan redistributif. Interprestasi Libetarian dari mekanisme pasar tidak
akan memberikan jaminan bahwa hal tersebut adalah wajar atau bahkan kewajaran
merupakan proses yang menengahi.
3) Kontribusi dari Gerwith
 Teori Keadilan Gerwith
Sasaran dari teori keadilan Gerwith adalah memberikan justifikasi rasional bagi
prinsip-prinsip moral untuk secara objektif membedakan tindakna-tindakan yang tepat
secara moral dan institusi-intitusi dari tindakan-tindakan yang salah secara moral.
Gerwith menyajikan doktrinnya mengenai struktur keadilan dalam tiga hal utama
yaitu ;
a) setiap agen secara implisit membuat petimbangan-pertimbangan evaluatif
mengenai manfaat dari tujuannya dan selanjutnya mengenai manfaat akan
kebebasan dan kesejahteraan yang merupakan kondisi yang dibutuhkan untuk
melakukan tindakan guna mencapai tujuan tersebut.
b) setiap agen secara implisit membuat pertimbangan kewajiban di mana ia
mengklaim bahwa ia tidak memperoleh kebebasan dan kesejahteraan.
c) setiap agen harus mengkalim hak-hak ini dengan alasan yang memadai bahwa ia
merupakan seorang agen prospektif yang memiliki tujuan untuk dipenuhi,
sehingga ia secara logis harus menerima generalisasi bahwa semua agen memiliki
hak untuk mendapatkan kebebasan dan kesejahteraan.
b. Kewajaran dalam Akuntansi Menurut Gerwith
Dalam penerapan pada akuntansi, Gerwith mengusulkan keunggulan dari perhatian
atas hak-hak kebebasan dan kesejahteraan dari semua orang yang dipengaruhii oleh
aktvitas-aktivitas perusahaan dan atas penciptaan peraturan-peraturan instituional dan
akuntansi untuk menjamin hak-hak tersebut. Akuntansi dapat diminta untuk
memfasilitasi redistribusi kekayaan secara efektif dari para pemangku kepentingan
organisasi. Pada dasarnya, prinsip Gerwith yang diterapkan pada kewajaran dalam
akuntansi meliputi pengakuan akan hak-hak dari semua pihak yang dipengaruhi oleh
aktivitasaktivitas organisasi.
3.1.3 Kewajaran dalam Pengungkapan
Di bagian ini akan diperluas pembahasan dalam meningkatkan konsep kewajaran dengan
melihat prinsip kewajaran dalam pengungkapan. Pada dasarnya, sebagai hasil dari konsep kewajaran
dalam distribusi yang lebih adil, prinsip kewajaran dalam pengungkapan meminta adanya perluasan
dari pengungkapan akuntansi konvensional untuk mengakomodasi seluruh pihak-pihak lain yang
berkepentingan, sebagai tambahan di luar pihak investor dan kreditor yang memiliki kepentingan
pribadi terhadap kegiatan-kegiatan perusahaan.
1. Tuntutan Untuk Memperluas Pengungkapan
Tiga usulan untuk memperkecil dan/atau menghilangkan ketidakwajaran dalam pelaporan
dan pengungkapan akan dibahas berikut:
1. Usulan pengungkapan Bedford
Bedford mengusulkan perluasan pada pengungkapan akuntansi untuk mengurangi
masalah-masalah yang diciptakan oleh Doktrin kewajaran dalam akuntansi.
Perluasan pengungkapan akuntansi menentukan perluasan dari karakteristik
pengungkapan. Perluasan dipengaruhi dan dimotivasi oleh serangkaian sikap dari
para “ahli teori” yang mempengaruhi akuntansi.
2. Teori kebijakan akuntansi yang efisien dan adil dari Lev
Lev berpendapat bahwa kemajuan dalam menangani masalah kebijakan akuntansi
fundamental dapat dicapai dengan memuat kepentingan eksplisit dari para pembuat
kebijakan keadilan dari pasar modal. Hal ini penting karena baik analisis teoritis
maupun bukti empiris menunjukan bahwa meningkatnya informasi yang asimetris,
atau ketidakadilan, dikait-kaitkan dengan menurunnya jumlah investor, biaya
transaksi yang tinggi, likuiditas sekuritas yang menurun, menipisnya jumlah volume
perdagangan, dan secara umum, menurunnya keuntungan sosial dari perdagangan.
3. Keunggulan dari Pengguna GAA
Ada dua versi prinsip keunggulan pengguna yaitu:
1. Versi yang dikenal sebagai pronsip keunggulan pengguna dasar berfokus pada
kebutuhan dari pengguna dengan kemampuan yang terbatas.
2. Versi yang lain dikenal sebagai keunggulan pengguna yang diperluas, berfokus
pada kebutuhan informasi dari para pengguna yang lebih ahli.
Gaa menyelidiki perumusan logis dari prinsip keunggulan pengguna dengan
didasarkan pada karya-karya kontemporer dalam filosopi etika, sosial dan politik,
dimana manusia dipandang sebagai pembuat keputusan, dimana prinsip-prinsip yang
mengatur perilaku individu dan kelompok adalah hasil dari keputusan rasional.
4. Temuan-Temuan Komite Jenkins
Komite Jenkins bertugas menentukan Sifat dan cakupan informasi yang seharusnya
dilaporkan oleh pihak manajemen, cakupan infomasi yang seharusnya dilaporkan oleh
auditor, pengungkapan akuntansi yang diperluas
5. Metode Pelaporan Multilapisan
Model pelaporan multilapisan dijelaskan sebagai berikut:
1) Lapisan pertama ditujukan untuk hal-hal yang memenuhi kriteria pengakuan dan
akan mencerminkan inti dari laporan keuangan saat ini.
2) Lapisan kedua ditujukan untuk hal-hal yang memenuhi kriteria pengakuan namun
tidak termasuk ke dalam bagian inti karena menyangkut mengenai keandalannya
yang dipertanyakan.
3) Lapisan ketiga ditujukan untuk hal-hal yang memiliki keandalan dan definisinya
dipertanyakan.
4) Lapisan keempat ditujukan untuk hal-hal yang memenuhi kriteria pengukuran,
keandalan dan relevansi tetapi tidak memenuhi definisi dari elemen laporan
keuangan.
5) Lapisan kelima ditujukan untuk hal-hal relevan yang tidak memenuhi definisi
dari elemen dan tidak dapat diukur secara andal.
6. Pengungkapan Akuntansi Diperluas
Tujuan dari pengungkapan dinyatakan sebagai berikut:
1. Untuk menguraikan hal-hal yang diakui dan memberikan pengukuran yang
relevan atas hal-hal tersebut di luar pengukuran yang digunakan dalam laporan
keuangan.
2. Untuk menguraikan hal-hal yang diakui dan untuk memberikan pengukuran yang
bermanfaat.
3. Untuk memberikan informasi yang akan membantu investor dan kreditor menilai
risiko dan potensial dari hal-hal yang diakui dan tidak diakui.
4. Untuk memberikan informasi penting yang memungkinkan para pengguna
laporan keuangan untuk melakukan perbandingan dalam satu tahun dan diantara
beberapa tahun.
5. Untuk memberikan informasi mengenai arus kas masuk atau keuar di mas depan.
6. Untuk membantu para investor menilai pengembalian dari investasi mereka.
2. Pelaporan Nilai Tambah
Nilai tambah merupakan peningkatan kesejahteraan yang dihasilkan oleh pengguna sumber
daya perusahaan yang produktif sebelum dialokasikan kepada pemegang saham, pemegang
obligasi, pegawai, dan pemerintah. Nilai tambah ini mudah dihitung dengan memodifikasi
laporan laba rugi.
3. Pelaporan Tentang Karyawan
Dengan adanya karyawan dan serikat pekerja sebagai pengguna informasi akuntansi yang
potensial, dan untuk berbagai alasan yang baik, tampak bahwa laporan tahunan bagi
pemegang saham bukan merupakan dokumen yang dapat mencakup kepentingan semua
pihak. Solusinya yaitu terletak pada pembuatan laporan khusus bagi karyawan dan serikat
pekerja.
4. Pelaporan dan Akuntansi Sosial
Terdapat empat aktivitas yang berhubungan dengan akuntansi sosial yaitu ;
1) akuntansi pertanggungjawaban sosial (social responsibility accounting, SRA),
2) Akuntansi sosioekonomi (socioeconomis accounting, SEA)
3) Akuntnasi dampak total ( total impact accounting, TIA), dan
4) Akuntansi indikator sosial (social indicator accounting, SIA).
Alasan dilakukannya pengungkapan kinerja sosial diantaranya:
 Terkait dengan kontrak sosial antara perusahaan dengan masyarakat.
 Membantu dalam mengaplikasikan konsep kejujuran yang akan bermanfaat bagi
akuntansi sosial.
 Kebutuhan pengguna laporan keuangan untuk membuat keputusan alokasi dana.
 Investasi sosial.
5. Pelaporan Informasi Penganggaran
Dalam pengungkapan informasi penganggaran perlu memperhatikan reliabilitas terkait
dengan keakuratan relatif peramalan, pertanggungjawaban terkait dengan besarnya kewajiban
perusahaan dalam penganggaran dan kemungkinan akuntan mengaudit anggaran tersebut,
dan sikap diam terkait dengan tingkat diamnya dan ketidakbergeraknya perusahaan akibat
kerugian yang mungkin timbul dari pengungkapan penganggaran.

3.1.4 Akuntansi Sumber Daya Manusia


1. Manfaat Sumber Daya Manusia
Akuntansi sumber daya manusia yaitu proses mengidentifikasi dan mengukur data mengenai
sumber daya manusia dan mengkomunikasikan informasi ini kepada pihak – pihak yang
tertarik. Tujuan utama akuntansi sumber daya manusia yaitu :
a. Identifikasi “nilai sumber daya manusia”.
b. Pengukuran cost dan nilai orang pada organisasi.
c. Mengkaji pengaruh pemahaman informasi ini dan dampaknya pada perilaku manusia

2. Teori Nilai Sumber Daya Manusia


Konsep nilai manusia berasal dari teori umum mengenai nilai ekonomis. Individu dan
kelompok dapat dilekati nilai, seperti aset fisik yang didasarkan pada kemampuan untuk
memberikan jasa ekonomi di masa mendatang. Nilai individu atau kelompok didefinisikan
sebagai manfaat jasa yang diberikan saat ini yang diberikan kepada organisasi sepanjang
masa pemberian jasa individu atau kelompok yang diharapkan.
a. Determinan dari nilai individual
Pada model Flamholtz, ukuran yang digunakan untuk mengukur manfaat manusia adalah
nilai expected realizable nya. Nilai individu meruapakan interaksi antara dua variable :
 Nilai kondisional yang diharapakan individual : produktivitas kemampuan untuk
dipindah, dan kemampuan untuk dipromosikan.
 Probabilitas bahwa individu akan mempertahankan keangggotaannya pada
organisasi : terkait dengan tingkat kepuasan seseorang terhadap pekerjaannya.
b. Determinan dari nilai kelompok
Tiga variabel yang mempengaruhi aktivitas perusahaan dalam “pengelolaan
manusia”( Likert-Bowers ) :
 Variabel kausal : variabel bebas yang diubah atau diganti secara sengaja atau secara
langsung oleh organisasi dan manajemennya dan yang menentukan arah
perkembangan dalam organisasi.
 Variabel Intervening : merefleksi keadaan internal, kesehatan dan kemampuan kinerja
organisasi.
 Variabel hasil akhir : variabel terikat yang merefleksikan hasil yang di capai oleh
suatu perusahaan.
3. Pengukuran Aktiva Sumber Daya Manusia
a. Metode Biaya Historis
Mengkapitalisasi seluruh cost yang terkait dengan usaha untuk merekrut, memilih,
mempekerjakan, melatih, menempatkan dan mengembangkan seorang karyawan (aset
manusia), dan kemudian mengamortisasi cist ini sepanjang masa manfaat aset ini dan
mengakui kerugian jika melikuidasinya atau meningkatkan keuntungan potensial dari
aset tersebut.
b. Metode Biaya Penggantian
Membuat estimasi cost untuk mengganti sumber daya manusia yang ada dalam
perusahaan. Keuntungan metode ini adalah metode ini merupakan pengganti pengukuran
yang baik bagi nilai ekonomis aset dengan batasan bahwa pertimbangan pasar penting
untuk membentuk tafsiran akhir.
c. Metode Biaya Oportunitas
Nilai sumber daya ditentukan melalui proses penawaran kompetitif pada perusahaan,
didasarkan pada konsep opportunity cost.
d. Metode Kompensasi
Nilai modal manusia yang dikandung oleh seorang manusia pada umur tahun adalah nilai
sekarang dari earnings yang akan diperolehnya dari pekerjaanya. Kelemahan metode ini
adalah subjetivitas yang terkait dengan penentuan tingkat gaji mendatang, lama
karyawan bekerja dalam organisasi, dan tingkat diskon.
e. Metode Upah Diskonto Masa Depan yang telah disesuaikan
Metode ini mengusulkan bahwa gaji mendatang yang didiskon disesuaikan dengan
menggunakan faktor efisiensi, yang digunakan untuk mengukur efektivitas relatif modal
manusia pada perusahaan tertentu.
f. Ukuran Non Moneter
Ukuran non moneter ini digunakan untuk mengukur aset manusia yang telah digunakan
seperti metode sederhana yaitu dilakukan pembuatan peringkat atau ranking mengenai
kinerja individual dan pengukuran sikap.
1. Development of Indonesian Accounting (PSAK)
1.1. Perkembangan PSAK
Standar akutansi merupakan pedoman umum penyusunan laporan keuangan yang
merupakan pernyataan resmi tentang masalah akuntansi tertentu yang dikeluarkan oleh
badan yang berwenang dan berlaku dalam lingkungan tertentu. biasanya berisi tentang
definisi, pengukuran/penilaian, pengakuan, dan pengungkapan elemen laporan
keuangan.
Standar akuntansi biasanya terdiri atas 3 bagian (Baxter, 1979) :
 Deskripsi tentang masalah yang dihadapi
 Diskusi logis cara pemecahan masalah
 Dalam kaitannya dengan keputusan teori, diajukan suatu solusi
Standar umum akuntansi dan perusahaan go public yang telah dikembangkan
selama bertahun-tahun, dan yang digunakan oleh bisnis untuk mengatur informasi
keuangan mereka menjadi catatan transaksi akuntansi yang ringkas dalam pelaporan
keuangan, serta mengungkapkan informasi pendukung tertentu.
IFRS merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan oleh
International Accounting Standard Board (IASB). Standar Akuntansi Internasional
(International Accounting Standards/IAS) disusun oleh empat organisasi utama dunia
yaitu Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC),
Organisasi Internasional Pasar Modal (IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasioanal
(IFAC).
Tujuan IFRS memastikan bahwa laporan keuangan dan laporan keuangan interim
perusahaan untuk periode-periode yang dimaksud dalam laporan keuangan tahunan,
mengandung informasi berkualitas tinggi yang :
1. Transparan bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang periode yang
disajikan.
2. Menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada
IFRS.
3. Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna.
Standart Akuntansi digunakan untuk :
1) Untuk keseragaman laporan keuangan, laporan keuangan yang relevan dan
reliable (representational faitfullness)
2) Memudahkan penyusun laporan keuangan karena ada pedoman baku sehingga
meminimalkan bias dari penyusun
3) Memudahkan auditor dalam mengaudit
4) Memudahkan pembaca laporan keuangan untuk menginterpretasikan dan
membandingkan laporan keuangan entitas yang berbeda.
5) Pengguna laporan keuangan banyak pihak sehingga penyusun tidak dapat
menjelaskan kepada masing-masing pengguna.
Ada empat hal pokok yang diatur dalam standar akuntansi :
 Yang pertama berkaitan dengan definisi elemen laporan keuangan atau informasi
yang berkaitan. Definisi digunakan dalam standar akuntansi untuk menentukan
apakah transaksi tertentu harus dicatat dan dikelompokkan ke dalam aktiva,
hutang, modal, pendapatan dan biaya.
 Yang kedua adalah pengukuran dan penilaian. Pedoman ini digunakan untuk
menentukan nilai dari suatu elemen laporan keuangan baik pada saat terjadinya
transaksi keuangan maupun pada saat penyajian laporan keuangan (pada tanggal
neraca).
 Hal ketiga yang dimuat dalam standar adalah pengakuan, yaitu kriteria yang
digunakan untuk mengakui elemen laporan keuangan sehingga elemen tersebut
dapat disajikan dalam laporan keuangan.
 Yang terakhir adalah penyajian dan pengungkapan laporan keuangaan. Komponen
keempat ini digunakan untuk menentukan jenis informasi dan bagaimana informasi
tersebut disajikan dan diungkapkan dalam laporan keuangan. Suatu informasi dapat
disajikan dalam badan laporan (Neraca, Laporan Laba/Rugi) atau berupa penjelasan
(notes) yang menyertai laporan keuangan (Chariri, 2009).
PSAK adalah singkatan dari Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang
merupakan suatu kerangka dari prosedur pembuatan laporan keuangan akuntansi yang
berisi peraturan mengenai pencatatan, penyusunan, perlakuan, dan penyajian laporan
keuangan yang disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang didasarkan pada
kondisi yang sedang berjalan dan telah disepakati serta telah disahkan oleh institut
atau lembaga resmi di indonesia.
Dari Pengertian PSAK di atas kita dapat mengambil gambaran bahwa
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) berisi tentang tata cara penyusunan
laporan keuangan yang selalu mengacu pada teori yang ada seperti layaknya IFRS
yang di gunakan pada skala global. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
menetapkan dasar-dasar penyajian laporan keuangan yang bertujuan umum atau
disebut general purpose financial statements agar dapat dibandingkan baik dengan
laporan keuangan sebelumnya maupun dengan laporan keuangan lain. PSAK
mengatur persyaratan struktur laporan keuangan, penyajian laporan keuangan, dan
persyaratan minimum isi laporan keuangan.
Perubahan pada perkembangan global semakin menuntut di hampir seluruh
negara di dunia, ditopang dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi
yang semakin memperbudak seluruh bangsa. Membawa perubahan zaman yang
seharusnya menjadikan kemajuan dalam sifat transaparansial, akuntable, dan relevansi
di segala bidang. Standar akuntansi keuangan adalah sebuah pedoman atau standar
umum untuk menyusun laporan keuangan yang merupakan pernyataan resmi tentang
masalah akuntansi tertentu yang dikeluarkan oleh badan yang berwenang dan berlaku
di lingkungan tertentu. Untuk mewujudkan sifat transparansial, akuntable, dan
relevansi maka diperlukan suatu pedoman yang disebut standar akuntansi keuangan.
Standar akuntansi keuangan dapat diumpamakan sebagai cerminan dari kondisi
praktik bisnis yang sebenarnya terjadi. Oleh karena itu, pengembangan standar
akuntansi keuangan yang baik, akan sangat relevan dan dibutuhkan pada masa
sekarang ini.
Berikut ini adalah perkembangan standar akuntansi Indonesia mulai dari awal
sampai dengan saat ini yang menuju konvergensi dengan IFRS (Sumber: Ikatan
Akuntan Indonesia, 2008):
1. Pada masa penjajahan Belanda di Indonesia: Indonesia memakai standar
akuntansi belanda (Sound Business Practices)
2. Tahun 1955: Indonesia belum mempunyai undang – undang resmi / peraturan
tentang standar keuangan
3. Tahun 1974: Indonesia mengikuti standar Akuntansi Amerika yang dibuat oleh
IAI yang disebut dengan Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI)
4. Tahun 1984: PAI ditetapkan menjadi standar akuntansi Indonesia
5. Akhir tahun 1984: PAI mengikuti standar yang bersumber dari IASC
(International Accounting Standart Committee)
6. Sejak tahun 1994: PAI sudah committed mengikuti IASC / IFRS
7. Tahun 2008: SAK mengacu kepada IFRS
8. Tahun 2012: IFRS mulai diresmikan dan diterapkan

1.2.Peran IAI dalam perkembangan PSAK


Pada tahun 1955, Indonesia pun belum mempunyai undang-undang resmi untuk
peraturan tentang standar keuangan. Pada tahun 1974, Indonesia mulai mengikuti
standar Akuntansi Amerika yang dibuat oleh IAI yang disebut dengan Prinsip
Akuntansi Indonesia (PAI). Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah organisasi profesi
akuntan yang juga merupakan badan yang menyusun standar akuntansi di Indonesia.
Organisasi profesi ini terus berusaha menanggapi perkembangan akuntansi keuangan
yang terjadi baik tingkat nasional, regional maupun global, khususnya yang
mempengaruhi dunia usaha dan profesi akuntansi sendiri. Perkembangan akuntansi
keuangan sejak berdirinya IAI pada tahun 1957 hingga kini perkembangan standar
akuntansi ini dilakukan secara terus menerus.
Awal sejarah adanya standar akuntansi keuangan di Indonesia adalah ketika
menjelang diadakannya pasar modal aktif di Indonesia tahun 1973. Pada tahun 1973
terbentuk Panitia Penghimpunan Bahan-bahan dan Struktur GAAP dan GAAS. Pada
tahun tersebut juga dibentuk Komite Prinsip Akuntansi Indonesia (Komite PAI) yang
bertugas menyusun standar keuangan. Ini merupakan masa awal IAI menerapkan
system standar akuntansi di Indonesia yang dituangkan di dalam buku berjudul
“Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI).” Komite PAI telah bertugas selama empat periode
kepengurusan IAI sejak tahun 1974 hingga 1994 dengan susunan personel yang selalu
diperbarui. Selanjutnya, pada periode kepengurusan IAI tahun 1994-1998 nama
Komite PAI diubah menjadi Komite Standar Akuntansi Keuangan (Komite SAK),
kemudian pada kongres VIII, tanggal 23-24 September 1998 di Jakarta, Komite SAK
diubah menjadi Dewan Standar Akuntansi Keuangan untuk masa bakti 1998-2000 dan
diberikan otonomi untuk menyusun dan mengesahkan PSAK.
Pada 1984, komite PAI membuat sebuah revisi standar akuntansi dengan cara
lebih mendasar jika dibandingkan PAI 1973 dan mengkodifikasikan ke dalam sebuah
buku berjudul “Prinsip Akuntansi Indonesia 1984”. Prinsip tersebut memiliki tujuan
untuk membuat suatu kesesuaian terhadap ketentuan akuntansi yang dapat diterapkan
di dalam dunia bisnis.
Pada 1994, IAI telah melakukan berbagai langkah harmonisasi menggunakan
standar akuntansi internasional di dalam proses pengembangan standar akuntansi dan
melakukan revisi total pada PAI 1984 dan sejak itu mengeluarkan serial standar
keuangan yang diberi nama Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang diterbitken
sejak 1 Oktober 1994. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) ditetapkan sebagai standar
akuntansi yang baku di Indoneisa. Perkembangan standar akuntansi ketiga ini
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dunia usaha dan profesi akuntansi dalam rangka
mengikuti dan mengantisipasi perkembangan internasional. Banyak standar yang
dikeluarkan itu sesuai atau sama dengan standar akuntansi internasional yang
dikeluarkan oleh IASC.
Sekarang ini ada dua PSAK yang dikeluarkan oleh 2 Dewan Standar Akuntansi
Keuangan, yaitu:
1. PSAK Konvensional
2. PSAK Syariah
Digunakan oleh entitas yang melakukan transaksi syariah baik entitas lembaga
syariah maupun non lembaga syariah. Pengembangan dengan model PSAK umum
namun berbasis syariah dengan acuan fatwa MUI. PSAK ini tentu akan terus
bertambah dan revisi sesuai kebutuhan perkembangan bisnis dan profesi akuntan.
Setelah terjadi sebuah perubahan harmonisasi menjadi adaptasi, selanjutnya
dilakukan adopsi guna terjadi konvergensi terhadap Internasional Financil Standards
(IFRS). Adopsi dilakukan secara penuh dengan tujuan tercapainya konvergensi
terhadap IFRS sehingga standar akuntansi keuangan dapat terlaksanakan lebih baik di
masa selanjutnya.
Di dalam proses berkembangnya standar akuntansi keuangan, terjadi beberapa
revisi yang dilakukan secara kontinyu, yaitu baik penyusunan ataupun penambahan
dari standar itu sendiri.sejak tahun 1994, telah dilakukan sekitar enam kali revisi
hingga tahun 2007. Sejak
tahun 1994 hingga 2004, ada perubahan Kiblat dari US GAAP ke IFRS, hal ini
ditunjukkan Sejak tahun 1994, telah menjadi kebijakan dari Komite Standar Akuntansi
Keuangan untuk menggunakan International Accounting Standards sebagai dasar
untuk membangun standar akuntansi keuangan Indonesia. Dan pada tahun 1995, IAI
melakukan revisi besar untuk menerapkan standar-standar akuntansi baru, yang
kebanyakan konsisten dengan IAS. Beberapa standar diadopsi dari US GAAP dan
lainnya dibuat sendiri.
Dari revisi tahun 1994 IAI juga telah memutuskan untuk melakukan harmonisasi
standar PSAK kepada International Financial Reporting Standard (IFRS).
Selanjutnya harmonisasi tersebut diubah menjadi adopsi dan terakhir adopsi tersebut
ditujukan dalam bentuk konvergensi terhadap International Financial Reporting
Standard. Program konvergensi terhadap IFRS tersebut dilakukan oleh IAI dengan
melakukan adopsi penuh terhadap standar internasional (IFRS dan IAS).
Manfaat dari program konvergensi IFRS diharapkan akan mengurangi
hambatan- hambatan investasi, meningkatkan transparansi perusahaan, mengurangi
biaya yang terkait dengan penyusunan laporan keuangan, dan mengurangi cost of
capital. Sementara tujuan akhirnya laporan keuangan yang disusun berdasarkan
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) hanya akan memerlukan sedikit rekonsiliasi
untuk menghasilkan laporan keuangan berdasarkan IFRS. Sasaran konvergensi IFRS
tahun 2012 adalah merevisi PSAK agar sesuai dengan IFRS versi 1 Januari 2009 yang
berlaku efektif tahun 2011 atau 2012 dan konvergensi IFRS di Indonesia dilakukan
secara bertahap. Indonesia telah mengadopsi IFRS secara penuh pada tahun 2012,
strategi adopsi yang dilakukan untuk konvergensi ada dua macam, yaitu big bang
strategy dan gradual strategy. Big bang strategy mengadopsi penuh IFRS sekaligus
tanpa melalui tahapan-tahapan tertentu. Strategi ini digunakan oleh Negara-negara
maju. Sedangkan pada gradual strategy, adopsi IFRS dilakukan secara bertahap.
Strategi ini digunakan oleh Negara-negara berkembang seperti Indonesia.
Indonesia perlu mengadopsi standar akuntansi internasional untuk memudahkan
perusahaan asing yang akan menjual saham di negara ini atau sebaliknya. Namun
demikian, untuk mengadopsi standar internasional itu bukan perkara mudah karena
memerlukan pemahaman dan biaya sosialisasi yang mahal. Indonesia sudah
melakukannya namun sifatnya baru harmonisasi, dan selanjutnya akan dilakukan full
adoption atas standar internasional tersebut. Adopsi standar akuntansi internasional
tersebut terutama untuk perusahaan publik. Hal ini dikarenakan perusahaan publik
merupakan perusahaan yang melakukan transaksi
bukan hanya nasional tetapi juga secara internasional. Jika ada perusahaan dari
luar negeri ingin menjual saham di Indonesia atau sebaliknya, tidak akan lagi
dipersoalkan perbedaan standar akuntansi yang dipergunakan dalam menyusun
laporan. Ada beberapa pilihan untuk melakukan adopsi, menggunakan IAS apa
adanya, atau harmonisasi. Harmonisasi adalah, kita yang menentukan mana saja yang
harus diadopsi, sesuai dengan kebutuhan. Contohnya adalah PSAK (pernyataan
standar akuntansi keuangan) nomor 24, itu mengadopsi sepenuhnya IAS nomor 19.
Standar ini berhubungan dengan imbalan kerja atau employee benefit.
Terkait hal tersebut, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai wadah profesi
akuntansi di Indonesia selalu tanggap terhadap perkembangan yang terjadi, khususnya
dalam hal-hal yang memengaruhi dunia usaha dan profesi akuntan. Hal ini dapat
dilihat dari dinamika kegiatan pengembangan standar akuntansi sejak berdirinya IAI
pada tahun 1957 hingga kini. Setidaknya, terdapat tiga tonggak sejarah dalam
pengembangan standar akuntansi keuangan di Indonesia. Tonggak sejarah pertama,
menjelang diaktifkannya pasar modal di Indonesia pada tahun 1973. Pada masa itu
merupakan pertama kalinya IAI melakukan kodifikasi prinsip dan standar akuntansi
yang berlaku di Indonesia dalam suatu buku ”Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI).”
Salah satu bentuk revisi standar IAI yang berbentuk adopsi standar international
menuju konvergensi dengan IFRS tersebut dilakukan dengan revisi terakhir yang
dilakukan pada tahun 2007. Revisi pada tahun 2007 tersebut merupakan bagian dari
rencana jangka panjang IAI yaitu menuju konvergensi dengan IFRS sepenuhnya pada
tahun 2012. Skema menuju konvergensi penuh dengan IFRS pada tahun 2012 dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1. Pada akhir 2010 diharapkan seluruh IFRS sudah diadopsi dalam PSAK;
2. Tahun 2011 merupakan tahun penyiapan seluruh infrastruktur pendukung
untuk implementasi PSAK yang sudah mengadopsi seluruh IFRS;
3. Tahun 2012 merupakan tahun implementasi dimana PSAK yang berbasis
IFRS wajib diterapkan oleh perusahaan-perusahaan yang memiliki akuntabilitas
publik.
Revisi tahun 2007 yang merupakan bagian dari rencana jangka panjang IAI
tersebut menghasilkan revisi 5 PSAK yang merupakan revisi yang ditujukan untuk
konvergensi PSAK dan IFRS serta reformat beberapa PSAK lain dan penerbitan
PSAK baru. PSAK baru yang diterbitkan oleh IAI tersebut merupakan PSAK yang
mengatur mengenai transaksi
keuangan dan pencatatannya secara syariah. PSAK yang direvisi dan ditujukan
dalam rangka tujuan konvergensi PSAK terhadap IFRS adalah:
1. PSAK 16 tentang Properti Investasi
2. PSAK 16 tentang Aset Tetap
3. PSAK 30 tentang Sewa
4. PSAK 50 tentang Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan
5. PSAK 55 tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran
PSAK-PSAK hasil revisi tahun 2007 tersebut dikumpulkan dalam buku yang
disebut dengan Standar Akuntansi Keuangan per 1 September 2007 dan mulai berlaku
sejak tanggal 1 Januari 2008.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai wadah profesi akuntansi di Indonesia
selalu tanggap terhadap perkembangan yang terjadi, khususnya dalam hal-hal yang
memengaruhi dunia usaha dan profesi akuntan. Hal ini dapat dilihat dari dinamika
kegiatan pengembangan standar akuntansi sejak berdirinya IAI pada tahun 1957
hingga kini. Setidaknya, terdapat tiga tonggak sejarah dalam pengembangan standar
akuntansi keuangan di Indonesia.
Tonggak sejarah pertama, menjelang diaktifkannya pasar modal di Indonesia
pada tahun 1973. Pada masa itu merupakan pertama kalinya IAI melakukan kodifikasi
prinsip dan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia dalam suatu buku ”Prinsip
Akuntansi Indonesia (PAI).” Kemudian, tonggak sejarah kedua terjadi pada tahun
1984. Pada masa itu, komite PAI melakukan revisi secara mendasar PAI 1973 dan
kemudian mengkondifikasikannya dalam buku ”Prinsip Akuntansi Indonesia 1984”
dengan tujuan untuk menyesuaikan ketentuan akuntansi dengan perkembangan dunia
usaha.
Berikutnya pada tahun 1994, IAI kembali melakukan revisi total terhadap PAI
1984 dan melakukan kodifikasi dalam buku ”Standar Akuntansi Keuangan (SAK) per
1 Oktober 1994.” Sejak tahun 1994, IAI juga telah memutuskan untuk melakukan
harmonisasi dengan standar akuntansi internasional dalam pengembangan standarnya.
Dalam perkembangan selanjutnya, terjadi perubahan dari harmonisasi ke adaptasi,
kemudian menjadi adopsi dalam rangka konvergensi dengan International Financial
Reporting Standards (IFRS). Program
adopsi penuh dalam rangka mencapai konvergensi dengan IFRS direncanakan
dapat terlaksana dalam beberapa tahun ke depan.
Untuk dapat menghasilkan standar akuntansi keuangan yang baik, maka badan
penyusunnya terus dikembangkan dan disempurnakan sesuai dengan kebutuhan.
Awalnya, cikal bakal badan penyusun standar akuntansi adalah Panitia Penghimpunan
Bahan-bahan dan Struktur dari GAAP dan GAAS yang dibentuk pada tahun 1973.
Pada tahun 1974 dibentuk Komite Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) yang bertugas
menyusun dan mengembangkan standar akuntansi keuangan. Komite PAI telah
bertugas selama empat periode kepengurusan IAI sejak tahun 1974 hingga 1994
dengan susunan personel yang terus diperbarui. Selanjutnya, pada periode
kepengurusan IAI tahun 1994-1998 nama Komite PAI diubah menjadi Komite Standar
Akuntansi Keuangan (Komite SAK).Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) telah
membentuk Komite Prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia untuk menetapkan standar-
standar akuntansi, yang kemudian dikenal dengan Prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia
(PAI). (Terjadi pada periode 1973-1984)
Komite PAI melakukan revisi secara mendasar PAI 1973 dan kemudian
menerbitkan Prinsip Akuntansi Indonesia 1984 (PAI 1984). Menjelang akhir 1994,
Komite standar akuntansi memulai suatu revisi besar atas prinsip-prinsip akuntansi
Indonesia dengan mengumumkan pernyataan-pernyataan standar akuntansi tambahan
dan menerbitkan interpretasi atas standar tersebut. Revisi tersebut menghasilkan 35
pernyataan standar akuntansi keuangan, yang sebagian besar harmonis dengan IAS
yang dikeluarkan oleh IASB. (Terjadi pada periode 1984-1994)
Ketua Tim Implementasi IFRS-Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Dudi M
Kurniawan mengatakan, dengan mengadopsi IFRS, Indonesia akan mendapatkan tujuh
manfaat sekaligus.
1) Meningkatkan kualitas standar akuntansi keuangan (SAK).
2) Mengurangi biaya SAK.
3) Meningkatkan kredibilitas dan kegunaan laporan keuangan.
4) Meningkatkan komparabilitas pelaporan keuangan.
5) Meningkatkan transparansi keuangan.
6) Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang penghimpunan dana
melalui pasar modal.
7) Meningkatkan efisiensi penyusunan laporan keuangan.
Ikatan Akuntan Indonesia yang selanjutnya disebut IAI, adalah organisasi
profesi yang menaungi seluruh Akuntan Indonesia. Sebutan IAI dalam Bahasa Inggris
adalah Institute of Indonesia Chartered Accountants. IAI menjadi satu-satunya wadah
yang mewakili profesi akuntan Indonesia secara keseluruhan, baik yang berpraktik
sebagai akuntan sektor publik, akuntan sektor privat, akuntan pendidik, akuntan
publik, akuntan manajemen, akuntan pajak, akuntan forensik, dan lainnya. IAI
didirikan pada tanggal 23 Desember 1957 dengan dua tujuan yaitu 1. membimbing
perkembangan akuntansi serta mempertinggi mutu pendidikan akuntan; dan 2.
mempertinggi mutu pekerjaan akuntan.
IAI bertanggungjawab menyelenggarakan ujian sertifikasi akuntan profesional
(ujian Chartered Accountant-CA Indonesia), menjaga kompetensi melalui
penyelenggaraan pendidikan profesional berkelanjutan, menyusun dan menetapkan
kode etik, standar profesi, dan standar akuntansi, menerapkan penegakan disiplin
anggota, serta mengembangkan profesi akuntan Indonesia.
IAI merupakan pendiri dan anggota International Federation of Accountants
(IFAC), organisasi profesi akuntan dunia yang merepresentasikan lebih 3 juta akuntan
yang bernaung dalam 170 asosiasi profesi akuntan yang tersebar di 130 negara.
Sebagai anggota IFAC, IAI memiliki komitmen untuk melaksanakan semua standar
internasional yang ditetapkan demi kualitas tinggi dan penguatan profesi akuntan di
Indonesia. IAI juga merupakan anggota sekaligus pendiri ASEAN Federation of
Accountants (AFA). Saat ini IAI menjadi sekretariat permanen AFA.
Dalam perkembangannya, standar akuntansi keuangan terus direvisi secara
berkesinambungan, baik berupa berupa penyempurnaan maupun penambahan standar
baru sejak tahun 1994. Proses revisi telah dilakukan enam kali, yaitu pada tanggal 1
Oktober 1995, 1 Juni 1996, 1 Juni 1999, 1 April 2002, 1 Oktober 2004, dan 1
September 2007. Buku ”Standar Akuntansi Keuangan per 1 September 2007” ini di
dalamnya sudah bertambah dibandingkan revisi sebelumnya yaitu tambahan KDPPLK
Syariah, 6 PSAK baru, dan 5 PSAK revisi. Secara garis besar, sekarang ini terdapat 2
KDPPLK, 62 PSAK, dan 7 ISAK.
Untuk dapat menghasilkan standar akuntansi keuangan yang baik, maka badan
penyusunnya terus dikembangkan dan disempurnakan sesuai dengan kebutuhan.
Awalnya, cikal bakal badan penyusun standar akuntansi adalah Panitia Penghimpunan
Bahan-bahan dan Struktur dari GAAP dan GAAS yang dibentuk pada tahun 1973.
Pada tahun 1974
dibentuk Komite Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) yang bertugas menyusun
dan mengembangkan standar akuntansi keuangan. Komite PAI telah bertugas selama
empat periode kepengurusan IAI sejak tahun 1974 hingga 1994 dengan susunan
personel yang terus diperbarui. Selanjutnya, pada periode kepengurusan IAI tahun
1994-1998 nama Komite PAI diubah menjadi Komite Standar Akuntansi Keuangan
(Komite SAK).
Dengan adanya konvergensi IFRS ini maka Indonesia melalui IAI melakukan
penyesuaian terhadap Standar Pelaporan Keuangan yang telah ada yaitu PSAK. Jadi
kesimpulannya adalah Standar Akuntansi Keuangan Indonesia perlu mengadopsi IFRS
karena kebutuhan akan informasi keuangan yang bisa diakui secara global untuk dapat
bersaing dan menarik investor secara global.

1.3.Pengertian Standar Akuntansi Keuangan


Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah suatu kerangka dalam prosedur
pembuatan laporan keuangan agar terjadi keseragaman dalam penyajian laporan
keuangan. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) merupakan hasil perumusan Komite
Prinsipil Akuntansi Indonesia pada tahun 1994 menggantikan Prinsip Akuntansi
Indonesia tahun 1984. SAK di Indonesia merupakan terapan dari beberapa standard
akuntansi yang ada seperti, IAS,IFRS,ETAP,GAAP. Selain itu ada juga PSAK syariah
dan juga SAP. Sebagai akibat dari perkembangan teknologi yang cepat
dan pertumbuhan ekonomi sangat pesat diabad ini, telah timbul berbagai bidang
spesialisasi dalam akuntansi. Salah satu bidang spesialisasi akuntansi
tersebut adalah akuntansi keuangan. Menurut Kieso dan Waygandt (1995)
akuntansi keuangan adalah: "Proses yang berakhir pada penyusunan laporan
keuangan yang berhubungan dengan perusahaan secara keseluruhan untuk
digunakan, oleh pihak-pihak baik didalam maupun diluar perusahaan tersebut".
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan(PSAK) dan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) yang
diterbitkan oleh Dewan Standar Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) dan Dewan
Standar Syariah Ikatan Akuntan Indonesia (DSAS IAI) serta peraturan regulator pasar
modal untuk entitas yang berada di bawah pengawasannya. Efektif 1 Januari 2015
yang berlaku di Indonesia secara garis besar akan konvergen dengan International
Financial Reporting Standards (IFRS) yang berlaku efektif 1 Januari 2014. DSAKIAI
telah berhasil meminimalkan perbedaan
antara kedua standar, dari tiga tahun di 1 januari 2012 menjadi satu tahun di 1
Januari 2015. Diharapakan dengan semakin sedikitnya perbedaan antara SAK dan
IFRS dapat memberikan manfaat bagi pemanggku kepentingan di Indonesia.
Perusahaan yang memiliki akuntabilitas publik, regulator yang berusaha menciptakan
infrastruktur pengaturan yang dibutuhkan, khususnya dalam transaksi pasar modal,
serta pengguna informasi laporan keuangan dapat menggunakan SAK sebagai suatu
panduan dalam meningkatkan kualitas informasi yang dihasilkan dalam laporan
keuangan.
Standar akuntansi mencakup konvensi, peraturan, dan prosedur yang sudah
disusun dan disahkan oleh lembaga resmi (Standard Setting Body) pada saat tertentu.
Standar ini merupakan consensus pada kala itu tentang pencatatan sumber-sumber
ekonomi, kewajiban, modal, hasil, biaya, dan perubahannya dalam bentuk laporan
keuangan. Dalam standar ini dijelaskan transaksi apa yang harus dicatat; bagaimana
mencatatnya, dan bagaimana mengungkapkannya dalam laporan keuangan yang akan
disajikan.
Standar akuntansi ini merupakan masalah penting dalam profesi dan semua
pemakai laporan yang memiliki kepentingan terhadapnya. Oleh karena itu, mekanisme
penyusunan standar akuntansi harus diatur sedemikian rupa sehingga dapat
memberikan kepuasan kepada semua pihak yang berkepentingan terhadap laporan
keuangan. Standar akuntansi ini akan terus-menerus berubah dan berkembang sesuai
perkembangan dan tuntutan masyarakat. Belkaoui(1985) mengemukakan alasan
pentingnya standar akuntansi yang relevan sebagai berikut:
1. Dapat menyajikan informasi tentang posisi keuangan, prestasi, dan kegiatan
perusahaan. Informasi yang disusun berdasarkan standar akuntansi yang lazim
diharapkan mempunyai sifat jelas, konsisten, terpercaya, dan dapat diperbandingkan.
2. Memberi pedoman dan peraturan bekerja bagi akuntan publik agar mereka
dapat melaksanakan tugas dengan hati-hati, independen, dan dapat mengabdikan
keahliannya dan kejujurannya melalui penyusunan laporan akuntan setelah melalui
pemeriksaan akuntan.
3. Memberikan data base kepada regulator tentang berbagai informasi yang
dianggap penting dalam perhitungan pajak, peraturan tentang perusahaan, perencanaan
dan pengaturan ekonomi, dan peningkatan efesiensi ekonomi, dan peningkatan
efesiensi ekonomi, dan tujuan-tujuan makro lainnya.
4. Dapat menarik perhatian para ahli dan praktisi di bidang teori dan standar
akuntansi. Semakin banyak standar yang dikeluarkan, semakin banyak kontroversi dan
semakin bergairah untuk berdebat, berpolemik, dan melakukan penelitian.
Standar akuntansi saat ini umumnya disusun oleh lembaga resmi yang diakui
pemerintah, profesi, dan umum. Kalau di Indonesia yang berwenang menyusun ini
adalah Dewan Standar Akuntansi Keuangan yang berada di bawah naungan IAI(Ikatan
Akuntansi Indonesia). Dewan Standar Akuntansi menyerahkan hasil kerjanya kepada
Komite Pensahan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia dan akhirnya akan
ditetapkan dan disahkan dalam kongres IAI. Sementara itu, di USA sekarang lembaga
yang berwenang mensahkan standar akuntansi(standard setting body) adalah Financial
Accounting Standard Board(FASB) yang bebas dari pengaruh profesi secara langsung.
Namun, pda mulanya standar akuntansi dilahirkan oleh AICPA. FASB mengeluarkan
Statement of Financial Accounting Standards dan Interpretation bersama dengan
Accounting Research Bulletin yang dikeluarkan oleh AICPA.
1.4.Tujuan Standar Akuntansi Keuangan
Adapun tujuan standar akuntansi keuangan yang baku adalah:
a. Menetapkan dasar-dasar bagi penyajian laporan keuangan untuk tujuan umum
(general purpose financial statement) yang biasa disebut laporan keuangan untuk
membandingkan laporan keuangan perusahaan periode sebelumnya dengan periode
sekarang maupun membandingkan laporan keuangan perusahaan dengan laporan
keuangan perusahaan lain.
b. Dapat memberikan informasi tentang posisi keuangan perusahaan, prestasi dan
kegiatan perusahaan, informasi yang disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang
lazim diharapkan mempunyai sifat jelas, konsisten, terpercaya dan dapat
diperbandingkan.
c. Memberikan pedoman dan peraturan kerja bagi akuntan publik agar mereka
dapat melaksanakan tugas dengan hati-hati, independen dan dapat mengabdikan
keahliannya dan kejujurannya melalui penyusunan laporan akuntansi setelah
melalui pemeriksaan akuntan.
d. Memberikan database pada pemerintah tentang berbagai informasi yang
dianggap penting dalam perhitungan pajak, peraturan tentang perusahaan,
10

perencanaan, dan pengaturan ekonomi dan peningkatan efisiensi ekonomi


serta tujuan makro lainnya.
e. Dapat menarik perhatian para ahli dan praktisi dibidang teori dan
prinsip akuntansi.

Anda mungkin juga menyukai