Anda di halaman 1dari 10

SIRAH AN-NABAWIYAH

“Peperangan Penting Semasa Rasulullah SAW”

Dosen Pembimbing:

Sulaiman, S.Pd.I, M.Pd

Disusun Oleh:

Rahmat Dina 18329208

Sufni Sufriah

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020
BAB I

PENDAHULUAN
BAB II

PEMBAHASAN

Peperangan Penting Semasa Rasulullah SAW

1. Perang dengan Bani Qainuqa’

Perang ini berawal dari pelecehan yang dilakukan oleh kaum Yahudi kepada
wanita Muslimah. Kala itu seorang wanita Muslimah dating membawa
perhiasannya ke pasar untuk disepuh, lalu ia membawanya ke tukang sepuh
Yahudi. Kemudian dating segerombolan orang yahudi dan meminta agar wanita
Muslimah tersebut membeuka auratnya. Tukang sepuh tersebut dengan sengaja
menyangkutkan ujung pakaian yang menutup seluruh tubuhnya pada bagian
punggungnya. Ketika wanita itu berdiri maka terbukalah auratnya, dan para
pemuda yahudi serta tukang sepuh mentertawakan wanita Muslimah tersebut.
Kemudian, wanita tersebut meminta tolong hingga akhirnya dating pemuda
muslim dan langsung membunuh tukang sepuh tersebut. Namun pada akhirnya
pemuda muslim itu dikeroyok oleh segeombolan yahudi hingga ia wafat.
Peristiwa ini terjadi pada bulan Syawal ditahun kedua Hijriyah. Selanjutnya
Rasulullah mengusir mereka dari Madinah.

2. Perang Badar

Badar adalah nama suatu tempat yang terletak antara Mekah dengan Madinah
dimana terdapat mata air. Dinamakan perang Badar karena peperangan itu
berlangsung di tempat itu, yaitu antara kaum muslimin dengan kaum musyrikin.
Dalam ringkasan Tafsir Ibnu Kasir Jilid 2 disebutkan, bahwa kaum muslimin
berjumlah 313 dan kaum musyrikin berjumlah seribu lebih. Peristiwa peperangan
Badar itu terjadi pada tahun kedua Hijriyah. Kisah ringkas peperangan Badar
dapat diikuti sebagai berikut ini. Dalam Fiqhus-Siroh karya Muhammad Al-Gazali
diceritakan, bahwa tersiar berita di Kota Madinah tentang adanya sebuah kafilah
besar kaum musyrikin Quraisy berangkat meninggalkan Syam pulang ke Mekah.
Kafilah itu membawa barang peniagaan yang sangat besar nilainya. Seribu ekor
unta pemenuh muatan barang-barang berharga di bawah pimpinan Abu Sofyan
bin Harb diikuti oleh tokoh-tokoh Mekah lainnya yang jumlah keseluruhannya
tidak lebih dari 30 sampai 40 orang. Ketika berita itu sampai kepada Rasulullah
SAW. Beliau lalu mengajak kaum muslimin menyambut kedatangan kahalifah
tersebut. Rosulullah berkata: “Inilah kafilah Quraisy yang membawa harta
kekayaan mereka. Berangkatlah menghadang mereka, mudah-mudahan Allah
akan menyerahkan harta benda mereka kepada kamu sekalian. Ajakan Rasulullah
tersebut segera dipenuhi oleh sebagian kaum muslimin, dan ada sebagian lagi
keberatan. Mereka yang keberatan dan enggan mengira Rasulullah tidak akan ikut
menghadapi peperangan. Terhadap mereka yang enggan untuk ikut serta
Rasulullah sangat prihatin. Beliau memperingatkan jika sekiranya kaum muslimin
tidak mengambil kesempatan, niscaya harta kekayaan itu akan luput, dan
penduduk Mekah pasti akan menyerbu Madinah. Oleh karena itu beliau bertekad
bersama kaum muslimin, yang atas kemauan sendiri, menghadap kaum musyrikin.
Semula kaum muslimin yang ikut serta berangkat bersama Rasulullah mengira
keberangkatan kali ini akan sama dengan tugastugas seperti sebelumnya. Sama
sekali tidak terlintas dipikirkan mereka bahwa ekspedisi kali ini akan mengalami
suatu kejadian yang paling penting dalam sejarah Islam. Sementara itu,
rombongan kaum musyrikin ketika telah dekat Hijaz dalam perjalanan pulang,
mengerahkan beberapa orang mata-mata untuk memantau keadaan karena
khawatir akan keselamatan rombongan. Sebab Abu Sufyan, selaku pimpinan
rombongan (khalifah) telah mendengar kabar bahwa Muhammad SAW telah
mengerahkan sahabat-sahabatnya untuk mengganggu perjalanan mereka.

Damdam bin Amr Al-Gifari segera berangkat ke Mekah. Sementara Rasulullah


SAW telah berangkat bersama sahabat-sahabatnya dan telah sampai suatu lembah
bernama Zafran. Sesampainya beliau lalu beliau turun dan sejenak kemudian
pecahlah berita bahwa orang-orang Qureisy tengah diperjalanan menuju mereka
untuk membela kafilah Abu Sufyan. Di kota Mekah Ibnu Amr Al-Gifari.
membakar semangat kaum Quraisy agar mereka semuanya siap. Bersama mereka
turut serta beberapa orang wanita memukul rebana dan menyanyikan lagu-lagu
mengejek kaum muslimin. Mereka menuju arah Utara hendak menyusul kafilah
yang sedang berjalan ke arah Madinah untuk bergabung. Abu Sufyan nampaknya
tidak sabar menunggu datangnya bala bantuan. Ia mencurahkan kewaspadaan dan
kecerdikannya menghindari serangan kaum muslimin. Sehingga ia terus berjalan
dan tiba di pinggir Lembah Badar bersebelahan dengan pusaka kaum muslimin.
Pasukan kedua belah pihak semakin saling berdekat. Rasulullah SAW sendiri
tidak bisa membayangkan apa yang terjadi akibat konfrontasi yang mengerikan
itu.8 Alkisah, setelah semuanya siap, kaum muslimin bergerak menuju medan
laga, bertempur melawan musuh yaitu kaum musyrikin. Mereka mengambil posisi
yang terdekat dengan sumber air. Tempat ini dipilih oleh Rasulullah SAW
berdasar pendapatnya sendiri dan sebagai strategi tipu muslifat belaka. Namun Al-
Khabbab bin Al-Munzir mengajukan saran dan pendapat kepada Rasulullah agar
tidak memilih tempat itu. Karena dengan alasan yang cukup masuk akal, ditinjau
dari strategi berperang, usul Al-Khabbab diterima. Rasul berkata: “Pendapatmu
sungguh baik”. Kemudian Rasul memerintahkan agar pasukan dipindah ke tempat
sumber air yang terdekat dengan musuh sesuai saran Al-Khabbab. Sekarang kaum
muslimin telah menguasai sumber-sumber air. Kaum musyrikin mulai
serangannya. Pecahlah perang antara kedua pasukan. Para sahabat, diantaranya,
Hamzah bin Abdul Mutthalig, Abu Abaidah bin Harist dan Ali bin Thalib, dapat
dilumpuhkan lawan-lawan mereka dalam perang tanding satu lawan satu. Namun,
sahabat Abu Abaidah ternyata gugur dalam perang syahid tersebut. Menghadapi
lawan pertempuran yang buruk itu pasukan kafir Quraisy semakin beringas dan
terjadilah perang terbuka. Rasulullah segera mengeluarkan komando agar supaya
seragam kaum musyrikin dipatahkan. Beliau seru: “Musuh sedang mengepung
kalian, cerai beraikan mereka dengan serangan panah dan jangan terus menyerang
sebelum diizinkan. Pertempuran berlangsung semakin luas dan mendekati titik
puncaknya. Saat itu pasukan muslimin telah berhasil menguras tenaga musuh.
Debu bertaburan di udara medan pertempuran. Rasulullah SAW sambil terus
berdo’a di dalam kemahnya, mengawasi dan memantau dengan seksama
kejantanan prajuritnya, memberi dorongan semangat kepada mereka. Sesaat
kemudian berkata kepada Abu Bakar: “Hai Bakar, gembiralah, pertolongan Allah
telah datang kepadamu. Itulah Jibril memegang tali kekang dan menuntun
kudanya.” Setelah itu Rasulullah keluar dari rumah mendatangi pasukannya dan
mendorong mereka supaya lebih gigih menghancurkan musuh. Beliau lalu
berseru: Demi Allah yang nyawa Muhammad berada di tangannya, setiap orang
yang sekarang ini berperang melawan musuh kemudian ia mati dalam keadaan
tabah mengharapkan keredhoan Allah dan dalam keadaan terus maju pantang
mudur, pasti akan dimasukkan Allah ke dalam syurga. Seruan demikian itu
sungguh besar pengaruhnya bagi kaum muslimin sehingga mereka terus melaju
menyerang musuh. Lebihlebih ketika Rosulullah berseru langsung kepada
pasukannya, dengan ucapan “Siaplah memasuki syurga seluas langit dan bumi”.
Seorang prajurit yang gagah berani, Umar bin Al-Hammam, menyahuti dengan
antusias seruan Rosul. Sayang, dia gugur ketika menyerang. Ketika melihat
gembong-gembong pasukan musrikin banyak bergelimpangan, Rosulullah dengan
suara keras berseru: “Hancurlah wajah mereka

3. Perang Uhud

Perang ini terjadi ketika para pemuka Quraisy yang tidak terbunuh di perang
Badar ingin melakukan balas dendam atas kekalahan mereka. Pasukan Quraisy
mengerahkan seluruh pasukannya yang dibantu oleh kafilah dagang yang
dipimpin oleh Abu Sofyan. Rasulullah ketika mendengar kabar tersebut, mulai
mengumpulkan para sahabat dan menayakan apakah peperangan ini sebaiknya
dilaksanakan di dalam kota Madinah atau sebaliknya. Ada tokoh munafik
mengusulkan sebaiknya peperangan dilaksanakan di dalam kota Madinah, akan
tetapi kebanyakan sahabat mengusulkan untuk berperang di luar kota Madinah.
Pada akhirnya Rasulullah masuk kedalam rumah dan segera memakai baju
perang. Lain hal dengan para sahabat yang merasa bahwa mereka sudah memaksa
Rasulullah untuk berperang di luar kota Madinah. Rasulullah menjawab: “tidak
sepantasnya bagi seorang Nabi apabila telah memakai pakaian perangnya untuk
meletakkannya kembali sebelum perang sampai Allah memutuskan apakah
menang atau kalah”. Akhirnya Rasulullah mengerahkan 1000 pasukan untuk
berperang di luar kota Madinah menuju gunung Uhud pada hari Sabtu, 7 Syawal
tahun 3 Hijriyah.

Seorang munafik terkenal yaitu Abdullah bin Ubay menarik 300 pasukan untuk
kembali ke kota Madinah. Hingga turunlah Q.S An-Nisa’ 8 dengan orang
munafik. Melihat kejadian tersebut para sahabat mengusulkan untuk meminta
bantuan dari orang Yahudi, namun Rasulullah menolaknya karena meminta
bantuan dalam peperangan kepada orang kafir merupakan suatu hal yang tidak
pantas.

Rasulullah pergi dengan tidak lebih dari 700 pasukan, mengambil posisi di lereng
gunung Uhud yang mengahadap ke Madinah. Beliau menempatkan 50 pemanah
ahli di atas bukit dan menunjuk Abdullah bin Zubair sebagai pemimpin pasukan.

Ada satu hal yang menarik ialah tergugahnya hati 2 orang pemuda muslim yang
masih berumur 15 tahun untuk turut serta dalam peperangan. Mereka ialah Rafi’
bin Khudaij dan Samurah bin Jundab. Awalnya mereka ditolak oleh Rasulullah
untu ikut berperang, namun karena mereka sudah memperlihatkan keahliannya
dalam nbergulat dan memanah akhirnya mereka diizinkan oleh Rsulullah SAW.
untuk berperang.

Pada saat menjelang perang Uhud, Rasulullah memegang sebilah pedang dan
mengatakan “Siapa disini yang sanggup untuk memenuhi fungsi pedang ini? Abu
Dujanah menjawab dan maju seraya berkata kalua beliau sanggup, Abu Dujanah
dengan bangga berjalan berkeliling. Hingga Rasulullah bersabda “ Sesungguhnya
jalan seperti ini dumurkai oleh Allah, kecuali pada saat seperti ini”

4. Perang Khandaq

Perang Khandaq dinamakan juga Perang Ahzab. Perang ini terjadi pada bulan
Syawal tahun ke 5H. Khandaq berasal dari bahasa Arab yang artinya parit. Perang
Khandaq merupakan peperangan yang terjadi pada masa Rasulullah di Madinah.
Perang Khandaq terjadi pada tahun 5 H atau 627 M. Perang Khandaq terjadi
antara kaum Muslimin yang berjumlah 1.000 orang dengan pasukan sekutu di
wilayah sekitar Madinah yang berjumlah 10.000 orang (Mubarakfury, 2014: 540).
Pasukan sekutu terdiri dari kabilah kaum Yahudi Bani Quraidzah, Bani Nadhir,
Kabilah Quraisy, Kaum Ghatafan dan beberapa kabilah lain. Kaum Muslimin
menggunakan strategi pertahanan parit dalam menghalau kedatangan musuh.
Kaum Muslimin menggali parit di bagian utara wilayah Madinah selama 6 hari
(Ash-Shallabi dalam Jurnal Candi, 2018: 429)

Kaum Yahudi dan Quraish, suku Ghathafan, Bani Fuzarah, Bani Murrah sepakat
untuk mengadakan persekutuan untuk menyerang Islam. Rasulullah
mendengarkan keberangkatan mereka dari Mekah. Rasulullah memerintahkan
para sahabat untuk menyiapkan segala keperluan perang.

Dalam menggali parit, Sahabat menemukan batu besar yang tidak bsa dipecahkan,
melapor ke Rasulullah, akhirnya Rasulullah turun dengan perut di ganjal dengan
batu (selama 3 hari Rasulullah dan para sahabatnya belum pernbah merasakan
makanan) kemudian berhasil memecahkannya. Jabir ijin kepada Rasulullah untuk
pulang sebentar, sampai dirumah, dia menyembelih anak kambing dan menumbuk
gandum, kemudian memanggil Rasulullah dan para Sahabatnya. (Daging dan
gandum sedikit, tapi bisa dinikmati pasukan perang Khandaq). Pada saat
penggalian parit, orang-orang munafik enggan mengerjakan penggalian. Mereka
sengaja menampakan orang lemas, banyak melarikan diri, berkenaan ini Allah
menurunkan firman Nya.

Kemudian Bani Quraidhah melanggar perjanjian. Huyay bin Akhthab pergi


mendatangi Ka'ab bin Asad Al-Qardhi untuk melanggar perjanjian bersama
Rasulullah. Kaum Muslimin mendapat kepastian bahwa Bani Quraidhah telah
melanggar perjanjian. Melihat keadaan kaum muslimin mendapat ancaman,
Rasulullah meminta pandangan kepada Sa'ad bin Muadz & Sa'ad bin Ubadah
untuk meminta perdamaian dengan Kabilah Ghathafan.

Setelah itu Kaum Musyrikin dikejutkan dengan parit yang ada di depannya.
Mereka kemudian membuat kemah disekitar parit. Kekalahan kaum musyrik
tanpa peperangan. Allah memenangkan kaum muslimin dengan 2 sarana yaitu.
Pertama, Nu'aim bin Mas'ud masuk Islam. Kemudian diperintahkan untuk
memecah belah kekuatan musuh. Nu'aim membuat 2 kaum Quraish dan Yahudi
menjadi salah paham. Kedua, Allah mengirimkan angin topan yang dingin dan
mencekam. Menghempaskan kemah-kemah mereka. Rasulullah mengutus
Hudzaifah Ibnu Yaman untuk menjadi mata-mata (intelijen). Rasulullah berpesan
untuk mencari berita tentang musuh dan untuk tidak melakukan apapun kecuali
berita.Abu Sofyan memerintahkan kepada orang-orang Quraish untuk persiapan
pulang. Rasulullah pun memerintahkan seperti itu kepada sahabatnya. Akhirnya
peperangan di menangkan oleh kaum muslimin. Kemudian Rasulullah dan para
sahabatnya karena sibuk dengan peperangan sampai lupa untuk shalat Ashar.
Akhirnya mereka shalat Ashar di waktu antara Magrib dan Isya.

5. Perang Bani Quraidhah


Ketika Nabi kembali dari Khandaq tidak lama setelah meletakkan senjata dan
mandi, Jibril kemudian datang dan menyuruh Rasulullah berangkat ke
perkampungan Bani Quraidhah. Rasulullah kemudian memerintahkan sahabatnya
untuk tidak shalat Ashar di Bani Quraidhah. Sebagian ada yang shalat di
perjalanan, sebagian lagi shalat di Bani Quraidhah. Rasulullah mengepung mereka
di benteng-benteng pertahanan mereka selama 25 malam, sampai mereka
menyerah dan Allah melempar rasa takut ke dalam hati mereka.

Ibnu Hisyam meriwayatkan bahwa Ka'ab bin Asad berkata kepada orang-orang
Yahudi, karena melihat Rasulullah tidak mau beranjak meninggalkan mereka,
saya tawarkan 3 alternatif. Pertama, kita mengikuti Muhammad dan
membenarkannya sebagaimana kitab kalian membenarkannya. Kedua, mari kita
bunuh anak dan istri kita lalu menghadapi Rasulullah, biar jika kita mati, maka
anak dan istri kita tidak merana. Bila kita tidak mati, maka kita bisa menikah lagi.
Ketiga, malam ini adalah malam (Sabbat), Muhammad dan sahabatnya mengira
mereka aman. Lalu kita sergap secara diamdiam. Akhirnya mereka menyerah
kepada ketetapan Allah dan Rasulullah. Rasulullah memerintahkan kaum Anshor
untuk menghormati Sa'ad bin Mu'adz yang datang. Kemudian Rasulullah
mempercayakan urusannya kepada Sa'ad bin Mu'adz untuk memutuskan
pengkhianatan yang dilakukan oleh Bani Quraidhah. Waktu itu Mu'adz kena
panah di Bani Quraidhah dan dirawat di perkemahan. Sa'ad kemudian meninggal
karena luka nya pecah. Orang-orang Bani Quraidhah yang masih berkhianat lalu
di adili, laki-laki di bunuh dan anak-anak dan wanita ditawan.

Anda mungkin juga menyukai