Abdullah bin Zubair bin Awwam bin Khuwailid berasal dari suku Bani Asad. Abu Bakar dan Abu
Khubaib adalah julukan Abdullah bin Zubair. Ayahnya, Zubair bin
Awwamadalah sahabat penting Nabi Muhammad saw dan juga sepupu Nabi saw. Ibunya adalah
asma, putri Abu Bakar.
Kelahiran
Ada sedikit perbedaan laporan sejarah tentang tahun kelahiran Ibnu Zubair. [1]Menurut laporan
yang terkenal, dia adalah anak pertama yang lahir pada bulan Syawal tahun pertama Hijrah. [2].
Kaum Muslimin ketika mendengar kabar kelahirannya, menampakkan kegembiraannya karena
kaum Yahudi mengklaim mereka akan berhasil mencegah kelahiran bayi dengan sihir-sihir yang
mereka lakukan. Dikatakan bahwa Nabi Muhammad saw juga bergembira dan menyuapi Zubair
dengan kurma. Kemudian menamainya Abdullah dan Abu Bakar mengazaninya di
telinganya. [3] Berdasarkan dari riwayat-riwayat yang berasal baik dari Syiah maupun Sunni, kita
mengetahui bahwa pernikahan Zubair dan Asma adalah nikah mut'ah [4]Abdullah bin Zubair
adalah anak pertama kali yang lahir dari jenis pernikahan ini. [5] Ibnu Zubair pada usia tujuh atau
delapan tahun bersama-sama dengan anak-anak seusianya memberikan baiat kepada Nabi
Muhammad saw sehingga ia disebut sebagai sahabat kecil. [6]
Kekhalifahan
Sumber-sumber sejarah berbeda pendapat tentang ajakan Ibnu Zubair supaya membaiat
dirinya. Sebagian rujukan menulis pada tanggal 9 Rajab tahun 64 H/684. [49]Sebagian
menyebutkan bahwa baiat kepada Zubair diberikan oleh masyarakat pada tiga bulan setelah
kematian Yazid. [50] Diberitakan bahwa setelah kematian Yazid di Suriah, Ibnu Zubair
mendapatkan dukungan dari masyarakat Suriah, oleh itu pasukan Suriah sebelum bergerak ke
arah Suriah menginginkan supaya Ibnu Zubair melupakan hal-hal yang telah terjadi
seperti Peristiwa Harrah dan pergi ke Suriah bersama dengannya, namun Ibnu Zubair dengan
dalil-dalil tertentu menolak ajakannya. [51] [52]
Tak lama setelah itu, orang-orang dari negara-negara seperti Damaskus, Kufah, Basrah, Yaman
dan tempat-tempat lain seperti Khurasan membaiat perwakilan Ibnu Zubair. [53] Ibnu Zubair
memperlakukan keluarga Bani Umayyah dengan kasar dan mengusir mereka dari Mekah. [54] Dia
juga membunuh Atabat bin Abu Sufyan beserta lima puluh anggota Bani Umayyah di
sekitar haram. [55] Tindakan ini membuat Abdullah bin Umar dan Abdullah bin Abbas mengkritik
keras atas perbuatannya. [56]Hubungan antara Ibnu Zubair dan Bani Hasyim juga tidak membaik.
Muhammad bin al-Hanafiyah menolak untuk memberi sumpah setia kepadanya dan mengatakan
bahwa dia akan memberikan baiat dengan syarat jika semua umat Islam telah menerima
kekhalifahan Ibnu Zubair, sebuah syarat yang tidak mungkin akan dapat dipenuhi. [57] Ibnu Zubair
juga berkhutbah menghina Imam Ali as dan hal ini membuat Muhammad bin al-Hanafiyyah
dalam pidatonya mengkritik Ibnu Zubair dalam pidatonya. Masyarakat dan para
pembesar Quraisypun melakukan tindakan yang sama. [58]
Ibnu Zubair terus-menerus bersikeras untuk mengambil sumpah setia dari Muhammad bin
Hanafiyah. Setelah pemberontakan Mukhtar al-Tsaqafi di Kufah dan pengusiran Abdullah bin
Muti, perwakilan Abdullah bin Zubair, dia memenjarakan Muhammad bin Hanafiyah dan sahabat-
sahabatnya di Hujrah Zamzam dan bersumpah kepada Tuhan untuk membakar mereka atau
memenggal kepala mereka jika mereka menolak untuk memberikan sumpah setia
kepadanya. [59] Dikatakan bahwa Muhammad bin Hanafiyah dalam suratnya meminta Mukhtar
untuk menolongnya. [60] Mukhtar mengirim rombongan ke Mekah dan hal ini terjadi ketika Zubair
mengepung penjara Muhammad untuk kemudian membakarnya. [61] Kelompok beranggotakan
150 orang dikirim dari Kufah dengan semboyan Ya Latsaratal Husain dan memasuki Masjidil
Haram dan membebaskan para tahanan dan demi untuk menjaga kesucian masjid, mereka
mengganti pedang dengan kayu. Mukhtar juga mengirim pasukan ke masjid dan terjadilah
perang antara dua kelompok itu. [62] Tiga hari kemudian, pasukan bantuan datang dari Mesir dan
dengan demikian, Muhammad bin Hanafiyah bisa keluar dari masjid dan bersama dengan
pasukannya tinggal di Syi'ib Ali [63] hingga Mukhtar hidup. [64] Setelah itu, antara Zubair dan
Muhammad bin Hanafiyah selalu terjadi konflik yang berkepanjangan. [65]
Ibnu Zubair memperlakukan Ibnu Abbas dengan keras dan menghina dia dalam
pidatonya. [66] Ibnu Abbas tidak pernah memberi sumpah setia kepada Ibnu Zubair dan
menganggapnya tidak layak [67] menduduki posisi khalifah karena telah melanggar
kesucian Masjidil Haram. [68] Dengan mempertimbangkan posisi religius dan ilmiah Ibnu Abbas,
maka pendapatnya terhadap Ibnu Zubair membahayakan posisinya. [69] Selain itu, Ibnu
Abbas adalah salah satu tentara yang bertempur bersama Imam Ali asdalam pertempuran
Jamal. Sebagian fatwa Ibnu Abbas diantaranya tentang kebolehan Nikah Mut'ah menyebabkan
perbedaan diantara mereka. Ibnu Abbas menyatakan bahwa Ibnu Zubair adalah anak dari jenis
pernikahan mut'ah. [70] Hal itu juga dinyatakan oleh ibu Ibnu Zubair. Akhirnya Ibnu Zubair
mengeluarkan Ibnu Abbas untuk keluar dari Mekah, namun konflik mereka tetap berlanjut ketika
Ibnu Abbas tinggal di Tha'if hingga meninggal dunia disana. [71]
Pengepungan Kedua
Setelah Ibnu Zubair memiliki kekuasaan, Bani Umayyah termasuk Marwan bin Hakam telah
mengalami masa tua dan sakit. Oleh karena itu, ia mengusir anaknya, Abdul Malik dari Madinah.
Hal ini menyebabkan Marwan sebagai khalifah yang memiliki hubungan dekat dengan Ibnu
Zubair menemukan peluang untuk melemahkannya di Suriah. [72]
Marwan berhasil mengacaukan pasukan musuh di Perang Marj Rahith pada
bulan Dzulhijjah tahun 64 H/684 . [73] dan membunuh Dhahak bin Qais. [74] Dalam waktu yang
singkat kekuatan Ibnu Zubair di Suriah berakhir. Mesir juga menjadi daerah kekuasaan Marwan
dan tidak lagi menjadi kekuasaan Zubair. [75]
Saat Abdul Malik bin Marwan berkuasa di Suriah pada tahun 65 H/685 Ibnu Zubair mulai
berceramah pada musim haji tentang keburukan Abdul Malik bin Marwan sehingga masyarakat
akan memberikan sumpah setia kepadanya. Dalam pidatonya di hari Arafah dia mengingatkan
orang tentang kutukan Nabi Muhammad saw atas Hakam bin al-Ash seperti nenek moyang
Abdul Malik dan keluarganya dan dia mencoba mempengaruhi orang-orang Suriah untuk
mendukungnya. [76] Di sisi lain, Abdul Malik mencoba mencegah masyarakat supaya tidak
menghadiri ibadah haji, dia juga menggunakan fatwa dari Al-Zuhri, seorang ulama pemerintah,
bahwa umat Islam dapat melakukan ritual haji dan tawaf di Baitul Maqdis. Masyarakat Suriah
pada musim haji bertawaf dan melaksanakan ibadah haji pada hari Arafah dan Idul Kurban di
sana. [77]
Perselisihan internal di antara Bani Umayyah dan ancaman dari Khawarij serta Roma,
mencegah kelompok Marwan untuk secara serius menghadapi pertentangan dari Ibnu
Zubair. [78] Hingga pada tahun 72 H/691 saat Abdul Malik berhasil mengalahkan Mus'ab bin
Zubair dan menduduki Irak dia mengirim Hajjaj bin Yusuf al-Tsaqafi untuk menekan Ibnu Zubair
di Hijaz. [79] Hajjaj karena telah mengetahui kelemahan pasukan Ibnu Zubair dan mengetahui
bantuan pasukan 5000 orang telah memasuki Madinah, ia mengusir Ibnu Zubair dari
Madinah. [80] Kemudian ia bergerak menuju Mekah dan mengepung Ibnu Zubair di Masjidil
Haram. Pengepungan ini dimulai pada bulan Dzulhijjah tahun 72 H/692 dan setelah enam bulan
dan 17 hari berakhir dengan kematian Ibnu Zubair pada hari Selasa, tanggal 17 Jumadil
Awal tahun 73 H/693.
Beberapa laporan menyebutkan pengepungan tersebut berlangsung selama delapan bulan dan
17 hari. [81] Berdasarkan satu hal, pada awalnya, Abdul Malik melarang Hajjaj untuk melakukan
tindakan militer ke Mekah dan mendorongnya untuk menaklukkan Ibnu Zubair melalui
pemboikotan ekonomi. [82] Pada musim haji tahun 72 H/692, Ibnu Zubair terkepung di Masjidil
Haram dan karena tercegah untuk melakukan wukuf di Arafah dan juga tidak bisa melempar
jumrah, maka ia tidak bisa melaksanakan ibadah hajinya. [83] Berdasarkan keinginan
para sahabat seperti Ibnu Umar atau Jabir bin Abdullah Anshari dan Abu Sa'id Khudri, Hajjaj bin
Yusuf hingga akhir musim haji dan kembalinya para haji dari Mina menahan diri untuk
menyerang Ibnu Zubair dan kemudian meminta para jamaah haji untuk segera pulang dan
melanjutkan peperangan. [84] Ia menyebut dirinya sebagai amirul hajj dan melakukan ibadah haji
bersama para hujaj dan dengan mengenakan baju perang ia hadir di Arafah [85]meskipun ia tidak
melaksanakan tawaf Ka'bah dan sa'i antara Shafa dan Marwah. [86]
Hajjaj menghalangi sampainya makanan ke pasukan Zubair dan mereka hanya diberi akses
untuk bisa memanfaatkan air zam-zam. [87] Ia menghujami Zubair dengan ketapel dan diantara
lepasan ketapel ini ada yang mengenai Ka'bah. [88] Batu-batu ketapel itu juga masuk ke sumur
Zam-zam dan merusakkan dinding bagian samping Ka'bah [89] dan memindahkan hajar aswad
dari tempat aslinya. [90] Kemudian Hajjaj memerintahkan supaya menyerang Masjidil Haram
dengan bola api. Hal ini menyebabkan kain Ka'bah terbakar. Tindakan ini menyebabkan Ibnu
Zubair mengirim pasukan untuk mencegah kerusakan yang lebih meluas Ka'bah. [91] Ia juga
menyuruh untuk memasang perisai untuk menjaga Hajar Aswad dari serangan yang lebih
banyak. [92]
Keluarga dan pendukung Abdullah bin Zubair beserta saudaranya, Urwah menyarankannya
untuk mengikuti strategi Imam Hasan as dan berdamai dengan Hajjaj bin Yusuf. Namun dengan
kedudukan yang ia miliki, ia sangat memprotes saran ini. [93] Keadaan ini bersamaan dengan
pemaafan umum Hajjaj [94] sehingga mendorong pendukung Ibnu Zubair dan bahkan para anak-
anaknya Khubaib dan Hamzah menyerah demi untuk menyelamatkan diri. [95]
Kemuliaan
Dalam laporan sejarah Sunni Ibnu Zubair sangat dipuji-puji sebagiannya berkaitan dengan
ibadah-ibadah yang ia lakukan. Sebagian sejarawan Islam [108] meragukan akan kebenaran
tentang fadhilah-fadhilah yang dimilikinya seperti sujudnya yang sangat lama sehingga burung-
burung hinggap di punggungnya [109], Bertawaf mengelilingi Ka'bah [110], tujuh atau 15 hari
berpuasa tanpa berbuka puasa [111], Ketika orang-orang telah ruku' dan meskipun diantara
mereka telah membaca surah-surah yang panjang seperti Surah Al-Baqarah, Surah Ali
Imran, Surah Al-Nisa, dan Surah Al-Maidah, ia belum juga ruku' [112], ia berbicara dengan para
budaknya dengan menggunakan 100 bahasa [113], pertama kali yang ia ucapkan ketika kecil
adalah pedang dan ia selalu mengulangi kata-kata itu. [114] ketika ia masih kecil, ia minum darah
hejamat (bekam) Nabi saw [115], ia melihat jin perempuan melakukan thawaf disekitar Ka'bah dan
ia mengusirnya [116], ia bercakap-cakap dengan jin laki-laki dan ia takut kepadanya [117], ia berdoa
di Hajar aswad untuk memperoleh kekuasaan dan kekhalifahan di Hijaz dan doanya
diijabah. [118] [119]
Celaan
Sebaliknya terdapat riwayat-riwayat lain dalam sumber-sumber Sunni yang meriwayatkan bahwa
ia tidaklah sebaik sebagaimana yang telah diriwayatkan. Setelah ia meminum darah hejamat
(bekam) Nabi saw, Nabi saw bersabda: "Celakalah orang-orang karenamu! Dan celakalah kamu
karena orang-orang". [120] Ahmad bin Hanbal juga meriwayatkan bahwa ketika Utsman bin
Affan dikepung, Abdullah bin Zubair berkata kepadanya: "Aku memiliki kuda yang bisa berlari
kencang dan siap kuberikan untukmu. Apakah kau tidak ingin pergi ke Mekah dan mereka yang
ingin bersamamu, akan datang kepadamu? Usman berkata: Tidak! Saya mendengar dari
Rasulullah saw bahwa ada domba jantan di Mekah yang mengajarkan ajaran sesat bernama
Abdullah dan baginya setengah penderitaan semua orang". [121] Nir Bana melaporkan
berdasarkan laporan Ibnu Asakir dan Salman Farsi mengabarkan tentang
pembakaran Ka'bah oleh salah satu keluarga Zubair di masa datang. [122]
Imam Ali as di Perang Jamal berkata kepada Zubair, anaknya yaitu Abdullah menyebabkan
ayahnya meninggalkan Ahlulbait as [123]. Imam Hasan menyebutnya sebagai orang
bodoh. [124] Sebagian riwayat juga mneyebutkan tentang kebijakan-kebijakannya yang menuai
kritikan diantaranya: Ancaman pembakaran kepada Bani Hasyimkarena tidak mau
memberikan baiat kepadanya dimana Urwah bin Zubair mencari pembenaran atas tindakan
saudaranya: Ia melakukan hal ini karena untuk mencegah terjadinya perpecahan dan
kaum muslimin tidak berbeda pendapat dan mereka (Bani Hasyim) supaya taat kepadanya dan
pada akhirnya semuanya akan bersatu sebagaimana Umar bin Khattab melakukan tindakan ini
kepada Bani Hasyim ketika mereka menolak untuk memberikan baiatnya kepada Abu
Bakar. [125] Ibnu Zubair memiliki dendam mendalam terhadap Ahlulbait as. [126] Hinaan dia kepada
Imam Ali as dinukilkan dalam sebagian riwayat. [127] Dikatakan bahwa ia berkhutbah selama 40
minggu, ia tidak mau bersalawat kepada Nabi saw karena khawatir akan membuat Bani Hasyim
bangga karenanya. [128] Tindakan ini menyebabkan sebagaian ulama, bahkan ulama Ahlusunah
sendiri meragukannya. [129] Kaum Syiah juga tidak memiliki pandangan yang baik kepadanya.
[Masih memerlukan referensi]
Membangun Ka'bah
Berdasarkan sumber referensi sejarah Mekah, Ka'bah telah beberapa kali dipugar. Salah
satunya direnovasi oleh Ibnu Zubair. Dikatakan bahwa setelah Ka'bah dihujani dengan ketapel
bola api oleh tentara Yazid dan mengalami kerusakan yang parah, Ibnu Zubair membangun
kembali Ka'bah yang telah hancur. [130] Demikian juga selama pemerintahannya, ia membeli
rumah-rumah yang ada disekitar Masjidil Haram dan meluaskan bangunannya. [131] [132]
Ia tak lain adalah Asma' binti Abu Bakar yang melahirkan bayi laki-laki di
Quba' dan diberinama Abdullah bin Zubair. Sebelum disusui, Abdullah bin
Zubair dibawa menghadap Rasulullah SAW, ditahniq dan didoakan oleh
beliau.
Abdullah yang memang lahir dari pasangan mujahid dan mujahidah ini
berkembang menjadi seorang pemuda perwira yang perkasa.
Keperwiraannya di medan laga, ia buktikan ketika bersama mujahid-
mujahid lainnya menggempur Afrika, membebaskan mereka dari
kesesatan. Pada waktu mengikuti ekspedisi tersebut, usianya baru
menginjak 17 tahun. Namun begitulah kehebatan sistem tarbiyah Islamiyah
yang bisa mencetak pemuda belia menjadi tokoh pejuang dalam
menegakkan Islam.
Upayanya tidak sia-sia, ketika jarak antara dirinya dan Raja Barbar telah
dekat, ia menebaskan pedangnya menghabisi nyawa panglima kaum
musyrik itu. Panji pasukan lawan pun direbut oleh teman-temannya dari
tangan musuh. Dan ternyata, dugaan Abdullah tidak meleset, segera
setelah itu semangat tempur pasukan musuh redup dan tak lama kemudian
mereka bertekuk lutut di hadapan para mujahid yang gagah berani.
Selain seorang jago perang, Abdullah juga seorang abid (ahli ibadah) yang
khusyuk dan tawadhu. Mujahid pernah memberikan kesaksian bahwa
apabila Ibnu Zubair sedang shalat, tubuhnya seperti batang pohon yang
tidak bergeming karena khusyuknya menghadap Ilahi.
Bahkan Yahya bin Wahab juga bercerita bahwa apabila Abdullah bin
Zubair sedang sujud, banyak burung-burung kecil bertengger di
punggungnya. Tokoh yang tegas dalam kebenaran ini wafat pada usia 72
tahun, terbunuh oleh Hajjaj bin Yusuf.
Abdullah bin Zubair Radhiyallahu ‘anhu
Nama lengkap beliau Abdullah bin Zubair bin Al -‘Awwam bin Khuwailid bin
Asas bin Abdul ‘Uzza bin Qushay Al Asadi. Dia dipangggil dengan sebutan
Abu Bakar, ada pula yang menyebutnya Abu Khubaib. Kelahirannya di
negeri hijrah Madinah telah membuat gembira kaum muslimin, kala itu
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam mentahniknya dengan sebiji kurma
sebagaimana terdapat dalam HR. Al-Bukhari dan Muslim.
Ibnu Zubair adalah sosok ahli ibadah, sangat tekun shalat malam dan
berpuasa, disamping meriwayatkan hadits dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam sebanyak 33 hadits. Beliau piawai menunggang kuda, tangkas
di medan laga, menyukai kata-kata indah, serta suaranya yang lantang.
Saat gejolak fitnah begitu kuat mencengkeram kaum muslimin, beliau
sebenarnya tidak setuju pelimpahan kekuasaan dari Mu’awiyah kepada
Yazid karena dianggap tidak Syar’i, namun banyak dari sahabat yang
menyetujui keputusan Mu’awiyyah tersebut dan membaiat Yazid bin
Mu’awiyyah radhiyallahu ‘anhum ajma’in.
Meski tidak setuju, namun Abdullah bin Zubair juga tidak memprovokasi
masa untuk memberontak pada penguasa.
Setelah Yazid meninggal, banyak orang yang memberi dukungan kepada
Abdullah bin Zubair. Singkat cerita, akhirnya beliau menjadi khalifah dan
kekuasannya meliputi seluruh Hijaz, Makkah, Madinah dan sekitarnya.