Kaum Muslimin memasuki tahap peperangan dengan kafir Quraisy. Pada peperangan
pertama, iaitu perang Badar, musuh berhasil dipukul mundur dan mengalami kekacauan
yang berat. Sementara kaum Muslimin memperoleh kemenangan gemilang sehingga
dapat memperkuat posisi mereka. Kemenangan ini membawa pengaruh besar,
menimbulkan goncangan keras terhadap kaum Quraisy. Di sisi lain membersihkan
Madinah dari rongrongan dan fitnah Yahudi, mengusir sebahagian mereka, dan
mengadakan perjanjian damai dengan sebagian kabilah Yahudi lainnya. Kekuatan dan
ketangguhan kaum Muslimin semakin meningkat.
Sebaliknya, keadaan itu membuat hati orang-orang kafir Quraisy tidak tenang. Sejak
perang Badar, mereka lebih sungguh-sungguh menyiapkan kekuatan dengan persiapan
total, untuk memerangi kaum Muslimin, menuntut balas kepada mereka, dan merebut
kembali hari kemenangan sebagai tebusan kekalahan dalam perang Badar.
Kemudian terjadi perang Uhud. Pada perang ini, kafir Quraisy memperoleh
kemenangan kerana tidak patuhnya pasukan panah kaum Muslimin terhadap perintah
komando Nabi Saw. Pasukan Islam akhirnya pecah dan terpukul mundur. Kafir Quraisy
kembali ke Makkah dengan jiwa yang dipenuhi kegembiraan yang meluap-luap, kerana
berjaya menebus dan menghilangkan rasa malu atas kekalahan mereka di perang Badar.
Sementara kaum Muslim pulang ke Madinah dengan jiwa terpukul dan kalah. Bekas-
bekas pukulan perang tampak pada jiwa mereka, sehingga mereka pulang dengan wajah
merah seperti singa.
Sebulan setelah perang Uhud, telah sampai kepada beliau informasi. bahawa Bani Asad
hendak menyerang Madinah untuk merampas ternak kaum Muslimin yang
digembalakan di sekitar Madinah. Sebelum mereka bergerak, Nabi Saw. mendahului
menyerang mereka sementara mereka masih di tempat tinggalnya. Beliau memanggil
Abu Salamah bin Abd al-Asad untuk memimpin pasukan yang jumlahnya 150 orang,
dengan menyerahkan kepadanya bendera (panji). Di dalam pasukan ini terdapat
pahlawan-pahlawan kaum Muslimin, di antaranya Abu 'Ubaidah bin Jarrah. Sa'ad bin
Abi Waqash, Usaid bin Hudhair, dan yang lainnya. Beliau memberikan beberapa
strategi kepada mereka. Di antaranya harus berangkat di waktu malam. bersembunyi di
waktu siang, dan mengambil jalan yang tidak biasa dilalui, sehingga tidak seorang pun
yang akan mengetahui khabar mereka. Tujuannya agar pasukan Islam mendatangi
musuhnya secara tiba-tiba. Abu Salamah kemudian berangkat sesuai dengan perintah
Nabi Saw., hingga akhirnya tiba di perkampungan Bani Asad. Komandan dan
pasukannya mengepung Bani Asad di kegelapan subuh, lalu menyerang mereka secara
tiba-tiba. Tidak henti-hentinya Abu Salamah memberi semangat pasukannya untuk
berjihad hingga mereka semuanya terjun ke medan laga, menyerang musuh. dan
akhirnya berhasil mengalahkan Bani Asad, merampas harta-benda mereka sebagai harta
rampasan perang. Kemudian pulang ke Madinah dengan kemenangan gemilang.
Dengan kemenangan ini, mereka dapat mengembalikan kewibawaan dan pengaruh
kaum Muslimin di tengah-tengah masyarakat.
Rasulullah Saw. juga mendengar bahwa Khalid bin Sufyan al-Hadzaliy yang bermukim
di daerah 'Urnah atau Nakhlah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kota Madinah.
Beliau lalu memanggil 'Abdullah bin Anis dan mengutusnya menjadi mata-mata. hingga
memperoleh khabar yang jelas tentang Khalid. Abdullah berangkat dan akhirnya
bertemu Khalid.
Sekelompok kecil dari kabilah yang bertetangga dengan Bani Hudzail mendatangi
Rasulullah Saw.. dan berkata kepada beliau. "Sesungguhnya di tengah kami ada Islam.
Kirimkan bersama kami beberapa orang dari sahabatmu yang akan memberikan
pemahaman kepada kami tentang agama, membacakan kami al-Quran, dan mengajari
kami syari'at-syari'at Islam.
Rasulullah Saw. mengutus enam orang sahabatnya untuk menemani mereka. Para
utusan ini berjalan bersama, hingga tiba di sebuah sumber mata air milik Bani Hudzail
"Demi Allah!" jawab Zaid lantang, 'Aku tidak rela Muhammad menempati suatu tempat
yang akan dihantam jerat yang menyiksanya. sementara aku duduk-duduk dengan
keluargaku. Abu Sufyan amat terkesan (dengan kata-kata Zaid). Bibirnya
menyunggingkan senyum sinis.
"Aku tidak pernah melihat seseorang yang mencintai sahabatnya seperti kecintaan
sahabat-sahabat Muhammad kepada Muhammad" kata Abu Sufyan geram di tengah
kekagumannya. Kemudian Zaid pun dibunuh.
Orang kedua adalah Khubaib. Dia ditawan agak lama hingga akhirnya dibawa keluar
untuk disalib. Khubaib berkata kepada mereka. Jika kalian hendak mengajakku untuk
disalib maka lakukan. namun (aku minta) izin untuk melakukan shalat (sebelumnya). "
Mereka meluluskan permintaannya. Khubaib shalat dua rakaat hingga selesai dengan
sempurna. Kemudian dia menghadap mereka lalu berkata. "Demi Allah, seandainya
kalian tidak menduga bahwa aku (melewatkan waktu dengan shalat) takut karena
hendak dibunuh, tentu aku akan memperbanyak shalat.
Mereka kemudian menyeret Khubaib dan menaikkannya di atas kayu salib. Tangan-
tangan dan kaki-kaki Khubaib direntangkan di atas tonggak kayu salib dengan paksa,
lalu ujung-ujung kedua tangan dan kakinya dipaku dengan kuat. Mata Khubaib
memandang mereka dengan marah, sambil meneriakkan doa, "Ya Allah, sesungguhnya
telah sampai kepada kami risalah Rasul-Mu, maka esok sampaikan kepadanya apa yang
membuat kami demikian. Ya Allah, hitunglah (bilangan) mereka (dan lemparlah
mereka) berkali-kali, bunuhlah mereka dengan sekali lumat, dan Janganlah Engkau
biarkan hidup seorang pun dari mereka!" Mendengar teriakan Khubaib. mereka menjadi
gemetar. Dengung suara itu seolah-olah merobek-robek nyawa mereka. Kemudian
Khubaib pun dibunuh.
Rasulullah Saw. amat berduka mengenang peristiwa yang menimpa enam sahabatnya.
Begitu juga dengan kaum Muslimin. Kesedihan mereka semakin bertambah-tambah
dengan adanya penghinaan Bani Hudzail terhadap kaum Muslimin. Mereka
meremehkan kaum Muslimin. Melihat hal ini Rasulullah Saw. berfikir keras. Di tengah
perenungannya, tiba-tiba Abu Barra' 'Amir bin Malik datang menghadapnya. Rasulullah
Saw. lalu menawarkan Islam kepadanya, tetapi Abu Barra' belum bersedia
menerimanya. Meskipun demikian, dia tidak menampakkan permusuhan terhadap
Islam.
"Hai Muhammad, " kata Barra' kemudian, Jika engkau mengirim beberapa laki-laki dari
sahabatmu kepada penduduk Najd, lalu mengajak mereka menerima (dakwah)mu,
engkau boleh berharap mereka akan menerimanya. "
Rasulullah Saw. terdiam. Beliau masih trauma atas peristiwa yang pernah menimpa
enam orang sahabatnya. Beliau khawatir terhadap keselamatan para sahabatnya yang
hendak dikirimkan ke daerah Najd. jangan-jangan akan diperdaya oleh penduduknya,
sebagaimana yang pernah dilakukan Bani Hudzail. Akan tetapi, Abu Barra' berhasil
meyakinkan Rasul. ketika dia membantu orang-orang yang berangkat untuk dakwah.
"Ya Muhammad," sapa Barra', "Mereka memiliki pendamping, yang siap membantu dan
menjaga. Utuslah mereka dan ajaklah mereka untuk mengajak manusia menuju
persoalan (dakwah)mu. "
Abu Barra' adalah laki-laki yang didengar perkataannya. Dia tidak takut pada siapapun
yang mendampinginya dengan maksud akan memperdayanya. Rasulullah Saw.
mengutus al-Mundzir bin Amru untuk memimpin 40 laki-laki Muslim pilihan. Mereka
berjalan hingga tiba di daerah Bi'ru Ma'unah (sumur Ma'unah). Dari tempat itu.. mereka
mengirim utusan dengan membawa surat Rasul untuk diberikan kepada Amir bin
Thufail. Amir tidak melihat isi surat, tetapi justeru membunuh utusan ini. Dia kemudian
meminta bantuan sukunya. Bani Amir, agar membunuh kaum Muslimin. Akan tetapi,
mereka tidak menghiraukannya. Mereka memenuhi jaminan (janji) mereka untuk
bertetangga secara damai dengan Abu Barra'. Amir tidak berdiam diri. Dia segera
mengajak minta bantuan kabilah-kabilah lain. Di tengah perjalanan. Amir disertai
beberapa kabilah bergerak mengepung mereka. Melihat kenyataan ini, kaum Muslimin
mencabut pedang-pedang mereka, kemudian berperang menghadapi serangan musuh
sehingga banyak di antara mereka yang mati terbunuh. Tidak ada yang selamat dari
pasukan Islam kecuali dua orang. Hati Rasulullah Saw. semakin terpukul. Beliau
bertambah sedih. Kaum Muslimin juga demikian. Mereka sedih menyayangkan
kepergian para syuhada. Mereka sangat bersedih dengan peristiwa ini.
Rasulullah Saw. kembali berfikir. Beliau berusaha menemukan cara yang tepat untuk
mengatasi orang-orang Arab, dan mengembalikan kewibawaan kaum Muslimin di
tengah-tengah mereka. Akan tetapi, beliau melihat bahwa kejadian-kejadian tersebut
mempengaruhi aktiviti kota Madinah. Beliau melihat bahwa langkah pertama untuk
mengatasinya adalah menyelesaikan situasi dalam negeri. Setelah persoalannya reda
dan selesai. barulah beliau akan menyelesaikan persoalan-persoalan bangsa Arab dan
masalah yang berhubungan dengan luar kota Madinah. Adapun persoalan-persoalan
dalam negeri berpusat pada kaum Yahudi dan munafik. Mereka memang berusaha
memperlemah kewibawaan kaum Muslimin dengan memanfaatkan kasus perang Uhud,
"Pergilah kepada Yahudi Bani Nadhir," perintah Rasul pada Muhammad, "dan katakan
kepada mereka, 'Sesungguhnya Rasul mengutusku menemui kalian agar kalian keluar
dari negeriku. Kalian telah merosak perjanjian yang aku buat dengan kalian, melalui
niat kalian yang hendak mengkhianatiku. Aku memberi tangguh kepada kalian sepuluh
hari. Barangsiapa setelah itu masih terlihat berkeliaran di kota Madinah, maka Iehernya
akan aku penggal.
Bani Nadhir hampir-hampir keluar. seandainya tidak ada 'Abdullah bin Ubay yang
menghasut mereka agar tetap tinggal di Madinah. Hayyi bin Akhthab memberi
semangat keberanian kepada mereka agar berlindung di benteng-benteng mereka.
Sepuluh hari yang telah dijanjikan telah habis, dan mereka belum juga keluar dari
benteng-benteng mereka. Maka, Rasulullah Saw. memerangi mereka hingga posisi
mereka terjepit. Mereka akhirnya meminta jaminan keamanan kepada Nabi Saw.
terhadap harta. darah, dan anak-cucu mereka hingga mereka keluar. Rasulullah memberi
kemurahan kepada mereka dengan meminta mereka tetap keluar dari Madinah. Setiap
tiga orang dari mereka diperbolehkan membawa seekor unta yang akan mengangkut
makanan dan minuman apa saja yang mereka kehendaki. Selebihnya tidak. Mereka
keluar dengan meninggalkan semua yang dimilikinya. tanah, kebun kurma, hasil bumi,
dan persenjataan, ditinggalkan di belakang mereka. Semuanya menjadi harta ghanimah
kaum Muslimin. Rasulullah Saw. kemudian membagi-bagikan ghanimah itu kepada
kaum Muhajirin saja, dan tidak memberi bahagian sedikit pun kepada kaum Anshar,
kecuali kepada dua orang, iaitu Abu Dujanah dan Sahal bin Hanif kerana keduanya
adalah orang fakir seperti kebanyakan kaum Muhajirin.
Dengan pengusiran Bani Nadhir dan memberi pelajaran kepada mereka, Rasulullah
Saw. berhasil memantapkan kedudukan politik di dalam negeri dan kewibawaan kaum
Muslimin. Setelah itu, barulah Rasulullah Saw. berpaling menangani politik luar negeri.
Beliau menantang kafir Quraisy dalam perang Badar kedua. tetapi mereka tidak berani
menghadapinya. Semua itu berlangsung dalam satu tahun semenjak peristiwa perang
Uhud. Rasulullah ingat kata-kata Abu Sufyan yang mengatakan, "Hari ini (Uhud)
menjadi tebusan hari Badar, dan hari yang dijanjikan (perang berikutnya) di tahun
depan.
Rasulullah tetap ingat bahawa suatu saat harus menghadapi Abu Sufyan. Oleh karena
itu, beliau menyiapkan kaum Muslimin. Sementara urusan kota Madinah diserahkan
kepada Abdullah bin Abdullah bin Salul. Beliau kemudian berangkat dengan kaum
Muslimin hingga tiba di Badar, menanti kafir Quraisy. Kaum Muslimin siap melakukan
peperangan menghadapi mereka. Kafir Quraisy kemudian keluar bersama Abu Sufyan
dari Makkah dengan membawa pasukan lebih dari 2000 orang. Akan tetapi, belum
beberapa lama kakinya menginjak bumi, Abu Sufyan pulang diikuti semua pengikutnya.
Sementara Rasul masih menunggu mereka di lembah Badar hingga berlangsung selama
lapan hari berturut-turut. Musuh yang ditunggu-tunggu belum juga muncul dan akhirnya
kabar kembalinya kafir Quraisy sampai kepada beliau. Maka, Rasul bersama kaum
Muslimin kembali ke kota Madinah setelah memperoleh banyak keuntungan dagang di
saat mereka tinggal di daerah Badar. Mereka kembali dalam keadaan menang meski
mereka tidak berperang. Kemudian Rasulullah Saw. membawa pasukannya untuk
menghadapi Bani Ghathfan di Najd. Musuh pun akhirnya lari tunggang langgang dari
hadapan Nabi Saw. dengan meninggalkan harta dan wanita-wanita mereka. Kaum
Muslimin memperoleh banyak harta ghanimah dan mereka kembali ke Madinah. Tak
berapa lama Rasulullah Saw. keluar lagi ke Doumah al-Jandal yang wilayahnya terletak
di perbatasan antara Hijaz dan Syam. Tujuannya untuk memberi pelajaran kepada
kabilah-kabilah yang sering mengganggu kafilah (dagang). Mereka tidak mahu
menghadapinya. Namun, Rasulullah membuat mereka terkejut dan ketakutan, lalu
mereka berpaling dan lari dari hadapan Nabi Saw. dengan meninggalkan harta
kekayaannya. Kaum Muslimin pun mengambilnya dan membawanya pulang sebagai
tanda kemenangan.