Anda di halaman 1dari 5

Materi 18

Sebelum Perang Ahzab

Kemenangan Atas Arab Baduy

Bismillahirrahmanirrahim.

Masalah dari yahudi dan munafik di Madinah sudah diredupkan dengan terusirnya
Yahudi Bani Nadhir yang nyatanya tidak ada yang menolong satupun dari munafik, kabilah
yahudi lain, Arab badui seperti Bani Ghathafan, dan musyrik Quraisy. Hal ini membuat musuh
Islam kini segan pada muslimin. Mereka tau bahwa walaupun mereka sama tidak menyukai
muslimin, namun mereka tidak bisa saling mengandalkan.

Suku Ghatafan belum merasakan getirnya kekalahan. Kabilah mereka dari Bani
Muharib dan Bani Tsa’labah ternyata sedang mempersiapkan diri untuk bergerak berperang ke
Madinah. Rasulullah, yang diberitakan mata-mata, segera berangkat menyerang mereka dan
membuat mereka kocar-kacir karena terkejut. Menurut suatu riwayat yang diperselisihkan,
Rasulullah juga perang jauh ke Najd dengan perang Dzatur Riqa untuk menumpas musuh yang
berpotensi menyerang Madinah.

Perang Badar Kedua

Abu Sufyan sesumbar akan menuntaskan peperangan dengan muslimin satu tahun
setelah perang Uhud di Badar. Abu Sufyan yang dahulu berteriak di Uhud setelah menang
perang merasa percaya diri untuk menyerang muslimin di Badar.

Rasulullah sudah menyiapkan dengan serius agar Perang Badar berikutnya ini benar-
benar dalam keadaan siap. Sengaja Rasulullah menuntaskan terlebih dahulu urusan dengan
kabilah Arab badui seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Kini, yahudi, munafik di
Madinah, dan Arab badui, sudah lesu menghadapi muslimin. Tinggal, Rasulullah fokus untuk
memerangi musyrik Quraisy saja.
Rasulullah berangkat bersama sekitar 1.500 muslimin berangkat ke Badar pada Sya’ban
4 H lagu menunggu di Badar. Sedangkan Abu Sufyan keluar bersama sekitar 2.000 pasukan
dan sudah singgah di Majannah sejauh 1 marhalah, atau kurang dari 50 km dari Makkah. Allah
menurunkan pertolongan berupa ketakutan yang sangat pada Abu Sufyan dan musyrikin. Abu
Sufyan mencari alasan untuk pulang yaitu karena sedang musim paceklik. Karena semua
pasukan diam-diam sebenarnya sangat takut, maka mereka tidak ada yang membantah satu
orang pun dan pulang.

Rasulullah menantikan pasukan musyrik Quraisy di Badar selama 8 hari. Selama itu,
muslimin berpopaganda dan berdagang pada kafilah-kafilah karena Badar memang jalur utama
safar dan perdagangan. Keberadaan muslimin selama 8 hari menanti musuh sambil berdagang
membuat muslimin harum namanya dan sangat ditakuti. Apalagi pasukan Makkah malah
pulang ciut setelah keberangkatannya. Muslimin berhasil menundukan semua musuhnya yang
selama ini mengancam Madinah. Peran ini disebut juga perang Badar kecil atau perang Badar
yang dijanjikan.

Perang Daumatul Jandal

Setelah 6 bulan dari perang Badar shugra, Rasulullah menerima kabar bahwa ada
kabilah yang terkenal perampok di pinggiran Syam ternyata sedang bersiap menyerang
Madinah. Rasulullah segera pergi jauh dengan sekitar 1.000 pasukan dengan mengendap-
endap. Rasulullah berangkat pada malam hari dan istirahat pada siang hari. Dengan demikian,
Rasulullah berhasil mengejutkan musuh yang langsung kabur terpencar-pencar kocar-kacir
bahkan tidak bisa dikejar setelah pasukan muslimin dipecah sekali pun. Rasulullah
menempatkan sejumlah pasukan di Dumah, timur Syam. Kini, muslimin sudah bangkit
mendominasi setelah jatuh di perang Uhud dan Bi’r Ma’unah.

Nama Perang Ahzab

Perang Ahzab artinya perang sekutu dan disebutkan dalam ayat Quran, juga sebagai
nama surat. Sedangkan istilah lain dari perang ini adalah perang Khandaq atau perang parit.
“khandaq” diambil dari kata “kandak” dalam bahasa persia. Perang ini adalah puncak
peperangan muslimin dengan bangsa Arab.

Dendam Yahudi Bani Nadhir

Yahudi Bani Nadhir telah terusir keluar Madinah. Sebagian penduduknya pergi jauh ke
Syam. Sedangkan kebanyakan pemimpinnya ke Khaibar, tempat di Jazirah Arab yang mirip
kondisinya seperti di Madinah. Dulu, Yahudi hijrah ke Madinah dan Khaibar mengejar tempat
kemunculan nabi akhir zaman diantara gunung batu dan kebun kurma.

Yahudi Bani Nadhir tidak sekuat Bani Qainuqa dan Bani Quraizhah. Mereka tidak
terbiasa berperang namun tidak kalah kebenciannya pada muslimin. Bila Bani Qainuqa banyak
dibinasakan Allah di ketika terusir dan tinggal ke Syam, Bani Nadhir merancang rencana baru
untuk memerangi muslimin.

Dua puluh pemuka Yahudi Bani Nadhir pergi ke musyrik Quraisy, Ghathafan, dan
kabilah-kabilah Arab badui lain untuk menyeru berperang bersama-sama. Ternyata seruan itu
benar-benar disambut dan disepakati. Pada waktu yang bersamaan, masing-masing
mengirimkan pasukannya menyerang Madinah.

Rasulullah Bertindak Cepat

Rasulullah hanya punya waktu 7 hari untuk bersiap diri setelah mendengar kabar
tersebut. Dalam situasi genting tersebut, Salman bersuara dalam musyawarah menceritakan
Persia yang menggali parit ketika diserang musuh. Rasulullah tau bahwa Madinah adalah
negeri yang unik. Timur dan Baratnya terdapat gunung batu yang terjal dan tidak bisa dilalui
kuda dan unta. Sedangkan selatannya terdapat kebun kurma yang sangat lebat yang bisa
memecah rombongan pasukan menjadi tercecer. Pasukan yang banyak hanya bisa bergerak
serempak masuk dari utara Madinah.

Rasulullah memerintahkan Utara Madinah untuk digali parit sampai ke tebing-tebing


terjal di Timur dan Barat. Rasulullah membuat parit dengan lebar dan dalam (masing-masing
sekitar 4 meter) supaya tidak ada kuda yang bisa lompat dan orang yang memaksa masuk akan
sulit keluar dan mudah dipanah. Rasulullah harus menyelesaikan ini dalam waktu 6 hari. Kalau
tidak, maka semua penggalian akan sia-sia dan muslimin tidak akan punya tenaga dalam
menghadapi musuh.

Musuh Bergerak

Musuh bergerak ke Madinah. Pasukan Quraisy dan sekutunya bergerak dipimpin oleh
Abu Sufyan sebanyak 4 ribu orang. Sedangkan Bani Ghatafan dan penduduk Najd (jauh timur
Madinah, Riyadh sekarang) datang dengan 6 ribu pasukan. Mereka datang serempak ke
pinggiran Madinah. Ada 10 ribu pasukan musuh yang datang dengan senjata lengkap dan
perajurit pilihan yang siap menyerang Madinah. Sedangkan Madinah hanya ada 3 ribu tentara
yang persenjataannya diada-adakan. Seluruh tentara musuh lebih banyak dari seluruh
penduduk Madinah, termasuk orang tua, sakit, lemah, perempuan, dan anak-anak.

Tantangan Penggalian Parit

Madinah adalah negeri yang sebenarnya sulit dibuat parit. Tanah Madinah dipenuhi
dengan batu. Penggalian sangat berat dan panjang (+- 3 km). Pada saat penggalian, musim
dingin sedang dalam puncak-puncaknya sehingga sangat menyakitkan badan. Apalagi,
Madinah sedang kekurangan bahan pangan sehingga banyak orang dalam keadaan kelaparan
serius. Jatah harian mereka hanya segenggam gandum dengan adonan minyak. Mereka
mengikat batu ke perut mereka. Mulut mereka mengeluarkan bau tidak sedap dari lambung-
lambungnya. Saat mengeluh pada Rasulullah, ternyata Rasulullah bukan hanya mengikat
sebuah batu pada perutnya, melainkan 2 buah batu.

Pertolongan Allah dari Kelaparan

Pertolongan Allah datang silih berganti. Pertama, keluarga Jabir bin Abdillah
menyiapkan makan untuk beberapa orang dari potongan hewan juga 1 sha gandum kemudian
datang berbisik pada Rasulullah. Rasulullah tiba-tiba bahagia dan memanggil semua orang
untuk makan di rumah Jabir. Jabir dan keluarganya panik dan kebingunan. Tapi akhirnya
mereka membiarkan orang-orang menuangkan makanan yang anehnya tidak berkurang kecuali
sedikit sekali padahal orang-orang sekarang kekenyangan.

Pertolongan Allah datang lagi. Saudair An-Nu’man bin Basyir datang menyuguhkan
segenggam kurma pada ayah dan pamannya. Rasulullah malah datang meminta kurma tersebut
yang kemudian disimpan di atas kain. Rasulullah memanggil lagi semua orang untuk makan
dan kini kurma tersebut malah terus bertambah sampai tercecer keluar kain kain hamparan.

Wallahu A’lam.

Anda mungkin juga menyukai