Proposal Penelitian
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Akuntansi Internasional
OLEH :
MUHAMMAD NURSAHADAT (90400114089)
FAHRUL. H (90400117053)
JUMIATI (90400117088)
NASWAN (90400117049)
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2020/2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik serta
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas proposal penelitian
yang berjudul “Pengaruh Konverjensi IFRS dan Standar Audit Berbasis
International Standards On Auditing (ISA) Terhadap Kualitas Audit (Studi
Empiris Pada Emitem Perusahaan Manufaktur Yang Tercatat Di Bursa Efek
Indonesia) ” tepat pada waktu yang telah ditentukan. Sholawat serta salam kepada
Nabi Muhammad Saw, yang mana beliau telah memberikan pencerahan dari
zaman jahiliyah hingga zaman yang penuh dengan ilmu sekarang ini.
Adapun tujuan proposal penelitian ini dibuat yaitu untuk memenuhi
tugas mata kuliah Akuntansi Internasional dengan semaksimal mungkin sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki, serta bantuan dari beberapa sumber.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Transaksi antar negara dan prinsip-prinsip akuntansi yang berbeda
antar negara mengakibatkan adanya kebutuhan akan standar akuntansi
yang berlaku internasional. Perkembangan akuntansi internasional
semakin berkembang, dan sudah banyak negara yang menganut IFRS
karena dapat meningkatkan daya informasi dari laporan keuangan
perusahaan-perusahaan. Indonesia pun dianggap perlu melakukan
konvergensi IFRS agar dapat meningkatkan daya informasi dari laporan
keuangan perusahaan-perusahaan di Indonesia (Samekto dan syafruddin,
2013). Konvergensi standar akuntansi pada dasarnya adalah usaha untuk
menghapus berbagai perbedaan secara perlahan melalui upaya kerja sama
antara IASB, penentu standar nasional dan kelompok lain yang
menginginkan solusi terbaik bagi persoalan akuntansi dan pelaporan
(Fitriasuri, Terizaghi, 2016). Mengingat standar akuntansi tidak terlepas
dari tata hukum, social ekonomi dan budaya suatu Negara maka pengertian
konvergensi ke IFRS lebih masuk akal untuk harmonisasi
(Kartikahadi,2010).
Keberhasilan implementasi IFRS, memiliki manfaat yang melebihi
biaya, mempengaruhi tidak hanya perusahaan dalam Uni Eropa, tetapi juga
perusahaan-perusahaan di seluruh dunia, sehingga mampu membuat IFRS
semakin menjadi standar pelaporan global (Capkun et al., 2008).
Penerapan IFRS diklaim akan memberi manfaat bagi peningkatan kualitas
laporan keuangan. Salah satunya adalah, konvergensi IFRS dapat
meningkatkan relevansi informasi dari laporan keuangan. Pengunaan
prinsip fair value pada IFRS berfokus pada relevansi sedangkan penerapan
konservatisme akuntansi dapat mengurangi tingkat reliabilitas (Kusumo et
al, 2014). Menurut Juanda (2007), laporan keuangan menurut IFRS
seharus understandable, relevan, reliable, dan comparable, serta tanpa
1
diikuti oleh bias konservatif. Perusahaan yang menggunakan
konservatisme akuntansi memiliki kualitas laba yang rendah (Penman dan
Zhang, 2009). Sedangkan menurut Basu (1997) dengan menggunakan
prinsip yang konservatif dalam pelaporan keuangan maka laba yang
dihasilkan akan memiliki kualitas yang tinggi karena diakrenakan
konservatisme mensyaratkan tingkat verifikasi yang lebih tinggi untuk
mengakui laba dibandingkan mengakui rugi.
Penerapan IFRS pertama kali dilakukan secara penuh oleh negara -
negara Uni Eropa yang kemudian disusul Australia, Brazil, Kanada,
Singapura dan beberapa negara di dunia termasuk Indonesia. Salah satu
alasan Indonesia menerapkan Standar Akuntansi Internasional adalah
karena Indonesia sudah memiliki komitmen dalam kesepakatan dengan
negara-negara G-20 dan IFRS (International Financial Reporting Standard)
merupakan pedoman penyusunan laporan keuangan yang diterima secara
global (Yusvika, 2014). Besarnya tuntutan tersebut mendorong Dewan
Standar Akuntansi Internasional yaitu IASB (International Accounting
Standards Board) membuat standar pelaporan keuangan internasional yang
disebut dengan IFRS (International Financial Reporting Standards)
(Wijanarko dan Tjahjono, 2016).
Penerapan IFRS diklaim akan memberi manfaat bagi peningkatan
kualitas laporan keuangan(Suprihatin danTresnaningsih, 2013). Hal ini
telah mendorong dila-kukannya penelitian-penelitian untuk menguji secara
empiris apakah penerapan IFRS te-lah meningkatkan kemampuan
informasi akuntansi dalam mengestimasi harga saham, yang dikenal
dengan studi relevansi nilai (value relevance). Kargin (2013) menyatakan
bahwa yang dimaksud dengan relevansi nilai adalah kemampuan informasi
yang disajikan dalam laporan keuangan untuk menangkap dan
menyimpulkan nilai perusahaan. Nilai relevansi dapat diukur dengan
mengestimasi hubungan statistik antara informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan dengan nilai saham di pasar.
2
Setiap negara memiliki lembaga pengatur standar pelaporan
keuangan tersendiri. Sebagai contoh Indonesia, memiliki Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) yang mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) sebagai satu-satunya standar yang diterima sebagai
‘bahasa bisnis’ perusahaanperusahaan di Indonesia. Negara lain seperti
Amerika Serikat memiliki Generally Accepted Accounting Principles
(GAAP) yang dirilis oleh Financial Accounting Standard Board (FASB).
Uni Eropa memiliki International Accounting Standard (IAS) yang
dikeluarkan oleh International Accounting Standard Board (IASB). Jika
setiap negara menggunakan standar pelaporan mereka masing-masing
maka sangat mungkin terjadi perbedaan yang pada akhirnya menimbulkan
kendala antara satu dengan yang lain. Perbedaan aturan atau standar
dikhawatirkan menimbulkan perbedaan nilai dan sulit dibandingkan satu
dengan yang lain. Perbedaan standar ini akan berujung pada kegiatan
pelaku bisnis internasional yang terhambat karena sulit mengambil
keputusan bisnis.
Perubahan laporan dan catatan auditor sebelum dan setelah
penerapan IFRS dianalisis. Laporan perusahaan, sebagai bagian penting
dari laporan keuangan diterbitkan sesuai dengan IFRS, berisi banyak
informasi yang digunakan untuk dimasukkan dalam catatan auditor.
Terkait dengan hal tersebut, banyak penelitian mengaitkan fenomena
penerapan standar IFRS dengan kualitas informasi. Hal ini disebabkan
terdapat beberapa kebijakan yang dihilangkan dan memperbanyak kualitas
pengungkapan secara kuantitatif dan kualitatif (Karyada dan Irwanto,
2017). Catatan atas laporan keuangan berdasarkan PSAK sebelum
penerapan IFRS dan catatan penjelasan disajikan dalam laporan setelah
penerapan IFRS perusahaan dianalisis dan dibandingkan. Sebelum
penerapan IFRS disadari bahwa beberapa catatan perusahaan termasuk
penting informasi untuk penggunaan yang tidak semestinya dari PSAK.
Kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan pelaporan keuangan
tidak hanya dirasakan oleh perusahaan, tetapi investor, kreditor, auditor,
3
dan masyarakat juga terkena dampak tersebut. Profesi akuntan semakin
menghadapi tantangan untuk dapat mendukung peningkatan nilai
perusahaan agar dapat bertahan di era globalisasi. Pemeriksaan laporan
keuangan yang dilakukan oleh auditor sebagai pihak independen
diharapkan dapat mencapai kualitas audit yang dapat diandalkan.
Kesimpulan akhir dari proses audit akan dipengaruhi oleh kualitas
pekerjaan auditor dan secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap
keputusan yang akan diambil oleh pemakai laporan keuangan (Harahap et
all, 2017).
Kerumitan laporan keuangan IFRS disampaikan oleh pihak-pihak
yang mempertanyakan kegunaan laporan keuangan IFRS bagi investor dan
analis. Mereka menegaskan bahwa sulit bagi investor dan analis
memahami beberapa informasi yang diberikan dalam pernyataan keuangan
dan juga sulit untuk menilai kepentingan informasi relatif
(McGregor,2012). Seharusnya, informasi laporan keuangan harus
memiliki kualitas andal (reliable) agar dapat bermanfaat. Informasi yang
andal tersebut merupakan informasi yang bebas dari pengertian yang
menyesatkan dan kesalahan material, kemudian penyajian secara jujur
tentang apa yang seharusnya disajikan atau secara wajar diharapkan dapat
disajikan (faithful repsentation) (Surya,2012).
Menurut Surya (2012) kualitas penting dari informasi yang
ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera
dapat dipahami oleh pemakai. Namun, informasi yang kompleks harus
dimasukan dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas
dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut sulit untuk dapat dipahami
oleh pemakai laporan keangan. Pemakai diasumsikan memiliki
pengetahuan memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis serta kemauan
untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. Oleh karena
itu tujuan IFRS adalah memastikan bahwa laporan keuangan intern
keuangan mengandung informasi berkualitas tinggi yang menghasilkan
transparansi bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang
4
periode yang disajikan, menyediakan titik awal yang memadai untuk
akuntansi yang berdasarkan pada IFRS dan dapat dihasilkan degan biaya
yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna (Gamayuni, 2009).
Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas audit di Indonesia
adalah dengan diterapkannya standar audit terbaru yang mengacu kepada
International Standards on Auditing (ISA) oleh IAPI. Seorang partner
KPMG, Thong Foo Vung, menyatakan bahwa tujuan ISA adalah
membangun sebuah standar yang dimengerti, jelas, dan mampu
diaplikasikan secara konsisten sehingga dapat memberikan tingkat jaminan
yang lebih tinggi berkaitan dengan keseragaman praktik di seluruh dunia.
Sebelum ISA diadopsi di Indonesia, Standar Profesional Akuntan Publik
(SPAP) mengacu pada standar audit yang berlaku di Amerika Serikat yaitu
Generally Accepted Auditing Standards (GAAS). SPAP terdahulu
membagi standar auditing menjadi tiga bagian utama, yaitu Standar
Umum, Standar Pekerjaan Lapangan, dan Standar Pelaporan. Dalam ISA,
tidak ada pembagian kategori standar auditing seperti halnya SPAP.
Tuanakotta (2013 : 4) menyatakan alasan Indonesia mengadopsi
ISA dapat dilihat dari sisi kekuatan pasar dan nilai tambah. Sebelum IAPI
pada akhirnya mengadopsi ISA, beberapa KAP besar telah menyiapkan
diri untuk mengimplementasikan ISA. KAP tersebut umumnya memiliki
jaringan global, sehingga dituntut untuk dapat melayani klien global dan
internasional yang telah mengadopsi standar – standar dari IFAC. Mereka
telah melaksanakan pelatihan untuk partner dan staf dengan metodologi
audit berbasis ISA dimulai dari awal tahun 2000. Implementasi ISA juga
diharapkan dapat meningkatkan mutu audit sehingga para investor dan
calon investor akan memperoleh laporan keuangan yang lebih baik dengan
adanya standar baru di Indonesia. ISA menggambarkan standar auditing
yang transparan dan berkualitas yang telah diterima di seluruh dunia.
(Lindberg, 2011).
5
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian batasan masalah diatas, maka penulis membuat
perumusan masalah yaitu:
1. Bagaimana Pengaruh peenerapan IFRS Terhadap pada Kualitas Audit?
2. Bagaimana Pengaruh peranan Standar Audit Berbasis International
Standards On Auditing (ISA) Terhadap Kualitas Audit?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian yaitu untuk menguji secara empiris Pengaruh
penerapan IFRS dan Standar Audit Berbasis International Standards On
Auditing (ISA) Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Emitem
Perusahaan Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia).
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoristis
Hasil penelitian ini secara teoristis diharapkan dapat
memberikan sumbangan pemikiran terhadap pemecahan masalah yang
berkaitan dengan Bidang Akuntansi terlebih untuk peminat dibidang
Akuntansi Internasional. Selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan
menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya terkait dengan permasalahan
Pengaruh penerapan IFRS dan Standar Audit Berbasis International
Standards On Auditing (ISA) Terhadap Kualitas Audit
2. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian dalam manfaat praktis, Penelitian ini
diharapkan sebagai bahan masukan dan informasi kepada instansi atau
perusahaan, baik perusahaan negara atau perusahaan swasta terhadap
pengembangan kualitas auditnya.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Grand Theory
Teori Agency
Teori agensi menyatakan bahwa apabila terdapat pemisahan antara
pemilik sebagai prinsipal dan manajer sebagai agen yang menjalankan
perusahaan maka akan muncul permasalahan agensi karena masing-
masing pihak tersebut akan selalu berusaha untuk memaksimalisasikan
fungsi utilitasnya (Jensen dan Meckling, 1976).
Teori Regulasi
Adanya berbagai krisis dalam penentuan standar mendorong
munculnya kebijakan regulasi. Oleh karena permintaan terhadap kebijakan
atau standar semacam itu didorong oleh krisis yang muncul, pihak penentu
standar akuntansi menanggapi dengan cara menyediakan kebijakan
tersebut (Ghozali dan Chariri, 2007). Teori Regulasi menyatakan bahwa
perekonomian terpusat adalah alasan dalam melindungi kepentingan
umum. Teori regulasi dalam penelitian ini digunakan karena tema yang
terkait adalah tentang standar akuntansi yaitu IFRS, dengan adanya IFRS
maka akan menimbulkan kebijakan terhadap penyeragaman laporan
keuangan serta kualitas akuntansi yang terkandung dalam masing-masing
laporan keuangan.
B. Tinjauan Variabel
1. Pengertian dan Konverjensi IFRS (International Financial Report
Standards)
IFRS (International Financial Report Standards) merupakan
standar akuntansi internasional yang diterbitkan oleh International
Accounting Standard Board (IASB). Standar akuntansi internasional
7
disusun oleh empat organisasi utama dunia, yaitu Badan Standar
Akuntansi Internasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC),
Organisasi Internasional Pasar Modal (IOSOC), dan Federasi
Akuntansi Internasional (IFAC). International Accounting Standard
Board (IASB) yang dahulu bernama Accounting Standard Committee
(ASC), merupakan lembaga independen untuk menyusun standar
akuntansi. Organisasi ini memiliki tujuan mengembangkan dan
mendorong penggunaan standar akuntansi global yang berkualitas
tinggi, dapat dipahami dan dapat diperbandingkan (Choi et al.,1999).
Natawidyana (2008) menyatakan bahwa sebagian besar standar
yang menjadi bagian dari IFRS sebelumnya merupakan International
Accounting Standars (IAS). IAS diterbitkan antara tahun 1973 sampai
dengan 2001 oleh IASC. Pada bulan April 2001, IASB mengadopsi
seluruh IAS dan melanjutkan pengembangan standar yang dilakukan.
International Financial Report Standard mencakup: 1. International
Financial Reporting Standard (IFRS) – standar yang diterbitkan setelah
tahun 2001, 2. International Accounting Standars (IAS) – standar yang
diterbitkan sebelum tahun 2001 3. Interpretations yang diterbitkan oleh
International Financial Reporting Interpretations Committee (IFRIC) –
setelah tahun 2001, 4. Interpretations yang diterbitkan oleh Standing
Interpretations Committee (SIC) – sebelum tahun 2001. Secara garis
besar ada empat hal pokok yang diatur dalam standar akuntansi.
Pertama, berkaitan dengan definisi elemen laporan keuangan atau
informasi lain yang berkaitan. Definisi digunakan dalam standar
akuntansi untuk menentukan apakah transaksi tertentu harus dicatat
dan dikelompokkan kedalam aktiva, hutang, modal, pendapatan dan
biaya. Yang kedua adalah pengukuran dan penilaian. Pedoman ini
digunakan untuk menentukan nilai dari suatu elemen laporan keuangan
baik pada saat terjadinya transaksi keuangan maupun pada saat
penyajian laporan keuangan (pada tanggal neraca). Hal ketiga yang
dimuat dalam standar adalah pengakuan, yaitu kriteria yang digunakan
8
untuk mengakui elemen laporan keuangan sehingga elemen tersebut
dapat disajikan dalam laporan keuangan. Yang terakhir adalah
penyajian dan pengungkapan laporan keuangan. Komponen keempat
ini digunakan untuk menentukan jenis informasi dan bagaimana
informasi tersebut disajikan dan diungkapkan dalam laporan keuangan.
Suatu informasi dapat disajikan dalam badan laporan (Neraca, Laporan
Laba/Rugi) atau berupa penjelasan (notes) yang menyertai laporan
keuangan (Chariri, 2009).
Penting untuk membedakan antara adopsi IFRS atau
konvergensi IFRS. Pada level negara, Adopsi berarti standar akuntansi
nasional secara langsung digantikan dengan IFRS. Sedangkan
Konvergensi adalah mekanisme bertahap yang dilakukan suatu negara
untuk mengganti standar akuntansi nasionalnya dengan IFRS.
Konvergensi banyak ditemukan di negara berkembang (Nobes, 2010
dalam Marsono dan Qomariah, 2013). Walaupun bukan merupakan
adopsi penuh, konvergensi menunjukkan perbedaan yang minimal
dengan IFRS. Perbedaan yang ada biasanya dalam hal waktu
penerapan atau sedikit pengecualian dalam pengaturan standar tertentu.
9
pemberkasan dan audit. Meningkatnya adopsi IFRS di beberapa negara
di dunia dan tumbuhnya pergerakan di Amerika Serikat akan membuat
IFRS memenuhi beberapa pasar finansial di dunia.
Manfaat dan Tujuan Penggunaan IFRS IFRS (International
Financial Report Standard) adalah suatu upaya untuk memperkuat
arsitektur keuangan global dan mencari solusi jangka panjang terhadap
kurangnya transparansi informasi keuangan. Manfaat dari adanya suatu
standar akuntansi global dan kualitas akuntansi adalah:
a. Pasar modal menjadi global dan modal investasi dapat bergerak
diseluruh dunia tanpa hambatan berarti. Standar pelaporan
keuangan berkualitas tinggi yang digunakan secara konsisten di
seluruh dunia akan memperbaiki efisiensi alokasi local
b. Investor dapat membuat keputusan yang lebih baik
c. Perusahaan-perusahaan dapat memperbaiki proses pengambilan
keputusan mengenai merger dan akuisisi
d. Gagasan terbaik yang timbul dari aktivitas pembuatan standar
dapat disebarkan dalam mengembangkan standar global yang
berkualitas tinggi.
10
Standar Audit (SA) mengatur tentang standar yang digunakan
oleh praktisi saat melaksanakan kegiatan audit atas laporan keuangan
historis. Dilakukannya adopsi standar internasional yang ditetapkan
oleh IFAC membuat standar audit pada SPAP 31 Maret 2011 yang
selama ini digunakan dengan berbasis US GAAS, berubah menjadi
SPAP berbasis International Standard on Auditing (ISA). SPAP
berbasis standar internasional, khususnya standar auditing untuk
emiten sudah berlaku efektif untuk periode yang dimulai pada atau
setelah tanggal 1 Januari 2013, dan 1 Januari 2014 untuk entitas selain
emiten. Berbeda dengan standar audit sebelumnya, SPAP berbasis ISA
tidak membagi standar audit ke dalam tiga kategori yakni, Standar
Umum, Standar Pekerjaan Lapangan, dan Standar Pelaporan. Namun
standar-standar yang disajikan dalam SPAP berbasis ISA sudah
mencerminkan proses pengerjaan auditing yang dibagi kedalam enam
bagian dan 36 standar (Tuanakotta, 2013).
4. Kualitas Audit
Meutia (2004) mendefinisikan audit sebagai suatu proses untuk
mengurangi ketidakselarasan informasi yang terdapat antara manajer
dan para pemegang saham dengan menggunakan pihak luar untuk
memberikan pengesahan terhadap laporan keuangan. DeAngelo (1981)
mendefinisi-kan kualitas audit sebagai probabilitas gabungan untuk
mendeteksi dan melaporkan kesalahan yang material dalam laporan
keuangan. Kualitas audit dipandang sebagai kemampuan untuk
mempertinggi kualitas pelaporan keuangan perusaha-an. Dengan
kualitas audit yang tinggi diharapkan mampu meningkatkan
kepercayaan investor. Kualitas audit diproksikan dengan dua variabel
yaitu ukuran KAP dan spesialisasi industri auditor (Gerayli et al.
(2011).
11
5. Pengertian Manajemen Laba
Healy dan Wahlen (1989) dalam Ahmar, dkk (2016)
menyatakan manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan
kebijakan dalam pelaporan keuangan dan penataan transaksi untuk
mengubah laporan keuangan sehingga menyesatkan stakeholders
tentang performa perusahaan atau untuk kontrak yang didasarkan pada
angka dalam laporan keuangan. Sedangkan Schipper (1989) dalam
Luthan (2015) menjelaskan bahwa manajemen laba adalah intervensi
manajemen sengaja dalam proses penentuan laba, biasanya untuk
memenuhi tujuan pribadi. Singkatnya, manajemen laba merupakan
salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan,
dan menambah bias dalam laporan keuangan serta mengganggu
pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil
rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa.
12
penilaian (judgment) dari personil audit yang digunakan dalam
melaksanakan audit yang dipengaruhi oleh factor-faktor yang terdapat
dalam inputs, yaitu (1) insentif dan motivasi, (2) skeptisisme
profesional, (3) pengetahuan dan keahlian, (4) tekanan dalam
perusahaan. Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, hipotesis yang
diambil pada penelitian ini adalah:
H3 : Penerapan standar auditing berbasis internasional
berpengaruh terhadap kualitas audit.
13
menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas sesuai dengan
International Financial Reporting Standards (IFRS) dan bebas dari
praktik manajemen laba.
H2 : Kualitas Audit terhadap hubungan Konvergensi IFRS dengan
Manajemen Laba (Earning Management)
D. Penelitian Terdahulu
Dian dan Titik (2012) yang berjudul “Pengaruh konvergensi IFRS
terhadap income smoothing dengan kualitas audit sebagai variabel
moderasi”. Hasil penelitian ini mendukung bahwa Konvergensi IFRS
terbukti berpengaruh negatif terhadap income smoothing. Sedangkan
hipotesis kedua tidak mendapatkan dukungan data dalam penelitian ini.
Penelitian Luthan,et al (2016) dengan judul “The Effect of Good
Corporate Governance Mechanism to Earning Management Before and
After IFRS Convergence”. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa efek
dari mekanisme GCG yang berbeda untuk manajemen laba, tergantung
pada proxy yang digunakan untuk mekanisme GCG. Yang mana
komposisi dewan independen, komposisi komite audit dan kualitas audit
sebagai variabel independen, sebelum dan sesudah konvergensi IFRS
dampak negatif yang signifikan terhadap manajemen laba. Sementara,
kepemilikan manajerial berpengaruh positif tidak signifikan sebelum
konvergensi IFRS, dan efek negatif setelah konvergensi IFRS namun tidak
signifikan terhadap manajemen laba. Kepemilikan Institusional
memberikan efek negatif sebelum konvergensi IFRS, sedangkan setelah
konvergensi IFRS berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap
manajemen laba.
Penelitian lain dilakukan oleh Gantino (2013) dengan judul
“Analisis Pengaruh Kualitas Auditor dan Kualitas Laporan Keuangan
Terhadap Opini Audit Periode Tahun 2008-2011 (Studi Empiris pada
Perusahaan yang Tergabung Dalam LQ45 di BEI Periode 1 Agustus 2008-
14
31 Januari 2011)” Hasil tes menggunakan regresi logistik menunjukkan
bukti empiris untuk hipotesis alternatif pertama (Ha1). Dapat disimpulkan
bahwa memasukkan variabel independen ke dalam model meningkatkan
prediktabilitas model regresi logistik dengan nilai sig 0,004. (Ha2)
diterima karena disimpulkan bahwa kualitas variabel independen dalam
laporan keuangan sig 0,002 memiliki dampak signifikan terhadap opini
audit. (Ha3) ditolak karena disimpulkan bahwa variabel independen
Kualitas Auditor (KA) memiliki nilai sig 0,981 dan tidak akan secara
signifikan mempengaruhi opini audit.
Harahap, dkk (2017) dengan judul “Pengaruh Pelaksanaan Standar
Audit Berbasis International Standards On Auditing (ISA) Terhadap
Kualitas Audit” Sementara penerapan standar audit berbasis ISA memiliki
dampak signifikan pada kualitas audit 51,6%, 48,4% sisanya menunjukkan
temuan yang dapat dijelaskan oleh variabel lain selain penelitian ini.
Nugroho (2018) dengan judul penelitian “Analisa Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Perusahaan
Manufaktur Industri Sektor Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2014-2016)”, Ukuran dan waktu anggaran tekanan
KAP menunjukkan bahwa audit tidak memiliki dampak yang signifikan
terhadap kualitas audit yang terjadi ketika audit dilakukan. Variabel
periode audit, di sisi lain, memiliki dampak positif dan penting pada
kualitas audit perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama periode 2014-2016.
E. Kerangka Berfikir
Berdasarkan berbagai pembahasan diatas, maka variabel dalam
penelitian di gambarkan pada model kerangka konseptual sebagai berikut:
15
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian asosiatif
kausal. Penelitian asosiatif kausal adalah penelitian yang bertujuan untuk
menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya.
Dengan kata lain desain kausal berguna untuk mengukur hubungan-
hubungan antar variabel riset atau berguna untuk menganalisis bagaimana
suatu variabel mempengaruhi variabel lain.
16
Adapun kriteria responden yang cocok digunakan sebagai sampel dalam
penelitian ini adalah seluruh Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di
BEI
17
tahap-tahap dalam melakukan analisis data pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif bertujuan untuk menggambarkan apa yang
ditemukan pada hasil penelitian dan memberikan informasi sesuai
dengan yang diperoleh dilapangan. Teknik deskriptif yang
dimaksudkan dalam penelitian ini adalah untuk menginterpretasikan
nilai rata-rata, nilai maksimum, dan nilai minimum dari masing-
masing variabel penelitian (Saputra, 2015).
2. Analisis Induktif
a. Model Regresi Data Panel
Data panel adalah gabungan antara data runtut waktu (time
series) dan data silang (cross section).
2) Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual
18
satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
Heteroskedastisitas.
3) Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
bebas (independen).Alat statistik yang sering digunakan untuk
menguji multikolinieritas adalah dengan menggunakan
variance inflation factor (VIF). Jika nilai tolerance < 0,10 atau
sama dengan nilai VIF>10 maka terdapat multikolinieritas
yang tidak dapat ditoleransi dan variabel tersebut harus
dikeluarkan dari model regresi agar hasil yang diperoleh tidak
bias.
4) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk melihat apakah terjadi
korelasi antar suatu periode t dengan periode sebelumnya (t-1).
Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari
autokorelasi .
c. Uji Model
1) Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji ini digunakan untuk menguji goodness-fit dari model
regresi dimana untuk mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen maka
dapat dilihat dari nilai adjusted R2.
2) Uji F (Simultan)
Uji F dilakukan untuk menguji apakah model yang
digunakan signifikan atau tidak, sehingga dapat dipastikan
19
apakah model tersebut dapat digunakan untuk memprediksi
pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap
variabel dependen.
20
DAFTAR PUSTAKA
Basu, Sudipta. 1997. The conservatism principle and the asymmetric timeliness of
earnings. Journal Of Accounting And Economics.
Chariri, A. Dan Ghozali, I. 2009. Teori Akuntansi. Edisi Ketiga. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro
Choi, Jong. Hg., Et. Al. 2006. The Association Between Audit Quality And
Abnormal Audit Fees.
DeAngelo, Linda Elizabeth. (1981), “Auditor Size And Audit Quality,” Journal of
Accounting and Economics, 3(3). 1981, pp. 183-199.
Gerayli, M., Ma'atofa, S., & Yane Sari, A.M. (2011). "Impact of audit quality on
Earnings Mana-gement: From Iran”. International Research Journal of
Finance and Economics, Issue 66, pp. 77-84.
www.eurojournals.com/IRJFE_66_ 07 in access on 30 October 2011.
Juanda, Ahmad, 2007. Pengaruh Risiko Litigasi Dan Tipe Strategi Terhadap
Hubungan Antara Konflik Kepentingan Dan Konservatisma Akuntansi.
Makalah SNA X, Makasar.
21
Kusumo, Bimo Yuro dan Imam Subekti. 2014. Relevansi Nilai Informasi
Akuntansi, Sebelum Adopsi Ifrs dan Setelah Adopsi IFRS pada
Perusahaan yang Tercatat dalam Bursa Efek Indonesia.
Karyada I Putu Fery Dan Irwanto Andry. 2017. Kualitas Informasi Akuntansi
Pada Tahap Konvergensi International Financial Reporting Standard.
Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 8(2): 308-318
Marsono dan Qomariah Ratu Nurul, 2013. Dampak Konvergensi IFRS terhadap
Manajemen Laba dengan Struktur Kepemilikan Manajerial sebagai
Variabel Moderating. Artikel Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang.
Revina, Januarsi, Y., & Muhtar. (2014). Mekanisme Internal Dan Eksternal
Corporate Governance Dalam Memitigasi Financial Distress Pad Industri
Transportasi Di Indonesia, 1–21.
Raja Adri Satriawan Surya. 2012. Akuntansi Keuangan Versi Ifrs+. Graha Ilmu,
Yogyakarta.
22
Tuanakotta, T.M. 2013. Audit Berbasis Isa (International Standards On
Auditing).Edisi Pertama. Salemba Empat. Jakarta
23