Anda di halaman 1dari 3

Meneladani Kisah Nusaibah Binti Ka’ab, Wanita Perisai Rasulullah

Nusaibah Binti Ka’ab (Ummu Umarah/ Imarah) merupakan seorang anshar yang termasuk
golongan pertama masuk islam. Sebelum masuk islam, beliau merupakan seseorang yang dermawan
dikalangan masyarakat Madinah. Proses masuk islam yang dilakukan Nusaibah yaitu ketika Bersama
suaminya Zaid bin Ashim Bersama kedua anaknya, Abdullah dan hubaib ikut berbaiat dalam baiat aqabah
dua. Dalam baiat aqabah II tersebut hanya ada 73 orang laki-laki dan 2 orang perempuan. dua orang
perempuan tersebut adalah Nusaibah binti ka’ab dan saudara perempuannya, Asma’ bintu Amr. Isi dari
baiat tersebut adalah: Untuk mendengar dan taat, baik dalam perkara yang mereka sukai maupun yang
mereka benci, Untuk berinfak baik dalam keadaan sempit maupun lapang, Untuk beramar ma’ruf nahi
munkar, Agar mereka tidak terpengaruh celaan orang-orang yang mencela di jalan Alla, Agar mereka
melindungi Muhammad sebagaimana mereka melindungi wanita-wanita dan anak-anak mereka sendiri.

Nusaibah adalah sosok yang memegang teguh isi dari baiat aqabah II. Keteguhannya
diimplementasikan dalam bentuk perjuangan membela islam dan mentaati Rasulullah. Ia juga dikenal
sebagai sosok yang pemberani dan tabah. Sebelum kejadian perang Uhud, Nusaibah yang kala itu berada
di rumah mendengar derap langkah kaki kuda dan pasukan Quraisy yang mendekat dikawasan gunung uhud.
Seketika itu Nusaibah membangunkan suaminya yang sedang tertidur. Suaminya, Zaid kaget dan
terperanjat seketika menyesali mengapa bukan dia yang mendengar suara itu, tetapi malah istrinya.
Nusaibah kemudian menyiapkan kuda suaminya untuk berperang dan ketika suaminya berangkat ke medan
perang Nusaibah berpesan “Suamiku, bawalah pedang ini, jangan pulang sebelum menang”. Nusaibah
duduk dan gelisah menunggu kabar hasil dari perang uhud. Ketika itu tiba-tiba datang penunggang kuda
pembawa pesan yang mengatakan bahwa suaminya telah gugur dimedan perang. Bukannya bersedih
Nusaibah malah mengucapkan “Suamiku telah menang perang, Terimakasih Ya Allah”.

Keinginannya untuk berperang membela Rasulullah ingin sekali ia wujudkan dalam aksi nyata,
kala itu Nusaibah meminta izin Rasulullah untuk berperang. Rasullullah menolak permintaan tersebut dan
meminta Nusaibah untuk membantu urusan logistic dan medis dalam perang uhud. Nusaibah menuruti
permintaan tersebut. Ia ditugaskan untuk memberikan air bagi pasukan dan melakukan pengobatan medis
bagi pejuang muslimin yang terluka. ketika itu perang uhud tidak berjalan dengan baik. Pasukan pemanah
yang ditugaskan dalam pos pengamanan meninggalkan pos karena mereka melihat pasukan Quraisy yang
mundur. Mereka tidak tahu bahwa mundurnya asukan Qurasisy ini hanyalah strategi untuk melalaikan
pasukan muslimin. Padahal kala itu, Rasuullah telah berpesan kepada pasukan untuk tidak meninggalkan
pos apapun yang terjadi. Akibatnya, pasukan Quraisy mampu menembus pertahanan kaum muslimin dan
mereka sampai berhadapan langsung dengan Rasulullah.
Melihat Rasulullah berjuang mengahadapi pasukan Quraisy yang lebih banyak, Nusaibah
mengambil pedang dan menghunuskannya ke pasukkan Quraisy untuk melindungi Rasulullah. Saat itu
Rasulullah mendapati pemuda yang lari ketakuan sambil membawa perisai. dan Rasulullah mengatakan
“berikanlah perisaimu kepada orang yang sedang berperang (Nusaibah)”.

Dalam berbagai riwayat disebutkan, bahwa ketika perang uhud Nusaibah berperang penuh
keberanian dan tidak menghiraukan diri sendiri ketika membela Rasulullah. Nusaibah menderita luka-luka
di sekujur tubuhnya pada perang tersebut. Sedikitnya ada sekitar 12 luka di tubuhnya, dengan luka di leher
yang paling parah. Namun hebatnya, Nusaibah tidak pernah mengeluh, mengadu, atau bersedih. Rasulullah
sangat menghargai beliau. Ketika Rasulullah melihat Nusaibah terluka, beliau bersabda, "Wahai Abdullah
(putra Nusaibah), balutlah luka ibumu! dan kemudian berdoa “Ya Allah, jadikanlah Nusaibah dan anaknya
sebagai sahabatku di dalam surga.". Mendengar hal itu, Nusaibah berkata “sesungguhnya aku tidak peduli
lagi dengan hal-hal yang ada di dunia ini”. Tidak hanya doa tersebut yang menunjukkan tingginya
kedudukan Nusaibah di mata Rasulullah. Suatu ketika dalam pernag Uhud, Rasullullah pernah mengatakan
kepada Abdullah “sesungguhnya saat ini kedudukan ummu umarah lebih baik dari pada kedudukan si fulan-
dan fulan”. Keberanian ummu umarah tidka hanya berhenti sampai perang uhud saja, ia juga membersamai
Rasulullah dalam Baitur Ridhwan untuk menyatakan akan berjanji berjuang membela Allah sampai akhir.
Selain itu ia juga berperan dalam peristiwa Hudaibiyah, Perang Khaibar, Perang Hunain dan Perang
Yamamah.

Nusaibah juga merupakan sosok yang mampu menjaga harga diri. Dalam riwayat Imam AzZahabi,
anak Nusaibah, Abdullah mengatakan “Pada suatu hari saya terluka dan darahnya tidak mahu berhenti.” .
Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Balutlah lukamu,”. Kemudian ibuku datang dengan membawa
pembalut dari ikat pinggangnya. Kemudian datanglah orang yang memukul anaknya tadi. Rasulullah SAW
pun bersabda, “Inilah orang yang memukul anakmu”. Ummu Umarah mendekatinya dan memukul betisnya
hingga tumbang . Maka Ummu Umarah melihat Rasulullah SAW tersenyum hingga nampak gigi taring
baginda sambil banginda bersabda, “Engkau telah menghukumnya wahai Ummu Umarah”,” Kemudian
kami pukul lagi dengan pedang sehingga musuh itu mati . Lalu baginda bersabda , “Segala puji kepunyaan
Allah, yang telah memberi pertolongan kepadamu.

Perjuangan Nusaibah berlanjut hingga setelah Rasullullah wafat. Pada masa khalifah Abu Bakar
Ash Shidiq, banyak masyarakat muslimin yang kembali murtad dan Munculah Musailamah Al Khazab
yang mengaku sebagai nabi. Abu Bakar a Ash shiddiq kemudian segera membentuk pasukan untuk
memerangi mereka. Abu Bakar mengirim surat kepada Musailamah dan menunjuk Huabib sebagai
utusannya.Namun Hubaib ditawannya dan disiksa dengan siksa yang mengerikan. Hubaib tetap tabah dan
sabar. Musailamah bertanya kepada Hubaib, ” Apakah engkau mengakui bawaha Rasulullah itu adalah
utusan Allah ?” Dia menjawab “Benar”. Musailamah bertanya lagi, ” Apakah engkau mengetahui bahawa
saya adalah utusan Allah ?”Hubaib menjawab, “Saya tidak pernah mendengar yang demikian itu,”. Lalu
Musailamah memotong-motong tubuh Hubaib sehingga ia meninggal dunia.

Ketika mengetahui bahawa anaknya Hubaib terbunuh, maka Ummu Umarah bernazar tidak akan
mandi sehingga ia dapat membunuh Musailamah. Ia meminta ijin Abu Bakar untuk begabung bersama
pasukan yg akan memerangi orang-orang yg mutad dari Islam. Abu Bakar ash-Shidiq bekata kepadanya
“Sungguh aku telah mengakui peranmu di dalam perang Islam maka berangkatlah dengan nama Allah.”
Maka beliau menuju medang perang Yamamah Bersama Abdullah, anaknya.. Ia sangat berharap agar dapat
membunuh Musailamah dengan tangannya sendiri . Al Waqidi menceritkan bahwa Nusaibah bahkan
berjanji kepada Allah dan memohon kepadaNya agar ia juga mati di tangan Musailamah atau dia yang
membunuh Musailamah. Namun takdir telah menentukan yang membunuh Musailamah bukan Ummu
Umarah tetapi anaknya Abdullah yang menuntut bela diatas kematian saudaranya Hubaib. Pada perang
tersebut Nusaibah terpotong tangannya, sehingga ia berkata : Tangan saya terpotong pada hari peperangan
Yamamah, padahal saya sangat berhajat untuk membunuh Musailamah . Tidak ada yang dapat melarangku
sehingga aku dapat melihat anakku Abdullah bin Zaid mengusap pedangnya dengan pakaiannya , lalu aku
berkata kepadanya: ” Engkaukah yang membunuhnya ?” Ia menjawab “Ya” . Kemudian aku bersujud
kepada Allah kerana bersyukur.Sungguh pelajaran luarbiasa banyak didapatkan dari kisah Nusaibah ini.

Anda mungkin juga menyukai