FAIRNESS, DISCLOSURE, AND FUTURE TRENDS IN ACCOUNTING
Dan
DEVELOPMENT OF INDONESIA ACCOUNTING STANDARD
Oleh : Siti Achmadi 023001904040
Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Trisakti 2021 1.1 Fairness, Disclosure, and Future Trends in Accounting Keadilan dalam akuntansi pada umumnya terkait dengan pengukuran dan pelaporan informasi dengan cara yang objektif dan netral yang menyiratkan bahwa laporan akuntansi belum dikenakan pengaruh yang tidak semestinya. Kewajaran menempati tempat yang paling penting dalam akuntansi karena memberikan jaminan pada pengguna dan pasar bahwa akuntan (sebagai pembuat laporan) dan auditor (sebagai pemeriksa) telah berusaha untuk bertindak adil. Karena arti utama dari kewajaran adalah penyajian secara wajar, bab ini akan membahas secara mendetail konsep yang dikenal di Amerika Serikat sebagai doktrin kewajaran dan doktrin “benar dan wajar” (true and fair) di Eropa. 3.1.1 Kewajaran Dalam Akuntansi 1. Kewajaran Sebagai Netralitas dalam Penyajian Kewajaran paling tepat dijabarkan dalam literatur dan persyaratan-persyaratan akuntansi profesional sebagai pernyataan netralitas dari akuntan dalam pembuatan laporan keuangan. Scott pada tahun 1941, menyatakan: “Aturan, prosedur, dan teknik akuntansi hendaknya wajar, tidak bias dan tidak memihak. Jadi salah satu dalil akuntansi dasar yang mendasari prinsip-prinsip akuntansi dapat dinyatakan sebagai kewajarankewajaran bagi seluruh segmen dari masyarakat bisnis (manajemen, tenaga kerja, pemegang saham, kreditor, konsumen, dan publik), ditentukan dan kebiasaan dari semua segmen tersebut sampai pada akhirnya semua prinsip-prinsip akuntansi yang didasarkan atas dalil di atas akan menghsilkan akuntansi keuangan bagi hak-hak dan kepentingankepentingan ekonomi yang telah diterbitkan secara resmi menjadi wajar untuk semua segmen. Menurut sejarahnya, kewajaran atau doktrin kewajaran mengalami evolusi dari penerapan kosep konservatisme. Konsep tersebut berangkat dari perhatian yang berhubungan dengan masalah likuiditas dan pemberian kredit, yang umumnya dikaitkan dengan konservatisme, menuju kearah pemikiran bahwa penyajian laporan keuangan seharusnya wajar bagi semua pengguna. Kewajaran umumnya dihubungkan dengan pengukuran dan pelaporan informasi melalui cara yang objektif dan netral. Informasi adalah wajar jika informasi tersebut objektif dan netral. Kewajaran akan lebih dapat tercapai dalam akuntansi manajerial atau akuntansi biaya dimana adanya tanda-tanda keberpihakan atau bias dapat mendistorsikan proses pengambilan keputusan yang sangat bergantung pada data akuntansi manajerial. kewajaran menjadi kriteria informasi yang dibutuhkan dalam akuntansi manajerial untuk memastikan integrasi dan akurasi dari pengambilan keputusan. Persepsi dan penerapan penyajian secara wajar dalam pembuatan dan penyajian laporan keuangan yang telah mengikuti prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku secara umum, kadang-kadang memberikan beberapa konsekuensi yang kurang menguntungkan: Ketidakmampuan untuk mengandalkan pada konsep keadilan yang sebaliknya justru didedikasikan pada kewajaran dalam distribusi. Ketidakmampuan untuk memperluas ruang lingkup dari pengungkapan - pengungkapan dalam laporan keuangan di luar informasi akuntansi keuangan konvensional ke arah kewajaran dalam pengungkapan. Fleksibilitas yang diberikan untuk melakukan manajemen penghasilan dan perataan laba. Terciptanya iklim untuk praktik-praktik penyelewengan. 2. Doktrin “Benar dan Wajar” Menurut pemahaman umum, pandangan ini berati penyajian akun-akun, yang berdasarkan prinsi-prinsip akuntansi yang berlaku umum dengan menggunakan angkaangka yang akurat. Benar memiliki artian bahwa informasi akuntasi yang dimuat dalam laporan keuangan telah dikuantifisir dan dikomunikasikan sedemikian rupa sehingga sesuai dengan peristiwa, aktivitas dan transaksi ekonomi yang dimaksudkan untuk disajikan olehnya. Wajar berarti bahwa informasi akuntansi tersebut telah di ukur dan diungkapkan dengan cara yang objektif dan tanpa prasangka apa pun terhadap kepentingan dari berbagai bagian dalam perusahaan. Kedua difinisi diatas pada dasarnya menghubungkan ”benar dan wajar” dengan akurat dan bebas dari bias. Akan tetapi usaha yang patut dihargai ini mengurangi artian dari definisi profrsional dan legal mengenai “benar dan wajar” sebagai salah satu istilah teknis yang memiliki arti kepatuhan terhadap prinsip- prinsip akuntansi yang benar. Forth Directive mengharuskan seluruh laporan keuangan dari perusahaan perseroan terbatas yang menjadi subjek dari hukum perusahaan Masyarakat Ekonomi Eropa, menyajikan pandangan “benar dan wajar” sebagai berikut: a. Laporan tahunan akan terdiri atas neraca, laporan laba rugi dan catatan atas laporan keuangan. b. Mereka akan disusun dengan jelas dan disusun sesuai dengan ketentuan- ketentuan yang ada dalam directive. c. Laporan tahunan akan memberikan pandangan yang benar dan wajar atas aktiva, kewajiban, posisi keuangan dan laba rugi perusahaan. d. Apabila penerapan ketentuan dari Directive tersebut tidak memadai untuk memberikan pandangan yang benar dan wajar sesuai dengan paragraf 3, informasi tambahan harus diberikan. e. Apabila dalam kasus-kasus luar biasa penerapan salah satu ketentuan dari Directive ini tidak sesuai dengan kewajiban yang tertera dalam paragraf 5, ketentuan tersebut harus dihapuskan agar dapat memberikan pandangan secara benar dan wajar sesuai dengan yang dimaksudkan oleh paragraf 5. Tidak terdapat definisi yang jelas mengenai doktrin “benar dan wajar” ini, yang selanjutnya mengarah kepada munculnya interprestasi yang berbeda di antara para anggota Masyarakat Eropa dan kecenderungan untuk mengartikannya sesuai dengan konteks budata nasional, tradisi akuntansi internasional, dan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum secara nasional. 3.1.2 Kewajaran dalam Distribusi Pada dasarnya, kewajaran dapat dipandang sebagai konsep moral dari keadilan yang menjadi subjek dari tiga interpretasi yang berada mengenai pemikiran keadilan distributif. Oleh sebab itu, dalam bagian ini kita akan memperluas pembahasan akuntansi mengenai kewajaran dengan memperkenalkan konsep filosofi utama dari keadilan distributif dalam konteks akuntansi. Hasil akhirnya adalah adanya kemungkinan untuk melihat dan membandingkan konsep kewajaran melalui kerangka keadilan disributif. 1. Perhatian atas Pertanyaan-pertanyaan Mengenai Distribusi Kewajaran dalam literatur akuntansi sosial menjadi masalah pendistribusian tanggung jawab sosial secara umum, dan ketanggapan sosial sebagai kemampuan dari perusahaan untuk memberikan respons atas tekanan-tekanan sosial. Jadi responsif sosial perusahaan, menjadi salah satu tanda kewajaran, berada di luar konotasi moral dan etika dari tanggung jawab sosial serta proses material. Respon untuk kewajaran meliputi identifikasi, pengukuran dan pengungkapan, apabila memungkinkan, dari biaya sosial yang diciptakan oleh aktivitas-aktivitas eknomi perusahaan, sekaligus pula respon yang memadai untuk masalah-masalah ini. 2. Kewajaran sebagai Konsep Moral dari Keadilan Agar kewajaran dapat diterima sebagai konsep moral dan keadilan, harus dibuat paralel-paralel dari teori utama mengenai keadilan distributif, yaitu teori-teori yang dinyatakan berikut ini: 1) Kontribusi dari Rawls a. Teori Keadilan Rawls Sasaran dari teori keadilan Rawls adalah mengembangkan suatu teori mengenai keadilan dalam bentuk prinsip-prinsip untuk diterapkan dalam pengembangan struktur dasar dari masyarakat dan yang menyajikan tantangan langsung kepada utilitarisme (paham kemanfaatan). Anggapan utama dari Rawls adalah pendistribusian semua barang-barang dan jasa ekonomi secara merata kecuali di mana distribusi yang tidak merata akan mendatangkan manfaat kepada semua orang, atau paling sedikit akan menguntungkan golongan yang paling tidak beruntung dari masyarakat. Setiap individu akan memilih dua prinsip keadilan: a) Setiap orang memiliki hak yang sama atas kebebasan dasar yang paling luas dan sesuai dengan kebebasan yang serupa bagi orang lain. b) Ketidaksamaan sosial dan ekonomi akan disusun sehingga mereka akan (1) secara wajar diharapkan memberikan manfaat bagi semua orang, dan (2) terkait pada posisi dan pekerjaan yang terbuka bagi semua orang. b. Kewajaran dalam Akuntansi Menurut Rawls Teori kontrak Rawls jika diterapkan dalam akuntansi, menawarkan potensi untuk memercayakan pada tabir ketidaktahuan di semua situasi yang meminta adanya pilihan akuntansi pada akhirnya memberikan hasil solusi yang netral, wajar, dan adil secara sosial. Teori ini juga menawarkan peran akuntansi yang diperluas dalam penciptaan institusi yang asil dan definisi dari tingkat sosial minimun yang dianjurkan oleh Rawls. 2) Kontribusi dari Nozick a. Teori Keadilan Nozick Nozick berpendapat bahwa teori keadilan dari Rawls melanggar hak-hak orang lain, dan konsekuensinya tidak dapat dibenarkan secara moral. Teori keadilan yang memiliki pola mempunyai arti bahwa distribusi akan berbeda sesuai dengan beberapa dimensi alamiah, jumlah tertimbang dari dimensi dimensi alamiah, atau urutan leksikografi dari dimensi-dimensi alamiah. Teori nozick berfokus pada pentingnya prinsip-prinsip historis, bahwa distribusi tidak hanya atau tidak bergantungn kepada bagaiman hasil akhirnya saja. b. Kewajaran dalam Akuntansi Menurut Nozick Menurut Nozick, interprestasi dari Libetarian atas penghormatan yang diberikan oleh akuntansi kepada mekanisme pasar yang memberikan kewajaran penilaian, menyebabkan akuntansi tidak cukup dilengkapi untuk menangani aspek-aspek distributif dari proses akuntansi. Tanpa adanya bahasa moral untuk membahas kewajiban sosial satu sama lain dari manusia, prinsipprinsip keadilan dalam akuisisi dan transisi tidak akan memiliki substansi. Pelanggaran-pelanggaran masa lalu terhadap prinsip-prinsip akusisi dan tranisi akan terus terjadi tanpa adanya konsep mengenai keadilan redistributif. Interprestasi Libetarian dari mekanisme pasar tidak akan memberikan jaminan bahwa hal tersebut adalah wajar atau bahkan kewajaran merupakan proses yang menengahi. 3) Kontribusi dari Gerwith Teori Keadilan Gerwith Sasaran dari teori keadilan Gerwith adalah memberikan justifikasi rasional bagi prinsip-prinsip moral untuk secara objektif membedakan tindakna-tindakan yang tepat secara moral dan institusi-intitusi dari tindakan-tindakan yang salah secara moral. Gerwith menyajikan doktrinnya mengenai struktur keadilan dalam tiga hal utama yaitu ; a) setiap agen secara implisit membuat petimbangan-pertimbangan evaluatif mengenai manfaat dari tujuannya dan selanjutnya mengenai manfaat akan kebebasan dan kesejahteraan yang merupakan kondisi yang dibutuhkan untuk melakukan tindakan guna mencapai tujuan tersebut. b) setiap agen secara implisit membuat pertimbangan kewajiban di mana ia mengklaim bahwa ia tidak memperoleh kebebasan dan kesejahteraan. c) setiap agen harus mengkalim hak-hak ini dengan alasan yang memadai bahwa ia merupakan seorang agen prospektif yang memiliki tujuan untuk dipenuhi, sehingga ia secara logis harus menerima generalisasi bahwa semua agen memiliki hak untuk mendapatkan kebebasan dan kesejahteraan. b. Kewajaran dalam Akuntansi Menurut Gerwith Dalam penerapan pada akuntansi, Gerwith mengusulkan keunggulan dari perhatian atas hak-hak kebebasan dan kesejahteraan dari semua orang yang dipengaruhii oleh aktvitas-aktivitas perusahaan dan atas penciptaan peraturan-peraturan instituional dan akuntansi untuk menjamin hak-hak tersebut. Akuntansi dapat diminta untuk memfasilitasi redistribusi kekayaan secara efektif dari para pemangku kepentingan organisasi. Pada dasarnya, prinsip Gerwith yang diterapkan pada kewajaran dalam akuntansi meliputi pengakuan akan hak-hak dari semua pihak yang dipengaruhi oleh aktivitasaktivitas organisasi. 3.1.3 Kewajaran dalam Pengungkapan Di bagian ini akan diperluas pembahasan dalam meningkatkan konsep kewajaran dengan melihat prinsip kewajaran dalam pengungkapan. Pada dasarnya, sebagai hasil dari konsep kewajaran dalam distribusi yang lebih adil, prinsip kewajaran dalam pengungkapan meminta adanya perluasan dari pengungkapan akuntansi konvensional untuk mengakomodasi seluruh pihak-pihak lain yang berkepentingan, sebagai tambahan di luar pihak investor dan kreditor yang memiliki kepentingan pribadi terhadap kegiatan-kegiatan perusahaan. 1. Tuntutan Untuk Memperluas Pengungkapan Tiga usulan untuk memperkecil dan/atau menghilangkan ketidakwajaran dalam pelaporan dan pengungkapan akan dibahas berikut: 1. Usulan pengungkapan Bedford Bedford mengusulkan perluasan pada pengungkapan akuntansi untuk mengurangi masalah-masalah yang diciptakan oleh Doktrin kewajaran dalam akuntansi. Perluasan pengungkapan akuntansi menentukan perluasan dari karakteristik pengungkapan. Perluasan dipengaruhi dan dimotivasi oleh serangkaian sikap dari para “ahli teori” yang mempengaruhi akuntansi. 2. Teori kebijakan akuntansi yang efisien dan adil dari Lev Lev berpendapat bahwa kemajuan dalam menangani masalah kebijakan akuntansi fundamental dapat dicapai dengan memuat kepentingan eksplisit dari para pembuat kebijakan keadilan dari pasar modal. Hal ini penting karena baik analisis teoritis maupun bukti empiris menunjukan bahwa meningkatnya informasi yang asimetris, atau ketidakadilan, dikait-kaitkan dengan menurunnya jumlah investor, biaya transaksi yang tinggi, likuiditas sekuritas yang menurun, menipisnya jumlah volume perdagangan, dan secara umum, menurunnya keuntungan sosial dari perdagangan. 3. Keunggulan dari Pengguna GAA Ada dua versi prinsip keunggulan pengguna yaitu: 1. Versi yang dikenal sebagai pronsip keunggulan pengguna dasar berfokus pada kebutuhan dari pengguna dengan kemampuan yang terbatas. 2. Versi yang lain dikenal sebagai keunggulan pengguna yang diperluas, berfokus pada kebutuhan informasi dari para pengguna yang lebih ahli. Gaa menyelidiki perumusan logis dari prinsip keunggulan pengguna dengan didasarkan pada karya-karya kontemporer dalam filosopi etika, sosial dan politik, dimana manusia dipandang sebagai pembuat keputusan, dimana prinsip-prinsip yang mengatur perilaku individu dan kelompok adalah hasil dari keputusan rasional. 4. Temuan-Temuan Komite Jenkins Komite Jenkins bertugas menentukan Sifat dan cakupan informasi yang seharusnya dilaporkan oleh pihak manajemen, cakupan infomasi yang seharusnya dilaporkan oleh auditor, pengungkapan akuntansi yang diperluas 5. Metode Pelaporan Multilapisan Model pelaporan multilapisan dijelaskan sebagai berikut: 1) Lapisan pertama ditujukan untuk hal-hal yang memenuhi kriteria pengakuan dan akan mencerminkan inti dari laporan keuangan saat ini. 2) Lapisan kedua ditujukan untuk hal-hal yang memenuhi kriteria pengakuan namun tidak termasuk ke dalam bagian inti karena menyangkut mengenai keandalannya yang dipertanyakan. 3) Lapisan ketiga ditujukan untuk hal-hal yang memiliki keandalan dan definisinya dipertanyakan. 4) Lapisan keempat ditujukan untuk hal-hal yang memenuhi kriteria pengukuran, keandalan dan relevansi tetapi tidak memenuhi definisi dari elemen laporan keuangan. 5) Lapisan kelima ditujukan untuk hal-hal relevan yang tidak memenuhi definisi dari elemen dan tidak dapat diukur secara andal. 6. Pengungkapan Akuntansi Diperluas Tujuan dari pengungkapan dinyatakan sebagai berikut: 1. Untuk menguraikan hal-hal yang diakui dan memberikan pengukuran yang relevan atas hal-hal tersebut di luar pengukuran yang digunakan dalam laporan keuangan. 2. Untuk menguraikan hal-hal yang diakui dan untuk memberikan pengukuran yang bermanfaat. 3. Untuk memberikan informasi yang akan membantu investor dan kreditor menilai risiko dan potensial dari hal-hal yang diakui dan tidak diakui. 4. Untuk memberikan informasi penting yang memungkinkan para pengguna laporan keuangan untuk melakukan perbandingan dalam satu tahun dan diantara beberapa tahun. 5. Untuk memberikan informasi mengenai arus kas masuk atau keuar di mas depan. 6. Untuk membantu para investor menilai pengembalian dari investasi mereka. 2. Pelaporan Nilai Tambah Nilai tambah merupakan peningkatan kesejahteraan yang dihasilkan oleh pengguna sumber daya perusahaan yang produktif sebelum dialokasikan kepada pemegang saham, pemegang obligasi, pegawai, dan pemerintah. Nilai tambah ini mudah dihitung dengan memodifikasi laporan laba rugi. 3. Pelaporan Tentang Karyawan Dengan adanya karyawan dan serikat pekerja sebagai pengguna informasi akuntansi yang potensial, dan untuk berbagai alasan yang baik, tampak bahwa laporan tahunan bagi pemegang saham bukan merupakan dokumen yang dapat mencakup kepentingan semua pihak. Solusinya yaitu terletak pada pembuatan laporan khusus bagi karyawan dan serikat pekerja. 4. Pelaporan dan Akuntansi Sosial Terdapat empat aktivitas yang berhubungan dengan akuntansi sosial yaitu ; 1) akuntansi pertanggungjawaban sosial (social responsibility accounting, SRA), 2) Akuntansi sosioekonomi (socioeconomis accounting, SEA) 3) Akuntnasi dampak total ( total impact accounting, TIA), dan 4) Akuntansi indikator sosial (social indicator accounting, SIA). Alasan dilakukannya pengungkapan kinerja sosial diantaranya: Terkait dengan kontrak sosial antara perusahaan dengan masyarakat. Membantu dalam mengaplikasikan konsep kejujuran yang akan bermanfaat bagi akuntansi sosial. Kebutuhan pengguna laporan keuangan untuk membuat keputusan alokasi dana. Investasi sosial. 5. Pelaporan Informasi Penganggaran Dalam pengungkapan informasi penganggaran perlu memperhatikan reliabilitas terkait dengan keakuratan relatif peramalan, pertanggungjawaban terkait dengan besarnya kewajiban perusahaan dalam penganggaran dan kemungkinan akuntan mengaudit anggaran tersebut, dan sikap diam terkait dengan tingkat diamnya dan ketidakbergeraknya perusahaan akibat kerugian yang mungkin timbul dari pengungkapan penganggaran.
3.1.4 Akuntansi Sumber Daya Manusia
1. Manfaat Sumber Daya Manusia Akuntansi sumber daya manusia yaitu proses mengidentifikasi dan mengukur data mengenai sumber daya manusia dan mengkomunikasikan informasi ini kepada pihak – pihak yang tertarik. Tujuan utama akuntansi sumber daya manusia yaitu : a. Identifikasi “nilai sumber daya manusia”. b. Pengukuran cost dan nilai orang pada organisasi. c. Mengkaji pengaruh pemahaman informasi ini dan dampaknya pada perilaku manusia
2. Teori Nilai Sumber Daya Manusia
Konsep nilai manusia berasal dari teori umum mengenai nilai ekonomis. Individu dan kelompok dapat dilekati nilai, seperti aset fisik yang didasarkan pada kemampuan untuk memberikan jasa ekonomi di masa mendatang. Nilai individu atau kelompok didefinisikan sebagai manfaat jasa yang diberikan saat ini yang diberikan kepada organisasi sepanjang masa pemberian jasa individu atau kelompok yang diharapkan. a. Determinan dari nilai individual Pada model Flamholtz, ukuran yang digunakan untuk mengukur manfaat manusia adalah nilai expected realizable nya. Nilai individu meruapakan interaksi antara dua variable : Nilai kondisional yang diharapakan individual : produktivitas kemampuan untuk dipindah, dan kemampuan untuk dipromosikan. Probabilitas bahwa individu akan mempertahankan keangggotaannya pada organisasi : terkait dengan tingkat kepuasan seseorang terhadap pekerjaannya. b. Determinan dari nilai kelompok Tiga variabel yang mempengaruhi aktivitas perusahaan dalam “pengelolaan manusia”( Likert-Bowers ) : Variabel kausal : variabel bebas yang diubah atau diganti secara sengaja atau secara langsung oleh organisasi dan manajemennya dan yang menentukan arah perkembangan dalam organisasi. Variabel Intervening : merefleksi keadaan internal, kesehatan dan kemampuan kinerja organisasi. Variabel hasil akhir : variabel terikat yang merefleksikan hasil yang di capai oleh suatu perusahaan. 3. Pengukuran Aktiva Sumber Daya Manusia a. Metode Biaya Historis Mengkapitalisasi seluruh cost yang terkait dengan usaha untuk merekrut, memilih, mempekerjakan, melatih, menempatkan dan mengembangkan seorang karyawan (aset manusia), dan kemudian mengamortisasi cist ini sepanjang masa manfaat aset ini dan mengakui kerugian jika melikuidasinya atau meningkatkan keuntungan potensial dari aset tersebut. b. Metode Biaya Penggantian Membuat estimasi cost untuk mengganti sumber daya manusia yang ada dalam perusahaan. Keuntungan metode ini adalah metode ini merupakan pengganti pengukuran yang baik bagi nilai ekonomis aset dengan batasan bahwa pertimbangan pasar penting untuk membentuk tafsiran akhir. c. Metode Biaya Oportunitas Nilai sumber daya ditentukan melalui proses penawaran kompetitif pada perusahaan, didasarkan pada konsep opportunity cost. d. Metode Kompensasi Nilai modal manusia yang dikandung oleh seorang manusia pada umur tahun adalah nilai sekarang dari earnings yang akan diperolehnya dari pekerjaanya. Kelemahan metode ini adalah subjetivitas yang terkait dengan penentuan tingkat gaji mendatang, lama karyawan bekerja dalam organisasi, dan tingkat diskon. e. Metode Upah Diskonto Masa Depan yang telah disesuaikan Metode ini mengusulkan bahwa gaji mendatang yang didiskon disesuaikan dengan menggunakan faktor efisiensi, yang digunakan untuk mengukur efektivitas relatif modal manusia pada perusahaan tertentu. f. Ukuran Non Moneter Ukuran non moneter ini digunakan untuk mengukur aset manusia yang telah digunakan seperti metode sederhana yaitu dilakukan pembuatan peringkat atau ranking mengenai kinerja individual dan pengukuran sikap. 1. Development of Indonesian Accounting (PSAK) 1.1. Perkembangan PSAK Standar akutansi merupakan pedoman umum penyusunan laporan keuangan yang merupakan pernyataan resmi tentang masalah akuntansi tertentu yang dikeluarkan oleh badan yang berwenang dan berlaku dalam lingkungan tertentu. biasanya berisi tentang definisi, pengukuran/penilaian, pengakuan, dan pengungkapan elemen laporan keuangan. Standar akuntansi biasanya terdiri atas 3 bagian (Baxter, 1979) : Deskripsi tentang masalah yang dihadapi Diskusi logis cara pemecahan masalah Dalam kaitannya dengan keputusan teori, diajukan suatu solusi Standar umum akuntansi dan perusahaan go public yang telah dikembangkan selama bertahun-tahun, dan yang digunakan oleh bisnis untuk mengatur informasi keuangan mereka menjadi catatan transaksi akuntansi yang ringkas dalam pelaporan keuangan, serta mengungkapkan informasi pendukung tertentu. IFRS merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan oleh International Accounting Standard Board (IASB). Standar Akuntansi Internasional (International Accounting Standards/IAS) disusun oleh empat organisasi utama dunia yaitu Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC), Organisasi Internasional Pasar Modal (IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasioanal (IFAC). Tujuan IFRS memastikan bahwa laporan keuangan dan laporan keuangan interim perusahaan untuk periode-periode yang dimaksud dalam laporan keuangan tahunan, mengandung informasi berkualitas tinggi yang : 1. Transparan bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang periode yang disajikan. 2. Menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada IFRS. 3. Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna. Standart Akuntansi digunakan untuk : 1) Untuk keseragaman laporan keuangan, laporan keuangan yang relevan dan reliable (representational faitfullness) 2) Memudahkan penyusun laporan keuangan karena ada pedoman baku sehingga meminimalkan bias dari penyusun 3) Memudahkan auditor dalam mengaudit 4) Memudahkan pembaca laporan keuangan untuk menginterpretasikan dan membandingkan laporan keuangan entitas yang berbeda. 5) Pengguna laporan keuangan banyak pihak sehingga penyusun tidak dapat menjelaskan kepada masing-masing pengguna. Ada empat hal pokok yang diatur dalam standar akuntansi : Yang pertama berkaitan dengan definisi elemen laporan keuangan atau informasi yang berkaitan. Definisi digunakan dalam standar akuntansi untuk menentukan apakah transaksi tertentu harus dicatat dan dikelompokkan ke dalam aktiva, hutang, modal, pendapatan dan biaya. Yang kedua adalah pengukuran dan penilaian. Pedoman ini digunakan untuk menentukan nilai dari suatu elemen laporan keuangan baik pada saat terjadinya transaksi keuangan maupun pada saat penyajian laporan keuangan (pada tanggal neraca). Hal ketiga yang dimuat dalam standar adalah pengakuan, yaitu kriteria yang digunakan untuk mengakui elemen laporan keuangan sehingga elemen tersebut dapat disajikan dalam laporan keuangan. Yang terakhir adalah penyajian dan pengungkapan laporan keuangaan. Komponen keempat ini digunakan untuk menentukan jenis informasi dan bagaimana informasi tersebut disajikan dan diungkapkan dalam laporan keuangan. Suatu informasi dapat disajikan dalam badan laporan (Neraca, Laporan Laba/Rugi) atau berupa penjelasan (notes) yang menyertai laporan keuangan (Chariri, 2009). PSAK adalah singkatan dari Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang merupakan suatu kerangka dari prosedur pembuatan laporan keuangan akuntansi yang berisi peraturan mengenai pencatatan, penyusunan, perlakuan, dan penyajian laporan keuangan yang disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang didasarkan pada kondisi yang sedang berjalan dan telah disepakati serta telah disahkan oleh institut atau lembaga resmi di indonesia. Dari Pengertian PSAK di atas kita dapat mengambil gambaran bahwa Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) berisi tentang tata cara penyusunan laporan keuangan yang selalu mengacu pada teori yang ada seperti layaknya IFRS yang di gunakan pada skala global. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan menetapkan dasar-dasar penyajian laporan keuangan yang bertujuan umum atau disebut general purpose financial statements agar dapat dibandingkan baik dengan laporan keuangan sebelumnya maupun dengan laporan keuangan lain. PSAK mengatur persyaratan struktur laporan keuangan, penyajian laporan keuangan, dan persyaratan minimum isi laporan keuangan. Perubahan pada perkembangan global semakin menuntut di hampir seluruh negara di dunia, ditopang dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang semakin memperbudak seluruh bangsa. Membawa perubahan zaman yang seharusnya menjadikan kemajuan dalam sifat transaparansial, akuntable, dan relevansi di segala bidang. Standar akuntansi keuangan adalah sebuah pedoman atau standar umum untuk menyusun laporan keuangan yang merupakan pernyataan resmi tentang masalah akuntansi tertentu yang dikeluarkan oleh badan yang berwenang dan berlaku di lingkungan tertentu. Untuk mewujudkan sifat transparansial, akuntable, dan relevansi maka diperlukan suatu pedoman yang disebut standar akuntansi keuangan. Standar akuntansi keuangan dapat diumpamakan sebagai cerminan dari kondisi praktik bisnis yang sebenarnya terjadi. Oleh karena itu, pengembangan standar akuntansi keuangan yang baik, akan sangat relevan dan dibutuhkan pada masa sekarang ini. Berikut ini adalah perkembangan standar akuntansi Indonesia mulai dari awal sampai dengan saat ini yang menuju konvergensi dengan IFRS (Sumber: Ikatan Akuntan Indonesia, 2008): 1. Pada masa penjajahan Belanda di Indonesia: Indonesia memakai standar akuntansi belanda (Sound Business Practices) 2. Tahun 1955: Indonesia belum mempunyai undang – undang resmi / peraturan tentang standar keuangan 3. Tahun 1974: Indonesia mengikuti standar Akuntansi Amerika yang dibuat oleh IAI yang disebut dengan Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) 4. Tahun 1984: PAI ditetapkan menjadi standar akuntansi Indonesia 5. Akhir tahun 1984: PAI mengikuti standar yang bersumber dari IASC (International Accounting Standart Committee) 6. Sejak tahun 1994: PAI sudah committed mengikuti IASC / IFRS 7. Tahun 2008: SAK mengacu kepada IFRS 8. Tahun 2012: IFRS mulai diresmikan dan diterapkan
1.2.Peran IAI dalam perkembangan PSAK
Pada tahun 1955, Indonesia pun belum mempunyai undang-undang resmi untuk peraturan tentang standar keuangan. Pada tahun 1974, Indonesia mulai mengikuti standar Akuntansi Amerika yang dibuat oleh IAI yang disebut dengan Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI). Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah organisasi profesi akuntan yang juga merupakan badan yang menyusun standar akuntansi di Indonesia. Organisasi profesi ini terus berusaha menanggapi perkembangan akuntansi keuangan yang terjadi baik tingkat nasional, regional maupun global, khususnya yang mempengaruhi dunia usaha dan profesi akuntansi sendiri. Perkembangan akuntansi keuangan sejak berdirinya IAI pada tahun 1957 hingga kini perkembangan standar akuntansi ini dilakukan secara terus menerus. Awal sejarah adanya standar akuntansi keuangan di Indonesia adalah ketika menjelang diadakannya pasar modal aktif di Indonesia tahun 1973. Pada tahun 1973 terbentuk Panitia Penghimpunan Bahan-bahan dan Struktur GAAP dan GAAS. Pada tahun tersebut juga dibentuk Komite Prinsip Akuntansi Indonesia (Komite PAI) yang bertugas menyusun standar keuangan. Ini merupakan masa awal IAI menerapkan system standar akuntansi di Indonesia yang dituangkan di dalam buku berjudul “Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI).” Komite PAI telah bertugas selama empat periode kepengurusan IAI sejak tahun 1974 hingga 1994 dengan susunan personel yang selalu diperbarui. Selanjutnya, pada periode kepengurusan IAI tahun 1994-1998 nama Komite PAI diubah menjadi Komite Standar Akuntansi Keuangan (Komite SAK), kemudian pada kongres VIII, tanggal 23-24 September 1998 di Jakarta, Komite SAK diubah menjadi Dewan Standar Akuntansi Keuangan untuk masa bakti 1998-2000 dan diberikan otonomi untuk menyusun dan mengesahkan PSAK. Pada 1984, komite PAI membuat sebuah revisi standar akuntansi dengan cara lebih mendasar jika dibandingkan PAI 1973 dan mengkodifikasikan ke dalam sebuah buku berjudul “Prinsip Akuntansi Indonesia 1984”. Prinsip tersebut memiliki tujuan untuk membuat suatu kesesuaian terhadap ketentuan akuntansi yang dapat diterapkan di dalam dunia bisnis. Pada 1994, IAI telah melakukan berbagai langkah harmonisasi menggunakan standar akuntansi internasional di dalam proses pengembangan standar akuntansi dan melakukan revisi total pada PAI 1984 dan sejak itu mengeluarkan serial standar keuangan yang diberi nama Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang diterbitken sejak 1 Oktober 1994. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) ditetapkan sebagai standar akuntansi yang baku di Indoneisa. Perkembangan standar akuntansi ketiga ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dunia usaha dan profesi akuntansi dalam rangka mengikuti dan mengantisipasi perkembangan internasional. Banyak standar yang dikeluarkan itu sesuai atau sama dengan standar akuntansi internasional yang dikeluarkan oleh IASC. Sekarang ini ada dua PSAK yang dikeluarkan oleh 2 Dewan Standar Akuntansi Keuangan, yaitu: 1. PSAK Konvensional 2. PSAK Syariah Digunakan oleh entitas yang melakukan transaksi syariah baik entitas lembaga syariah maupun non lembaga syariah. Pengembangan dengan model PSAK umum namun berbasis syariah dengan acuan fatwa MUI. PSAK ini tentu akan terus bertambah dan revisi sesuai kebutuhan perkembangan bisnis dan profesi akuntan. Setelah terjadi sebuah perubahan harmonisasi menjadi adaptasi, selanjutnya dilakukan adopsi guna terjadi konvergensi terhadap Internasional Financil Standards (IFRS). Adopsi dilakukan secara penuh dengan tujuan tercapainya konvergensi terhadap IFRS sehingga standar akuntansi keuangan dapat terlaksanakan lebih baik di masa selanjutnya. Di dalam proses berkembangnya standar akuntansi keuangan, terjadi beberapa revisi yang dilakukan secara kontinyu, yaitu baik penyusunan ataupun penambahan dari standar itu sendiri.sejak tahun 1994, telah dilakukan sekitar enam kali revisi hingga tahun 2007. Sejak tahun 1994 hingga 2004, ada perubahan Kiblat dari US GAAP ke IFRS, hal ini ditunjukkan Sejak tahun 1994, telah menjadi kebijakan dari Komite Standar Akuntansi Keuangan untuk menggunakan International Accounting Standards sebagai dasar untuk membangun standar akuntansi keuangan Indonesia. Dan pada tahun 1995, IAI melakukan revisi besar untuk menerapkan standar-standar akuntansi baru, yang kebanyakan konsisten dengan IAS. Beberapa standar diadopsi dari US GAAP dan lainnya dibuat sendiri. Dari revisi tahun 1994 IAI juga telah memutuskan untuk melakukan harmonisasi standar PSAK kepada International Financial Reporting Standard (IFRS). Selanjutnya harmonisasi tersebut diubah menjadi adopsi dan terakhir adopsi tersebut ditujukan dalam bentuk konvergensi terhadap International Financial Reporting Standard. Program konvergensi terhadap IFRS tersebut dilakukan oleh IAI dengan melakukan adopsi penuh terhadap standar internasional (IFRS dan IAS). Manfaat dari program konvergensi IFRS diharapkan akan mengurangi hambatan- hambatan investasi, meningkatkan transparansi perusahaan, mengurangi biaya yang terkait dengan penyusunan laporan keuangan, dan mengurangi cost of capital. Sementara tujuan akhirnya laporan keuangan yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) hanya akan memerlukan sedikit rekonsiliasi untuk menghasilkan laporan keuangan berdasarkan IFRS. Sasaran konvergensi IFRS tahun 2012 adalah merevisi PSAK agar sesuai dengan IFRS versi 1 Januari 2009 yang berlaku efektif tahun 2011 atau 2012 dan konvergensi IFRS di Indonesia dilakukan secara bertahap. Indonesia telah mengadopsi IFRS secara penuh pada tahun 2012, strategi adopsi yang dilakukan untuk konvergensi ada dua macam, yaitu big bang strategy dan gradual strategy. Big bang strategy mengadopsi penuh IFRS sekaligus tanpa melalui tahapan-tahapan tertentu. Strategi ini digunakan oleh Negara-negara maju. Sedangkan pada gradual strategy, adopsi IFRS dilakukan secara bertahap. Strategi ini digunakan oleh Negara-negara berkembang seperti Indonesia. Indonesia perlu mengadopsi standar akuntansi internasional untuk memudahkan perusahaan asing yang akan menjual saham di negara ini atau sebaliknya. Namun demikian, untuk mengadopsi standar internasional itu bukan perkara mudah karena memerlukan pemahaman dan biaya sosialisasi yang mahal. Indonesia sudah melakukannya namun sifatnya baru harmonisasi, dan selanjutnya akan dilakukan full adoption atas standar internasional tersebut. Adopsi standar akuntansi internasional tersebut terutama untuk perusahaan publik. Hal ini dikarenakan perusahaan publik merupakan perusahaan yang melakukan transaksi bukan hanya nasional tetapi juga secara internasional. Jika ada perusahaan dari luar negeri ingin menjual saham di Indonesia atau sebaliknya, tidak akan lagi dipersoalkan perbedaan standar akuntansi yang dipergunakan dalam menyusun laporan. Ada beberapa pilihan untuk melakukan adopsi, menggunakan IAS apa adanya, atau harmonisasi. Harmonisasi adalah, kita yang menentukan mana saja yang harus diadopsi, sesuai dengan kebutuhan. Contohnya adalah PSAK (pernyataan standar akuntansi keuangan) nomor 24, itu mengadopsi sepenuhnya IAS nomor 19. Standar ini berhubungan dengan imbalan kerja atau employee benefit. Terkait hal tersebut, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai wadah profesi akuntansi di Indonesia selalu tanggap terhadap perkembangan yang terjadi, khususnya dalam hal-hal yang memengaruhi dunia usaha dan profesi akuntan. Hal ini dapat dilihat dari dinamika kegiatan pengembangan standar akuntansi sejak berdirinya IAI pada tahun 1957 hingga kini. Setidaknya, terdapat tiga tonggak sejarah dalam pengembangan standar akuntansi keuangan di Indonesia. Tonggak sejarah pertama, menjelang diaktifkannya pasar modal di Indonesia pada tahun 1973. Pada masa itu merupakan pertama kalinya IAI melakukan kodifikasi prinsip dan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia dalam suatu buku ”Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI).” Salah satu bentuk revisi standar IAI yang berbentuk adopsi standar international menuju konvergensi dengan IFRS tersebut dilakukan dengan revisi terakhir yang dilakukan pada tahun 2007. Revisi pada tahun 2007 tersebut merupakan bagian dari rencana jangka panjang IAI yaitu menuju konvergensi dengan IFRS sepenuhnya pada tahun 2012. Skema menuju konvergensi penuh dengan IFRS pada tahun 2012 dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Pada akhir 2010 diharapkan seluruh IFRS sudah diadopsi dalam PSAK; 2. Tahun 2011 merupakan tahun penyiapan seluruh infrastruktur pendukung untuk implementasi PSAK yang sudah mengadopsi seluruh IFRS; 3. Tahun 2012 merupakan tahun implementasi dimana PSAK yang berbasis IFRS wajib diterapkan oleh perusahaan-perusahaan yang memiliki akuntabilitas publik. Revisi tahun 2007 yang merupakan bagian dari rencana jangka panjang IAI tersebut menghasilkan revisi 5 PSAK yang merupakan revisi yang ditujukan untuk konvergensi PSAK dan IFRS serta reformat beberapa PSAK lain dan penerbitan PSAK baru. PSAK baru yang diterbitkan oleh IAI tersebut merupakan PSAK yang mengatur mengenai transaksi keuangan dan pencatatannya secara syariah. PSAK yang direvisi dan ditujukan dalam rangka tujuan konvergensi PSAK terhadap IFRS adalah: 1. PSAK 16 tentang Properti Investasi 2. PSAK 16 tentang Aset Tetap 3. PSAK 30 tentang Sewa 4. PSAK 50 tentang Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan 5. PSAK 55 tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran PSAK-PSAK hasil revisi tahun 2007 tersebut dikumpulkan dalam buku yang disebut dengan Standar Akuntansi Keuangan per 1 September 2007 dan mulai berlaku sejak tanggal 1 Januari 2008. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai wadah profesi akuntansi di Indonesia selalu tanggap terhadap perkembangan yang terjadi, khususnya dalam hal-hal yang memengaruhi dunia usaha dan profesi akuntan. Hal ini dapat dilihat dari dinamika kegiatan pengembangan standar akuntansi sejak berdirinya IAI pada tahun 1957 hingga kini. Setidaknya, terdapat tiga tonggak sejarah dalam pengembangan standar akuntansi keuangan di Indonesia. Tonggak sejarah pertama, menjelang diaktifkannya pasar modal di Indonesia pada tahun 1973. Pada masa itu merupakan pertama kalinya IAI melakukan kodifikasi prinsip dan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia dalam suatu buku ”Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI).” Kemudian, tonggak sejarah kedua terjadi pada tahun 1984. Pada masa itu, komite PAI melakukan revisi secara mendasar PAI 1973 dan kemudian mengkondifikasikannya dalam buku ”Prinsip Akuntansi Indonesia 1984” dengan tujuan untuk menyesuaikan ketentuan akuntansi dengan perkembangan dunia usaha. Berikutnya pada tahun 1994, IAI kembali melakukan revisi total terhadap PAI 1984 dan melakukan kodifikasi dalam buku ”Standar Akuntansi Keuangan (SAK) per 1 Oktober 1994.” Sejak tahun 1994, IAI juga telah memutuskan untuk melakukan harmonisasi dengan standar akuntansi internasional dalam pengembangan standarnya. Dalam perkembangan selanjutnya, terjadi perubahan dari harmonisasi ke adaptasi, kemudian menjadi adopsi dalam rangka konvergensi dengan International Financial Reporting Standards (IFRS). Program adopsi penuh dalam rangka mencapai konvergensi dengan IFRS direncanakan dapat terlaksana dalam beberapa tahun ke depan. Untuk dapat menghasilkan standar akuntansi keuangan yang baik, maka badan penyusunnya terus dikembangkan dan disempurnakan sesuai dengan kebutuhan. Awalnya, cikal bakal badan penyusun standar akuntansi adalah Panitia Penghimpunan Bahan-bahan dan Struktur dari GAAP dan GAAS yang dibentuk pada tahun 1973. Pada tahun 1974 dibentuk Komite Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) yang bertugas menyusun dan mengembangkan standar akuntansi keuangan. Komite PAI telah bertugas selama empat periode kepengurusan IAI sejak tahun 1974 hingga 1994 dengan susunan personel yang terus diperbarui. Selanjutnya, pada periode kepengurusan IAI tahun 1994-1998 nama Komite PAI diubah menjadi Komite Standar Akuntansi Keuangan (Komite SAK).Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) telah membentuk Komite Prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia untuk menetapkan standar- standar akuntansi, yang kemudian dikenal dengan Prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia (PAI). (Terjadi pada periode 1973-1984) Komite PAI melakukan revisi secara mendasar PAI 1973 dan kemudian menerbitkan Prinsip Akuntansi Indonesia 1984 (PAI 1984). Menjelang akhir 1994, Komite standar akuntansi memulai suatu revisi besar atas prinsip-prinsip akuntansi Indonesia dengan mengumumkan pernyataan-pernyataan standar akuntansi tambahan dan menerbitkan interpretasi atas standar tersebut. Revisi tersebut menghasilkan 35 pernyataan standar akuntansi keuangan, yang sebagian besar harmonis dengan IAS yang dikeluarkan oleh IASB. (Terjadi pada periode 1984-1994) Ketua Tim Implementasi IFRS-Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Dudi M Kurniawan mengatakan, dengan mengadopsi IFRS, Indonesia akan mendapatkan tujuh manfaat sekaligus. 1) Meningkatkan kualitas standar akuntansi keuangan (SAK). 2) Mengurangi biaya SAK. 3) Meningkatkan kredibilitas dan kegunaan laporan keuangan. 4) Meningkatkan komparabilitas pelaporan keuangan. 5) Meningkatkan transparansi keuangan. 6) Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang penghimpunan dana melalui pasar modal. 7) Meningkatkan efisiensi penyusunan laporan keuangan. Ikatan Akuntan Indonesia yang selanjutnya disebut IAI, adalah organisasi profesi yang menaungi seluruh Akuntan Indonesia. Sebutan IAI dalam Bahasa Inggris adalah Institute of Indonesia Chartered Accountants. IAI menjadi satu-satunya wadah yang mewakili profesi akuntan Indonesia secara keseluruhan, baik yang berpraktik sebagai akuntan sektor publik, akuntan sektor privat, akuntan pendidik, akuntan publik, akuntan manajemen, akuntan pajak, akuntan forensik, dan lainnya. IAI didirikan pada tanggal 23 Desember 1957 dengan dua tujuan yaitu 1. membimbing perkembangan akuntansi serta mempertinggi mutu pendidikan akuntan; dan 2. mempertinggi mutu pekerjaan akuntan. IAI bertanggungjawab menyelenggarakan ujian sertifikasi akuntan profesional (ujian Chartered Accountant-CA Indonesia), menjaga kompetensi melalui penyelenggaraan pendidikan profesional berkelanjutan, menyusun dan menetapkan kode etik, standar profesi, dan standar akuntansi, menerapkan penegakan disiplin anggota, serta mengembangkan profesi akuntan Indonesia. IAI merupakan pendiri dan anggota International Federation of Accountants (IFAC), organisasi profesi akuntan dunia yang merepresentasikan lebih 3 juta akuntan yang bernaung dalam 170 asosiasi profesi akuntan yang tersebar di 130 negara. Sebagai anggota IFAC, IAI memiliki komitmen untuk melaksanakan semua standar internasional yang ditetapkan demi kualitas tinggi dan penguatan profesi akuntan di Indonesia. IAI juga merupakan anggota sekaligus pendiri ASEAN Federation of Accountants (AFA). Saat ini IAI menjadi sekretariat permanen AFA. Dalam perkembangannya, standar akuntansi keuangan terus direvisi secara berkesinambungan, baik berupa berupa penyempurnaan maupun penambahan standar baru sejak tahun 1994. Proses revisi telah dilakukan enam kali, yaitu pada tanggal 1 Oktober 1995, 1 Juni 1996, 1 Juni 1999, 1 April 2002, 1 Oktober 2004, dan 1 September 2007. Buku ”Standar Akuntansi Keuangan per 1 September 2007” ini di dalamnya sudah bertambah dibandingkan revisi sebelumnya yaitu tambahan KDPPLK Syariah, 6 PSAK baru, dan 5 PSAK revisi. Secara garis besar, sekarang ini terdapat 2 KDPPLK, 62 PSAK, dan 7 ISAK. Untuk dapat menghasilkan standar akuntansi keuangan yang baik, maka badan penyusunnya terus dikembangkan dan disempurnakan sesuai dengan kebutuhan. Awalnya, cikal bakal badan penyusun standar akuntansi adalah Panitia Penghimpunan Bahan-bahan dan Struktur dari GAAP dan GAAS yang dibentuk pada tahun 1973. Pada tahun 1974 dibentuk Komite Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) yang bertugas menyusun dan mengembangkan standar akuntansi keuangan. Komite PAI telah bertugas selama empat periode kepengurusan IAI sejak tahun 1974 hingga 1994 dengan susunan personel yang terus diperbarui. Selanjutnya, pada periode kepengurusan IAI tahun 1994-1998 nama Komite PAI diubah menjadi Komite Standar Akuntansi Keuangan (Komite SAK). Dengan adanya konvergensi IFRS ini maka Indonesia melalui IAI melakukan penyesuaian terhadap Standar Pelaporan Keuangan yang telah ada yaitu PSAK. Jadi kesimpulannya adalah Standar Akuntansi Keuangan Indonesia perlu mengadopsi IFRS karena kebutuhan akan informasi keuangan yang bisa diakui secara global untuk dapat bersaing dan menarik investor secara global.
1.3.Pengertian Standar Akuntansi Keuangan
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah suatu kerangka dalam prosedur pembuatan laporan keuangan agar terjadi keseragaman dalam penyajian laporan keuangan. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) merupakan hasil perumusan Komite Prinsipil Akuntansi Indonesia pada tahun 1994 menggantikan Prinsip Akuntansi Indonesia tahun 1984. SAK di Indonesia merupakan terapan dari beberapa standard akuntansi yang ada seperti, IAS,IFRS,ETAP,GAAP. Selain itu ada juga PSAK syariah dan juga SAP. Sebagai akibat dari perkembangan teknologi yang cepat dan pertumbuhan ekonomi sangat pesat diabad ini, telah timbul berbagai bidang spesialisasi dalam akuntansi. Salah satu bidang spesialisasi akuntansi tersebut adalah akuntansi keuangan. Menurut Kieso dan Waygandt (1995) akuntansi keuangan adalah: "Proses yang berakhir pada penyusunan laporan keuangan yang berhubungan dengan perusahaan secara keseluruhan untuk digunakan, oleh pihak-pihak baik didalam maupun diluar perusahaan tersebut". Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan(PSAK) dan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) yang diterbitkan oleh Dewan Standar Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) dan Dewan Standar Syariah Ikatan Akuntan Indonesia (DSAS IAI) serta peraturan regulator pasar modal untuk entitas yang berada di bawah pengawasannya. Efektif 1 Januari 2015 yang berlaku di Indonesia secara garis besar akan konvergen dengan International Financial Reporting Standards (IFRS) yang berlaku efektif 1 Januari 2014. DSAKIAI telah berhasil meminimalkan perbedaan antara kedua standar, dari tiga tahun di 1 januari 2012 menjadi satu tahun di 1 Januari 2015. Diharapakan dengan semakin sedikitnya perbedaan antara SAK dan IFRS dapat memberikan manfaat bagi pemanggku kepentingan di Indonesia. Perusahaan yang memiliki akuntabilitas publik, regulator yang berusaha menciptakan infrastruktur pengaturan yang dibutuhkan, khususnya dalam transaksi pasar modal, serta pengguna informasi laporan keuangan dapat menggunakan SAK sebagai suatu panduan dalam meningkatkan kualitas informasi yang dihasilkan dalam laporan keuangan. Standar akuntansi mencakup konvensi, peraturan, dan prosedur yang sudah disusun dan disahkan oleh lembaga resmi (Standard Setting Body) pada saat tertentu. Standar ini merupakan consensus pada kala itu tentang pencatatan sumber-sumber ekonomi, kewajiban, modal, hasil, biaya, dan perubahannya dalam bentuk laporan keuangan. Dalam standar ini dijelaskan transaksi apa yang harus dicatat; bagaimana mencatatnya, dan bagaimana mengungkapkannya dalam laporan keuangan yang akan disajikan. Standar akuntansi ini merupakan masalah penting dalam profesi dan semua pemakai laporan yang memiliki kepentingan terhadapnya. Oleh karena itu, mekanisme penyusunan standar akuntansi harus diatur sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kepuasan kepada semua pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan. Standar akuntansi ini akan terus-menerus berubah dan berkembang sesuai perkembangan dan tuntutan masyarakat. Belkaoui(1985) mengemukakan alasan pentingnya standar akuntansi yang relevan sebagai berikut: 1. Dapat menyajikan informasi tentang posisi keuangan, prestasi, dan kegiatan perusahaan. Informasi yang disusun berdasarkan standar akuntansi yang lazim diharapkan mempunyai sifat jelas, konsisten, terpercaya, dan dapat diperbandingkan. 2. Memberi pedoman dan peraturan bekerja bagi akuntan publik agar mereka dapat melaksanakan tugas dengan hati-hati, independen, dan dapat mengabdikan keahliannya dan kejujurannya melalui penyusunan laporan akuntan setelah melalui pemeriksaan akuntan. 3. Memberikan data base kepada regulator tentang berbagai informasi yang dianggap penting dalam perhitungan pajak, peraturan tentang perusahaan, perencanaan dan pengaturan ekonomi, dan peningkatan efesiensi ekonomi, dan peningkatan efesiensi ekonomi, dan tujuan-tujuan makro lainnya. 4. Dapat menarik perhatian para ahli dan praktisi di bidang teori dan standar akuntansi. Semakin banyak standar yang dikeluarkan, semakin banyak kontroversi dan semakin bergairah untuk berdebat, berpolemik, dan melakukan penelitian. Standar akuntansi saat ini umumnya disusun oleh lembaga resmi yang diakui pemerintah, profesi, dan umum. Kalau di Indonesia yang berwenang menyusun ini adalah Dewan Standar Akuntansi Keuangan yang berada di bawah naungan IAI(Ikatan Akuntansi Indonesia). Dewan Standar Akuntansi menyerahkan hasil kerjanya kepada Komite Pensahan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia dan akhirnya akan ditetapkan dan disahkan dalam kongres IAI. Sementara itu, di USA sekarang lembaga yang berwenang mensahkan standar akuntansi(standard setting body) adalah Financial Accounting Standard Board(FASB) yang bebas dari pengaruh profesi secara langsung. Namun, pda mulanya standar akuntansi dilahirkan oleh AICPA. FASB mengeluarkan Statement of Financial Accounting Standards dan Interpretation bersama dengan Accounting Research Bulletin yang dikeluarkan oleh AICPA. 1.4.Tujuan Standar Akuntansi Keuangan Adapun tujuan standar akuntansi keuangan yang baku adalah: a. Menetapkan dasar-dasar bagi penyajian laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement) yang biasa disebut laporan keuangan untuk membandingkan laporan keuangan perusahaan periode sebelumnya dengan periode sekarang maupun membandingkan laporan keuangan perusahaan dengan laporan keuangan perusahaan lain. b. Dapat memberikan informasi tentang posisi keuangan perusahaan, prestasi dan kegiatan perusahaan, informasi yang disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang lazim diharapkan mempunyai sifat jelas, konsisten, terpercaya dan dapat diperbandingkan. c. Memberikan pedoman dan peraturan kerja bagi akuntan publik agar mereka dapat melaksanakan tugas dengan hati-hati, independen dan dapat mengabdikan keahliannya dan kejujurannya melalui penyusunan laporan akuntansi setelah melalui pemeriksaan akuntan. d. Memberikan database pada pemerintah tentang berbagai informasi yang dianggap penting dalam perhitungan pajak, peraturan tentang perusahaan, 10
perencanaan, dan pengaturan ekonomi dan peningkatan efisiensi ekonomi
serta tujuan makro lainnya. e. Dapat menarik perhatian para ahli dan praktisi dibidang teori dan prinsip akuntansi.