Anda di halaman 1dari 5

Materi 15

Peristiwa Hamra’ul Asad

Musuh Pamit Pulang Ke Makkah

Bismillahirrahmanirrahim.

Abu Sufyan sebagai pemimpin pasukan girang bukan kepalang. Namun, kabar tentang
kematian Rasulullah dan para shahabatnya masih simpang siur. Abu Sufyan akhirnya bertanya
pada muslimin tentang kabar Rasulullah, Abu Bakar, dan Umar. Mulanya Rasulullah melarang
para shahabatnya untuk menjawab, namun Umar tidak bisa menahan muslimin dimaki hingga
ia mengabarkan ketiganya masih hidup. Saking penasarannya Abu Sufyan, ia memanggil Umar
untuk mendekat dan Rasulullah pun mengutus Umar untuk bertemu Abu Sufyan. Abu Sufyan
bertanya dengan nama Allah tentang kabar Rasulullah. Umar menjelaskan bahwa Rasulullah
bahkan sedang mendengarkan mereka berbicara.

Abu Sufyan merasa dendamnya terbalaskan terkait perang Badar. Namun ia masih
berteriak bahwa tahun depan mereka akan berperang lagi di Badar. Tantangan sesumbar
tersebut diterima dan dijawab Rasulullah dengan perantara teriakan shahabat Rasulullah.

Abu Sufyan pulang dengan pasukannya. Namun Rasulullah khawatir musuh berbohong
dan belok melanjutkan peperangan ke Madinah. Rasulullah mengutus Ali bin Abu Thalib untuk
melihat kendaraan musuh yang dipakai pulang. Bila kuda, maka tujuan mereka adalah
Madinah. Bila unta, maka tujuan mereka adalah Makkah. Ali yang melihat musuh mengikatkan
kuda dan menaiki unta kembali pada Rasulullah dengan kabar tersebut.

Mengurus Jasad Muslimin

Rasulullah meminta para shahabat untuk mengurus jasad dan korban dari muslimin.
Sa’ad bin Ar-Rabi syahid setelah shahabat menyampaikan titipan salam dan pertanyaan dari
Rasulullah tentang kabar Sa’ad. Sa’ad menyampaikan bahwa ia mencium bau surga sebelum
wafatnya. Lalu ada Al-Ushairim yang sebenarnya muslimin tidak mengetahui ia baru saja telah
masuk Islam. Al-Ushairim menolak ajakan shahabat untuk masuk Islam sebelum syahidnya
karena ia memang sudah masuk Islam walau tidak diketahui. Al-Ushairim pun menjawab
bahwa ia bukan berperang demi kaumnya, melainkan demi Islam serta iman pada Allah dan
Rasulnya. Ia pun syahid padahal belum pernah shalat dalam hidupnya.

Ada seorang terluka yang dikira muslim oleh muslimin. Ia adalah Quzman yang telah
membunuh 7 atau 8 musuh. Namun saat dikabarkan surga, ia membantah bahwa ia hanya
berperang hanya untuk kehormatan kaumnya. Ia bahkan bunuh diri setelah itu karena tidak
kuat akan rasa sakit yang sedang ia derita. Rasulullah mengabarkan bahwa bila memang benar
seperti itu maka Quzman adalah ahli neraka.

Dalam urusan pemakaman, semua syahid tidak dimandikan namun dishalatkan. Semua
jasad diminta dimakamkan di tempat ia syahid. Jasad-jasad yang telah dibawa pulang ke
Madinah pun dibawa lagi ke Uhud. Rasulullah sesenggukan ketika melihat jasad Hamzah
dirusak dan akhirnya dipeluk. Rasulullah tidak pernah menangis seperti ini sebelumnya.
Setelah itu, Rasulullah meminta shahabat berbaris di belakang Rasulullah kemudian Rasulullah
memimpin doa, syukur, berserah, dan mohon hidayah dari Allah.

Kembali Ke Madinah

Rasulullah kembali ke Madinah dengan kabar pilu. Para shahabiyat sedih dengan kabar
keluarganya yang tewas. Namun mereka lega dengan selamatnya Rasulullah. Tercatat korban
dari muslimin ada 70 orang, 65nya dari Anshar. Sedangkan orang kafir menurut sebagian
ulama ada 37 orang yang tewas. Muslimin yang habis menderita dan lemah karena kekalahan
kini siaga penuh di Madinah mengantisipasi musuh dari Makkah bila kembali, atau musuh dari
dalam Madinah sendiri bila berbuat ulah.

Kekhawatiran Rasulullah ternyata Benar

Selesai Perang Uhud, muslimin benar-benar siaga pada malam harinya. Mereka
inginkan keamanan di Madinah namun kekalahan mereka di Uhud membuat muslimin lemah,
terluka, dan turun moralnya, yang semuanya dapat menyebabkan musuh-musuh berani
melancarkan serangan.

Rasulullah malam ini tidak tenang. Rasulullah sadar bahwa kemenangan Quraisy tidak
bukanlah kemenangan yang mutlak juga mereka tidak mendapat keuntungan yang berarti baik
dari harta maupun tawanan perang termasuk perempuan. Keesokan harinya, Rasulullah
memanggil Shahabat untuk mengejar musuh agar musuh tidak menyerang lagi Madinah yang
sedang lemah. Seluruh peserta yang boleh ikut hanyalah yang kemarinnya ikut perang Uhud,
kecuali izin khusus dari Rasulullah. Jabir bin Abdillah kemarin dilarang ayahnya untuk ikut
perang demi menjaga 7 atau 9 saudarinya. Kini ayahnya telah wafat dan Jabir diizinkan untuk
ikut. Hanya Jabir yang diizinkan untuk mendapatkan pengecualian tersebut.

Rasulullah tiba di Hamraul Asad, sekitar 13 km dari Madinah. Rasulullah berkemah


untuk mencegah Quraisy kalau-kalau menyerang lagi. Ternyata ada Ma’bad bin Abu Ma’bad
dari suku Khuza’ah yang menghadap Rasulullah. Ulama berbeda pendapat terkait apakah
Ma’bad masuk Islam atau tidak pada kesempatan ini. Suku Khuza’ah memiliki perjanjian
persahabatan dengan Bani Hasyim dan Ma’bad sendiri membela Rasulullah. Rasulullah
memanfaatkan situasi ini dengan mengutus Ma’bad untuk menghampiri pasukan Quraisy.

Sampai di pasukan Quraisy, ternyata apa yang dikhawatirkan Rasulullah benar terjadi.
Orang Quraisy sedang bersiap menuju Madinah. Mulanya, orang-orang saling ejek karena
mereka mengakhiri peperangan padahal Rasulullah sudah dikalahkan di Uhud. Mereka
beranggapan bahwa seharusnya mereka melanjutkan perjalanan ke Madinah sampai muslimin
musnah. Mulanya, salah satu pemimpin mereka, yaitu Shafwan bin Umayyah, berusaha
mencegah hal tersebut karena muslimin sudah kembali pulang dan memiliki kekuatan baru
serta perang berikutnya belum tentu dimenangkan oleh mereka sehingga malah membalikan
keadaan. Namun mayoritas memilih untuk berangkat ke Madinah.

Saling Membuat Pasukan Musuh Takut

Ma’bad bin Abu Ma’bad yang tiba melihat Quraisy sedang mempersiapkan diri
berangkat ke Madinah. Abu Sufyan pun bertanya kabar di belakang Ma’bad. Ma’bad
menjawab bahwa Rasulullah bersama orang-orang yang tidak ikut perang Uhud berkumpul
dengan jumlah yang tidak pernah sebanyak itu untuk membalaskan kematian keluarga mereka
di Uhud dengan keadaan sangat marah. Abu Sufyan kaget dan karena terus ditakut-takuti
akhirnya mereka benar-benar takut dan pulang ke Makkah supaya tidak bertemu dengan
pasukan muslimin.

Abu Sufyan pulang dengan ketakutan dan tidak senang. Ketika bertemu rombongan
Abdul Qais yang ingin membeli kurma dari Madinah, Abu Sufyan menitipkan pesan kepada
Rasulullah bahwa Abu Sufyan telah menghimpun pasukan untuk menghabisi Rasulullah dan
para shahabatnya. Abdul Qais dijanjikan akan diberikan kismis di pasar Ukazh bila pesannya
sampai pada Rasulullah.

Abdul Qais tiba di Madinah dan menyampaikan pesan tersebut pada Rasulullah dan
mereka memerintahkan Rasulullah untuk takut. Namun Rasulullah dan para shahabatnya
makin mantap imannya. Setelah 3 hari sampai 11 Syawal 3 H tidak juga ada musuh yang tiba,
Rasulullah kembali ke Madinah.

Hukuman Mati Bagi Dua Orang

Abul Azzah Al-Jumahi dalam perang Badar tertawan dan minta dibebaskan karena
miskin dan punya banyak anak perempuan. Akhirnya Rasulullah mengizinkan Abul Azzah
untuk dibebaskan dengan syarat tidak lagi memerangi muslimin termasuk membuat syair untuk
memerangi muslimin. Hal ini karena Abu Azzah terkenal ahli membuat syair untuk disebarkan
pada masyarakat yang sebelumnya dipakai untuk memerangi muslimin.

Abul Azzah ingkar janji dan Allah menghendaki Abul Azzah untuk dihukum. Pada
perang Uhud, Abul Azzah terbujuk untuk membuat syair andalannya dan bahkan hadir di
pasukan musuh untuk memerangi muslimin. Atas kehendak Allah, Abul Azzah tertawan oleh
muslimin. Abul Azzah merengek lagi minta ampunan pada Rasulullah namun Rasulullah
berkata bahwa muslim tidak akan jatuh 2 kali ke lubang yang sama. Abul Azzah pun dihukum
mati dan dipenggal oleh Zubair sedangkan riwayat lain oleh Ashim bin Tsabit.

Ada lagi Muawiyah bin Al-Mughirah yang sebelumnya izin untuk menjenguk
keponakannya di Madinah. Utsman pun, sebagai keponakannya, meminta izin kepada
Rasulullah untuk Muawiyah. Rasulullah hanya memberi waktu 3 hari pada Muawiyah. Namun,
ketika Rasulullah sibuk di Hamraul Asad, Muawiyah malah menetap lebih lama untuk memata-
matai Madinah. Ketika Rasulullah pulang, Muawiyah kabur dan terkejar oleh Zaid bin Haritsah
dan Ammar bin Yasir yang kemudian membunuhnya.

Wallahu A’lam.

Anda mungkin juga menyukai