Anda di halaman 1dari 2

Perang Mutah

1. Pendahuluan
Perang terjadi di daerah Mutah sehingga sejarawan menyebutnya perang Mutah- (sekitar
yordania sekarang), pada tanggal 5 Jumadil Awal tahun 8 H atau tahun 629 M.
Perang terjadi antara umat Islam dengan pasukan Romawi dengan membawa pasukan aliansi
dari kaum Nashara Romawi dan Nashara Arab sekitar dataran Syam, jajahan romawi.
PERTEMPURAN paling heroik dan dahsyat yang dialami umat Islam di era awal
perkembangan Islam adalah saat mereka yang hanya berkekuatan 3000 orang melawan pasukan
terkuat di muka bumi saat itu, Pasukan Romawi dengan kaisarnya Heraclius yang membawa
pasukan sebanyak 200.000. Pasukan super besar tersebut merupakan pasukan aliansi antara kaum
Nashara Romawi dan Nashara Arab sekitar dataran Syam, jajahan Romawi.
2. Latar belakang
Penyebab perang Mutah ini bermula ketika Rasulullah Shallallhu alaihi wasallam
mengirim utusan bernama al-Harits bin Umair al-Azdi yang akan dikirim ke penguasa Bashra.
Di tengah perjalanan, utusan itu ditangkap Syurahbil bin Amr al-Ghassani dari bani
Gasshaniyah (daerah jajahan romawi) dan dibawa ke hadapan kaisar Romawi Heraclius. Setelah
itu kepalanya dipenggal. Pelecehan dan pembunuhan utusan negara termasuk menyalahi aturan
politik dunia. Membunuh utusan sama saja ajakan untuk berperang. Hal inilah yang membuat
beliau marah.
3. Kekuatan kedua belah pihak
Islam
Aliansi
-

Romawi
Kekaisaran Romawi

Timur (Bizantium)
Nashara Arab (sekitar
Syam: kabilah Lakham,

Pemimpin/komandan

Zaid bin Haritsah


Ja'far bin Abu Thalib
Abdullah bin Rawahah
Khalib bin Walid

Jumlah Pasukan

3.000 orang

Juzdan, Qain dan Bahra)


Heraclius
Theodorus
Syurahbil bin Amr alGhassani
Malik bin Zafilah
200.000 orang
(Romawi: 100.000; Arab:
100.000)

4. Proses
Pasukan Islam berangkat dari Madinah.
Romawi menyiapkan pasukan.
Muslimin berhenti dua malam untuk berunding mengenai kekuatan musuh.
Beberapa orang diantaranya berpendapat: "Sebaiknya kita menulis surat kepada Rasulullah
saw melaporkan kekuatan musuh. Mungkin beliau akan menambah kekuatan kita dengan

pasukan yang lebih besar lagi, atau memerintahkan sesuatu yang harus kita lakukan. Tetapi
Abdullah bin Rawahah tidak menyetujui pendapat tersebut. Bahkan ia mengobarkan semangat
pasukan dengan ucapan berapi-api :
"Hai saudara-saudara, kalian tidak menyukai mati syahid yang menjadi tujuan kita berangkat
ke medan perang ini! Kita berperang tidak mengandalkan banyaknya jumlah pasukan atau
besarnya kekuatan, tetapi semata-mata berdasarkan agama yang dikaruniakan Allah kepada
kita. Karena itu marilah kita maju! Tidak ada pilihan lagi kecuali salah satu dari dua kebajikan

: Menang atau mati syahid."


Kedua pasukan bertemu di Mutah (sekarang Kirk). Pertempuran berlangsung sengit.
Zaid bin Haritsah memimpin pasukan hingga gugur diterjang tombak musuh.
Panji peperangan diambil alih Ja'far bin Abu Thalib hingga tubuhnya terpotong menjadi dua

dan terdapat 50 tusukan di bagian depan.


Kemudian panji peperangan diambil alih Abdullah bin Rawahah hingga gugur.
Disepakati oleh kaum Muslimin, Khalid bin Walib sebagai panglima perang.
Dilakukan strategi perang (posisi pasukan diubah-ubah, sebagian pasukan berjalan dengan
membawa pelepah pohon sehingga menerbangkan debu) hingga berhasil memukul mundur

pasukan musuh.
Setelah memukul mundur musuh, kaum Muslimin tidak mengejar tetapi kembali ke Madinah.

5. Hasil
Pasukan Romawi dipukul mundur oleh kaum Muslimin. Namun kaum Muslimin tidak
menghabisi mereka tetapi langsung kembali ke Madinah.

Sumber: Sirah Nabawiyah karangan Dr. Muhammad Sa`id Ramadhan Al Buthy, alih bahasa
(penerjemah): Aunur Rafiq Shaleh, terbitan Robbani Press

Anda mungkin juga menyukai