Anda di halaman 1dari 3

Biografi Nusaibah binti Ka’ab

Nusaibah dikenal juga sebagai ibu dari pejuang Islam, Abdullah


dan Habib bin Zaid al Ansari. Nusaibah masuk Islam bersama dengan
74 pemimpin, pejuang, dan negarawan Madinah saat baiat Aqabah II
tahun 622 M.

Saat itu, hanya ada dua orang wanita yang bersumpah setia
untuk masuk Islam, yaitu Nusaibah dan Asma binti Amr bin Adiy.
Perjanjian ini terjadi pada tahun ke-13 Nabi Muhammad SAW
menjadi nabi. Kemudian, 75 orang tesebut mendampingi Rasulullah
SAW untuk bersama-sama menyebarluaskan agama Islam di
Madinah.

Baiat kedua wanita tersebut sebelumnya diberitahukan oleh


Ghazyah bin Amr, suami kedua Nusaibah. Ia memberitahukan
kepada Rasulullah bahwa terdapat wanita Yatsrib yang ingin
memberikan baiat secara pribadi dan Rasul pun menyetujuinya.
Nusaibah pun kembali ke Madinah dan mulai mengajar Islam kepada
perempuan di sana.

Kedua putranya dari suami pertama, Zaid bin Asim Mazni,


terkenal sebagai mujahid karena telah mengorbankan nyawanya
ketika melakukan pertempuran. Abdullah dan Habib bin Zaid gugur
sebagai pahlawan Islam. Habib menjadi utusan untuk memerangi
nabi palsu Musailamah Al-Kadzdzab. Habib pun syahid dibunuh
Musailamah dengan keji.

Setelah suaminya, Zaid, wafat, Nusaibah menikah dengan


Ghazyah bin Amr dan memiliki putra bernama Tameen dan putri
bernama Khawlah.
Biografi Nusaibah binti Ka’ab

Nusaibah binti Ka'ab Al-Anshariyah adalah seorang sahabat wanita yang


agung lagi pemberani. Banyak jasa telah ia ukir dalam perjuangan dakwah
Islam. Ummu Imarah, demikian ia biasa dipanggil, adalah salah satu contoh
keberanian yang abadi.

Ia merupakan sosok pahlawan yang tidak pernah absen melaksanakan


kewajiban bilamana ada panggilan untuknya. Semua target perjuangannya
ditujukan untuk kemuliaan dunia dan akhirat.

Ummu Imarah adalah seorang sahabat wanita yang agung. Ia termasuk


satu dari dua wanita yang bergabung dengan 70 orang laki-laki Anshar yang
hendak berbaiat kepada Rasulullah dalam Baiat Aqabah Kedua. Pada waktu itu,
ia berbaiat bersama suaminya, Zaid bin Ashim, dan dua orang putranya.

Kisah kepahlawanan Nusaibah yang paling dikenang sepanjang sejarah


adalah pada saat Perang Uhud, di mana ia dengan segenap keberaniannya
membela dan melindungi Rasulullah.

Pada perang itu, Nusaibah bergabung dengan pasukan Islam untuk


mengemban tugas penting di bidang logistik dan medis. Bersama para wanita
lainnya, Nusaibah ikut memasok air kepada para prajurit Muslim dan
mengobati mereka yang terluka.

Ketika kaum Muslimin dilanda kekacauan karena para pemanah di atas


bukit melanggar perintah Rasulullah, nyawa beliau berada dalam bahaya.
Ketika melihat Rasulullah menangkis berbagai serangan musuh sendirian,
Nusaibah segera mempersenjatai dirinya dan bergabung dengan yang lainnya
membentuk pertahanan untuk melindungi beliau.
Dalam berbagai riwayat disebutkan, bahwa ketika itu Nusaibah
berperang penuh keberanian dan tidak menghiraukan diri sendiri ketika
membela Rasulullah. Saat itu, Nusaibah menderita luka-luka di sekujur
tubuhnya. Sedikitnya ada sekitar 12 luka di tubuhnya, dengan luka di leher
yang paling parah. Namun hebatnya, Nusaibah tidak pernah mengeluh,
mengadu, atau bersedih.

Dalam sejarah Islam, Nusaibah juga disebut-sebut sebagai seorang


wanita yang memiliki kesabaran luar biasa dan selalu mendahulukan
kepentingan orang lain. Ketika salah seorang putranya syahid dalam sebuah
pertempuran, Nusaibah menerimanya dengan penuh keyakinan bahwa
putranya mendapatkan kedudukan tinggi di sisi Allah. Ia menerima berita
kematian anaknya dengan penuh serta kebanggaan.

Selain Perang Uhud, Nusaibah bersama suami dan putra-putranya juga


ikut dalam peristiwa Hudaibiyah, Perang Khaibar, Perang Hunain dan Perang
Yamamah. Dalam berbagai pertempuran itu, Nusaibah tidak hanya membantu
mengurus logistik dan merawat orang-orang yang terluka, tapi juga
memanggul senjata menyambut serangan musuh.

Setelah Rasulullah SAW wafat, sebagian kaum Muslimin kembali murtad


dan enggan berzakat. Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq segera membentuk
pasukan untuk memerangi mereka. Abu Bakar mengirim surat kepada
Musailamah Al-Kadzdzab dan menunjuk Habib, putra Nusaibah, sebagai
utusannya.

Namun, Musailamah menyiksa Habib dengan memotong anggota


tubuhnya satu persatu sampai syahid. Meninggalnya Habib meninggalkan luka
yang dalam di hati Nusaibah. Pada Perang Yamamah, Nusaibah dan putranya,
Abdullah, ikut memerangi Musailamah hingga tewas di tangan mereka berdua.

Beberapa tahun setelah Perang Yamamah, Nusaibah meninggal dunia.

Anda mungkin juga menyukai