Anda di halaman 1dari 12

TEMU 6

PENGARUH FAKTOR POLITIS PADA STANDAR AKUNTANSI

KELOMPOK VIII

IDA AYU CANDRASATYANI PURBA


NI LUH PUTU NOVI MARIYANTINI
NI PUTU WANDA ANGGELIANA PUTRI
IDA BAGUS AGUNG HARIDHARMA PURBA

PROGRAM REGULER
2016/2017
DAFTAR ISI

(07)
(09)
(27)
(34)

Halaman
Halaman Judul..................................................................................................

Daftar Isi...........................................................................................................

ii

Peta Konsep......................................................................................................

iii

Pembahasan......................................................................................................

1. Pengaruh Faktor Politis pada Standar Akuntansi..................................

2. Pengaruh Lobi pada Standar Akuntansi.................................................

3. Pengertian dan Contoh Konsekuensi Ekonomis Standar Akuntansi.....

3.1 Pengertian Konsekuensi Ekonomis.................................................

3.2 Konsekuensi Ekonomi SFAS 8.......................................................

3.3 Review SFAS 52.............................................................................

3.4 Kritik SFAS 8 dan SFAS 52............................................................

3.5 Contoh Konsekuensi Ekonomis Standar Akuntansi.......................

Simpulan...........................................................................................................

Referensi...........................................................................................................

PETA KONSEP
PENGARUH FAKTOR POLITIS PADA STANDAR AKUNTANSI
Dalam penyusunan sebuah standar, terkait banyak pihak dengan berbagai latar belakang,
motivasi, dan memiliki kepentingan yang berbeda-beda baik itu dari pemerintah, swasta,
ataupun profesi akuntan itu sendiri terhadap pembuatan standar akuntansi. Dengan begitu
unsur politik dapat berperan dalam penyusunan suatu stanadar.

ii

PENGARUH LOBI PADA


STANDAR AKUNTANSI

KONSEKUENSI EKONOMIS PADA


STANDAR AKUNTANSI

Proses lobi tidaklah lepas dalam


proses politik. Karena dalam proses
politik, pihak-pihak tertentu yang
memiliki kepentingan tersendiri
melakukan lobi untuk membuat
standar yang nantinya membantu
perusahaan mencapai tujuannya.

Economic Consequences adalah salah satu


konsep yang menegaskan (selain teori
efisiensi market hipotesis) dimana pilihan
kebijakan akuntansi akan mempengaruhi nilai
perusahaan.

1. Aktivitas lobi terhadap dewan


standar akuntansi berlaku pada
setiap negara dan jurisdiksi.

KONSEKUENSI EKONOMI SFAS 8


SFAS 8 tidak memiliki pengaruh arus kas langsung. Dalam
teori pasar efisien, harga saham perusahaan multinasional
yang terpengaruh tidak akan dipengaruhi oleh kerugian dan
keuntungan pertukaran. Dengan kata lain, tidak boleh ada
konsekuensi ekonomi.

2. Tindakan

yang paling dapat


diobservasi untuk mengukur
pengaruh lobi yaitu melalui
jumlah tanggapan tertulis atas
suatu exposure draft standar
akuntansi.

3. Perusahaan yang mempunyai


tujuan tertentu melakukan lobi
pemerintah
untuk
membuat
standar sesuai dengan tujuan
perusahaan.

REVIEW SFAS 52
Terdapat beragam metode translasi yang diperlukan dalam
SFAS 52.
Tahap 1: Pembukuan laporan keuangan asing dalam mata
uang lokal.
Tahap 2: Laporan keuangan ditranslasikan ke dalam
pembukuan mata uang fungsional menggunakan
metode temporal.
Tahap 3: Laporan mata uang fungsional ditranslasikan
(kecuali dolar Amerika) mengunakan metode tarif
sekarang.

CONTOH:
KRITIK SFAS 8

KRITIK SFAS 52

SFAS 8 tidak mencerminkan


kenyataan yang mendasari operasi
asing. Namun, SFAS 8 konsisten
dengan teori paritas daya beli dan
teori paritas tingkat bunga.

Tujuan SFAS 52 dinilai konsisten


dengan SFAS 1 dalam kerangka
konseptual FASB. SFAS 52 juga
mengacu pada kritik pervasif.

Di Amerika Serikat, bisnis,


asosiasi industri, dan pemerintah
mencoba mempengaruhi, atau
telah
mempengaruhi,
standar
akuntansi yang disusun oleh
Accounting
Principles
Board
(APB) dan pendahulunya the
Committee
on
Accounting
Procedure (CAP).

iii

PEMBAHASAN
1.

PENGARUH FAKTOR POLITIS PADA STANDAR AKUNTANSI


Proses Proses pembentukan standar akuntansi sering disebut dengan standar

setting process. Pembuatan standar akuntansi tidak lepas dari proses politik. Dalam
penyusunan sebuah standar, terkait banyak pihak dengan berbagai latar belakang,
motivasi, dan memiliki kepentingan yang berbeda-beda baik itu dari pemerintah,
swasta, ataupun profesi akuntan itu sendiri terhadap pembuatan standar akuntansi.
Dengan begitu unsur politik dapat berperan dalam penyusunan suatu standar.
Menurut Zaff (2002) dalam jurnal Helmy, Yang dinamakan sebagai proses politik
adalah pembelaan atau pertimbangan self-interested dari pembuatan standar mengenai
aspek yang mungkin diasosiasikan dalam istilah economic consequences. Dalam buku
The Rise of Economic Consequences Zaff mengartiakan konsekuensi ekonomi
sebagai The impact of accounting report on the decision making behavior of business,
goverment, unions, investor, and creditor.
Selain itu Scroeder dan Clark (1995: 13) juga menjelaskan dalam jurnal Helmy:
Akuntansi sebenarnya terbentuk dari fenomena ekonomi dari perkembangan berbagai
entitas ekonomi yang ada, sehingga pembentukan standar akuntansi bukanlah suatu
proses yang berjalan serta-merta, namun sangat memperhatikan aspek konsekuensi
ekonomi yang diakibatkannya. Oleh karenanya apabila proses penyusunan standar
penuh dengan tekanan dari berbagai pihak yang berkepentingan, bukanlah suatu hal
yang mengejutkan karena adanya aspek economic consequences.
Proses penyusunan standar bukanlah suatu proses yang berjalan serta-merta, dan
standar-standar akuntansi tidaklah murni dari teori, tetapi proses penyusunan akuntansi
dibentuk dengan memperhatikan aspek konsekuensi ekonomi. Pembuatan ekonomi
yanhg melaui proses politik bisa beraakibat kepada pandangan masyarakat terhadap
standar akuntansi sebagai permainan politik saja dengan kepentingan masing-masing
didalamnya. Sehingga perlu kehati-hatian dalam proses pembuatannya agar tidak
berdampak negatif di pandangan masyarakat. Misalnya dalam pembuatan standar oleh
FASB, pihak-pihak yang mempengaruhi FASB dalam penyusunan standar akuntansi
(Jurnal dari Putra Astika) yaitu:
1) FASB.
2) Business entitis, yaitu perusahaan yang menyusun laporan keuangan.
1

3) CPAs and accounting firms.


4) Preparers, misalanya Financial Executives Institute.
5) AICPA (American Institute of Certified Publlic Accountants), AcSec
(Accounting Standards Executive Committe).
6) Investing public.
7) Academicians.
8) Industry association.
9) Goverment, seperti SEC (Securities Exchange Commission), IRS (Internal
Revenue Service) dan instansi pemerintahan lainnya.
10) Financial community analysts, banker, etc.
2.

PENGARUH LOBI PADA STANDAR AKUNTANSI


Proses penyusunan standar merupakan proses politik yang di dalamnya terdapat

berbagai pengaruh terhadap penyusun standar (Hodges & Mellett, 2002). Kondisi
ekonomi, hukum, politik dan lingkungan sosial di negara tersebutlah menjadi faktorfaktor yang mempengaruhi pembuatan standar akuntansi. Setiap negara mempunyai
kondisi yang berbeda-beda sehingga tidak memungkinkan untuk menggunakan standar
akuntansi yang sama. The Interest Group Theory menyatakan keberadaaan penyusun
standar tidak terlepas dari pengaruh konstituen yang memperjuangkan kepentingannya
melalui penerbitan standar. Proses tersebut tercermin dari berbagai lobi yang dilakukan
oleh konstituen seperti dalam pembuatan standar akuntansi, karena dalam penyusunan
sebuah standar, terkait banyak pihak dengan berbagai latar belakang, motivasi, dan
memiliki kepentingan yang berbeda- beda baik itu dari pemerintah, swasta, ataupun
profesi akuntan itu sendiri terhadap pembuatan standar akuntansi.
Perusahaan yang mempunyai tujuan tertentu melakukan lobi pemerintah untuk
membuat standar sesuai dengan tujuan perusahaan. Dalam situasi tertentu hubungan
personal (perusahaan) dapat menghindari prosedur birokratis yang panjang dan mahal.
Dengan negara yang politik, hukum, dan ekonomi yang lemah, informasi-informasi
yang dibutuhkan perusahaan untuk membantu pencapaian tujuan akan sangat sulit.
Tindakan yang paling dapat diobservasi untuk mengukur pengaruh lobi yaitu melalui
jumlah tanggapan tertulis atas suatu exposure draft standar akuntansi. Aktivitas lobi
terhadap dewan standar akuntansi berlaku pada setiap negara dan jurisdiksi. IASB

mendapatkan lobi yang kuat dari Uni Eropa, negara-negara G20 dan belakangan juga
dari Asia-Oseania sehingga mempengaruhi standar yang mereka buat.
Di Indonesia sendiri standar akuntansi dikenal dengan nama Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) yang disusun oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan
(DSAK) melalui due process procedure. Namun, dari proses keterlibatan konstituen
tersebut muncul permasalahan, seperti seberapa besar pengaruh lobi konstituen, apakah
terdapat perbedaan pengaruh di antara konstituen dalam penyusunan PSAK, antara
tanggapan yang bersifat substantif dan bersifat bahasa antar standar itu sendiri.
Hasil survei yang dilakukan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menghasilkan
data berupa tanggapan tertulis atas empat PSAK, yaitu PSAK 8, PSAK 38, PSAK 51,
dan PSAK 57. Dengan membandingkan antara exposure draft dan standar yang
diterbitkan serta tanggapan tertulis tersebut dapat dilihat tanggapan yang diakomodasi
oleh PSAK. Pengaruh lobi konstituen terhadap penyusunan PSAK sangat rendah yaitu
hanya sebesar 12,88% saja tanggapan yang diakomodasi, sedangkan jika dilihat dari
masing-masing PSAK maka akan diperoleh hasil yang bervariasi. Hasil yang diperoleh
antara lain tidak berpengaruh pada PSAK 8 dan PSAK 38, berpengaruh rendah pada
PSAK 51 dan berpengaruh sedang pada PSAK 57. Tanggapan tersebut memberikan
tanggapan yang posif karena memperjelas substantif dan kalimat dalam PSAK.
Dari hasil penelitian selanjutnya didapatkan hasil bahwa kelompok yang paling
banyak memberikan tanggapan adalah KAP bukan pembuat laporan keuangan, hal
tersebut diduga karena adanya pandangan pelaku bisnis, dimana standar merupakan
tanggung jawab IAI. Melalui uji beda proporsi dikatakan bahwa tidak terdapat
perbedaan pengaruh antar konstituen, hasil tersebut tidak konsisten dengan The Interest
Group Theory. Selain itu juga tidak ditemukan perbedaan pengaruh antara tanggapan
yang bersifat substantif dan yang bersifat bahasa. Namun, perbedaan pengaruh baru
ditemukan jika dikakukan pengujian antar standar, dimana pengaruh lobi konstituen
tergantung dari standarnya. Terdapat beberapa keterbatasan penelitian diantaranya:
1) Penggunaan tanggapan tertulis sebagai ukuran lobi padahal lobi yang
sebenarnya lebih sexing, dilakukan melalui jalur non formal.
2) Tanggapan dipandang sebagai suara (vote) yang berarti cenderung tidak
memperhatikan substansi tanggapan.
3) Kekurangan data mengenai tanggapan konstituen atas exposure draft.
4) Masih sedikitnya referensi penelitian mengenai lobi konstituen di Indonesia.

3.

PENGERTIAN DAN CONTOH KONSEKUENSI EKONOMIS STANDAR


AKUNTANSI

3.1

Pengertian Konsekuensi Ekonomis


Economic Consequences adalah salah satu konsep yang menegaskan (selain teori

efisiensi market hipotesis) dimana pilihan kebijakan akuntansi akan mempengaruhi nilai
perusahaan (Scott, 2007). Terutama gagasan dari Economic Consequences mengenai
kebijakan akuntansi yang dipilih perusahaan, dan mengapa perusahaan memilih
mengubah kebijakan akuntansinya.
Jadi dari pengertian di atas, Konsekuensi Ekonomi adalah konsep yang
menegaskan, meskipun implikasi dari teori pasar sekuritas efisien, bahwa pilihan
kebijakan akuntansi dapat mempengaruhi atau memberi dampak pada nilai perubahaan.
Pemahaman konsep konsekuensi ekonomi tentang pilihan kebijakan akuntansi
adalah penting dengan alasan:
1) Konsep tersebut menarik dalam kebenarannya. Banyak kejadian-kejadian
menarik dalam penerapan akuntansi berasal dari konsekuensi ekonomi.
2) Saran bahwa kebijakan akuntansi tidak penting bertentangan dengan
pengalaman akuntan. Banyak akuntansi keuangan berfokus pada diskusi dan
argumen tentang kebijakan akuntansi mana yang harus dipakai dalam kondisi
yang berbeda. Konsep konsekuensi ekonomi konsisten dengan pengalaman
dunia nyata.
3) Adanya konsekuensi ekonomi menimbulkan pertanyaan tentang mengapa
mereka ada. Hal ini muncul dari kontrak yang disetujui oleh perusahaan,
khususnya kontrak kompensasi eksekutif dan kontrak hutang.
3.2

Konsekuensi Ekonomi SFAS 8


Manajemen perusahaan-perusahaan multinasional di intervensi dalam proses

penyusunan standar yang berhubungan dengan translasi pertukaran asing. Reaksi


manajemen Massey-Ferguson adalah tipikal dan konsisten dengan dampak konsekuensi
ekonomi yang dideskripsikan oleh Zeff. Terlihat bahwa intervensi pemilik manajemen
cukup mampu bahwa FASB mundur dan SFAS 8 pada alternatif yang lebih dapat
diterima secara politik, atau dalam istilah Zeff, altemnatif yang lebih "delicately
balanced", meski dukungan yang dapat dipertimbangkan untuk SFAS 8 dalam teori
ekonomi.
4

Tapi SFAS 8 tidak memiliki pengaruh arus kas langsung. Keuntungan dan
kerugian pertukaran hanyalah item kertas. Jadi, dalam teori pasar efisien, harga saham
perusahaan multinasional yang terpengaruh tidak akan dipengaruhi oleh kerugian dan
keuntungan pertukaran; yaitu nilai pasar saham ini tidak boleh terpengaruh oleh metode
tertentu yang digunakan untuk konversi pertukaran asing. Dengan kata lain, tidak boleh
ada konsekuensi ekonomi.
3.3

Review SFAS 52
Sebagai hasil dari penyebarluasan fokus yang sama dengan yang ditimbulkan oleh

manajemen Massey-Ferguson, FASB memutuskan di tahun 1979 untuk menguji ulang


akuntansi untuk translasi mata uang asing. Hasilnya adalah SFAS 52, yang dikeluarkan
pada Desember 1981. Terdapat beragam metode translasi yang diperlukan dalam SFAS
52. Tahap pertama adalah pembukuan laporan keuangan asing dalam mata uang
lokalnya. Dalam tahap kedua, laporan keuangan ini ditranslasikan ke dalam pembukuan
mata uang fungsional menggunaka metode temporal (kecuali mata uang lokal adalah
mata uang fungsional). Dalam tahap ketiga, laporan mata uang fungsional ditranslasikan
(kecuali mata uang fungsionalnya adalah dolar Amerika) ke dolar Amerika mengunakan
metode tarif sekarang.
Ingat bahwa penyesuaian translasi yang muncul dalam dua kasus pengecualian
operasi asing yang terintegrasi dan ekonomi inflasi tinggi harus dimasukkan dalam
pendapatan bersih kini dalam SFAS 52, seperti dalam SFAS 8.
3.4

Kritik SFAS 8 dan SFAS 52


Menurut SFAS 52, tujuan dasar translasi mata uang asing adalah untuk

menyediakan informasi yang secara umum cocok dengan dampak ekonomi yang
diharapkan dari perubahan tarif pada arus kas dan ekuitas perusahaan. Tujuan ini dirasa
masuk akal dan konsisten dengan SFAS 1 dalam Kerangka Konseptual FASB. Karena
itu, kita akan menggunakannya sebagai dasar untuk kritik kita.
SFAS 52 juga mengacu pada kritik pervasif bahwa translasi dalam SFAS 8 tidak
mencerminkan kenyataan yang mendasari operasi asing. Tentunya, Massey-Ferguson
akan setuju degan kritik ini. Namun, kita akan berargumen bahwa SFAS 8 konsisten
dengan teori paritas daya beli dan pada tingkat yang lebih rendah, dengan teori paritas
tingkat bunga pada perubahan tarif pertukaran. Kadang, sulit untuk melihat SFAS 52
konsisten dengan kedua teori ini.
5

Dampak yang dihasilkan dalam SFAS 8 adalah tidak ada kerugian atau
keuntungan pada aktiva non moneter yang dicatat dalam SFAS 8 ketika tarif pertukaran
asing berubah karena aktiva tersebut ditranslasikan pada tarif historis. Jadi, SFAS 8
konsisten dengan teori paritas daya beli, paling tidak berhubungan dengan aktiva
nonmoneter.
Hal ini juga dianggap bahwa SFAS 8 konsisten dengan teori paritas tingkat bunga,
paling tidak sejauh konsentrasi pada kewajiban bersih moneter. Dalam paritas tingkat
bunga, nilai mata uang asing akan melemah dalam pasar pertukaran asing jika tingkat
bunga ekonomi asing akan turun relatif terhadap tingkat bunga di negara lain. Tingkat
bunga yang lebih rendah pada ekonomi asing berarti bahwa perusahaan yang
dikonsolidasi dapat membayar kembali kewajiban bersih moneternya dan meminjam
kembali pada tingkat bunga yang lebih rendah; yaitu, perusahaan tersebut mendapat
keuntungan (asumsikan tak ada penalti untuk pembiayaan ulang). Karena itu,
pemasukan keuntungan dan kerugian translasi pada kewajiban bersih moneter dalam
SFAS 8 juga dianggap konsisten dengan teori paritas tingkat bunga.
Karena teori paritas tingkat bunga tidak membuat hubungan langsung antara
tingkat harga dalam ekonomi asing dan tarif pertukaran, maka sulit untuk menilai
apakah hal ini konsisten dengan translasi SFAS 8 pada aktiva non moneter pada tarif
historis.
3.5

Contoh Konsekuensi Ekonomis Standar Akuntansi


Stephen A. Zeff, seorang tokoh akuntansi yang paling persuasif berkaitan dengan

konsekuensi ekonomi, mengenalkan konsep ini dalam artikelnya tahun 1978 yang
berjudul The Rise of Economic Consequences. Zeff (1978) mendefinisikan economic
consequences sebagai dampak laporan akuntansi terhadap perilaku pengambilan
keputusan bisnis, pemerintah, dan kreditor. Esensi definisi tersebut adalah bahwa
laporan akuntansi dapat mempengaruhi (affect) keputusan nyata oleh manajer dan pihak
lain tidak hanya sekedar menggambarkan (reflecting) hasil keputusan yang dibuat. Zeff
mendokumentasikan beberapa contoh di Amerika Serikat dimana bisnis, asosiasi
industri, dan pemerintah mencoba mempengaruhi, atau telah mempengaruhi, standar
akuntansi yang disusun oleh Accounting Principles Board (APB) dan pendahulunya the
Committee on Accounting Procedure (CAP).

Economic consequences adalah konsep yang menyatakan bahwa, walaupun


bertentangan dengan implikasi teori pasar modal efisien, pilihan kebijakan akuntansi
dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Walaupun dengan implikasi kebijakan teori pasar
modal efisien, tampak bahwa pilihan kebijakan akuntansi memiliki konsekuensi
ekonomi bagi pamakai laporan keuangan, walaupun tidak secara langsung
mempengaruhi aliran kas perusahaan.
Esensi dari economic consequences adalah bahwa kebijakan akuntansi dan
perubahan kebijakan akuntansi tersebut merupakan suatu permasalahan (matter),
terutama permasalahan bagi manajemen. Akan tetapi, apabila hal tersebut merupakan
permasalahan bagi manajemen, kebijakan akuntansi juga permasalahan bagi investor
yang memiliki perusahaan karena manajer dapat mengubah hasil operasi operasi
perusahaan sesungguhnya dengan melakukan perubahan kebijakan akuntansi.
Economic consequences muncul karena perusahaan melakukan kontrak seperti
kompensasi eksekutif (executive compensation) dan kontrak utang (debt contract).
Kebijakan akuntansi yang digunakan dapat merupakan sumber informasi yang penting
bagi investor. Manajer dapat menggunakan sumber informasi berupa pilihan kebijakan
akuntansi yang dipilih sebagai sinyal tentang informasi dalam dari perusahaan.
Teori pasar modal efisien gagal menjelaskan perilaku pasar. Berdasarkan teori
pasar modal efisien, suatu perubahan akuntansi direaksi oleh pasar hanya apabila
perubahan akuntansi tersebut berpengaruh terhadap arus kas perusahaan. Economic
consequences diperlukan untuk mengetahui respon pasar atas perubahan kebijakan
akuntansi walaupun perubahan kebijakan akuntansi tersebut tidak berpengaruh secara
langsung terhadap arus kas. Karena itu, economic consequences merupakan salah satu
anomali pasar modal efisien. Teori akuntansi positif (Positive Accounting Theory/PAT)
adalah penjelasan terhadap adanya economic consequences.

SIMPULAN
Setiap

negara

mempunyai

kondisi

yang

berbeda-beda

sehingga

tidak

memungkinkan untuk menggunakan standar akuntansi yang sama. Aktivitas lobi


7

terhadap dewan standar akuntansi berlaku pada setiap negara dan jurisdiksi. IASB
mendapatkan lobi yang kuat dari Uni Eropa, negara-negara G20 dan belakangan juga
dari Asia-Oseania sehingga mempengaruhi standar yang mereka buat. Di Indonesia
sendiri standar akuntansi dikenal dengan nama Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) yang disusun oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) melalui due
process procedure. Namun, dari proses keterlibatan konstituen tersebut muncul
permasalahan, seperti seberapa besar pengaruh lobi konstituen, apakah terdapat
perbedaan pengaruh di antara konstituen dalam penyusunan PSAK, antara tanggapan
yang bersifat substantif dan bersifat bahasa antar standar itu sendiri.
Konsekuensi ekonomi adalah konsep yang menyatakan bahwa, walaupun
bertentangan dengan implikasi teori pasar modal efisien, pilihan kebijakan akuntansi
dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Walaupun dengan implikasi kebijakan teori pasar
modal efisien, tampak bahwa pilihan kebijakan akuntansi memiliki konsekuensi
ekonomi bagi pamakai laporan keuangan, walaupun tidak secara langsung
mempengaruhi aliran kas perusahaan.

REFERENSI
Adam, Helmi. 2006. Konsekuensi Ekonomi dan Proses Politik dalam Penyusunan
Standar Akuntansi. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam (IQTISHODUNA).
8

Astika, I. B. Putra. 2012. Teori Akuntansi: Konsep-Konsep Dasar Akuntansi Keuangan.


Denpasar: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
Hodges, R., and H. Mellett. 2002. Investigating Standard Setting: Accounting for the
United Kingdoms Private Finance Initiative. Accounting Forum, 26/2: 126-151.
Prawirasuta, Wisnu. 2013. Pengaruh Lobi pada Standar Akuntansi. Artikel Online.
https://www.scribd.com/doc/240179775/Pengaruh-Lobi-Pada-StandarAkuntansi. (Diakses 29 September 2016).
Ridha, Febrina. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembuatan Standar
Akuntansi. Artikel Online. https://www.academia.edu/7289207/FAKTORFAKTOR_YANG_MEMPENGARUHI_PEMBUATAN_STANDAR_AKUNTA
NSI_FEBRINA_NASTITI_RIDHA_11312116. (Diakses 29 September 2016).

Anda mungkin juga menyukai