Anda di halaman 1dari 5

Materi 17

Beratnya Permusuhan

Setelah Perang Uhud

Mengembalikan Propaganda Muslimin

Bismillahirrahmanirrahim.

Perang Uhud berdampak buruk pada citra muslimin di jazirah Arab. Semua yang
memandang buruk muslimin kini mulai menunjukan permusuhannya. Rasulullah selalu sigap
untuk membalikan keadaan. Hal ini menunjukan Rasulullah adalah pemimpin agama sekaligus
pemimpin perang yang tiada duanya karena dibimbing langsung oleh wahyu. Langkah pertama
yang dilakukan untuk memitigasi kejatuhan nama baik muslimin adalah dengan peristiwa
Hamraul Asad. Dengannya, pasukan musyrik Makkah tidak jadi kembali ke Madinah dan
muslimin kembali menunjukan kekuatannya setelah luka yang berdarah-darah. Kini, muslimin
masih harus membungkam orang Yahudi, munafiq, dan Arab badui.

Mengirim Pasukan Abu Salamah

Kaum yang pertama kali berniat menyerang muslimin adalah Arab badui dari Bani
Aasad bin Khuzaimah. Pemimpin musuh, yaitu kedua anak Khuwailid yang bernama Thalhah
dan Salamah, mengerahkan kaumnya untuk menyerang Madinah. Rasulullah, yang memiliki
jaringan mata-mata yang unggul, segera mendengar kabar tersebut. Rasulullah mengirim
pasukan yang dipimpin oleh veteran perang Uhud, yaitu Abu Salamah. Abu Salamah sebagai
pemimpin dan pembawa bendera membawa 150 personil dari Muhajirin dan Anshar. Musuh
yang tidak mengetahui kabar tersebut hanya bisa lari kocar-kacir karena belum mempersiapkan
diri diserang oleh muslimin di kampung halaman. Akhirnya Abu Salamah pulang dan tiba di
Madinah membawa unta, kambing, dan harta yang banyak pada Hilal Muharam 4 H. Namun,
karena Abu Salamah terkena infeksi ketika perang Uhud, ia syahid tidak lama setelah pulang.
Ini terjadi pada

Pasukan Abullah Unais

Masih di bulan yang sama, 5 Muharam 4 H, ada kabar bahwa Khalid bin Sufyan Al-
Hudzali menggerakan pasukan untuk menyerang Madinah. Rasulullah mengirim pasukan
Abdullah bin Unais untuk melawan. Setelah 18 hari, Abdullah pulang pada hari sabtu, sepekan
sebelum Muharam berakhir, sambil membawa kepala Khalid bin Sufyan Al-Hudzali.
Rasulullah menghadiahkan Abdullah dengan tongkat yang akan bersaksi di akhirat. Oleh sebab
itu, Abdullah mewasiatkan tongkat tersebut untuk dimasukan dalam makamnya.

Utusan ke Ar-Raji

Pada Shafar masih pada 4 H, beberapa utusan dari Adhal dan Qarah datang untuk minta
dikirimkan guru Qur’an. Rasulullah pun mengirimkan rombongan Ashim bin Tsabit untuk
berangkat. Satu riwayat menyebutkan 6 orang, riwayat lain 10 orang, riwayat lain
pemimpinnya adalah Martsad bin Abu Martsad Al-Ghanwi. Namun ketika tiba di
perkampungan Hudzail, yaitu Bani Lahyan, mereka mengepung muslimin dengan 100
pemanah. Ashim dan lainnya melawan dan menolak tawaran penawanan setelah mendaki ke
tempat tinggi. Tersisa 3 orang, dan yang ketiga dibunuh karena tidak mau diikat dan
dibelenggu.

Seorang tawanan, Khubaib bin Adi, dijual ke Makkah dan kemudian disalib di luar
tanah haram, yaitu Tan’im. Ia meminta untuk shalat 2 rakaat sebelum dieksekusi dan diizinkan.
Khubaib disalib dan dieksekusi oleh Uqbah bin Al-Harits yang ayahnya dibunuh Khubaib di
Badar. Khubaib adalah orang pertama yang mentradisikan shalat 2 rakaat sebelum dieksekusi.
Ia terlihat makan setangkai anggur di Makkah sebelum eksekusinya, padahal di Makkah tidak
sedang ada buah anggur.

Adapun Zaid bin Ad-Datsinnah juga dijual pada Quraisy dan dibeli Shafwan bin
Umayyah yang ayahnya dibunuh oleh Zaid. Maka Shafwan pun membunuhnya.
Jasad Ashim, salah satu pahlawan Badar, masih ada di lokasi pengkhianatan. Musyrik
Quraisy mengirim utusan untuk memutilasi Ashim agar yakin ia tewas. Namun Allah mengirim
lebah untuk melindungi jasad Ashim dan membawa jasad Ashim pergi.

Tragedi Bi’r Ma’unah

Tragedi Bi’r Ma’unah adalah yang paling memilukan dalam rangkaian pengkhianatan
setelah perang Uhud. Apalagi ini terjadi beberapa hari setelah peristiwa Raji.

Mulanya, Abu Bara’ Amir bin Malik meminta Rasulullah untuk mengirimkan 40,
riwayat lain 70, shahabatnya yang ulama Qur’an untuk berdakwah di Najd dengan jaminan
keselamatan Abu Bara’. Namun setelah tiba di Bi’r Ma’unah, Amr bin Thufail menyerang
rombongan muslimin setelah ia membunuh utusan Rasulullah, Haram bin Milhan, dalam
rombongan yang mengajak Amr masuk Islam sesuai surat Rasulullah. Bani Amir menolak ikut
karena ada perlindungan Abu Bara’ bin Malik. Amr bin Thufail pun mengajak kabilah
Ushayyah, Ri’l, dan Dzakwan hingga berhasil. Rombongan muslimin semua dibunuh kecuali
Ka’ab bin Zaid yang pura-pura tewas.

Singkat cerita, Rasulullah yang tau kemudian marah besar dan berdoa qunut minta
kehancuran Bani Lihyan (yang peristiwa Raji), dan 3 kabilah licik di peristiwa Bi’r Ma’unah.
Dalam suatu kisah, setelah Rasulullah rutin qunut 30 hari, seluruh kabilah yang didoakan
kehancurannya kini bergelimpangan binasa begitu saja. Dikisahkan Rasulullah hanya berdoa
dan tidak menyerang karena tidak tau lokasi musuh di tengah gurun pasir.

Sebab Pengusiran Yahudi Bani Nadhir

Ketika peristiwa Bi’r Ma’unah, saksi yang menyaksikan jenazah muslimin


bergelimpangan segera hendak melapor pada Rasulullah. Namanya adalah Amr bin Umayyah
Adh-Dhamri. Singkat cerita, ia singgah istirahat di bawah pohon. Kemudian, datang pula 2
orang Bani Kilab yang tidur istirahat. Amr mengira 2 orang ini adalah warga yang ikut
membunuh rombongan muslimin. Amr pun membunuh mereka berdua.
Rasulullah yang mengetahui kabar Bi’r Ma’unah sedih berlipat-lipat. Selain peristiwa
Ar-Raji’, kedua orang yang dibunuh Amr adalah Bani Kilab yang sebelumnya telah ada
perjanjian pertemanan dengan Rasulullah. Rasulullah kini hendak mengumpulkan diyat
tebusan dari seluruh penduduk Madinah sesuai piagam Madinah sebelumnya.

Yahudi Bani Nadhir enggan untuk membantu Rasulullah. Namun, mereka tidak seperti
kabilah lain yang mampu mengerahkan pasukan. Setelah perang Uhud, Bani Nadhir mulai
berkonspirasi, yaitu menjalin persekutuan dengan munafik, musyrik Quraisy, dan lainnya.

Permusuhan Bani Nadhir akhirnya terungkap. Rasulullah mulanya datang ke tempat


Bani Nadhir untuk meminta bantuan tebusan sesuai kesepakatan perjanjian. Namun, Bani
Nadhir di belakang malah saling berbantah-bantahan hingga disepakati untuk membunuh
Rasulullah dengan menjatuhkan batu penggiling dari atap.

Allah menyelamatkan Rasulullah dengan mengirim Jibril dan memberitakan apa yang
dilakukan Bani Nadhir. Rasulullah segera pulang tanpa berkata apapun termasuk pada
shahabatnya pada awalnya. Rasulullah kemudian mengutus Muhammad bin Maslamah untuk
mengultimatum Bani Nadhir agar keluar dalam 10 hari atau dipenggal.

Bani Nadhir mulanya akan keluar, namun Abdullah bin Ubay mengirim surat bahwa
mereka (orang munafik) akan membantu mereka berperang. Bahkan mereka sesumbar bahwa
sekutu mereka dari Bani Ghathafan dan Yahudi Bani Quraizhah akan segera membantu
mereka. Kini Bani Nadhir tidak jadi keluar benteng. Rasulullah yang mengetahui jawaban Bani
Nadhir pergi mengepung benteng mereka. Rasulullah bahkan menebang kebun kurma yang
menyulitkan pengepungan benteng Bani Nadhir karena alasan darurat.

Bani Nadhir Akhirnya Terusir

Bani Nadhir ditimpa kesialan berlipat-lipat. Orang munafik, Bani Ghathafan, dan
Yahudi Bani Quraizhan tidak ada yang datang membantu mereka. Setelah 5 atau 6 hari, maka
mereka pun menyerah dan siap meninggalkan Madinah. Rasulullah mengizinkan mereka
membawa hartanya yang bisa muat dalam unta mereka kecuali senjata. Mereka pun sampai
merobohkan tiang dan rumah mereka untuk dipreteli dan dibawa keluar Madinah. Mereka
keluar bersama seluruh keluarganya. Sebagian mereka dan para pemimpin utamanya pergi ke
Khaibar, sedangkan sebagian lagi jauh ke Syam.

Rasulullah mendapatkan harta yang sangat banyak. Diantaranya adalah 50 baju besi
dan topi baja, 340 pedang, dan barang lainnya yang kemudian dibagikan tanpa dibatasi
seperlima. Hal ini karena muslimin cenderung mendapatkannya hampir tanpa peperanga, atau
istilahnya Fa’i. Berbeda dengan Ghanimah yang didapatkan karena perang yang Rasulullah
hanya berhak mengelola 1 per 5 saja. Rasulullah membagikannya pada Muhajirin awal dan ada
kepada Anshar yang miskin. Rasulullah mengambil bagian untuk keperluan nafkah
keluarganya selama 1 tahun. Kisah pengusiran Bani Nadhir diabadikan oleh Allah dalam surat
Al-Hasyr.

Wallahu A’lam.

Anda mungkin juga menyukai