Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nabi Muhammad SAW merupakan seorang Rasullullah yang diutus untuk
menyiarkan ajaran Islam. Namun untuk menjadi seorang Rasul tidaklah mudah, beliau
sudah diberi cobaan oleh Allah sejak masih di dalam kandungan ibunya. Sebelum menjadi
Rasul, beliau telah dihadapkan pada keadaan yang sulit sejak kecil seperti telah menjadi
yatim piatu. Semua itu merupakan cara Allah untuk membentuk jiwa yang kuat pada diri
Rasul, agar jiwa rasul terbentuk sebagai seorang yang sabar dan selalu mendekatkan diri
kepadaNya serta selalu bersyukur. Namun bukan berarti setelah menjadi Rasul, beliau hidup
enak, nyaman, dan tentram, akan tetapi beliau selalu mendapatkan tantangan-tantangan
dalam kehidupannya, diantaranya adalah banyak terjadinya peperangan antara kaum
Muslimin dan kaum Quraisy. Salah satu contoh peperangan antara kaum Muslimin dan
kaum Quraisy adalah Perang Uhud.
Perang Uhud adalah perang kedua setelah perang Badar yang dimenangkan oleh
kaum Muslimin.Dengan banyaknya tokoh Quraisy yang meninggal dunia dalam perang
Badar mengakibatkan tersulutnya dendam dari kaum Quraisy terhadap kamum Muslimin.
Faktor inilah yang menyebabkan terjadinya perang Uhud pada tahun ke-3 H. Untuk lebih
jelasnya akan kami paparkan dalam pemaparan makalah ini.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan sejarah singkat dari perang uhud?
2. Faktor apakah yang menjadi penyebab terjadinya perang uhud?

C. TUJUAN MAKALAH
1. Mengetahui sejarah singkat dari Perang Uhud
2. Mengetahiui faktor penyebab terjadinya perang uhud

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Singkat Perang Uhud


1. Pra-Perang Uhud
Mendung kesedihan masih saja menyelimuti kota Makkah. Tak bisa dipungkiri
lagi bahwa kaum Musyrikin Quraisy tak mampu menyembunyikan duka lara mendalam
perihal kekalahan telak mereka pada perang Badar tahun ke-2 Hijriyah, hati mereka
tersayat pilu tak terkira. Berita kalahnya pasukan Quraisy terasa begitu cepat menyebar
keseluruh penjuru kota Makkah, bak awan bergerak menutupi celah celah langit yang
kosong di musim penghujan. Namun sangat disayangkan, kekalahan telak kaum paganis
Quraisy pada perang itu tidak mampu merubah sikap bengis mereka terhadap kaum
muslimin. Dendam kesumat nan membara tertancap kokoh dalam hati mereka, tewasnya
tokoh-tokoh Quraisy berstrata sosial tinggi pada peristiwa nahas itu semakin menambah
kental kebencian Quraisy terhadap kaum muslimin.
Selain dikarenakan rasa dendam pada kaum Quraisy, terdapat pula beberapa
faktor lain yang menjadi penyebab terjadinya perang Uhud, diantaranya adalah sebagai
berikut:
a. Faktor Agama
Allah SWT telah memberitahukan bahwa orang-orang musyrik rela
menginfakkan harta mereka untuk menghalangi manusia dari jalan Allah, merintangi
dakwah Islam, mencegah manusia yang mau masuk Islam, dan menghancurkan
Islam, kaum Muslimin, dan Negara Islam yang baru saja berdiri.1
Dari ini terlihat jelas bahwa diantara factor penyebab terpenting terjadinya
perang Uhud adalah factor Agama, yang merupakan salah satu tujuan kaum Quraisy
untuk menghadang manusia dari jalan Allah, menghalangi mengikuti jalan
kebenaran, dan mencegah agar tidak masuk agama Islam, memerangi Rasulullah,
dan menumpas dakwah Islam.2

b. Faktor Sosial
Kekalahan besar pada perang Badar dan terbunuhnya para pembesar Quraisy
merupakan peristiwa beasaryang merendahkan martabat dan membuat terhina orang-
orang kafir Quraisy, serta membuat mereka merasa kehilangan harga diri dan tidak
berdaya.
Oleh sebab itu mereka berusaha sekuat tenaga untuk membersihkan noda dan
kehinaan yang melekat pada diri mereka.Mereka bertekad mengumpulkan harta
benda untuk memerangi Rasulullah SAW ketika mereka kembali dari perang Badar.3

c. Faktor Ekonomi
Gerakan tentara yang dibentuk Negara Islam berdampak pada perekonomian
Quraisy, menyebabkan ruang lingkup wilayah perekonomian mereka
terbatas.Mobilitas perekonomian masyarakat Makkah sangat bergantung pada dua
perjalanan dagang yakni musim dingin dan musim panas.
Perjalanan musim dingin ke Yaman, mereka mmbawa barang-barang dari
negeri Syam.Dan perjalanan musim panas ke negeri Syam, mereka membawa barang
hasil produksi negeri Yaman.Akan tetapi kedua jalur ini harus melalui kta Madinnah
1
Baca surat Al-Anfal ayat 36.
2
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Sejarah Lengkap Rasulullah, Jilid 2, penerjemah: Faesal Saleh,
Misbakhul Khaer, dan Abdi Pemi, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsa, 2012), hlm. 3.
3
Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah, penerjemah: Kathur Suhardi,
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2010), hlm. 279.

2
yang telah dikuasi oleh kamu Muslimin.Terputusnya salah satu dari dua jalur
perdagangan ini menyebabkan jalur lain menjadi ikut terputus, karena perdagangan
mereka ke negeri Syam bergantung pada barang-barang dari negeri Yaman,
demikian juga sebaliknya.4

d. Faktor Politik
Kekuatan politik Quraisy mengalami keruntuhan sejak perang Badar.Pusat
kekuatan terombang-ambing diantara beberapa kabilah, padahal sebelumnya Quraisy
adalah pemimpin kabilah-kabilah yang ada.Oleh sebab itu, maka kekuatan politik
Quraisy mesti dikembalikan meskipun itu membutuhkan kerja keras, biaya dan
pengorbanan.Ini adalah factor terpenting yang membuat Quraisy segera melakukan
perlawanan tentara melawan Negara Islam di Madinnah.5

Langkah awal yang dilakukan kaum Quraisy dalam persiapan perang Uhud
adlah mengumpulkan harta hasil laba kafilah yang lolos dari sergapan kaum muslim
pada perang Badar dan diwakafkan untuk memerangi Nabi Muhammad SAW.6
Setelah persiapan matang, Quraisy mengirim utusan ke kabilah-kabilah di
berbagai belahan Arab dengan tujuan mengajak mereka bergabung dan meminta
bantuan.Mereka mendatangi Bani Kinanah, penduduk Tihamah, Kabilah Khuzaimah
dan Khza’ah.Kini mereka telah terkumpul menjadi sebuah pasukan perang yang
berjumlah tiga ribu prajurit yang bergerak di bawah pimpinan Abu Sufyan ibn Harb.7
Kabar tentang pasukan tersebut diterima Nabi melalui sepucuk surat yang
dikirim pamannya, Abbas, dari Makkah. Dalam surat itu Abbas menyebutkan secara
detail tentang kekuatan pasukan Quraisy.8Begitu tentara Quraisy mendekati
Madinnah, Nabi mengutus beberapa orang untuk melakukan pengintaian.Para
penjaga ditempatkan di bukit-bukit.Sejumlah kaum Anshar datang menjaga beliau.
Nabi memanggil para sahabat untuk meminta pendapat mereka: Apakah akan
tetap tinggal di Madinnah menunggu musuh dan memerangi mereka di dalam kota,
ataukah akan melayani mereka di luar kota?.
Terjadi perdebatan panjang dan alot, hingga akhirnya Nabi mengambil
keputusan berdasarkan suara terbanyak, yaitu menyambut musuh di luar
Madinnah.Beliau berangkat, meskipun awalnya merasa berat hati.Maka keluarlah
sebanyak seribu tentara muslim. Ditengah perjalanan, orang-orang munafik
pimpinan Abdullah bin Ubay bin Salul melakukan penghianatandengan menarik 1/3
tentara dari pasukan kaum muslimin. Alasan yang mereka kemukakan adalah bahwa
Rasulullah telah mengingkarinya dengan cara keluar dari Madinah dan tidak
mengambil pendapat mereka.9

2. Di Medan Perang
Akhirnya dua angkatan perang berhadapan satu sama lain di dekat gunung
Uhud. Nabi SAW mengatur strategi peperangan dengan sempurna dalam penempatan
pasukannya.Beberapa orang pemanah ditempatkan pada suatu bukit kecil untuk
menghalangi majunya musuh. Pada awalnya musuh menderita kekalahan dan mereka
4
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Sejarah Lengkap Rasulullah, Jilid 2, hlm. 4.
5
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Sejarah Lengkap Rasulullah, Jilid 2, hlm. 4.
6
Bashiruddin Mahmud Ahmad, Riwayat Hidup Rasulullah SAW, (Bogor: Yayasan Wisma
Damai, 1992), hlm. 69.
7
Nizar Abazhah, Perang Muhammad SAW, (Jakarta: ZAMAN, 2011), hlm. 82-83.
8
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Sejarah Lengkap Rasulullah, Jilid 2, hlm. 5.
9
Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam, (Jakarta: AKBAR, 2003).

3
kocar-kacir. Hal ini lah yang membuat banyak dari para pemanah Muslim
meninggalkan pos-pos mereka untuk mengumpulkan barang rampasan.
Pasukan pemanah diperintahkan oleh Nabi Muhammad SAW untuk tidak
meninggalkan posisi mereka dalam keadaan apapun juga. Kebanyakan para pemanah
mengira dan merasakan bahwa Allah SWT telah memberikan kemenangan kepada
angkatan perang Muslim, padahal kenyataannya perang belum usai.Mereka tidak tahan
untuk mengumpulkan barang rampasan musuh yang berharga tersebut. Abdullah bin
Jubair RA, pemimpin pasukan pemanah mengingatkan mereka tentang instruksi dari
Nabi Muhammad SAW. Akantetapi perigatan ini tidak digubris sama para pemanah
tersebut.10
Sangat disesalkan, Abdullah bin Jubair RA ditinggalkan disana dengan hanya
Sembilan orang pemanah. Musuh mengambil kesempatan ini dan sekali lagi
menyerang kaum Muslim dengan langkah awal menguasai bukit ini.Banyak dari kaum
muslimin yang mati syahid, salah satunya adalah Hamzah RA yang meninggal
dibunuh Wahshi (budak Jubair bin Muttan).Wahshi bersembunyi sendirian dibelakang
sebuah batu karang dan dengan licik menyerang Hamzah RA dengan tombak kecil kea
rah perut bagian bawah Hamzah RA.11
Bahkan akibat dari kejadian ini Nabi Muhammad SAW mengalami luka yang
sangat parah (yang hal ini menimbulkan isu miring yang menyatakan bahwa Nabi
Muhammad SAW telah mati syahid).12 Pasukan berkuda musuh maju terus dan
mengepung angkatan perang Muslim.Kaum Muslim menjadi panik dan kacau, dan
beberapa orang terpaksa melarikan diri untuk menyelamatkan diri.Kemenangan
dengan cepat berubah menjadi suatu keadaan yang sangat mengkhawatirkan.
Dari kejadian ini, dapat ditarik garis besar bahwa terdapat 3 faktor yang
menyebabkan berubahnya kemenangan menjadi kekalahan kaum Muslimin, yaitu:
1) Pelanggaran terhadap perintah Nabi Muhammad SAW oleh pasukan pemanah.
2) Berita miring yang menyatakan kematian Nabi Muhammad SAW. Ini melemahkan
semangat banyak orang-orang beriman.
3) Perselisihan paham di medan perang tentang perintah Nabi Muhammad SAW.

3. Pasca Perang
Setelah beberapa waktu perang antara kaum muslimin dan kaum Quraisy di
medan Uhud, akhirnya perangpun berakhir dengan kekalahan kaum Muslimin.
Adapun hal-hal yng dilakukan Rasulullah ketika perang berakhir adalah:13
1) Mencari orang-orang yang terbunuh dan terluka
2) Menghimpun jasad Syuhada dan menguburkannya
3) Rasulullah memajatkan puji dan do’a kepada Allah SWT
4) Kembali ke kota Madinnah

B. Interpretasi
Ibnul-Qayyim telah membahas lebih jauh terkait kejadian peperangan Uhud ini. Ibnu
Hajar menuturkan, para Ulama berkata. “Kisah mengenai Perang Uhud dan kesudahan yang
10
Bashiruddin Mahmud Ahmad, Riwayat Hidup Rasulullah SAW, hlm. 71-72.
11
Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah, penerjemah: Kathur Suhardi,
hlm. 294.
12
Bashiruddin Mahmud Ahmad, Riwayat Hidup Rasulullah SAW, hlm. 75.
13
Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah, hlm. 312-317.

4
menimpa orang-orang muslim mengandung berbagai faidah dan hikmah Rabbani”,
diantaranya:
1. Memperlihatkan kepada orang-orang Muslim akibat yang tidak menguntungkan dari
kedurhakaan dan melanggar larangan. Tepatnya adalah tindakan para pemanah yang
meninggalkan posnya di atas bukit, padahal Rasulullah SAW memerintahkan agar
mereka tidak meninggalkan tempat itu, bagaimanapun keadaan inti pasukan Muslimin.
2. Seperti biasa terjadi pada diri para rasul, jika mereka mendapat cobaan tentu akan
disusul dengan kesudahannya. Hikmah dari cobaan ini, jika para rasul terus menerus
mendapat kemenangan, maka orang-orang yang sebenarnya tidak termasuk golongan
mereka juga ikut bergabung, sehingga sulit membedakan mana orang yang baik dan
mana orang yang tidak baik. Sebaliknya, jika mereka terus-menerus kalah, maka tujuan
pengutusan para rasul tidak tercapai. Hikmahnya akan tampak jika sesekali menang dan
sesekali kalah, agar orang yang membenarkan dapat dibedakan dari orang-orang yang
mendustakan.
3. Kemenangan yang tertunda seringkali meremukkan jiwa dan meluluhkan kehebatan
yang dirasakan. Namun orang-orang mukmin tetap sabar saat mendapat cobaan,
sedangkan orang-orang munafik menjadi risau.
4. Allah telah menyediakan bagi hamba-hambaNya yang mukmin kedudukan yang mulia
di sisiNya, yang tidak bias dicapai begitu saja. Tetapi Dia perlu menguji dan mencoba
mereka, sebagai jalan bagi mereka untuk mencapai kedudukan tersebut.
5. Mati syahid merupakan kedudukan para penolong agama Allah yang paling tinggi.
6. Allah ingin menghancurkan musuh-musuhNya, dengan menampakkan sebab-sebab yang
memang menguatkan kekufuran mereka, karena mereka menyiksa para penolongNya.
Dengan begitu,, dosa orang-orang mukmin terhapus dan dosa orang-orang kafir semakin
menumpuk.14

C. Gagasan dari Perang Uhud


Gagasan atau i’tibar yang dapat diambil dari peristiwa Perang Uhud yaitu15:
1. Mengingatkan Orang-Orang Mukmin akan Sunatullah dan Menyeru Mereka kepada
Keagungan Iman.
Allah berfirman dalam Surat Ali Imran yang artinya:

137. Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah[230]; karena itu
berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang
mendustakan (rasul-rasul).
138. (Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta
pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
139. janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, Padahal
kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang
beriman.

[230] Yang dimaksud dengan sunnah Allah di sini ialah hukuman-hukuman Allah yang
berupa malapetaka, bencana yang ditimpakan kepada orang-orang yang mendustakan
rasul.
Dengan ayat ini Allah menyeru mereka, membangkitkan harapan di dalam hati
mereka, menunjukkan kepada mereka kepada sesuatu yang membuat mereka kuat dan
teguh. Selain itu ayat ini membangkitkan keingintahuan, menanamkan pelajaran dalam hati
orang-orang mukmin. Karena mereka dulu adalah orang-orang yang mendustakan seruan
14
Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah, penerjemah: Kathur Suhardi,
hlm. 325.
15
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Sejarah Lengkap Rasulullah, Jilid 2, hlm. 68.

5
Allah, padahal Allah SWT memberikan kuasa kepada mereka untuk memimpin dunia saat
itu, memberikan banyak nikmat kepada mereka, akan tetapi mereka tidak mensyukurinya,
maka Allah membinasakan mereka disebabkan sikap mereka yang melampaui batas. Dan
Allah mengajak mereka agar meninggalkan sifat lemah, memerangi sifat pengecut,
melepaskan dari kelemahan dan agar mereka jangan bersedih hati.

2. Hiburan bagi Orang-Orang yang Beriman, Menjelaskan Hikmah di Balik berbagai


Peristiwa yang Terjadi pada Perang Uhud
3. Cara Mengatasi Kekeliruan
4. Perumpamaan Pasukan Jihad pada Masa Silam
5. Sikap Menentang Pemimpin Menyebabkan Kegagalan Pasukan
Itu terlihat jelas ketika pasukan pemanah tidak mengikuti perintah Rasulullah, mereka
melakukan kekeliruan yang sangat fatal sehingga membalikkan keseimbangan dan
menyebabkan kerugian yang parah bagi kaum Muslimin. Agar kita memahami pentingnya
sikap patuh dan taat kepada pemimpin, kita dapat memperhatikan mundurnya Abdullah bin
Ubay dan orang-orang munafik yang bersamanya, sikap itu tidak berdampak bagi pasukan
kaum Muslimin. Namun ketika kekeliruan dilakukan pasukan pemanah yang telah dididik
Rasulullah dan setiap mereka telah diserahi tugas, kemudian mereka tidak menuruti
perintah Rasulullah, maka dampaknya sangat fatal bagi pasukan kaum Muslimin secara
umum. Musuh mereka mampu menguasai mereka, semua itu disebabkan karena mereka
tidak mematuhi perintah pemimpin. Kemudian kondisi mereka menjadi kacau balau dan
komando pun menjadi terpecah belah, hampir saja melenyapkan dakwah Islam yang masih
baru tumbuh.16
6. Bahaya Sikap Lebih Mementingkan Dunia daripada Akhirat
Apa yang terjadi pada perang Uhud mengandung pelajaran besar, bahwa cinta dunia
telah menyusup ke hati sebagian orang-orang beriman dan itu tersembunyi bagi mereka.
Mereka lebih mementingkan dunia beserta kenikmatannya. Mereka tidak mematuhi
perintah syariat yang jelas sebagaimana pasukan pemanah tidak mematuhi perintah
Rasulullah yang sangat jelas. Semua itu didorong oleh hawa nafsu dan cinta dunia, mereka
tidak mengikuti perintah syariat, melupakan perintah-perintah sang pemilik hukum. Semua
itu terjadi dan menimpa orang mukmin, dan orang mukmin tidak menyadari motif-motif
yang tersembunyi tersebut. Inti dari semua itu adalah cinta duniawi, sikap lebih
mementingkan nikmat dunia daripada akhirat dan tuntutan-tuntutan iman. Ini menuntut
bagi setiap dai agar selalu berhati-hati dan melakukan pemeriksaan berkesinambungan
terhadap hal-hal yang tersembunyi di dalam jiwa, melepaskan jiwa dari cinta duniawi, agar
cinta duniawi itu tidak menjadi penghalang antara jiwa dan perintah-perintah syariat, juga
agar cinta duniawi itu tidak menjerumuskan mereka kepada sikap tidak patuh, memberikan
interpretasi yang diiringi hawa nafsu sehingga mengalihkan jiwa kepada dunia beserta
kenikmatannya.17

PENUTUP

A. KESIMPULAN

16
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Sejarah Lengkap Rasulullah, Jilid 2, hlm. 72.
17
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Sejarah Lengkap Rasulullah, Jilid 2, hlm. 74.

6
Perang Uhud adalah Perang yang terjadi antara kaum Muslimin dan kaum kafir
Quraisy pada tanggal 22 Maret 625 M ( 7 Syawal 3 H). Perang ini terjadi kurang lebih
setahun lebih seminggu setelah Perang Badar. Tentara Islam berjumlah 700 orang
sedangkan tentara kafir berjumlah 3.000 orang. Tentara Islam dipimpin lngsung oleh
Rasulullah sedangkan tentara kafir dipimpin oleh Abu Sufyan. Disebut Perang Uhud karena
terjadi di dekat bukit Uhud yang terletak 4 mil dari Masjid Nabawi dan mempunyai
ketinggian 1.000 kaki dari permukaan tanah dengan panjang 5 mil.
Selain dikarenakan rasa dendam pada kaum Quraisy, terdapat pula beberapa faktor
lain yang menjadi penyebab terjadinya perang Uhud, diantaranya adalah faktor agama,
sosial, ekonomi dan politik.
Gagasan atau i’tibar yang dapat diambil dari peristiwa Perang Uhud yaitu
1. Mengingatkan Orang-Orang Mukmin akan Sunatullah dan Menyeru Mereka kepada
Keagungan Iman.
2. Hiburan bagi Orang-Orang yang Beriman, Menjelaskan Hikmah di Balik berbagai
Peristiwa yang Terjadi pada Perang Uhud
3. Cara Mengatasi Kekeliruan
4. Perumpamaan Pasukan Jihad pada Masa Silam
5. Sikap Menentang Pemimpin Menyebabkan Kegagalan Pasukan
6. Bahaya Sikap Lebih Mementingkan Dunia daripada Akhirat

B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA

Abazhah, Nizar, Perang Muhammad SAW, Jakarta: ZAMAN, 2011.

7
Ahmad, Bashiruddin Mahmud, Riwayat Hidup Rasulullah SAW, Bogor: Yayasan Wisma Damai,
1992.

Mubarakfuri, Syaikh Shafiyyurrahman Al, Sirah Nabawiyah, penerjemah: Kathur Suhardi, Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2010.

Shallabi, Ali Muhammad Ash, Sejarah Lengkap Rasulullah, Jilid 2, penerjemah: Faesal Saleh,
Misbakhul Khaer, dan Abdi Pemi, Jakarta: Pustaka Al-Kautsa, 2012.

Usairy, Ahmad Al, Sejarah Islam,Jakarta: AKBAR, 2003.

Anda mungkin juga menyukai