Dosen Pemandu:
Dr. Darwis Lannai SE., MM., Ak., CA
Oleh :
Kelompok VI
Najmah Hussal 0012.04.30.2020
Muh. Lutfi Uluelang 0001.04.30.2020
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat Rahmat dan
Karunia-Nya yang begitu besar, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Convergance of International Financial Reporting Standards and Practices” dengan
harapan dapat bermanfaat dalam menambah ilmu dan wawasan kita terhadap ilmu
pengetahuan dalam hal ini kaitannya dengan Akuntansi Keuangan.
Dalam membuat makalah ini,dengan keterbatasan ilmu pengetahuan yang kami
miliki, kami berusaha mencari sumber data dari berbagai sumber informasi,terutama dari
media internet dan media lainnya.
Sebagai manusia biasa, kami sadar bahwa dalam pembuatan makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu kami berharap akan adanya masukan yang membangun
sehingga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi diri sendiri maupun pengguna makalah
ini.
Akhirulkalam kami mengucapkan semoga Allah SWT membimbing kita semua
dalam naungan kasih dan sayang-Nya.
Pemulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
1.3. Tujuan .................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3
1. Pengertian................................................................................................. 4
2. Konvergensi IFRS................................................................................... 6
3. Konvergensi IFRS di Indonesia............................................................... 13
BAB III PENUTUP....................................................................................... 30
A. Simpulan ................................................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 31
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Indonesia sebagai anggota forum G-20 harus mengikuti kesepakatan tersebut,
sehingga pembuatan Standar Akuntansi
Keuangan pun mengarah pada konvergensi IFRS yang dahulunya
International Accounting Standar (IAS).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Convergensi IFRS
2. Mengapa Indonesia harus melakukan convergensi IFRS
3. Apa tujuan dan manfaat convergensi IFRS
4. Apa kendala-kendala untuk convergensi IFRS
5. Bagaimana proses convergensi IFRS di Indonesia
6. Apa perbedaan laporan keuangan sebelum dan sesudah convergensi IFRS
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian Convergensi IFRS
2. Mengetahui mengapa Indonesia harus melakukan convergensi IFRS
3. Mengetahui apa tujuan dan manfaat convergensi IFRS
4. Mengetahui apa kendala-kendala untuk convergensi IFRS
5. Mengetahui proses convergensi IFRS di Indonesia
6. Mengetahui perbedaan laporan keuangan sebelum dan sesudah
convergensi IFRS
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
standardisasi bagaikan senjata bersisi dua. Di satu sisi standardisasi akan
meningkatkan daya saing. Di sisi lain, standardisasi menjadikan standar yang
diadopsi kurang sesuai dengan lingkungan dan kultur suatu negara. Ketiga, hanya
perusahaan multinasional yang besar saja yang akan menerima manfaat dari
standar internasional.
1. PENGERTIAN
1.3 PSAK
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan pedoman dalam
melakukan praktek akuntansi dimana uraian materi di dalamnya mencakup
4
hampir semua aspek yang berkaitan dengan akuntansi, yang dalam
penyusunannya melibatkan sekumpulan orang dengan kemampuan dalam
bidang akuntansi yang tergabung dalam suatu lembaga yang dinamakan
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Dengan kata lain, Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) adalah buku petunjuk bagi pelaku akuntansi
yang berisi pedoman tentang segala hal yang ada hubungannya dengan
akuntansi.
1.5 IFRS
merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan
oleh International Accounting Standard Board (IASB). Standar akuntansi ini
disusun oleh empat organisasi utama dunia yaitu Badan Standar Akuntansi
Internasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC), Organisasi
Internasional Pasar Modal (IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasional
(IFAC).
5
4. Interpretations yang diterbitkan oleh Standing Interpretations
Committee (SIC) sebelum tahun 2001.
6
secara bertahap. Strategi ini digunakan oleh negara – negara berkembang
seperti Indonesia.
Sasaran Konvergensi IFRS tahun 2012, yaitu merevisi PSAK agar secara
material sesuai dengan IFRS versi 1 Januari 2009 yang berlaku efektif tahun
2011/2012, Konvergensi IFRS di Indonesia dilakukan secara bertahap..
IFRS memiliki karakteristik, diantaranya:
IFRS menggunakan “Principles Base “ sehingga lebih menekankan pada
intepreatasi dan aplikasi atas standar sehingga harus berfokus pada spirit
penerapan prinsip tersebut.
Standar membutuhkan penilaian atas substansi transaksi dan evaluasi
apakah presentasi akuntansi mencerminkan realitas ekonomi.
Membutuhkan proffesional judgment pada penerapan standar akuntansi.
Menggunakan fair value dalam penilaian
Mengharuskan pengungkapan (disclosure) yang lebih banyak
7
akuntansi dan pelaporan keuangan adalah adanya pemahaman lebih baik
atas laporan keuangan oleh pengguna laporan keuangan yang berasal dari
berbagai negara. Hal ini memudahkan perusahaan menjual sahamnya secara
lintas negara atau lintas pasar modal. Selain itu memberikan efisiensi dalam
penyusunan laporan keuangan yang menghabiskan banyak dana dan sumber
dana setiap tahunnya dan juga dapat menambah kepercayaan investor asing
terhadap laporan keuangan perusahaan-perusahaan nasional.
8
2. Laporan Penghasilan Komprehensif: perusahaan diwajibkan membuat
sebuah pernyataan pendapatan yang dirangkum menjadi laporan laba rugi
dan laporan penghasilan lain, termasuk properti dan peralatan.
3. Laporan Perubahan Ekuitas: berisi informasi yang mencatat seluruh
perubahan laba perusahaan pada periode keuangan tertentu dari awal
sampai akhir.
9
3. Metode Inventarisasi
Berdasarkan GAAP, perusahaan diizinkan untuk menggunakan metode
Last In, First Out (LIFO) untuk estimasi inventaris. Namun, di bawah
IFRS, metode LIFO untuk inventaris tidak diizinkan. The Last In, First
Out penilaian untuk persediaan tidak mencerminkan arus persediaan
yang akurat dalam banyak kasus, dan dengan demikian menghasilkan
laporan tingkat pendapatan yang luar biasa rendah.
4. Pembalikan Inventaris
Selain memiliki metode yang berbeda untuk melacak inventaris, IFRS dan
akuntansi GAAP juga berbeda ketika menyangkut pencatatan pembalikan
tulis-balik. GAAP menentukan bahwa jika nilai pasar dari aset meningkat,
jumlah write-down tidak dapat dikembalikan. Namun, di bawah IFRS,
dalam situasi yang sama ini, jumlah write-down dapat dibalik. Dengan
kata lain, GAAP terlalu berhati hati terhadap pembalikan inventaris dan
tidak mencerminkan perubahan positif di pasar.
5. Biaya Pengembangan
Biaya pengembangan perusahaan dapat dikapitalisasi berdasarkan IFRS,
selama kriteria tertentu terpenuhi. Ini memungkinkan sebuah bisnis
untuk meningkatkan depresiasi pada aset tetap. Dengan GAAP, biaya
pengembangan harus dibebankan pada tahun terjadinya dan tidak boleh
dikapitalisasi.
6. Aset Tidak Berwujud
Ketika datang ke aset tidak berwujud, seperti penelitian dan
pengembangan atau biaya iklan, akuntansi IFRS benar-benar bersinar
sebagai metode berbasis prinsip. Ini mempertimbangkan apakah aset
akan memiliki manfaat ekonomi masa depan sebagai cara menilai nilai.
Aset tidak berwujud yang diukur berdasarkan GAAP diakui pada nilai
pasar wajar dan tidak lebih.
7. Laporan Penghasilan
Berdasarkan IFRS, pos luar biasa atau tidak biasa dimasukkan dalam
laporan laba rugi dan tidak dipisahkan. Sementara itu, berdasarkan
GAAP, mereka dipisahkan dan ditampilkan di bawah bagian laba bersih
dari laporan laba rugi.
8. Klasifikasi Kewajiban
10
Klasifikasi utang berdasarkan GAAP dibagi antara kewajiban lancar, di
mana perusahaan mengharapkan untuk melunasi utang dalam waktu 12
bulan, dan kewajiban tidak lancar, yang merupakan utang yang tidak akan
dilunasi dalam waktu 12 bulan. Dengan IFRS, tidak ada perbedaan yang
dibuat antara klasifikasi kewajiban, karena semua utang dianggap tidak
lancar di neraca.
9. Aktiva Tetap
Ketika datang ke aset tetap, seperti properti, furnitur dan peralatan,
perusahaan yang menggunakan akuntansi GAAP harus menilai aset-aset
ini menggunakan model biaya. Model biaya memperhitungkan nilai
historis aset dikurangi akumulasi penyusutan. IFRS memungkinkan
model yang berbeda untuk aset tetap yang disebut model revaluasi, yang
didasarkan pada nilai wajar pada tanggal saat ini dikurangi akumulasi
penyusutan dan kerugian penurunan nilai.
10. Karakteristik Kualitas
Akhirnya, salah satu faktor pembeda utama antara IFRS dan GAAP adalah
karakteristik kualitatif untuk bagaimana fungsi metode akuntansi. GAAP
bekerja dalam hierarki karakteristik, seperti relevansi, keandalan,
komparabilitas, dan mudah dipahami, untuk membuat keputusan
berdasarkan keadaan khusus pengguna. IFRS juga bekerja dengan
karakteristik yang sama, dengan pengecualian bahwa keputusan tidak
dapat dibuat pada keadaan spesifik dari seorang individu.
2. Ekonomi
1) Tingkat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan
Perubahan struktur perekonomian dari agraris ke manufaktur akan
menampilkan sisi lain dari system akuntansi, antara lain dengan
11
mulai memperhitungkan depresiasi mesin. Industri jasa juga
memunculkan pertimbangan atas pencatatan aktiva tak berwujud
seperti merk, goodwill, dan sumber daya manusia.
2) Tingkat inflasi
Timbulnya hyperinflation di beberapa Negara dikawasan Amerika
Selatan membuat adanya pemikiran untuk menggunakan pendekatan
lain sebagai alternatif dari pendekatan hystorical cost.
3) Sumber pendanaan
Kebutuhan akan informasi dan pertanggungjawaban kepada public
lebih besar ditemui pada perusahaan-perusahaan yang mendapatkan
sumber pendanaan dari pemegang saham eksternal dibandingkan
dengan perusahaan dengan sumber pendanaan dari perbankan atau
dari dana keluarga.
4) Sistem perpajakan
Negara-negara seperti perancis dan Jerman menggunakan laporan
keuangan perusahaan sebagai dasar penentuan utang pajak
penghasilan, sedangkan negara seperti Amerika Serikat dan Inggris
menggunakan laporan keuangan yang telah disesuaikan dengan
aturan perpajakan sebagai dasar penentuan utang pajak dan
disampaikan terpisah dengan laporan keuangan untuk pemegang
saham.
3. Politik
Sistem politik yang dijalankan oleh suatu negara sangat berpengaruh pada
system akuntansi yang dibuat untuk menggambarkan filosofi dan tujuan
politik dinegara tersebut, seperti halnya pilihan atas perencanaan
terpusat (Central Planning) atau swastanisasi (Private Interprises).
4. Budaya
Violet (1983) menyatakan bahwa bahasa merupakan variabel budaya yang
paling penting. Bahasa merupakan pondasi untuk mempromosikan
budaya. Memandang akuntansi adalah bahasa bisnis. Dari sini dapat
disimpulkan bahwa prinsip akuntansi akan bervariasi tergantung dari
variasi budaya yang dimiliki oleh negara yang bersangkutan.
12
3. KONVERGENSI IFRS DI INDONESIA
13
1. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) digunakan untuk entitas yang memiliki
akuntabilitas publik yaitu entitas terdaftar atau dalam proses pendaftaran
dipasar modal atau entitas fidusia (yang menggunakan dana masyarakat
seperti asuransi, perbankan dan dana pensiun). Standar ini mengadopsi
IFRS mengingat Indonesia, melalui IAI, telah menetapkan untuk
melakukan adopsi penuh IFRS mulai tahun 2012.
2. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik. Standar
Akuntansi Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) digunakan
untuk entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan dalam
penyusunan laporan keuangan tujuan umum (general purpose financial
statement).
3. Standar Akuntansi Keuangan Syariah. Standar Akuntansi Keuangan
Syariah (SAK Syariah) adalah standar yang digunakan untuk entitas yang
memiliki transaksi syariah atau entitas yang berbasis syariah. Standar
akuntansi syariah terdiri atas kerangka konseptual penyusunan dan
pengungkapan .
4. Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), yaitu standar akuntansi yang
digunakan untuk menyusun laporan keuangan instansi pemerintah baik
pusat maupun daerah.
– Kita tidak bisa menolak arus globalisasi karena bagaimanapun juga agar
negara kita dapat disetarakan dalam kegiatan perekonomian
internasional, dan dalam pembuatan laporan keuangan yang dapat
diakui secara internasional. Dapat dilihat dari semakin banyaknya
investasi asing yang masuk ke Indonesia. Di mana kita harus siap
bersaing dengan tenaga asing, khususnya akuntan luar negeri yang akan
berdatangan sehubungan akan tingginya permintaan akuntan berstandar
internasional. Secara tidak langsung negara kita pun tidak mau
14
ketinggalan dalam bersaing oleh karena itu kita harus segera mengejar
target konvergensi IFRS tersebut.
15
2. Aspek Lingkungan Organisasi
Perusahaan-perusahaan di Indonesia pada umumnya mendanai kegiatan
usaha mereka dengan menggunakan pinjaman dari bank.Pendanaan
perusahaan melalui pasar modal saat ini masih cenderung minim. Data
dari Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan bahwa hanya 442
perusahaan yang terdaftar di BEI sedangkan data dari Badan Pusat
Statistik pada tahun 2009 mengestimasi perusahaan di Indonesia
sebanyak 25.077 perusahaan. Keadaan ini dapat menjadi kendala untuk
penerapan IFRSs karena kecenderungan pembiayaan perusahaan masih
kepada sektor perbankan. Bank normalnya dapat memiliki akses langsung
ke informasi keuangan perusahaan sebagai penyedia dana utama. Hal ini
mengakibatkan perusahaan belum merasa butuh untuk menerapkan
standar keuangan internasional yang telah terkonvergensi dalam
PSAK.Dapat diasumsikan bahwa perusahaan menganggap manfaat dari
penggunaan IFRS lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan untuk
mengadopsi standar tersebut.
3. Aspek Lingkungan Profesi
Penerapan IFRS di Indonesia seharusnya dibarengi dengan penataan dan
penyediaan sumber daya manusia sebagi motor pelaksanaan standard
tersebut. Profesi akuntan di Indonesia memiliki 4 kategori keanggotaan :
a. Register A: anggota dengan gelar akuntan yang juga telah berpraktek
selama beberapa tahun atau menjalankan usaha praktek akuntansi pribadi
atau kepala dari kantor akuntansi pemerintah;
b. Register B: akuntan public asing yang telah diterima oleh pemerintah
Indonesia dan telah berpraktek untuk beberapa tahun;
c. Register C: akuntan internal asing yang bekerja di Indonesia;
d. Register D: akuntan yang baru lulus dari fakultas ekonomi jurusan
akuntansi atau memegang sertifikat yang telah dievaluasi oleh komite ahli
dan dipertimbangkan setara dengan gelar akuntansi dari universitas
negeri. (Yunus, 1990 dalam Perera dan Baydoun, 2007, p.213).
Kebanyakan dari akuntan yang ada di Indonesia adalah akuntan dengan
kategori D, sehingga sumber daya manusia untuk melaksanakan standard
akuntansi secara memadai masih kurang.
4. Aspek Lingkungan Individu
16
Nilai budaya masyarakat Indonesia yang kental dengan kolektivisme dan
cenderung memiliki jarak kekuasaan yang tinggi dapat berpengaruh
terhadap lemahnya pengembangan dan penerapan IFRS di Indonesia.Para
professional dikuatirkan bersikap pasif terhadap draft-draft eksposur
karena menganggap tidak perlu berpartisipasi dalam pembuatan standard
(sebagai efek dari tingginya jarak kekuasaan).
17
Namun, kualitas laporan keuangan tentunya sangat dipengaruhi oleh standar
akuntansi yang digunakan dalam menyusun laporan tersebut. Standar akuntansi
yang berkualitas terdiri dari prinsip-prinsip komprehensif yang netral, konsisten,
sebanding, relevan, dan dapat diandalkan yang berguna bagi investor, kreditor
dan pihak lain untuk membuat keputusan alokasi modal (SEC, 2000, dalam
Roberts, et al. 2005). Untuk menghadapi investor dari berbagai negara, sebuah
perusahaan akan mendapat keuntungan jika menggunakan standar yang
digunakan secara umum dan diterima secara global, yaitu IFRS.
Pengadopsian penuh IFRS di Indonesia akan berimbas pada peningkatan
transparansi dan akuntabilitas dunia bisnis. Dengan keterbukaan informasi yang
lebih baik, Indonesia dapat meningkatkan kepercayaan pasar internasional
sehingga meningkatkan jumlah investor.
18
3. Tahap implementasi, yaitu penerapan PSAK yang sudah mengadopsi
seluruh IFRS bagi perusahaan-perusahaan yang memiliki akuntabilitas
publik pada tahun 2012.
19
1 PSAK 19 (2010) Asset Tidak Berwujud
2 ISAK 14 (2010) Biaya Situs Web
3 PSAK 23 (2010) Pendapatan
4 PSAK 7 (2010) Pengungkapan Pihak-Pihak yang Berelasi
5 PSAK 22 (2010) Kombinasi Bisnis
6 PSAK 10 (2010) Transaksi Mata Uang Asing
7 ISAK 13 (2010) Lindung Nilai Investasi Netto dalam Kegiatan Usaha
Luar Negeri
8 PSAK 24 (2010) Imbalan Kerja
9 ISAK 16 Perjanjian Konsesi Jasa
10 PSAK 60 Instrumen Keuangan: Pengungkapan
11 PSAK 50 (Revisi 2010) Instrumen Keuangan: Penyajian
12 PSAK 8 (Revisi 2010) Peristiwa Setelah Tanggal Neraca
13 PSAK 53 (Revisi 2010) Pembayaran Berbasis Saham
20
5. Catatan atas laporan keuangan
6. Laporan posisi keuangan komparatif awal periode dan
penyajian retrospektif terhadap penerapan kebijakan akuntansi
21
Asset : Asset Tidak Lancar
Asset Lancar
Ekuitas : Ekuitas yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk
Hak nonpengendali
Liabilitas : Liabilitas jangka panjang
Liabilitas jangka pendek
c. Istilah minority interest (hak minoritas) diganti menjadi non
controlling
interest (hak non pengendali) dan disajikan dalam Laporan
perubahan ekuitas.
d. Tidak mengenal istilah pos luar biasa (extraordinary item)
e. Liabilitas jangka panjang disajikan sebagai Laibilitas jangka pendek
jika akan jatuh tempo dalam 12 bulan meskipun perjanjian
pembiayaan kembali sudah selesai setelah periode pelaporan dan
sebelum penerbitan laporan keuangan
3 . Laporan Arus Kas
g. Dianjurkan menggunakan metode langsung, namun metode tidak
langsung tetap diperbolehkan
h. Item pos luar biasa tidak diperbolehkan dalam IFRS
4. Persediaan
a. Pengukuran persediaan berdasarkan biaya atau net realizable value
(nilai realisasi bersih) mana yang lebih rendah.
b. IFRS melarang penggunaan metode LIFO (Last In First Out). Hanya
boleh menggunakan metode FIFO atau rata-rata tertimbang
5. Perubahan Kebijakan dan Prinsip Akuntansi dan Kesalahan Mendasar
a. Dicatat secara retrospektif dan dilakukan penyajian kembali terhadap
laba ditahan serta adanya penjelasan efek kumulatif perubahan pada
saat periode dilakukan perubahan
b. Konsep kesalahan mendasar (fundamental error) dihapus dan diganti
dengan Prior period error (Kesalahan periode lalu)
c. Perubahan estimasi dicatat secara retrospektif dengan cara
melakukanpenyesuaian atas laba atau rugi tahun terjadinya
perubahan estimasi dan laba rugi periode yang akan datang jika
mempengaruhi keduanya.
22
6. Peristiwa Setelah Tanggal Neraca
a. Mengatur pengungkapan dan penyesuaian laporan keuangan
terkait peristiwa baik yang bersifat favorable maupun unfavorable
yang terjadi antara akhir periode pelaporan hingga tanggal laporan
keuangan diotorisasi untuk terbit
b. Istilah events after balance sheet date (peristiwa setelah tanggal
neraca) direvisi menjadi Events after reporting period
(Peristiwa setelah periode pelaporan)
c. Terdapat istilah tanggal laporan keuangan diotorisasi untuk terbit
(the date when the financial statements are authorised for issue).
d. Terdapat pengungkapan fakta adanya pihak yang dapat mengubah
laporan keuangan setelah diterbitkan jika ada
5) Kontrak Kontsturksi
IAS mengharuskan penggunaan metode persentase penyelesaian
(percentage of completion method) untuk melakukan pengakuan
terhadap pendapatan dan beban jika realisasi konstruksi dapat
diestimasi dengan andal. IAS memberikan pedoman yang sangat
terbatas dalam menentukan estimasi realisasi kontrak
6) Pajak Penghasilan
a. IAS mengatur tentang beda temporer (temporary difference) antara
basis pajak dengan basis komersil yang dijadikan basis dalam
mengakui aktiva atau kewajiban pajak tangguhan
b. Mencakup perbedaan temporer akibat adanya hibah pemerintah
(government grants)
c. Pengakuan pajak tangguhan yang berasal dari Goodwill yang muncuk
dari penggabungan usaha tidak diijinkan
d. Tidak mengatur pengungkapan yang berasal dari pos luar biasa
e. Tidak mengatur tentang PPh Final
f. Tidak mengatur tentang SKP
g. Terdapat pengaturan beda temporer dari perbedaan basis pelaporan
fiscal dan komersial sebagai konsekuensi penerapan model revaluasi
sebagaimana diatur dalam IAS 16
7) Aktiva Tetap
23
a. Penerapan prinsip nilai wajar dalam penilaian Aset. Aktiva
dapat diukur dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu model
revaluasi dan model harga perolehan.
b. Nilai selisih akibat adanya revaluasi disajikan dalam lapora laba rugi
dan ekuitas
c. Metode penyusutan yang digunakan harus ditelaah secara periodik.
Koreksi akibat penelaahan ini akan diperlakukan sesuai dengan IAS 8.
Dimungkinkan juga perubahan terhadap metode penyusutan jika
dalam hasil review terdapat perubahan signifikan dengan pola
pemanfaatan ekonomi yang diharapkan dari aktiva tersebut.
d. Manajemen harus melakukan review atas nilai residu dan masa
manfaat aktiva setiap tahun. Jika terdapat perubahan, maka
disesuaikan dengan menggunakan IAS 8
8) Sewa
a. Aktiva sewa pembiayaan dikapitalisasi jika kontrak sewa
mengalihkan secara substansial seluruh resiko dan manfaat terkait
kepemilikan aktiva. Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa operasi
jika sewa tidak mengalihkan mengalihkan secara substansial
seluruh resiko dan manfaat terkait kepemilikan aktiva.
b. Kriteria yang harus dipenuhi untuk diklasifikasikan sebagai
sewa pembiayaan:
o Pengalihan kepemilikan aktiva pada akhir masa sewa
o Lesse memiliki hak opsi untuk membeli dengan harga cukup
rendah di akhir masa sewa
o Masa sewa meliputi sebagian besar umur ekonomis aktiva
o Pada awal sewa nilai kini dari jumlah pembayaran sewa
minimum mendekati nilai wajar aktiva
o Aktiva sewa bersifat khusus dimana lessee yang
menggunakannya tanpa perlu modifikasi
c. Tidak mengatur tentang sewa pembiayaan tanah
11. Pendapatan
a. Pendapatan diakui jika dapat terukur dengan andal, manfaat ekonomi
yang probable. Jika pendapatan diakui dari transaksi penjualan, maka
24
pendapatan diakui jika resiko dan manfaat aktiva yang diperjual
belikan telah dialihkan pada pembeli
b. Pengakuan pendapatan pada industry khusus tidak diatur
12. Imbalan Kerja
a. Imbalan kerja dibagi dalam dua kelompok yaitu imbalan kerja jangka
pendek dan imbalan pasca kerja
b. Dengan menggunakan metode Projected unit credit method
c. Tidak mengatur imbalan kerja ekuitas
13. Hibah Pemerintah
Hibah pemerintah, termasuk yang bersifat moneter, diakui ketika
terdapat kepastian bahwa entitas yang menerima akan memenuhi semua
persyaratan yang diharuskan dalam ketentuan. Hibah akan diakui
sebagai laba pada periode-periode pelaporan dimana entitas
mengeluarkan biaya untuk memperoleh hibah tersebut
14. Mata Uang Asing
a. Pengaturan tentang mata uang fungsional dan mata uang asing
terdapat di IAS 21 tentang The Effects of Changes in Foregn Exchange
Rates
b. IAS 21 mengharuskan penggunaan indicator primer dan sekunder.
Indicator primer terdiri dari harga barang dan jasa, mata uang
pembayaran bahan baku, upah, dan biaya lain. Indicator sekunder
terdiri dari mata uang dominan dalam pendanaan, operasional, dan
hubungan antara anak perusahaan dan induk.
c. Proses penjabaran laporan keuangan dilakukan jika mata uang
pelaporan yang digunakan berbeda dengan mata uang fungsional
(mata uang dasar entitas bisnis dalam menyajikan laporan keuangan)
d. Jika mata uang fungsional laporan keuangan adalah mata
uang suatu ekonomi yang sedang mengalami inflasi tinggi,
maka laporan keuangan harus disajikan kembali sesuai IAS 29
tentang Financial Reporting in Hyper Inflation Economies
15. Biaya Pinjaman
Biaya pinjaman yang dapat diatribusikan langsung terhadap akuisisi,
konstruksi, atau produksi suatu aktiva harus dikapitalisasi sebagai
bagian biaya perolehan aktiva tersebut.
25
16. Hubungan Istimewa
a.Definisi dan criteria pihak yang memiliki hubungan istimewa diatur
secara detail
b.Pengungkapan dilakukan secara luas termasuk pengungkapan
tentang kompensasi yang diberikan perusahaan terhadap manajemen
dan karyawan kunci dalam bentuk imbalan jangka pendek, imbalan
pasca kerja, imbalan jangka panjang, pemutusan hubungan kerja dan
imbalan saham
c. Pengeliminasian akun ketika dilakukan konsolidasi laporan keuangan
harus diungkapkan
17. Dana Pensiun
a. Standar ini digunakan untuk seluruh entitas yang menyelenggarakan
program pension
b. Laporan keuangan dibedakan antara :
Dana pensiun iuran pasti, terdiri dari laporan aktiva bersih
yang tersedia untuk manfaat dan informasi terkait kebijakan
pendanaan.
Dana pensiun manfaat pasti, terdiri dari laporan informasi
aktiva bersih, nilai sekarang manfaat yang dijanjikan, serta
surplus dan defisit.
c. Penilaian investasi menggunakan nilai wajar
18. Laporan Keuangan Konsolidasi
a. Akun minority interest dihapuskan dan diganti dengan non
controlling interest yang disajikan sebagai bagian ekuitas
b. Pengendalian ada jika suatu entitas memiliki 50% hak suara, kecuali
dapat dibuktikan bahwa tidak ada pengendalian.
c. Laporan keuangan konsolidasi harus mencakup “semua” anak
perusahaan, kecuali jika akuisisi terhadap anak perusahaan termasuk
criteria sebagai dimiliki untuk dijual, maka harus disajikan
sebagaimana diatur dalam IFRS 5 tentang Non-current Assets Held
for Sale and Discontinued Operations
d. Entitas induk dapat tidak menyajikan laporan keuangan konsolidasi
jika :
Entitas induk tersebut adalah entitas anak yang dimiliki seluruhnya,
26
atau entitas anak yang dimiliki sebagian olehentitas lainnya
dan pemilik lain, termasuk pihak yang tidakmemiliki hak suara, yang
telah diinformasikan dan tidakmenolak entitas induk tersebut untuk
tidak menyajikanlaporan keuangan konsolidasian;
Instrumen utangdan instrumen ekuitas entitas induk tersebut
tidak
diperdagangkan di pasar publik
Entitas induk sedang tidak dalam proses menerbitkan sekuritas ke
publik
Entitas induk akhir atau entitas induk antara telah
menghasilkan laporan keuangan konsolidasi sesuai IFRS
e. IFRS mengijinkan penggunaan penggunaan 2 pendekatan, yaitu
pendekatan proporsi kepemilikan dan pendekatan nilai wajar.
19. Investasi di Perusahaan Asosiasi
a. Terdapat pengaturan rinci tentang penjabaran dan selisih penjabaran
mata uang asing terhadap nilai investasi yang dicatat dengan
menggunakan metode ekuitas.
b. Terdapat pengaturan tentang cara pembuktian pengaruh signifikan
suatu perusahaan sehingga perusahaan investee dikategorikan
sebagai perusahaan asosiasi
20. Pelaporan dalam Kondisi Ekonomi Hiperinflasi
a. Kriteria kondisi hiperinflasi :
penduduknya lebih memilih untuk menyimpan kekayaan mereka
dalam bentuk aset nonmoneter atau dalam mata uang asing yang
relatif
stabil. Jumlah mata uang lokal yang dimiliki segera diinvestasikan
untuk mempertahankan daya beli;
penduduknya mempertimbangkan jumlah moneter bukan dalam
mata uang lokal tetapi dalam mata uang asing yang relatif stabil.
Harga-
harga mungkin dikuotasikan dalam mata uang asing tersebut;
harga yang berlaku dalam penjualan dan pembelian secara kredit
ditentukan dengan memasukkan faktor ekspektasi hilangnya daya beli
selama periode kredit, bahkan jika periode kreditnya singkat;
27
suku bunga, upah dan harga dikaitkan dengan indeks harga; dan
tingkat inflasi kumulatif selama tiga tahun mendekati atau melebihi
100%.
b. Terdapat prosedur detail bagaimana cara menyajikan kembali akun
akun dalam laporan keuangan
21. Modal Ventura
a. Kerja sama operasi dibagi atas tiga skema, yaitu pengendalian
Bersama operasi, pengendalian bersama aktiva, dan pengendalian
Bersama entitas
b. Menggunakan metode ekuitas atau metode proporsional
22. Laporan Keuangan Interim
a. Penyajian laporan keuangan interim harus dilakukan secara
komparatif dengan periode interim tahun sebelumnya untuk laporan
laba rugi, arus kas dan laporan perubahan ekuitas. Namun neraca
periode interim dibandingkan
dengan neraca tahunan yang terakhir
b. Manajemen dapat menyajikan laporan keuangan dengan
format ringkas (condensed financial statement) dengan selected
explanatory notes
23. Penurunan Nilai Aktiva
a. Penurunan nilai aktiva tidak boleh melampauai batas nilai tercatatnya
b. Perusahaan tidak diperkenankan melakukan reversal atas penurunan
nilai Goodwil pada periode interim sebelumnya
24. Agrikultur
a. Mengatur penyajian aktiva biologi dan produk pertanian serta
pelaporannya yang menggunakan nilai wajar
b. Menggunakan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual (konsep
akresi). Selisihnya dimasukkan dalam laporan laba rugi
25. Restrukturisasi Utang Bermasalah
Tidak diatur dalam satu standar khusus, namun tersirat dalam IAS 23
tentang
Borrowing Cost dan IAS 37 tentang Provisions, Contingent
Liabilities and Contingent Asset
26. Kuasi Reorganisasi
28
Tidak diatur dalam satu standar khusus
c. Kebijakan Akuntansi
Ada beberapa ketentuan yang harus ditaati sebelum merubah kebijakan
akuntansi yang ada :
1. Dalam kondisi terdapat standar akuntansi yang mengatur secara spesifik
Mengikuti ketentuan yang ditetapkan dalam standar tersebut.
Namun ketentuan dalam paragraf selanjutnya memberikan sedikit
kelonggaran yaitu diijinkan untuk tidak mengikuti ketentuan dalam
suatu standar dalam kondisi dampak penerapannya tidak material dan
tidak dimaksudkan untuk mencapai tujuan suatu penyajian teretentu
yang dapat mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pelaporan
keuangan untuk menghasilkan laporan keuangan yang berisi
informasi relevan dan andal.
2. Dalam kondisi tidak terdapat standar akuntansi yang mengatur
secara spesifik Jika tidak erdapat standar akuntansi yang secara spesifik
mengatur transaksi yang dilakukan oleh suatu perusahaan, maka
mangement dari perusahaan tersebut diberikan kewenangan untuk
menggunakan pertimbangannya sendiri untuk menentukan kebijkan
akuntansi bagi transaksi tersebut. Kebijakan akuntansi yang dipilih
harus menghasilkan informasi yang relevan dan andal dengan beberapa
kriteria sebagaimana disebutkan dalam paragraf diatas. Ketentuan ini
memperjelas arti pentingnya pencapaian tujuan dibuatnya standar
akuntansi yaitu untuk menghasilkan informasi yang relevan dan andal
d. Periode Pelaporan
Tanggal pelaporan (reporting date) adalah tanggal nearaca untuk
laporan keuangan pertama yang secara eksplisit menyatakan bahwa
laporan tersebut sesuaidengan IFRS. Laporan keuangan disusun
sekurang-kurangnya sekali dalam satu tahun. Jika entitas mengubah
periode pelaporan dan menyusun laporan keuangan untuk periode yang
bukan satu tahun, entitas harus mengungkapkan alasan perubahan itu
dan menegaskan bahwa jumlah – jumlah yang disajikan tidak
sepenuhnya dapat dibandingkan.
29
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa sejumlah besar perusahaan secara
sukarela mengadopsi standard pelaporan keuangan Internasional (IFRS). Banyak
Negara yang telah mengadopsi IFRS secara keseluruhan dan menggunakan IFRS
sebagai dasar standard nasional. Hal ini dilakukan untuk menjawab permintaan
investor institusional dan pengguna laporan keuangan lainnya. Banyak pro dan
kontra dalam penerapan standard internasional, namun seiring waktu, Standard
internasional telah bergerak maju, dan menekan Negara-negara yang kontra.
30