KELOMPOK VIII
PROGRAM REGULER
2016/2017
DAFTAR ISI
(07)
(09)
(27)
(34)
Halaman
Halaman Judul..................................................................................................
Daftar Isi...........................................................................................................
ii
Peta Konsep......................................................................................................
iii
Pembahasan......................................................................................................
Simpulan...........................................................................................................
Referensi...........................................................................................................
PETA KONSEP
PENGARUH FAKTOR POLITIS PADA STANDAR AKUNTANSI
Dalam penyusunan sebuah standar, terkait banyak pihak dengan berbagai latar belakang,
motivasi, dan memiliki kepentingan yang berbeda-beda baik itu dari pemerintah, swasta,
ataupun profesi akuntan itu sendiri terhadap pembuatan standar akuntansi. Dengan begitu
unsur politik dapat berperan dalam penyusunan suatu stanadar.
ii
2. Tindakan
REVIEW SFAS 52
Terdapat beragam metode translasi yang diperlukan dalam
SFAS 52.
Tahap 1: Pembukuan laporan keuangan asing dalam mata
uang lokal.
Tahap 2: Laporan keuangan ditranslasikan ke dalam
pembukuan mata uang fungsional menggunakan
metode temporal.
Tahap 3: Laporan mata uang fungsional ditranslasikan
(kecuali dolar Amerika) mengunakan metode tarif
sekarang.
CONTOH:
KRITIK SFAS 8
KRITIK SFAS 52
iii
PEMBAHASAN
1.
setting process. Pembuatan standar akuntansi tidak lepas dari proses politik. Dalam
penyusunan sebuah standar, terkait banyak pihak dengan berbagai latar belakang,
motivasi, dan memiliki kepentingan yang berbeda-beda baik itu dari pemerintah,
swasta, ataupun profesi akuntan itu sendiri terhadap pembuatan standar akuntansi.
Dengan begitu unsur politik dapat berperan dalam penyusunan suatu standar.
Menurut Zaff (2002) dalam jurnal Helmy, Yang dinamakan sebagai proses politik
adalah pembelaan atau pertimbangan self-interested dari pembuatan standar mengenai
aspek yang mungkin diasosiasikan dalam istilah economic consequences. Dalam buku
The Rise of Economic Consequences Zaff mengartiakan konsekuensi ekonomi
sebagai The impact of accounting report on the decision making behavior of business,
goverment, unions, investor, and creditor.
Selain itu Scroeder dan Clark (1995: 13) juga menjelaskan dalam jurnal Helmy:
Akuntansi sebenarnya terbentuk dari fenomena ekonomi dari perkembangan berbagai
entitas ekonomi yang ada, sehingga pembentukan standar akuntansi bukanlah suatu
proses yang berjalan serta-merta, namun sangat memperhatikan aspek konsekuensi
ekonomi yang diakibatkannya. Oleh karenanya apabila proses penyusunan standar
penuh dengan tekanan dari berbagai pihak yang berkepentingan, bukanlah suatu hal
yang mengejutkan karena adanya aspek economic consequences.
Proses penyusunan standar bukanlah suatu proses yang berjalan serta-merta, dan
standar-standar akuntansi tidaklah murni dari teori, tetapi proses penyusunan akuntansi
dibentuk dengan memperhatikan aspek konsekuensi ekonomi. Pembuatan ekonomi
yanhg melaui proses politik bisa beraakibat kepada pandangan masyarakat terhadap
standar akuntansi sebagai permainan politik saja dengan kepentingan masing-masing
didalamnya. Sehingga perlu kehati-hatian dalam proses pembuatannya agar tidak
berdampak negatif di pandangan masyarakat. Misalnya dalam pembuatan standar oleh
FASB, pihak-pihak yang mempengaruhi FASB dalam penyusunan standar akuntansi
(Jurnal dari Putra Astika) yaitu:
1) FASB.
2) Business entitis, yaitu perusahaan yang menyusun laporan keuangan.
1
berbagai pengaruh terhadap penyusun standar (Hodges & Mellett, 2002). Kondisi
ekonomi, hukum, politik dan lingkungan sosial di negara tersebutlah menjadi faktorfaktor yang mempengaruhi pembuatan standar akuntansi. Setiap negara mempunyai
kondisi yang berbeda-beda sehingga tidak memungkinkan untuk menggunakan standar
akuntansi yang sama. The Interest Group Theory menyatakan keberadaaan penyusun
standar tidak terlepas dari pengaruh konstituen yang memperjuangkan kepentingannya
melalui penerbitan standar. Proses tersebut tercermin dari berbagai lobi yang dilakukan
oleh konstituen seperti dalam pembuatan standar akuntansi, karena dalam penyusunan
sebuah standar, terkait banyak pihak dengan berbagai latar belakang, motivasi, dan
memiliki kepentingan yang berbeda- beda baik itu dari pemerintah, swasta, ataupun
profesi akuntan itu sendiri terhadap pembuatan standar akuntansi.
Perusahaan yang mempunyai tujuan tertentu melakukan lobi pemerintah untuk
membuat standar sesuai dengan tujuan perusahaan. Dalam situasi tertentu hubungan
personal (perusahaan) dapat menghindari prosedur birokratis yang panjang dan mahal.
Dengan negara yang politik, hukum, dan ekonomi yang lemah, informasi-informasi
yang dibutuhkan perusahaan untuk membantu pencapaian tujuan akan sangat sulit.
Tindakan yang paling dapat diobservasi untuk mengukur pengaruh lobi yaitu melalui
jumlah tanggapan tertulis atas suatu exposure draft standar akuntansi. Aktivitas lobi
terhadap dewan standar akuntansi berlaku pada setiap negara dan jurisdiksi. IASB
mendapatkan lobi yang kuat dari Uni Eropa, negara-negara G20 dan belakangan juga
dari Asia-Oseania sehingga mempengaruhi standar yang mereka buat.
Di Indonesia sendiri standar akuntansi dikenal dengan nama Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) yang disusun oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan
(DSAK) melalui due process procedure. Namun, dari proses keterlibatan konstituen
tersebut muncul permasalahan, seperti seberapa besar pengaruh lobi konstituen, apakah
terdapat perbedaan pengaruh di antara konstituen dalam penyusunan PSAK, antara
tanggapan yang bersifat substantif dan bersifat bahasa antar standar itu sendiri.
Hasil survei yang dilakukan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menghasilkan
data berupa tanggapan tertulis atas empat PSAK, yaitu PSAK 8, PSAK 38, PSAK 51,
dan PSAK 57. Dengan membandingkan antara exposure draft dan standar yang
diterbitkan serta tanggapan tertulis tersebut dapat dilihat tanggapan yang diakomodasi
oleh PSAK. Pengaruh lobi konstituen terhadap penyusunan PSAK sangat rendah yaitu
hanya sebesar 12,88% saja tanggapan yang diakomodasi, sedangkan jika dilihat dari
masing-masing PSAK maka akan diperoleh hasil yang bervariasi. Hasil yang diperoleh
antara lain tidak berpengaruh pada PSAK 8 dan PSAK 38, berpengaruh rendah pada
PSAK 51 dan berpengaruh sedang pada PSAK 57. Tanggapan tersebut memberikan
tanggapan yang posif karena memperjelas substantif dan kalimat dalam PSAK.
Dari hasil penelitian selanjutnya didapatkan hasil bahwa kelompok yang paling
banyak memberikan tanggapan adalah KAP bukan pembuat laporan keuangan, hal
tersebut diduga karena adanya pandangan pelaku bisnis, dimana standar merupakan
tanggung jawab IAI. Melalui uji beda proporsi dikatakan bahwa tidak terdapat
perbedaan pengaruh antar konstituen, hasil tersebut tidak konsisten dengan The Interest
Group Theory. Selain itu juga tidak ditemukan perbedaan pengaruh antara tanggapan
yang bersifat substantif dan yang bersifat bahasa. Namun, perbedaan pengaruh baru
ditemukan jika dikakukan pengujian antar standar, dimana pengaruh lobi konstituen
tergantung dari standarnya. Terdapat beberapa keterbatasan penelitian diantaranya:
1) Penggunaan tanggapan tertulis sebagai ukuran lobi padahal lobi yang
sebenarnya lebih sexing, dilakukan melalui jalur non formal.
2) Tanggapan dipandang sebagai suara (vote) yang berarti cenderung tidak
memperhatikan substansi tanggapan.
3) Kekurangan data mengenai tanggapan konstituen atas exposure draft.
4) Masih sedikitnya referensi penelitian mengenai lobi konstituen di Indonesia.
3.
3.1
efisiensi market hipotesis) dimana pilihan kebijakan akuntansi akan mempengaruhi nilai
perusahaan (Scott, 2007). Terutama gagasan dari Economic Consequences mengenai
kebijakan akuntansi yang dipilih perusahaan, dan mengapa perusahaan memilih
mengubah kebijakan akuntansinya.
Jadi dari pengertian di atas, Konsekuensi Ekonomi adalah konsep yang
menegaskan, meskipun implikasi dari teori pasar sekuritas efisien, bahwa pilihan
kebijakan akuntansi dapat mempengaruhi atau memberi dampak pada nilai perubahaan.
Pemahaman konsep konsekuensi ekonomi tentang pilihan kebijakan akuntansi
adalah penting dengan alasan:
1) Konsep tersebut menarik dalam kebenarannya. Banyak kejadian-kejadian
menarik dalam penerapan akuntansi berasal dari konsekuensi ekonomi.
2) Saran bahwa kebijakan akuntansi tidak penting bertentangan dengan
pengalaman akuntan. Banyak akuntansi keuangan berfokus pada diskusi dan
argumen tentang kebijakan akuntansi mana yang harus dipakai dalam kondisi
yang berbeda. Konsep konsekuensi ekonomi konsisten dengan pengalaman
dunia nyata.
3) Adanya konsekuensi ekonomi menimbulkan pertanyaan tentang mengapa
mereka ada. Hal ini muncul dari kontrak yang disetujui oleh perusahaan,
khususnya kontrak kompensasi eksekutif dan kontrak hutang.
3.2
Tapi SFAS 8 tidak memiliki pengaruh arus kas langsung. Keuntungan dan
kerugian pertukaran hanyalah item kertas. Jadi, dalam teori pasar efisien, harga saham
perusahaan multinasional yang terpengaruh tidak akan dipengaruhi oleh kerugian dan
keuntungan pertukaran; yaitu nilai pasar saham ini tidak boleh terpengaruh oleh metode
tertentu yang digunakan untuk konversi pertukaran asing. Dengan kata lain, tidak boleh
ada konsekuensi ekonomi.
3.3
Review SFAS 52
Sebagai hasil dari penyebarluasan fokus yang sama dengan yang ditimbulkan oleh
menyediakan informasi yang secara umum cocok dengan dampak ekonomi yang
diharapkan dari perubahan tarif pada arus kas dan ekuitas perusahaan. Tujuan ini dirasa
masuk akal dan konsisten dengan SFAS 1 dalam Kerangka Konseptual FASB. Karena
itu, kita akan menggunakannya sebagai dasar untuk kritik kita.
SFAS 52 juga mengacu pada kritik pervasif bahwa translasi dalam SFAS 8 tidak
mencerminkan kenyataan yang mendasari operasi asing. Tentunya, Massey-Ferguson
akan setuju degan kritik ini. Namun, kita akan berargumen bahwa SFAS 8 konsisten
dengan teori paritas daya beli dan pada tingkat yang lebih rendah, dengan teori paritas
tingkat bunga pada perubahan tarif pertukaran. Kadang, sulit untuk melihat SFAS 52
konsisten dengan kedua teori ini.
5
Dampak yang dihasilkan dalam SFAS 8 adalah tidak ada kerugian atau
keuntungan pada aktiva non moneter yang dicatat dalam SFAS 8 ketika tarif pertukaran
asing berubah karena aktiva tersebut ditranslasikan pada tarif historis. Jadi, SFAS 8
konsisten dengan teori paritas daya beli, paling tidak berhubungan dengan aktiva
nonmoneter.
Hal ini juga dianggap bahwa SFAS 8 konsisten dengan teori paritas tingkat bunga,
paling tidak sejauh konsentrasi pada kewajiban bersih moneter. Dalam paritas tingkat
bunga, nilai mata uang asing akan melemah dalam pasar pertukaran asing jika tingkat
bunga ekonomi asing akan turun relatif terhadap tingkat bunga di negara lain. Tingkat
bunga yang lebih rendah pada ekonomi asing berarti bahwa perusahaan yang
dikonsolidasi dapat membayar kembali kewajiban bersih moneternya dan meminjam
kembali pada tingkat bunga yang lebih rendah; yaitu, perusahaan tersebut mendapat
keuntungan (asumsikan tak ada penalti untuk pembiayaan ulang). Karena itu,
pemasukan keuntungan dan kerugian translasi pada kewajiban bersih moneter dalam
SFAS 8 juga dianggap konsisten dengan teori paritas tingkat bunga.
Karena teori paritas tingkat bunga tidak membuat hubungan langsung antara
tingkat harga dalam ekonomi asing dan tarif pertukaran, maka sulit untuk menilai
apakah hal ini konsisten dengan translasi SFAS 8 pada aktiva non moneter pada tarif
historis.
3.5
konsekuensi ekonomi, mengenalkan konsep ini dalam artikelnya tahun 1978 yang
berjudul The Rise of Economic Consequences. Zeff (1978) mendefinisikan economic
consequences sebagai dampak laporan akuntansi terhadap perilaku pengambilan
keputusan bisnis, pemerintah, dan kreditor. Esensi definisi tersebut adalah bahwa
laporan akuntansi dapat mempengaruhi (affect) keputusan nyata oleh manajer dan pihak
lain tidak hanya sekedar menggambarkan (reflecting) hasil keputusan yang dibuat. Zeff
mendokumentasikan beberapa contoh di Amerika Serikat dimana bisnis, asosiasi
industri, dan pemerintah mencoba mempengaruhi, atau telah mempengaruhi, standar
akuntansi yang disusun oleh Accounting Principles Board (APB) dan pendahulunya the
Committee on Accounting Procedure (CAP).
SIMPULAN
Setiap
negara
mempunyai
kondisi
yang
berbeda-beda
sehingga
tidak
terhadap dewan standar akuntansi berlaku pada setiap negara dan jurisdiksi. IASB
mendapatkan lobi yang kuat dari Uni Eropa, negara-negara G20 dan belakangan juga
dari Asia-Oseania sehingga mempengaruhi standar yang mereka buat. Di Indonesia
sendiri standar akuntansi dikenal dengan nama Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) yang disusun oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) melalui due
process procedure. Namun, dari proses keterlibatan konstituen tersebut muncul
permasalahan, seperti seberapa besar pengaruh lobi konstituen, apakah terdapat
perbedaan pengaruh di antara konstituen dalam penyusunan PSAK, antara tanggapan
yang bersifat substantif dan bersifat bahasa antar standar itu sendiri.
Konsekuensi ekonomi adalah konsep yang menyatakan bahwa, walaupun
bertentangan dengan implikasi teori pasar modal efisien, pilihan kebijakan akuntansi
dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Walaupun dengan implikasi kebijakan teori pasar
modal efisien, tampak bahwa pilihan kebijakan akuntansi memiliki konsekuensi
ekonomi bagi pamakai laporan keuangan, walaupun tidak secara langsung
mempengaruhi aliran kas perusahaan.
REFERENSI
Adam, Helmi. 2006. Konsekuensi Ekonomi dan Proses Politik dalam Penyusunan
Standar Akuntansi. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam (IQTISHODUNA).
8