Anda di halaman 1dari 95

SEJARAH DAKWAH RASULULLAH SAW PERIODE MADINAH

1. Arti Hijrah dan Tujuan Rasulullah SAW dan Umat Islam Berhijrah
Setidaknya ada dua macam arti hijrah yang harus diketahui oleh umat Islam. Pertama
hijrah berarti meninggalkan semua perbuatan yang dilarang dan dimurkai Allah SWT untuk
melakukan perbuatan-perbuatan yang baik, yang disuruh Allah SWT dan diridai-Nya.
Arti kedua hijrah ialah berpindah dari suatu negeri kafir (non-Islam), karena di negeri itu
umat Islam selalu mendapat tekanan, ancaman, dan kekerasan, sehingga tidak memiliki
kebebasan dalam berdakwah dan beribadah. Kemudian umat Islam di negeri kafir itu,
berpindah ke negeri Islam agar memperoleh keamanan dan kebebasan dalam berdakwah dan
beribadah.
Arti kedua dari hijrah ini pernah dipraktikkan oleh Rasulullah SAW dan umat Islam, yakni
berhijrah dari Mekah ke Yastrib pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijrah, bertepatan
dengan tanggal 28 Juni 622 M.
Tujuan hijrahnya Rasulullah SAW dan umat Islam dari Mekah (negeri kafir) ke Yastrib
(negeri Islam) adalah:
Menyelamatkan diri dan umat Islam dari tekanan, ancaman dan kekerasan kaum kafri Quraisy.
Bahkan pada waktu Rasulullah SAW meninggalkan rumahnya di Mekah untuk berhijrah ke
Yastrib (Madinah), rumah beliau sudah dikepung oleh kaum Quraisy dengan maksud untuk
membunuhnya.
Agar memperoleh keamanan dan kebebasan dalam berdakwah serta beribadah, sehingga dapat
meningkatkan usaha-usahanya dalam berjihad di jalan Allah SWT, untuk menegakkan dan
meninggikan agama-Nya (Islam)
Artinya: Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami
akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. dan Sesungguhnya pahala di
akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui, (yaitu) orang-orang yang sabar dan hanya
kepada Tuhan saja mereka bertawakkal. (Q.S. An-Nahl, 16: 41-42)

2. Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah
Dakwah Rasulullah SAW periode Madinah berlangsung selama sepuluh tahun, yakni dari
semenjak tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijriah sampai dengan wafatnya Rasulullah
SAW, tanggal 13 Rabiul Awal tahun ke-11 hijriah.
Materi dakwah yang disampaikan Rasulullah SAW pada periode Madinah, selain ajaran Islam
yang terkandung dalam 89 surat Makiyah dan Hadis periode Mekah, juga ajaran Islam yang
terkandung dalm 25 surat Madaniyah dan hadis periode Madinah. Adapaun ajaran Islam
periode Madinah, umumnya ajaran Islam tentang masalah sosial kemasyarakatan.
Mengenai objek dakwah Rasulullah SAW pada periode Madinah adalah orang-orang yang
sudah masuk Islam dari kalangan kaum Muhajirin dan Ansar. Juga orang-orang yang belum
masuk Islam seperti kaum Yahudi penduduk Madinah, para penduduk di luar kota Madinah
yang termasuk bangsa Arab dan tidak termasuk bangsa Arab.
Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT bukan hanya untuk bangsa Arab, tetapi untuk seluruh
umat manusia di dunia, Allah SWT berfirman:
Artinya: Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam. (Q.S. Al-Anbiya, 21: 107)
Dakwah Rasulullah SAW yang ditujukan kepada orang-orang yang sudah masuk Islam (umat
Islam) bertujuan agar mereka mengetahui seluruh ajaran Islam baik yang diturunkan di Mekah
ataupun yang diturunkan di Madinah, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-
hari, sehingga mereka betul-betul menjadi umat yang bertakwa. Selain itu, Rasulullah SAW
dibantu oleh para sahabatnya melakukan usaha-usaha nyata agar terwujud persaudaraan
sesama umat Islam dan terbentuk masyarakat madani di Madinah.
Mengenai dakwah yang ditujukan kepada orang-orang yang belum masuk Islam bertujuan
agar mereka bersedia menerima Islam sebagai agamanya, mempelajari ajaran-ajarannya dan
mengamalkannya, sehingga mereka menjadi umat Islam yang senantiasa beriman dan beramal
saleh, yang berbahagia di dunia serta sejahtera di akhirat.
Tujuan dakwah Rasulullah SAW yang luhur dan cara penyampaiannya yang terpuji,
menyebabkan umat manusia yang belum masuk Islam banyak yang masuk Islam dengan
kemauan dan kesadarn sendiri. namun tidak sedikit pula orang-orang kafir yang tidak bersedia
masuk Islam, bahkan mereka berusaha menghalang-halangi orang lain masuk Islam dan juga
berusaha melenyapkan agama Isla dan umatnya dari muka bumi. Mereka itu seperti kaum kafir
Quraisy penduduk Mekah, kaum Yahudi Madinah, dan sekutu-sekutu mereka.
Setelah ada izin dari Allah SWT untuk berperang, sebagaimana firman-Nya dalam surah Al-
Hajj, 22:39 dan Al-Baqarah, 2:190, maka kemudian Rasulullah SAW dan para sahabatnya
menusun kekuatan untuk menghadapi peperangan dengan orang kafir yang tidak dapat
dihindarkan lagi
Artinya: Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena
Sesungguhnya mereka telah dianiaya. dan Sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa
menolong mereka itu (Q.S. Al-Hajj, 22:39)
Artinya: Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi)
janganlah kamu melampaui batas, karena Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang melampaui batas. (Q.S. Al-Baqarah, 2:190)
Peperangan-peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para pengikutnya itu
tidaklah bertujuan untuk melakukan penjajahan atau meraih harta rampasan pernag, tetapi
bertujuan untuk:
Membela diri, kehormatan, dan harta.
Menjamin kelancaran dakwah, dan memberi kesempatan kepada mereka yang hendak
menganutnya.
Untuk memelihara umat Islam agar tidak dihancurkan oleh bala tentara Persia dan Romawi.
Setelah Rasulullah SAW dan para pengikutnya mampu membangun suatu negar yang merdeka
dan berdaulat, yang berpusat di Madinah, mereka berusaha menyiarkan dan memasyhurkan
agama Islam, bukan saja terhadap para penduduk Jazirah Arabia, tetapi juga keluar Jazirah
Arabia, maka bangsa Romawi dan Persia menjadi cemas dan khawatir kekuaan mereka akan
tersaingi. Oleh karena itu, bangsa Romawi dan bangsa Persia bertekad untuk menumpas dan
menghancurkan umat Islam dan agamanya. Untuk menghadapi tekad bangsa Romawi Persia
tersebut, Rasulullah SAW dan para pengikutnya tidak tinggal diam sehingga terjadi peperangan
antara umat Islam dan bangsa Romawi, yaitu :

Perang Mutah
Peperangan Mutah terjadi sebelah utara lazirah Arab. Pasukan Islam mendapat kesulitan
menghadapi tentara Ghassan yang mendapat bantuan dari Romawi. Beberapa pahlawan gugur
melawan pasukan berkekuatan ratusan ribu orang itu. Melihat kenyataanyang tidak berimbang
ini, Khalid ibn Walid, yang sudah masuk Islam, mengambil alih komando dan memerintahkan
pasukan untuk menarik diri dan kembali ke Madinah.
Selama dua tahun perjanjian Hudaibiyah berlangsung, dakwah Islam sudah menjangkau
seluruh Jazirah Arab dan mendapat tanggapan yang positif. Hampir seluruh Jazirah Arab,
termasuk suku-suku yang paling selatan, menggabungkan diri dalam Islam.
Hal ini membuat orang-orang Mekah merasa terpojok. Perjanjian Hudaibiyah ternyata
menjadi senjata bagi umat Islam untuk memperkuat dirinya. Oleh karena itu, secara sepihak
orang-orang kafir Quraisy membatalkan perjanjian tersebut.

Perang Tabuk
Melihat kenyataan ini, Heraklius menyusun pasukan besar di utara Jazirah Arab, Syria, yang
merupakan daerah pendudukan Romawi. Dalam pasukan besar itu bergabung Bani Ghassan
dan Bani Lachmides.
Untuk menghadapi pasukan Heraklius ini banyak pahlawan Islam yang menyediakan diri siap
berperang bersama Nabi sehingga terhimpun pasukan Islam yang besar pula. Melihat besarnya
pasukaDi sini beliau membuat beberapa perjanjian dengan penduduk setempat. Dengan
demikian, daerah perbatasan itu dapat dirangkul ke dalam barisan Islam. Perang Tabuk
merupakan perang terakhir yang diikuti Rasulullah SAW.

Peperangan lainnya yang dilakukan pada masa Rasulullah SAW seperti:
Perang Badar
Perang Badar yang merupakan perang antara kaum muslimin Madinah dan kaum musyrikin
Quraisy Mekah terjadi pada tahun 2 H. Perang ini merupakan puncak dari serangkaian
pertikaian yang terjadi antara pihak kaum muslimin Madinah dan kaum musyrikin Quraisy.
Perang ini berkobar setelah berbagai upaya perdamaian yang dilaksanakan Nabi Muhammad
SAW gagal.
Tentara muslimin Madinah terdiri dari 313 orang dengan perlengkapan senjata sederhana
yang terdiri dari pedang, tombak, dan panah. Berkat kepemimpinan Nabi Muhammad SAW dan
semangat pasukan yang membaja, kaum muslimin keluar sebagai pemenang. Abu Jahal,
panglima perang pihak pasukan Quraisy dan musuh utama Nabi Muhammad SAW sejak awal,
tewas dalam perang itu. Sebanyak 70 tewas dari pihak Quraisy, dan 70 orang lainnya menjadi
tawanan. Di pihak kaum muslimin, hanya 14 yang gugur sebagai syuhada. Kemenangan itu
sungguh merupakan pertolongan Allah SWT (Q.S. 3: 123).
Artinya: Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, Padahal
kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya
kamu mensyukuri-Nya.(Q.S. Ali-Imran: 123).
Orang-orang Yahudi Madinah tidak senang dengan kemenangan kaum muslimin. Mereka
memang tidak pernah sepenuh hati menerima perjanjian yang dibuat antara mereka dan Nabi
Muhammad SAW dalam Piagam Madinah.
Sementara itu, dalam menangani persoalan tawanan perang, Nabi Muhammad SAW
memutuskan untuk membebaskan para tawanan dengan tebusan sesuai kemampuan masing-
masing. Tawanan yang pandai membaca dan menulis dibebaskan bila bersedia mengajari
orang-orang Islam yang masih buta aksara. Namun tawanan yang tidak memiliki kekayaan dan
kepandaian apa-apa pun tetap dibebaskan juga.
Tidak lama setelah perang Badar, Nabi Muhammad SAW mengadakan perjanjian dengan
suku Badui yang kuat. Mereka ingin menjalin hubungan dengan Nabi SAW karenan melihat
kekuatan Nabi SAW. Tetapi ternyata suku-suku itu hanya memuja kekuatan semata.
Sesudah perang Badar, Nabi SAW juga menyerang Bani Qainuqa, suku Yahudi Madinah yang
berkomplot dengan orang-orang Mekah. Nabi SAW lalu mengusir kaum Yahudi itu ke Suriah.

Perang Uhud
Bagi kaum Quraisy Mekah, kekalahan mereka dalam perang Badar merupakan pukulan
berat. Mereka bersumpah akan membalas dendam. Pada tahun 3 H, mereka berangkat menuju
Madinah membawa tidak kurang dari 3000 pasukan berkendaraan unta, 200 pasukan berkuda
di bawah pimpinan Khalid ibn Walid, 700 orang di antara mereka memakai baju besi.
Nabi Muhammad menyongsong kedatangan mereka dengan pasukan sekitar 1000 (seribu)
orang. Namun, baru saja melewati batas kota, Abdullah ibn Ubay, seorang munafik dengan 300
orang Yahudi membelot dan kembali ke Madinah. Mereka melanggar perjanjian dan disiplin
perang.
Meskipun demikian, dengan 700 pasukan yang tertinggal Nabi melanjutkan perjalanan.
Beberapa kilometer dari kota Madinah, tepatnya di bukit Uhud, kedua pasukan bertemu.
Perang dahsyat pun berkobar. Pertama-tama, prajurit-prajurit Islam dapat memukul mundur
tentaramusuh yang lebih besar itu. Pasukan berkuda yang dipimpin oleh Khalid ibn Walid gagal
menembus benteng pasukan pemanah Islam. Dengan disiplin yang tinggi dan strategi perang
yang jitu, pasukan yang lebih kecil itu ternyata mampu mengalahkan pasukan yang lebihbesar.
Kemenangan yang sudah diambang pintu ini tiba-tiba gagal karena godaan harta peninggalan
musuh. Prajurit Islam mulai memungut harta rampasan perang tanpa menghiraukan gerakan
musuh, termasuk didalamnya anggota pasukan pemanah yang telah diperingatkan Nabi agar
tidak meninggalkan posnya.
Kelengahan kaum muslimin ini dimanfaatkan dengan baik oleh musuh. Khalid bin Walid
berhasil melumpuhkan pasukan pemanah Islam, dan pasukan Quraisy yang tadinya sudah kabur
berbalik menyerang. Pasukan Islam menjadi porak poranda dan tak mampu menangkis
serangan tersebut. Satu persatu pahlawan Islam gugur, bahkan Nabi sendiri terkena serangan
musuh. Perang ini berakhir dengan70 orang pejuang Islam syahid di medan laga.
Pengkhianatan Abdullah ibn Ubay dan pasukan Yahudi diganjar dengan tindakan tegas. Bani
Nadir, satu dari dua suku Yahudi di Madinah yang berkomplot dengan Abdullah ibn Ubay, diusir
ke luar kota. Kebanyakan mereka mengungsi ke Khaibar. Sedangkan suku Yahudi lainnya, yaitu
Bani Quraizah, Masih tetap di Madinah.

Perang Khandaq
Perang yang terjadi pada tahun 5 H ini merupakan perang antara kaum muslimin Madinah
melawan masyarakat Yahudi Madinah yang mengungsi ke Khaibar yang bersekutu dengan
masyarakat Mekah. Karena itu perang ini juga disebut sebagai Perang Ahzab (sekutu beberapa
suku).
Pasukan gabungan ini terdiri dari 10.000 orang tentara. Salman al-Farisi, sahabat Rasulullah
SAW, mengusulkan agar kaum muslimin membuat parit pertahanan di bagian-bagian kota yang
terbuka. Karena itulah perang ini disebut sebagai Perang Khandaq yang berarti parit.
Tentara sekutu yang tertahan oleh parit tersebut mengepung Madinah dengan mendirikan
perkemahan di luar parit hampir sebulan lamanya. Pengepungan ini cukup membuat
masyarakat Madinah menderita karena hubungan mereka dengan dunia luar menjadi terputus.
Suasana kritis itu diperparah pula oleh pengkhianatan orang-orang Yahudi Madinah, yaitu Bani
Quraizah, dibawah pimpinan Ka'ab bin Asad.
Namun akhirnya pertolongan Allah SWT menyelamatkan kaum muslimin. Setelah sebulan
mengadakan pengepungan, persediaan makanan pihak sekutu berkurang. Sementara itu pada
malam hari angin dan badai turun dengan amat kencang, menghantam dan menerbangkan
kemah-kemah dan seluruh perlengkapan tentara sekutu. Sehingga mereka terpaksa
menghentikan pengepungan dan kembali ke negeri masing-masing tanpa suatu hasil.
Para pengkhianat Yahudi dari Bani Quraizah dijatuhi hukuman mati.
Hal ini dinyatakan dalam Al-Qur'an surat Al-Ahzb: 25-26.
Artinya: Dan Allah menghalau orang-orang yang kafir itu yang Keadaan mereka penuh
kejengkelan, (lagi) mereka tidak memperoleh Keuntungan apapun. dan Allah menghindarkan
orang-orang mukmin dari peperangan. Dan adalah Allah Maha kuat lagi Maha Perkasa. Dan Dia
menurunkan orang-orang ahli kitab (Bani Quraizhah) yang membantu golongan-golongan yang
bersekutu dari benteng-benteng mereka, dan Dia memesukkan rasa takut ke dalam hati
mereka. sebahagian mereka kamu bunuh dan sebahagian yang lain kamu tawan. (Q.S. Al-
Ahzb: 25-26)

Perjanjian Hudaibiyah
Pada tahun 6 H, ketika ibadah haji sudah disyariatkan, hasrat kaum muslimin untuk
mengunjungi Mekah sangat bergelora. Nabi SAW memimpin langsung sekitar 1.400 orang kaum
muslimin berangkat umrah pada bulan suci Ramadhan, bulan yang dilarang adanya perang.
Untuk itu mereka mengenakan pakaian ihram dan membawa senjata ala kadarnya untuk
menjaga diri, bukan untuk berperang.
Sebelum tiba di Mekah, mereka berkemah di Hudaibiyah yang terletak beberapa kilometer dari
Mekah. Orang-orang kafir Quraisy melarang kaum muslimin masuk ke Mekah dengan
menempatkan sejumlah besar tentara untuk berjaga-jaga.
Akhirnya diadakanlah Perjanjian Hudaibiyah antara Madinah dan Mekah, yang isinya antara
lain:
1. Selama sepuluh tahun diberlakukan gencatan senjata antara kaum Quraisy penduduk
Mekah dan umat Islam penuduk Madinah
2. Orang Islam dari kaum Quraisy yang datang kepada umat Islam, tanpa seizin walinya
hendaklah ditolak oleh umat Islam
3. Kaum Quraisy, tidak akan menolak orang-orang Islam yang kembali dan bergabung degan
mereka
4. Tiap kabilah yang ingin masuk dalam persekutuan dengan kaum Quraisy, atau dengan kaum
Muslimin dibolehkan dan tidak akan mendapat rintangan
5. Kaum Muslimin tidak jadi mengerjakan umrah saat itu, mereka harus kembali ke Madinah,
dan boleh mengerjakan umrah di tahun berikutnya, dengan persyaratan:
Kaum Muslimin memasuki kota Mekah setelah penduduknya untuk sementara keluar dari kota
Mekah
Kaum Muslimin memasuki kota Mekah, tidak boleh membawa senjata
Kaum Muslimin tidak boleh berada di dalm kota Mekah lebih dari tiga hari-tiga malam.
Tujuan Nabi SAW membuat perjanjian tersebut sebenarnya adalah berusaha merebut dan
menguasai Mekah, untuk kemudian dari sana menyiarkan Islam ke daerah-daerah lain.
Ada 2 faktor utama yang mendorong kebijaksanaan ini :
Mekah adalah pusat keagamaan bangsa Arab, sehingga dengan melalui konsolidasi bangsa Arab
dalam Islam, diharapkan Islam dapat tersebar ke luar.
Apabila suku Quraisy dapat diislamkan, maka Islam akan memperoleh dukungan yang besar,
karena orang-orang Quraisy mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang besar di kalangan
bangsa Arab.
Kaum kafir Quraisy mengetahui, bahwa perjanjian Hudaibiyah itu sangat menguntungkan
kaum Muslimin. Umat Islam semakin kuat, karena hampir seluruh semenanjung Arab, termasuk
suku-suku bagsa Arab yang paling selatan telah menggabungkan diri kepada Islam. Sejumlah
orang dari Bani Khuzaah yang berada di bawah perlindungan Islam. Sejumlah orang dari Bani
Khuzaah mereka bunuh dan selebihnya mereka cerai-beraikan. Bani Khuzaah segera mengadu
kepada Rasulullah SAW dan mohon keadilan.
Mendapat pengaduan seperti itu kemudian Rasulullah SAW dengan 10.000 bala tentaranya
berangkat menuju kota Mekah untuk membebaskan kota Mekah dari para penguasa kafir yang
zalim, yang telah melakukan pembunuhan secara kejam terhadap umat Islam dari Bani
Khuzaah.
Rasulullah SAW sebenarnya tidak menginginkan terjadinya peperanagn, yang sudah tentu
akan menelan banyak korban jiwa. Untuk itu, Rasulullah SAW dan bala tentaranya berkemah di
pinggiran kota Mekah dengan maksud agar kaum kafir Quraisy melihat sendiri, kekuatan besar
dari bala entara kaum Muslimin.
Taktik Rasulullah SAW seperi itu ternyata berhasil, sehingga dua orang pemimpin Quraisy
yaitu Abbas (paman Rasulullah SAW) dan Abu Sufyan (seorang bangsawan Quraisy yang lahir
tahun 567 M dan wafat tahun 652 M) datang menemuiRasulullah SAW dan menyatakan diri
masuk Islam.
Dengan masuk Islamnya kedua orang pemimpin kaum kafir Quraisy itu, dan bala tentaranya
dapat memasuki kota Mekah dengan aman dan memebebaskan kota itu dari para penguasa
kaum kafir Quraisy yang zalim. Pembebasan kota Mekah ini terjadi pada tahun 8 H secara
damai tanpa adanya pertumpahan darah.
Bahkan setelah itu kaum Quraisy berbondong-bondong menyatakan diri masuk Islam,
menerima ajakan Rasulullah dengan kerelaan hati. Kemudian bersama-sama bala tentara Islam
mereka membersihkan Kabah dari berhala-berhala dan menghancurkan berhala-berhala itu.
Kaum Muslimin masih menghadapai kaum musyrikin, yang semula bersekutu dengan kaum
kafir Quraisy yang telah masuk Islam itu, yaitu: Bani Saqif, Bani Hawazin, Bani Nasr, dan Bani
Jusyam. Kaum musyrikin tersebut bersatu di bawah pimpinan Malik bin Auf (Bani Nasr)
berangkat menuju Mekah untuk menyerang kaum Muslimin, yang telah menghancurkan
behala-berhla yang mereka sembah.

Perang Hunain
Mendengar berita bahwa kaum musyrikin itu akan menyerang umat Islam, Nabi
mengerahkan kira-kira 12.000 tentara menuju Hunain untuk menghadapi mereka. Pasukan ini
dipimpin langsung oleh beliau sehingga umat Islam memenangkan pertempuran dalam waktu
yang tidak terlalu lama. Dengan ditaklukkannya Bani Tsaqif dan Bani Hawazin, seluruh Jazirah
Arab berada di bawah kepemimpinan Nabi. Rasulullah dan umat Islam memperoleh
kemenangan yang gilang-gemilang.
Artinya: Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan kamu Lihat
manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong. Maka bertasbihlah dengan memuji
Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima
taubat. (Q.S. An-Nasr, 110: 1-3)
SEJARAH NABI MUHAMMAD SAW PERIODE MADINAH
PELAJARAN 3 kls 7
SEJARAH NABI MUHAMMAD SAW PERIODE MADINAH
Standar Kompetensi :
3. Memahami Sejarah Nabi Muhammad
SAW Periode Madinah
Kompetensi Dasar :
3.1. Mendeskripsikan sejarah Nabi Muhammad SAW dalam membangun masyarakat melalui
kegiatan ekonomi dan perdagangan
3.2. Mengambil hikmah dari misi Nabi Muhammad SAW dalam membangun masyarakat melalui
kegiatan ekonomi dan perdagangan di kaitkan dengan perkembangan kondisi sekarang
3.3. Meneladani semangat perjuangan Nabi dan para Sahabat di Madinah
Indikator :
3.1.1. Menceritakan sejarah Nabi Muhammad SAW dalam membangun perekonomian
masyarakat Madinah
3.1.2. Mengidentifikasi cara dakwah Nabi Muhammad SAW dalam membangun perekonomian
masyarakat Madinah
3.2.3. Mengidentifikasi keberhasilan dakwah Nabi Muhammad SAW dalam membangun
perekonomian masyarakat Madinah
3.2.1. Menjelaskan hikmah dari misi Nabi Muhammad SAW dalam membangun masyarakat
Madinah
3.2.2. Menjelaskan keterkaitan misi dakwah Nabi Muhammad SAW di Madinah dengan
perkembangan dakwah sekarang
3.3.1. Menjelaskan semangat perjuangan Nabi di Madinah
3.3.2. Menjelaskan semangat perjuangan para Sahabat di Madinah
3.3.3. Menunjukkan semangat perjuangan Nabi dan para Sahabat di Madinah

A. Madinah Sebelum Kedatangan Islam
Sebelum Islam datang, kota Madinah bernama kota Yatsrib. Penduduknya terdiri dari dua
golongan besar yang sering bertikai dan berperang, yaitu:
1. Golongan bangsa Yahudi yang terdiri dari :
a.Bani Qainuqa
b.Bani Quraizah
c.Bani Nazir
2. Golongan bangsa Arab yang terdiri dari suku Aus dan Khazraj.
Kota Yatsrib termasuk daerah subur dan pusat pertanian serta merupakan jalur perdagangan
ramai yang menghubungkan antara Yaman di selatan dan Syiria di Utara.

Proses Masuknya agama Islam ke Madinah dan Hijrahnya Nabi ke Madinah
Ketika Nabi masih berada di Mekkah, banyak dari penduduk Yatsrib sering melaksanakan
Ibadah Haji ke kota Mekkah. Kesempatan ini digunakan oleh Nabi untuk mengajak penduduk
Yatsrib yang datang ke Mekkah untuk masuk Islam
Akhirnya, setiap orang Yatsrib yang datang ke Mekkah menyatakan masuk Islam. Bahkan,
pada tahun 621 M Nabi menemui rombongan haji dari Yatsrib yang berjumlah 12 orang di bukit
aqabah dan melakukan perjanjian. Perjanjian ini disebut Perjanjian Aqabah I yang isinya:
1. Penduduk Yatsrib akan setia melindungi Nabi
2. Rela berkorban harta dan jiwa
3. Tidak akan menyekutukan Allah
4. Tidak membunuh dan berdusta
5. bersedia membantu menyebarkan Islam

B. Usaha-usaha Yang Dilakukan Rosululloh Setelah Berada Di Madinah
1. Mendirikan Masjid
Masjid yang pertama kali didirikan oleh Nabi di Madinah adalah Masjid Nabawi.
Masjid ini dibangun di atas tanah yang dibeli Nabi dari dua orang miskin bernama Sahl bin
Amr dan Suhail bin Amr.
Pendirian masjid ini dimaksudkan selain sebagai pusat Ibadah dan dakwah Islam, namun juga
berperan sebagai tempat bermusyawarah kaum Muslimin, tempat untuk mempersatukan kaum
Muslimin, bahkan dijadikan sebagai pusat pemerintahan.
Di salah satu penjuru masjid disediakan tempat tinggal untuk orang-orang miskin yang tidak
mempunyai tempat tinggal, mereka dinamai Ahlus-Suffah.
Selanjutnya, dimulailah pembangunan jalan raya di sekitar masjid, sehingga lama-kelamaan
tempat itu menjadi pusat kota dan pemukiman serta perniagaan.
Pesatnya pembangunan di sekitar masjid Nabawi menyebabkan banyak pendatang dari luar
Madinah.

2. Mempersaudarakan Kaum Muhajirin dan Anshor
Cara ini dilakukan Nabi untuk mengokohkan persatuan Umat Islam di Madinah.
Persaudaraan ini didasarkan atas persaudaraan seagama dan bukan atas dasar kesukuan.
Sebagai contoh, Nabi mempersaudarakan Hamzah bin Abdul Muthalib dengan Zaid bekas
budaknya, Abu Bakar bersaudara dengan Kharija bin Zaid, dan Umar bin Khattab bersaudara
dengan 'Itban bin Malik Al-Khazraji.
Kaum Muhajirin kemudian banyak yang menjadi pedagang dan petani. Di antaranya
Abdurrahman bin Auf menjadi pedagang, sedangkan Umar bin Khottob dan Ali bin Abi Tholib
menjadi petani.

3. Membuat perjanjian damai antara Kaum Muslimin dan Kaum Yahudi
Perjanjian damai ini dilakukan untuk menciptakan rasa damai dan tenteram bagi masyarakat
Madinah, baik yang Muslim atau yang bukan Muslim. Dari sini maka Nabi membuat peraturan-
peraturan yang disebut dengan Piagam Madinah yang isinya antara lain:
1. Kaum Muslim dan Yahudi akan hidup berdampingan dan bebas menjalankan agamanya
masing-masing.
2. Apabila salah satu pihak diperangi musuh, maka yang lain wajib membantu.
3. Apabila terjadi perselisihan antara keduanya, penyelesaian diserahkan kepada Nabi
Muhammad SAW selaku pemimpin tertinggi di Madinah.
4. Dalam Piagam Madinah tersebut terdapat beberapa asas, yaitu: asas kebebasan beragama,
asas persamaan, asas keadilan, asas perdamaian dan asas musyawarah.
4. Meletakkan Dasar-dasar Pemerintahan, Ekonomi dan Kemasyarakatan
Dalam bidang pemerintahan diterapkan prinsip musyawarah (demokrasi), yaitu dalam
memutuskan masalah harus bermusyawarah terlebih dahulu.
Dalam bidang ekonomi diterapkan asas koperasi, yaitu tiap-tiap Muslim harus saling
membantu.
Dalam kehidupan bermasyarakat diterapkan asas keadilan, harus saling tolong menolong,
menghargai persamaan hak dan kewajiban sesama Muslim, tidak ada perbedaan pangkat, harta
dan keturunan, harus mengasihi dan memelihara anak yatim, menyantuni janda-janda.
Dengan demikian, maka berdirilah kota Madinah sebagai kota terbesar di Jazirah Arab dengan
kemegahan yang ditampilkannya.
Pada masa ini, masyarakat Muslim berkembang menjadi masyarakat besar dan menjadi pusat
untuk kegiatan perekonomian, perdagangan dan pertanian.
C. Perjuangan Nabi Muhammad SAW Dan Para Sahabat Di Madinah
Sejak hijrah ke Madinah, selama kurang lebih 10 tahun, Nabi dan para sahabatnya berdakwah
kepada penduduk Madinah tanpa mengenal lelah, dan tidak pernah putus asa.
Kebanyakan penduduk Madinah, terutama suku Aus dan Khazraj, menerima dakwah Nabi
tersebut.
Akan tetapi, dalam perjalanan dakwahnya, Nabi menemui rintangan, khususnya dari orang-
orang Yahudi yang tidak senang dengan keberhasilannya.
Salah seorang Yahudi Munafik yang tidak senang adalah Abdullah bin Ubay. Ia selalu
melaporkan kegiatan Nabi di Madinah kepada kaum kafir Quraisy di Mekkah, sehingga pada
masa-masa kemudian terjadilah banyak peperangan dengan kaum kafir Quraisy Mekkah.
Beberapa Peperangan Yang Terjadi Ketika Nabi Berada Di Madinah :

1. Perang Badar
Perang ini terjadi di dekat sumber mata air milik seorang bernama Badar pada tanggal 17
Ramadhan tahun 2 H bertepatan 5 Januari 623 M.
Dalam perang ini pasukan Islam hanya berjumlah 313 orang yang dipimpin oleh Nabi
Muhammad SAW, sedangkan pihak kafir Quraisy berjumlah 1000 orang yang dipimpin oleh Abu
Sufyan.
Perang ini dimenangkan oleh umat Islam dengan korban tewas sebanyak 14 orang Muslim
dan 70 orang kafir termasuk Abu Jahal.

2. Perang Uhud
Perang ini berlangsung pada bulan Syaban tahun 3 H bertepatan bulan Januari 625 M di
sebuah perbukitan bernama Uhud.
Pasukan Islam pimpinan Nabi pada awalnya berjumlah 1000 orang, tetapi 300 orang
membelot karena hasutan Abdullah bin Ubay. Sedangkan pasukan kafir Quraisy berjumlah 3000
orang yang dipimpin Abu Sufyan dan istrinya Hindun.
Perang ini pada awalnya hampir dimenangkan oleh umat Islam, tetapi karena pasukan Islam
meninggalkan posisi perang untuk mengambil harta rampasan perang (ghanimah), akhirnya
pasukan Islam mengalami kekalahan.
Bahkan Hamzah bin Abdul Mutholib (paman Nabi) terbunuh dan isi tubuhnya dikoyak-koyak
oleh Hindun. Korban meninggal dari pihak umat Islam adalah 70 orang, sedangkan kafir Quraisy
berjumlah 23 orang.

3. Perang Khandaq
Perang terjadi di sebelah utara Madinah pada bulan Syawal 5 H atau Maret 627 M. Perang
Khandaq ini disebut juga perang Ahzab.
Dalam perang ini, pasukan musuh berjumlah 10.000 orang yang dipimpin Abu Sufyan,
sedangkan pasukan Islam hanya berjumlah 3000 orang pimpinan Nabi dan Ali bin Abi Tholib.
Atas usul dari Salman Al-Farisi (orang Persia), pasukan Islam membuat parit mengelilingi
perbatasan kota Madinah. Akibat adanya parit ini, pasukan kafir Quraisy mengalami kekalahan.
Selain empat perang di atas, ada beberapa peperangan lagi yang terjadi antara umat Islam
dengan kaum kafir yaitu:
1. Perang Khaibar
2. Perang Mutah
3. Perang Tabuk.
Di Samping Peperangan, Nabi Dan Para Sahabatnya Juga Melakukan beberapa usaha dan
berhasil dengan baik Dalam Menghadapi Kaum Kafir, Yaitu:
1. Mengadakan Perjanjian Hudaibiyah dengan orang-orang Kafir Qurays di Mekkah.
Perjanjian ini berlangsung pada bulan Zulkaidah tahun 6 H atau 628 M di daerah Hudaibiyah.
Asal mula terjadinya perjanjian ini adalah adanya keinginan kaum Muhajirin untuk beribadah
haji dan menengok saudara mereka di Mekkah yang selama enam tahun tidak bertemu.
Akan tetapi keinginan ini dihalangi oleh kaum Kafir Quraisy.
Maka Nabi pun berangkat dengan kaum Muhajirin untuk pergi ke Mekkah, sesampainya di
Hudaibiyah dicegatlah Nabi dan para pengikutnya oleh kaum Quraisy.
Dari sinilah kemudian lahirlah perjanjian Hudaibiyah.

Isi Perjanjian Hudaibiyah :
1. Umat Islam dan kaum kafir Quraisy tidak boleh saling serang selama 10 tahun.
2. Nabi dan pengikutnya tidak diperkenankan beribadah haji pada tahun ini.
3. Kaum Muslim wajib mengembalikan orang Mekkah yang menjadi pengikut Nabi di Madinah,
sedangkan kaum kafir Quraisy tidak wajib mengembalikan orang Madinah yang menjadi
pengikut mereka.
4. Setiap orang diberi kbebasan untuk memilih menjadi pengikut Nabi atau kaum Kafir Quraisy.
2. Fathul Makkah (penaklukan kota Mekkah)
Fathu Makkah terjadi pada bulan Ramadhan tahun 8 H atau Januari 630 M.
Sebab utama terjadinya fathu Makkah adalah kaum Kafir Quraisy melanggar perjanjian
Hudaibiyah dan menyerang kaum Muslim yang ada di Mekkah.
Penaklukkan kota Mekkah yang dilakukan Nabi dan pengikutnya itu tanpa ada pertumpahan
darah dan peperangan, sehingga penduduk kota Mekkah pun banyak yang masuk Islam
termasuk pemimpin kafir Quraisy Abu Sufyan ikut masuk Islam.
Saat itulah turun Quran Surat An Nashr ayat 1-5
Ketika terjadi fathul Makkah ini, Nabi berpidato di hadapan masyarakat yang isinya :
1. Barang Siapa yang menutup pintu rumahnya, rapat- rapat maka ia aman.
2. Barang siapa yang masuk ke Masjdil Haram, maka ia aman.
3. Barang siapa yang memasuki rumah Abu Sufyan, maka ia aman.
D. Hikmah Dan Teladan Dari Misi Nabi Muhammad Saw Dalam Membangun Masyarakat
Madinah
Melakukan hijrah (pindah) ke tempat yang dianggap lebih memberi harapan untuk
mengembangkan masyarakat Islam yang lebih maju merupakan suatu kemestian yang harus
dilakukan.
Nabi melakukan Hijrah ke Madinah adalah untuk menyusun kekuatan dan menarik banyak
pengikut agar dakwah Islam berjalan sesuai yang diharapkan dan masyarakat Islam semakin
kokoh.
Dari hijrah ini, Nabi berhasil membangun masyarakat Islam menuju pada kemajuan,
kesejahteraan, dan kedamaian, baik di bidang sosial, ekonomi maupun politik.
Keberhasilan yang telah dicapai ini memerlukan perjuangan yang panjang dan kadang harus
dilakukan dengan cara kekerasan (jihad atau berperang). Dengan demikian, hikmah dan teladan
yang dapat diambil dan ditiru dari perjuangan Nabi di Madinah tersebut di antaranya adalah:
Hikmah Dan Teladan Yang Dapat Diambil Dan Ditiru Dari Perjuangan Nabi Di Madinah Tersebut
Di Antaranya Adalah:
1. Ketabahan dalam menerima cobaan
Nabi Muhammad SAW dan para sahabat melakukan hijrah ke Madinah merupakan akibat dari
kekejaman kaum kafir Quraisy terhadap kaum Muslimin.
Mereka pergi berhijrah dengan meninggalkan segala yang ada di Mekkah, antara lain sanak
famili, harta benda dan juga kampung halaman.
Rasa berat pada diri kaum Muslimin meninggalkan kampung halaman ternyata sirna oleh
keimanan mereka yang kuat dan kecintaan yang tulus terhadap Nabi Muhammad SAW.
Mereka tabah dan ikhlas dalam menerima cobaan ini. Oleh karena itu, apapun keadaannya,
situasinya apakah senang atau susah, iman harus senantiasa melekat di hati kita.
2. Cerdas dalam mengambil keputusan
Nabi Muhammad SAW adalah orang yang memiliki kecerdasan y luar biasa dalam mengambil
keputusan dan tindakan.
Hal itu terbukti ketika beliau mampu menyatukan kaum Muhajirin dan Anshar menjadi satu
saudara.
Persaudaraan ini menjadikan masyarakat Muslim Madinah semakin berkembang dan kuat
serta mampu menjadi bangsa yang besar dan bersatu dibawah bendera Islam, sehingga dalam
tempo yang relatif singkat masyarakat Muslim Madinah dikagumi oleh bangsa lainnya.
Dalam bidang ekonomi dan perdagangan, Nabi Muhammad SAW menerapkan asas koperasi,
yakni menganjurkan kaum Muslim di Madinah agar memperhatikan nasib saudaranya, tidak
serakah dan tidak mempraktekkan sistem riba dalam transaksi perdagangan.
Bahkan, dalam menunaikan haji yang terakhir atau disebut dengan Haji Wada tahun 10 H
(631 M) Nabi menyampaikan khotbahnya yang sangat bersejarah antara lain berisi:
1. larangan untuk riba dan menganiaya.
2. Perintah untuk memperlakukan istri dengan baik.
3. Persamaan dan persaudaraan antar manusia harus ditegakkan.
3. Gigih dan istiqamah dalam berjuang
Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya mendapatkan perlawanan dan tekanan yang
sangat berat dari kaum kafir Quraisy Mekkah dan orang-orang Yahudi dalam mensyiarkan
dakwah Islam di Madinah.
Bahkan, ada beberapa peperangan yang dilalui Nabi Muhammad SAW dan para sahabat
seperti perang Badar, Uhud dan Khandaq, ketika mereka berada di Madinah.
Meskipun kaum Muslim di Madinah masih sangat minim dan kekuatan mereka tidak
seimbang dibanding kekuatan kaum kafir Quraisy yang begitu besar, baik dalam hal jumlah
tentara maupun persenjataan, namun semangat juang mempertahankan agama dan dakwah
Islam tetap kokoh tak tergoyahkan dalam jiwa-jiwa mereka.
Akhirnya kaum Muslim di Madinah mampu mengimbangi kekuatan kaum kafir di Mekkad dan
orang-orang Yahudi di Madinah.
e. Hubungan Antara Misi Nabi Muhammad Di Madinah Dengan Perkembangan Masyarakat
Islam Masa Sekarang
Keterkaitan antara misi dakwah Nabi Muhammad SAW dengan perkembangan masyarakat
Islam sekarang dapat kita lihat dari beberapa aspek, antara lain :
1. aspek politik pemerintahan.
2. aspek sosial kemasyarakatan.
3. aspek ekonomi.

1. Aspek Politik Pemerintahan
Nabi Muhammad SAW selain menjadi pemimpin agama, beliau juga menjadi pemimpin
pemerintahan. Dalam kepemimpinannya, beliau mengedepankan kepentingan umum daripada
kepentingan pribadi dan keluarganya.
Selain itu, beliau juga menggunakan sistem musyawarah atau demokrasi dan berlaku adil
dalam memutuskan suatu perkara di masyarakat dengan tidak membedakan golongan, suku
bahkan perbedaan agama.
Sistem musyawarah atau demokrasi ini selanjutnya banyak dipakai oleh berbagai negara,
termasuk oleh negara kita Indonesia.
Sebagai contoh negara kita memberlakukan kebebasan berpendapat, menghargai dan toleran
terhadap semua agama yang dianut oleh masyarakat.
Akan tetapi, apabila kita lihat kenyataan sekarang ini banyak di antara para pemimpin negara,
terutama negara berpenduduk mayoritas Muslim, tidak mampu melaksanakan sistem
musyawarah secara maksimal sebagaimana yang dilakukan Nabi Muhammad SAW di Madinah.
Mereka masih tergantung pada kepentingan pribadi dan golongan sehingga banyak terjadi
gejolak di masyarakat. Kenyataan ini membuktikan bahwa para pemimpin Muslim di berbagai
negara kurang memahami dan kurang meneladani sifat dan sikap kepemimpinan Nabi dalam
membangun masyarakat.

2. Aspek Sosial Kemasyarakatan.
Penduduk Muslim Madinah pada masa kepemimpinan Nabi Muhammad SAW memiliki rasa
persaudaraan dan persatuan yang kuat.
Mereka tidak membedakan antara kaum Muhajirin dan kaum Anshar, bahkan tidak
membeda-bedakan rasa persatuan dengan penganut agama lain.
Rasa persaudaraan sesama Muslim di Madinah tercermin dalam kehidupan sehar-hari, di
antara mereka tidak ada perselisihan ataupun permusuhan.
Jika ada salah satu warga Muslim yang sakit, maka Muslim lain menjenguknya. Begitu juga
jika ada Muslim yang tidak mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari, maka Muslim lain yang
mampu membantunya dengan penuh rasa ikhlas.
Selain itu, budaya silaturahmi merupakan kebiasaan yang tertanam dalam warna kehidupan
penduduk Muslim Madinah
Apabila dikaitkan dengan kehidupan masyarakat Muslim sekarang ini, khususnya di Indonesia,
dapat kita jumpai berbagai tradisi yang mencerminkan kebudayaan yang berkembang pada
masa Nabi Muhammad di Madinah, Seperti :
1.Tradisi silaturahmi.
2.Tradisi gotong royong dalam membangun sarana ibadah atau masjid.
3.Tradisi menjenguk orang sakit dan membantu orang yang terkena musibah.

3. Aspek Ekonomi.
Pada tahun-tahun awal, pemerintahan Islam di Madinah hampir tidak memiliki sumber
memasukan ataupun pengeluaran.
Seluruh tugas pemerintahan dilaksanakan kaum muslimin secara bergotong royong dan
sukarela.
Mereka memperoleh pendapatan dari bebagai sumber yang tidak terikat. Akan tetapi ketika
masyarakat Muslim Madinah sudah tentram dan kuat, maka pada waktu itu kewajiban
membayar zakat dan pajak mulai dijalankan sebagai sumber pendapatan negara.
Pajak pada masa itu dipungut semata berdasarkan standar cukup atau berdasarkan kadar
kebutuhan negara.
Dalam memajukan ekonomi masyarakat di Madinah, Rasulullah menerapkan sistem koperasi.
Sistem ekonomi ini dimaksudkan untuk membantu penduduk Muslim di Madinah yang miskin
dan lemah.
Masyarakat Muslim Madinah yang rata-rata berprofesi sebagai pedagang dan petani sangat
antusias dan menerima dengan senang hati ajakan Nabi Muhammad SAW tersebut.
Akhirnya para pedagang dan petani Muslim dengan kesadaran sendiri mau mengeluarkan
zakat dan pajak demi terwujudnya masyarakat Madinah yang maju secara ekonomi.
Di samping ajakan untuk membayar zakat dan pajak, Nabi Muhammad SAW juga melarang
masyarakat Muslim Madinah melakukan praktek riba dan penipuan dalam melakukan kegiatan
ekonomi.
Apabila dikaitkan dengan perkembangan masyarakat Muslim sekarang, ajakan-ajakan Nabi
Muhammad SAW di bidang ekonomi tersebut ternyata masih berjalan dan dapat kita jumpai di
berbagai negara berpenduduk mayoritas Muslim.
Sebagai contoh, kewajiban membayar zakat, khususnya zakat fitrah, masih rutin dilakukan
oleh sebagian besar masyarakat Muslim.
Akan tetapi, banyak juga kita jumpai di masyarakat Muslim sekarang yang masih
mempraktekkan sistem riba dalam kegiatan ekonomi, khususnya perdagangan. Banyak di
antara para pedagang yang terlalu tinggi mengambil keuntungan sehingga merugikan pembeli.
Perilaku-perilaku yang tidak sesuai dengan ajaran Al-Quran dan ajaran sunnah Nabi ini
membuktikan bahwa masih banyak orang-orang Muslim sekarang yang tidak mengenal perilaku
dan akhlak Nabi Muhammad SAW.
STRATEGI DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW PERIODE MADINAHSEJARAH DAKWAH RASUL
PERIODE MADINAH
KETELADANAN RASULULLAH PRIODE MADINAH
1. Sejarah Dawah Rasulullah Priode Madinah
Dakwah Rasulullah yang dilakukan si Mekkah baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-
terangan berlangsung selama 13 tahun. Rintangan makin lama makin bertambah karena itu
Allah Menyediakan Tempat yang subur untuk dawah yaitu Madinah. Disinilah membangun
umat untuk dijadikan duta keseluruh pelosok dunia
Beberapa Peristiwa Penting tentang Hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah

Pertama
Tersebarnya berita tentang masuk Islamnya sekelompok penduduk Yatsrib (Madinah),
membuat orang-orang kafir Quraisy semakin meningkatkan tekanan terhadap orang-orang
Mukmin di Makkah.
Lalu Nabi saw. memerintahkan kaum Mukminin agar hijrah ke kota Madinah. Para sahabat
segera berangkat menuju Madinah secara diam-diam, agar tidak dihadang oleh musuh. Namun
Umar bin Khattab justru mengumumkan terlebih dahulu rencananya untuk berangkat ke
pengungsian kepada orang-orang kafir Makkah. Ia berseru, Siapa di antara kalian yang
bersedia berpisah dengan ibunya, silakan hadang aku besok di lembah anu, besuk pagi saya
akan hijrah. Tidak seorang pun berani menghadang Umar.

Kedua
Setelah mengetahui kaum Muslimin yang hijrah ke Madinah itu disambut baik dan mendapat
penghormatan yang memuaskan dari penduduk Yastrib, bermusyawarahlah kaum kafir Quraisy
di Darun Nadwah. Mereka merumuskan cara yang diambil untuk membunuh Rasululah saw.
yang diketahui belum berangkat bersama rombongan para sahabat. Rapat memutuskan untuk
mengumpulkan seorang algojo dari setiap kabilah guna membunuh Nabi saw. bersama-sama.
Pertimbangannya ialah, keluarga besar Nabi (Bani Manaf) tidak akan berani berperang
melawan semua suku yang telah mengutus algojonya masing-masing. Kelak satu-satunya
pilihan yang mungkin ambil oleh Bani Manaf ialah rela menerima diat (denda pembunuhan)
atas terbunuhnya Nabi. Keputusan bersama ini segera dilaksanakan dan para algojo telah
berkumpul di sekeliling rumah Nabi saw. Mereka mendapat instruksi: Keluarkan Muhammad
dari rumahnya dan langsung pengal tengkuknya dengan pedangmu!

Ketiga
Pada malam pengepungan itu Nabi saw. tidak tidur. Kepada keponakannya, Ali r.a., beliau
memerintahkan dua hal: pertama, agar tidur (berbaring) di tempat tidur Nabi dan, kedua,
menyerahkan kembali semua harta titipan penduduk Makkah yang ada di tangan Rasulullah
saw. kepada para pemiliknya.
Nabi keluar dari rumahnya tanpa diketahui oleh satu orang pun dari para algojo yang
mengepung rumahnya sejak senja hari. Nabi saw. pergi menuju rumah Abu Bakar yang sudah
menyiapkan dua tunggangan (kendaraan) lalu segera berangkat. Abu Bakar menyewa Abdullah
bin Uraiqith Ad-Daily untuk menunjukkan jalan yang tidak biasa menuju Madinah.

Keempat
Rasulullah dan Abu Bakar berangkat pada hari Kamis tanggal 1 Rabiul Awwal tahun kelima
puluh tiga dari kelahiran Nabi saw. Hanya Ali dan keluarga Abu Bakar saja yang tahu
keberangkatan Nabi saw. dan Abu Bakar malam itu menuju Yatsib. Sebelumnya dua anak Abu
Bakar, Aisyah dan Asma, telah menyiapkan bekal secukupnya untuk perjalanan itu. Kemudian
Nabi saw. ditemani Abu Bakar berangkat bersama penunjuk jalan menelusuri jalan Madinah-
Yaman hingga sampai di Gua Tsur. Nabi dan Abu Bakar berhenti di situ dan penunjuk jalan
disuruh kembali secepatniya guna menyampaikan pesan rahasia Abu Bakar kepada putranya,
Abdullah.
Tiga malam lamanya Nabi saw. dan Abu Bakar bersembunyi di gua itu. Setiap malam mereka
ditemani oleh Abdullah bin Abu Bakar yang bertindak sebagai pengamat situasi dan pemberi
informasi.

Kelima
Lolosnya Nabi saw. dari kepungan yang ketat itu membuat kalangan Quraisy hiruk pikuk
mencari. Jalan Makkah-Madinah dilacak. Tetapi mereka gagal menemukan Nabi saw. Kemudian
mereka menelusuri jalan Yaman-Madinah. Mereka menduga Nabi pasti bersembunyi di Gua
Tsur. Setibanya tim pelacak itu di sana, alangkah bingungnya mereka ketika melihat mulut gua
itu tertutup jaring laba-laba dan sarang bunung. Itu pertanda tidak ada orang yang masuk ke
dalam gua itu. Mereka tidak dapat melihat apa yang ada dalam gua, tetapi orang yang di
dalamnya dapat melihat jelas rombongan yang berada di luar. Waktu itulah Abu Bakar merasa
sangat khawatir akan keselamatan Nabi. Nabi berkata kepadanya, Hai Abu Bakar, kita ini
berdua dan Allah-lah yang ketiganya.

Keenam
Kalangan kafir Quraisy mengumumkan kepada seluruh kabilah, Siapa saja yang dapat
menyerahkant Muhammad dan kawannya (Abu Bakar) kepada kami hidup atau mati, maka
kepadanya akan diberikan hadiah yang bernilai besar. Bangkitlah Suraqah bin Jasyam mencari
dan mengejar Nabi dengan harapan akan menjadi hartawan dalam waktu singkat.

Sungguhpun jarak antara Gua Tsur dengan rombongan Nabi sudah begitu jauh, namun Suraqah
ternyata dapat menyusulnya. Tatkala sudah begitu dekat, tiba-tiba tersungkurlah kuda yang
ditunggangi Suraqah, sementara pedang yang telah diayunkan ke arah Nabi tetap terhunus di
tangannya. Tiga kali ia mengibaskan pedangnya ke arah tubuh Nabi, tetapi pada detik-detik itu
pula kudanya tiga kali tersungkur sehingga tak terlaksanalah maksud jahatnya. Kemudian ia
menyarungkan pedangnya dalam keadaan diliputi perasaan kagum dan yakin, dia benar-benar
berhadapan dengan seorang Nabi yang menjadi Rasul Allah. Ia mohon kepada Nabi agar
berkenan menolong mengangkat kudanya yang tak dapat bangun karena kakinya terperosok ke
dalam pasir. Setelah ditolong oleh Nabi, ia meminta agar Nabi berjanji akan memberinya hadiah
berupa gelang kebesaran raja-raja. Nabi menjawab, Baiklah.
Kemudian kembalilah Suraqah ke Makkah dengan berpura-pura tak menemukan seseorang dan
tak pernah mengalami kejadian apa pun.

Ketujuh
Rasulullah dan Abu Bakar tiba di Madinah pada tanggal 12 Rabiul Awal. Kedatangan beliau
telah dinanti-nantikan masyarakat Madinah. Pagi hari mereka berkerumun di jalanan, setelah
tengah hari barulah mereka bubar. Begitulah penantian mereka beberapa hari sebelum
kedatangan Nabi. Pada hari kedatangan Nabi dan Abu Bakar, masyarakat Madinah sudah
menunggu berjubel di jalan yang akan dilalui Nabi lengkap dengan regu genderang. Mereka
mengelu-elukan Nabi dan genderang pun gemuruh diselingi nyanyian yang sengaja digubah
untuk keperluan penyambutan itu: Bulan purnama telah muncul di tengah-tengah kita, dari
celah-celah bebukitan. Wajiblah kita bersyukur, atas ajakannya kepada Allah. Wahai orang yang
dibangkitkan untuk kami, kau datang membawa sesuatu yang ditaati.

Kedelapan
Di tengah perjalanan menuju Madinah, Rasulullah singgah di Quba, sebuah desa yang terletak
dua mil di selatan Madmnah. Di sana Beliau membangun sebuah Masjid dan merupakan Masjid
pertama dalam sejarah Islam. Beliau singgah di sana selama empat hari untuk selanjutnya
meneruskan perjalanan ke Madinah. Pada Jumat pagi beliau berangkat dari Quba dan tiba di
perkampungan Bani Salim bin Auf persis pada waktu shalat Jumat. Lalu shalatlah beliau di sana.
Inilah Jumat pertama dalam Islam, dan karena itu khutbahnya pun merupakan khutbah yang
petama.

Kemudian Nabi berangkat meninggalkan Bani Salim. Program pertama beliau sesampainya di
Madinah ialah menentukan tempat di mana akan dibangun Masjid. Tempat itu ialah tempat di
mana untanya berhenti setibanya di Madinah. Ternyata tanah yang dimaksud milik dua orang
anak yatim. Untuk itu Nabi minta supaya keduanya sudi menjual tanah miliknya, namun mereka
lebih suka menghadiahkannya. Tetapi beliau tetap ingin membayar harga tanah itu sebesar
sepuluh dinar. Dengan senang hati Abu Bakar menyerahkan uang kepada mereka berdua.
Pembangunan Masjid segera dimulai dan seluruh kaum Muslimin ikut ambil bagman, sehingga
berdiri sebuah Masjid berdinding bata, berkayu batang korma dan beratap daun korma.

Kesembilan
Kemudian Nabi mempersaudarakan antara orang-orang Muhajirin dengan Anshar. Setiap orang
Anshar mengakui orang Muhajirin sebagai saudaranya sendiri, mempersilakannya tinggal di
rumahnya dan memanfaatkan segala fasilitasnya yang ada di rumah bersangkutan

Kesepuluh
Selanjutnya Nabi saw. merumuskan piagam yang berlaku bagi seluruh kaum Muslimin dan
orang-orang Yahudi. Piagam inilah yang oleh Ibnu Hisyam disebut sebagai undang-undang dasar
negara dan pemerintahan Islam yang pertama. Isinya mencakup tentang perikemanusiaan,
keadilan sosial, toleransi beragama, gotong royong untuk kebaikan masyarakat, dan lain-lain.
Saripatinya adalah sebagai berikut:

1. Kesatuan umat Islam, tanpa mengenal perbedaan.
2. Persamaan hak dan kewajiban.
3. Gotong royong dalam segala hal yang tidak termasuk kezaliman, dosa, dan permusuhan.
4. Kompak dalam menentukan hubungan dengan orang-orang yang memusuhi umat.
5. Membangun suatu masyarakat dalam suatu sistem yang sebaik-baiknya, selurusnya dan
sekokoh-kokohnya.
6. Melawan orang-orang yang memusuhi negara dan membangkang, tanpa boleh
memberikan bantuan kepada mereka.
7. Melindungi setiap orang yang ingin hidup berdampingan dengan kaum Muslimin dan
tidak boleh berbuat zalim atau aniaya terhadapnya.
8. Umat yang di luar Islam bebas melaksanakan agamanya. Mereka tidak boleh dipaksa
masuk Islam dan tidak boleh diganggu harta bendanya.
9. Umat yang di luar Islam harus ambil bagian dalam membiayai negara, sebagaimana umat
Islam sendiri.
10. Umat non Muslim harus membantu dan ikut memikul biaya negara dalam keadaan
terancam.
11. Umat yang di luar Islam, harus saling membantu dengan umat Islam dalam melindungi
negara dan ancaman musuh.
12. Negara melindungi semua warga negara, baik yang Muslim maupun bukan Muslim.
13. Umat Islam dan bukan Islam tidak boleh melindungi musuh negara dan orang-orang yang
membantu musuh negara itu.
14. Apabila suatu perdamaian akan membawa kebaikan bagi masyarakat, maka semua warga
negara baik Muslim maupun bukan Muslim, harus rela menerima perdamaian.
15. Seorang warga negara tidak dapat dihukum karena kesalahan orang lain. Hukuman yang
mengenai seseorang yang dimaksud, hanya boleh dikenakan kepada diri pelaku sendiri dan
keluarganya.
16. Warga negara bebas keluar masuk wilayah negara sejauh tidak merugikan negara.
17. Setiap warga negara tidak boleh melindungi orang yang berbuat salah atau berbuat zalim.
18. Ikatan sesama anggota masyarakat didasarkan atas prinsip tolong-menolong untuk
kebaikan dan ketakwaan, tidak atas dosa dan permusuhan.

Dasar-dasar tersebut ditunjang oleh dua kekuatan. Kekuatan spiritual yang meliputi keimanan
seluruh anggota masyarakat kepada Allah, keimanan akan pengawasan dan penlindungan-Nya
bagi orang yang baik dan konsekuen, dan Kekuatan material yaitu kepemimpinan negara yang
tercerminkan oleh Nabi Muhammad saw
2. Keteladanan Rasul dalam membina umat di MadinahSetelah sampai di Madinah beliau mulai
membangun umat dengan keteladanan, langkah awal ialah :

Mempersaudaraan kaum muhajirin dan Anshor Dalam rangka memperkokoh daulah Islam di
Madinah, Nabi Muhammad saw mempersaudarakan kaum muslimin yang satu dengan yang
lainnya. Di samping maksud di atas. Juga dimaksudkan untuk menambah teguhnya persatuan
umat Islam dan akrabnya hubungan Muhajirin dan Anshor. Yang dipersaudaraan oleh diberi
contoh oleh Rasul dengan mengangkat tangan Ali bin Thalib dan menyatakan Ini saudaraku
setelah itu diikuti oleh masing- masing mereka memilih saudara angkatnya sendiri, sebagai
berikut :

2. Keperwiraan Rasulullah dalam memimpin perang

a. Perang Badar.

Keperwiraan berasal dafri kata perwira artinya gagah berani. Keperwiraan berarti keberanian.
Rasulullah dalam beberapa perang yang diikutinya, memeperlihatkan bahwa Rasulullah sebagai
komandan perang yang gagah berani. Banyak contoh keperwiraan Rasulullah dalam
peperangan melawan orang-orang kafir Quresy, seperti dalam perang Badar, Uhud dan
Khandaq.
Perang Badar terjadi tanggal 17 Ramadhan tahun 2 Hijarah bertepatan 8 Januari 623 Masehi.
Perang ini terjadi didekat sebuat sumur milik Badar, terletak antara Mekkah dan Madinah.
Kaum muslimin berjumlah 314 orang sedangkan kafir Quresy 1000 orang yang lengkap dengan
peralatannya. Sedangkan kaum muslimin dengan senjata seadanya.
Strategi Rasulullah dalam perang Badar, dengan menguasai penampungan air, hal itu sangat
dibutuhkan kedua belah pihak. Sewaktu kedua pasukan saling berhadapan, maka tiba-tiba
seorang kafir Quresy bernama Aswad bin Asad . Ia Ingin menghancurkan kolam penampungan
air yang dimiliki kaum muslimin tetapi hal ini dapat digagalkan oleh Hamzah bin Abdul Muthalib
dan Aswad pun tewas dipukul dengan pedang.
Peperangan dimulai dengan perang tanding satu lawan satu dari pihak Quresy diwakili 3 orang
yaitu : Utbah, Syaibah bin Rabiah dan Al Walid Utbah. Dari kaum Muslimin diwakili Ubaidah bin
Harits, Ali bin Abi Thalib dan Hamzah bin Abdul Muthalib. Ketiga pahlawan Quresy ini mati
terbunuh. Dilanjutkan dengan perang masal,dengan iman yang kuat Kaum Muslimin dapat
memenangkan peperangan ini dengan pertolongan Allah.
b. Perang uhud.
Perang Uhud terjadi pada pertengahan bulan Syaban tahu ke tiga Hijrah bertepatan dengan
bulan Januari tahun 625 Masehi. Peperangan terjadi di gunung Uhud, sebelah utara kota
Madinah. Oleh karena itu peperangan ini dinamai Perang Uhud. Perang ini terjadi karena kaum
Quresy ingin membalas kekalahan di Perang Badar sebelumnya.
Kaum muslimin berkuatan 700 orang sedangakan kaum kafir Quresy berkuatan 3000 orang.
Dalam peperangan ini umat Islam dipimpin oleh Nabi Muhammad saw sedangan kaum Quresy
dipimpin oleh Abu Sufyan bin Harb, yang didampingi isterinya Hindun penyair yang mempunyai
suara yang bagus untuk memberi semangat dan menghibur pasukannya. Peperangan dimulai
dengan perang tanding satu lawan satu dari kaum Muslimin diwakili oleh Ali bin Abi Thalib,
Hamzah bin Abdul Muthalib, Sa,ad bin Abi Waqas dan Ashim bin Tsabit. Orang Quresy diwakili
oleh Musafi bin Thalhah, Harits bin Thalhah, Kilab bin Thalhah dan Jallas bin Thalhah. Dalam
perang tanding ini semua pahlawan Quresy mati terbunuh, setelah itu baru dilanjutkan dengan
perang massal.
Pada mulanya kaum muslimin sudah menang dan kaum kafir meninggalkan hartanya,
disebabkan kaum muslimin khususnya pasukan pemanah turun dari tempatnya untuk berbagi
harta rampasan, pos kaum muslimin kosong, saat itu Khalid bin Walid pasukan kuda kaum
Quresy mendapat kesempatan menerobos kaum muslimin kaum muslimin kucar kacir. Akhirnya
kemenangan sudah ditangan sebelumnya sekarang menjadi sirna disebabkan oleh godaan
dunia yaitu harta rampasan perang, kemenangan berpindah tangan kepada Kaum Kafir Quresy.
Sebab kekalahan perang ini ialah:

Tentara panah yang berjumlah 50 orang taat kepada Rasulullah.
Adanya kaum munafiq sebanyak 300 orang yang dipimpin oleh Abdullah bin Ubay yang mundur
tidak mau berperang.
Terjadinya perbedaan pendapat antara kaum tua dan muda tentang tempat peperangan yang
muda ingin di luar kota, sedangkan kaum tua ingin bertahan dalam kota Madinah
c. Perang Khandaq.

Perang Khandaq atau Ahzah terjadi pada bulan syawal tahun 5 Hijrah, bertepatan dengan bulan
Maret tahun 627 Masehi. Perang ini sebelah utara kota Madinah. Perang ini disebut khandaq
(parit) karena kaum muslimin membuat parit pertahanan. Disebut perang ahzab karena kaum
Quresy bersekutu dengan penduduk lain yang berada sekitar kota Mekkah. Kaum muslimin
berkekuatan sebanyak 3000 orang sedangakan kaum Quresy berkekutan 10000 orang .
Kaum muslimin dipinpin oleh Nabi Muhammad saw didampingi Ali bin Abi Tahalib, sedangkan
kaum Quresy dipimpin oleh Abu Sufyan. Peperangan ini dimenangkan oleh kaum muslimin
dengan cara bertahan di balik parit ayau khandaq. Parit ini merupakan ide seorang sahabat
Rasul yang bernama Salman Al Farisi seorang sahabat yang berasal dari Bangsawan Persia yang
mengembara mencari kebenaran.
3. Wafat Rasulullah

Menjelang wafat Rasulullah sewaktu sakitnya makin parah, Rasulullah meminta kepada Isteri-
isterinya yang lain untuk dirawat di rumah Siti Aisyah binti Abu Bakar Ash Shiddiq, Yang
memimpin sholat Jamaah pada saat itu Abu Bakar Ash Shiddiq, Keadaan itu membuat kaum
muslimin cemas dan khawatir, kalau-kalau Nabi wafat. Sewaktu Nabi mengetahui kecemasan
kaum muslimin beliau ingin menjumpai mereka. Dengan dipapah oleh Ali bin Abi Thalib Nabi
bersabda: Wahai manusia! Saya mendengar bahwa kamu sekalian merasa cemas kalau-kalau
Nabimu meninggal dunia, pernahkah ada seorang Nabi yang hidup selamanya? Kalau ada, maka
aku akan dapat pula hidup selamanya! Saya akan menemui Allah dan kamu akan menyusulku.
Rasulullah wafat pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun ke 11 Hijrah, bertepatan dengan 8 Juni 632
Masehi, setelah mengalami sakit selama 13 hari dalam usia 63 tahun menurut perhitungan
tahunHijrah. Beliau Meninggal di Rumah Siti Aisyah binti Abu Bakar dan di kuburkan disana,
Diantara orang yang ikut memandikan beliau ialah : Abbas bin Abdul Muthalib, Ali bin Abi
Thalib, Fadhal bin Abbas, Usamah bin Zaid dan Syuqran.
Reaksi sahabat ketika Rasulullah wafat, banyak diantara sahabat dan kaum muslimin yang tidak
percaya bahwa Rasulullah wafat, Umar bin Khattab sangat marah sekali mendengar kabar
wafatnya Rasulullah, seraya berkata: Ada orang yang telah menyatakan Rasulullah wafat!
Sesungguhnya, demi Allah, beliau tidak wafat, hanya pergi mengahadap Tuhannya,
sebagaimana Nabi Musa pun pernah pergi menghadap Tuhan. Demi Allah, Rasulullah akan
kembali. Tetapi setelah Abu Bakar membenarkan berita kewafatan Rasulullah itu, disertai
membacakan firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 144, maka barulah mereka percaya.
Firman yang dibacakan tersebut ialah: lihat Al-quran Onlines di oogle)
Artinya:Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya
beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)?
Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada
Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur ( Ali
Imran:144)
Beliau meninggalkan dua pusaka dua pusaka ini tidak akan lekang oleh panas dan tidak akan
lapuk hujan itulah Al-Quran dan Hadits dari Nabi Muhammad saw.
Dakwah Nabi Muhammad Di Madinah
30 JUNI 2010 9 KOMENTAR
Dakwah adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman
dan taat kepada Allah SWT sesuai dengan garis aqidah, syariat dan akhlak Islam. Peristiwa
hijrah Nabi Muhammad SAW ini terjadi pada 12 Rabi`ul Awwal tahun pertama Hijrah, yang
bertepatan dengan 28 Juni 621 Masehi. Hijrah adalah sebuah peristiwa pindahnya Nabi
Muhammad Saw dari Mekkah ke Madinah atas perintah Allah, untuk memperluas wilayah
penyebaran Islam dan demi kemajuan Islam itu sendiri.
SEJARAH
Rencana hijrah Rasulullah diawali karena adanya perjanjian antara Nabi Muhammad SAW
dengan orang-orang Yatsrib yaitu suku Aus dan Khazraj saat di Mekkah yang terdengar sampai
ke kaum Quraisy hingga Kaum Quraisy pun merencanakan untuk membunuh Nabi Muhammad
SAW. Pembunuhan itu direncanakan melibatkan semua suku. Setiap suku diwakili oleh seorang
pemudanya yang terkuat. Rencana pembunuhan itu terdengar oleh Nabi SAW, sehingga ia
merencanakan hijrah bersama sahabatnya, Abu Bakar. Abu Bakar diminta mempersiapkan
segala hal yang diperlukan dalam perjalanan, termasuk 2 ekor unta.
Sementara Ali bin Abi Thalib diminta untuk menggantikan Nabi SAW menempati tempat
tidurnya agar kaum Quraisy mengira bahwa Nabi SAW masih tidur.Pada malam hari yang
direncanakan, di tengah malam buta Nabi SAW keluar dari rumahnya tanpa diketahui oleh para
pengepung dari kalangan kaum Quraisy. Nabi SAW menemui Abu Bakar yang telah siap
menunggu. Mereka berdua keluar dari Mekah menuju sebuah Gua Tsur, kira-kira 3 mil sebelah
selatan Kota Mekah. Mereka bersembunyi di gua itu selama 3 hari 3 malam menunggu keadaan
aman.Pada malam ke-4, setelah usaha orang Quraisy mulai menurun karena mengira Nabi SAW
sudah sampai di Yatsrib, keluarlah Nabi SAW dan Abu Bakar dari persembunyiannya. Pada
waktu itu Abdullah bin Uraiqit yang diperintahkan oleh Abu Bakar pun tiba dengan membawa 2
ekor unta yang memang telah dipersiapkan sebelumnya. Berangkatlah Nabi SAW bersama Abu
Bakar menuju Yatsrib menyusuri pantai Laut Merah, suatu jalan yang tidak pernah ditempuh
orang.Setelah 7 hari perjalanan, Nabi SAW dan Abu Bakar tiba di Quba, sebuah desa yang
jaraknya 5 km dari Yatsrib. Di desa ini mereka beristirahat selama beberapa hari. Mereka
menginap di rumah Kalsum bin Hindun. Di halaman rumah ini Nabi SAW membangun sebuah
masjid yang kemudian terkenal sebagai Masjid Quba. Inilah masjid pertama yang dibangun Nabi
SAW sebagai pusat peribadatan.Tak lama kemudian, Ali menggabungkan diri dengan Nabi SAW.
Sementara itu penduduk Yatsrib menunggu-nunggu kedatangannya. Menurut perhitungan
mereka, berdasarkan perhitungan yang lazim ditempuh orang, seharusnya Nabi SAW sudah tiba
di Yatsrib. Oleh sebab itu mereka pergi ke tempat-tempat yang tinggi, memandang ke arah
Quba, menantikan dan menyongsong kedatangan Nabi SAW dan rombongan. Akhirnya waktu
yang ditunggu-tunggu pun tiba. Dengan perasaan bahagia, mereka mengelu-elukan kedatangan
Nabi SAW. Mereka berbaris di sepanjang jalan dan menyanyikan lagu Thala al-Badru, yang
isinya:Telah tiba bulan purnama, dari Saniyyah al-Wadi (celah-celah bukit). Kami wajib
bersyukur, selama ada orang yang menyeru kepada Ilahi, Wahai orang yang diutus kepada
kami, engkau telah membawa sesuatu yang harus kami taati. Setiap orang ingin agar Nabi SAW
singgah dan menginap di rumahnya.Tetapi Nabi SAW hanya berkata,
Aku akan menginap dimana untaku berhenti. Biarkanlah dia berjalan sekehendak hatinya.
Ternyata unta itu berhenti di tanah milik dua anak yatim, yaitu Sahal dan Suhail, di depan
rumah milik Abu Ayyub al-Anshari. Dengan demikian Nabi SAW memilih rumah Abu Ayyub
sebagai tempat menginap sementara. Tujuh bulan lamanya Nabi SAW tinggal di rumah Abu
Ayyub, sementara kaum Muslimin bergotong-royong membangun rumah untuknya.Sejak itu
nama kota Yatsrib diubah menjadi Madnah an-Nab (kota nabi). Orang sering pula
menyebutnya Madnah al-Munawwarah (kota yang bercahaya), karena dari sanalah sinar Islam
memancar ke seluruh dunia.
Terbentuknya Negara Madinah
Setelah Nabi SAW tiba di Madinah dan diterima penduduk Madinah, Nabi SAW menjadi
pemimpin penduduk kota itu. Ia segera meletakkan dasar-dasar kehidupan yang kokoh bagi
pembentukan suatu masyarakat baru.
Dasar pertama yang ditegakkannya adalah Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan di dalam Islam),
yaitu antara kaum Muhajirin (orang-orang yang hijrah dari Mekah ke Madinah) dan Anshar
(penduduk Madinah yang masuk Islam dan ikut membantu kaum Muhajirin). Nabi SAW
mempersaudarakan individu-individu dari golongan Muhajirin dengan individu-individu dari
golongan Anshar.Misalnya, Nabi SAW mempersaudarakan Abu Bakar dengan Kharijah bin Zaid,
Jafar bin Abi Thalib dengan Muaz bin Jabal. Dengan demikian diharapkan masing-masing orang
akan terikat dalam suatu persaudaraan dan kekeluargaan. Dengan persaudaraan yang semacam
ini pula, Rasulullah telah menciptakan suatu persaudaraan baru, yaitu persaudaraan
berdasarkan agama, menggantikan persaudaraan berdasarkan keturunan.
Dasar kedua adalah sarana terpenting untuk mewujudkan rasa persaudaraan tsb, yaitu tempat
pertemuan. Sarana yang dimaksud adalah masjid, tempat untuk melakukan ibadah kepada
Allah SWT secara berjamaah, yang juga dapat digunakan sebagai pusat kegiatan untuk berbagai
hal, seperti belajar-mengajar, mengadili perkara-perkara yang muncul dalam masyarakat,
musyawarah, dan transaksi dagang.Nabi SAW merencanakan pembangunan masjid itu dan
langsung ikut membangun bersama-sama kaum muslimin. Masjid yang dibangun ini kemudian
dikenal sebagai Masjid Nabawi. Ukurannya cukup besar, dibangun di atas sebidang tanah dekat
rumah Abu Ayyub al-Anshari. Dindingnya terbuat dari tanah liat, sedangkan atapnya dari daun-
daun dan pelepah kurma. Di dekat masjid itu dibangun pula tempat tinggal Nabi SAW dan
keluarganya.
Dasar ketiga adalah hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak beragama
Islam. Di Madinah, disamping orang-orang Arab Islam juga masih terdapat golongan masyarakat
Yahudi dan orang-orang Arab yang masih menganut agama nenek moyang mereka. Agar
stabilitas masyarakat dapat diwujudkan, Nabi Muhammad SAW mengadakan ikatan perjanjian
dengan mereka.Perjanjian tersebut diwujudkan melalui sebuah piagam yang disebut dengan
Msq Madnah atau Piagam Madinah. Isi piagam itu antara lain mengenai kebebasan
beragama, hak dan kewajiban masyarakat dalam menjaga keamanan dan ketertiban negerinya,
kehidupan sosial, persamaan derajat, dan disebutkan bahwa Rasulullah SAW menjadi kepala
pemerintahan di Madinah.Masyarakat yang dibentuk oleh Nabi Muhammad SAW di Madinah
setelah hijrah itu sudah dapat dikatakan sebagai sebuah negara, dengan Nabi Muhammad SAW
sebagai kepala negaranya. Dengan terbentuknya Negara Madinah, Islam makin bertambah
kuat. Perkembangan Islam yang pesat itu membuat orang-orang Mekah menjadi resah. Mereka
takut kalau-kalau umat Islam memukul mereka dan membalas kekejaman yang pernah mereka
lakukan.Mereka juga khawatir kafilah dagang mereka ke Suriah akan diganggu atau dikuasai
oleh kaum muslimin.Untuk memperkokoh dan mempertahankan keberadaan negara yang baru
didirikan itu, Nabi SAW mengadakan beberapa ekspedisi ke luar kota, baik langsung di bawah
pimpinannya maupun tidak. Hamzah bin Abdul Muttalib membawa 30 orang berpatroli ke
pesisir L. Merah. Ubaidah bin Haris membawa 60 orang menuju Wadi Rabiah. Saad bin Abi
Waqqas ke Hedzjaz dengan 8 orang Muhajirin. Nabi SAW sendiri membawa pasukan ke Abwa
dan disana berhasil mengikat perjanjian dengan Bani Damra, kemudian ke Buwat dengan
membawa 200 orang Muhajirin dan Anshar, dan ke Usyairiah. Di sini Nabi SAW mengadakan
perjanjian dengan Bani Mudij.Ekspedesi-ekspedisi tersebut sengaja digerakkan Nabi SAW
sebagai aksi-aksi siaga dan melatih kemampuan calon pasukan yang memang mutlak diperlukan
untuk melindungi dan mempertahankan negara yang baru dibentuk. Perjanjian perdamaian
dengan kabilah dimaksudkan sebagai usaha memperkuat kedudukan Madinah.
Perang Badar
Perang Badar yang merupakan perang antara kaum muslimin Madinah dan kaun musyrikin
Quraisy Mekah terjadi pada tahun 2 H. Perang ini merupakan puncak dari serangkaian
pertikaian yang terjadi antara pihak kaum muslimin Madinah dan kaum musyrikin Quraisy.
Perang ini berkobar setelah berbagai upaya perdamaian yang dilaksanakan Nabi Muhammad
SAW gagal.Tentara muslimin Madinah terdiri dari 313 orang dengan perlengkapan senjata
sederhana yang terdiri dari pedang, tombak, dan panah. Berkat kepemimpinan Nabi
Muhammad SAW dan semangat pasukan yang membaja, kaum muslimin keluar sebagai
pemenang. Abu Jahal, panglima perang pihak pasukan Quraisy dan musuh utama Nabi
Muhammad SAW sejak awal, tewas dalam perang itu. Sebanyak 70 tewas dari pihak Quraisy,
dan 70 orang lainnya menjadi tawanan. Di pihak kaum muslimin, hanya 14 yang gugur sebagai
syuhada. Kemenangan itu sungguh merupakan pertolongan Allah SWT (QS. 3: 123).
Orang-orang Yahudi Madinah tidak senang dengan kemenangan kaum muslimin. Mereka
memang tidak pernah sepenuh hati menerima perjanjian yang dibuat antara mereka dan Nabi
Muhammad SAW dalam Piagam Madinah.Sementara itu, dalam menangani persoalan tawanan
perang, Nabi Muhammad SAW memutuskan untuk membebaskan para tawanan dengan
tebusan sesuai kemampuan masing-masing. Tawanan yang pandai membaca dan menulis
dibebaskan bila bersedia mengajari orang-orang Islam yang masih buta aksara. Namun tawanan
yang tidak memiliki kekayaan dan kepandaian apa-apa pun tetap dibebaskan juga.Tidak lama
setelah perang Badar, Nabi Muhammad SAW mengadakan perjanjian dengan suku Badui yang
kuat. Mereka ingin menjalin hubungan dengan Nabi SAW karenan melihat kekuatan Nabi SAW.
Tetapi ternyata suku-suku itu hanya memuja kekuatan semata.Sesudah perang Badr, Nabi SAW
juga menyerang Bani Qainuqa, suku Yahudi Madinah yang berkomplot dengan orang-orang
Mekah. Nabi SAW lalu mengusir kaum Yahudi itu ke Suriah.
Perang Uhud
Perang yang terjadi di Bukit Uhud ini berlangsung pada tahun 3 H. Perang ini disebabkan karena
keinginan balas dendam orang-orang Quraisy Mekah yang kalah dalam perang Badr. Pasukan
Quraisy, dengan dibantu oleh kabilah Tihama dan Kinanah, membawa 3.000 ekor unta dan 200
pasukan berkuda di bawah pimpinan Khalid bin Walid. Tujuh ratus orang di antara mereka
memakai baju besi.Adapun jumlah pasukan Nabi Muhammad SAW hanya berjumlah 700 orang.
Perang pun berkobar.
Prajurit-prajurit Islam dapat memukul mundur pasukan musuh yang jauh lebih besar itu.
Tentara Quraisy mulai mundur dan kocar-kacir meninggalkan harta mereka.Melihat
kemenangan yang sudah di ambang pintu, pasukan pemanah yang ditempatkan oleh Rasulullah
di puncak bukit meninggalkan pos mereka dan turun untuk mengambil harta peninggalan
musuh. Mereka lupa akan pesan Rasulullah untuk tidak meninggalkan pos mereka dalam
keadaan bagaimana pun sebelum diperintahkan.
Mereka tidak lagi menghiraukan gerakan musuh. Situasi ini dimanfaatkan musuh untuk segera
melancarkan serangan balik. Tanpa konsentrasi penuh, pasukan Islam tak mampu menangkis
serangan. Mereka terjepit, dan satu per satu pahlawan Islam berguguran. Nabi SAW sendiri
terkena serangan musuh. Sisa-sisa pasukan Islam diselamatkan oleh berita tidak benar yang
diterima musuh bahwa Nabi SAW sudah meninggal. Berita ini membuat mereka mengendurkan
serangan untuk kemudian mengakhiri pertempuran itu.Perang Uhuh ini menyebabkan 70 orang
pejuang Islam gugur sebagai syuhada.
Perang Khandaq
Perang yang terjadi pada tahun 5 H ini merupakan perang antara kaum muslimin Madinah
melawan masyarakat Yahudi Madinah yang mengungsi ke Khaibar yang bersekutu dengan
masyarakat Mekah. Karena itu perang ini juga disebut sebagai Perang Ahzab (sekutu beberapa
suku).Pasukan gabungan ini terdiri dari 10.000 orang tentara. Salman al-Farisi, sahabat
Rasulullah SAW, mengusulkan agar kaum muslimin membuat parit pertahanan di bagian-bagian
kota yang terbuka.
Karena itulah perang ini disebut sebagai Perang Khandaq yang berarti parit.Tentara sekutu yang
tertahan oleh parit tsb mengepung Madinah dengan mendirikan perkemahan di luar parit
hampir sebulan lamanya. Pengepungan ini cukup membuat masyarakat Madinah menderita
karena hubungan mereka dengan dunia luar menjadi terputus. Suasana kritis itu diperparah
pula oleh pengkhianatan orang-orang Yahudi Madinah, yaitu Bani Quraizah, dibawah pimpinan
Kaab bin Asad.
Namun akhirnya pertolongan Allah SWT menyelamatkan kaum muslimin. Setelah sebulan
mengadakan pengepungan, persediaan makanan pihak sekutu berkurang. Sementara itu pada
malam hari angin dan badai turun dengan amat kencang, menghantam dan menerbangkan
kemah-kemah dan seluruh perlengkapan tentara sekutu. Sehingga mereka terpaksa
menghentikan pengepungan dan kembali ke negeri masing-masing tanpa suatu hasil.Para
pengkhianat Yahudi dari Bani Quraizah dijatuhi hukuman mati. Hal ini dinyatakan dalam Al-
Quran surat Al-Ahzb: 25-26.
Perjanjian Hudaibiyah
Pada tahun 6 H, ketika ibadah haji sudah disyariatkan, hasrat kaum muslimin untuk
mengunjungi Mekah sangat bergelora. Nabi SAW memimpin langsung sekitar 1.400 orang kaum
muslimin berangkat umrah pada bulan suci Ramadhan, bulan yang dilarang adanya perang.
Untuk itu mereka mengenakan pakaian ihram dan membawa senjata ala kadarnya untuk
menjaga diri, bukan untuk berperang.Sebelum tiba di Mekah, mereka berkemah di Hudaibiyah
yang terletak beberapa kilometer dari Mekah. Orang-orang kafir Quraisy melarang kaum
muslimin masuk ke Mekah dengan menempatkan sejumlah besar tentara untuk berjaga-
jaga. Akhirnya diadakanlah Perjanjian Hudaibiyah antara Madinah dan Mekah, yang isinya
antara lain:
Kedua belah pihak setuju untuk melakukan gencatan senjata selama 10 tahun.
Bila ada pihak Quraisy yang menyeberang ke pihak Muhammad, ia harus dikembalikan. Tetapi
bila ada pengikut Muhammad SAW yang menyeberang ke pihak Quraisy, pihak Quraisy tidak
harus mengembalikannya ke pihak Muhammad SAW.
Tiap kabilah bebas melakukan perjanjian baik dengan pihak Muhammad SAW maupun dengan
pihak Quraisy.
Kaum muslimin belum boleh mengunjungi Kabah pada tahun tsb, tetapi ditangguhkan sampai
tahun berikutnya.
Jika tahun depan kaum muslimin memasuki kota Mekah, orang Quraisy harus keluar lebih dulu.
Kaum muslimin memasuki kota Mekah dengan tidak diizinkan membawa senjata, kecuali
pedang di dalam sarungnya, dan tidak boleh tinggal di Mekah lebih dari 3 hari 3 malam.
Tujuan Nabi SAW membuat perjanjian tsb sebenarnya adalah berusaha merebut dan
menguasai Mekah, untuk kemudian dari sana menyiarkan Islam ke daerah-daerah lain. Ada 2
faktor utama yang mendorong kebijaksanaan ini :
Mekah adalah pusat keagamaan bangsa Arab, sehingga dengan melalui konsolidasi bangsa Arab
dalam Islam, diharapkan Islam dapat tersebar ke luar.
Apabila suku Quraisy dapat diislamkan, maka Islam akan memperoleh dukungan yang besar,
karena orang-orang Quraisy mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang besar di kalangan
bangsa Arab.
Setahun kemudian ibadah haji ditunaikan sesuai perjanjian. Banyak orang Quraisy yang masuk
Islam setelah menyaksikan ibadah haji yang dilakukan kaum muslimin, disamping juga melihat
kemajuan yang dicapai oleh masyarakat Islam Madinah.
Di Sisi Lain
Keberhasilan dakwah di madinah tak terlepas dari sosok sahabat nabi, yang bernama MUSHAB
BIN UMAIR. Beliau adalah salah satu sahabat nabi. Sebelum masuk hidayah tertanam
didadanya, beliau adalah seorang pemuda tampan, anak seorang bangsawan dan hartawan.
pemuda yang menjadi buah bibir warga mekah, khususnya para wanita. Ia lahir dan dibesarkan
dalam kesenangan, dan tumbuh dalam lingkungannya. Sampai akhirnya hidayah Allah datang
kepada beliau, dan beliau masuk islam dalam usia yang masih muda, sekira 24 tahun berbagai
kesenangan dunia serta kekayaannya ia tinggalkan demi memilih islam sebagai agamanya.
Seorang Mushab yang memilih hidup miskin dan sengsara demi Islam sebagai tuntunan
hidupnya Pemuda ganteng itu, kini telah menjadi seorang melarat dengan pakaiannya yang
kasar dan usang, sehari makan dan beberapa hari menderita lapar. Sampai akhirnya Nabi
Muhammad mengutus beliau sebagai sebagai duta dakwah pertama ke madinah. Sejarah
mengisahkan betapa Al-Amin mempercayakan kepadanya.
Mushab dipilih menjadi seorang utusan. Seorang duta pertama dalam Islam. Ada amanah
indah yang harus segera ia tunaikan. Tugasnya mengajarkan tentang Islam kepada kaum Anshar
yang telah beriman dan berbaiat kepada Rasulullah di Aqabah. Sebuah misi yang tentu saja
tidak mudah. Saat itu telah 12 orang kaum Anshar yang beriman. Tak lama berselang, Allah
yang maha besar, memperlihatkan hasil usaha sungguh sungguh dari seorang Mushaib.
Berduyun-duyun manusia berikrar mengesakan Allah dan mengakui Rasulullah sebagai utusan
Allah. Jika saat ia pergi ada 12 orang golongan kaum Anshar yang beriman, maka pada musim
haji selanjutnya umat muslim Madinah mengirim perwakilan sebanyak 70 orang laki-laki dan 2
orang perempuan ke Makkah untuk menjumpai Nabi yang Ummi.
Madinah semarak dengan cahaya. Usaha gigih yang diperbuat Mushab membuat Benih benih
islam tersemai dengan subur di madinah kesungguhan Musab bin Umair dalam berdakwah.
Setiap hari dalam hidupnya senantiasa memberikan konstribusi baru bagi Islam di dalam
dakwah dan jihad yang dilakukannya. Beliau adalah dai pertama dalam Islam di kota Madinah.
Di tangannyalah sebagian besar penduduk Madinah berhasil diislamkan. Dia adalah peletak
pertama fondasi Negara Islam Madinah. Dia adalah kontributor sesungguhnya bagi Islam dan
jamaah kaum Muslim.
STRATEGI DAKWAH DI MADINAH
Beberapa strategi dirangka khusus setibanya Rasulullah s.a.w di Madinah. Semua strategi
berpandukan kepada arahan dan tindakan Rasulullah s.a.w serta pengiktirafan baginda
terhadap ide-ide daripada para sahabat baginda.
A. PEMBINAAN MASJID
Masjid merupakan institusi dakwah pertama yang dibina oleh Rasulullah s.a.w setibanya
baginda di Madinah. Ia menjadi nadi pergerakan Islam yang menghubungkan manusia dengan
Penciptanya serta manusia sesama manusia. Masjid menjadi lambang akidah umat Islam atas
keyakinan tauhid mereka kepada Allah s.w.t.Pembinaan masjid dimulakan dengan
membersihkan persekitaran kawasan yang dikenali sebagai mirbad dan meratakannya
sebelum menggali lubang untuk diletakkan batu-batu sebagai asas binaan. Malah, Rasulullah
s.a.w sendiri yang meletakkan batu-batu tersebut. Batu-batu itu kemudiannya disimen dengan
tanah liat sehingga menjadi binaan konkrit.Masjid pertama ini dibina dalam keadaan
kekurangan tetapi penuh dengan jiwa ketaqwaan kaum muslimin di kalangan muhajirin dan
ansar.
Di dalamnya, dibina sebuah mimbar untuk Rasulullah s.a.w menyampaikan khutbah dan wahyu
daripada Allah. Terdapat ruang muamalah yang dipanggil sirdauntuk pergerakan kaum
muslimin melakukan aktiviti kemasyarakatan.[2] Pembinaan masjid ini mengukuhkan lagi
dakwah baginda bagi menyebarkan risalah wahyu kepada kaum muslimin serta menjadi pusat
perbincangan di kalangan Rasulullah s.a.w dan para sahabat tentang masalah ummah.
B. MENGUKUHKAN PERSAUDARAAN
Rasulullah SAW mengeratkan hubungan di antara Muhajirin dan Ansar sebagai platform
mempersatukan persaudaraan di dalam Islam. Jalinan ini diasaskan kepada kesatuan cinta
kepada Allah serta pegangan akidah tauhid yang sama. Persaudaraan ini membuktikan
kekuatan kaum muslimin melalui pengorbanan yang besar sesama mereka tanpa mengira
pangkat, bangsa dan harta. Selain itu, ia turut memadamkan api persengketaan di kalangan
suku kaum Aus dan Khajraz.[3]
C. PEMBENTUKAN PIAGAM MADINAH
Madinah sebagai sebuah Negara yang menghimpunkan masyarakat Islam dan Yahudi daripada
pelbagai bangsa memerlukan kepada satu perlembagaan khusus yang menjaga kepentingan
semua pihak. Justeru, Rasulullah s.a.w telah menyediakan sebuah piagam yang dikenali sebagai
Piagam Madinah bagi membentuk sebuah masyarakat di bawah naungan Islam.Piagam ini
mengandungi 32 fasal yang menyentuh segenap aspek kehidupan termasuk akidah, akhlak,
kebajikan, undang-undang, kemasyarakatan, ekonomi dan lain-lain. Di dalamnya juga
terkandung aspek khusus yang mesti dipatuhi oleh kaum Muslimin seperti tidak mensyirikkan
Allah, tolong-menolong sesama mukmin, bertaqwa dan lain-lain.
Selain itu, bagi kaum bukan Islam, mereka mestilah berkelakuan baik bagi melayakkan mereka
dilindungi oleh kerajaan Islam Madinah serta membayar cukai.Piagam ini mestilah dipatuhi oleh
semua penduduk Madinah sama ada Islam atau bukan Islam. Strategi ini telah menjadikan
Madinah sebagai model Negara Islam yang adil, membangun serta digeruni oleh musuh-musuh
Islam.
D. STRATEGI KETENTERAAN
Peperangan merupakan strategi dakwah Rasulullah di Madinah untuk melebarkan perjuangan
Islam ke seluruh pelusuk dunia. Strategi ketenteraan Rasulullah s.a.w digeruni oleh pihak lawan
khususnya puak musyrikin di Mekah dan Negara-negara lain. Antara tindakan strategik baginda
menghadapi peperangan ialah persiapan sebelum berlakunya peperangan seperti pengitipan
dan maklumat musuh. Ini berlaku dalam peperangan Badar, Rasulullah s.a.w telah
mengutuskan pasukan berani mati seperti Ali bin Abi Talib, Saad Ibnu Waqqash dan Zubair Ibn
Awwam bagi mendapatkan maklumat sulit musuh.[4] Maklumat penting musuh memudahkan
pasukan tentera Islam bersiap-sedia menghadapi mereka di medan perang. RasUlullah s.a.w
turut membacakan ayat-ayat al-Quran bagi menggerunkan hati-hati musuh serta menguatkan
jiwa kaum Muslimin.
Antara firman Allah Taala bermaksud:
Dan ingatlah ketika Allah menjajikan kepadamu bahawa salah satu dari dua golongan yang
kamu hadapi adalah untukmu, sedang kamu menginginkan bahawa yang tidak mempunyai
kekuatan senjatalah yang untukmy, dan Allah menghendaki untuk membenarkan yang benar
dengan ayat-ayatNya dan memusnahkan orang-orang kafir. (Surah al-Anfal: 7)
Rasulullah S.A.W turut mengambil pandangan daripada para sahabat baginda dalam merangka
strategi peperangan. Sebagai contoh, dalam peperangan Badar, baginda bersetuju dengan
cadangan Hubab mengenai tempat pertempuran. Hubab mencadangkan agar baginda
menduduki tempat di tepi air yang paling dekat dengan musuh agar air boleh diperolehi dengan
mudah untuk tentera Islam dan haiwan tunggangan mereka. Dalam perang Khandak, Rasulullah
s.a.w bersetuju dengan pandangan Salman al-Farisi yang berketurunan Parsi berkenaan
pembinaan benteng. Strategi ini membantu pasukan tentera Islam berjaya dalam semua
peperangan dengan pihak musuh.
E. PEMBERIAN COP MOHOR
Rasulullah s.a.w mengutuskan surat dan watikah kepada kerajaan kerajaan luar seperti
kerajaan Rom dan Parsi bagi mengembangkan risalah dakwah. Semua surat dan watikah
diletakkan cop yang tertulis kalimah la ila ha illahlah wa ana Rasullah[5] Tujuannya adalah untuk
menjelaskan kedudukan Rasulullah s.a.w sebagai utusan Allah dan Nabi di akhir zaman. Dalam
watikahnya, baginda turut menyeru agar mereka menyembah Allah dan bersama-sama
berjuang untuk Islam sebagai agama yang diiktiraf oleh Allah. Kebanyakan watikah baginda
diterima baik oleh kerajaan-kerajaan luar. Contoh surat Nabi kepada Raja Parsi :Nabi
mengutuskan Abdullah bin Huzaifah bin Saham yang membawa surat kepada Kaisar Humuz,
Raja Parsi yang bunyinya sebagai berikut :
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dari Nabi Muhammad
Rasulullah kepada Kaisar penguasa Parsi. Semoga sejahtera kepada sesiapa sahaja yang
mengikut pimpinan Allah dan beriman kepadaNya dan rasulNya dan bersaksi tidak ada Tuhan
selain Allah yang Esa tidak ada sekutu bagiNya dan sesungguhnya Nabi Muhammad adalah
hamba dan rasulNya.Saya mengajak anda dengan ajakan Allah kepada umat manusia dan
untuk memperingatkan manusia yang masih hidup, bahawa siksaan akan ditimpakan atas
orang-orang kafir. Masuklah Islam dan hendaklah menerimanya. Jika anda menolaknya, maka
berdosalah bagi penyembah api.*6+
F. HUBUNGAN LUAR
Hubungan luar merupakan orientasi penting bagi melabarkan sayap dakwah. Ini terbukti
melalui tindakan Rasulullah s.a.w menghantar para dutanya ke negara-negara luar bagi
menjalinkan hubungan baik berteraskan dakwah tauhid kepada Allah. Negara-negara itu
termasuklah Mesir, Iraq, Parsi dan Cina. Sejarah turut merakamkan bahawa Saad Ibn Waqqas
pernah berdakwah ke negeri Cina sekitar tahun 600 hijrah. Sejak itu, Islam bertebaran di negeri
Cina sehingga kini. Antara para sahabat yang menjadi duta Rasulullah ialah Dukyah Kalibi
kepada kaisar Rom, Abdullah bin Huzaifah kepada kaisar Hurmuz, Raja Parsi, Jaafar bin Abu
Talib kepada Raja Habsyah.[7]Strategi hubungan luar ini diteruskan pada pemerintahan khalifah
Islam selepas kewafatan Rasulullah s.a.w. Sebagai contoh, pasukan Salehuddin al-Ayubi di
bawah pemerintahan Bani Uthmaniah telah berjaya menawan kota suci umat Islam di Baitul
Maqdis. Penjajahan dan penerokaan ke Negara-negara luar merupakan strategi dakwah paling
berkesan di seluruh dunia.
KESIMPULAN
Strategi dakwah Rasulullah s.a.w di Madinah lebih agresif dan besar. Madinah, sebagai Negara
Islam pertama menjadi nadi pergerak dakwah Islam ke seluruh dunia. Tapak yang disediakan
oleh Rasulullah s.a.w begitu kukuh sehingga menjadi tauladan kepada pemerintahan Islam
sehingga kini. Strategi yang bersumberkan kepada dua perundangan utama iaitu al-Quran dan
Hadis menjadi intipati kekuatan perancangan Islam dalam menegakkan kalimah Tauhid.Sukses
hijrah Nabi Muhammad SAW ditandai, antara lain, keberhasilannya mencerdaskan masyarakat
Muslim yang bodoh menjadi umat yang cerdas, menyejahterakan sosial ekonomi umat dan
masyarakat dengan asas keadilan dan pemerataan, serta penegakan nilai etik-moral dan norma
hukum yang tegas. Pendeknya, Nabi Muhammad SAW berhasil membangun kesalehan ritual
yang paralel dengan kesejahteraan material, ketaatan individual yang seiring dengan kepatuhan
sosial, dan terwujudnya kesejahteraan duniawiah-temporal yang seimbang dengan keberkahan
ukhrawiah yang kekal.Sebuah fakta sejarah kemudian membuktikan bahwa proses penyebaran
Islam dengan dakwah jauh lebih cepat dan berkembang pada periode Madinah ini
dibandingkan periode Mekkah. Selain itu juga di Madinah, Rasulullah dan Umat Islam berhasil
membangun tata peradaban baru, tata pemerintahan, tata ekonomi dan sosial yang demikian
pesat perkembangannya.
Nilai-nilai yang terkandung dalam proses Hijrah :
A. Pengorbanan
Nilai ini ditunjukan oleh Ali bin Abi Thalib, yaitu ketika beliau tanpa ragu menyanggupi untuk
menggantikan Nabi untuk tetap berada didalam rumah, bahkan beliau kemudian tidur dan
mengenakan sorban Nabi. Sungguh sebuah pengorbanan yang sangat heroik dimana Ali yang
ketika itu masih seorang pemuda, rela untuk menjadi tameng bagi kelangsungan hidup
Rasulnya, yang berarti pula kelangsungan dakwah Islam. Nilai ini juga ditunjukan oleh Abu
Bakar as Shidiq, yakni ketika beliau berkata : Biar saya yang masuk kedalam gua (Tsur) dulu,
kalau ada binatang buas atau binatang berbisa didalam sana, saya rela mati, biar anda
meneruskan perjuangan dan dakwah anda. Lagi sebuah epik kepahlawanan dan pengorbanan
yang luar biasa. Kemudian dalamsebuah cerita kemudian benar Abu Bakar digigit ular berbisa,
namun ataskehendak Allah, beliau selamat dalam peristiwa itu.
B. Keyakinan dan Tawakal
Ketika berada dalam gua tsur yang gelap dan dalam keadaan yang sedemikian rupa, kemudian
terucap kata-kata yang hanya akan keluar dari lisan orang yang memiliki keyakinan dan sikap
tawakal yang demikian sempurna La Tahzan, innallah ma ana jangan bersedih,
sesungguhnya Allah bersama kita
C. Kebersamaan
Peristiwa Hijrah ini melibatkan Nabi Muhammad yang mewakili Pemimpin, Ali bin Abi Thalib
yang mewakili generasi muda, Abu Bakr, yang mewakili golongan tua, bahkan konon ada
seorang perempuan yang bertugas menyupalai makanan kepada Nabi dan Abu Bakar selama
mereka berada dalam gua yang menurut seorang ulama, ini menggambarkan sebuah
kesatuan, antara pemimpin, pemuda, orang tua dan perempuan, sebagai salah satu syarat
keberhasilan, seperti kemudian digambarkan bagaimana proses Hijrah ini adalah menjadi
tonggak sejarah dan momentum perkembangan Islam.
D. Kondisi yang Kondusif
Sebagaimana diketahui, ketika sampai ditempat yang baru, Nabi mengganti nama Yatsrib
Mengecam, menjadi Madinah Kota Peradaban. Ini mencerminkan bahwa sebuah proses
keberhasilan tidak akan dicapai ketika orang-orang yang berada didalamnya saling mengecam
satu sama lain, kritik yang tidak konstruktif, asal ganti dan lebih mementingkan kepentingan
golongan dan pribadinya semata. Penggantian nama menjadi Madinah menyimbolkan bahwa
keberhasilan hanya akan dicapai dalam tata kehidupan yang beradab, ada sopan santun dan
etika ketika hendak menyampaikan pendapat, kritik dan masukan, ada tata aturan yang mesti
dipenuhi oleh orang-orang beradab, yang kemudian dibuktikan dalam sejarah masa kini, bahwa
dimanapun, tidak akan pernah bisa mencapai keberhasilan, ketika individu-individu yang
terlibat dalam proses itu saling mengecam bahkan tak jarang menyebarkan fitnah-fitnah keji.
Sebaliknya, sebuah kondisi yang beradab, yang berdasarkan tata aturan dan norma
kesusilaan-lah yang mengantar sebuah bangsa, sebuah kelompok atau apapun untuk mencapai
keberhasilannya.
Dakwah Rasulullah SAW periode Madinah
TUGAS AGAMA ISLAM SMA NEGERI 6 JAKARTA KELAS X
BY : BELCHUNK
Dakwah Rasulullah SAW periode Madinah
Dakwah adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman
dan taat kepada Allah SWT sesuai dengan garis aqidah, syari'at dan akhlak Islam. Peristiwa
hijrah Nabi Muhammad SAW ini terjadi pada 12 Rabi`ul Awwal tahun pertama Hijrah, yang
bertepatan dengan 28 Juni 621 Masehi. Hijrah adalah sebuah peristiwa pindahnya Nabi
Muhammad Saw dari Mekkah ke Madinah atas perintah Allah, untuk memperluas wilayah
penyebaran Islam dan demi kemajuan Islam itu sendiri.
SEJARAH
Rencana hijrah Rasulullah diawali karena adanya perjanjian antara Nabi Muhammad SAW
dengan orang-orang Yatsrib yaitu suku Aus dan Khazraj saat di Mekkah yang terdengar sampai
ke kaum Quraisy hingga Kaum Quraisy pun merencanakan untuk membunuh Nabi Muhammad
SAW. Pembunuhan itu direncanakan melibatkan semua suku. Setiap suku diwakili oleh seorang
pemudanya yang terkuat. Rencana pembunuhan itu terdengar oleh Nabi SAW, sehingga ia
merencanakan hijrah bersama sahabatnya, Abu Bakar. Abu Bakar diminta mempersiapkan
segala hal yang diperlukan dalam perjalanan, termasuk 2 ekor unta. Sementara Ali bin Abi
Thalib diminta untuk menggantikan Nabi SAW menempati tempat tidurnya agar kaum Quraisy
mengira bahwa Nabi SAW masih tidur.
Pada malam hari yang direncanakan, di tengah malam buta Nabi SAW keluar dari rumahnya
tanpa diketahui oleh para pengepung dari kalangan kaum Quraisy. Nabi SAW menemui Abu
Bakar yang telah siap menunggu. Mereka berdua keluar dari Mekah menuju sebuah Gua Tsur,
kira-kira 3 mil sebelah selatan Kota Mekah. Mereka bersembunyi di gua itu selama 3 hari 3
malam menunggu keadaan aman.
Pada malam ke-4, setelah usaha orang Quraisy mulai menurun karena mengira Nabi SAW sudah
sampai di Yatsrib, keluarlah Nabi SAW dan Abu Bakar dari persembunyiannya. Pada waktu itu
Abdullah bin Uraiqit yang diperintahkan oleh Abu Bakar pun tiba dengan membawa 2 ekor unta
yang memang telah dipersiapkan sebelumnya. Berangkatlah Nabi SAW bersama Abu Bakar
menuju Yatsrib menyusuri pantai Laut Merah, suatu jalan yang tidak pernah ditempuh orang.
Setelah 7 hari perjalanan, Nabi SAW dan Abu Bakar tiba di Quba, sebuah desa yang jaraknya 5
km dari Yatsrib. Di desa ini mereka beristirahat selama beberapa hari. Mereka menginap di
rumah Kalsum bin Hindun. Di halaman rumah ini Nabi SAW membangun sebuah masjid yang
kemudian terkenal sebagai Masjid Quba. Inilah masjid pertama yang dibangun Nabi SAW
sebagai pusat peribadatan.
Tak lama kemudian, Ali menggabungkan diri dengan Nabi SAW. Sementara itu penduduk
Yatsrib menunggu-nunggu kedatangannya. Menurut perhitungan mereka, berdasarkan
perhitungan yang lazim ditempuh orang, seharusnya Nabi SAW sudah tiba di Yatsrib. Oleh
sebab itu mereka pergi ke tempat-tempat yang tinggi, memandang ke arah Quba, menantikan
dan menyongsong kedatangan Nabi SAW dan rombongan.
Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Dengan perasaan bahagia, mereka mengelu-
elukan kedatangan Nabi SAW. Mereka berbaris di sepanjang jalan dan menyanyikan lagu Thala'
al-Badru, yang isinya:
Telah tiba bulan purnama, dari Saniyyah al-Wad'i (celah-celah bukit). Kami wajib bersyukur,
selama ada orang yang menyeru kepada Ilahi, Wahai orang yang diutus kepada kami, engkau
telah membawa sesuatu yang harus kami taati. Setiap orang ingin agar Nabi SAW singgah dan
menginap di rumahnya.
Tetapi Nabi SAW hanya berkata,
"Aku akan menginap dimana untaku berhenti. Biarkanlah dia berjalan sekehendak hatinya."

Ternyata unta itu berhenti di tanah milik dua anak yatim, yaitu Sahal dan Suhail, di depan
rumah milik Abu Ayyub al-Anshari. Dengan demikian Nabi SAW memilih rumah Abu Ayyub
sebagai tempat menginap sementara. Tujuh bulan lamanya Nabi SAW tinggal di rumah Abu
Ayyub, sementara kaum Muslimin bergotong-royong membangun rumah untuknya.
Sejak itu nama kota Yatsrib diubah menjadi Madnah an-Nab (kota nabi). Orang sering pula
menyebutnya Madnah al-Munawwarah (kota yang bercahaya), karena dari sanalah sinar Islam
memancar ke seluruh dunia.
Terbentuknya Negara Madinah
Setelah Nabi SAW tiba di Madinah dan diterima penduduk Madinah, Nabi SAW menjadi
pemimpin penduduk kota itu. Ia segera meletakkan dasar-dasar kehidupan yang kokoh bagi
pembentukan suatu masyarakat baru.
Dasar pertama yang ditegakkannya adalah Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan di dalam Islam),
yaitu antara kaum Muhajirin (orang-orang yang hijrah dari Mekah ke Madinah) dan Anshar
(penduduk Madinah yang masuk Islam dan ikut membantu kaum Muhajirin).
Nabi SAW mempersaudarakan individu-individu dari golongan Muhajirin dengan individu-
individu dari golongan Anshar.
Misalnya, Nabi SAW mempersaudarakan Abu Bakar dengan Kharijah bin Zaid, Ja'far bin Abi
Thalib dengan Mu'az bin Jabal. Dengan demikian diharapkan masing-masing orang akan terikat
dalam suatu persaudaraan dan kekeluargaan. Dengan persaudaraan yang semacam ini pula,
Rasulullah telah menciptakan suatu persaudaraan baru, yaitu persaudaraan berdasarkan
agama, menggantikan persaudaraan berdasarkan keturunan.
Dasar kedua adalah sarana terpenting untuk mewujudkan rasa persaudaraan tsb, yaitu tempat
pertemuan. Sarana yang dimaksud adalah masjid, tempat untuk melakukan ibadah kepada
Allah SWT secara berjamaah, yang juga dapat digunakan sebagai pusat kegiatan untuk berbagai
hal, seperti belajar-mengajar, mengadili perkara-perkara yang muncul dalam masyarakat,
musyawarah, dan transaksi dagang.

Nabi SAW merencanakan pembangunan masjid itu dan langsung ikut membangun bersama-
sama kaum muslimin. Masjid yang dibangun ini kemudian dikenal sebagai Masjid Nabawi.
Ukurannya cukup besar, dibangun di atas sebidang tanah dekat rumah Abu Ayyub al-Anshari.
Dindingnya terbuat dari tanah liat, sedangkan atapnya dari daun-daun dan pelepah kurma. Di
dekat masjid itu dibangun pula tempat tinggal Nabi SAW dan keluarganya.
Dasar ketiga adalah hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak beragama
Islam. Di Madinah, disamping orang-orang Arab Islam juga masih terdapat golongan masyarakat
Yahudi dan orang-orang Arab yang masih menganut agama nenek moyang mereka. Agar
stabilitas masyarakat dapat diwujudkan, Nabi Muhammad SAW mengadakan ikatan perjanjian
dengan mereka.
Perjanjian tersebut diwujudkan melalui sebuah piagam yang disebut dengan Msq Madnah
atau Piagam Madinah. Isi piagam itu antara lain mengenai kebebasan beragama, hak dan
kewajiban masyarakat dalam menjaga keamanan dan ketertiban negerinya, kehidupan sosial,
persamaan derajat, dan disebutkan bahwa Rasulullah SAW menjadi kepala pemerintahan di
Madinah.
Masyarakat yang dibentuk oleh Nabi Muhammad SAW di Madinah setelah hijrah itu sudah
dapat dikatakan sebagai sebuah negara, dengan Nabi Muhammad SAW sebagai kepala
negaranya. Dengan terbentuknya Negara Madinah, Islam makin bertambah kuat.
Perkembangan Islam yang pesat itu membuat orang-orang Mekah menjadi resah. Mereka takut
kalau-kalau umat Islam memukul mereka dan membalas kekejaman yang pernah mereka
lakukan. Mereka juga khawatir kafilah dagang mereka ke Suriah akan diganggu atau dikuasai
oleh kaum muslimin.
Untuk memperkokoh dan mempertahankan keberadaan negara yang baru didirikan itu, Nabi
SAW mengadakan beberapa ekspedisi ke luar kota, baik langsung di bawah pimpinannya
maupun tidak. Hamzah bin Abdul Muttalib membawa 30 orang berpatroli ke pesisir L. Merah.
Ubaidah bin Haris membawa 60 orang menuju Wadi Rabiah. Sa'ad bin Abi Waqqas ke Hedzjaz
dengan 8 orang Muhajirin. Nabi SAW sendiri membawa pasukan ke Abwa dan disana berhasil
mengikat perjanjian dengan Bani Damra, kemudian ke Buwat dengan membawa 200 orang
Muhajirin dan Anshar, dan ke Usyairiah. Di sini Nabi SAW mengadakan perjanjian dengan Bani
Mudij.
EkspedEsi-ekspedisi tersebut sengaja digerakkan Nabi SAW sebagai aksi-aksi siaga dan melatih
kemampuan calon pasukan yang memang mutlak diperlukan untuk melindungi dan
mempertahankan negara yang baru dibentuk. Perjanjian perdamaian dengan kabilah
dimaksudkan sebagai usaha memperkuat kedudukan Madinah.
Perang Badar
Perang Badar yang merupakan perang antara kaum muslimin Madinah dan kaun musyrikin
Quraisy Mekah terjadi pada tahun 2 H. Perang ini merupakan puncak dari serangkaian
pertikaian yang terjadi antara pihak kaum muslimin Madinah dan kaum musyrikin Quraisy.
Perang ini berkobar setelah berbagai upaya perdamaian yang dilaksanakan Nabi Muhammad
SAW gagal.
Tentara muslimin Madinah terdiri dari 313 orang dengan perlengkapan senjata sederhana yang
terdiri dari pedang, tombak, dan panah. Berkat kepemimpinan Nabi Muhammad SAW dan
semangat pasukan yang membaja, kaum muslimin keluar sebagai pemenang. Abu Jahal,
panglima perang pihak pasukan Quraisy dan musuh utama Nabi Muhammad SAW sejak awal,
tewas dalam perang itu. Sebanyak 70 tewas dari pihak Quraisy, dan 70 orang lainnya menjadi
tawanan. Di pihak kaum muslimin, hanya 14 yang gugur sebagai syuhada. Kemenangan itu
sungguh merupakan pertolongan Allah SWT (QS. 3: 123).
Orang-orang Yahudi Madinah tidak senang dengan kemenangan kaum muslimin. Mereka
memang tidak pernah sepenuh hati menerima perjanjian yang dibuat antara mereka dan Nabi
Muhammad SAW dalam Piagam Madinah.
Sementara itu, dalam menangani persoalan tawanan perang, Nabi Muhammad SAW
memutuskan untuk membebaskan para tawanan dengan tebusan sesuai kemampuan masing-
masing. Tawanan yang pandai membaca dan menulis dibebaskan bila bersedia mengajari
orang-orang Islam yang masih buta aksara. Namun tawanan yang tidak memiliki kekayaan dan
kepandaian apa-apa pun tetap dibebaskan juga.
Tidak lama setelah perang Badar, Nabi Muhammad SAW mengadakan perjanjian dengan suku
Badui yang kuat. Mereka ingin menjalin hubungan dengan Nabi SAW karenan melihat kekuatan
Nabi SAW. Tetapi ternyata suku-suku itu hanya memuja kekuatan semata.
Sesudah perang Badr, Nabi SAW juga menyerang Bani Qainuqa, suku Yahudi Madinah yang
berkomplot dengan orang-orang Mekah. Nabi SAW lalu mengusir kaum Yahudi itu ke Suriah.
Perang Uhud
Perang yang terjadi di Bukit Uhud ini berlangsung pada tahun 3 H. Perang ini disebabkan karena
keinginan balas dendam orang-orang Quraisy Mekah yang kalah dalam perang Badr. Pasukan
Quraisy, dengan dibantu oleh kabilah Tihama dan Kinanah, membawa 3.000 ekor unta dan 200
pasukan berkuda di bawah pimpinan Khalid bin Walid. Tujuh ratus orang di antara mereka
memakai baju besi.

Adapun jumlah pasukan Nabi Muhammad SAW hanya berjumlah 700 orang. Perang pun
berkobar. Prajurit-prajurit Islam dapat memukul mundur pasukan musuh yang jauh lebih besar
itu. Tentara Quraisy mulai mundur dan kocar-kacir meninggalkan harta mereka.

Melihat kemenangan yang sudah di ambang pintu, pasukan pemanah yang ditempatkan oleh
Rasulullah di puncak bukit meninggalkan pos mereka dan turun untuk mengambil harta
peninggalan musuh. Mereka lupa akan pesan Rasulullah untuk tidak meninggalkan pos mereka
dalam keadaan bagaimana pun sebelum diperintahkan. Mereka tidak lagi menghiraukan
gerakan musuh. Situasi ini dimanfaatkan musuh untuk segera melancarkan serangan balik.
Tanpa konsentrasi penuh, pasukan Islam tak mampu menangkis serangan. Mereka terjepit, dan
satu per satu pahlawan Islam berguguran. Nabi SAW sendiri terkena serangan musuh. Sisa-sisa
pasukan Islam diselamatkan oleh berita tidak benar yang diterima musuh bahwa Nabi SAW
sudah meninggal. Berita ini membuat mereka mengendurkan serangan untuk kemudian
mengakhiri pertempuran itu.
Perang Uhuh ini menyebabkan 70 orang pejuang Islam gugur sebagai syuhada.
Perang Khandaq
Perang yang terjadi pada tahun 5 H ini merupakan perang antara kaum muslimin Madinah
melawan masyarakat Yahudi Madinah yang mengungsi ke Khaibar yang bersekutu dengan
masyarakat Mekah. Karena itu perang ini juga disebut sebagai Perang Ahzab (sekutu beberapa
suku).

Pasukan gabungan ini terdiri dari 10.000 orang tentara. Salman al-Farisi, sahabat Rasulullah
SAW, mengusulkan agar kaum muslimin membuat parit pertahanan di bagian-bagian kota yang
terbuka. Karena itulah perang ini disebut sebagai Perang Khandaq yang berarti parit.
Tentara sekutu yang tertahan oleh parit tsb mengepung Madinah dengan mendirikan
perkemahan di luar parit hampir sebulan lamanya. Pengepungan ini cukup membuat
masyarakat Madinah menderita karena hubungan mereka dengan dunia luar menjadi terputus.
Suasana kritis itu diperparah pula oleh pengkhianatan orang-orang Yahudi Madinah, yaitu Bani
Quraizah, dibawah pimpinan Ka'ab bin Asad.
Namun akhirnya pertolongan Allah SWT menyelamatkan kaum muslimin. Setelah sebulan
mengadakan pengepungan, persediaan makanan pihak sekutu berkurang. Sementara itu pada
malam hari angin dan badai turun dengan amat kencang, menghantam dan menerbangkan
kemah-kemah dan seluruh perlengkapan tentara sekutu. Sehingga mereka terpaksa
menghentikan pengepungan dan kembali ke negeri masing-masing tanpa suatu hasil.
Para pengkhianat Yahudi dari Bani Quraizah dijatuhi hukuman mati.
Hal ini dinyatakan dalam Al-Qur'an surat Al-Ahzb: 25-26.
Perjanjian Hudaibiyah
Pada tahun 6 H, ketika ibadah haji sudah disyariatkan, hasrat kaum muslimin untuk
mengunjungi Mekah sangat bergelora. Nabi SAW memimpin langsung sekitar 1.400 orang kaum
muslimin berangkat umrah pada bulan suci Ramadhan, bulan yang dilarang adanya perang.
Untuk itu mereka mengenakan pakaian ihram dan membawa senjata ala kadarnya untuk
menjaga diri, bukan untuk berperang.

Sebelum tiba di Mekah, mereka berkemah di Hudaibiyah yang terletak beberapa kilometer dari
Mekah. Orang-orang kafir Quraisy melarang kaum muslimin masuk ke Mekah dengan
menempatkan sejumlah besar tentara untuk berjaga-jaga.
Akhirnya diadakanlah Perjanjian Hudaibiyah antara Madinah dan Mekah,
yang isinya antara lain:
Kedua belah pihak setuju untuk melakukan gencatan senjata selama 10 tahun.
Bila ada pihak Quraisy yang menyeberang ke pihak Muhammad, ia harus dikembalikan. Tetapi
bila ada pengikut Muhammad SAW yang menyeberang ke pihak Quraisy, pihak Quraisy tidak
harus mengembalikannya ke pihak Muhammad SAW.
Tiap kabilah bebas melakukan perjanjian baik dengan pihak Muhammad SAW maupun dengan
pihak Quraisy.
Kaum muslimin belum boleh mengunjungi Ka'bah pada tahun tsb, tetapi ditangguhkan sampai
tahun berikutnya.
Jika tahun depan kaum muslimin memasuki kota Mekah, orang Quraisy harus keluar lebih dulu.
Kaum muslimin memasuki kota Mekah dengan tidak diizinkan membawa senjata, kecuali
pedang di dalam sarungnya, dan tidak boleh tinggal di Mekah lebih dari 3 hari 3 malam.
Tujuan Nabi SAW membuat perjanjian tsb sebenarnya adalah berusaha merebut dan
menguasai Mekah, untuk kemudian dari sana menyiarkan Islam ke daerah-daerah lain.

Ada 2 faktor utama yang mendorong kebijaksanaan ini :
Mekah adalah pusat keagamaan bangsa Arab, sehingga dengan melalui konsolidasi bangsa Arab
dalam Islam, diharapkan Islam dapat tersebar ke luar.
Apabila suku Quraisy dapat diislamkan, maka Islam akan memperoleh dukungan yang besar,
karena orang-orang Quraisy mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang besar di kalangan
bangsa Arab.
Setahun kemudian ibadah haji ditunaikan sesuai perjanjian. Banyak orang Quraisy yang masuk
Islam setelah menyaksikan ibadah haji yang dilakukan kaum muslimin, disamping juga melihat
kemajuan yang dicapai oleh masyarakat Islam Madinah.

Di Sisi Lain
Keberhasilan dakwah di madinah tak terlepas dari sosok sahabat nabi, yang bernama MUSH'AB
BIN 'UMAIR. Beliau adalah salah satu sahabat nabi. Sebelum masuk hidayah tertanam
didadanya, beliau adalah seorang pemuda tampan, anak seorang bangsawan dan hartawan.
pemuda yang menjadi buah bibir warga mekah, khususnya para wanita. Ia lahir dan dibesarkan
dalam kesenangan, dan tumbuh dalam lingkungannya. Sampai akhirnya hidayah Allah datang
kepada beliau, dan beliau masuk islam dalam usia yang masih muda, sekira 24 tahun berbagai
kesenangan dunia serta kekayaannya ia tinggalkan demi memilih islam sebagai agamanya.
Seorang Mush'ab yang memilih hidup miskin dan sengsara demi Islam sebagai tuntunan
hidupnya Pemuda ganteng itu, kini telah menjadi seorang melarat dengan pakaiannya yang
kasar dan usang, sehari makan dan beberapa hari menderita lapar. Sampai akhirnya Nabi
Muhammad mengutus beliau sebagai sebagai duta dakwah pertama ke madinah. Sejarah
mengisahkan betapa Al-Amin mempercayakan kepadanya. Mush'ab dipilih menjadi seorang
utusan. Seorang duta pertama dalam Islam. Ada amanah indah yang harus segera ia tunaikan.
Tugasnya mengajarkan tentang Islam kepada kaum Anshar yang telah beriman dan berbaiat
kepada Rasulullah di Aqabah. Sebuah misi yang tentu saja tidak mudah. Saat itu telah 12 orang
kaum Anshar yang beriman.
Tak lama berselang, Allah yang maha besar, memperlihatkan hasil usaha sungguh sungguh dari
seorang Mushaib. Berduyun-duyun manusia berikrar mengesakan Allah dan mengakui
Rasulullah sebagai utusan Allah. Jika saat ia pergi ada 12 orang golongan kaum Anshar yang
beriman, maka pada musim haji selanjutnya umat muslim Madinah mengirim perwakilan
sebanyak 70 orang laki-laki dan 2 orang perempuan ke Makkah untuk menjumpai Nabi yang
Ummi. Madinah semarak dengan cahaya.
Usaha gigih yang diperbuat Mushab membuat Benih benih islam tersemai dengan subur di
madinah kesungguhan Musab bin Umair dalam berdakwah. Setiap hari dalam hidupnya
senantiasa memberikan konstribusi baru bagi Islam di dalam dakwah dan jihad yang
dilakukannya. Beliau adalah dai pertama dalam Islam di kota Madinah. Di tangannyalah
sebagian besar penduduk Madinah berhasil diislamkan. Dia adalah peletak pertama fondasi
Negara Islam Madinah. Dia adalah kontributor sesungguhnya bagi Islam dan jamaah kaum
Muslim.
STRATEGI DAKWAH DI MADINAH

Beberapa strategi dirangka khusus setibanya Rasulullah s.a.w di Madinah. Semua strategi
berpandukan kepada arahan dan tindakan Rasulullah s.a.w serta pengiktirafan baginda
terhadap ide-ide daripada para sahabat baginda.
A. PEMBINAAN MASJID
Masjid merupakan institusi dakwah pertama yang dibina oleh Rasulullah s.a.w setibanya
baginda di Madinah. Ia menjadi nadi pergerakan Islam yang menghubungkan manusia dengan
Penciptanya serta manusia sesama manusia. Masjid menjadi lambang akidah umat Islam atas
keyakinan tauhid mereka kepada Allah s.w.t.
Pembinaan masjid dimulakan dengan membersihkan persekitaran kawasan yang dikenali
sebagai mirbad dan meratakannya sebelum menggali lubang untuk diletakkan batu-batu
sebagai asas binaan. Malah, Rasulullah s.a.w sendiri yang meletakkan batu-batu tersebut. Batu-
batu itu kemudiannya disimen dengan tanah liat sehingga menjadi binaan konkrit.
Masjid pertama ini dibina dalam keadaan kekurangan tetapi penuh dengan jiwa ketaqwaan
kaum muslimin di kalangan muhajirin dan ansar. Di dalamnya, dibina sebuah mimbar untuk
Rasulullah s.a.w menyampaikan khutbah dan wahyu daripada Allah. Terdapat ruang muamalah
yang dipanggil sirdauntuk pergerakan kaum muslimin melakukan aktiviti kemasyarakatan.*2+
Pembinaan masjid ini mengukuhkan lagi dakwah baginda bagi menyebarkan risalah wahyu
kepada kaum muslimin serta menjadi pusat perbincangan di kalangan Rasulullah s.a.w dan para
sahabat tentang masalah ummah.
B. MENGUKUHKAN PERSAUDARAAN
Rasulullah SAW mengeratkan hubungan di antara Muhajirin dan Ansar sebagai platform
mempersatukan persaudaraan di dalam Islam. Jalinan ini diasaskan kepada kesatuan cinta
kepada Allah serta pegangan akidah tauhid yang sama. Persaudaraan ini membuktikan
kekuatan kaum muslimin melalui pengorbanan yang besar sesama mereka tanpa mengira
pangkat, bangsa dan harta. Selain itu, ia turut memadamkan api persengketaan di kalangan
suku kaum Aus dan Khajraz.[3]
C. PEMBENTUKAN PIAGAM MADINAH
Madinah sebagai sebuah Negara yang menghimpunkan masyarakat Islam dan Yahudi daripada
pelbagai bangsa memerlukan kepada satu perlembagaan khusus yang menjaga kepentingan
semua pihak. Justeru, Rasulullah s.a.w telah menyediakan sebuah piagam yang dikenali sebagai
Piagam Madinah bagi membentuk sebuah masyarakat di bawah naungan Islam.
Piagam ini mengandungi 32 fasal yang menyentuh segenap aspek kehidupan termasuk akidah,
akhlak, kebajikan, undang-undang, kemasyarakatan, ekonomi dan lain-lain. Di dalamnya juga
terkandung aspek khusus yang mesti dipatuhi oleh kaum Muslimin seperti tidak mensyirikkan
Allah, tolong-menolong sesama mukmin, bertaqwa dan lain-lain. Selain itu, bagi kaum bukan
Islam, mereka mestilah berkelakuan baik bagi melayakkan mereka dilindungi oleh kerajaan
Islam Madinah serta membayar cukai.
Piagam ini mestilah dipatuhi oleh semua penduduk Madinah sama ada Islam atau bukan Islam.
Strategi ini telah menjadikan Madinah sebagai model Negara Islam yang adil, membangun serta
digeruni oleh musuh-musuh Islam.
D. STRATEGI KETENTERAAN
Peperangan merupakan strategi dakwah Rasulullah di Madinah untuk melebarkan perjuangan
Islam ke seluruh pelusuk dunia. Strategi ketenteraan Rasulullah s.a.w digeruni oleh pihak lawan
khususnya puak musyrikin di Mekah dan Negara-negara lain. Antara tindakan strategik baginda
menghadapi peperangan ialah persiapan sebelum berlakunya peperangan seperti pengitipan
dan maklumat musuh. Ini berlaku dalam peperangan Badar, Rasulullah s.a.w telah
mengutuskan pasukan berani mati seperti Ali bin Abi Talib, Saad Ibnu Waqqash dan Zubair Ibn
Awwam bagi mendapatkan maklumat sulit musuh.[4] Maklumat penting musuh memudahkan
pasukan tentera Islam bersiap-sedia menghadapi mereka di medan perang.
RasUlullah s.a.w turut membacakan ayat-ayat al-Quran bagi menggerunkan hati-hati musuh
serta menguatkan jiwa kaum Muslimin. Antara firman Allah Taala bermaksud:
Dan ingatlah ketika Allah menjajikan kepadamu bahawa salah satu dari dua golongan yang
kamu hadapi adalah untukmu, sedang kamu menginginkan bahawa yang tidak mempunyai
kekuatan senjatalah yang untukmy, dan Allah menghendaki untuk membenarkan yang benar
dengan ayat-ayatNya dan memusnahkan orang-orang kafir. (Surah al-Anfal: 7)
Rasulullah s.a.w turut mengambil pandangan daripada para sahabat baginda dalam merangka
strategi peperangan. Sebagai contoh, dalam peperangan Badar, baginda bersetuju dengan
cadangan Hubab mengenai tempat pertempuran. Hubab mencadangkan agar baginda
menduduki tempat di tepi air yang paling dekat dengan musuh agar air boleh diperolehi dengan
mudah untuk tentera Islam dan haiwan tunggangan mereka. Dalam perang Khandak, Rasulullah
s.a.w bersetuju dengan pandangan Salman al-Farisi yang berketurunan Parsi berkenaan
pembinaan benteng. Strategi ini membantu pasukan tentera Islam berjaya dalam semua
peperangan dengan pihak musuh.
E. PEMBERIAN COP MOHOR
Rasulullah s.a.w mengutuskan surat dan watikah kepada kerajaan kerajaan luar seperti
kerajaan Rom dan Parsi bagi mengembangkan risalah dakwah. Semua surat dan watikah
diletakkan cop yang tertulis kalimah la ila ha illahlah wa ana Rasullah[5] Tujuannya adalah untuk
menjelaskan kedudukan Rasulullah s.a.w sebagai utusan Allah dan Nabi di akhir zaman. Dalam
watikahnya, baginda turut menyeru agar mereka menyembah Allah dan bersama-sama
berjuang untuk Islam sebagai agama yang diiktiraf oleh Allah. Kebanyakan watikah baginda
diterima baik oleh kerajaan-kerajaan luar.
Contoh surat Nabi kepada Raja Parsi :
Nabi mengutuskan Abdullah bin Huzaifah bin Saham yang membawa surat kepada Kaisar
Humuz, Raja Parsi yang bunyinya sebagai berikut :
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dari Nabi Muhammad
Rasulullah kepada Kaisar penguasa Parsi. Semoga sejahtera kepada sesiapa sahaja yang
mengikut pimpinan Allah dan beriman kepadaNya dan rasulNya dan bersaksi tidak ada Tuhan
selain Allah yang Esa tidak ada sekutu bagiNya dan sesungguhnya Nabi Muhammad adalah
hamba dan rasulNya.
Saya mengajak anda dengan ajakan Allah kepada umat manusia dan untuk memperingatkan
manusia yang masih hidup, bahawa siksaan akan ditimpakan atas orang-orang kafir. Masuklah
Islam dan hendaklah menerimanya. Jika anda menolaknya, maka berdosalah bagi penyembah
api.*6+
F. HUBUNGAN LUAR
Hubungan luar merupakan orientasi penting bagi melabarkan sayap dakwah. Ini terbukti
melalui tindakan Rasulullah s.a.w menghantar para dutanya ke negara-negara luar bagi
menjalinkan hubungan baik berteraskan dakwah tauhid kepada Allah. Negara-negara itu
termasuklah Mesir, Iraq, Parsi dan Cina. Sejarah turut merakamkan bahawa Saad Ibn Waqqas
pernah berdakwah ke negeri Cina sekitar tahun 600 hijrah. Sejak itu, Islam bertebaran di negeri
Cina sehingga kini. Antara para sahabat yang menjadi duta Rasulullah ialah Dukyah Kalibi
kepada kaisar Rom, Abdullah bin Huzaifah kepada kaisar Hurmuz, Raja Parsi, Jaafar bin Abu
Talib kepada Raja Habsyah.[7]
Strategi hubungan luar ini diteruskan pada pemerintahan khalifah Islam selepas kewafatan
Rasulullah s.a.w. Sebagai contoh, pasukan Salehuddin al-Ayubi di bawah pemerintahan Bani
Uthmaniah telah berjaya menawan kota suci umat Islam di Baitul Maqdis. Penjajahan dan
penerokaan ke Negara-negara luar merupakan strategi dakwah paling berkesan di seluruh
dunia.
KESIMPULAN
Strategi dakwah Rasulullah s.a.w di Madinah lebih agresif dan besar. Madinah, sebagai Negara
Islam pertama menjadi nadi pergerak dakwah Islam ke seluruh dunia. Tapak yang disediakan
oleh Rasulullah s.a.w begitu kukuh sehingga menjadi tauladan kepada pemerintahan Islam
sehingga kini. Strategi yang bersumberkan kepada dua perundangan utama iaitu al-Quran dan
Hadis menjadi intipati kekuatan perancangan Islam dalam menegakkan kalimah Tauhid.
Sukses hijrah Nabi Muhammad SAW ditandai, antara lain, keberhasilannya mencerdaskan
masyarakat Muslim yang bodoh menjadi umat yang cerdas, menyejahterakan sosial ekonomi
umat dan masyarakat dengan asas keadilan dan pemerataan, serta penegakan nilai etik-moral
dan norma hukum yang tegas. Pendeknya, Nabi Muhammad SAW berhasil membangun
kesalehan ritual yang paralel dengan kesejahteraan material, ketaatan individual yang seiring
dengan kepatuhan sosial, dan terwujudnya kesejahteraan duniawiah-temporal yang seimbang
dengan keberkahan ukhrawiah yang kekal.
Sebuah fakta sejarah kemudian membuktikan bahwa proses penyebaran Islam dengan dakwah
jauh lebih cepat dan berkembang pada periode Madinah ini dibandingkan periode Mekkah.
Selain itu juga di Madinah, Rasulullah dan Umat Islam berhasil membangun tata peradaban
baru, tata pemerintahan, tata ekonomi dan sosial yang demikian pesat perkembangannya.
Nilai-nilai yang terkandung dalam proses Hijrah :
A. Pengorbanan
o Nilai ini ditunjukan oleh Ali bin Abi Thalib, yaitu ketika beliau tanpa ragu menyanggupi
untuk menggantikan Nabi untuk tetap berada didalam rumah, bahkan beliau kemudian
tidur dan mengenakan sorban Nabi. Sungguh sebuah pengorbanan yang sangat heroik
dimana Ali yang ketika itu masih seorang pemuda, rela untuk menjadi tameng bagi
kelangsungan hidup Rasulnya, yang berarti pula kelangsungan dakwah Islam

o Nilai ini juga ditunjukan oleh Abu Bakar as Shidiq, yakni ketika beliau berkata
Biar saya yang masuk kedalam gua (Tsur) dulu, kalau ada binatang buas atau binatang
berbisa didalam sana, saya rela mati, biar anda meneruskan perjuangan dan dakwah anda.
Lagi sebuah epik kepahlawanan dan pengorbanan yang luar biasa. Kemudian dalamsebuah
cerita kemudian benar Abu Bakar digigit ular berbisa, namun ataskehendak Allah, beliau
selamat dalam peristiwa itu.
B. Keyakinan dan Tawakal
ketika berada dalam gua tsur yang gelap dan dalam keadaan yang sedemikian rupa,
kemudian terucap kata-kata yang hanya akan keluar dari lisan orang yang memiliki
keyakinan dan sikap tawakal yang demikian sempurna La Tahzan, innallah ma ana
jangan bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita
C. Kebersamaan
Peristiwa Hijrah ini melibatkan Nabi Muhammad yang mewakili Pemimpin, Ali bin Abi
Thalib yang mewakili generasi muda, Abu Bakr, yang mewakili golongan tua, bahkan
konon ada seorang perempuan yang bertugas menyupalai makanan kepada Nabi dan Abu
Bakar selama mereka berada dalam gua yang menurut seorang ulama, ini menggambarkan
sebuah kesatuan, antara pemimpin, pemuda, orang tua dan perempuan, sebagai salah satu
syarat keberhasilan, seperti kemudian digambarkan bagaimana proses Hijrah ini adalah
menjadi tonggak sejarah dan momentum perkembangan Islam.
D. Kondisi yang Kondusif
Sebagaimana diketahui, ketika sampai ditempat yang baru, Nabi mengganti nama Yatsrib
Mengecam, menjadi Madinah Kota Peradaban. Ini mencerminkan bahwa sebuah proses
keberhasilan tidak akan dicapai ketika orang-orang yang berada didalamnya saling
mengecam satu sama lain, kritik yang tidak konstruktif, asal ganti dan lebih mementingkan
kepentingan golongan dan pribadinya semata. Penggantian nama menjadi Madinah
menyimbolkan bahwa keberhasilan hanya akan dicapai dalam tata kehidupan yang beradab,
ada sopan santun dan etika ketika hendak menyampaikan pendapat, kritik dan masukan, ada
tata aturan yang mesti dipenuhi oleh orang-orang beradab, yang kemudian dibuktikan dalam
sejarah masa kini, bahwa dimanapun, tidak akan pernah bisa mencapai keberhasilan, ketika
individu-individu yang terlibat dalam proses itu saling mengecam bahkan tak jarang
menyebarkan fitnah-fitnah keji. Sebaliknya, sebuah kondisi yang beradab, yang
berdasarkan tata aturan dan norma kesusilaan-lah yang mengantar sebuah bangsa, sebuah
kelompok atau apapun untuk mencapai keberhasilannya.

Sumber :
http://islam.elvini.net/rasul.cgi?nabi11#hijrah
http://kajian-muslimah.blogspot.com/2005/05/shirah-tentang-fase-dakwah-di-madinah.html
http://www.esasterawan.net/esasterawan/1_karya.asp?uid=80&ID=1107

http://www.belchunk.blogspot.com/ ( SUMBER UTAMA )
Sejarah Dakwah Rasulullah SAW Pada Periode Mekkah dan Madinah
1. Dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekkah

. Masyarakat Arab Jahiliyah Periode Mekah
Objek dakwah Rasulullah SAW pada awal kenabian adalah masyarakat Arab Jahiliyah, atau
masyarakat yang masih berada dalam kebodohan. Dalam bidang agama, umumnya masyarakat
Arab waktu itu sudah menyimpang jauh dari ajaran agama tauhid, yang telah diajarkan oleh
para rasul terdahulu, seperti Nabi Adam A.S. Mereka umumnya beragama watsani atau agama
penyembah berhala. Berhala-berhala yang mereka puja itu mereka letakkan di Kabah
(Baitullah = rumah Allah SWT). Di antara berhala-berhala yang termahsyur bernama: Maabi,
Hubai, Khuzaah, Lata, Uzza dan Manar. Selain itu ada pula sebagian masyarakat Arab Jahiliyah
yang menyembah malaikat dan bintang yang dilakukan kaum Sabiin.
2. Pengangkatan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul
Pengangkatan Muhammad sebagai nabi atau rasul Allah SWT, terjadi pada tanggal 17 Ramadan,
13 tahun sebelum hijrah (610 M) tatkala beliau sedang bertahannus di Gua Hira, waktu itu
beliau genap berusia 40 tahun. Gua Hira terletak di Jabal Nur, beberapa kilo meter sebelah
utara kota Mekah.
Muhamad diangkat Allah SWT, sebagai nabi atau rasul-Nya ditandai dengan turunnya Malaikat
Jibril untuk menyampaikan wahyu yang pertama kali yakni Al-Quran Surah Al-Alaq, 96: 1-5.
Turunnya ayat Al-Quran pertama tersebut, dalam sejarah Islam dinamakan Nuzul Al-Quran.
Menurut sebagian ulama, setelah turun wahyu pertama (Q.S. Al-Alaq: 1-5) turun pula Surah Al-
Mudassir: 1-7, yang berisi perintah Allah SWT agar Nabi Muhammad berdakwah menyiarkan
ajaran Islam kepada umat manusia.
Setelah itu, tatkala Nabi Muhammad SAW berada di Mekah (periode Mekah) selama 13 tahun
(610-622 M), secara berangsur-angsur telah diturunkan kepada beliau, wahyu berupa Al-Quran
sebanyak 4726 ayat, yang meliputi 89 surah. Surah-surah yang diturunkan pada periode Mekah
dinamakan Surah Makkiyyah.
3. Ajaran Islam Periode Mekah
Ajaran Islam periode Mekah, yang harus didakwahkan Rasulullah SAW di awal kenabiannya
adalah sebagai berikut:
a. Keesaan Allah SWT
b. Hari Kiamat sebagai hari pembalasan
c. Kesucian jiwa
d. Persaudaraan dan Persatuan
STRATEGI DAKWAH RASULULLAH SAW PERIODE MEKAH
Tujuan dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekah adalah agar masyarakat Arab
meninggalkan kejahiliyahannya di bidang agama, moral dan hokum, sehingga menjadi umat
yang meyakini kebenaran kerasulan nabi Muhammad SAW dan ajaran Islam yang
disampaikannya, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Strategi dakwah Rasulullah SAW dalam berusaha mencapai tujuan yang luhur tersebut sebagai
berikut:
1. Dakwah secara Sembunyi-sembunyi Selama 3-4 Tahun
Pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi ini, Rasulullah SAW menyeru untuk masuk
Islam, orang-orang yang berada di lingkungan rumah tangganya sendiri dan kerabat serta
sahabat dekatnya. Mengenai orang-orang yang telah memenuhi seruan dakwah Rasulullah SAW
tersebut adalah: Khadijah binti Khuwailid (istri Rasulullah SAW, wafat tahun ke-10 dari
kenabian), Ali bin Abu Thalib (saudara sepupu Rasulullah SAW yang tinggal serumah
dengannya), Zaid bin Haritsah (anak angkat Rasulullah SAW), Abu Bakar Ash-Shiddiq (sahabat
dekat Rasulullah SAW) dan Ummu Aiman (pengasuh Rasulullah SAW pada waktu kecil).
Abu Bakar Ash-Shiddiq juga berdakwah ajaran Islam sehingga ternyata beberapa orang kawan
dekatnya menyatakan diri masuk Islam, mereka adalah:
Abdul Amar dari Bani Zuhrah
Abu Ubaidah bin Jarrah dari Bani Haris
Utsman bin Affan
Zubair bin Awam
Saad bin Abu Waqqas
Thalhah bin Ubaidillah.
Orang-orang yang masuk Islam, pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi, yang namanya
sudah disebutkan d atas disebut Assabiqunal Awwalun (pemeluk Islam generasi awal).
2. Dakwah secara terang-terangan
Dakwah secara terang-terangan ini dimulai sejak tahun ke-4 dari kenabian, yakni setelah
turunnya wahyu yang berisi perintah Allah SWT agar dakwah itu dilaksanakan secara terang-
terangan. Wahyu tersebut berupa ayat Al-Quran Surah 26: 214-216.
Tahap-tahap dakwah Rasulullah SAW secara terang-terangan ini antara lain sebaga berikut:
Mengundang kaum kerabat keturunan dari Bani Hasyim, untuk menghadiri jamuan makan dan
mengajak agar masuk Islam. Walau banyak yang belum menerima agama Islam, ada 3 orang
kerabat dari kalangan Bani Hasyim yang sudah masuk Islam, tetapi merahasiakannya. Mereka
adalah Ali bin Abu Thalib, Jafar bin Abu Thalib, dan Zaid bin Haritsah.
Rasulullah SAW mengumpulkan para penduduk kota Mekah, terutama yang berada dan
bertempat tinggal di sekitar Kabah untuk berkumpul di Bukit Shafa.
Pada periode dakwah secara terang-terangan ini juga telah menyatakan diri masuk Islam dari
kalangan kaum kafir Quraisy, yaitu: Hamzah bin Abdul Muthalib (paman Nabi SAW) dan Umar
bin Khattab. Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam pada tahun ke-6 dari kenabian,
sedangkan Umar bin Khattab (581-644 M).
Rasulullah SAW menyampaikan seruan dakwahnya kepada para penduduk di luar kota Mekah.
Sejarah mencatat bahwa penduduk di luar kota Mekah yang masuk Islam antara lain:
Abu Zar Al-Giffari, seorang tokoh dari kaum Giffar.
Tufail bin Amr Ad-Dausi, seorang penyair terpandang dari kaum Daus.
Dakwah Rasulullah SAW terhadap penduduk Yastrib (Madinah). Gelombang pertama
tahun 620 M, telah masuk Islam dari suku Aus dan Khazraj sebanyak 6 orang. Gelombang kedua
tahun 621 M, sebanyak 13 orang, dan pada gelombang ketiga tahun berikutnya lebih banyak
lagi. Diantaranya Abu Jabir Abdullah bin Amr, pimpinan kaum Salamah.
Pertemuan umat Islam Yatsrib dengan Rasulullah SAW pada gelombang ketiga ini, terjadi pada
tahun ke-13 dari kenabian dan menghasilkan Baiatul Aqabah. Isi Baiatul Aqabah tersebut
merupakan pernyataan umat Islam Yatsrib bahwa mereka akan melindungi dan membela
Rasulullah SAW. Selain itu, mereka memohon kepada Rasulullah SAW dan para pengikutnya
agar berhijrah ke Yatsrib.
3. Reaksi Kaum Kafir Quraisy terhadap Dakwah Rasulullah SAW
Prof. Dr. A. Shalaby dalam bukunya Sejarah Kebudayaan Islam, telah menjelaskan sebab-sebab
kaum Quraisy menentang dakwah Rasulullah SAW, yakni:
Kaum kafir Quraisy, terutama para bangsawannya sangat keberatan dengan ajaran persamaan
hak dan kedudukan antara semua orang. Mereka mempertahankan tradisi hidup berkasta-kasta
dalam masyarakat. Mereka juga ingin mempertahankan perbudakan, sedangkan ajaran
Rasulullah SAW (Islam) melarangnya.
Kaum kafir Quraisy menolak dengan keras ajaran Islam yang adanya kehidupan sesudah mati
yakni hidup di alam kubur dan alam akhirat, karena mereka merasa ngeri dengan siksa kubur
dan azab neraka.
Kaum kafir Quraisy menilak ajaran Islam karena mereka merasa berat meninggalkan agama dan
tradisi hidupa bermasyarakat warisan leluhur mereka.
Dan, kaum kafir Quraisy menentang keras dan berusaha menghentikan dakwah Rasulullah SAW
karena Islam melarang menyembah berhala.
Usaha-usaha kaum kafir Quraisy untuk menolak dan menghentikan dakwah Rasulullah SAW
bermacam-macam antara lain:
Para budak yang telah masuk Islam, seperti: Bilal, Amr bin Fuhairah, Ummu Ubais an-
Nahdiyah, dan anaknya al-Muammil dan Az-Zanirah, disiksa oleh para pemiliknya (kaum kafir
Quraisy) di luar batas perikemanusiaan.
Kaum kafir Quraisy mengusulkan pada Nabi Muhammad SAW agar permusuhan di antara
mereka dihentikan. Caranya suatu saat kaum kafir Quraisy menganut Islam dan melaksanakan
ajarannya. Di saat lain umat Islam menganut agama kamu kafir Quraisy dan melakukan
penyembahan terhadap berhala.
Dalam menghadapi tantangan dari kaum kafir Quraisy, salah satunya Nabi Muhammad SAW
menyuruh 16 orang sahabatnya, termasuk ke dalamnya Utsman bin Affan dan 4 orang wanita
untuk berhijrah ke Habasyah (Ethiopia), karena Raja Negus di negeri itu memberikan jaminan
keamanan. Peristiwa hijrah yang pertama ke Habasyah terjadi pada tahun 615 M.
Suatu saat keenam belas orang tersebut kembali ke Mekah, karena menduga keadaan di Mekah
sudah normal dengan masuk Islamnya salah satu kaum kafir Quraisy, yaitu Umar bin Khattab.
Namun, dugaan mereka meleset, karena ternyata Abu Jahal labih kejam lagi.
Akhirnya, Rasulullah SAW menyuruh sahabatnya kembali ke Habasyah yang kedua kalinya. Saat
itu, dipimpin oleh Jafar bin Abu Thalib.
Pada tahun ke-10 dari kenabian (619 M) Abu Thalib, paman Rasulullah SAW dan pelindungnya
wafat. Empat hari setelah itu istri Nabi Muhammad SAW juga telah wafat. Dalam sejarah Islam
tahun wafatnya Abu Thalib dan Khadijah disebut amul huzni(tahun duka cita).

2. Dakwah Rasulullah SAW pada periode Medinah


Pada abad ke-5 sejarah dakwah Rasulullah SAW. Di Mekah, bangsa Quraisy dengan segala
upaya berusaha melumpuhkan gerakan Muhammad SAW. Hal ini dibuktikan dengan
pemboikotan terhadap Bani Hasyiim dan Bani Muthalib (keluarga besar Muhammad SAW.).
beberapa pemboikotan tersebut antara lain :
a. Memutuskan hubungan perkawinan.
b. Memutuskan hubungan jual beli.
c. Memutuskan hubungan ziarah-menziarahi.
d. Tidak ada tolong menolong.
Pemboikotan itu tertulis di atas selembar sahitah atau plakat yang digantungkan di Kakbah dan
tidak akan dicabut sebelum Muhammad SAW. Menghentikan gerakannya. Selama tiga tahun
lamanya Bani Hasyim dan Bani Muthalib menderita kemiskinan akibat pemboikotan itu. Banyak
pengikut Rasulullah yang menyingkir ke luar kota Mekah untuk mempertahankan hidup untuk
menyelamatkan diriUjian bagi Rasulullah SAW. Juga bertambah berat dengan wafatnyadua
orang yang sangat dicintainya, yaitu pamannya, Abu Thalib dalam usia 87 tahun dan istrinya,
yaitu Khadijah. Peristiwa tersebut yang terjadi pada tahun ke-10 dari masa kenabian (620 M)
dalam sejarah disebut Amul Huzni (tahun kesedihan atau tahun duka cita).
Dengan meninggalnya dua tokoh tersebut orang Quraisy makin berani dan leluasa mengganggu
dan menghalangi Rasulullah SAW. Mereka berani melempar kotoran ke punggung Nabi, bahkan
Beliau hampir meninggal karena ada orang yang hendak mencekiknya. Nabi Muhammad SAW.
Merasakan bahwa dakwah di Mekah tidak lagi sesuai sebagai pusat dakwah Islam. Oleh karena
itu, Beliau bersama Zaid bin Haritsah pergi hijrah ke Thaif untuk berdakwah. Ajaran Rasulullah
itu ditolak dengan kasar. Bahkan mereka pun mengusir, menyoraki dan mengejar Rasulullah
sambil di lempari dengan batu. Saat itu Rasulullah SAW. Sempat berlindung di bawah kebun
anggur di kebun Utba dan Syaiba (anak Rabia). Meski demikian terluka, Rasulullah SAW. tetap
sabar dan berlapang dada serta ikhlas. Kesulitan dan hambatan yang terus-menerus menimpa
Muhammad SAW. Dan pengikutnya dihadapi dengan sabar dan tawakal.
Saat mengahadapi ujian yang berat dan tingkat perjuangan sudah berada pada puncaknya,
Rasulullah SAW. di perintahkan oleh Allah SWT untuk menjalani Isra dan Miraj dari Mekah
menuju ke Baitul Maqdis di Palestina, dan selanjutnya naik ke langit hingga ke Sidratul Muntaha
(QS Al-Isra/17:1). Kejadian Isra dan Miraj terjadi pada malam 17 rajab tahun ke-11 dari
kenabiannya (sekitar 621 M) di tempuh dalam waktu satu malam.
Hikmah Allah Swt. Dari peristiwa isra dan miraj antar lain sebagai berikut.
1. Karunia dan keistimewaan tersendiri bagi Nabi Muhammad SAW. Yang tidak pernah
diberikan Allah SWT. Kepada manusia dan nabi-nabi sebelumnya.
2. Memberikan penambahan kekuatan iman keyakinan Beliau sebagai rasul untuk terus
menyerukan agama Allah SWT kepada seluruh umat manusia.
3. Menjadi ujian bagi kaum muslimin sendiri sejauh mana mereka beriman dan percaya kepada
kejadian yang menakjubkan itu yang hanya ditempuh dalam waktu semalam. Peristiwa ini
dijadikan olok-olok oleh kaum Quraisy dan menuduh Nabi Muhammad SAW. Sudah gila. Meski
demikian, ada orang yang beriman atau percaya terhadap kejadian ini, yaitu Abu Bakar
sehingga nama Beliau ditambahkan dengan gelar As Sidik.
B. Hijrah Nabi Muhammad SAW. Ke Yastrib (Madinah)
Faktor yang menorong hijrahnya Nabi SAW
1. Ada tanda-tanda baik pada perkembangan Islam di Yatsrib, karena:
pada tahun 621 M telah datang 13 orang penduduk Yatsrib menemui Nabi Muhammad SAW di
bukit Akabah.
pada tahun berikutnya, 622 M datang lagi sebanyak 73 orang Yatsrib ke Mekkah yang terdiri
dari suku Aus dan Khazraj. Saat itu mereka tampaknya datang untuk melakukan haji, tetapi
sesungguhnya kedatangan mereka adalah untuk menjumpai rasulullah SAW dan mengundang
mereka agar pindah ke Yatsrib. Mereka berjanji akan membela dan mempertahankan serta
melindungi Rasulullah besert para pengikut dan keluarganya seperti melindungi keluarga
mereka sendiri. Perjanjian ini disebut Perjanjian Aqabah II. Akhirnya, Rasululah SAW
menyuruhlah sahabat-sahabat Nabi pindah bersama.
2. Rencana pembunuhan Nabi saw oleh kaum Quraisy yang hasil kesepakatannya diputuskan
oleh pemuka-pemuka Quraisy di Darun Nadwah. Mereka menyatakan bahwa :
Mereka sangat khawatir jika Muhammad dan pengikutnya telah berkuasa di Yatsrib. Pasti
Muhammad akan menyerang kafilah-kafilah dagang Quraisy yang pulang pergi ke Syam. Hal itu
akan mengakibatkan kerugian bagi perniagaan mereka.
Membunuh Nabi saw sebelum beliau ikut pindah ke Yatsrib. Dengan cara setiap suku Quraisy
mengirimkan seorang pemuda tangguh sehingga apabila Rasulullah SAW terbunuh, keluarganya
tidak akan mampu membela diri di hadapan seluruh suku Quraisy, kemudian mengepung
rumah Nabi SAW dan akan membunuhnya di saat fajar, yakni ketika Rasulullah SAW akan
melaksanakan sholat Subuh.
Rencana-rencana tersebut diketaui oleh Nabi saw dan para pemuda Qurasy terkacoh. Karena
yang tidur adalah Ali bin Abi Thalib bukan Rsulullah SAW. Rasulullah SAW sudah berangkat lebih
awal dan sudah mengetahu kejahatan itu sebelum para pemuda Quraisy datang. Mereka
mengejar dan menjelajahi seluruh kota untuk mencari Nabi saw tetapi hasilnya nihil. Kemudian
Nabi bersama pengikutnya melanjutkan perjalanannya menelusuri pantai laut mera
C. Akhir Periode Dakwah Rasulullah Di Kota Mekah
Dengan berpindahnya Nabi saw dari Mekkah maka berakhirlah periode pertama perjalanan
dakwah beliau di kota Mekkah. Lebih kurang 13 tahun lamanya, Beliau Beliau berjuang antara
hidup dan mati menyerukan agama Islam di tengah masyarakat Mekkah dengan jihad
kesabaran, harta benda, jiwa dan raga.
Sebelum memasuki Yatsrib, Nabi saw singgah di Quba selama 4 hari beristirahat, Nabi
mendirikan sebuah masjid quba dan masjid pertama dalam sejarah Islam. Tepat pada hari
Jumat 12 Rabiul awal tahun 1 Hijrah bertepatan pada 24 September 6 M. Merekamendapat
sambutan penuh haru, hormat, dan kerinduan diiringi puji-pujian dari seluruh masyarakat
Madinah. Nabi saw mengadakan shalat Jumat yang pertama kali dalam sejarah Islam dan
Beliaupun berkhotbah di hadapan muslimin Muhajirin dan Anshar.
Sejak Saat itu, Kota Yastrib berubah namanya menjadi Madinah Nabi (Madinah Rasul)
selanjutnya kota itu disebut Madinah. Orang-orang yang pindah atau hijrah mendapat sebutan
kaum Muhajirin artinya pendatang. Adapun penduduk asli disebut Anshar artinya pembela.
Adapun penduduk kota Madinah itu sendiri terdiri dari dua golongan yang berbeda, yaitu :
Golongan Arab yang berasal dari selatan yang terdiri dari suku Aus dan Khazraj
Golongan yahudi, yaitu orang-orang Israel yang berasal dari utara (Palestina). Kebiasaan orang-
orang Yahudi ini selalu membangga-banggakan diri pada penduduk asli dan sering mengadu
domba antara suku Aus dan Khazraj sekadar mengambil keuntungan dari hasil penjualan
senjatanya.
Peristiwa hijrah ini amat penting artinya bagi Islam dan kaum muslim karena hijrahnya Nabi
SAW dari Mekah ke Madinah dijadikan sebagai awal permulaan tahun Hijriyah. Dengan
hijrahnya kaum muslim, terbukalah kesempatan bagi Nabi SAW untuk mengatur strategi
membentuk masyarakat muslim yang bebas dari ancaman dan tekanan. Beberapa strategi
dalam hal tersebut adalah mengadakan perjanjian saling membantu antara kaum muslim
dengan kaum nonmuslim dan membangun kerja sama, baik dibidang poitik, ekonomi, sosial,
serta dasar-dasar daulah Islamiyah. Dakwah Rasulullah periode Madinah dapat mewujudkan
masyarakat muslim di Madinah yang adil dan makmur sehingga menjadi prototipe masyarakat
ideal atau yang sering disebut masyarakat madani. Beliau juga turut berjuang dalam
memelihara dan mempertahankan masyarakat yang dibinyanya itu dari segala macam
tantangan, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar.
D. Substansi dan strategi dakwah Raslullah SAW. Periode Madinah
Adapun substansi dan strategi dakah Rasulullah saw antara lain:
1. Membina masyarakat Islam melalui pertalian persaudaraan antara kaum Muhajjirin dengan
kaum Anshar. Kaum Muhajirin yang jauh dari sanak keluarga dan kampung halaman mereka
dipersaudarakan dengan kaum Anshar secara ikhlas dan hanya mengharap keridaan Allah SWT.
Sebagai contoh, Abu Bakar dipersaudarakan dengan Harisah bin Zaid, Jafar bin Abi Thalib
dipersaudarakan dengan Muaz bin Jabal, dan Umar bin Khattab dipersaudarakan dengan Itbah
bin Malik. Begitu seterusnya sehingga setiap orang dari Kaum Anshar dipersaudarakan dengan
kaum Muhajirin.
2. Memellihara dan mempertahankan masyarakat Islam Dalam upaya menciptakan suasana
tentram dan aman agar masyarakat muslim yang dibina itu dapat terpelihara dan bertahan,
Rasulullah SAW membuat perjanjian persahabatan perdamaian dengan kaum Yahudi yang
berdiam di kota Madinah dan sekitarnya. Tindakan ini belum pernah dilakukan oleh nabi dan
rasul sebelumnya. Isi perjanjiannya sebagai berikut :
a. Kebebasan beragama bagi semua golongan dan masing-masing golongan mempunyai
wewenang penuh terhadap anggits golongannya.
b. Semua lapisan, baik muslim maupun Yahudi harus tolong menolong dan saling mebantu
untuk melawan siapa saja yang memerangi mereka. Semua wajib mempertahankan kota bila
ada serangan dari luar
c. Kota Madinah adalah ota suci yang wajib dihormati oleh mereka yang terikat dengan
perjanjian itu. Apabila terjadi perselisihan antara muslim dan Yahudi, maka urusan itu
diserahkan kepada Allah SWT dan rasul(Al Quran dan sunah).
d. Mengakui dan mentaati kesatuan pimpinan untuk kota Madinah yang disetujui dipegang oleh
Nabi Muhammad SAW.
3. Meletakkan dasar-daar politik ekonomi dan sosial untuk masyarakat Islam. Melalui wahyu
yang turun di kota Madinah dimana sebagian besar berkaitan dengan pembinaan hukum Islam,
Nabi Muhammad SAW dapat menetapkan dasar-dasar yang kuat bagi masyarakat muslim
dalam berbagai aspek kehidupan, baik di lapangan politik,ekonomi, sosial, dan lain-lain.
Dengan diletakannya dasar-dasar yang berkala ini masyarakat dan pemerintahan Islam dapat
mewujudkan nagari Baldatun Thiyibatun Warabbun Ghafur dan Madinah disebut
Madinatul Munawwarah .
E. Hikmah Sejarah Dakwah Rasulullah SAW. Periode Madinah
Hikmah sejarah dakwah Rasulullah SAW antara lain :
1. Dengan persaudaraan yang telah dilakukan oleh kaum Muhajirin dan kaum Anshardapat
memberikan rasa aman dan tentram.
2. Persatuan dan saling menghormati antar agama
3. Menumbuh-kembangkan tolong menolong antara yang kuat dan lemah, yang kaya dan
miskin
4. Memahami bahwa umat Islam harus berpegang menurut aturan Allah swt
5. memahami dan menyadaribahwa kita wajib agar menjalin hubungan dengan Allah swt dan
antara manusia dengan manusia
6. Kita mendapatkan warisan yang sangat menentukan keselamatan kita baik di dunia maupun
di akhirat.
7. Menjadikan inspirasi dan motivasi dalam menyiarkan agama Islam
8. Terciptanya hubungan yang kondusif
F. Sikap dan Perilaku
Sikap dan perilaku yang mencerminkan dakwah Rasulullah SAW antara lain :
1. mengimani dengan sebenar-benarnya bahwa Muhammad saw adalah rasul dan nabi penutup
para nabi
2. Mencintai Rasullulah saw
3. mensosialisasikan sunnah Nabi saw
4. Gemar dan senang membaca buku sejarah nabi-nabi
5. Memelihara silaturahmi dengan sesama manusia
6. Berkunjung ke tanah suci Mekkah atau Madinah untuk melihat/ menapak tilas perjuangan
Nabi Muhammad saw
7. Mempelajari dan memahami Al Quran dan hadis-hadisnya
8. Senantiasa berjihad dijalan Allah
9. Aktif/ikut serta dalam acara kepanitiaan untuk memperingati hari-hari besar Islam
10. Merawat dan melestarikan tempat ibadah (masjid)
11. Menekuni dan mempelajari warisan Nabi saw

Periode Mekah
Kehidupan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam setelah beliau dimuliakan oleh Allah dengan
nubuwwah dan risalah terbagi menjadi dua periode yang masing-masing memiliki keistimewaan
tersendiri secara total, yaitu:
PERIODE MEKKAH : berlangsung selama lebih kurang 13 tahun
PERIODE MADINAH : berlangsung selama 10 tahun penuh
Dan masing-masing periode mengalami beberapa tahapan sedangkan masing-masing tahapan
memiliki karakteristik tersendiri yang menonjolkannya dari yang lainnya. Hal itu akan tampak
jelas setelah kita melakukan penelitian secara seksama dan detail terhadap kondisi yang dilalui
oleh dakwah dalam kedua periode tersebut.
Periode Mekkah dapat dibagi menjadi tiga tahapan:
Tahapan dakwah sirriyyah (sembunyi-sembunyi); berlangsung selama tiga tahun.
Tahapan dakwah secara terang-terangan kepada penduduk Mekkah; dari permulaan tahun ke-
empat kenabian hingga hijrah Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam ke Madinah.
Tahapan dakwah di luar Mekkah dan penyebarannya di kalangan penduduknya; dari
penghujung tahun ke-sepuluh kenabian-dimana juga mencakup Periode Madinah- dan
berlangsung hingga akhir hayat Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam.
Adapun mengenai tahapan-tahapan Periode Madinah maka rincian pembahasannya akan
diketengahkan pada tempatnya nanti.
DIBAWAH NAUNGAN KENABIAN DAN KERASULAN
Di Gua Hira
Setelah melalui perenungan yang lama dan telah terjadi jurang pemisah antara pemikiran
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dan kaumnya, beliau nampak lebih menggandrungi
untuk mengasingkan diri. Hal ini terjadi tatkala beliau menginjak usia 40 tahun; beliau
membawa roti dari gandum dan bekal air ke gua Hira yang terletak di jabal an-Nur , yaitu
sejauh hampir 2 mil dari Mekkah. Gua ini merupakan gua yang indah, panjangnya 4 hasta,
lebarnya 1,75 hasta dengan ukuran zira al-Hadid (hasta ukuran besi).
Nenek Moyang Rasulullah SAW
Rasulullah SAW adalah keturunan Nabi Ibrahim as, dari perkawinannya dengan Hajar,istri yang
kedua. Perkawinan ini mendapatkan putra, Nabi Ismail as.
Suku Quraisy adalah keturunan Fihr, yang dinamakan juga Quraisy, yang berarti saudagar. Ia
hidup di abad 3 Masehi. Fihr adalah keturunan Maad. Maad adalah anak Adnan yang
merupakan keturunan langsung dari Nabi Ismail as.
Qushay, salah seorang keturunan Fihr yang hidup di abad 5 Masehi, berhasil mempersatukan
semua suku Quraisy, dan menguasai seluruh Hijaz, yaitu daerah selatan Jazirah Arab, yang di
dalamnya terdapat kota Makkah, Madinah, Taif, dan Jeddah. Ia memperbaiki Kabah,
mendirikan istana, menarik pajak, dan menyediakan makan serta air peziarah Kabah yang
datang setahun sekali. Tradisi ziarah ini sekarang, di masa Islam, menjadi ibadah haji.. Qushai
meninggal tahun 480 M. Posisinya digantikan putranya, Abdud Dar.
Anak kedua Qushai, Abdul Manaf, lebih disegani warga. Anak Abdul Manaf adalah Muthalib,
serta kembar siam Hasyim dan Abdu Syam yang harus dipisah dengan pisau. Anak-anak Abdul
Manaf mencoba merebut hak menjaga Baitullah dari anak-anak Abdud-Dar yang kurang
berwibawa di masyarakat.
Sepeninggal Abdud Dar, terjadilah sengketa antara keturunan Abdud Dar dan anak-anak Abdul
Manaf. Selanjutnya diadakan pembagian tugas. Abdus Syam, anak Abdul Manaf, bertugas
menyediakan air dan mengumpulkan pajak. Sedangkan cucu-cucu Abdud Daar bertugas
menjaga Kabah, istana, dan bendera peperangan.
Setelah beberapa waktu Abdus Syam menyerahkan tugas ini kepada adiknya, Hasyim. Hasyim
merupakan seorang tokoh terkenal di negeri Arab pada waktu itu karena keberanian dan
kejujurannya. Anak Abdu Syam, Umayah, mencoba merebut mandat itu. Hakim memutuskan
bahwa hak tersebut tetap pada Hasyim. Umayah, sesuai perjanjian, dipaksa meninggalkan
Makkah. Salah seorang keturunan Umayah adalah Abu Sofyan. Putra Abu Sofyan, Muawiyah,
kelak mendirikan dinasti Umayah.
Hasyim menikah dengan Salma binti Amr dari Bani Khazraj, perempuan sangat terhormat di
Yatsrib atau Madinah. Mereka berputra Syaibah, yang dikenal juga dengan nama Abdul
Muthalib. Abdul Muthalib inilah kakek Rasulullah SAW.
Hasyim meninggal tahun 510 M, dan posisinya digantikan saudaranya, Muthalib. Sepeninggal
Muthalib tanggung jawab kekuasaannya dipegang oleh Abdul Muthalib. Abdul Muthalib mula-
mula tinggal di Madinah sampai Muthalib yang menggantikan Hasyim wafat.
Tanah Kelahiran Rasulullah
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia keras terhadap
orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu melihat mereka ruku dan
sujud mencari karunia Allah dan keridloan-Nya, tanda-tanda merkea tampak pada muka
mereka bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam
Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu menjadikan tanaman
itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya, tanaman itu menyenangkan
hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan
kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. (Al-Fath : 29)
Tanah Kelahiran Rasulullah
Tanah semenanjung tempat kelahiran Rasulullah terletak di bagian barat daya benua Asia,
bernama Jazirah Arab,yang adalah daerah gurun pasir dengan luas sekitar 12.000 mil persegi,
dan hampir sepertiganya adalah tanah pasir. Sekarang (th.2001) berada dalam pemerintahan
Kerajaan Saudi Arabia.
Peta tempat kelahiran Nabi dapat dilihat padi gambar berikut.
Hasil tanah Arab waktu itu adalah kurma. Binatang yang hidup di sana adalah unta, di samping
kuda Arab.
Kota tempat lahir Nabiyullah adalah kota Makkah (Mecca). Kota ini sejak lama sudah menjadi
kota pusat keagamaan, tempat berkumpul, dan melaksanakan upacara bagi tanah Arab. Di
dalam kota Makkah terdapat Kabah, yaitu rumah suci pertama di dunia. Kabah semenjak
jaman yang amat tua telah menjadi tujuan ziarah dari segenap penjuru tanah Arab, dan di dana
terpasang batu hitam di salah satu sudutnya (Hajar Aswad), yang sampai sekarang dimuliakan
orang, dicium oleh orang-orang yang mengerjakan ibadah haji.

Keadaan Bangsa Arab Masa Itu
Pada masa itu keadaan bangsa Arab disebut berada di jaman jahiliyah. Mayoritas adalah
penyembah berhala. Di Kabah sendiri terdapat tidak kurang dari 360 berhala untuk disembah.
Di beberapa tempat ada juga yang beragama Nasrani dan Yahudi.
Keadaan wanita pada masa itu sangat memprihatinkan. Seorang lelaki boleh beristri
berapapun. Jika ia meninggal dunia, istri-istrinya bisa diwariskan kepada ahli warisnya. Kaum
wanita tidak punya hak untuk mendapat waris dari suami, ayah, atau keluarga mereka.
Kehinaan derajat perempuan pada masa itu menyebabkan banyak yang tidak suka jika
mempunyai anak perempuan. Jika seorang bayi lahir ternyata perempuan, maka ditimbunlah
anak tersebut dengan tanah langsung dikubur.
Keadaan ini menyebabkan populasi kaum wanita menjadi berkurang, sehingga lahirlah
perkawinan poliandri, yaitu seorang perempuan bersuamikan beberapa laki-laki. Di samping itu,
seorang lelaki bisa berhubungan secara tidak syah dengan perempuan lain. Seorang wanita
yang sudah bersuami dapat mendapat ijin dari suaminya untuk berhubungan dengan laki-laki
lain.
Perjudian dan minuman keras di kalangan bangsa Arab masa itu dianggap sebagai tanda
kehormatan.
Perbudakan meluas. Mereka memperlakukan budak-budak sebebas-bebasnya. Bahkan hidup
dan mati seorang budak tergantung pada tuannya.
Pra Kelahiran Rosulullah saw
Penggalian Sumur Zam-Zam
Tugas menyediakan bahan makanan dan air minum bagi jamaah haji merupakan hal yang
sangat sulit pada waktu itu. Untuk mengatasi kesulitan air tersebut, Abdul Muthalib berencana
untuk menggali kembali sumur (zam-zam) yang telah lama tertimbun. Ini adalah pekerjaan sulit
dan banyak memerlukan tenaga. Pada waktu itu Abdul Muthalib baru mempunyai seorang anak
saja, Harith. Sedangkan untuk minta bantuan orang lain sukar diharapkan.
Untuk melaksanakan rencana tersebut Abdul Muthalib berdoa agar diberi anak yang banyak.
Bahkan ia bernadzar akan menyembelih salah seorang anaknya untuk kurban bila doanya
dikabulkan. Beberapa tahun kemudian lahirlah anak-anaknya, di antaranya adalah Abu Thalib,
Abbas, Abu Lahab, Zubair, dan Abdullah. Penggalian sumur pun dapat dilaksanakan oleh Abdul
Muthalib dengan bantuan putra-putranya.
Setelah penggalian sumur selesai, Abdul Muthalib berniat melaksanakan nadzarnya, yaitu
menyembelih salah seorang putranya sebagai kurban. Dengan disaksikan banyak orang, Abdul
Muthalib membawa anak-anaknya ke dekat Kabah, lalu diundi siapa yang akan dijadikan
kurban. Dari undian itu ditentukan bahwa Abdullah yang akan di-kurban-kan.
Abdul Muthalib kemudian membawa Abdullah ke tempat penyembelihan di dekat sumur zam-
zam, dan bersiap-siap untuk menyembelih Abdullah. Masyarakat menentang rencana Abdul
Muthalib. Mereka menyarankan agar menghubungi perempuan ahli nujum di Yatsrib. Di
hadapan wanita ini dilakukan undian lagi, yang akhirnya Abdullah tidak jadi disembelih. Sebagai
gantinya disembelih 100 ekor unta. Peristiwa ini menjadikan nama Abdul Muthalib dan
Abdullah terkenal di seluruh tanah Arab. Tidak lama kemudian Abdullah menikah dengan
Aminah dan tinggal di Mekkah.
Abrahah
Pada tahun kelahiran Nabi ada peristiwa besar. Pasukan berkendaraan Gajah yang dipimpin
oleh Abrahah berniat hendak menghancurkan Kabah. Kabah sebagai rumah Tuhan setiap
tahun diziarahi orang-orang Arab. Hal ini menyebabkan kota Makkah menjadi ramai dan
penduduk Makkah yang menguasai Kabah mendapat penghidupan yang layak.
Abrahah adalah seorang panglima perang Kerajaan Habsyi (kini Ethiopia) yang beragama
Nasrani, yang mengangkat diri sebagai Gubernur Yaman setelah ia menghancurkan Kerajaan
Yahudi di wilayah itu. Ia membangun gereja besar dan berusaha membelokkan orang-orang
agar berziarah ke gerejanya. Namun demikian bangsa Arab tetap menziarahi Kabah setiap
tahunnya, dan tidak mau menziarahi gereja Abrahah. Abrahah lalu berniat hendak
menghancurkan Kabah. Ia mengira jika Kabah hancur, pasti orang-orang akan tidak akan
mengunjungi Makkah lagi, dan berziarah ke gerejanya.
Abrahah mengerahkan pasukan besar dan berkendaraan gajah untuk menyerbu Makkah. Di
dekat kota Makkah pasukan itu berhenti. Abrahah mengutus kurir, Hunata, untuk menemui
Abdul Muthalib. Abdul Muthalib hanya pasrah karena ia bersama rakyat Makkah tidak mampu
melawan pasukan Abrahah tersebut. Ia bersama penduduk Makkah mengungsi ke luar kota
Makkah. Abrahah merasa girang karena tidak mendapat perlawanan. Kemudian ia bersama
pasukannya memasuki kota Makkah dan hendak menghancurkan Kabah.
Tetapi tiba-tiba Allah SWT menampakkan kekuasaan-Nya, dengan mengutus burung-
burung Ababil yang membawa batu yang bernama Sijjiil. Batu-batu itu dijatuhkan kepada
pasukan Gajah sehingga pasukan itu mati bersama Gajahnya. Kejadian itu membuat Abrahah
panik dan melarikan diri kembali ke Yaman. Tetapi Abrahah pun menemui ajalnya. Al Quran
menceritakan peristiwa ini dalam Surat Al-Fil. Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana
Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah? Bukankan Dia telah menjadikan tipu daya
mereka (untuk menghancurkan Kabah) itu sia-sia ? Nan Dia mengirimkan kepada mereka
burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu-batu cadas yang
terbakar, maka Dia jadikan mereka bagai daun dimakan ulat.
Dari Kelahiran Sampai Nikah Rasulullah saw
Kelahiran Nabi SAW
Usia Abdl-Muttalib sudah hampir mencapai tujuhpuluh tahun atau lebih tatkala Abrahah
mencoba menyerang Mekah dan menghancurkan Rumah Purba. Ketika itu umur Abdullah
anaknya sudah duapuluh empat tahun, dan sudah tiba masanya dikawinkan. Pilihan Abdl-
Muttalib jatuh kepada Aminah bint Wahb bin Abd Manaf bin Zuhra, - pemimpin suku Zuhra
ketika itu yang sesuai pula usianya dan mempunyai kedudukan terhormat.
Pada hari perkawinan Abdullah dengan Aminah itu, Abdl-Muttalib juga kawin dengan Hala,
puteri pamannya. Dari perkawinan ini lahirlah Hamzah, paman Nabi dan yang seusia dengan
dia. Abdullah dengan Aminah tinggal selama tiga hari di rumah Aminah, sesuai dengan adat
kebiasaan Arab bila perkawinan dilangsungkan di rumah keluarga pengantin puteri. Sesudah itu
mereka pindah bersama-sama ke keluarga Abdl-Muttalib.
Beberapa saat setelah perkawinan, Abdullahpun pergi dalam suatu usaha perdagangan ke Suria
dengan meninggalkan isteri yang dalam keadaan hamil. Dalam perjalanannya itu Abdullah
tinggal selama beberapa bulan. Dalam pada itu ia pergi juga ke Gaza dan kembali lagi.
Kemudian ia singgah ke tempat saudara-saudara ibunya di Medinah sekadar beristirahat
sesudah merasa letih selama dalam perjalanan. Sesudah itu ia akan kembali pulang dengan
kafilah ke Mekah. Akan tetapi kemudian ia menderita sakit di tempat saudara-saudara ibunya
itu. Kawan-kawannyapun pulang lebih dulu meninggalkan dia.
Abdl-Muttalibmengutus Harith - anaknya yang sulung - ke Medinah, supaya membawa kembali
bila ia sudah sembuh. Tetapi sesampainya di Medinah ia mengetahui bahwa Abdullah sudah
meninggal dan sudah dikuburkan pula, sebulan sesudah kafilahnya berangkat ke Mekah.
Kembalilah Harith kepada keluarganya dengan membawa perasaan pilu atas kematian adiknya
itu. Rasa duka dan sedih menimpa hati Abdl-Muttalib, menimpa hati Aminah, karena ia
kehilangan seorang suami yang selama ini menjadi harapan kebahagiaan hidupnya.Peninggalan
Abdullah sesudah wafat terdiri dari lima ekor unta, sekelompok ternak kambing dan seorang
budak perempuan, yaitu Umm Ayman - yang kemudian menjadi pengasuh Nabi. Boleh jadi
peninggalan serupa itu bukan berarti suatu tanda kekayaan; tapi tidak juga merupakan suatu
kemiskinan.
Aminah melahirkan beberapa bulan kemudian. Selesai bersalin dikirimnya berita kepada Abdl
Muttalib di Kabah, bahwa ia melahirkan seorang anak laki-laki. Alangkah gembiranya orang tua
itu setelah menerima berita. Sekaligus ia teringat kepada Abdullah anaknya. Gembira sekali
hatinya karena ternyata pengganti anaknya sudah ada. Cepat-cepat ia menemui menantunya
itu, diangkatnya bayi itu lalu dibawanya ke Kabah. Ia diberi nama Muhammad. Nama ini tidak
umum di kalangan orang Arab tapi cukup dikenal.
Mengenai tahun ketika Muhammad dilahirkan, beberapa ahli berlainan pendapat. Sebagian
besar mengatakan pada Tahun Gajah (570 Masehi). Ibn Abbas mengatakan ia dilahirkan pada
Tahun Gajah pada tanggal duabelas Rabiul Awal. Ini adalah pendapat Ibn Ishaq dan yang lain.
Pada hari ketujuh kelahirannya itu Abdl-Muttalib minta disembelihkan unta. Hal ini kemudian
dilakukan dengan mengundang makan masyarakat Quraisy. Setelah mereka mengetahui bahwa
anak itu diberi nama Muhammad, mereka bertanya-tanya mengapa ia tidak suka memakai
nama nenek moyang. Kuinginkan dia akan menjadi orang yang Terpuji,1 bagi Tuhan di langit
dan bagi makhlukNya di bumi, jawab Abdl Muttalib.
Masa Kecil Nabi SAW
Sudah menjadi kebiasaan bangsawan-bangsawan Arab di Mekah bahwa anak yang baru lahir
disusukan kepadakepada salah seorang Keluarga Sad. Sementara masih menunggu orang yang
akan menyusukan itu Aminah menyerahkan anaknya kepada Thuwaiba, budak perempuan
pamannya, Abu Lahab. Selama beberapa waktu ia disusukan, seperti Hamzah yang juga
kemudian disusukannya. Jadi mereka adalah saudara susuan. Thuwaiba hanya beberapa hari
saja menyusukan.
Akhirnya datang juga wanita-wanita Keluarga Sad yang akan menyusukan itu ke Mekah.
Mereka memang mencari bayi yang akan mereka susukan. Akan tetapi mereka menghindari
anak-anak yatim, karena mereka mengharapkan upah yang lebih. Sedang dari anak-anak yatim
sedikit sekali yang dapat mereka harapkan. Oleh karena itu di antara mereka itu tak ada yang
mau mendatangi Muhammad. Salah seorang dari mereka, Halimah bint Abi-Dhuaib, ternyata
tidak mendapat bayi lain sebagai gantinya. Setelah mereka akan meninggalkan Mekah, Halimah
memutuskan untuk mengambil Muhammad. Dia bercerita, bahwa sejak diambilnya anak itu ia
merasa mendapat berkah. Ternak kambingnya gemuk-gemuk dan susunyapun bertambah.
Tuhan telah memberkati semua yang ada padanya. Selama dua tahun Muhammad tinggal di
sahara, disusukan oleh Halimah dan diasuh oleh Syaima, puterinya. Udara sahara dan
kehidupan pedalaman yang kasar menyebabkannya cepat sekali menjadi besar, dan menambah
indah bentuk dan pertumbuhan badannya.
Setelah cukup dua tahun dan tiba masanya disapih, Halimah membawa anak itu kepada ibunya
dan sesudah itu membawanya kembali ke pedalaman. Hal ini dilakukan karena kehendak
ibunya, kata sebuah keterangan, dan keterangan lain mengatakan karena kehendak Halimah
sendiri. Ia dibawa kembali supaya lebih matang, juga memang dikuatirkan dari adanya serangan
wabah Mekah. Dua tahun lagi anak itu tinggal di sahara, menikmati udara pedalaman yang
jernih dan bebas, tidak terikat oleh sesuatu ikatan jiwa, juga tidak oleh ikatan materi.
Pada masa itu, sebelum usianya mencapai tiga tahun, ketika itulah terjadi cerita yang banyak
dikisahkan orang. Yakni, bahwa sementara ia dengan saudaranya yang sebaya sesama anak-
anak itu sedang berada di belakang rumah di luar pengawasan keluarganya, tiba-tiba anak yang
dari Keluarga Sad itu kembali pulang sambil berlari, dan berkata kepada ibu-bapanya:
Saudaraku yang dari Quraisy itu telah diambil oleh dua orang laki-laki berbaju putih. Dia
dibaringkan, perutnya dibedah, sambil di balik-balikan. Dan tentang Halimah ini ada juga
diceritakan, bahwa mengenai diri dan suaminya ia berkata: Lalu saya pergi dengan ayahnya ke
tempat itu. Kami jumpai dia sedang berdiri. Mukanya pucat-pasi. Kuperhatikan dia. demikian
juga ayahnya. Lalu kami tanyakan: Kenapa kau, nak? Dia menjawab: Aku didatangi oleh dua
orang laki-laki berpakaian putih. Aku di baringkan, lalu perutku di bedah. Mereka mencari
sesuatu di dalamnya. Tak tahu aku apa yang mereka cari.
Keluarga itu kemudian ketakutan, kalau-kalau terjadi sesuatu pada anak itu. Sesudah itu,
dibawanya anak itu kembali kepada ibunya di Mekah. Atas peristiwa ini Ibn Ishaq membawa
sebuah Hadis Nabi sesudah kenabiannya. Dalam riwayat yang diceritakan Ibn Ishaq, dikatakan
bahwa sebab dikembalikannya kepada ibunya bukan karena cerita adanya dua malaikat itu,
melainkan ada beberapa orang Nasrani Abisinia memperhatikan Muhammad dan menanyakan
kepada Halimah tentang anak itu. Dilihatnya belakang anak itu, lalu mereka berkata: Biarlah
kami bawa anak ini kepada raja kami di negeri kami. Anak ini akan menjadi orang penting.
Kamilah yang mengetahui keadaannya. Halimah lalu cepat-cepat menghindarkan diri dari
mereka dengan membawa anak itu.
Lima tahun masa yang ditempuhnya itu telah memberikan kenangan yang indah sekali dan
kekal dalam jiwanya. Demikian juga Ibu Halimah dan keluarganya tempat dia menumpahkan
rasa kasih sayang dan hormat selama hidupnya itu. Penduduk daerah itu pernah mengalami
suatu masa paceklik sesudah perkawinan Muhammad dengan Khadijah. Bilamana Halimah
kemudian mengunjunginya, sepulangnya ia dibekali dengan harta Khadijah berupa unta yang
dimuati air dan empat puluh ekor kambing. Dan setiap dia datang dibentangkannya pakaiannya
yang paling berharga untuk tempat duduk Ibu Halimah sebagai tanda penghormatan. Ketika
Syaima, puterinya berada di bawah tawanan bersama-sama pihak Hawazin setelah Taif
dikepung, kemudian dibawa kepada Muhammad, ia segera mengenalnya. Ia dihormati dan
dikembalikan kepada keluarganya sesuai dengan keinginan wanita itu.
Kemudian Abdl-Muttalib yang bertindak mengasuh cucunya itu. Ia memeliharanya sungguh-
sungguh dan mencurahkan segala kasih-sayangnya kepada cucu ini. Biasanya buat orang tua itu
- pemimpin seluruh Quraisy dan pemimpin Mekah - diletakkannya hamparan tempat dia duduk
di bawah naungan Kabah, dan anak-anaknya lalu duduk pula sekeliling hamparan itu sebagai
penghormatan kepada orang tua. Tetapi apabila Muhammad yang datang maka didudukkannya
ia di sampingnya diatas hamparan itu sambil ia mengelus-ngelus punggungnya. Melihat betapa
besarnya rasa cintanya itu paman-paman Muhammad tidak mau membiarkannya di belakang
dari tempat mereka duduk itu.
Kematian Ibunda
Ketika Nabi berusia 6 tahun, Aminah membawanya ke Medinah untuk diperkenalkan kepada
saudara-saudara kakeknya dari pihak Keluarga Najjar. Dalam perjalanan itu dibawanya juga
Umm Aiman, budak perempuan yang ditinggalkan ayahnya dulu. Sesampai mereka di Medinah
kepada anak itu diperlihatkan rumah tempat ayahnya meninggal dulu serta tempat ia
dikuburkan. Itu adalah yang pertama kali ia merasakan sebagai anak yatim. Dan barangkali juga
ibunya pernah menceritakan dengan panjang lebar tentang ayah tercinta itu, yang setelah
beberapa waktu tinggal bersama-sama, kemudian meninggal dunia di tengah-tengah pamannya
dari pihak ibu.
Sesudah cukup sebulan mereka tinggal di Medinah, Aminah bersama rombongan kembali
pulang dengan dua ekor unta yang membawa mereka dari Mekah. Tetapi di tengah perjalanan,
ketika mereka sampai di Abwa,2 ibunda Aminah menderita sakit, yang kemudian meninggal
dan dikuburkan pula di tempat itu. Anak itu oleh Umm Aiman dibawa pulang ke Mekah, pulang
menangis dengan hati yang pilu, sebatang kara. Ia makin merasa kehilangan; sudah ditakdirkan
menjadi anak yatim. Terasa olehnya hidup yang makin sunyi, makin sedih. Baru beberapa hari
yang lalu ia mendengar dari Ibunda keluhan duka kehilangan Ayahanda semasa ia masih dalam
kandungan. Kini ia melihat sendiri dihadapannya, ibu pergi untuk tidak kembali lagi, seperti
ayah dulu. Tubuh yang masih kecil itu kini dibiarkan memikul beban hidup yang berat, sebagai
yatim-piatu. Lebih-lebih lagi kecintaan Abdl-Muttalib kepadanya. Tetapi sungguhpun begitu,
kenangan sedih sebagai anak yatim-piatu itu bekasnya masih mendalam sekali dalam jiwanya
sehingga di dalam Quranpun disebutkan, ketika Allah mengingatkan Nabi akan nikmat yang
dianugerahkan kepadanya itu: Bukankah engkau dalam keadaan yatim-piatu? Lalu
diadakanNya orang yang akan melindungimu? Dan menemukan kau kehilangan pedoman, lalu
ditunjukkanNya jalan itu? (Quran, 93: 6-7)
Nabi kemudian di bawah asuhan kakeknya, Abdl-Muttalib. Tetapi orang tua itu juga meninggal
tak lama kemudian, dalam usia delapanpuluh tahun, sedang Muhammad waktu itu baru
berumur delapan tahun. Sekali lagi Muhammad dirundung kesedihan karena kematian
kakeknya itu, seperti yang sudah dialaminya ketika ibunya meninggal. Begitu sedihnya dia,
sehingga selalu ia menangis sambil mengantarkan keranda jenazah sampai ketempat peraduan
terakhir.
Bersama Abu Talib
Kemudian pengasuhan Muhammad di pegang oleh Abu Talib, sekalipun dia bukan yang tertua
di antara saudara-saudaranya. Saudara tertua adalah Harith, tapi dia tidak seberapa mampu.
Sebaliknya Abbas yang mampu, tapi dia kikir sekali dengan hartanya. Oleh karena itu ia hanya
memegang urusan siqaya (pengairan) tanpa mengurus rifada (makanan). Sekalipun dalam
kemiskinannya itu, tapi Abu Talib mempunyai perasaan paling halus dan terhormat di kalangan
Quraisy. Dan tidak pula mengherankan kalau Abdl-Muttalib menyerahkan asuhan Muhammad
kemudian kepada Abu Talib. Abu Talib mencintai kemenakannya itu sama seperti Abdl-
Muttalib juga. Karena kecintaannya itu ia mendahulukan kemenakan daripada anak-anaknya
sendiri. Budi pekerti Muhammad yang luhur, cerdas, suka berbakti dan baik hati, itulah yang
lebih menarik hati pamannya.
Perjalanan Pertama Ke Syam
Ketika usia Nabi baru duabelas tahun, ia turut dalam rombongan kafilah dagang bersama Abu
Talib ke negeri Syam. Diceritakan, bahwa dalam perjalanan inilah ia bertemu dengan rahib
Bahira, dan bahwa rahib itu telah melihat tanda-tanda kenabian padanya sesuai dengan
petunjuk cerita-cerita Kristen. Rahib itu menasehatkan keluarganya supaya jangan terlampau
dalam memasuki daerah Syam, sebab dikuatirkan orang-orang Yahudi yang mengetahui tanda-
tanda itu akan berbuat jahat terhadap dia.
Dalam perjalanan itulah, Nabiyullah mendapat pengalaman dan wawasan yang berguna. Beliau
dapat melihat luasnya padang pasir, menatap bintang-bintang yang berkilauan di langit yang
jernih cemerlang. Dilaluinya daerah-daerah Madyan, Waditl-Qura serta peninggalan bangunan-
bangunan Thamud. Didengarnya dsegala cerita orang-orang Arab dan penduduk pedalaman
tentang bangunan-bangunan itu, tentang sejarahnya masa lampau. Dalam perjalanan ke daerah
Syam ini ia berhenti di kebun-kebun yang lebat dengan buab-buahan yang sudah masak, yang
akan membuat ia lupa akan kebun-kebun di Taif serta segala cerita orang tentang itu. Taman-
taman yang dilihatnya dibandingkannya dengan dataran pasir yang gersang dan gunung-gunung
tandus di sekeliling Mekah itu. Di Syam Muhammad mengetahui berita-berita tentang Kerajaan
Rumawi dan agama Kristennya, didengarnya berita tentang Kitab Suci mereka serta oposisi
Persia dari penyembah api terhadap mereka dan persiapannya menghadapi perang dengan
Persia. Sekalipun usianya baru dua belas tahun, tapi dia sudah mempunyai persiapan kebesaran
jiwa, kecerdasan otak, tinjauan yang begitu dalam, ingatan yang cukup kuat, serta segala sifat-
sifat semacam itu yang diberikan Allah kepadanya sebagai suatu persiapan akan menerima
risalah (misi) maha besar yang sedang menantinya. Ia melihat ke sekeliling, dengan sikap
menyelidiki, meneliti. Ia tidak puas terhadap segala yang didengar dan dilihatnya. Ia bertanya
kepada diri sendiri: Di manakah kebenaran dari semua itu?
Masa Remaja Nabi SAW
Muhammad yang tinggal dengan pamannya, menerima apa adanya. Ia melakukan pekerjaan
yang biasa dikerjakan oleh mereka yang seusia dia. Bila tiba bulan-bulan suci, kadang ia tinggal
di Mekah dengan keluarga, kadang pergi bersama mereka ke pekan-pekan yang berdekatan
dengan Ukaz, Majanna dan Dhul-Majaz, mendengarkan sajak-sajak yang dibawakan oleh
penyair-penyair Mudhahhabat dan Muallaqat, yang melukiskan lagu cinta dan puisi-puisi
kebanggaan, melukiskan nenek moyang mereka, peperangan mereka, kemurahan hati dan jasa-
jasa mereka. Didengarnya ahli-ahli pidato di antaranya orang-orang Yahudi dan Nasrani yang
membenci paganisma Arab. Mereka bicara tentang Kitab-kitab Suci Isa dan Musa, dan
mengajak kepada kebenaran menurut keyakinan mereka. Dinilainya semua itu dengan hati
nuraninya, dilihatnya ini lebih baik daripada paganisma yang telah menghanyutkan keluarganya
itu. Tetapi tidak sepenuhnya ia merasa lega.
Dengan demikian sejak muda-belia takdir telah mengantarkannya ke jurusan yang akan
membawanya ke suatu saat bersejarah, saat mula pertama datangnya wahyu, tatkala Tuhan
memerintahkan ia menyampaikan risalahNya itu. Yakni risalah kebenaran dan petunjuk bagi
seluruh umat manusia. Kalau Muhammad sudah mengenal seluk-beluk jalan padang pasir
dengan pamannya Abu Talib, sudah mendengar para penyair, ahli-ahli pidato membacakan
sajak-sajak dan pidato-pidato dengan keluarganya dulu di pekan sekitar Mekah selama bulan-
bulan suci, maka ia juga telah mengenal arti memanggul senjata, ketika ia mendampingi
paman-pamannya dalam Perang Fijar.
Perang Fijar
Perang Fijar bermula dari peristiwa pembunuhan yang dilakukan oleh Barradz bin Qais dari
kabilah Kinana kepada Urwa ar-Rahhal bin Utba dari kabilah Hawazin pada bulan suci yang
sebenarnya dilarang untuk berperang. Seorang pedagang, Numan binl-Mundhir, setiap tahun
mengirimkan sebuah kafilah dari Hira ke Ukaz, tidak jauh dari Arafat. Barradz menginginkan
membawa kafilah itu ke bawah pengawasan kabilah Kinana. Demikian juga Urwa menginginkan
mengiringi kafilah itu. Numan memilih Urwa (Hawazin), dan hal ini menimbulkan kejengkelan
Barradz (Kinana). Ia kemudian mengikutinya dari belakang, lalu membunuhnya dan mengambil
kabilah itu. Maka terjadilah perang antara mereka itu. Perang ini hanya beberapa hari saja
setiap tahun, tetapi berlangsung selama empat tahun terus-menerus dan berakhir dengan
suatu perdamaian model pedalaman, yaitu yang menderita korban manusia lebih kecil harus
membayar ganti sebanyak jumlah kelebihan korban itu kepada pihak lain. Maka dengan
demikian Quraisy telah membayar kompensasi sebanyak duapuluh orang Hawazin. Perang fijar
ini terjadi ketika Nabi berusia antara limabelas tahun sampai duapuluh tahun.
Beberapa tahun sesudah kenabiannya Rasulullah menyebutkan tentang Perang Fijar itu dengan
berkata: Aku mengikutinya bersama dengan paman-pamanku, juga ikut melemparkan panah
dalam perang itu; sebab aku tidak suka kalau tidak juga aku ikut melaksanakan.
Perang Fijar itu berlangsung hanya beberapa hari saja tiap tahun. Sedang selebihnya
masyarakat Arab kembali ke pekerjaannya masing-masing. Pahit-getirnya peperangan yang
tergores dalam hati mereka tidak akan menghalangi mereka dari kegiatan perdagangan,
menjalankan riba, minum minuman keras serta pelbagai macam kesenangan dan hiburan
sepuas-puasnya
Akan tetapi Nabi telah menjauhi semua itu, dan sejarah cukup menjadi saksi. Yang terang ia
menjauhi itu bukan karena tidak mampu mencapainya. Mereka yang tinggal di pinggiran
Mekah, yang tidak mempunyai mata pencarian, hidup dalam kemiskinan dan kekurangan, ikut
hanyut juga dalam hiburan itu. Jiwa besarnya yang selalu mendambakan kesempurnaan, itu lah
yang menyebabkan dia menjauhi foya-foya, yang biasa menjadi sasaran utama pemduduk
Mekah. Ia mendambakan cahaya hidup yang akan lahir dalam segala manifestasi kehidupan,
dan yang akan dicapainya hanya dengan dasar kebenaran. Kenyataan ini dibuktikan oleh
julukan yang diberikan orang kepadanya dan bawaan yang ada dalam dirinya. Itu sebabnya,
sejak masa ia kanak-kanak gejala kesempurnaan, kedewasaan dan kejujuran hati sudah tampak,
sehingga penduduk Mekah semua memanggilnya Al-Amin (artinya yang dapat dipercaya).
Yang menyebabkan dia lebih banyak merenung dan berpikir, ialah pekerjaannya
menggembalakan kambing sejak dalam masa mudanya itu. Dia menggembalakan kambing
keluarganya dan kambing penduduk Mekah. Dengan rasa gembira ia menyebutkan saat-saat
yang dialaminya pada waktu menggembala itu. Di antaranya ia berkata: Nabi-nabi yang diutus
Allah itu gembala kambing. Dan katanya lagi: Musa diutus, dia gembala kambing, Daud
diutus, dia gembala kambing, aku diutus, juga gembala kambing keluargaku di Ajyad. Gembala
kambing yang berhati terang itu, dalam udara yang bebas lepas di siang hari, dalam kemilau
bintang bila malam sudah bertahta, menemukan suatu tempat yang serasi untuk pemikiran dan
permenungannya.
Pemikiran dan permenungan demikian membuat ia jauh dari segala pemikiran nafsu manusia
duniawi. Ia berada lebih tinggi dari itu sehingga adanya hidup palsu yang sia-sia akan tampak
jelas di hadapannya. Oleh karena itu, dalam perbuatan dan tingkah-lakunya Muhammad
terhindar dari segala penodaan nama yang sudah diberikan kepadanya oleh penduduk Mekah,
dan memang begitu adanya: Al-Amin. Pada suatu hari ia ingin bermain-main seperti pemuda-
pemuda lain. Hal ini dikatakannya kepada kawannya pada suatu senja, bahwa ia ingin turun ke
Mekah, bermain-main seperti para pemuda di gelap malam, dan dimintanya kawannya
menjagakan kambing ternaknya itu. Tetapi Allah SWT selalu melindunginya, sesampainya di
ujung Mekah, perhatiannya tertarik pada suatu pesta perkawinan dan dia hadir di tempat itu.
Tetapi tiba-tiba ia tertidur. Pada malam berikutnya datang lagi ia ke Mekah, dengan maksud
yang sama. Terdengar olehnya irama musik yang indah, seolah turun dari langit. Ia duduk
mendengarkan. Lalu tertidur lagi sampai pagi.
Kenikmatan yang dirasakan Muhammad sejak masa pertumbuhannya yang mula-mula yang
telah diperlihatkan dunia sejak masa mudanya adalah kenangan yang selalu hidup dalam
jiwanya, yang mengajak orang hidup tidak hanya mementingkan dunia. Ini dimulai sejak
kematian ayahnya ketika ia masih dalam kandungan, kemudian kematian ibunya, kemudian
kematian kakeknya. Kenikmatan demikian ini tidak memerlukan harta kekayaan yang besar,
tetapi memerlukan suatu kekayaan jiwa yang kuat. sehingga orang dapat mengetahui:
bagaimana ia memelihara diri dan menyesuaikannya dengan kehidupan batin.
Pernikahan Dengan Khadijah ra
Ketika Nabi itu berumur duapuluh lima tahun. Abu Talib mendengar bahwa Khadijah sedang
menyiapkan perdagangan yang akan dibawa dengan kafilah ke Syam. Abu Talib lalu
menghubungi Khadijah untuk mengupah Muhammad untuk menjalankan perdagangannya.
Khadijah setuju dengan upah empat ekor unta. Setelah mendapat nasehat paman-pamannya
Muhammad pergi dengan Maisara, budak Khadijah. Dengan mengambil jalan padang pasir
kafilah itupun berangkat menuju Syam, dengan melalui Wadil-Qura, Madyan dan Diar Thamud
serta daerah-daerah yang dulu pernah dilalui Muhammad dengan pamannya Abu Talib.
Dengan kejujuran dan kemampuannya ternyata Muhammad mampu benar memperdagangkan
barang-barang Khadijah, dengan cara perdagangan yang lebih banyak menguntungkan daripada
yang dilakukan orang lain sebelumnya. Demikian juga dengan karakter yang manis dan
perasaannya yang luhur ia dapat menarik kecintaan dan penghormatan Maisara kepadanya.
Setelah tiba waktunya mereka akan kembali, mereka membeli segala barang dagangan dari
Syam yang kira-kira akan disukai oleh Khadijah. Setelah kembali di Mekah, Muhammad
bercerita dengan bahasa yang begitu fasih tentang perjalanannya serta laba yang diperolehnya,
demikian juga mengenai barang-barang Syam yang dibawanya. Khadijah gembira dan tertarik
sekali mendengarkan. sesudah itu, Maisara bercerita juga tentang Muhammad, betapa
halusnya wataknya, betapa tingginya budi-pekertinya. Hal ini menambah pengetahuan Khadijah
di samping yang sudah diketahuinya sebagai pemuda Mekah yang besar jasanya.
Dalam waktu singkat saja kegembiraan Khadijah ini telah berubah menjadi rasa cinta, sehingga
dia - yang sudah berusia empatpuluh tahun, dan yang sebelum itu telah menolak lamaran
pemuka-pemuka dan pembesar-pembesar Quraisy - tertarik juga hatinya mengawini pemuda
ini, yang tutur kata dan pandangan matanya telah menembusi kalbunya. Pernah ia
membicarakan hal itu kepada saudaranya yang perempuan - kata sebuah sumber, atau dengan
sahabatnya, Nufaisa bint Mun-ya - kata sumber lain. Nufaisa pergi menjajagi Muhammad
seraya berkata: Kenapa kau tidak mau kawin? Aku tidak punya apa-apa sebagai persiapan
perkawinan, jawab Muhammad. Kalau itu disediakan dan yang melamarmu itu cantik,
berharta, terhormat dan memenuhi syarat, tidakkah akan kauterima? Siapa itu? Nufaisa
menjawab hanya dengan sepatah kata: Khadijah. Dengan cara bagaimana? tanya
Muhammad. Sebenarnya ia sendiri berkenan kepada Khadijah sekalipun hati kecilnya belum
lagi memikirkan soal perkawinan, mengingat Khadijah sudah menolak permintaan hartawan-
hartawan dan bangsawan-bangsawan Quraisy. Setelah atas pertanyaan itu Nufaisa
mengatakan: Serahkan hal itu kepadaku, maka iapun menyatakan persetujuannya.
Tak lama kemudian Khadijah menentukan waktunya yang kelak akan dihadiri oleh paman-
paman Muhammad supaya dapat bertemu dengan keluarga Khadijah guna menentukan hari
perkawinan. Kemudian perkawinan itu berlangsung dengan diwakili oleh paman Khadijah, Umar
bin Asad, sebab Khuwailid ayahnya sudah meninggal sebelum Perang Fijar. Di sinilah dimulainya
lembaran baru dalam kehidupan Muhammad. Dimulainya kehidupan itu sebagai suami-isteri
dan ibu-bapa, suami-isten yang harmonis dan sedap dari kedua belah pihak, dan sebagai ibu-
bapa yang telah merasakan pedihnya kehilangan anak sebagaimana pernah dialami
Muhammad yang telah kehilangan ibu-bapa semasa ia masih kecil.


Dakwah Rasulullah SAW periode Madinah
Kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan taat
kepada Allah SWT sesuai dengan garis aqidah, syari'at dan akhlak Islam disebutDakwah
Nabi Saw. hijrah terjadi pada 12 Rabi`ul Awwal tahun pertama Hijrah, yang bertepatan
dengan 28 Juni 621 M.
Hijrah adalah pindahnya Nabi Muhammad Saw dari Mekkah ke Madinah atas perintah Allah,
untuk tujuan memperluas wilayah penyebaran Islam dan demi kemajuan Islam itu sendiri.
Rencana hijrah Rasulullah diawali karena adanya perjanjian antara Nabi Muhammad SAW
dengan orang-orang Yatsrib yaitu suku Aus dan Khazraj saat di Mekkah yang terdengar sampai
ke kaum Quraisy hingga Kaum Quraisy pun merencanakan untuk membunuh Nabi Muhammad
SAW.
Pembunuhan itu direncanakan melibatkan semua suku. Setiap suku diwakili oleh seorang
pemudanya yang terkuat. Rencana pembunuhan itu terdengar oleh Nabi SAW, sehingga ia
merencanakan hijrah bersama sahabatnya, Abu Bakar.
Abu Bakar diminta mempersiapkan segala hal yang diperlukan dalam perjalanan, termasuk 2
ekor unta.
Sementara Ali bin Abi Thalib diminta untuk menggantikan Nabi SAW menempati tempat
tidurnya agar kaum Quraisy mengira bahwa Nabi SAW masih tidur.
Pada malam hari yang direncanakan, di tengah malam buta Nabi SAW keluar dari rumahnya
tanpa diketahui oleh para pengepung dari kalangan kaum Quraisy.
Nabi SAW menemui Abu Bakar yang telah siap menunggu. Mereka berdua keluar dari Mekah
menuju sebuah Gua Tsur, kira-kira 3 mil sebelah selatan Kota Mekah. Mereka bersembunyi di
gua itu selama 3 hari 3 malam menunggu keadaan aman.
Pada malam ke-4, setelah usaha orang Quraisy mulai menurun karena mengira Nabi SAW sudah
sampai di Yatsrib, keluarlah Nabi SAW dan Abu Bakar dari persembunyiannya.
Pada waktu itu Abdullah bin Uraiqit yang diperintahkan oleh Abu Bakar pun tiba dengan
membawa 2 ekor unta yang memang telah dipersiapkan sebelumnya.
Berangkatlah Nabi SAW bersama Abu Bakar menuju Yatsrib menyusuri pantai Laut Merah,
suatu jalan yang tidak pernah ditempuh orang.
Setelah 7 hari perjalanan, Nabi SAW dan Abu Bakar tiba di Quba, sebuah desa yang jaraknya 5
km dari Yatsrib. Di desa ini mereka beristirahat selama beberapa hari.
Mereka menginap di rumah Kalsum bin Hindun. Di halaman rumah ini Nabi SAW membangun
sebuah masjid yang kemudian terkenal sebagai Masjid Quba. Inilah masjid pertama yang
dibangun Nabi SAW sebagai pusat peribadatan.
Tak lama kemudian, Ali menggabungkan diri dengan Nabi SAW. Sementara itu penduduk
Yatsrib menunggu-nunggu kedatangannya.
Menurut perhitungan mereka, berdasarkan perhitungan yang lazim ditempuh orang,
seharusnya Nabi SAW sudah tiba di Yatsrib.
Oleh sebab itu mereka pergi ke tempat-tempat yang tinggi, memandang ke arah Quba,
menantikan dan menyongsong kedatangan Nabi SAW dan rombongan.
Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Dengan perasaan bahagia, mereka mengelu-
elukan kedatangan Nabi SAW. Mereka berbaris di sepanjang jalan dan menyanyikan lagu Thala'
al-Badru, yang isinya:
Telah tiba bulan purnama, dari celah-celah bukit.
Kami wajib bersyukur, selama ada orang yang menyeru kepada Ilahi,
Wahai orang yang diutus kepada kami, engkau telah membawa sesuatu yang harus kami taati.
Arab :
Thalaal badru alaina mintsaniyatil wada
Wajabasysyukru alaina madama lillaahi da
Ayuhalmabutsu fina jitabil amril mutha

Setiap orang ingin agar Nabi SAW singgah dan menginap di rumahnya.
Tetapi Nabi SAW hanya berkata,
"Aku akan menginap dimana untaku berhenti. Biarkanlah dia berjalan sekehendak hatinya."

Ternyata unta itu berhenti di tanah milik dua anak yatim, yaitu Sahal dan Suhail, di depan
rumah milik Abu Ayyub al-Anshari. Dengan demikian Nabi SAW memilih rumah Abu
Ayyub sebagai tempat menginap sementara. Tujuh bulan lamanya Nabi SAW tinggal di rumah
Abu Ayyub, sementara kaum Muslimin bergotong-royong membangun rumah untuknya.
Sejak itu nama kota Yatsrib diubah menjadi Madnah an-Nab (kota nabi). Orang sering pula
menyebutnya Madnah al-Munawwarah (kota yang bercahaya), karena dari sanalah sinar Islam
memancar ke seluruh dunia.

Terbentuknya Negara Madinah
Setelah Nabi SAW tiba di Madinah dan diterima penduduk Madinah, Nabi SAW menjadi
pemimpin penduduk kota itu. I
Beliau segera meletakkan dasar-dasar kehidupan yang kokoh bagi pembentukan suatu
masyarakat baru.
Dasar pertama
yang ditegakkannya adalah Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan di dalam Islam), yaitu antara
kaum Muhajirin (orang-orang yang hijrah dari Mekah ke Madinah) dan Anshar (penduduk
Madinah yang masuk Islam dan ikut membantu kaum Muhajirin).
Nabi SAW mempersaudarakan individu-individu dari golongan Muhajirin dengan individu-
individu dari golongan Anshar.
Misalnya, Nabi SAW mempersaudarakan Abu Bakar dengan Kharijah bin Zaid, Ja'far bin Abi
Thalib dengan Mu'az bin Jabal. Dengan demikian diharapkan masing-masing orang akan terikat
dalam suatu persaudaraan dan kekeluargaan. Dengan persaudaraan yang semacam ini pula,
Rasulullah telah menciptakan suatu persaudaraan baru, yaitu persaudaraan berdasarkan
agama, menggantikan persaudaraan berdasarkan keturunan.
Dasar kedua
adalah sarana terpenting untuk mewujudkan rasa persaudaraan tsb, yaitu tempat pertemuan.
Sarana yang dimaksud adalah masjid, tempat untuk melakukan ibadah kepada Allah SWT secara
berjamaah, yang juga dapat digunakan sebagai pusat kegiatan untuk berbagai hal, seperti
belajar-mengajar, mengadili perkara-perkara yang muncul dalam masyarakat, musyawarah, dan
transaksi dagang.

Nabi SAW merencanakan pembangunan masjid itu dan langsung ikut membangun bersama-
sama kaum muslimin. Masjid yang dibangun ini kemudian dikenal sebagai Masjid
Nabawi. Ukurannya cukup besar, dibangun di atas sebidang tanah dekat rumah Abu Ayyub al-
Anshari. Dindingnya terbuat dari tanah liat, sedangkan atapnya dari daun-daun dan pelepah
kurma. Di dekat masjid itu dibangun pula tempat tinggal Nabi SAW dan keluarganya.
Dasar ketiga
adalah hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak beragama Islam. Di
Madinah, disamping orang-orang Arab Islam juga masih terdapat golongan masyarakat Yahudi
dan orang-orang Arab yang masih menganut agama nenek moyang mereka. Agar stabilitas
masyarakat dapat diwujudkan, Nabi Muhammad SAW mengadakan ikatan perjanjian dengan
mereka.
Perjanjian tersebut diwujudkan melalui sebuah piagam yang disebut dengan Msq Madnah
atau Piagam Madinah.
Isi piagam itu antara lain mengenai kebebasan beragama, hak dan kewajiban masyarakat dalam
menjaga keamanan dan ketertiban negerinya, kehidupan sosial, persamaan derajat, dan
disebutkan bahwa Rasulullah SAW menjadi kepala pemerintahan di Madinah.
Masyarakat yang dibentuk oleh Nabi Muhammad SAW di Madinah setelah hijrah itu sudah
dapat dikatakan sebagai sebuah negara, dengan Nabi Muhammad SAW sebagai kepala
negaranya.
Dengan terbentuknya Negara Madinah, Islam makin bertambah kuat. Perkembangan Islam
yang pesat itu membuat orang-orang Mekah menjadi resah. Mereka takut kalau-kalau umat
Islam memukul mereka dan membalas kekejaman yang pernah mereka lakukan. Mereka juga
khawatir kafilah dagang mereka ke Suriah akan diganggu atau dikuasai oleh kaum muslimin.
Untuk memperkokoh dan mempertahankan keberadaan negara yang baru didirikan itu, Nabi
SAW mengadakan beberapa ekspedisi ke luar kota, baik langsung di bawah pimpinannya
maupun tidak.
Hamzah bin Abdul Muttalib membawa 30 orang berpatroli ke pesisir L. Merah.
Ubaidah bin Haris membawa 60 orang menuju Wadi Rabiah. Sa'ad bin Abi
Waqqas ke Hedzjaz dengan 8 orang Muhajirin.
Nabi SAW sendiri membawa pasukan ke Abwa dan disana berhasil mengikat perjanjian
dengan Bani Damra, kemudian ke Buwat dengan membawa 200 orang Muhajirin dan Anshar,
dan ke Usyairiah. Di sini Nabi SAW mengadakan perjanjian dengan Bani Mudij.
Ekspedisi-ekspedisi tersebut sengaja digerakkan Nabi SAW sebagai aksi-aksi siaga dan melatih
kemampuan calon pasukan yang memang mutlak diperlukan untuk melindungi dan
mempertahankan negara yang baru dibentuk. Perjanjian perdamaian dengan kabilah
dimaksudkan sebagai usaha memperkuat kedudukan Madinah.
Perang Badar
Perang Badar yang merupakan perang antara kaum muslimin Madinah dan kaun musyrikin
Quraisy Mekah terjadi pada tahun 2 H.
Perang ini merupakan puncak dari serangkaian pertikaian yang terjadi antara pihak kaum
muslimin Madinah dan kaum musyrikin Quraisy. Perang ini berkobar setelah berbagai upaya
perdamaian yang dilaksanakan Nabi Muhammad SAW gagal.
Tentara muslimin Madinah terdiri dari 313 orang dengan perlengkapan senjata sederhana yang
terdiri dari pedang, tombak, dan panah.
Berkat kepemimpinan Nabi Muhammad SAW dan semangat pasukan yang membaja, kaum
muslimin keluar sebagai pemenang.
Abu Jahal, panglima perang pihak pasukan Quraisy dan musuh utama Nabi Muhammad SAW
sejak awal, tewas dalam perang itu.
Sebanyak 70 tewas dari pihak Quraisy, dan 70 orang lainnya menjadi tawanan.
Di pihak kaum muslimin, hanya 14 yang gugur sebagai syuhada. Kemenangan itu sungguh
merupakan pertolongan Allah SWT (QS. 3: 123).
Orang-orang Yahudi Madinah tidak senang dengan kemenangan kaum muslimin. Mereka
memang tidak pernah sepenuh hati menerima perjanjian yang dibuat antara mereka dan Nabi
Muhammad SAW dalam Piagam Madinah.
Sementara itu, dalam menangani persoalan tawanan perang, Nabi Muhammad SAW
memutuskan untuk membebaskan para tawanan dengan tebusan sesuai kemampuan masing-
masing.
Tawanan yang pandai membaca dan menulis dibebaskan bila bersedia mengajari orang-orang
Islam yang masih buta aksara. Namun tawanan yang tidak memiliki kekayaan dan kepandaian
apa-apa pun tetap dibebaskan juga.
Tidak lama setelah perang Badar, Nabi Muhammad SAW mengadakan perjanjian dengan
suku Badui yang kuat. Mereka ingin menjalin hubungan dengan Nabi SAW karenan melihat
kekuatan Nabi SAW. Tetapi ternyata suku-suku itu hanya memuja kekuatan semata.
Sesudah perang Badr, Nabi SAW juga menyerang Bani Qainuqa, suku Yahudi Madinah yang
berkomplot dengan orang-orang Mekah. Nabi SAW lalu mengusir kaum Yahudi itu ke Suriah.
Perang Uhud
Perang yang terjadi di Bukit Uhud ini berlangsung pada tahun 3 H. Perang ini disebabkan karena
keinginan balas dendam orang-orang Quraisy Mekah yang kalah dalam perang Badr.
Pasukan Quraisy, dengan dibantu oleh kabilah Tihama dan Kinanah, membawa 3.000 ekor unta
dan 200 pasukan berkuda di bawah pimpinan Khalid bin Walid. 700 orang di antara mereka
memakai baju besi.

Adapun jumlah pasukan Nabi Muhammad SAW hanya berjumlah 700 orang. Perang pun
berkobar. Prajurit-prajurit Islam dapat memukul mundur pasukan musuh yang jauh lebih besar
itu. Tentara Quraisy mulai mundur dan kocar-kacir meninggalkan harta mereka.

Melihat kemenangan yang sudah di ambang pintu, pasukan pemanah yang ditempatkan oleh
Rasulullah di puncak bukit meninggalkan pos mereka dan turun untuk mengambil harta
peninggalan musuh.
Mereka lupa akan pesan Rasulullah untuk tidak meninggalkan pos mereka dalam keadaan
bagaimana pun sebelum diperintahkan. Mereka tidak lagi menghiraukan gerakan musuh.
Situasi ini dimanfaatkan musuh untuk segera melancarkan serangan balik. Tanpa konsentrasi
penuh, pasukan Islam tak mampu menangkis serangan. Mereka terjepit, dan satu per satu
pahlawan Islam berguguran. Nabi SAW sendiri terkena serangan musuh.
Sisa-sisa pasukan Islam diselamatkan oleh berita tidak benar yang diterima musuh bahwa Nabi
SAW sudah meninggal. Berita ini membuat mereka mengendurkan serangan untuk kemudian
mengakhiri pertempuran itu.
Perang Uhuh ini menyebabkan 70 orang pejuang Islam gugur sebagai syuhada.
Perang Khandaq
Perang yang terjadi pada tahun 5 H ini merupakan perang antara kaum muslimin Madinah
melawan masyarakat Yahudi Madinah yang mengungsi ke Khaibar yang bersekutu dengan
masyarakat Mekah. Karena itu perang ini juga disebut sebagai Perang Ahzab (sekutu beberapa
suku).

Pasukan gabungan ini terdiri dari 10.000 orang tentara. Salman al-Farisi, sahabat Rasulullah
SAW, mengusulkan agar kaum muslimin membuat parit pertahanan di bagian-bagian kota yang
terbuka. Karena itulah perang ini disebut sebagai Perang Khandaq yang berarti parit.
Tentara sekutu yang tertahan oleh parit tsb mengepung Madinah dengan mendirikan
perkemahan di luar parit hampir sebulan lamanya.
Pengepungan ini cukup membuat masyarakat Madinah menderita karena hubungan mereka
dengan dunia luar menjadi terputus. Suasana kritis itu diperparah pula oleh pengkhianatan
orang-orang Yahudi Madinah, yaitu Bani Quraizah, dibawah pimpinan Ka'ab bin Asad.
Namun akhirnya pertolongan Allah SWT menyelamatkan kaum muslimin. Setelah sebulan
mengadakan pengepungan, persediaan makanan pihak sekutu berkurang. Sementara itu pada
malam hari angin dan badai turun dengan amat kencang, menghantam dan menerbangkan
kemah-kemah dan seluruh perlengkapan tentara sekutu. Sehingga mereka terpaksa
menghentikan pengepungan dan kembali ke negeri masing-masing tanpa suatu hasil.
Para pengkhianat Yahudi dari Bani Quraizah dijatuhi hukuman mati.
Hal ini dinyatakan dalam Al-Qur'an surat Al-Ahzb: 25-26.
Perjanjian Hudaibiyah
Pada tahun 6 H, ketika ibadah haji sudah disyariatkan, hasrat kaum muslimin untuk
mengunjungi Mekah sangat bergelora. Nabi SAW memimpin langsung sekitar 1.400 orang kaum
muslimin berangkat umrah pada bulan suci Ramadhan, bulan yang dilarang adanya perang.
Untuk itu mereka mengenakan pakaian ihram dan membawa senjata ala kadarnya untuk
menjaga diri, bukan untuk berperang.

Sebelum tiba di Mekah, mereka berkemah di Hudaibiyah yang terletak beberapa kilometer dari
Mekah. Orang-orang kafir Quraisy melarang kaum muslimin masuk ke Mekah dengan
menempatkan sejumlah besar tentara untuk berjaga-jaga.
Akhirnya diadakanlah Perjanjian Hudaibiyah antara Madinah dan Mekah,
yang isinya antara lain:
Kedua belah pihak setuju untuk melakukan gencatan senjata selama 10 tahun.
Bila ada pihak Quraisy yang menyeberang ke pihak Muhammad, ia harus dikembalikan. Tetapi
bila ada pengikut Muhammad SAW yang menyeberang ke pihak Quraisy, pihak Quraisy tidak
harus mengembalikannya ke pihak Muhammad SAW.
Tiap kabilah bebas melakukan perjanjian baik dengan pihak Muhammad SAW maupun dengan
pihak Quraisy.
Kaum muslimin belum boleh mengunjungi Ka'bah pada tahun tsb, tetapi ditangguhkan sampai
tahun berikutnya.
Jika tahun depan kaum muslimin memasuki kota Mekah, orang Quraisy harus keluar lebih dulu.
Kaum muslimin memasuki kota Mekah dengan tidak diizinkan membawa senjata, kecuali
pedang di dalam sarungnya, dan tidak boleh tinggal di Mekah lebih dari 3 hari 3 malam.
Tujuan Nabi SAW membuat perjanjian tsb sebenarnya adalah berusaha merebut dan
menguasai Mekah, untuk kemudian dari sana menyiarkan Islam ke daerah-daerah lain.

Ada 2 faktor utama yang mendorong kebijaksanaan ini :
Mekah adalah pusat keagamaan bangsa Arab, sehingga dengan melalui konsolidasi bangsa Arab
dalam Islam, diharapkan Islam dapat tersebar ke luar.
Apabila suku Quraisy dapat diislamkan, maka Islam akan memperoleh dukungan yang besar,
karena orang-orang Quraisy mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang besar di kalangan
bangsa Arab.
Setahun kemudian ibadah haji ditunaikan sesuai perjanjian. Banyak orang Quraisy yang masuk
Islam setelah menyaksikan ibadah haji yang dilakukan kaum muslimin, disamping juga melihat
kemajuan yang dicapai oleh masyarakat Islam Madinah.

Di Sisi Lain
Keberhasilan dakwah di madinah tak terlepas dari sosok sahabat nabi, yang bernama MUSH'AB
BIN 'UMAIR. Beliau adalah salah satu sahabat nabi. Sebelum masuk hidayah tertanam
didadanya, beliau adalah seorang pemuda tampan, anak seorang bangsawan dan hartawan.
pemuda yang menjadi buah bibir warga mekah, khususnya para wanita. Ia lahir dan dibesarkan
dalam kesenangan, dan tumbuh dalam lingkungannya. Sampai akhirnya hidayah Allah datang
kepada beliau, dan beliau masuk islam dalam usia yang masih muda, sekira 24 tahun berbagai
kesenangan dunia serta kekayaannya ia tinggalkan demi memilih islam sebagai agamanya.
Seorang Mush'ab yang memilih hidup miskin dan sengsara demi Islam sebagai tuntunan
hidupnya
Pemuda ganteng itu, kini telah menjadi seorang melarat dengan pakaiannya yang kasar dan
usang, sehari makan dan beberapa hari menderita lapar. Sampai akhirnya Nabi Muhammad
mengutus beliau sebagai sebagai duta dakwah pertama ke madinah. Sejarah mengisahkan
betapa Al-Amin mempercayakan kepadanya. Mush'ab dipilih menjadi seorang utusan. Seorang
duta pertama dalam Islam. Ada amanah indah yang harus segera ia tunaikan. Tugasnya
mengajarkan tentang Islam kepada kaum Anshar yang telah beriman dan berbaiat kepada
Rasulullah di Aqabah. Sebuah misi yang tentu saja tidak mudah. Saat itu telah 12 orang kaum
Anshar yang beriman.
Tak lama berselang, Allah yang maha besar, memperlihatkan hasil usaha sungguh sungguh dari
seorang Mushaib. Berduyun-duyun manusia berikrar mengesakan Allah dan mengakui
Rasulullah sebagai utusan Allah. Jika saat ia pergi ada 12 orang golongan kaum Anshar yang
beriman, maka pada musim haji selanjutnya umat muslim Madinah mengirim perwakilan
sebanyak 70 orang laki-laki dan 2 orang perempuan ke Makkah untuk menjumpai Nabi yang
Ummi. Madinah semarak dengan cahaya.
Usaha gigih yang diperbuat Mushab membuat benih benih islam tersemai dengan subur di
madinah kesungguhan Musab bin Umair dalam berdakwah. Setiap hari dalam hidupnya
senantiasa memberikan konstribusi baru bagi Islam di dalam dakwah dan jihad yang
dilakukannya.
Beliau adalah dai pertama dalam Islam di kota Madinah. Di tangannyalah sebagian besar
penduduk Madinah berhasil diislamkan. Dia adalah peletak pertama fondasi Negara Islam
Madinah. Dia adalah kontributor sesungguhnya bagi Islam dan jamaah kaum Muslim.

STRATEGI DAKWAH DI MADINAH

Beberapa strategi dirangkai khusus setibanya Rasulullah s.a.w di Madinah. Semua strategi
berpandukan kepada arahan dan tindakan Rasulullah s.a.w serta pengiktirafan baginda
terhadap ide-ide daripada para sahabat baginda.
A. PEMBINAAN MASJID
Masjid merupakan institusi dakwah pertama yang dibina oleh Rasulullah s.a.w setibanya
baginda di Madinah. Ia menjadi nadi pergerakan Islam yang menghubungkan manusia dengan
Penciptanya serta manusia sesama manusia. Masjid menjadi lambang akidah umat Islam atas
keyakinan tauhid mereka kepada Allah s.w.t.
Pembinaan masjid dimulakan dengan membersihkan persekitaran kawasan yang dikenali
sebagai mirbad dan meratakannya sebelum menggali lubang untuk diletakkan batu-batu
sebagai asas binaan. Malah, Rasulullah s.a.w sendiri yang meletakkan batu-batu tersebut. Batu-
batu itu kemudiannya disimen dengan tanah liat sehingga menjadi binaan konkrit.
Masjid pertama ini dibina dalam keadaan kekurangan tetapi penuh dengan jiwa ketaqwaan
kaum muslimin di kalangan muhajirin dan ansar. Di dalamnya, dibina sebuah mimbar untuk
Rasulullah s.a.w menyampaikan khutbah dan wahyu daripada Allah. Terdapat ruang muamalah
yang dipanggil sirdauntuk pergerakan kaum muslimin melakukan aktiviti kemasyarakatan.*2+
Pembinaan masjid ini mengukuhkan lagi dakwah baginda bagi menyebarkan risalah wahyu
kepada kaum muslimin serta menjadi pusat perbincangan di kalangan Rasulullah s.a.w dan para
sahabat tentang masalah ummah.
B. MENGUKUHKAN PERSAUDARAAN
Rasulullah SAW mengeratkan hubungan di antara Muhajirin dan Ansar sebagai platform
mempersatukan persaudaraan di dalam Islam. Jalinan ini diasaskan kepada kesatuan cinta
kepada Allah serta pegangan akidah tauhid yang sama. Persaudaraan ini membuktikan
kekuatan kaum muslimin melalui pengorbanan yang besar sesama mereka tanpa mengira
pangkat, bangsa dan harta. Selain itu, ia turut memadamkan api persengketaan di kalangan
suku kaum Aus dan Khajraz.[3]
C. PEMBENTUKAN PIAGAM MADINAH
Madinah sebagai sebuah Negara yang menghimpunkan masyarakat Islam dan Yahudi daripada
pelbagai bangsa memerlukan kepada satu perlembagaan khusus yang menjaga kepentingan
semua pihak. Justeru, Rasulullah s.a.w telah menyediakan sebuah piagam yang dikenali sebagai
Piagam Madinah bagi membentuk sebuah masyarakat di bawah naungan Islam.
Piagam ini mengandungi 32 fasal yang menyentuh segenap aspek kehidupan termasuk akidah,
akhlak, kebajikan, undang-undang, kemasyarakatan, ekonomi dan lain-lain. Di dalamnya juga
terkandung aspek khusus yang mesti dipatuhi oleh kaum Muslimin seperti tidak mensyirikkan
Allah, tolong-menolong sesama mukmin, bertaqwa dan lain-lain. Selain itu, bagi kaum bukan
Islam, mereka mestilah berkelakuan baik bagi melayakkan mereka dilindungi oleh kerajaan
Islam Madinah serta membayar cukai.
Piagam ini mestilah dipatuhi oleh semua penduduk Madinah sama ada Islam atau bukan Islam.
Strategi ini telah menjadikan Madinah sebagai model Negara Islam yang adil, membangun serta
digeruni oleh musuh-musuh Islam.
D. STRATEGI KETENTERAAN
Peperangan merupakan strategi dakwah Rasulullah di Madinah untuk melebarkan perjuangan
Islam ke seluruh pelusuk dunia. Strategi ketenteraan Rasulullah s.a.w digeruni oleh pihak lawan
khususnya pihak musyrikin di Mekah dan Negara-negara lain. Antara tindakan strategik baginda
menghadapi peperangan ialah persiapan sebelum berlakunya peperangan seperti pengitipan
dan maklumat musuh. Ini berlaku dalam peperangan Badar, Rasulullah s.a.w telah
mengutuskan pasukan berani mati seperti Ali bin Abi Talib, Saad Ibnu Waqqash dan Zubair Ibn
Awwam bagi mendapatkan maklumat sulit musuh.[4] Maklumat penting musuh memudahkan
pasukan tentera Islam bersiap-sedia menghadapi mereka di medan perang.
RasUlullah s.a.w turut membacakan ayat-ayat al-Quran bagi menggerunkan hati-hati musuh
serta menguatkan jiwa kaum Muslimin. Antara firman Allah Taala bermaksud:
Dan ingatlah ketika Allah menjajikan kepadamu bahawa salah satu dari dua golongan yang
kamu hadapi adalah untukmu, sedang kamu menginginkan bahawa yang tidak mempunyai
kekuatan senjatalah yang untukmy, dan Allah menghendaki untuk membenarkan yang benar
dengan ayat-ayatNya dan memusnahkan orang-orang kafir. (Surah al-Anfal: 7)
Rasulullah s.a.w turut mengambil pandangan daripada para sahabat baginda dalam merangka
strategi peperangan. Sebagai contoh, dalam peperangan Badar, baginda bersetuju dengan
cadangan Hubab mengenai tempat pertempuran. Hubab mencadangkan agar baginda
menduduki tempat di tepi air yang paling dekat dengan musuh agar air boleh diperolehi dengan
mudah untuk tentera Islam dan haiwan tunggangan mereka. Dalam perang Khandak, Rasulullah
s.a.w bersetuju dengan pandangan Salman al-Farisi yang berketurunan Parsi berkenaan
pembinaan benteng. Strategi ini membantu pasukan tentera Islam berjaya dalam semua
peperangan dengan pihak musuh.
E. PEMBERIAN COP MOHOR
Rasulullah s.a.w mengutuskan surat dan watikah kepada kerajaan kerajaan luar seperti
kerajaan Rom dan Parsi bagi mengembangkan risalah dakwah. Semua surat dan watikah
diletakkan cop yang tertulis kalimah la ila ha illahlah wa ana Rasullah[5] Tujuannya adalah untuk
menjelaskan kedudukan Rasulullah s.a.w sebagai utusan Allah dan Nabi di akhir zaman. Dalam
watikahnya, baginda turut menyeru agar mereka menyembah Allah dan bersama-sama
berjuang untuk Islam sebagai agama yang diiktiraf oleh Allah. Kebanyakan watikah baginda
diterima baik oleh kerajaan-kerajaan luar.
Contoh surat Nabi kepada Raja Parsi :
Nabi mengutuskan Abdullah bin Huzaifah bin Saham yang membawa surat kepada Kaisar
Humuz, Raja Parsi yang bunyinya sebagai berikut :
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dari Nabi Muhammad
Rasulullah kepada Kaisar penguasa Parsi. Semoga sejahtera kepada sesiapa sahaja yang
mengikut pimpinan Allah dan beriman kepadaNya dan rasulNya dan bersaksi tidak ada Tuhan
selain Allah yang Esa tidak ada sekutu bagiNya dan sesungguhnya Nabi Muhammad adalah
hamba dan rasulNya.
Saya mengajak anda dengan ajakan Allah kepada umat manusia dan untuk memperingatkan
manusia yang masih hidup, bahawa siksaan akan ditimpakan atas orang-orang kafir. Masuklah
Islam dan hendaklah menerimanya. Jika anda menolaknya, maka berdosalah bagi penyembah
api.*6+
F. HUBUNGAN LUAR
Hubungan luar merupakan orientasi penting bagi melabarkan sayap dakwah. Ini terbukti
melalui tindakan Rasulullah s.a.w menghantar para dutanya ke negara-negara luar bagi
menjalinkan hubungan baik berteraskan dakwah tauhid kepada Allah. Negara-negara itu
termasuklah Mesir, Iraq, Parsi dan Cina. Sejarah turut merakamkan bahawa Saad Ibn Waqqas
pernah berdakwah ke negeri Cina sekitar tahun 600 hijrah. Sejak itu, Islam bertebaran di negeri
Cina sehingga kini. Antara para sahabat yang menjadi duta Rasulullah ialah Dukyah Kalibi
kepada kaisar Rom, Abdullah bin Huzaifah kepada kaisar Hurmuz, Raja Parsi, Jaafar bin Abu
Talib kepada Raja Habsyah.[7]
Strategi hubungan luar ini diteruskan pada pemerintahan khalifah Islam selepas kewafatan
Rasulullah s.a.w. Sebagai contoh, pasukan Salehuddin al-Ayubi di bawah pemerintahan Bani
Uthmaniah telah berjaya menawan kota suci umat Islam di Baitul Maqdis. Penjajahan dan
penerokaan ke Negara-negara luar merupakan strategi dakwah paling berkesan di seluruh
dunia.
KESIMPULAN
Strategi dakwah Rasulullah s.a.w di Madinah lebih agresif dan besar. Madinah, sebagai Negara
Islam pertama menjadi nadi pergerak dakwah Islam ke seluruh dunia. Tapak yang disediakan
oleh Rasulullah s.a.w begitu kukuh sehingga menjadi tauladan kepada pemerintahan Islam
sehingga kini. Strategi yang bersumberkan kepada dua perundangan utama iaitu al-Quran dan
Hadis menjadi intipati kekuatan perancangan Islam dalam menegakkan kalimah Tauhid.
Sukses hijrah Nabi Muhammad SAW ditandai, antara lain, keberhasilannya mencerdaskan
masyarakat Muslim yang bodoh menjadi umat yang cerdas, menyejahterakan sosial ekonomi
umat dan masyarakat dengan asas keadilan dan pemerataan, serta penegakan nilai etik-moral
dan norma hukum yang tegas. Pendeknya, Nabi Muhammad SAW berhasil membangun
kesalehan ritual yang paralel dengan kesejahteraan material, ketaatan individual yang seiring
dengan kepatuhan sosial, dan terwujudnya kesejahteraan duniawiah-temporal yang seimbang
dengan keberkahan ukhrawiah yang kekal.
Sebuah fakta sejarah kemudian membuktikan bahwa proses penyebaran Islam dengan dakwah
jauh lebih cepat dan berkembang pada periode Madinah ini dibandingkan periode Mekkah.
Selain itu juga di Madinah, Rasulullah dan Umat Islam berhasil membangun tata peradaban
baru, tata pemerintahan, tata ekonomi dan sosial yang demikian pesat perkembangannya.
Nilai-nilai yang terkandung dalam proses Hijrah :
A. Pengorbanan
Nilai ini ditunjukan oleh Ali bin Abi Thalib, yaitu ketika beliau tanpa ragu menyanggupi untuk
menggantikan Nabi untuk tetap berada didalam rumah, bahkan beliau kemudian tidur dan
mengenakan sorban Nabi. Sungguh sebuah pengorbanan yang sangat heroik dimana Ali yang
ketika itu masih seorang pemuda, rela untuk menjadi tameng bagi kelangsungan hidup
Rasulnya, yang berarti pula kelangsungan dakwah Islam
Nilai ini juga ditunjukan oleh Abu Bakar as Shidiq, yakni ketika beliau berkata Biar saya yang
masuk kedalam gua (Tsur) dulu, kalau ada binatang buas atau binatang berbisa didalam sana,
saya rela mati, biar anda meneruskan perjuangan dan dakwah anda.
Lagi sebuah epik kepahlawanan dan pengorbanan yang luar biasa. Kemudian dalamsebuah
cerita kemudian benar Abu Bakar digigit ular berbisa, namun ataskehendak Allah, beliau
selamat dalam peristiwa itu.
B. Keyakinan dan Tawakal
ketika berada dalam gua tsur yang gelap dan dalam keadaan yang sedemikian rupa, kemudian
terucap kata-kata yang hanya akan keluar dari lisan orang yang memiliki keyakinan dan sikap
tawakal yang demikian sempurna La Tahzan, innallah ma ana jangan bersedih,
sesungguhnya Allah bersama kita
C. Kebersamaan
Peristiwa Hijrah ini melibatkan Nabi Muhammad yang mewakili Pemimpin, Ali bin Abi Thalib
yang mewakili generasi muda, Abu Bakr, yang mewakili golongan tua, bahkan konon ada
seorang perempuan yang bertugas menyupalai makanan kepada Nabi dan Abu Bakar selama
mereka berada dalam gua yang menurut seorang ulama, ini menggambarkan sebuah
kesatuan, antara pemimpin, pemuda, orang tua dan perempuan, sebagai salah satu syarat
keberhasilan, seperti kemudian digambarkan bagaimana proses Hijrah ini adalah menjadi
tonggak sejarah dan momentum perkembangan Islam.
D. Kondisi yang Kondusif
Sebagaimana diketahui, ketika sampai ditempat yang baru, Nabi mengganti nama Yatsrib
menjadi Madinah Kota Peradaban. Ini mencerminkan bahwa sebuah proses keberhasilan
tidak akan dicapai ketika orang-orang yang berada didalamnya saling mengecam satu sama lain,
kritik yang tidak konstruktif, asal ganti dan lebih mementingkan kepentingan golongan dan
pribadinya semata. Penggantian nama menjadi Madinah menyimbolkan bahwa keberhasilan
hanya akan dicapai dalam tata kehidupan yang beradab, ada sopan santun dan etika ketika
hendak menyampaikan pendapat, kritik dan masukan, ada tata aturan yang mesti dipenuhi oleh
orang-orang beradab, yang kemudian dibuktikan dalam sejarah masa kini, bahwa dimanapun,
tidak akan pernah bisa mencapai keberhasilan, ketika individu-individu yang terlibat dalam
proses itu saling mengecam bahkan tak jarang menyebarkan fitnah-fitnah keji. Sebaliknya,
sebuah kondisi yang beradab, yang berdasarkan tata aturan dan norma kesusilaan-lah yang
mengantar sebuah bangsa, sebuah kelompok atau apapun untuk mencapai keberhasilannya.

DAKWAH RASULULLAH SAW PERIODE MADINAH
Latar belakang
Dikota mekkah telah kita ketahui bahwa bangsa quraisy dengan segala upaya akan
melumpuhkan gerakan Muhammad Saw. Hal ini di buktikan dengan pemboikotan yang
dilakukan mereka kepada Bani Hasyim dan Bani Mutahlib. Di antara pemboikotan tersebut
adalah:
Memutuskan hubungan perkawinan
memutuskan hubungan jual beli
memutuskan hubungan ziarah dan menziarah dan lain-lain
Pemboikotan tersebut tertulis di atas kertas shahifah atau plakat yang di gantungkan di kakbah
dan tidak akan di cabut sebelum Nabi Muhammad Saw. Menghentikan gerakannya.
Nabi Muhammad Saw. merasakan bahwa tidak ada lagi tempat yang sesuai untuk dijadikan
pusat dakwah islam, beliau bersama zaid bin haritsah hijrah ke thaif untuk berdakwah tetapi
ajaran itu ditolak dengan kasar. Nabi Saw. diusir, disoraki dan dikejar-kejar sambil di
lemparidengan batu. Walaupun terluka dan sakit, beliau tetap sabar dan berlapang dada serta
ikhlas. meghadapi cobaan yang di hadapinya.
Saat mengahadapi ujian yang berat Nabi Saw bersama pengikutnya di perintahkan oleh ALLaH
SWT untuk isra dan miraj ke baitul maqbis di palestina, kemudian naik kelangit hingga ke
sidratul muntaha.
Kejadian isra dan miraj terjadi pada malam 17 rajab tahun ke-11 dari kenabiannya (sekitar 621
M) di tempuuh dalam waktu satu malam.
Hikmah Allah Swt. Dari peristiwa isra dan miraj antar lain sebagai berikut.
1. Karunia dan keistimewaan ersendiri bagi Nabi saw.
2. Memberikan penambahan kekuatan iman keyakinan beliau sebagai rasul
3. Menjadi ujian bagi kaum muslimin sendiri.
Berita ini menjadi olok-olokan kaum Quraisy kepada Nabi saw. Mereka mengira Nabi saw telah
gila. Orang pertama memperceyainya adlah Abu Bakar sehingga diberi gelar As Siddiq.
Hijrah Nabi Muhammad saw Ke Yatsrib (Madinah)
Faktor yang mendorong hijrahnya Nabi saw
1. Ada tanda-tanda baik pada perkembangan Islam di Yatsrib, karena:
pada tahun 621 M telah dating 13 orang penduduk Yatsrib menemui Nabi saw di bukit Akabah.
pada tahun berikutnya, 622 M datang lagi sebanyak 73 orang Yatsrib ke Mekkah yang terdiri
dari suku Aus dan Khazraj
2. Rencana pembunuhan Nabi saw oleh kaum Quraisy yang hasil kesepakatannya sbb:
Merea sangat khawatir jika Muhammad dan pengikutnya telah berkuasa di Yatsrib.
Membunuh Nabi saw sebelum beliau ikut pindah ke Yatsrib.
3. Rencana pembunuhan Nabi saw:
Setiap suku Quraisy mengirimkan seorang pemudah tangguh.
Mengepung rumah Nabi saw dan akan membunuhnya saat fajar.
Rencana-rencana tersebut diketaui oleh Nabi saw dan parapemuda qurasy terkacoh. Mereka
mengejar dan enjelajahi seluruh kota untuk mencari Nabi saw tetapi hasilnya nihil. Kemudian
Nabi bersama pengikutnya melanjutkan perjalanannya menelusuri pantai laut mera
Akhir Periode Dakwah Rasululah di Kota Mekkah
Dengan berpindahnya Nabi saw dari Mekkahmaka berakhirlah periode pertama perjalanan
dakwah beliau di kota Mekkah. Beliau berjuang antara hidup dan mati menyerukan agama
Islam di tengah masyarakat Mekkah dengan jihad kesabaran, harta benda, jiwa dan raga.
Sebelum memasuki Yatsrib, Nabi saw singgah di Quba selama 4 hari beristirahat, Nabi
mendirikan sebuah masjid quba dan masjid pertama dalam sejarah Islam. Tepat hari Jumat 12
Rabiul awal tahun 1 hijrah bertepatan 24 September 622 M, Nabi saw mengadakan shalat
Jumat yang pertama kali dalam sejarah Islam dan beliaupun berkhotbah di hadapan muslimin
Muhajirin dan Anshar.
Dakwah Rasulullah Periode Madinah
Penduduk kota Madinah terb\diri dari 2 golongan yang berbeda jauh, yaitu:
Golongan Arab yang berasal dari selatan yang terdiri dari suku Aus dan Khazraj
Golongan yahudi, yaitu orang-orang Israel yang berasal dari utara (Palestina)
Dengan hijrahnya kaum muslimin, terbukalah kesmpatan bagi Nabi saw untuk
mengatur strategi membentuk masyarakat Islam yang bebas dari ancaman musuh baik dari luar
maupun dari dalam.
Substansi dan Strategi Dakwah Rasulullah saw Periode Mainah
Adapun substansi dan strategi dakah Rasulullah saw antara lain:
Membina masyarakat Islam melalui pertalian persaudaraan antara kaum Muhajjirin dengan
kaum Anshar
Memellihara dan mempertahankan masyarakat Islam
Meletakkan dasar-daar politik ekonomi dan social untk masyarakat Islam
Dengan diletakannya dasar-dasar yang berkala ini masyarakat dan pemerintahan Islam dapat
mewujudkan nagari Baldtun Thiyibatun Warabbun Ghafur dan Madinah disebut Madinatul
Munawwarah .
Hikmah mempelajari Sejarah Dakwah Rasululah saw Periode Madinah
Hikmah mempelajari sejarah dakwah Rasulullah saw antara lain:
Dengan persaudaraan yang telah dilakukan oleh kaum Muhajirin dan kaum Anshar dapat
memberikan rasa aman dan tentram.
Persatuan dan saling menghormati antar agama
Menumbuh-kembangkan tolong menolong antara yang kuat dan lemah, yang kaya dan miskin
Memahami bahwa umat Islam harus berpegang menurut aturan Allah swt
memahami dan menyadaribahwa kita wajib agar menjalin hubungan dengan Allah swt dan
antara manusia dengan manusia
Kita mendapatkan warisan (islam) yang sangat menentukan keselamatan kita baik di dunia
maupun di akhirat.
Menjadikan inspirasi dan motivasi dalam menyiarkan agama Islam
Terciptanya hubungan yang kondusif
Sikap dan Perilaku yang dicerminkan dari mempelajari Dakwah Rasulullah Saw. di Madinah
Sikap dan perilaku yang dicerminkan dari mempelajari dakwah Rasulullah saw antara lain:
mengimani dengan sebenar-benarnya bahwa Muhammad saw adalah rasul dan nabi penutup
para nabi
Mencintai Rasullulah saw
mensosialisasikan sunnah Nabi saw
Gemar dan senang membaca buku sejarah nabi-nabi
Memelihara silaturahmi dengan sesama manusia
Berkunjung ke tanah suci Mekkah atau Madinah untuk melihat/ menapak tilas perjuangan Nabi
Muhammad saw
Mempelajari dan memahami Al Quran dan hadis-hadisnya
Senantiasa berjihad dijalan Allah
Aktif/ikut serta dalam acara kepanitiaan untuk memperingati hari-hari besar Islam
Merawat dan melestarikan tempat ibadah (masjid)
Menekuni dan mempelajari warisan Nabi saw
H. Dakwah Rasulullah Peiode Madinah yangb diterapkan oleh Pelaku Bisnis
Selain sebagai pelaku bisnis, ia mempunyai kewajiban dalam berdakwah menyiarkan islam yang
aman, damai dan tidak melanggar perjanjian bisnis yang islami.
Perjanjian dapat dilakukan antara pebisnis yang berlainan agama
Sesama pebisnis muslim, baik sebagai bos maupun karyawan, dapat mengambil hikmah dai
konsep muhajrin sebagi pendatang, dan anshar sebagi tuan rumah (penolong).
Inti dari pengembangan usaha, apapun bidangnnya harus mengikuti usaha yang islami tidak
mengurangi takaran, tidak merusak dan tidak merampas hak orang lain.
DAKWAH RASULULLAH DI MADINAH
Posted by Mustapha Mahmud at 4:22 PM
Hijrahnya kaum muslimin ke Madinah adalah sebagai awal mula marhalah (tahap) dakwah
ketiga, yaitu Marhalah Tathbiq Al-Ahkaam Al-Islami (Penerapan Syari'at Islam). Hal ini tandai
dengan didirikannya Daulah Islamiyah (Negara Islam) sebagai pelaksana hukum Islam dan
sebagai pengemban (pemikul) risalah Islam ke seluruh pepenjuru dunia melalui dakwah dan
jihad. Ada pun tahap ketiga ini dimulai dengan tibanya Rasulullah ke Madinah melalui peristiwa
hijrah Rasulullah pada tahun 622M bersama sahabat baginda, Abu Bakar. Setibanya di
Madinah,
Rasulullah SAW melakukan aktiviti sebagai berikut:


1. Membangun Masjid

Rasulullah SAW memerintahkan para sahabat membangun Masjid. Pembangunan masjid
mempunyai erti yang sangat penting bagi .pembangunan masyarakat Islam yang terdiri
daripada individu-individu muslim yang sentiasa berpegang teguh kepada aqidah dan syari'at
Islam.

Rasulullah SAW menjadikan masjid tidak hanya sebagai tempat solat melainkan juga sebagai
tempat berkumpul, bermusyawarah, membina ukhuwah dan aqidah Islam serta mengatiur
berbagai persoalan kaum muslimin sekaligus memutuskan hukum di antara mereka.

2. Membina Ukhuwah Islamiah

Aktiviti selanjutnya yang dilakukan Rasulullah SAW adalah mempersaudarakan antara kaum
Anshar dan Muhajirin. Persaudaraan yang digambarkan oleh Rasulullah SAW ibarat satu tubuh.
Bila salah satu anggota tubuh ditimpa kesakitan maka seluruh tubuhnya merasakan sakit.
Persaudaraan yang mendarah daging mengalir dalam tubuh setiap umat sehingga lenyap sama
sekali segala bentuk fanatik golongan, suku bangsa dan perkauman.

Rasulullah mempersaudarakan Bilal yang berkulit hitam dari Afrika dengan Abu Ruwaim Al-
Khutsa'mi, Salman Al Farisi dari Parsi dengan Mus'ab bin Umair dan lain sebagainya.
Persaudaraan ini tidak hanya sampai batas mewarisi harta bahkan isteri (saat itu belum ada
larangannya) , sebagaimana yang terjadi antara Sa'ad bin Rabi dari kaum Anshar dengan
Abdurrahman bin Auf dari kaum Muhajirin sehingga kata Sa'ad bin Rabi:

"Aku adalah orang Anshar yang paling kaya, inilah hartaku, aku bahagikan antara kita berdua.
Aku mempunyai dua isteri, kuceraikan seorang dan kahwinilah olehmu."[Sirah Al Halabiyah II:
292]

Persaudaraan dengan ikatan Aqidah Islamiah ini semakin bertambah kukuh setelah dinaungi
sebuah Daulah dibawah kepimpinan Rasulullah SAW yang menerapkan Sistem Islam.

3. Menyusun Piagam Perjanjian

Setelah Islam datang dan terbentuk masyarakat Islam di Madinah, gambaran dan pola
hubungan antara masyarakat Yahudi dan Islam semakin tampak perbezaannya. Oleh kerana itu
harus ada kebijaksanaan hokum yang mengatur hubungan mereka dengan kaum muslimin.

Rasulullah SAW kemudian membuat perjanjian (piagam Madinah). Istilah sekarang disebut
Undang-Undang Dasar yang berfungsi sebagai suatu manhaj (jalan atau strategi pengamanan)
dalam mengatur atau membuat batasan-batasan yang menyangkut interaksi antara kabilah-
kabilah Yahudi dan kaum muslimin. Lebih dari itu isi perjajian mencakup pula hubungan negara
dengan masyarakat atau masyarakat dengan negara. Dr. Musthafa Asy Siba'I dalam bukunya
`Sirah Nabawiyyah Duruus wal Ibral' mengemukakan pokok-pokok isi perjanjian tersebut seperti
yang berikut:

1) Kesatuan umat Islam tanpa mengenal perbezaan suku, bangsa dan kaum.

2) Persamaan hak dan kewajiban bagi seluruh warga masyarakat.

3) Gotong-royong dalam segala hal yang bukan kezaliman, dosa dan permusuhan.

4) Kompak dalam menentukan hubungan dengan musuh-musuh Islam.

5) Membangunkan suatu masyarakat dalam suatu sistem yang sebaik- baiknya.

6) Melawan orang-orang yang menentang negara dan membangkang sistemnya.

7) Melindungi orang yang ingin hidup berdampingan dengan orang Islam dan tidak boleh
berbuat zalim kepadanya.

8) Umat non-muslim bebas melaksanakan agamanya dan tidak boleh dipaksaumat Islam dan
tidak diganggu harta bendanya.

9) Umat non-Muslim harus ambil bahagiaan dalam pembiayaan negara sebagaimana umat
Islam.

10) Umat non-muslim harus saling membantu dengan umat Islam untuk menolak bahaya yang
akan mengancam negara.

11) Umat Islam dan non-muslim tidak boleh melindungi musuh negara dan orang-orang yang
memusuhi negara.

12) Warga negara bebas keluar masuk negara selama tidak merugikan negara.

13) Ikatan sesama anggota masyarakat didasarkan prinsip tolong- menolong untuk kebaikan
dan ketakwaan. Tidak atas dosa dan aniaya.

14) Dasar-dasar tersebut ditunjang oleh dua kekuatan. Kekuatan ruh (spritual) yaitu imannya
kepada Allah, keyakinan akan pengawasan dan perlindungan Allah bagi orang yang berbuat
baik. Begitu pula jika ditunjang oleh kekuatan meterialistik (kebendaan) yaitu kepimpinan
negara yang dipimpin oleh Rasulullah SAW.

4. Strategi Politik dan Militeri (ketenteraan)


Dalam rangka menyebarkan dakwah Islam ke luar negeri Madinah, sekaligus mengumumkan
kepada bangsa Arab dan bangsa-bangsa lain mengenai berdirinya Daulah Islamiah, maka
diambil beberapa langkah lanjutan sebagai berikut:

1) Mengirim surat (mengajak kepada Islam (dakwah Islam), jika tidak mahu menerima Islam
sebagai agama, mestilah patuh dengan hukum Islam di bawah Daulah Islam)kepada kepala-
kepala negara/ kerajaan, pimpinan kabilah/suku yang ada di sekitar jazirah Arab.

2) Memaklumkan perang kepada orang-orang yang menetang dakwah Islam.

3) Memerangi kabilah-kabilah yang mengkhianati perjanjian perdamaian bersama kaum
muslimin.

4) Menjadikan Daulah Islamiah sebagai satu kekuatan yang disegani dan ditakuti lawan-
lawannya.

Melalui penelitian dan penghayatan langkah-langkah dakwah Rasulullah sejak period Mekah
hingga period Madinah dapat disimpulkan bahawa pada period Mekah, Baginda lebih bersikap
sebagai seorang da'ie, muballigh, imam dan sekaligus sebagai tokoh politik dan pemimpin
jemaah kaum muslimin. Manakala dalam period Madinah, baginda bukan hanya berperana
sebagai seorang Rasul, tetapi juga sebagai kepala negara di dalam pemerintahan Daulah
Islamiah (Khilafah).

Keberhasilan para da'ie penerus dakwah sangat ditentukan oleh sejauh mana kesetiaannya
mengikuti jejak langkah (Thoriqah) dakwah Rasulullah SAW. Mudah-mudahan kita sentiasa
dianugerahkan taufiq dan hidayah daripada-Nya dalam menegakkan Islam di bumi Allah ini.

Ingatlah bahawa menerapkan Islam di dalam kehidupan secara menyeluruh adalah suatu
kewajiban dan Islam akan terlaksana sepenuhnya dengan adanya Daulah iaitu Khilafah Islam.
Maka mendirikan semula Khilafah adalah wajib. Untuk mendirikan Khilafah perlu adanya usaha
ke arah mendirikannya. Maka usaha-usaha ke arah mendirikan Khilafah juga hukumnya menjadi
wajib tatkala dunia ketiadaan Khilafah di zaman ini. Dan usaha untuk mendirikan semula
Khilafah mestilah dilakukan melalui thoriqah (jalan atau cara) sebagaimana yang telah
ditunjukkan oleh Baginda SAW kerana apa sahaja yang dilakukan oleh Baginda bukanlah
menurut hawa nafsunya melainkan adalah merupakan wahyu daripada Allah. Ini beerti
thoriqah tersebut adalah merupakan perintah Allah iaitu hukum syara' yang wajib diikuti. Oleh
kerana
itu, umat Islam yang ingin bangkit harus melalui jalan dakwah yang lurus dengan metod
(thoriqah) yang benar dengan cara memahami perjalanan dakwah Rasulullah secara
keseluruhan, mengikuti dan melaklaksanakannya. Moga jalan dakwah yang telah dilakukan
Rasulullah ini akan menjadi teladan dalam usaha untuk membangkitkan umat Islam dan
mencapai kejayaan dalam menegakkan syi'ar Islam buat kedua kalinya. InsyaAllah..

"Kamu (ummat Islam) adalah umat terbaik yang dikeluarkan untuk manusia, menyeru yang
ma'ruf dan mencegah yang mungkar,dan beriman kepada Allah" [Surah Ali Imran ayat 110]

Anda mungkin juga menyukai