Anda di halaman 1dari 18

PERBEDAAN RELEVANSI NILAI INFORMASI AKUNTANSI SEBELUM

DAN SESUDAH KONVERGENSI INTERNASIONAL FINANCIAL


REPORTING STANDARS (IFRS)

Oleh:

AFIFAH KHAIRUNNISA
BP. 1710533008

SEMINAR AKUNTANSI KEUANGAN


Dr. Elvira Luthan, M.Si., Ak.

Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Andalas
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... i


BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 5
2.1 Teori Sinyal ............................................................................................... 5
2.2 Relevansi Nilai Informasi Akuntansi ........................................................ 5
2.3 Relevansi nilai berdasarkan Return model dan Price model..................... 6
2.4 Harga Saham ............................................................................................. 7
2.5 Laba Per Saham ........................................................................................ 7
2.6 Nilai Buku Ekuitas Per Lembar Saham .................................................... 8
2.7 Arus Kas Operasi ...................................................................................... 8
2.8 International Financial Reporting Standard (IFRS) ................................ 10
2.9 Manfaat Konvergensi IFRS .................................................................... 10
2.10 Perbedaan Sebelum dan Sesudah IFRS .................................................. 11
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 14
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 14
3.2 Saran ....................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan menyajikan informasi yang
menggambarkan kinerja keuangan entitas pada periode pelaporan serta keadaan
keuangan entitas pada periode tersebut. Informasi tersebut merupakan bentuk
pertanggungjawaban kinerja entitas kepada para pengguna seperti investor dan
stakeholder, yang mana akan digunakan untuk mengambil keputusan ekonomi.
Karena itu, informasi keuangan yang tersaji dalam laporan keuangan tentunya harus
berkualitas dan memenuhi keempat karakteristik kualitatif yaitu dapat dipahami,
relevan, dapat diandalkan, dan dapat dibandingkan [1]. Laporan keuangan yang
berkualitas berarti menyampaikan informasi perusahaan dengan lebih baik kepada
calon investor, sehingga dapat digunakan sebagai alat analisis investor untuk
mengambil keputusan investasi dan menaikkan saham perusahaan (signaling
theory) [2]. Oleh sebab itu, standar akuntansi keuangan yang menjadi pedoman
utama entitas dalam menyusun laporan keuangan harus bisa menghasilkan
informasi yang berkualitas dan bermanfaat bagi para penggunanya.

Informasi dalam laporan keuangan dikatakan berkualitas apabila laporan


tersebut bersifat relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reability). Kerelevanan
ialah kemampuan informasi yang membantu pengguna laporan keuangan dalam
membedakan berbagai alternatif keputusan sehingga pemakai laporan keuangan
bisa lebih mudah menentukan pilihan atau keputusannya. Penggunaan relevansi
nilai informasi akuntansi menggambarkan peran informasi akuntansi sebagai dasar
pengambilan keputusan.

Kualitas informasi akuntansi yang tinggi terlihat dari terdapatnya kaitan


yang erat antara harga atau return saham dengan laba serta nilai buku ekuitas karena
keduanya menggambarkan kondisi ekonomik perusahaan [3]. Relevansi nilai
akuntansi dicirikan oleh kualitas informasi akuntansi [4]. Tingginya relevansi nilai
informasi akuntansi akan meningkatkan kualitas informasi akuntansi. Perusahaan
dengan kualitas informasi akuntansi yang tinggi memiliki relevansi nilai laba bersih
serta nilai buku ekuitas yang tinggi [3].

1
2

Dalam rangka menyajikan laporan keuangan yang bersifat relevan dan dapat
diandalkan, maka dalam penyusunannya laporan keuangan tersebut harus
didasarkan pada standar akuntansi yang berlaku. Standar akuntansi mengatur
pengakuan, pengukuran, pengungkapan serta penyajian suatu pos dalam laporan
keuangan. Tujuan adanya standar akuntansi ini ialah agar terdapat keseragaman
dalam penyajian laporan keuangan antar perusahaan, sehingga memudahkan
pemakai untuk menangkap informasi yang disajikan dalam laporan keuangan
tersebut. Karena itu, standar akuntansi tidak hanya wajib dipahami oleh penyusun
laporan keuangan dan auditor tetapi juga wajib dipahami oleh pemakai laporan
keuangan agar tidak menimbulkan ambiguitas dan salah paham terhadap laporan
keuangan.

Standar akuntansi berbasis internasional mutlak diperlukan seiring


perkembangan bisnis pada perusahaan multinasional diberbagai negara. Dalam
perkembangan bisnis yang telah memasuki era globalisasi, diperlukan adanya satu
standar akuntansi yang seragam digunakan oleh pasar modal atau perusahaan
diberbagai negara. Penyelarasan standar akuntansi dengan pelaporan keuangan ini
pun menjadi hal yang mendesak dilakukan semua negara termasuk Indonesia.
Karena itu, pada 1 januari 2012 terjadi perubahan standar akuntansi keuangan di
Indonesia. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) pun telah untuk mengadopsi sepenuhnya
IFRS pada perusahaan perusahaan go public yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.

International Financial Reporting Standars (IFRS) merupakan standar,


interpretasi serta kerangka kerja dalam Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan yang diadopsi oleh Internasional Accounting Standars Board (IASB).
IFRS sebagai serangkaian standar akuntansi global berkualitas tinggi memberikan
pedoman cara melaporkan keuangan yang lebih baik untuk dilakukan. Menurut
Daske, et al, dalam Nur Cahyonowati [5], adanya instruksi kepada perusahaan-
perusahaan yang tercatat pada bursa efek untuk mengubah standar akuntansi
keuangannya yang semula GAAP menjadi IFRS menjadi salah satu perubahan
paling berarti dalam sejarah regulasi akuntansi internasional. Pelaksanaan
konvergensi IFRS sepenuhnya di Indonesia diharapkan akan meningkatan relevansi
nilai informasi akuntansi disetiap perusahaan.
3

Telah terdapat beberapa penelitian sebelumnya mengenai pengaruh


pengadopsian IFRS baik yang dilakukan di Indonesia maupun negara lain terhadap
relevansi nilai informasi akuntansi. Barth et al [3] melakukan penelitian untuk
menguji dampak penggunaan IFRS terhadap relevansi nilai laporan keuangan dan
kualitas informasi akuntansi pada perusahaan dari berbagai negara. Hasil nya
menunjukkan adanya peningkatan kualitas informasi akuntansi setelah
pengadopsian IFRS yang terlihat dari menurunnya operasi manajemen laba dan
meningkatnya relevansi data akuntansi. Di Indonesia, penelitian yang dilakukan
oleh Kusumo dan Subekti [6] yang meneliti mengenai relevansi nilai laba dan nilai
buku ekuitas mengambil kesimpulan bahwa adanya kenaikan relevansi nilai
informasi akuntansi secara keseluruhan sesudah periode diadopsinya IFRS. Hasil
yang sama juga ditunjukkan pula pada penelitian yang dilakukan oleh Syagata [7].

Dewan Standar Akuntansi Keuangan juga berkomitmen untuk menjaga


jarak antara IFRS dengan PSAK adalah 1 tahun saja, hal ini membuat banyak
standar baru yang dikeluarkan IASB yang mana akan efektif pada 2018 harus segera
diadopsi pula oleh Indonesia pada 2019 hingga 2010. Karena itu, Indonesia akan
terus menerus melakukan pengadopsian IFRS ini, sehingga penulis tertarik untuk
membahas topik ini menjadi makalah.
4

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana signalling theory menjelaskan pentingnya relevansi nilai
informasi akuntansi?
2. Apa itu Relevansi nilai informasi akuntansi?
3. Bagaimana mengukur relevansi nilai informasi akuntansi?
4. Bagaimana kaitan nilai laba per saham, nilai buku ekuitas per lembar saham
dan nilai arus kas operasi perusahaan dengan relevansi nilai informasi
akuntansi?
5. Apa itu International Financial Reporting Standars IFRS?
6. Apakah IFRS meningkatkan relevansi nilai informasi?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teori Sinyal


Signalling theory menekankan pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh
perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar perusahaan. Teori sinyal
didasarkan atas asumsi asimetri informasi, dimana informasi yang diterima antara
manajemen dan pihak berkepentingan lainnya tidak sama. Menurut Godfrey et al.
[8], manajer dituntut memberikan informasi dengan menerbitkan laporan keuangan
sebagai sinyal yang akan membantu pengambilan keputusan pihak-pihak yang
berkepentingan. Nilai-nilai yang terdapat dalam laporan keuangan harus lengkap,
memiliki tingkat akurasi dan tingkat relevansi yang tinggi agar dapat memberikan
sinyal yang menggambarkan nilai suatu perusahaan dengan baik.

Teori sinyal mengklasifikasikan sinyal menjadi dua kelompok besar, yaitu


sinyal langsung dan sinyal tidak langsung. Sinyal langsung tampak pada
pengungkapan yang terkandung dalam laporan keuangan perusahaan. Sedangkan
sinyal tidak langsung di antaranya berkaitan dengan jumlah ekuitas yang
dipertahankan, kualitas auditor eksternal, struktur modal, kebijakan dividen, dan
pemilihan kebijakan akuntansi [9].

Menurut Jogiyanto [10], informasi yang diterbitkan akan memberikan


sinyal pada investor saat pengambilan keputusan investasi. Saat informasi
diterbitkan dan seluruh pelaku pasar telah menerima informasi tersebut, pelaku
pasar akan menginterpretasikan dan menganalisis terlebih dahulu informasi
tersebut sebagai sinyal baik atau sinyal buruk. Jika informasi tersebut dinilai positif,
artinya perusahaan mempunyai peluang yang baik di masa yang akan datang,
sehingga investor cenderung akan melakukan perdagangan saham, dengan begitu
pasar akan bereaksi yang terlihat pada perubahan volume perdagangan saham.
Dapat disimpulkan bahwa hubungan antara penerbitan informasi terhadap fluktuasi
volume perdagangan saham dapat terlihat pada efisiensi pasar.

2.2 Relevansi Nilai Informasi Akuntansi


Terdapat beberapa ahli yang telah mendefinisikan relevansi nilai. Menurut
Gu dalam Margani Pinasti [11]. Relevansi nilai adalah explanatory power informasi

5
6

akuntansi terhadap harga atau return saham. Sedangkan menurut Francis dan
Schipper dalam Cahyonowati [5], Relevansi nilai diarahkan untuk menginvestigasi
hubungan empiris antara nilai-nilai pasar saham (stock market values) dengan
berbagai angka akuntansi yang dimaksudkan untuk menilai manfaat angka-angka
akuntansi itu dalam penilaian fundamental perusahaan. Dan Kargin [12]
berpendapat bahwa relevansi nilai adalah kemampuan suatu informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan untuk menggambarkan nilai suatu perusahaan.
Dari ketiga pendapat ahli ini dapat kita simpulkan bahwa relevansi nilai yaitu
kemampuan angka angka akuntansi dalam menggambarkan hubungan antara
informasi keuangan dengan harga saham atau retur saham dan juga
menggambarkan nilai perusahaan.

2.3 Relevansi nilai berdasarkan Return model dan Price model


Suatu model penilaian dibutuhkan untuk mengukur relevansi nilai informasi
keuangan yang dilihat dari hubungan informasi keuangan dengan nilai sahamnya.
Dalam basis teoritis yang mendasari studi relevansi nilai, terdapat dua model
penilaian yang biasa digunakan dalam meneliti hubungan tersebut antara lain return
model dan price model.

2.3.1 Return model


Menurut Anas [13], hubungan antara harga pasar saham dengan nilai
intrinsik saham bisa diukur dengan memakai model return. Model return ialah
sebuah metode untuk mengubah sekelompok perkiraan variabel ekonomi
perusahaan menjadi perkiraan harga saham. Model return mampu menjelaskan
keterkaitan antara laba akuntansi sebagai nilai intrinsik saham dengan harga atau
return saham itu sendiri. Model return fokus untuk menguji apakah laba akuntansi
berisi informasi baru yang mempengaruhi harga saham. Tandelilin [14] melakukan
pengujian prediktabilitas return atau yang lebih dikenal dengan pengujian event
studies yang dilakukan untuk menguji hipotesis pasar efisien dalam bentuk lemah,
dimana untuk mengamati pengaruh pengumuman suatu informasi terhadap
perubahan harga sekuritas. Return model memperlihatkan kerelevanan nilai pada
jangka pendek.
7

2.3.2 Price model


Pada model harga, yang digunakan sebagai variabel dependen untuk menilai
manfaat informasi akuntansi adalah harga saham. Menurut Barth et al [3], model
harga yang dikenalkan oleh Ohlson ini adalah model valuasi yang sekarang paling
banyak digunakan dalam penelitian. Price model menguji hubungan antara harga
saham dengan nilai buku dan laba serta informasi lain yang mungkin bisa
berpengaruh terhadap relevansi nilai informasi akuntansi. Price model dapat
memperlihatkan pengembalian jangka panjang dengan diperolehnya koefisien laba
dari harga saham yang mencerminkan efek dari informasi laba.

2.4 Harga Saham


Menurut Jogiyanto [10] harga saham ialah harga yang terjadi di pasar modal
pada waktu tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar serta permintaan dan
penawaran saham yang bersangkutan di pasar modal. Sementara Sunariyah [15]
berpendapat bahwa harga saham merupakan harga selembar saham yang berlaku
dalam pasar saat ini di pasar modal. Pergerakan harga saham adalah fluktuatif, hal
ini disebabkan oleh pengaruh dari jumlah permintaan dan penawaran yang terjadi.
Ketika permintaan harga saham lebih tinggi dari penawarannya, maka harga saham
akan menguat. Dan sebaliknya ketika permintaan harga saham lebih rendah dari
penawarannya, maka harga saham akan melemah. Sawidji Widoatmojo dalam
Hutami [16] mengkasifikasikan harga saham kedalam 3 jenis, yaitu:
a) Harga Normal, ialah harga yang tertera dalam seritifikat saham yang
ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang
dikeluarkan.
b) Harga Perdana, ialah harga penawaran perdana saham oleh perusahaan saat
hendak go public kepada investor
c) Harga Pasar, ialah harga jual yang ditetapkan kepada perusahaan bagi
investor yang satu dan investor lainnya
2.5 Laba Per Saham
Laba per saham atau Earning Per Share (EPS) adalah bentuk pembagian
keutungan yang diberikan kepada para pemengang saham atas setiap lembar saham
yang dimilikinya. EPS digunakan sebagai rasio yang yang dapat menujukan laba
yang diterima investor terhadap lembar saham yang dimiliki. Tryfino dalam Mulia
8

dan Nurdhiana [17] berpendapat bahwa laba per saham adalah rasio yang berguna
untuk menghitung laba bersih yang diperoleh atas selembar saham, atau berapa
rupiah yang akan diterima investor dalam setiap saham yang dimilikinya. Laba per
saham ini akan berdampak pada harga saham dikarenakan investor mengamati
kondisi perusahaan juga dengan melihat EPS yang dihasilkan, semakin tinggi EPS
yang dihasilkan maka semakin banyak investor yang menyukai saham yang
ditawarkan.

Para calon investor akan tertarik pada laba per saham yang besar, sebab laba
per saham adalah salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan. Laba per
lembar saham yang besar menunjukkan kemampuan perusahaan yang besar pula
dalam menghasilkan taraf kemampuan investor. Hal ini pun akan membuat investor
cenderung menambah jumlah modal yang ditanamkannya pada perusahaan, karena
berharap ia akan memperoleh return yang tinggi pula.

2.6 Nilai Buku Ekuitas Per Lembar Saham


Nilai buku ekuitas atau Book Value (BV) menunjukkan aktiva bersih (total
ekuitas pemegang saham) yang dimiliki oleh pemegang saham dengan mempunyai
selembar saham. Dapat diartikan bahwa nilai buku ekuitas adalah total ekuitas
dibagi dengan jumlah saham yang beredar. Ekuitas adalah bagian dari hak
perusahaan yang di peroleh dari selisih aktiva dan kewajiban yang ada pada
perusahaan. Bagi investor, mengetahui nilai buku dari suatu saham adalah hal yang
penting, sebab hal ini berguna untuk mengetahui kapasitas dari harga per lembar
suatu saham. Selain itu nilai buku juga berguna sebagai tolak ukur dalam menilai
kewajaran harga saham di pasar. Hal ini secara tidak langsung mempengaruhi harga
saham yang beredar. Sihombing [18] menyatakan jika Book Value (BV) atau nilai
buku suatu perusahaan adalah modal pemegang saham. Sihombing [18] juga
menyatakan modal pemegang saham adalah hasil pengurangan asset dengan
kewajiban perusahaan.

2.7 Arus Kas Operasi


Arus kas operasi adalah salah satu komponen dari laporan arus kas pada
laporan keuangan yang harus di buat oleh perusahaan selama satu periode akuntansi
tertentu. Arus kas operasi ialah arus kas yang berasal dari aktivitas utama
9

pendapatan perusahaan dan aktivitas pendapatan perusahaan lainnya yang bukan


dari aktivitas investasi dan pendanaan.

Laporan arus kas dari aktivitas operasi menunjukkan kas hasil transaksi
penghasilan dan biaya. Aliran kas dari aktivitas operasi bisa menjadi perhatian
penting, sebab dalam rangka keberlangsungan hidup jangka panjang perusahaan,
suatu bisnis harus menghasilkan aliran kas bersih dan positif dari aktivitas
operasinya [19]. Arus kas operasi terdiri dari komponen komponen berikut:
a) Penerimaan kas baikdari penjualan barang maupun jasa
b) Penerimaan kas yang berasal dari royalti, fee, komisi, serta pendapatan lain
c) Penerimaan dan pengeluaran kas dari kontrak yang diadakan untuk tujuan
transaksi bisnis
d) Pengeluaran kas atau penerimaan kembali pajak penghasilan kecuali ketika
diklasifikasikan sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi
e) Pengeluaran kas untuk karyawan
f) Pengeluaran kas baik kepada pemasok barang maupun jasa

Sedangkan Riyanto [20] menyatakan bahwa komponen-komponen aliran


arus kas operasi antara lain penerimaan kas dari pelanggan, pengeluaran kas pada
pemasok dan karyawan, pembayaran bunga, pembayaran pajak, dan pembayaran
lainnya. Komponen-komponen tersebut bisa berguna untuk memperkirakan kinerja
perusahaan untuk tahun mendatang.

Informasi atas laporan arus kas operasional dapat menjadi salah satu
indikator yang berpengaruh terhadap harga saham. Analisis dalam memprediksi kas
operasi menambah nilai informasi dalam memprediksi aliran kas masa depan. Hal
ini dikarenakan arus kas operasi merupakan cerminan dari mutasi kas yang terjadi
akibat kegiatan produksi utama perusahaan.

Hal yang sama juga di ungkapkan oleh Zaki Baridwan [21] bahwa
kandungan informasi aliran arus kas tidak sama dengan kandungan informasi
laporan laba rugi sehingga informasi aliran arus kas memberikan nilai tambah
investor. Tingginya tingkat arus kas bersih operasi yang dihasilkan
menggambarkan bahwa perusahaan dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
Perusahaan dapat menggunakan biaya seminimal mungkin demi pencapaian
10

keuntungan yang tinggi. Semakin tinggi tingkat arus kas operasi bersih yang
dihasilkan menggambarkan bahwa perusahaan dinilai mampu memberikan deviden
yang cukup besar bagi pemegang saham, melunasi pinjaman, dan melakukan
investasi baru. Hal ini di karenakan laba yang dihasilkan perusahaan tidak
bergantung pada kegiatan diluar aktivitas utama, atau pendanaan dari pihak luar.
Oleh karena itu arus kas operasi perusahaan dapat dikatakan sebagai salah satu
informasi yang penting yang dapat mempengaruhi keputusan para investasi dalam
berinvestasi.

2.8 International Financial Reporting Standard (IFRS)


International Financial Reporting Standars (IFRS) adalah standar,
interpretasi serta kerangka kerja dalam rangka Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan yang diadopsi oleh Internasional Accounting Standars Board (IASB).
Standar akuntansi internasional disusun oleh empat organisasi utama dunia yaitu
Internasional Accounting Standars Board (IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC),
Organisasi Internasional Pasar Modal (IOSOC) dan Federasi Akuntansi
Internasional (IFAC). Dalam Kustina (2012), IFRS didefinisikan sebagai suatu cara
yang digunakan untuk memperkuat arsitektur keuangan global dan untuk
menemukan jawaban jangka panjang dari kurangnya transparasi keuangan.
Tahapan konvergensi IFRS di Indonesia dibagi menjadi 3 tahapan. Tahap pertama
pada 2008-2010 ialah tahap pengadopsian IFRS pada PSAK, persiapan
infrastruktur, evaluasi dampak dari IFRS terhadap PSAK yang berlaku. Tahap
kedua pada 2011 merupakan tahap persiapan akhir IFRS yaitu tahap menyelesaikan
infrastruktur yang diperlukan, menerapkan secara bertahap beberapa PSAK yang
berbasis IFRS. Dan tahap terakhir pada 2012 merupakan tahap implementasi IFRS
yaitu Penerpan PSAK berbasis IFRS secara bertahap, dan evaluasi dampak PSAK
secara koprehensif.

2.9 Manfaat Konvergensi IFRS


Manfaat konvergensi PSAK ke IFRS yakni:
a) Meningkatkan kualitas standar akuntansi keuangan (SAK).
b) Meningkatkan kredibilitas dan kegunaan laporan keuangan.
c) Meningkatkan komparabilitas pelaporan keuangan.
11

d) Meningkatkan transparansi keuangan.


e) Meningkatkan efisiensi penyusunan laporan keuangan.

2.10 Perbedaan Sebelum dan Sesudah IFRS


Terdapat perbedaan aturan pada IFRS dengan aturan yang sebelumnya
digunakan Indonesia, yaitu US GAAP. Perbedaaan inilah yang membuat IFRS
dapat lebih meningkatkan relevansi nilai informasi akuntansi. Beberapa perbedaan
tersebut antara lain:

a) Historical cost dan Fair value


Sebelum diadopsinya IFRS, pengukuran transaksi akuntansi yang
digunakan adalah historical cost. Dalam PSAK 19, Historical cost didefinisikan
sebagai jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan ataupun nilai wajar imbalan
lain yang diberikan untuk mendapatkan aset pada saat perolehan atau konstruksi,
atau jumlah yang bisa diatribusikan langsung ke aset ketika pertama kali diakui
sesuai dengan persyaratan tertentu pada PSAK lain. Cahyati [22] mengungkapkan
salah satu kekurangan dari historical cost ialah kurang reliabel, karena tidak
menggambarkan keadaan sesungguhnya. Sedangkan kelebihan dari historical cost
ialah lebih objektif serta lebih verifiable, karena berdasarkan transaksi yang terjadi.
Pada praktiknya, manajemen sering memanfaatkan kekurangan historical cost ini
dalam melakukan manajemen laba.

Standar IFRS cenderung menggunakan fair value, terutama untuk menilai


properti investasi, beberapa aset tak berwujud, aset keuangan, dan aset biologis.
Oleh sebab itu, untuk menghitung nilai wajar perlu adanya sumber daya yang
kompeten terutama untuk menilai asset-aset yang tidak mempunyai nilai pasar aktif.
Nilai wajar (fair value) ialah suatu jumlah yang bisa dijadikan dasar pertukaran
asset maupun penyelesaian kewajiban antara pihak yang paham (knowledgeable)
dan ingin bertransaksi wajar (arm's length transaction). Kelebihan penggunaan
nilai wajar ialah aset serta liabilitas yang dimiliki akan lebih menggambarkan nilai
sesungguhnya. Namun ada pendapat yang keberatan dengan penggunaan nilai
wajar. Pendapat ini menyatakan bahwa menilai asset dan liabilitas dengan nilai
wajar mengakibatkan volatilitas pada laporan keuangan serta mengurangi perkiraan
laba. Tetapi meningkatnya volatilitas justru menunjukkan kenyataan ekonomi yang
12

sesungguhnya. Karena itu, perubahan dari historical cost ke fair value diharapkan
dapat menurunkan praktik manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan.

b) Rule Based dan Principal based


Sebelum mengadopsi penuh IFRS, standar akuntansi yang digunakan
Indonesia ialah standar yang dirumuskan oleh FASB yaitu US GAAP. US GAAP
adalah standar yang berbasis aturan yang mana akan meningkatkan konsistensi
serta keterbandingan antar perusahaan dan antar waktu, tetapi disisi sebaliknya
kurang relevan sebab standar tidak mampu mencerminkan kejadian ekonomi yang
sebenarnya

. Standar berbasis aturan juga akan menyebabkan adanya standar-standar


akuntansi untuk industri tertentu, seperti akuntansi penyelenggaraan jalan tol,
akuntansi koperasi, akuntansi kehutanan, dan akuntansi perbankan. Padahal ada
keserupaan prinsip pada standar akuntansi tersebut dari segi pengakuan pendapatan
maupun pengakuan aset. Semakin banyak aturan, semakin banyak pula celah untuk
melanggar aturan tersebut. Hal ini menyebabkan semakin banyak lagi aturan dibuat
untuk menutupi celah celah yang ada, sehingga aturan semakin lama akan semakin
detail. Tetapi, standar yang detail sekali pun tetap akan memberikan insentif bagi
manajemen untuk memanipulasi transaksi agar sesuai hasil yang diharapkan
berdasarkan aturan dalam standar. Auditor pun menjadi lebih sulit untuk menentang
manipulasi ini karena terdapat aturan spesifik yang menjustifikasinya. Standar yang
detail juga tidak bisa fleksibel menyesuaikan dengan cepat dan kompleksnya
perubahan kondisi keuangan, serta tidak mencerminkan kejadian ekonomi yang
secara substansial mendasarinya.

Tidak seperti US GAAP yang berdasarkan pada aturan, IFRS merupakan


standar akuntansi yang berdasarkan pada prinsip. Aturan yang berdasarkan pada
prinsip akan merangkup seluruh hal dibawahnya. Tetapi kekurangannya adalah
dibutuhkannya penalaran, pertimbangan serta pemahaman lebih bagi pembaca
aturan ketika mengimplementasikannya. Standar semacam ini sesuai dengan tujuan
pelaporan keuangan yaitu agar dapat menggambarkan kondisi perusahaan yang
sebenarnya. Kelebihan standar berbasis prinsip ialah memungkinkan manajer untuk
menentukan perlakuan akuntansi yang mencerminkan transaksi atau kejadian
13

ekonomi yang mendasarinya, walaupun hal sebaliknya bisa terjadi. Pada standar
berbasis prinsip manajer, anggota komite audit, serta auditor juga mungkin untuk
menggunakan judgment profesionalnya agar lebih fokus pada merefleksikan
kejadian atau transaksi ekonomi secara substansial, dan bukan sekedar
melaporkannya sesuai standar.

c) Ketentuan untuk pengungkapan yang lebih banyak dan mendetail


IFRS menuntut penyampaian beragam informasi mengenai risiko secara
kuantitatif maupun kualitatif. Menyajikan laporan keuangan dengan pengungkapan
penuh (full disclosure) akan semakin mengurangi adanya asimetri informasi antara
manajer dengan pemakai laporan keuangan lainnya. Asimetri informasi merupakan
situasi ketika manajer memiliki informasi yang lebih dibanding pihak lain.
Sehingga menyebabkan manajer memiliki intensi untuk berperilaku disfungsional
dengan melakukan manajemen laba, terutama apabila pengukuran kinerja manajer
didasarkan atas informasi ini. Jadi kesimpulannya, tingkat pengungkapan memiliki
hubungan berbanding terbalik dengan manajemen laba.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Laporan keuangan perusahaan menyajikan informasi yang menggambarkan
kinerja keuangan entitas pada periode pelaporan serta kondisi keuangan
entitas pada periode tersebut. Informasi ini akan dijadikan sinyal oleh
investor, stakeholder dan pengguna laporan keuangan lainnya untuk
mengambil keputusan ekonomi. Karena itu, teori sinyal menggambarkan
bahwa penting agar informasi yang disajikan dalam laporan keuangan
tersebut berkualitas.
2. Laporan keuangan yang berkualitas adalah laporan keuangan yang bersifat
relevan dan dapat diandalkan. Relevansi nilai akuntansi adalah kemampuan
angka angka akuntansi dalam menggambarkan hubungan antara informasi
keuangan dengan harga saham atau retur saham yang mana juga
menggambarkan nilai perusahaan.
3. Terdapat dua metode penilaian untuk mengukur relevansi nilai informasi,
yaitu price model dan return model.
4. Model penilaian untuk mengukur relevansi nilai akuntansi yang paling
umum digunakan adalah price model yang mana menguji hubungan antara
harga saham dengan nilai buku dan laba. Sehingga laba per saham, nilai
buku ekuitas per lembar saham dan arus kas operasi dapat dijadikan dasar
pengukuran relevansi nilai informasi akuntansi.
5. IFRS sebagai serangkaian standar akuntansi global berkualitas tinggi
memberikan pedoman cara melaporkan keuangan yang lebih baik untuk
dilakukan.
6. Aturan yang ditetapkan dalam IFRS meningkatkan relevansi nilai informasi
akuntansi.
3.2 Saran
Investor dan calon investor hendaknya dapat membuat keputusan ekonomik
menggunakan informasi laba per saham dan informasi arus kas operasi untuk
berinvestasi dalam pasar modal karena penerapan konvergensi IFRS mampu
meningkatkan relevansi nilai laba terhadap harga saham.

14
15

DAFTAR PUSTAKA

[1] Dwi Martani, dkk. (2012). Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK
(PSAK Konvergensi IFRS) Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.

[2] Sianipar, Glory Augusta EM dan Marsono. (2013). “Analisis Komparasi


Kualitas Informasi Akuntansi Sebelum dan Sesudah Pengadopsian Penuh
IFRS di Indonesia”. Diponegoro Journal of Accounting. 2, (3), 1-11.

[3] Barth, M.E., Landsman, W. R. & Lang, M. 2008. International Accounting


Standards and Accounting Quality. Journal of Accounting Research, 467–
498.

[4] Lev, B. dan P. Zarowin. (1999). “The Boundaries of Financial Reporting and
How to Extend Them.” Journal of Accounting Research.

[5] Cahyonowati, N., & Ratmono, D. (2012). Adopsi IFRS dan Relevansi Nilai
Informasi Akuntansi. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, 14(2), 105-115.

[6] Kusumo, Y. B., & Subekti, I. (2014). Relevansi Nilai Informasi Akuntansi
Sebelum Dan Sesudah Adopsi Ifrs. Jurnal Akuntansi.

[7] Syagata, G. S. 2014. “Analisis Komparasi Relevansi Nilai Informasi


Akuntansi Sebelum & Sesudah Konvergensi IFRS Di Indonesia". Skripsi.
UNDIP. Semarang.

[8] Godfrey, et.al. 2010. Accounting Theory (7th ed.). Australia: John Wiley &
Sons Australia, Ltd.

[9] Scott, William R. (2009). Financial Accounting Theory Fifth Edition.


Canada: Prentice Hall.

[10] Jogiyanto, H.M. 2008. Teori Portofolio dan Analisis Investasi Edisi Keenam.
Yogyakarta: BPFE.

[11] Margani Pinasti, 2004. Faktor – Faktor Yang Menjelaskan Variasi Relevansi
– Nilai Informasi Akuntansi : Pengujian Hipotesis Informasi Alternatif.
Simposium Nasional Akuntansi VII, 2-3 Desember 2004 : 738 – 753.

[12] Kargin, S. 2013. The Impact of IFRS on The Value Relevance of Accounting
Information: Evidence from Turkish Firms. International Journal of
Economics and Finance, 5, 71-80.
16

[13] Anas, D.W. (2014).”Analisis Pengaruh IFRS Terhadap Relevansi Nilai


Informasi Akuntansi” (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar
di BEI 2009-2014).

[14] Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi. Edisi
pertama. Yogyakarta: Kanisius.

[15] Sunariyah. 2011. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Edisi ke empat.


Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN.

[16] Putri Hutami, Rescyana (2012). “Pengaruh Dividend Per Share, Return on
Equity dan Net Profit Margin Terhadap Harga Saham Perusahaaan Industri
Manufaktur Yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2010”.
Jurnal Nominal, Volume 1, Nomor 1, 2014.

[17] Mulia, Fredy H. dan Nurdhiana, 2012. “Pengaruh Price Book Value (PBV),
Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER) Terhadap Harga Saham
Perusahaan Food and Beverage yang Terdaftar di BEI 2007-2010”.

[18] Sihombing, Gregorius. 2008. Kaya dan Pinter Jadi Trader & Investor Saham.
Penerbit Indonesia Cerdas, Yogyakarta.

[19] Ferry, dan Wati, Erni Eka, 2004. “Pengaruh Informasi Laba Aliran Kas dan
Komponen Aliran Kas Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur
di Indonesia”, SNA 7.

[20] Bambang Riyanto. 2004. Dasar–Dasar Pembelanjaan Perusahaan.


Yogyakarta: BPFC. Edisi ke 4.

[21] Zaki Baridwan. (1997).’’Analisis Nilai Tambah Informasi Laporan Arus


Kas’’, Jurnal Ekonomi dan bisnis Indonesia ,Vol.12, No.2,1997, Hal1-13.

[22] Cahyati, D.A. (2011). Peluang Manajemen Laba Pasca Konvergensi IFRS:
Sebuah Tinjauan Teoritis Dan Empiris. JRAK Vol.2 No.1 Januari 2011.

Anda mungkin juga menyukai