Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

CONVERGANCE OF INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING


STANDARDS AND PRACTICES

Dipresentasikan dalam Kelas Mata kuliah


Akuntansi Keuangan

Dosen Pemandu:
Dr. Darwis Lannai SE., MM., Ak., CA

Oleh :
Kelompok VI
Najmah Hussal 0012.04.30.2020
Muh. Lutfi Uluelang 0001.04.30.2020

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat Rahmat dan
Karunia-Nya yang begitu besar, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Convergance of International Financial Reporting Standards and Practices” dengan
harapan dapat bermanfaat dalam menambah ilmu dan wawasan kita terhadap ilmu
pengetahuan dalam hal ini kaitannya dengan Akuntansi Keuangan.
Dalam membuat makalah ini,dengan keterbatasan ilmu pengetahuan yang kami
miliki, kami berusaha mencari sumber data dari berbagai sumber informasi,terutama dari
media internet dan media lainnya.
Sebagai manusia biasa, kami sadar bahwa dalam pembuatan makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu kami berharap akan adanya masukan yang membangun
sehingga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi diri sendiri maupun pengguna makalah
ini.
Akhirulkalam kami mengucapkan semoga Allah SWT membimbing kita semua
dalam naungan kasih dan sayang-Nya.

Makassar, 20 Maret 2021

Pemulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................       i
KATA PENGANTAR ..................................................................................      ii
DAFTAR ISI ................................................................................................      iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................      1
1.1.    Latar Belakang ......................................................................................     1
1.2.     Rumusan Masalah ................................................................................     2
1.3.     Tujuan ..................................................................................................     2
BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................      3
1.   Pengertian.................................................................................................      4
2.    Konvergensi IFRS...................................................................................       6
3.    Konvergensi IFRS di Indonesia...............................................................     13
BAB III PENUTUP.......................................................................................     30
A.    Simpulan .................................................................................................     30
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................     31

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Isu yang banyak diperbincangkan di lingkungan bisnis terutama dalam


kalangan akuntan saat ini adalah mengenai adanya konvergensi Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) menuju International Financial
Reporting Standard (IFRS). PSAK adalah salah satu standar yang digunakan
untuk pelaporan keuangan di Indonesia selain SAK ETAP, SAK Syariah dan
Standar Akuntansi Pemerintahan. PSAK ini digunakan sebagai pedoman para
akuntan untuk membuat laporan keuangan perusahaan. International
Financial Reporting Standar (IFRS) merupakan pedoman penyusunan laporan
keuangan yang diterima secara global dan mendunia, sedangkan Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan pedoman standar 2 akuntan
di Indonesia untuk membuat laporan keuangan. Indonesia sebagai sebuah
negara berkembang yang menjadi bagian dari pertumbuhan ekonomi dunia
telah merespon perubahan-perubahan sistem pelaporan keuangan terkini
dengan melakukan konvergensi IFRS. Pada Desember 2008, Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) telah mencanangkan konvergensi PSAK ke IFRS secara penuh
pada tahun 2012 (full adoption). International Financial Reporting Standards
(IFRS) merupakan kesepakatan global mengenai standar akuntansi yang
didukung oleh banyak negara dan badan-badan internasional di dunia.
Konvergensi PSAK menuju IFRS juga tidak lepas dari keikutsertaan Indonesia
dalam forum G-20. Dalam kesepakatan G-20 di Pittsburg pada tanggal 24-25
September 2009, menyatakan bahwa otoritas yang mengawasi aturan
akuntansi internasional harus meningkatkan standar global untuk
mengurangi kesenjangan aturan di antara negara-negara anggota G-20.
Kesepakatan telah diputuskan pada pertemuan yang diadakan oleh forum G-
20 di London, 2 April 2009. Pertemuan tersebut menghasilkan 29
kesepakatan, kesepakatan tersebut mengharuskan negara anggota untuk
meningkatkan penggunaan nilai wajar (Wirahardja, 2010 dalam Intan, 2012).

1
Indonesia sebagai anggota forum G-20 harus mengikuti kesepakatan tersebut,
sehingga pembuatan Standar Akuntansi
Keuangan pun mengarah pada konvergensi IFRS yang dahulunya
International Accounting Standar (IAS).
1.2 Rumusan Masalah 
1. Apa pengertian Convergensi IFRS
2. Mengapa Indonesia harus melakukan convergensi IFRS
3. Apa tujuan dan manfaat convergensi IFRS
4. Apa kendala-kendala untuk convergensi IFRS
5. Bagaimana proses convergensi IFRS di Indonesia
6. Apa perbedaan laporan keuangan sebelum dan sesudah convergensi IFRS

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian Convergensi IFRS
2. Mengetahui mengapa Indonesia harus melakukan convergensi IFRS
3. Mengetahui apa tujuan dan manfaat convergensi IFRS
4. Mengetahui apa kendala-kendala untuk convergensi IFRS
5. Mengetahui proses convergensi IFRS di Indonesia
6. Mengetahui perbedaan laporan keuangan sebelum dan sesudah
convergensi IFRS

2
BAB II
PEMBAHASAN

Penerapan International Financial Reporting Standard (IFRS) bukanlah hal


yang baru. IFRS telah diadopsi banyak negara diantaranya negara-negara Uni
Eropa, Afrika, Asia, Amerika Latin dan Australia. Per Maret 2018, diperkirakan
setidaknya 120 negara telah menerapkan IFRS (www.ifrs.org). Sebagian negara
tersebut telah mewajibkan laporan keuangan mereka menggunakan IFRS untuk
semua perusahaan domestik atau perusahaan yang tercatat (listed) di bursa efek
negara setempat. Tidak terkecuali Indonesia, sejak kesepakan Indonesia dengan
negara-negara yang bergabung dalam G20 maka Indonesia wajib menerapkan
standar pelaporan keuangan yang berlaku secara internasional sehingga indonesia
melakukan konvergensi standar akuntansi keuangan berbasis IFRS.

Di Indonesia proses konvergensi IFRS cukup panjang yang dahulu


berkiblat pada US GAAP kini berubah berdasarkan standar akuntansi
internasional yaitu IFRS. Proses penerapan IFRS sendiri tidak terlepas dari pro
dan kontra. Pihak yang mendukung IFRS berpendapat bahwa IFRS sebagai
standar akuntansi global akan dapat mengurangi asimetri informasi, menurunkan
biaya modal, dan meningkatkan aliran modal lintas batas. Asbaugh dan Pincus
(2001) menyatakan bahwa keakuratan analisis yang dilakukan oleh analis
keuangan meningkat setelah perusahaan mengadopsi standar akuntansi
internasional (IFRS). Meningkatnya keakuratan analisis dari para analis keuangan
disebabkan karena standar akuntansi internasional mensyaratkan pengungkapan
kondisi keuangan yang lebih rinci daripada standar akuntansi lokal. Semakin
banyaknya informasi keuangan yang diungkapkan dalam laporan keuangan dan
adanya komparabilitas antara laporan keuangan perusahaan satu dengan
perusahaan lainnya dapat menyebabkan turunnya biaya modal yang dikeluarkan
oleh perusahaan karena kepercayaan investor semakin tinggi. Hal ini tidak lepas
dari semakin mudahnya laporan keuangan dipahami dan semakin rendahnya
asimetri informasi.Pihak yang kontra berpendapat bahwa pengadopsian IFRS
akan mengesankan lemahnya p

rofesi dan pemerintah. Kebanggaan nasional akan hilang karena dianggap


tidak mampu untuk menghasilkan sendiri standar yang bermutu. Kedua,

3
standardisasi bagaikan senjata bersisi dua. Di satu sisi standardisasi akan
meningkatkan daya saing. Di sisi lain, standardisasi menjadikan standar yang
diadopsi kurang sesuai dengan lingkungan dan kultur suatu negara. Ketiga, hanya
perusahaan multinasional yang besar saja yang akan menerima manfaat dari
standar internasional.

Penelitian yang dilakukan oleh Barth et al. (2008) dan Dimitropolous


(2013) menemukan bahwa penerapan IFRS terhadap kualitas akuntasi
berkontribusi mengurangi manajemen laba, pengakuan kerugian lebih tepat
waktu dan relevansi nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan standar
akuntansi lokal (GAAP). Chen et al. (2010) dalam penelitiannya menyimpulkan
bahwa penggantian standar lokal (seperti US GAAP) dengan IFRS memiliki efek
tambahan pada kualitas pelaporan keuangan.

1. PENGERTIAN

1.1 G-20 atau Kelompok 20 ekonomi utama


Kelompok 19 negara dengan perekonomian besar di dunia ditambah dengan
Uni Eropa. Secara resmi G-20 dinamakan The Group of Twenty (G-20)
Finance Ministers and Central Bank Governors atau Kelompok Duapuluh
Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral. Kelompok ini dibentuk tahun
1999 sebagai forum yang secara sistematis menghimpun kekuatan-kekuatan
ekonomi maju dan berkembang untuk membahas isu-isu penting
perekonomian dunia. Pertemuan perdana G-20 berlangsung di Berlin, 15-16
Desember 1999 dengan tuan rumah menteri keuangan Jerman dan Kanada

1.2 Standar Akuntansi


Standar akutansi merupakan pedoman umum penyusunan laporan keuangan
yang merupakan pernyataan resmi tentang masalah akuntansi tertentu yang
dikeluarkan oleh badan yang berwenang dan berlaku dalam lingkungan 
tertentu. biasanya berisi tentang definisi, pengukuran/penilaian, pengakuan,
dan pengungkapan elemen laporan keuangan

1.3 PSAK
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan pedoman dalam
melakukan praktek akuntansi dimana uraian materi di dalamnya mencakup

4
hampir semua aspek yang berkaitan dengan akuntansi, yang dalam
penyusunannya melibatkan sekumpulan orang dengan kemampuan dalam
bidang akuntansi yang tergabung dalam suatu lembaga yang dinamakan
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).  Dengan kata lain, Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) adalah buku petunjuk bagi pelaku akuntansi
yang berisi pedoman tentang segala hal yang ada hubungannya dengan
akuntansi.

1.4 GAAP ( Generally Accepted Accounting Principles atau Prinsip


Akuntansi Keuangan yang Berlaku Umum)
GAAP adalah singkatan dari Generally accepted accounting principles yang
merupakan kerangka kerja standar pedoman akuntansi keuangan yang
digunakan dalam setiap yurisdiksi tertentu, umumnya dikenal sebagai standar
akuntansi atau praktek akuntansi standar. GAAP termasuk standar, konvensi,
dan aturan yang diikuti oleh akuntan untuk pencatatan dan meringkas dan
dalam penyusunan laporan keuangan. Tujuan dari GAAP adalah untuk
memastikan bahwa laporan keuangan yang transparan dan konsistensi dari
satu organisasi ke yang lain. Tidak ada standar universal GAAP(standar
international) dan spesifikasi dari GAAP bervariasi dari satu lokasi geografis
atau industri yang lain.

1.5 IFRS
merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan
oleh International Accounting Standard  Board (IASB). Standar akuntansi ini
disusun oleh empat organisasi utama dunia yaitu Badan Standar Akuntansi
Internasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC), Organisasi
Internasional Pasar Modal (IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasional
(IFAC).

Secara keseluruhan IFRS mencakup:


1. International Financial Reporting Standard (IFRS). Standar yang
diterbitkan setelah tahun 2001.
2. International Accounting Standard (IAS). Standar yang diterbitkan
sebelum tahun 2001.
3. Interpretations yang diterbitkan oleh International Financial Reporting
Interpretations Committee (IFRIC) setelah tahun 2001.

5
4. Interpretations yang diterbitkan oleh Standing Interpretations
Committee (SIC) sebelum tahun 2001.

 2. KONVERGENSI IFRS

2.1 Pengertian konvergensi IFRS


Konvergensi  merupakan penggabungan dua hal atau lebih, untuk
bertemu dan bersatu dalam suatu titik. Konvergensi standar akuntansi
internasional (IFRS) berarti penggabungan atau pengintegrasian standar
akuntansi yang ada di setiap negara untuk digunakan dan diarahkan ke dalam
satu titik tujuan yaitu IFRS (International Financial Report Standart).
Pengertian konvergensi IFRS yang digunakan merupakan awal untuk
memahami apakah penyimpangan dari PSAK harus diatur dalam standar
akuntansi keuangan. Pendapat yang memahami konvergensi IFRS adalah full
adoption menyatakan Indonesia harus mengadopsi penuh seluruh ketentuan
dalam IFRS, termasuk penyimpangan dari IFRSs sebagaimana yang diatur
dalam IAS 1 (2009): Presentation of Financial Statements paragraf 19-24.
IFRS menekankan pada principle base dibandingkan rule base.
Tujuan akhir dari konvergensi IFRS adalah PSAK sama dengan IFRS
tanpa adanya modifikasi sedikitpun. Di sisi lain, tanpa perlu mendefinisikan
konvergensi IFRS itu sendiri, berdasarkan pengalaman konvergensi beberapa
IFRS yang sudah dilakukan di Indonesia tidak dilakukan secara full adoption.
Sistem kepengurusan perusahaan di Indonesia yang memiliki dewan
direksi dan dewan komisaris (dual board system) berpengaruh terhadap
penentuan kapan peristiwa setelah tanggal neraca, sebagai contoh lain dari
perbedaan antara PSAK dengan IFRS. Indonesia melalui Dewan Standar
Akuntansi Keuangan (DSAK) – Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sedang
melakukan proses konvergensi IFRS dengan target penyelesaian tahun 2012.
IFRS menekankan pada principle base dibandingkan rule base.
Indonesia mengadopsi IFRS secara penuh pada 2012, Strategi adopsi
yang dilakukan untuk konvergensi ada dua macam, yaitu big bang strategy
dan gradual strategy. Big bang strategy mengadopsi penuh IFRS sekaligus,
tanpa melalui tahapan – tahapan tertentu. Strategi ini digunakan oleh negara
– negara maju. Sedangkan pada gradual strategy, adopsi IFRS dilakukan

6
secara bertahap. Strategi ini digunakan oleh negara – negara berkembang
seperti Indonesia.
Sasaran Konvergensi IFRS tahun 2012, yaitu merevisi PSAK agar secara
material sesuai dengan IFRS versi 1 Januari 2009 yang berlaku efektif tahun
2011/2012, Konvergensi IFRS di Indonesia dilakukan secara bertahap..
IFRS memiliki karakteristik, diantaranya:
 IFRS menggunakan “Principles Base “ sehingga lebih menekankan pada
intepreatasi dan aplikasi atas standar sehingga harus berfokus pada spirit
penerapan prinsip tersebut.
 Standar membutuhkan penilaian atas substansi transaksi dan evaluasi
apakah presentasi akuntansi mencerminkan realitas ekonomi.
 Membutuhkan proffesional judgment pada penerapan standar akuntansi.
 Menggunakan fair value dalam penilaian
 Mengharuskan pengungkapan (disclosure) yang lebih banyak

2.2 Tujuan Dilakukannya konvergensi PSAK ke IFRS


1. Mengurangi peran dari badan otoritas dan panduan terbatas pada industri-
industri spesifik.
2. Pendekatan terbesar pada subtansi atas transaksi dan evaluasi dimana
merefleksikan realitas ekonomi yang ada.
3. Peningkatan daya banding laporan keuangan dan memberikan informasi
yang berkualitas di pasar modal internasional.
4. Menghilangkan hambatan arus modal internasional dengan mengurangi
perbedaan dalam ketentuan pelaporan keuangan.
5. Mengurangi biaya pelaporan keuangan bagi perusahaan multinasional dan
biaya untuk analisis keuangan bagi para analis.
6. Meningkatkan kualitas pelaporan keuangan menuju “best practise”.

 2.3 Manfaat adopsi IFRS


Harmonisasi standar akuntansi dan pelaporan keuangan telah di anggap
sebagai suatu hal yang mendesak yang harus dilakukan oleh setiap negara
termasuk Indonesia sebagai negara berkembang. Menurut Marsini Purba
dalm bukunya yang berjudul “ International Financial Reporting
Standards”, manfaat utama yang diperoleh dari harmonisasi standar

7
akuntansi dan pelaporan keuangan adalah adanya pemahaman lebih baik
atas laporan keuangan oleh pengguna laporan keuangan yang berasal dari
berbagai negara. Hal ini memudahkan perusahaan menjual sahamnya secara
lintas negara atau lintas pasar modal. Selain itu memberikan efisiensi dalam
penyusunan laporan keuangan yang menghabiskan banyak dana dan sumber
dana setiap tahunnya dan juga dapat menambah kepercayaan investor asing
terhadap laporan keuangan perusahaan-perusahaan nasional.

Adopsi penuh IFRS diharapkan memberi manfaat:


1. Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan Standar
Akuntansi Keuangan yang dikenal secara internasional.
2. Meningkatkan arus investasi global melalui transparansi.
3. Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund raising melalui
pasar modal secara global.
4. Menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan.
5. Meningkatkan kualitas laporan keuangan, dengan mengurangi
kesempatan untuk melakukan earning management.

Menurut ketua tim implementasi IFRS-Ikatan Akuntan Indonesia (IAI),


Dudi M Kurniawan yang dimuat harian Kompas tanggal 6 Mei 2010
mengatakan bahwa dengan mengadopsi IFRS Indonesia akan mendapatkan
tujuh manfaat sekaligus.

1. Meningkatkan kualitas Standar Akuntansi Keuangan (SAK).


2. Mengurangi biaya SAK.
3. Meningkatkan kredibilitas dan kegunaan laporan keuangan.
4. Meningkatkan komparabilitas pelaporan keuangan.
5. Meningkatkan transparansi keuangan.
6. Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang penghimpunan dana
melalui pasar modal.
7. Meningkatkan efisiensi penyusunan laporan keuangan.

2.4 Standar laporan keuangan akuntansi menurut IFRS


1. Laporan Posisi Keuangan: Ini juga dikenal sebagai neraca . IFRS
memengaruhi cara komponen-komponen neraca dilaporkan.

8
2. Laporan Penghasilan Komprehensif: perusahaan diwajibkan membuat
sebuah pernyataan pendapatan yang dirangkum menjadi laporan laba rugi
dan laporan penghasilan lain, termasuk properti dan peralatan.
3. Laporan Perubahan Ekuitas: berisi informasi yang mencatat seluruh
perubahan laba perusahaan pada periode keuangan tertentu dari awal
sampai akhir.

4. Laporan Arus Kas: Laporan ini merangkum transaksi keuangan


perusahaan pada periode tertentu, memisahkan aliran kas ke dalam
Operasi, Investasi, dan Pembiayaan.

Selain itu, setelah perusahaan membuat laporan keuangan akuntansi diatas,


perusahaan diwajibkan untuk membuat kesimpulan dari hasil laporan
keuangan akuntansinya.
Kesimpulan ini berisini informasi berapa pendapatan yang dipatkan
perusahaan atau bahkan kerugiannya. Jika perusahaan memiliki anak
perusahaan atau cabang perusahaan, masing-masing anak perusahaannya
dibuatkan laporan keuangannya secara terpisah.

2.5 Perbedaan US GAAP dan IFRS


1. Secara Lokal vs. Secara Global
Seperti yang disebutkan, IFRS adalah standar yang diterima secara global
untuk akuntansi, dan digunakan di lebih dari 110 negara. Di sisi lain,
GAAP secara eksklusif digunakan di Amerika Serikat dan memiliki
seperangkat aturan akuntansi yang berbeda dari sebagian besar dunia. Ini
dapat membuatnya lebih rumit ketika melakukan bisnis internasional.
2. Aturan vs. Prinsip
Perbedaan utama antara IFRS dan akuntansi GAAP adalah metodologi
yang digunakan untuk menilai proses akuntansi. GAAP berfokus pada
penelitian dan berbasis aturan, sedangkan IFRS melihat pola keseluruhan
dan didasarkan pada prinsip.
Dengan akuntansi GAAP, hanya ada sedikit ruang untuk pengecualian
atau interpretasi, karena semua transaksi harus mematuhi serangkaian
aturan tertentu. Dengan metode akuntansi berbasis prinsip, seperti IFRS,
ada potensi untuk interpretasi yang berbeda dari situasi yang
berhubungan dengan pajak yang sama.

9
3. Metode Inventarisasi
Berdasarkan GAAP, perusahaan diizinkan untuk menggunakan metode
Last In, First Out (LIFO) untuk estimasi inventaris. Namun, di bawah
IFRS, metode LIFO untuk inventaris tidak diizinkan. The Last In, First
Out penilaian untuk persediaan tidak mencerminkan arus persediaan
yang akurat dalam banyak kasus, dan dengan demikian menghasilkan
laporan tingkat pendapatan yang luar biasa rendah.
4. Pembalikan Inventaris
Selain memiliki metode yang berbeda untuk melacak inventaris, IFRS dan
akuntansi GAAP juga berbeda ketika menyangkut pencatatan pembalikan
tulis-balik. GAAP menentukan bahwa jika nilai pasar dari aset meningkat,
jumlah write-down tidak dapat dikembalikan. Namun, di bawah IFRS,
dalam situasi yang sama ini, jumlah write-down dapat dibalik. Dengan
kata lain, GAAP terlalu berhati hati terhadap pembalikan inventaris dan
tidak mencerminkan perubahan positif di pasar.
5. Biaya Pengembangan
Biaya pengembangan perusahaan dapat dikapitalisasi berdasarkan IFRS,
selama kriteria tertentu terpenuhi. Ini memungkinkan sebuah bisnis
untuk meningkatkan depresiasi pada aset tetap. Dengan GAAP, biaya
pengembangan harus dibebankan pada tahun terjadinya dan tidak boleh
dikapitalisasi.
6. Aset Tidak Berwujud
Ketika datang ke aset tidak berwujud, seperti penelitian dan
pengembangan atau biaya iklan, akuntansi IFRS benar-benar bersinar
sebagai metode berbasis prinsip. Ini mempertimbangkan apakah aset
akan memiliki manfaat ekonomi masa depan sebagai cara menilai nilai.
Aset tidak berwujud yang diukur berdasarkan GAAP diakui pada nilai
pasar wajar dan tidak lebih.
7. Laporan Penghasilan
Berdasarkan IFRS, pos luar biasa atau tidak biasa dimasukkan dalam
laporan laba rugi dan tidak dipisahkan. Sementara itu, berdasarkan
GAAP, mereka dipisahkan dan ditampilkan di bawah bagian laba bersih
dari laporan laba rugi.
8. Klasifikasi Kewajiban

10
Klasifikasi utang berdasarkan GAAP dibagi antara kewajiban lancar, di
mana perusahaan mengharapkan untuk melunasi utang dalam waktu 12
bulan, dan kewajiban tidak lancar, yang merupakan utang yang tidak akan
dilunasi dalam waktu 12 bulan. Dengan IFRS, tidak ada perbedaan yang
dibuat antara klasifikasi kewajiban, karena semua utang dianggap tidak
lancar di neraca.
9. Aktiva Tetap
Ketika datang ke aset tetap, seperti properti, furnitur dan peralatan,
perusahaan yang menggunakan akuntansi GAAP harus menilai aset-aset
ini menggunakan model biaya. Model biaya memperhitungkan nilai
historis aset dikurangi akumulasi penyusutan. IFRS memungkinkan
model yang berbeda untuk aset tetap yang disebut model revaluasi, yang
didasarkan pada nilai wajar pada tanggal saat ini dikurangi akumulasi
penyusutan dan kerugian penurunan nilai.
10. Karakteristik Kualitas
Akhirnya, salah satu faktor pembeda utama antara IFRS dan GAAP adalah
karakteristik kualitatif untuk bagaimana fungsi metode akuntansi. GAAP
bekerja dalam hierarki karakteristik, seperti relevansi, keandalan,
komparabilitas, dan mudah dipahami, untuk membuat keputusan
berdasarkan keadaan khusus pengguna. IFRS juga bekerja dengan
karakteristik yang sama, dengan pengecualian bahwa keputusan tidak
dapat dibuat pada keadaan spesifik dari seorang individu.

2.6. Faktor yang mempengaruhi praktik akuntansi di berbagai Negara


1. Lingkungan sosial

Horrison dan McKinnon (1986) mengembangkan suatu kerangka pikir


untuk menjelaskan bagaimana sistem pelaporan akuntansi berubah.
Berdasarkan kerangka tersebut, perubahan pada akuntansi merupakan
produk dari interaksi kejadian-kejadian dilapangan dan interaksi antara
praktik akuntansi dan lingkungan sosial.

2. Ekonomi
1) Tingkat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan
Perubahan struktur perekonomian dari agraris ke manufaktur akan
menampilkan sisi lain dari system akuntansi, antara lain dengan

11
mulai memperhitungkan depresiasi mesin. Industri jasa juga
memunculkan pertimbangan atas pencatatan aktiva tak berwujud
seperti merk, goodwill, dan sumber daya manusia. 
2) Tingkat inflasi
Timbulnya hyperinflation di beberapa Negara dikawasan Amerika
Selatan membuat adanya pemikiran untuk menggunakan pendekatan
lain sebagai alternatif dari pendekatan hystorical cost. 
3) Sumber pendanaan
Kebutuhan akan informasi dan pertanggungjawaban kepada public
lebih besar ditemui pada perusahaan-perusahaan yang mendapatkan
sumber pendanaan dari pemegang saham eksternal dibandingkan
dengan perusahaan dengan sumber pendanaan dari perbankan atau
dari dana keluarga. 
4) Sistem perpajakan
Negara-negara seperti perancis dan Jerman menggunakan laporan
keuangan perusahaan sebagai dasar penentuan utang pajak
penghasilan, sedangkan negara seperti Amerika Serikat dan Inggris
menggunakan laporan keuangan yang telah disesuaikan dengan
aturan perpajakan sebagai dasar penentuan utang  pajak dan
disampaikan terpisah dengan laporan keuangan untuk pemegang
saham. 

3. Politik

Sistem politik yang dijalankan oleh suatu negara sangat berpengaruh pada
system akuntansi yang dibuat untuk menggambarkan filosofi dan tujuan
politik dinegara tersebut, seperti halnya pilihan atas perencanaan
terpusat (Central Planning) atau swastanisasi (Private Interprises). 

4. Budaya
Violet (1983) menyatakan bahwa bahasa merupakan variabel budaya yang
paling penting. Bahasa merupakan pondasi untuk mempromosikan
budaya. Memandang akuntansi adalah bahasa bisnis. Dari sini dapat
disimpulkan bahwa prinsip akuntansi akan bervariasi tergantung dari
variasi budaya yang dimiliki oleh negara yang bersangkutan.

12
 
3.     KONVERGENSI IFRS DI INDONESIA

International Financial Reporting Standards (IFRS) dijadikan sebagai


referensi utama pengembangan standar akuntansi  keuangan di Indonesia karena
IFRS merupakan standar yang sangat kokoh. Penyusunannya didukung oleh para
ahli dan dewan konsultatif internasional dari seluruh penjuru dunia. Mereka
menyediakan waktu cukup dan didukung dengan masukan literatur dari ratusan
orang dari berbagai displin ilmu dan dari berbagai macam jurisdiksi di  seluruh 
dunia.

Dengan telah dideklarasikannya program konvergensi terhadap IFRS ini, maka


pada tahun 2012 standar yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi
Keuangan IAI akan mengacu kepada IFRS dan diterapkan oleh entitas.

Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) membagi tingkat pengadopsian


IFRS kedalam lima tingkat, diantaranya:
1. Full Adoption, keadaan dimana suatu negara mengadopsi seluruh standar
IFRS dan menerjemahkan seluruh IFRS secara sama persis kedalam bahasa
negara tersebut.
2. Adopted, dimana IFRS di suatu negara telah diadopsi namun
menyesuaikan dengan kondisi negara tersebut.
3. Piecemeal, keadaan dimana suatu negara hanya mengadopsi sebagian besar
nomor IFRS, yaitu nomor standar tertentu dan paragraf tertentu saja.
4. Referenced (konvergence), dimana IFRS digunakan sebagai referensi.
Standar yang ada mengacu pada IFRS tertentu dengan bahasa dan paragraf
yang disusun sendiri oleh badan pembuat standar.
5. Not adopted at all, dimana suatu negara sama sekali tidak mengadopsi
IFRS.

Standar akuntansi yang berlaku di Indonesia adalah:

13
1. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) digunakan untuk entitas yang memiliki
akuntabilitas publik yaitu entitas terdaftar atau dalam proses pendaftaran
dipasar modal atau entitas fidusia (yang menggunakan dana masyarakat
seperti asuransi, perbankan dan dana pensiun). Standar ini mengadopsi
IFRS mengingat Indonesia, melalui IAI, telah menetapkan untuk
melakukan adopsi penuh IFRS mulai tahun 2012.
2. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik. Standar
Akuntansi Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) digunakan
untuk entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan dalam
penyusunan laporan keuangan tujuan umum (general purpose financial
statement).
3. Standar Akuntansi Keuangan Syariah. Standar Akuntansi Keuangan
Syariah (SAK Syariah) adalah standar yang digunakan untuk entitas yang
memiliki transaksi syariah atau entitas yang berbasis syariah. Standar
akuntansi syariah terdiri atas kerangka konseptual penyusunan dan
pengungkapan .
4. Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), yaitu standar akuntansi yang
digunakan untuk menyusun laporan keuangan instansi pemerintah baik
pusat maupun daerah.

3.1 Mengapa Indonesia mengacu kepada IFRS


– Indonesia merupakan bagian dari IFAC, yang harus tunduk pada SMO
(Statement Membership Obligation), salah satunya menggunakan IFRS
sebagai accounting standard
– Konvergensi IFRS adalah salah satu kesepakatan pemerintah Indonesia
sebagai anggota forum G20

– Kita tidak bisa menolak arus globalisasi karena bagaimanapun juga agar
negara kita dapat disetarakan dalam kegiatan perekonomian
internasional, dan dalam pembuatan laporan keuangan yang dapat
diakui secara internasional. Dapat dilihat dari semakin banyaknya
investasi asing yang masuk ke Indonesia. Di mana kita harus siap
bersaing dengan tenaga asing, khususnya akuntan luar negeri yang akan
berdatangan sehubungan akan tingginya permintaan akuntan berstandar
internasional. Secara tidak langsung negara kita pun tidak mau

14
ketinggalan dalam bersaing oleh karena itu kita harus segera mengejar
target konvergensi IFRS tersebut.

3.2 Tantangan dan kendala konvergensi IFRS

Dalam melakukan konvergensi IFRS, tidak selamanya berjalan mudah, tapi


juga ada kendala-kendala ataupun rintangan yg dihadapi, tantangan yang
dihadapi diantaranya yaitu :
1. Dewan Standar Akuntansi yang kekurangan sumber daya
2. IFRS berganti terlalu cepat sehingga ketika proses adopsi suatu standar
IFRS masih dilakukan, pihak IASB sudah dalam proses mengganti IFRS
tersebut.
3. faktor bahasa, karena setiap standar IFRS harus diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia dan acapkali ini tidaklah mudah.
4. Infrastuktur profesi akuntan yang belum siap. Untuk mengadopsi IFRS
banyak metode akuntansi yang baru yang harus dipelajari lagi oleh para
akuntan.
5. Kesiapan perguruan tinggi dan akuntan pendidik untuk berganti kiblat ke
IFRS.
6. Support pemerintah terhadap issue konvergensi.

Sedangkan beberapa aspek yang menjadi kendala adalah :


1. Aspek Lingkungan Sosial
Indonesia sebagai negara yang memiliki nilai budaya yang berbeda
dengan nilai budaya asal IFRS dapat mempengaruhi proses pelaksanaan
penerapan IFRS di Indonesia. IFRS yang dikembangkan di negara Anglo-
Saxon yang cenderung memiliki nilai budaya indivilualisme yang tinggi
dan jarak kekuasaan (power distance) yang rendah dapat terkendala
penerapannya di Indonesia yang memiliki nilai budaya berkelompok yang
tinggi dan jarak kekuasaan yang juga tinggi. Hal ini dikhawatirkan akan
mempengaruhi tingkat profesionalisme akuntan. Selain itu penegakan
aturan (Penerapan IFRS bagi perusahaan-perusaahn di Indonesia) juga
diragukan.ini dikarenakan nilai budaya rakyat Indonesia yang cenderung
melihat seseorang dengan pangkat lebih tinggi juga memiliki kekuasaan
yang lebih tinggi sehingga dapat menjadi sumber penyelewengan.

15
2. Aspek Lingkungan Organisasi
Perusahaan-perusahaan di Indonesia pada umumnya mendanai kegiatan
usaha mereka dengan menggunakan pinjaman dari bank.Pendanaan
perusahaan melalui pasar modal saat ini masih cenderung minim.  Data
dari Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan bahwa hanya 442
perusahaan yang terdaftar di BEI sedangkan data dari Badan Pusat
Statistik pada tahun 2009 mengestimasi perusahaan di Indonesia
sebanyak 25.077 perusahaan. Keadaan ini dapat menjadi kendala untuk
penerapan IFRSs karena kecenderungan pembiayaan perusahaan masih
kepada sektor perbankan. Bank normalnya dapat memiliki akses langsung
ke informasi keuangan perusahaan sebagai penyedia dana utama. Hal ini
mengakibatkan perusahaan belum merasa butuh untuk menerapkan
standar keuangan internasional yang telah terkonvergensi dalam
PSAK.Dapat diasumsikan bahwa perusahaan menganggap manfaat dari
penggunaan IFRS lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan untuk
mengadopsi standar tersebut.
3. Aspek Lingkungan Profesi
Penerapan IFRS di Indonesia seharusnya dibarengi dengan penataan dan
penyediaan sumber daya manusia sebagi motor pelaksanaan standard
tersebut. Profesi akuntan di Indonesia memiliki 4 kategori keanggotaan :
a.  Register A: anggota dengan gelar akuntan yang juga telah berpraktek
selama beberapa tahun atau menjalankan usaha praktek akuntansi pribadi
atau kepala dari kantor akuntansi pemerintah;
b.  Register B: akuntan public asing yang telah diterima oleh pemerintah
Indonesia dan telah berpraktek untuk beberapa tahun;
c.  Register C: akuntan internal asing yang bekerja di Indonesia;
d.  Register D: akuntan yang baru lulus dari fakultas ekonomi jurusan
akuntansi atau memegang sertifikat yang telah dievaluasi oleh komite ahli
dan dipertimbangkan setara dengan gelar akuntansi dari universitas
negeri. (Yunus, 1990 dalam Perera dan Baydoun, 2007, p.213).
Kebanyakan dari akuntan yang ada di Indonesia adalah akuntan dengan
kategori D, sehingga sumber daya manusia untuk melaksanakan standard
akuntansi secara memadai masih kurang.
4. Aspek Lingkungan Individu

16
Nilai budaya masyarakat Indonesia yang kental dengan kolektivisme dan
cenderung memiliki jarak kekuasaan yang tinggi dapat berpengaruh
terhadap lemahnya pengembangan dan penerapan IFRS di Indonesia.Para
professional dikuatirkan bersikap pasif terhadap draft-draft eksposur
karena menganggap tidak perlu berpartisipasi dalam pembuatan standard
(sebagai efek dari tingginya jarak kekuasaan).

3.3 Peluang konvergensi IFRS


Salah satu peluang Indonesia dengan mengadopsi IFRS adalah menarik
investasi global. Investasi merupakan elemen yang penting dalam kelangsungan
hidup sebuah perusahaan. Dalam era globalisasi, investasi antar negara menjadi
sangat mungkin dilakukan. Hal ini merupakan peluang bagi perusahaan-
perusahaan Indonesia.
Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki potensi yang besar sebagai
lahan basah bagi tumbuhnya perekonomian secara pesat. Jumlah penduduk serta
pola konsumsi masyarakat Indonesia pun menjadi daya tarik bagi investor global.
Namun lebih jauh lagi, keadaan perusahaan-perusahaan calon investee
merupakan hal yang sangat diperhatikan oleh investor global.
Proses keputusan investasi merupakan proses pengambilan keputusan yang
berkesinambungan. Proses tersebut terdiri dari empat tahap keputusan yang
berjalan terus menerus hingga tercapai keputusan investasi yang terbaik.
1. tahap penentuan tujuan investasi yang disesuaikan dengan masing-masing
investor.
2. tahap penentuan kebijakan untuk memenuhi tujuan investasi. Tahap ini
terdiri atas pendistribusian dana yang dimiliki.
3. tahap pemilihan strategi portofolio, antara strategi aktif (peramalan dan
pencarian kombinasi portofolio yang baik) dan pasif (mengikuti pasar).
4. tahap pemilihan aset yang dimaksudkan dalam portofolio. Kelima, tahap
pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio.

Tahapan yang dilalui oleh calon investor dalam melakukan investasinya


tentunya dilakukan dengan melihat laporan keuangan suatu perusahaan karena
dari laporan keuangan tersebut seluruh kegiatan perusahaan dan prospek
perusahaan tersebut dapat terlihat.

17
Namun, kualitas laporan keuangan tentunya sangat dipengaruhi oleh standar
akuntansi yang digunakan dalam menyusun laporan tersebut. Standar akuntansi
yang berkualitas terdiri dari prinsip-prinsip komprehensif yang netral, konsisten,
sebanding, relevan, dan dapat diandalkan yang berguna bagi investor, kreditor
dan pihak lain untuk membuat keputusan alokasi modal (SEC, 2000, dalam
Roberts, et al. 2005). Untuk menghadapi investor dari berbagai negara, sebuah
perusahaan akan mendapat keuntungan jika menggunakan standar yang
digunakan secara umum dan diterima secara global, yaitu IFRS.
Pengadopsian penuh IFRS di Indonesia akan berimbas pada peningkatan
transparansi dan akuntabilitas dunia bisnis. Dengan keterbukaan informasi yang
lebih baik, Indonesia dapat meningkatkan kepercayaan pasar internasional
sehingga meningkatkan jumlah investor.

3.4 Kesiapan Indonesia mengadopsi IFRS secara penuh


Sejak tahun 1994, Indonesia sebenarnya telah mengadopsi sebagian besar
IAS. PSAK dan ISAK yang diberlakukan sejak tahun 1994 adalah saduran
dari IAS dan SIC yang diterbitkan sebelum tahun 1994. DSAK (Dewan
Standar Akuntansi Keuangan)  yang berada dibawah IAI telah
mencanangkan adopsi penuh IAS dan IFRS yang telah rampung pada tahun
2010 dan mulai menerapkannya di tahun 2012.

Indonesia saat ini belum mewajibkan bagi perusahaan-perusahaan di


Indonesia menggunakan IFRS melainkan masih mengacu kepada standar
akuntansi keuangan lokal.  Dewan Pengurus Nasional IAI bersama-sama
dengan Dewan Konsultatif SAK dan Dewan SAK merencanakan tahun 2012
akan menerapkan standar akuntansi yang mendekati konvergensi penuh
kepada IFRS. Indonesia sebenarnya masih memiliki banyak regulasi yang
tidak mendukung sehingga adopsi penuh IFRS sulit dilakukan.

Berdasarkan proposal konvergensi yang telah dikeluarkan IAI, proses adopsi


dibagi menjadi tiga tahap yaitu:
1. Tahap adopsi, yaitu dengan mengadopsi seluruh IFRS terakhir kedalam
PSAK pada  tahun 2008-2010.
2. Tahap persiapan, yaitu penyiapan seluruh infrastruktur pendukung
untuk implementasi PSAK yang sudah mengadopsi seluruh IFRS pada
tahun 2011.

18
3. Tahap implementasi, yaitu penerapan PSAK yang sudah mengadopsi
seluruh IFRS bagi perusahaan-perusahaan yang memiliki akuntabilitas
publik pada tahun 2012.

Jadi, beralih ke IFRS bukanlah sekedar pekerjaan mengganti angka-angka


dilaporan keuangan, tetapi mungkin akan mengubah pola pikir dan cara
semua elemen didalam perusahaan.

3.5 Proses Konvergensi IFRS di Indonesia

Pada tahun 2009, Indonesia belum mewajibkan perusahaan-perusahaan


listing di BEI menggunakan sepenuhnya IFRS, melainkan masih mengacu
kepada standar akuntansi keuangan nasional atau PSAK. Namun pada tahun
2010 bagi perusahaan yang memenuhi syarat, adopsi IFRS sangat
dianjurkan. Sedangkan pada tahun 2012, Dewan Pengurus Nasional IAI
bersama-sama dengan Dewan Konsultatif SAK dan DSAK merencanakan
untuk menyusun/merevisi PSAK agar secara material sesuai dengan
IAS/IFRS versi 1 Januari 2009
1. Pada konvergensi IFRS tahap pertama (2008 – 2012), per 1
Desember2012 DSAK IAI telah menerbitkan: 40 PSAK, 20 ISAK, 11
PPSAK berikutrevisi terkait serta 10 PSAK Syariah. DSAK IAI juga
menerbitkan PSAK non – IFRS
1 PSAK 16 (REVISI 2007) Asset Tetap
2 PSAK 13 (REVISI 2007) Properti Investasi
3 PSAK 30 (REVISI 2007) Sewa
4 PSAK 14 (REVISI 2007) Persediaan
1 PSAK 1 (revisi 2009) Penyajian Laporan Keuangan
2 PSAK 2 (revisi 2009) Laporan Arus Kas
3 PSAK 4 (revisi 2009) Laporan Keuangan Konsolidasi dan Laporan
Keuangan Tersendiri
4 PSAK 5 (revisi 2009) Segmen Operasi
5 PSAK 12 (revisi 2009) Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama
6 PSAK 15 (revisi 2009) Investasi Pada Entitas Asosiasi
7 PSAK 25 (revisi 2009) Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi
Akuntansi dan Kesalahan
8 PSAK 48 (revisi 2009) Penurunan Nilai Asset
9 PSAK 57 (revisi 2009) Provisi, Liabilitas Kontijensi, dan
Aset Kontinjensi
10 PSAK 58 (revisi 2009) Asset Tidak Lancar yang Dimiliki Untuk Dijual
dan Operasi yang Dihentikan

19
1 PSAK 19 (2010) Asset Tidak Berwujud
2 ISAK 14 (2010) Biaya Situs Web
3 PSAK 23 (2010) Pendapatan
4 PSAK 7 (2010) Pengungkapan Pihak-Pihak yang Berelasi
5 PSAK 22 (2010) Kombinasi Bisnis
6 PSAK 10 (2010) Transaksi Mata Uang Asing
7 ISAK 13 (2010) Lindung Nilai Investasi Netto dalam Kegiatan Usaha
Luar Negeri
8 PSAK 24 (2010) Imbalan Kerja
9 ISAK 16 Perjanjian Konsesi Jasa
10 PSAK 60 Instrumen Keuangan: Pengungkapan
11 PSAK 50 (Revisi 2010) Instrumen Keuangan: Penyajian
12 PSAK 8 (Revisi 2010) Peristiwa Setelah Tanggal Neraca
13 PSAK 53 (Revisi 2010) Pembayaran Berbasis Saham

2. Fase kedua ( SAK per 1 januari 2015 = IFRS 1 januari 2014)


Sepajang tahun 2013-2014 IAI telah menerbitkan baik baru maupunrevisi
13 PSAK, 5 ISAK, dan 1 PPSAK, berserta penyesuaian SAK. DSASIAI
menerbitkan 2 PSAK Syariah. DSAK IAI juga menerbitkan PSAK non–
IFRS, seperti:a)PSAK 28: Akuntansi Kontrak: Asuransi Kerugianb)PSAK
36: Akuntansi Kontrak Asuransi Jiwac)PSAK 38: Akuntansi
Restrukturisasi Entitas Sepengendalid)PSAK 45: Pelaporan Keuangan
Entitas Nirlabae)ISAK 25: Hak atas Tanahf)ED ISAK 31: Interpretasi atas
Ruang Lingkup PSAk 13: PropertiInvestasig)PSAK Syariah (101-110)

3. Pada 1 Januari 2020, korporasi Indonesia wajib menerapkan standar


akuntansi baru (PSAK71, PSAK72 dan PSAK73), yang diterbitkan oleh
Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) yang merupakan adopsi
dari International Financial Reporting Standards (IFRS 9, 15 dan 16)
yang dikeluarkan oleh International Accounting Standard Board (IASB).
Perusahaan pun harus berbenah untuk menyesuaikan laporan
keuangannya agar sesuai standar internasional tersebut.

3.6 Pengaruh IFRS terhadap Laporan Keuangan

a. Penyajian laporan posisi keuangan menurut IFRS yaitu:


1. Laporan posisi keuangan (neraca)
2. Laporan laba rugi komprehensif
3. Laporan perubahan ekuitas
4. Laporan arus kas

20
5. Catatan atas laporan keuangan
6. Laporan posisi keuangan komparatif awal periode dan
penyajian retrospektif terhadap penerapan kebijakan akuntansi

b. Penyesuaian dalam menyusun laporan keuangan


Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun laporan
posisi keuangan menurut IFRS 1 antara lain :
1. Pendahuluan dan kerangka dasar
a. Desain IFRS diperuntukkan untuk entitas yang bersifat profitoriented
dan SME (Small Medium Enterprise). IFRS belum mengatur standar
akuntansi untuk perusahaan berbasis syariah.
b. Memungkinkan penilaian aktiva tetap berwujud dan tidak
berwujud menggunakan nilai wajar. Laporan keuangan harus
disajikan dengan basis true and fair (IFRS Framework par 46)
c. Entitas harus membuat pernyataan eksplisit tentang kepatuhan akan
standar IFRS
d. Tidak diatur secara khusus kapan entitas menyajikan laporan
keuangan
e. Menganut standar akuntansi berbasis prinsip untuk
meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan keterbandingan
laporan keuangan antar entitas secara global.
f. Tidak lagi mengakui prinsip konservatif, namun diganti dengan
prinsip kehati-hatian (Prudence)
2. Pengungkapan dan Penyajian Laporan Keuangan
a. Komponen laporan keuangan lengkap terdiri atas :
 Laporan posisi keuangan (neraca)
 Laporan laba rugi komprehensif
 Laporan perubahan ekuitas
 Laporan arus kas
 Catatan atas laporan keuangan
 Laporan posisi keuangan komparatif awal periode dan
penyajian
retrospektif terhadap penerapan kebijakan akuntansi
b. Berdasar ilustrasi IFRS :

21
Asset : Asset Tidak Lancar
Asset Lancar
Ekuitas : Ekuitas yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk
Hak nonpengendali
Liabilitas : Liabilitas jangka panjang
Liabilitas jangka pendek
c. Istilah minority interest (hak minoritas) diganti menjadi non
controlling
interest (hak non pengendali) dan disajikan dalam Laporan
perubahan ekuitas.
d. Tidak mengenal istilah pos luar biasa (extraordinary item)
e. Liabilitas jangka panjang disajikan sebagai Laibilitas jangka pendek
jika akan jatuh tempo dalam 12 bulan meskipun perjanjian
pembiayaan kembali sudah selesai setelah periode pelaporan dan
sebelum penerbitan laporan keuangan
3 . Laporan Arus Kas
g. Dianjurkan menggunakan metode langsung, namun metode tidak
langsung tetap diperbolehkan
h. Item pos luar biasa tidak diperbolehkan dalam IFRS
4. Persediaan
a. Pengukuran persediaan berdasarkan biaya atau net realizable value
(nilai realisasi bersih) mana yang lebih rendah.
b. IFRS melarang penggunaan metode LIFO (Last In First Out). Hanya
boleh menggunakan metode FIFO atau rata-rata tertimbang
5. Perubahan Kebijakan dan Prinsip Akuntansi dan Kesalahan Mendasar
a. Dicatat secara retrospektif dan dilakukan penyajian kembali terhadap
laba ditahan serta adanya penjelasan efek kumulatif perubahan pada
saat periode dilakukan perubahan
b. Konsep kesalahan mendasar (fundamental error) dihapus dan diganti
dengan Prior period error (Kesalahan periode lalu)
c. Perubahan estimasi dicatat secara retrospektif dengan cara
melakukanpenyesuaian atas laba atau rugi tahun terjadinya
perubahan estimasi dan laba rugi periode yang akan datang jika
mempengaruhi keduanya.

22
6. Peristiwa Setelah Tanggal Neraca
a. Mengatur pengungkapan dan penyesuaian laporan keuangan
terkait peristiwa baik yang bersifat favorable maupun unfavorable
yang terjadi antara akhir periode pelaporan hingga tanggal laporan
keuangan diotorisasi untuk terbit
b. Istilah events after balance sheet date (peristiwa setelah tanggal
neraca) direvisi menjadi Events after reporting period
(Peristiwa setelah periode pelaporan)
c. Terdapat istilah tanggal laporan keuangan diotorisasi untuk terbit
(the date when the financial statements are authorised for issue).
d. Terdapat pengungkapan fakta adanya pihak yang dapat mengubah
laporan keuangan setelah diterbitkan jika ada
5) Kontrak Kontsturksi
IAS mengharuskan penggunaan metode persentase penyelesaian
(percentage of completion method) untuk melakukan pengakuan
terhadap pendapatan dan beban jika realisasi konstruksi dapat
diestimasi dengan andal. IAS memberikan pedoman yang sangat
terbatas dalam menentukan estimasi realisasi kontrak
6) Pajak Penghasilan
a. IAS mengatur tentang beda temporer (temporary difference) antara
basis pajak dengan basis komersil yang dijadikan basis dalam
mengakui aktiva atau kewajiban pajak tangguhan
b. Mencakup perbedaan temporer akibat adanya hibah pemerintah
(government grants)
c. Pengakuan pajak tangguhan yang berasal dari Goodwill yang muncuk
dari penggabungan usaha tidak diijinkan
d. Tidak mengatur pengungkapan yang berasal dari pos luar biasa
e. Tidak mengatur tentang PPh Final
f. Tidak mengatur tentang SKP
g. Terdapat pengaturan beda temporer dari perbedaan basis pelaporan
fiscal dan komersial sebagai konsekuensi penerapan model revaluasi
sebagaimana diatur dalam IAS 16
7) Aktiva Tetap

23
a. Penerapan prinsip nilai wajar dalam penilaian Aset. Aktiva
dapat diukur dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu model
revaluasi dan model harga perolehan.
b. Nilai selisih akibat adanya revaluasi disajikan dalam lapora laba rugi
dan ekuitas
c. Metode penyusutan yang digunakan harus ditelaah secara periodik.
Koreksi akibat penelaahan ini akan diperlakukan sesuai dengan IAS 8.
Dimungkinkan juga perubahan terhadap metode penyusutan jika
dalam hasil review terdapat perubahan signifikan dengan pola
pemanfaatan ekonomi yang diharapkan dari aktiva tersebut.
d. Manajemen harus melakukan review atas nilai residu dan masa
manfaat aktiva setiap tahun. Jika terdapat perubahan, maka
disesuaikan dengan menggunakan IAS 8
8) Sewa
a. Aktiva sewa pembiayaan dikapitalisasi jika kontrak sewa
mengalihkan secara substansial seluruh resiko dan manfaat terkait
kepemilikan aktiva. Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa operasi
jika sewa tidak mengalihkan mengalihkan secara substansial
seluruh resiko dan manfaat terkait kepemilikan aktiva.
b. Kriteria yang harus dipenuhi untuk diklasifikasikan sebagai
sewa pembiayaan:
o Pengalihan kepemilikan aktiva pada akhir masa sewa
o Lesse memiliki hak opsi untuk membeli dengan harga cukup
rendah di akhir masa sewa
o Masa sewa meliputi sebagian besar umur ekonomis aktiva
o Pada awal sewa nilai kini dari jumlah pembayaran sewa
minimum mendekati nilai wajar aktiva
o Aktiva sewa bersifat khusus dimana lessee yang
menggunakannya tanpa perlu modifikasi
c. Tidak mengatur tentang sewa pembiayaan tanah
11. Pendapatan
a. Pendapatan diakui jika dapat terukur dengan andal, manfaat ekonomi
yang probable. Jika pendapatan diakui dari transaksi penjualan, maka

24
pendapatan diakui jika resiko dan manfaat aktiva yang diperjual
belikan telah dialihkan pada pembeli
b. Pengakuan pendapatan pada industry khusus tidak diatur
12. Imbalan Kerja
a. Imbalan kerja dibagi dalam dua kelompok yaitu imbalan kerja jangka
pendek dan imbalan pasca kerja
b. Dengan menggunakan metode Projected unit credit method
c. Tidak mengatur imbalan kerja ekuitas
13. Hibah Pemerintah
Hibah pemerintah, termasuk yang bersifat moneter, diakui ketika
terdapat kepastian bahwa entitas yang menerima akan memenuhi semua
persyaratan yang diharuskan dalam ketentuan. Hibah akan diakui
sebagai laba pada periode-periode pelaporan dimana entitas
mengeluarkan biaya untuk memperoleh hibah tersebut
14. Mata Uang Asing
a. Pengaturan tentang mata uang fungsional dan mata uang asing
terdapat di IAS 21 tentang The Effects of Changes in Foregn Exchange
Rates
b. IAS 21 mengharuskan penggunaan indicator primer dan sekunder.
Indicator primer terdiri dari harga barang dan jasa, mata uang
pembayaran bahan baku, upah, dan biaya lain. Indicator sekunder
terdiri dari mata uang dominan dalam pendanaan, operasional, dan
hubungan antara anak perusahaan dan induk.
c. Proses penjabaran laporan keuangan dilakukan jika mata uang
pelaporan yang digunakan berbeda dengan mata uang fungsional
(mata uang dasar entitas bisnis dalam menyajikan laporan keuangan)
d. Jika mata uang fungsional laporan keuangan adalah mata
uang suatu ekonomi yang sedang mengalami inflasi tinggi,
maka laporan keuangan harus disajikan kembali sesuai IAS 29
tentang Financial Reporting in Hyper Inflation Economies
15. Biaya Pinjaman
Biaya pinjaman yang dapat diatribusikan langsung terhadap akuisisi,
konstruksi, atau produksi suatu aktiva harus dikapitalisasi sebagai
bagian biaya perolehan aktiva tersebut.

25
16. Hubungan Istimewa
a.Definisi dan criteria pihak yang memiliki hubungan istimewa diatur
secara detail
b.Pengungkapan dilakukan secara luas termasuk pengungkapan
tentang kompensasi yang diberikan perusahaan terhadap manajemen
dan karyawan kunci dalam bentuk imbalan jangka pendek, imbalan
pasca kerja, imbalan jangka panjang, pemutusan hubungan kerja dan
imbalan saham
c. Pengeliminasian akun ketika dilakukan konsolidasi laporan keuangan
harus diungkapkan
17. Dana Pensiun
a. Standar ini digunakan untuk seluruh entitas yang menyelenggarakan
program pension
b. Laporan keuangan dibedakan antara :
 Dana pensiun iuran pasti, terdiri dari laporan aktiva bersih
yang tersedia untuk manfaat dan informasi terkait kebijakan
pendanaan.
 Dana pensiun manfaat pasti, terdiri dari laporan informasi
aktiva bersih, nilai sekarang manfaat yang dijanjikan, serta
surplus dan defisit.
c. Penilaian investasi menggunakan nilai wajar
18. Laporan Keuangan Konsolidasi
a. Akun minority interest dihapuskan dan diganti dengan non
controlling interest yang disajikan sebagai bagian ekuitas
b. Pengendalian ada jika suatu entitas memiliki 50% hak suara, kecuali
dapat dibuktikan bahwa tidak ada pengendalian.
c. Laporan keuangan konsolidasi harus mencakup “semua” anak
perusahaan, kecuali jika akuisisi terhadap anak perusahaan termasuk
criteria sebagai dimiliki untuk dijual, maka harus disajikan
sebagaimana diatur dalam IFRS 5 tentang Non-current Assets Held
for Sale and Discontinued Operations
d. Entitas induk dapat tidak menyajikan laporan keuangan konsolidasi
jika :
 Entitas induk tersebut adalah entitas anak yang dimiliki seluruhnya,

26
atau entitas anak yang dimiliki sebagian olehentitas lainnya
dan pemilik lain, termasuk pihak yang tidakmemiliki hak suara, yang
telah diinformasikan dan tidakmenolak entitas induk tersebut untuk
tidak menyajikanlaporan keuangan konsolidasian;
 Instrumen utangdan instrumen ekuitas entitas induk tersebut
tidak
diperdagangkan di pasar publik
 Entitas induk sedang tidak dalam proses menerbitkan sekuritas ke
publik
 Entitas induk akhir atau entitas induk antara telah
menghasilkan laporan keuangan konsolidasi sesuai IFRS
e. IFRS mengijinkan penggunaan penggunaan 2 pendekatan, yaitu
pendekatan proporsi kepemilikan dan pendekatan nilai wajar.
19. Investasi di Perusahaan Asosiasi
a. Terdapat pengaturan rinci tentang penjabaran dan selisih penjabaran
mata uang asing terhadap nilai investasi yang dicatat dengan
menggunakan metode ekuitas.
b. Terdapat pengaturan tentang cara pembuktian pengaruh signifikan
suatu perusahaan sehingga perusahaan investee dikategorikan
sebagai perusahaan asosiasi
20. Pelaporan dalam Kondisi Ekonomi Hiperinflasi
a. Kriteria kondisi hiperinflasi :
 penduduknya lebih memilih untuk menyimpan kekayaan mereka
dalam bentuk aset nonmoneter atau dalam mata uang asing yang
relatif
stabil. Jumlah mata uang lokal yang dimiliki segera diinvestasikan
untuk mempertahankan daya beli;
 penduduknya mempertimbangkan jumlah moneter bukan dalam
mata uang lokal tetapi dalam mata uang asing yang relatif stabil.
Harga-
harga mungkin dikuotasikan dalam mata uang asing tersebut;
 harga yang berlaku dalam penjualan dan pembelian secara kredit
ditentukan dengan memasukkan faktor ekspektasi hilangnya daya beli
selama periode kredit, bahkan jika periode kreditnya singkat;

27
 suku bunga, upah dan harga dikaitkan dengan indeks harga; dan
 tingkat inflasi kumulatif selama tiga tahun mendekati atau melebihi
100%.
b. Terdapat prosedur detail bagaimana cara menyajikan kembali akun
akun dalam laporan keuangan
21. Modal Ventura
a. Kerja sama operasi dibagi atas tiga skema, yaitu pengendalian
Bersama operasi, pengendalian bersama aktiva, dan pengendalian
Bersama entitas
b. Menggunakan metode ekuitas atau metode proporsional
22. Laporan Keuangan Interim
a. Penyajian laporan keuangan interim harus dilakukan secara
komparatif dengan periode interim tahun sebelumnya untuk laporan
laba rugi, arus kas dan laporan perubahan ekuitas. Namun neraca
periode interim dibandingkan
dengan neraca tahunan yang terakhir
b. Manajemen dapat menyajikan laporan keuangan dengan
format ringkas (condensed financial statement) dengan selected
explanatory notes
23. Penurunan Nilai Aktiva
a. Penurunan nilai aktiva tidak boleh melampauai batas nilai tercatatnya
b. Perusahaan tidak diperkenankan melakukan reversal atas penurunan
nilai Goodwil pada periode interim sebelumnya
24. Agrikultur
a. Mengatur penyajian aktiva biologi dan produk pertanian serta
pelaporannya yang menggunakan nilai wajar
b. Menggunakan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual (konsep
akresi). Selisihnya dimasukkan dalam laporan laba rugi
25. Restrukturisasi Utang Bermasalah
Tidak diatur dalam satu standar khusus, namun tersirat dalam IAS 23
tentang
Borrowing Cost dan IAS 37 tentang Provisions, Contingent
Liabilities and Contingent Asset
26. Kuasi Reorganisasi

28
Tidak diatur dalam satu standar khusus

c. Kebijakan Akuntansi
Ada beberapa ketentuan yang harus ditaati sebelum merubah kebijakan
akuntansi yang ada :
1. Dalam kondisi terdapat standar akuntansi yang mengatur secara spesifik
Mengikuti ketentuan yang ditetapkan dalam standar tersebut.
Namun ketentuan dalam paragraf selanjutnya memberikan sedikit
kelonggaran yaitu diijinkan untuk tidak mengikuti ketentuan dalam
suatu standar dalam kondisi dampak penerapannya tidak material dan
tidak dimaksudkan untuk mencapai tujuan suatu penyajian teretentu
yang dapat mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pelaporan
keuangan untuk menghasilkan laporan keuangan yang berisi
informasi relevan dan andal.
2. Dalam kondisi tidak terdapat standar akuntansi yang mengatur
secara spesifik Jika tidak erdapat standar akuntansi yang secara spesifik
mengatur transaksi yang dilakukan oleh suatu perusahaan, maka
mangement dari perusahaan tersebut diberikan kewenangan untuk
menggunakan pertimbangannya sendiri untuk menentukan kebijkan
akuntansi bagi transaksi tersebut. Kebijakan akuntansi yang dipilih
harus menghasilkan informasi yang relevan dan andal dengan beberapa
kriteria sebagaimana disebutkan dalam paragraf diatas. Ketentuan ini
memperjelas arti pentingnya pencapaian tujuan dibuatnya standar
akuntansi yaitu untuk menghasilkan informasi yang relevan dan andal

d. Periode Pelaporan
Tanggal pelaporan (reporting date) adalah tanggal nearaca untuk
laporan keuangan pertama yang secara eksplisit menyatakan bahwa
laporan tersebut sesuaidengan IFRS. Laporan keuangan disusun
sekurang-kurangnya sekali dalam satu tahun. Jika entitas mengubah
periode pelaporan dan menyusun laporan keuangan untuk periode yang
bukan satu tahun, entitas harus mengungkapkan alasan perubahan itu
dan menegaskan bahwa jumlah – jumlah yang disajikan tidak
sepenuhnya dapat dibandingkan.

29
BAB III
PENUTUP
 
A. Kesimpulan
            Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa sejumlah besar perusahaan secara
sukarela mengadopsi standard pelaporan keuangan Internasional (IFRS). Banyak
Negara yang telah mengadopsi IFRS secara keseluruhan dan menggunakan IFRS
sebagai dasar standard nasional. Hal ini dilakukan untuk menjawab permintaan
investor institusional dan pengguna laporan keuangan lainnya. Banyak pro dan
kontra dalam penerapan standard internasional, namun seiring waktu, Standard
internasional telah bergerak maju, dan menekan Negara-negara yang kontra.

Indonesia harus mengadopsi standar akuntansi internasional untuk


memudahkan perusahaan asing yang akan menjual saham di negara ini atau
sebaliknya. SAK Indonesia direncanakan akan mengadopsi penuh IFRS tahun
2012. Hal ini diharapkan akan semakin membawa perusahaan-perusahaan di
Indonesia dapat bersaing dengan perusahaan internasional lainnya karena dengan
melakukan adopsi ini tentunya penyajian laporan keuangan yang dilakukan oleh
perusahaan juga akan semakin akuntabel dan transparan.

30

Anda mungkin juga menyukai