Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

OLEH
KELOMPOK III (MAKSI 1):
1. DWI ASTUTI HARDIANTI (0013 04 21 2016)
2. RIZKY AMALIAH YAHYA (0016 04 21 2016)
3. NURMAWADDAH
(0017 04 21 2016)

PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA


PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI
2016
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat Rahmat dan
Karunia-Nya yang begitu besar, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
harapan dapat bermanfaat dalam menambah ilmu dan wawasan kita terhadap ilmu
pengetahuan dalam hal ini kaitannya dengan Akuntansi Keuangan.
Dalam membuat makalah ini,dengan keterbatasan ilmu pengetahuan yang kami
miliki, kami berusaha mencari sumber data dari berbagai sumber informasi, terutama
dari media internet dan media lainnya.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang tidak dapat kami sebutkan namanya satu per satu, yang sangat membantu dalam
pembuatan makalah ini.
Sebagai manusia biasa, kami sadar bahwa dalam pembuatan makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu kami berharap akan adanya masukan yang
membangun sehingga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi diri sendiri maupun
pengguna makalah ini.
Akhirulkalam kami mengucapkan semoga Allah SWT membimbing kita semua
dalam naungan kasih dan sayang-Nya.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Makassar, 20 Oktober 2016

PENYUSUN,

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
IFRS merupakan Standar Internasional dan rerangka kerja dalam rangka

penyusunan dan penyajian laporan keuangan yang diadopsi oleh IASB


(International Accounting Standart Board). Sebelumnya IFRS ini lebih dikenal
dengan nama IAS (International Accounting Standart).
Sejumlah standar yang dibentuk sebagai bagian dari IFRS dikenal dengan
nama terdahulu Internasional Accounting Standards (IAS). IAS dikeluarkan antara
tahun 1973 dan 2001 oleh Badan Komite Standar Akuntansi Internasional
(Internasional Accounting Standards Committee (IASC)). Pada tanggal 1 April
2001, IASB baru mengambil alih tanggung jawab guna menyusun Standar
Akuntansi Internasional dari IASC. Selama pertemuan pertamanya, Badan baru
ini mengadaptasi IAS dan SIC yang telah ada. IASB terus mengembangkan
standar dan menamai standar-standar barunya dengan nama IFRS.
International Financial Reporting Standard (IFRS) adalah satu set standar
akuntansi yang dikembangkan oleh independen, non-profit organisasi bernama
International Accounting Standards Board (IASB). Tujuan IASB adalah untuk
mengembangkan

standar

akuntansi

global

yang

berkualitas,

untuk

mempromosikan penggunaan aplikasi ketat standar tersebut dan berkoordinasi


dengan organisasi akuntansi nasional dan peraturan untuk menyelaraskan standar
akuntansi yang ada dengan IFRS.
Struktur Standar Pelaporan Keuangan Internasional terdiri dari:
1.

Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS), standar yang dikeluarkan


setelah tahun 2001.

2.

Standar Akuntansi Internasional (IAS), standar yang dikeluarkan sebelum 2001.

3.

Interpretasi berasal dari International Financial Reporting Komite Interpretasi


(IFRIC), yang dikeluarkan setelah tahun 2001.

4.

Komisi Interpretasi (SIC), yang diterbitkan sebelum 2001.

5.

Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan.


1

Akhir-akhir ini, IFRS menjadi hot issue bagi akuntansi, top manajemen
perusahaan-perusahaan yang sudah Go Public dan para akademisi serta para
auditor yang melakukan auditing terhadap laporan keuangan perusahaanperusahaan yang sudah menerapkan IFRS tersebut dalam pelaporan
keuangannya.
Di Indonesia sendiri standar akuntansi yang berlaku dan berterima
umum adalah PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan). Standar
akuntansi yang ada di Indonesia saat ini belum mengadopsi penuh standar
akuntansi international (IFRS). Standar akuntansi yang digunakan di Indonesia
masih mengacu pada US GAAP (United Stated Generally Accepted
Accounting Standard), namun dalam beberapa pasal sudah dilakukan
harmonisasi terhadap IFRS.
Seiring dengan perkembangan kegiatan ekonomi dan globalisasi
menuntut adanya suatau standard akuntansi internasional yang dapat diterima
dan dapat dipahami secara internasional, oleh karena itu muncullah suatu
standard internasional yaitu IFRS. Dimana tujuan dari konvergensi ini adalah
agar

informasi

keuangan

yang

dihasilkan

dapat

diperbandingkan,

mempermudah dalam melakukan analisis kompetitif dan hubungan baik


dengan pelanggan, supplier, investor dan kreditor. Indonesia sebagai negara
yang terus berkembang dan banyaknya transaksi internasional yang dilakukan
mengharuskan Indonesia untuk melakukan konvergensi terhadap IFRS.
Dengan dibuatnya satu standar akuntansi yang sama dan digunakan
oleh seluruh negara akan semakin mendorong investor untuk masuk dalam
pasar modal seluruh dunia, hal ini dikarenakan mutu dari laporan keuangan
yang dihasilkan memiliki kredibilitas tinggi, pengungkapan yang lebih luas,
informasi keuangan yang relevan dan akurat serta dapat diperbandingkan dan
satu lagi yang sangat penting adalah dapat berterima secara internasional dan
mudah untuk dipahami.
Namun dalam prosesnya, terdapat beberapa kendala yang dihadapi
dalam melakukan konvergensi ke IFRS ini. Mulai dari perbedaan budaya tiap

negara, perbedaaan sistem pemerintahan, perbedaan kepentingan antara


perusahaan serta tingginya biaya yang dibutuhkan untuk melakukan perubahan
prinsip akuntansi.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya
adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1.3.

Bagaimana proses konvergensi IFRS di Indonesia?


Bagaimana sejarah perkembangan IFRS di Indonesia?
Bagaimana sifat adopsi dan karakteristik IFRS di Indonesia?
Apa saja manfaat adopsi IFRS?
Apakah sudah ada perusahaan di Indonesia yang telah menerapkan IFRS?
Apa saja kendala konvergensi PSAK ke dalam IFRS?
Apa saja dampak dari adopsi IFRS?
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini selain untuk memenuhi tugas dari mata

kuliah

Akuntansi Keuangan,

penulis

juga

ingin

manambah

wawasan

tentang Convergence of International Financial Reporting Standards and


Practices khususnya, dan sebagai pengingat di kala lupa bagi pembaca pada
umumnya, serta untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi disekitar kita
terkait pembahasan ini .

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.

Konvergensi IFRS

Konvergensi IFRS mengandung pengertian bahwa standar Akuntansi yang


berlaku di Indonesia akan sesuai dengan Standar Akuntansi Internasional (IFRS).
Indonesia melakukan konvergensi IFRS, karena Indonesia sudah memiliki
kesepakatan dengan negara-negara G-20.
Ikatan Akuntan Indonesia pada tahun 2008 mengeluarkan sebuah
keputusan untuk melakukan Adopsi penuh IFRS yang akan diberlakukan secara
efektif pada tahun 2012. Adopsi penuh IFRS bukan berarti Indonesia tidak
memiliki standar sendiri dan menggunakan secara langsung IFRS melainkan
Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) tetap melakukan proses
penerjemahan IFRS ke dalam Bahasa Indonesia. Selain diterjemahkan ke dalam
Bahasa Indonesia, DSAK juga menganalisis apakah IFRS dapat diterapkan di
Indonesia dan sesuai dengan kondisi hukum dan bisnis yang ada (Martani et al.,
2012) Pada tahun 2007, DSAK melakukan konvergensi semua standar dengan
IFRS.
Proses konvergensi pada tahun 2008 lebih ketat karena standar yang
diberikan mengacu pada semua aturan yang ada di dalam IFRS. Proses
konvergensi mengharuskan DSAK melakukan proses pengembangan dengan tiga
kategori sebagai berikut:
1. Merevisi standar akuntansi yang telah ada untuk dapat disesuaikan dengan
peraturan IFRS terbaru. Dalam proses revisi ini, nomor standar tidak berubah
namun judul standar ada beberapa yang berubah untuk disesuaikan dengan
nama IFRS.
Contoh: PSAK 16 Aktiva tetap diubah nama menjadi Aset tetap (revisi 2007),
PSAK 22 Penggabungan Usaha diubah nama menjadi Kombinasi Usaha
(revisi 2009), PSAK 4 Laporan Konsolidasian diubah menjadi Laporan
Konsolidasian dan Laporan Tersendiri (Revisi 2009).
2. Menambahkan standar baru yang sebelumnya belum diatur di dalam PSAK.
Standar baru yang diterbitkan ada yang menggunakan nomor baru namun ada
juga yang menggunakan nomor PSAK lain yang sejenis dan tahun revisi akan
mempengaruhi isi dalam standar.

Contoh: PSAK 13 Investasi diubah menjadi PSAK 13 Properti Investasi , dan


isi dalam kedua standar tersebut sangat berbeda. PSAK 50 Akuntansi Efek
(revisi 1999) direvisi menjadi PSAK 50 Instrumen Keuangan : Penyajian dan
Pengungkapan (revisi 2006), kemudian diganti lagi dengan PSAK 50
Instrumen Keuangan : Penyajian (revisi 2010)
3. Mencabut PSAK yang tidak ada standarnya dalam IFRS. Pencabutan PSAK
dilakukan dengan menerbitkan PSAK baru yang secara tidak langsung
menghapuskan PSAK lama atau dengan menerbitkan Pernyataan Pencabutan
Standar Akuntansi Keuangan (PPSAK).
Contoh: PSAK 9 Penyajian Aktiva lancar dan Kewajiban jangka pendek tidak
berlaku setelah diberlakukan PSAK 1 Penyajian Laporan Keuangan (revisi
2009). PSAK 17 Penyusutan tidak berlaku setelah diterbitkan PSAK 16 Aset
tetap (revisi 2007). PPSAK 1 berisikan pencabutan PSAK 32 Akuntansi
Kehutanan, PSAK 35 Akuntansi Pendapatan Jasa Telekomunikasi dan PSAK
37 Akuntansi Penyelenggaraan Jalan Tol.
Tujuan dari konvergensi IFRS adalah untuk meningkatkan transparansi
dan akuntabilitas dalam pelaporan keuangan. Secara umum, strategi adopsi yang
dapat digunakan dalam konvergensi ada 2 macam yaitu:
1. Big Bang strategy adalah mengadopsi penuh IFRS tanpa melalui tahapantahapan tertentu biasanya dilakukan oleh negara-negar maju
2. Gradual strategy adalah mengadopsi IFRS secara bertahap yang biasa
dilakukan oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia.
Menurut IASB, Manfaat dari penerapan IFRS secara umum adalah:
1. Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan penggunaan Standar
Akuntansi Keuangan yang dikenal secara Internasional.
2. Meningkatkan arus investasi global melalui transparansi.
3. Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund rising melalui pasar
modal secara global.
4. Menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan.

5. Meningkatkan kualitas laporan keuangan dengan cara mengurangi kesempatan


untuk melakukan earnings management.
2.2.

Sejarah Perkembangan IFRS di Indonesia


Pada periode 1973-1984, Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) telah

membentuk Komite Prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia untuk menetapkan


standar-standar akuntansi, yang kemudian dikenal dengan Prinsip-prinsip
Akuntansi Indonesia (PAI).
Pada periode 1984-1994, komite PAI melakukan revisi secara mendasar
PAI 1973 dan kemudian menerbitkan Prinsip Akuntansi Indonesia 1984 (PAI
1984). Menjelang akhir 1994, Komite standar akuntansi memulai suatu revisi
besar atas prinsip-prinsip akuntansi Indonesia dengan mengumumkan pernyataanpernyataan standar akuntansi tambahan dan menerbitkan interpretasi atas standar
tersebut. Revisi tersebut menghasilkan 35 pernyataan standar akuntansi keuangan,
yang sebagian besar harmonis dengan IAS yang dikeluarkan oleh IASB
Pada periode 1994-2004, ada perubahan Kiblat dari US GAAP ke IFRS,
hal ini ditunjukkan Sejak tahun 1994, telah menjadi kebijakan dari Komite
Standar Akuntansi Keuangan untuk menggunakan International Accounting
Standards sebagai dasar untuk membangun standar akuntansi keuangan Indonesia.
Dan pada tahun 1995, IAI melakukan revisi besar untuk menerapkan standarstandar akuntansi baru, yang kebanyakan konsisten dengan IAS. Beberapa standar
diadopsi dari US GAAP dan lainnya dibuat sendiri.
Pada periode 2006-2008, merupakan konvergensi IFRS Tahap 1, Sejak
tahun 1995 sampai tahun 2010, buku Standar Akuntansi Keuangan (SAK) terus
direvisi secara berkesinambungan, baik berupa penyempurnaan maupun
penambahan standar baru. Proses revisi dilakukan sebanyak enam kali yakni pada
tanggal 1 Oktober 1995, 1 Juni 1999, 1 April 2002, 1 Oktober 2004, 1 Juni 2006,
1 September 2007, dan versi 1 Juli 2009.
Pada tahun 2006 dalam kongres IAI X di Jakarta ditetapkan bahwa
konvergensi penuh IFRS akan diselesaikan pada tahun 2008. Target ketika itu
adalah taat penuh dengan semua standar IFRS pada tahun 2008. Namun dalam

perjalanannya ternyata tidak mudah. Sampai akhir tahun 2008 jumlah IFRS yang
diadopsi baru mencapai 10 standar IFRS dari total 33 standar.
Terdapat 3 tahapan dalam melakukan konvergensi IFRS di Indonesia,
yaitu:
1.

Tahap Adopsi (20082011), meliputi aktivitas dimana seluruh IFRS diadopsi ke


PSAK, persiapan infrastruktur yang diperlukan, dan evaluasi terhadap PSAK
yang berlaku.

2.

Tahap Persiapan Akhir (2011), dalam tahap ini dilakukan penyelesaian terhadap
persiapan infrastruktur yang diperlukan. Selanjutnya, dilakukan penerapan
secara bertahap beberapa PSAK berbasis IFRS.

3.

Tahap Implementasi (2012), berhubungan dengan aktivitas penerapan PSAK IFRS


secara bertahap. Kemudian dilakukan evaluasi terhadap dampak penerapan
PSAK secara komprehensif.
Berikut adalah Roadmap konvergensi IFRS di Indonesia:

Update Konvergensi IFRS 13 Maret 2014 (Ikatan Akuntan Indonesia)

Pada tanggal 12 Juli 2013, DSAK IAI telah mengesahkan:


1. ISAK 27: Pengalihan Aset dari Pelanggan.
2. ISAK 28: Pengakhiran Liabilitas Keuangan dengan Instrumen Ekuitas.
3. ISAK 29: Biaya Pengupasan Lapisan Tanah Tahap Produksi pada Tambang
Terbuka.

4. PPSAK 12: Pencabutan PSAK 33.


Berlaku efektif 1 Januari 2014.
Penerapan dini diperkenankan.
Pada tanggal 19 Desember 2013, DSAK IAI telah mengesahkan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

PSAK 1 (2013): Penyajian Laporan Keuangan.


PSAK 4 (2013): Laporan Keuangan Tersendiri.
PSAK 15 (2013): Investasi pada Entitas Asosiasi dan Ventura Bersama.
PSAK 24 (2013): Imbalan Kerja.
PSAK 65: Laporan Keuangan Konsolidasian.
PSAK 66: Pengaturan Bersama.
PSAK 67: Pengungkapan Kepentingan dalam Entitas Lain.
PSAK 68: Pengukuran Nilai Wajar.
Berlaku efektif 1 Januari 2015.

Pada tanggal 19 Desember 2013 telah mengesahkan:


1.
2.
3.
4.
5.
6.

ED PSAK 46 (2013): Pajak Penghasilan.


ED PSAK 48 (2013): Penurunan Nilai Aset.
ED PSAK 50 (2013): Instrumen Keuangan: Penyajian.
ED PSAK 55 (2013): Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran.
ED ISAK 60 (2013): Instrumen Keuangan: Pengungkapan.
ED ISAK 26 (2013): Penilaian Ulang Derivatif Melekat
Berlaku efektif 1 Januari 2015.
Tanggapan atas ED paling lambat tanggal 12 Februari 2014.

2.3.

Sifat Adopsi dan Karakteristik IFRS di Indonesia


Pengadopsian/penerapan IFRS pada standar akuntansi di Indonesia pada

saat ini belum menyeluruh (Full adoption), melainkan baru sebagian saja
(Harmonisasi). Hal tersebut terlihat dari standar akuntansi di Indonesia yang saat
ini masih mengacu pada US GAAP (United Stated Generally Accepted
Accounting Standard). Namun, Indonesia pada saat ini masih dalam proses
menuju penerapan IFRS secara menyeluruh melalui proses konvergensi PSAK ke
IFRS.
Menurut

Dewan

Standar

Akuntansi

Keuangan

(DSAK),

tingkat

pengadopsian IFRS dapat dibedakan menjadi 5 tingkat:


1.

Full Adoption; Suatu negara mengadopsi seluruh standar IFRS dan


menerjemahkan IFRS sama persis ke dalam bahasa yang negara tersebut

2.

gunakan.
Adopted; Program konvergensi PSAK ke IFRS telah dicanangkan IAI pada
Desember 2008. Adopted maksudnya adalah mengadopsi IFRS namun

3.

disesuaikan dengan kondisi di negara tersebut.


Piecemeal; Suatu negara hanya mengadopsi sebagian besar nomor IFRS

4.

yaitu nomor standar tertentu dan memilih paragraf tertentu saja.


Referenced (konvergence); Sebagai referensi, standar yang diterapkan hanya
mengacu pada IFRS tertentu dengan bahasa dan paragraf yang disusun

5.

sendiri oleh badan pembuat standar.


Not adopted at all; Suatu negara sama sekali tidak mengadopsi IFRS.
Karakteristik IFRS tersebut dapat diuraikan dalam 5 pendekatan dasar

sebagai berikut.
1. Pendekatan basis prinsip (principle-based approach) adalah pendekatan yang
menempatkan penekanan lebih besar pada penafsiran dan penerapan prinsipprinsip, dengan fokus khusus pada semangat prinsip yang diterapkan.
Pendekatan ini menetapkan/mengatur IFRS hanya pada prinsip prinsip
utamanya sehingga tidak memiliki standar-standar yang spesifik untuk
industri. Kalaupun terdapat standar mengenai kontrak asuransi (IFRS 4
Insurance contract), standar tersebut tidak mengatur entitas asuransi, tapi
entitas apapun yang memiliki kontrak asuransi. US-GAAP dan SAK kita
10

sebelumnya yang berbasis pengaturan (rule based) lebih detail dan kompleks
juga memiliki standar-standar berbasis industry, misalnya adalah standar
mengenai pengakuan pendapatan. Di IFRS, pengakuan pendapatan hanya
diatur pada 2 standar, yaitu IAS 18 Revenue dan IAS 11 Construction
Contracts. Sementara itu, standar akuntansi di US, misalnya memiliki sekitar
100 standar yang di dalamnya berisi pengakuan pendapatan yang berbedabeda pada tiap industri. Jadi, dimungkinkan hasil yang berbeda untuk
substansi ekonomi yang sama dalam industri yang berbeda (IASB, 2009).
2. Pendekatan standar yang memerlukan penilaian substansi transaksi dan
evaluasi, apakah presentasi akuntansi mencerminkan realitas ekonomi.
Karakteristik ini menekankan substansi dari transaksi dan evaluasi yang
mencerminkan realitas ekonomi, contohnya di dalam IAS 38, juga PSAK 19
(revisi 2010) disebutkan bahwa aset tidak berwujud tidak lagi memiliki
maksimum umur manfaat. Perusahaan harus menilai berapa umur eknomis
aset tidak berwujud. Bahkan, apabila perusahaan tidak bisa melihat batas akhir
kapan manfaat ekonomis aset tidak berwujud tersebut berakhir, perusahaan
dapat membuatnya menjadi aset tidak berwujud dengan umur manfaat tak
terbatas. Aset tidak berwujud dengan umur manfaat tidak terbatas
diperlakukan sama seperti goodwill, yakni dikenai uji penurunan nilai setiap
tahun dan tidak diamortisasi.
3. Pendekatan yang berfokus pada kebutuhan untuk penilaian profesional dalam
hal penyelesaian berwujud dengan umur manfaat tidak terbatas diperlakukan
sama seperti goodwill, yakni dikenai uji penurunan nilai setiap tahun dan tidak
diamortisasi. Karakteristik ini menunjukkan bahwa penilaian profesional
merupakan hal yang terpenting dalam penyelesaian masalah akuntansi. Hal ini
dikaitkan dengan penentuan umur ekonomis suatu aset tidak berwujud, yang
berdasarkan kriteria dan faktor yang diterima secara umum.
4. Pendekatan pada penggunan yang lebih besar nilai wajar (fair value) sebagai
dasar pengukuran penekanan 2 arah untuk memperoleh pengukuran yang
dapat diandalkan. Kriteria ini berlawanan dengan PSAK yang dianut
sebelumnya, di mana penilaian aset haruslah berdasarkan harga perolehan
(historical cost).

11

5. Pendekatan persyaratan pengungkapan yang lebih ektensif. Karakteristik ini


menuntut pengungkapan yang lebih ekstensif dibandingkan dengan PSAK
terdahulu. Fokus kepada penyiapan laporan keuangan tidak lagi cukup, dalam
era IFRS di samping laporan keuangan, pengungkapan atas hal-hal yang
mendasari perlu disampaikan dalam catatan atas laporan keuangan (CALK).
2.4.

Manfaat Adopsi IFRS


Manfaat Konvergensi IFRS secara umum adalah:
a. Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan penggunaan
Standar Akuntansi Keuangan yang dikenal secara internasional
(enhance comparability).
b. Meningkatkan arus investasi global melalui transparansi.
c. Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund raising
melalui pasar modal secara global.
d. Menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan.
e. Meningkatkan kualitas laporan keuangan, dengan antara lain,
mengurangi kesempatan untuk melakukan earning management.
Reklasifikasi antar kelompok surat berharga (securities) dibatasi

2.5.

cenderung dilarang.
Reklasifikasi dari dan ke FVTPL, dilarang.
Reklasifikasi dari L&R ke AFS, dilarang.
Tidak ada lagi extraordinary items.

Perusahaan di Indonesia yang telah Menerapkan IFRS

Profil Perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk.


Perusahaan Perseroan (Persero) PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk.
(Telkom, Perseroan, Perusahaan, atau Kami) merupakan BUMN yang
bergerak di bidang jasa layanan telekomunikasi dan jaringan di wilayah Indonesia
dan karenanya tunduk pada hukum dan peraturan yang berlaku di negara ini.

12

Dengan statusnya sebagai perusahaan milik negara yang sahamnya


diperdagangkan di bursa saham, pemegang saham mayoritas Perusahaan adalah
Pemerintah Republik Indonesia sedangkan sisanya dikuasai oleh publik. Saham
Perusahaan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI), New York Stock
Exchange (NYSE), London Stock Exchange (LSE) dan Public Offering
Without Listing (POWL) di Jepang.
Penerapan IFRS PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk.
Perubahan yang cukup besar terkait pelaporan keuangan tahun 2011
adalah berkaitan dengan penerapan standar pelaporan keuangan International
Financial Reporting Standard (IFRS).
Mengingat pelaporan keuangan di Telkom telah menerapkan pengendalian
internal sebagaimana ketentuan SOX Section 404, maka rancangan dan penerapan
pengendalian internal atas pelaporan keuangan perlu mengalami penyesuaian
yang cukup besar agar sesuai dengan ketentuan standar akuntansi yang berlaku.
Hal tersebut meliputi kebijakan akuntansi, organisasi dan aplikasi TI, termasuk
perubahan rancangan dan penerapan pengendalian internal atas pelaporan
keuangan yang diikuti dengan pengembangan kompetensi pengetahuan IFRS
kepada karyawan yang terlibat.
Komitmen untuk menerapkan IFRS merupakan keputusan manajemen,
bahwa Telkom akan melakukan adopsi lebih awal dari roadmap DSAK IAI atas
Standar Pelaporan Keuangan IFRS. Untuk itu sejak tahun 2010 dibentuk tim
khusus

disebut

mempersiapkan

dengan

Gugus

implementasi

Tugas

IFRS

IFRS

mulai

dari

yang
fase

bertanggung

jawab

penilaian,

desain,

implementasi sampai tahap kestabilan yang direncanakan akan tercapai pada


tahun 2012.

13

Untuk lebih detailnya berikut tahapan perancangan dan penerapan IFRS Telkom:

14

15

Bagi Telkom, implementasi IFRS memiliki tantangan tersendiri, selain


harus menyampaikan Laporan Keuangan dalam standar IFRS ke US SEC, Telkom
pun harus menyampaikan Laporan Keuangannya dengan SAK Indonesia ke
Bapepam-LK dengan tetap memperhatikan norma-norma pengendalian internal.
Terkait dengan penerapan IFRS, Telkom juga berperan aktif mendukung
implementasi IFRS di BUMN lainnya dan terlibat sebagai narasumber, berikut
beberapa kegiatan yang telah dilakukan:

Telkom terlibat aktif menjadi Tim Kerja Koordinasi BUMN untuk Antisipasi
Penerapan IFRS ke dalam SAK Indonesia, salah satu wujudnya adalah
menjadi narasumber dan pengajar untuk workshop penerapan SAK Indonesia
Baru (IFRS) untuk BUMN;
Telkom memberikan jasa pendampingan konvergensi SAK Indonesia-IFRS

kepada salah satu BUMN di Indonesia dan ini merupakan langkah awal untuk
membantu proses konvergensi di BUMN-BUMN lainnya;
Telkom menjadi pembicara utama dalam Seminar IFRS untuk Auditor dengan

tema Internal Auditors Need to Know IFRS Conversion pada tanggal 11-13
April 2011 di Bandung; dan secara rutin melakukan sosialisasi dan workshop
atas implementasi IFRS ke Anak Perusahaan Telkom.
Sejak 2008, diperkirakan sekitar 80 negara mengharuskan perusahaan
yang telah terdaftar dalam bursa efek global menerapkan IFRS dalam
mempersiapkan dan mempresentasikan laporan keuangannya.
Laporan keuangan menurut IFRS:
Catatan laporan keuangan harus disajikan dengan urutan sebagai berikut:

Pernyataan kepatuhan dengan IFRS.

Ringkasan kebijakan akuntansi organisasi yang signifikan.

Informasi pendukung untuk perkiraan dalam laporan keuangan, dengan


urutan dimana berbagai laporan disajikan.

Pengungkapan lain, seperti informasi non-keuangan.

16

Informasi berikut harus dimasukkan dalam catatan laporan keuangan:

Asumsi. Informasi tentang asumsi pokok yang berkaitan dengan masa


depan.

Dasar penyusunan. Dasar pengukuran yang digunakan untuk menyusun


laporan (contoh: biaya historis, biaya kini, nilai realisasi bersih, nilai wajar,
atau jumlah yang dapat dipulihkan), dan penggunaan kebijakan akuntansi
lain yang terkait untuk memahami laporan.

Manajemen modal. Penjelasan modal yang entitas kelola, bagaimana


memenuhi tujuan manajemen modal, sifat dari setiap kebutuhan modal
eksternal yang ditentukan, dan ringkasan tentang apa yang dikelola entitas
sebagai modal, dan bagaimana tingkat modal telah berubah selama periode
berjalan.

Dividen. Jumlah dividen yang tidak diakui untuk dibagikan, tetapi


diusulkan atau dideklarasikan sebelum laporan keuangan telah disetujui
untuk penerbitan.

Domisili. Kedudukan entitas, negara pendiriannya dan alamat kantor


terdaftar.

Estimasi ketidakpastian. Sumber utama estimasi ketidakpastian yang dapat


mengakibatkan penyesuaian yang signifikan dari nilai tercatat dalam aktiva
dan kewajiban entitas dalam tahun fiskal berikutnya.

Badan hukum. Badan hukum entitas.

Umur. Jika

entitas

memiliki

umur

terbatas,

buat

catatan

umur

organisasi/perusahaan.

Manajemen penilaian. Manajemen telah membuat penilaian ketika


menerapkan kebijakan akuntansi, dan yang memiliki dampak yang signifikan
terhadap hasil keuangan.

Nama. Nama dari entitas induk dan dari induk kelompok.

Operasional. Kegiatan utama entitas.

17

Informasi lain. Informasi lain yang tidak disajikan dalam lapoaan


keuangan, tetapi berkaitan.

18

Contoh Laporan Keuangan dengan berpedoman pada IFRS:

19

20

21

22

23

24

25

2.6.

Kendala Konvergensi PSAK ke dalam IFRS


a. Dewan standar akuntansi yang kurang sumberdaya.
b. IFRS berganti terlalu cepat sehingga ketika masih dalam proses
adopsi satu standar IFRS dilakukan, pihak IASB sudah dalam
proses mengganti IFRS tersebut.
c. Kendala bahasa, karena stiap standar IFRS harus diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia dan seringkali ini tidaklah mudah.
d. Infrastruktur profesi akuntansi yang belum siap.
e. Kesiapan perguruan tinggi dan akuntan pendidik untuk berganti
acuan ke IFRS.
f. Support pemerintah terhadap issue konvergensi.

2.7.

Dampak dari Adopsi IFRS


a. Dampak pada sistem akuntansi
1. Peningkatan penggunaan nilai wajar (fair value), terutama untuk
properti investasi, beberapa aset tak berwujud, aset keuangan dan
aset biologis.
2. Penggunaan Judgment karena karakteristik IFRS yang lebih
berbasis prinsip (principle based).
3. Persyaratan pengungkapan yang lebih banyak baik kualitatif
maupun kuantitatif, sejalan dengan data/informasi yang digunakan
untuk pengambilan keputusan perusahaan.
b. Dampak pada sistem informasi perusahaan
Perubahan sistem akuntansi tentu akan berdampak pada perubahan
sistem informasi di perusahaan karena perbedaan standar yang
signifikan antara IFRS dan standar yang berlaku sebelumnya.
c. Dampak pada sumber daya manusia
Standar IFRS yang menganut prinsip dan bukan rule based sehingga
para pemakai harus lebih banyak menggunakan judgment. Dibutuhkan
sumber daya profesional yang memiliki kemampuan untuk melakukan
judgment tersebut dalam menggunakan standar ini. Selain itu tidak
hanya SDM yang terkait akuntansi, namun SDM lain yang terkait juga
harus memahami konsep standar IFRS.
d. Dampak pada sistem organisasi

26

Perusahaan Penggunaan standar IFRS tidak hanya merubah cara


organisasi membuat laporan keuangan, namun juga merubah
bagaimana perusahaan menjalankan bisnisnya. Perlunya pengendalian
internal, khususnya yang terkait dengan pelaporan keuangan agar
perusahaan dapat memenuhi semua persyaratan yang ditetapkan IFRS.
e. Dampak IFRS pada perbankan
Perbankan dalam perhitungan aset dan kewajibannya pada tahap awal
pergantian standar akan mengalami turunnya laba. Namun demikian,
penerapan IFRS yang konsisten akan menguntungkan bank dalam
jangka panjang. Penerapan IFRS akan membawa dampak pada laporan
keuangan perbankan karena penggunaan fair value pada instrumen
keuangan perbankan di sisi aset neraca dan liabilitasnya, hal ini kana
mempengaruhi volatilitas laba. Penerapan IFRS akan memaksa bank
menggunakan data statistik untuk proses penghitungan penyisihan
aktiva produktif yang sebelumnya hanya berdasarkan kolektibilitas.
Selain itu perubahan sistem informasi akuntansi di bank, memerlukan
biaya yang mahal dan kesiapan sumber daya manusia dalam
memahami dan mengimplementasikan IFRS di bidang perbankan.
f. Pada pendidikan akuntansi
Penggunaan IFRS dalam praktik akuntansi perusahaan berdampak
pada perguruan tinggi khususnya pendidikan akuntansi sebagai
penyedia tenaga akuntan. Sebagai calon akuntan dan calon manajer
yang akan bekerja dan menjadi bagian dari proses konvergensi IFRS,
perlu memahami dengan baik IFRS dan praktik yang berkaitan. Calon
akuntan diharapkan meningkatkan kompetensinya baik melalui jalur
formal (kuliah) maupun secara aktif mempelajari melalui berbagai
program pelatihan dan mengunduh banyak materi dari berbagai
sumber, utamanya dari CPA societies. AICPA telah menawarkan
banyak kursus dan seminar tentang IFRS demikian juga di Indonesia,
IAI sering mengadakan seminar maupun pelatihan tentang IFRS.
Sementara itu, program studi akuntansi sebagai penyedia calon
akuntan perlu memasukkan IFRS dalam mata kuliah Akuntansi

27

Keuangan,

serta

meningkatkan

kemampuan

pengajar

dengan

mengikutkan mereka pada berbagai pelatihan yang diselenggarakan


oleh IAI. Dengan demikian materi kuliah yang diajarkan tidak lagi
berbasis US GAAP namun sudah berbasis IFRS.
g. Bagi lembaga profesi akuntan
Bagi lembaga profesi akuntan, perlu disiapkan suatu standar adopsian
IFRS dan dapat mulai diperkenalkan kepada akuntan publik maupun
akuntan pendidik dan akuntan manajemen. Kantor Akuntan Publik big
four sudah menyiapkan berbagai materi IFRS di website mereka dan
perlu sering meningkatkan kompetensi akuntannya melalui berbagai
workshop dan seminar.
Menurut IAI (2009), dampak implementasi IFRS di Indonesia diantaranya
adalah:
1. Akses ke Pendanaan Internasional akan lebih terbuka karena laporan
keuanagn akan lebih mudah dikomunikasikan ke investor global.
2. Relevansi

laporan

keuangan

akan

meningkat

karena

lebih

banyak

menggunakan nilai wajar.


3. Kinerja keuangan (Laba rugi) akan lebih fluktuatif apabila harga-harga
fluktuatif.
4. Income smoothing menjadi lebih sulit dilakukan karena adanya pendekatan
balance sheet dan fair value.
5. Principle based standart menyebabkan keterbandingan laporan sedikit
menurun yakni bila penggunaan profesional judgment ditumpangi dengan
kepentingan mengatur laba (earnings management).
Adanya Implementasi IFRS memberikan dampak yang positif maupun
negatif bagi dunia bisnis di Indonesia. Hal ini menjadi poin penting mengenai
pengaruh penerapan konvergensi IFRS terhadap praktik manajemen laba di
Indonesia khususnya dalam Industri Real Estate dan Properti. Mengadopsi standar
yang berkualitas tinggi tidak selalu menghasillkan kualitas informasi yang tinggi
pula. Adopsi IFRS belum tentu dapat mengakomodasi karakteristik khusus suatu

28

Negara. Hal ini terjadi karena IASB sebagai standard setter dari IFRS memiliki
anggota yang sebagian besar adalah negara maju.

BAB III
PENUTUP
3.1.

Kesimpulan
29

Konvergensi

IFRS

diselenggarakan

dalam

rangka

meningkatkan

komparabilitas laporan keuangan antar negara di dunia sehingga diharapkan dapat


menyediakan informasi yang dibutuhkan para pengguna laporan keuangan. Peralihan

kepada konvergensi IFRS diharapkan akan membawa dampak positif diantaranya


adalah dari sisi pelaporan keuangan. Dengan adanya konvergensi IFRS maka akan
tercipta suatu pelaporan yang seragam, sehingga memudahkan para pengguna
laporan keuangan untuk melakukan kebijakan-kebijakan yang terkait dengan
performa laporan keuangan suatu perusahaan. Hal ini akan memudahkan investor
lintas Negara untuk melakukan kebijakan investasinya.
Konvergensi IFRS bertujuan untuk menghasilkan suatu laporan keuangan
yang relevan dan reliable sehingga akan tercipta suatu laporan yang lebih
berkualitas baik untuk aset, kewajiban, modal, pendapatan dan beban. Standar
IFRS berbasis prinsip akan lebih condong pada pengunaan nilai wajar dan
pengungkapan yang lebih banyak dan rinci diharapkan dapat mengurangi adanya
praktik manajemen laba.

DAFTAR PUSTAKA
Akhiruddin. 2011. Konvergensi IFRS di Indonesia (Online). Jurnal.
http://20207082.student.gunadarma.ac.id/ diakses, 17 Oktober 2016.
30

Anjasmoro, Mega. 2010. Adopsi International Financial Repot Standard:


Kebutuhan atau Paksaan? Studi Kasus Pada PT Garuda Airlines
Indonesia. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro.
Bragg, Steven M. 2011. Panduan IFRS. Jakarta: Indeks.
Gamayuni, Rindu Rika. 2009. Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan
Indonesia Menuju International Financial Reporting Standards.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 14, No. 2, Hal. 153-166.
Lestari, Yona O. 2013. Konvergensi International Financial Reporting Standards
(IFRS) dan Manajemen Laba di Indonesia (Online). Jurnal.
http://ejournal.uin-malang.ac.id/ diakses, 17 Oktober 2016.
Novianto, Rian A. 2014. Pengaruh Konvergensi IFRS terhadap Asimetri
Informasi (Study Kasus Pada Perusahaan Real Estate Di Indonesia).
Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro.
Nurhayati, Ida. 2014. Dampak Konvergensi Standar Akuntansi Keuangan
terhadap International Financial Reporting Standards (IFRS) pada
Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Studi Kasus
Perusahaan
Manufaktur)
(Online).
Jurnal.
http://download.portalgaruda.org/ diakses, 17 Oktober 2016.
Papeke, Intan B. 2015. Analisis terhadap Hubungan antara Konvergensi
International Financial Reporting Standar (IFRS), Manajemen Laba
dan Kualitas Audit. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro.
Rohaeni, Dian. 2012. Pengaruh Konvergensi IFRS Terhadap Income Smoothing
dengan Kualitas Audit Sebagai Variabel Moderasi. (Online). Jurnal.
http://sna.akuntansi.unikal.ac.id/ diakses, 17 Oktober 2016.
Sukendar, Heri. 2009. Konvergensi Standar Laporan Keuangan ke Standar
Pelaporan Keuangan Internasional. Jakarta: Journal The WINNERS,
Vol. 10 No. 1, Edisi Maret 2009, Hal. 10-21.
Suprihatin, Siti. 2013. Dampak Konvergensi International Financial Reporting
Standards Terhadap Nilai Relevan Informasi Akuntansi Jakarta. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 10, No. 2, Edisi Desember
2013, Hal 171- 183.
Zamzami, Faiz. 2013. Perkembangan Konvergensi International Financial
Reporting Standards (IFRS) di Indonesia. Jurnal Ekonomi.

31

Anda mungkin juga menyukai