Anda di halaman 1dari 2

Ulama Enggan Duduk Sejajar dengan Guru

SALMAH BIN ASHIM suatu saat ingin menyimak kitab Al Adad dari Khalaf, Salmah pun
mengutarakan niatan itu dan Khalaf memintanya untuk datang.
Saat Salmah bin Ashim datang, Khalaf memintanya untuk duduk di atas. Namun Salmah
mengatakan,Aku tidak akan duduk, kecuali di bawah, ini adalah hak dari belajar.
Khalaf pun menyampaikan kepada Salmah bin Ashim,Ahmad bin Hanbal telah datang
kepadaku untuk menyimak hadits Abu Awanah. Aku berusaha untuk memintanya duduk di
atas, namun ia menolak lalu mengatakan,Aku tidak duduk kecuali di bawah, kita
diperintahkan untuk tawadhu kepada siapa yang kita belajar kepadanya. (Al Jami Akhlak
Ar Rawi wa Adab As Sami, hal. 88)

Inilah Jadual Harian Ulama Qur`an yang Jasadnya Utuh Setelah 21 Tahun Wafat
IMAM ALI BIN SYIHAB AL ADNI di waktu kecil hidup dalam keadaan yatim. Pekerjaannya
adalah menggemabala kambing penduduk. Di sela-sela aktivitasnya itu, ia menghafal Al
Qur`an. Kemudian Al Adni belajar di masjid Al Azhar, setelah habis membaca Al Minhaj, As
Syatibiyah dan Al Minhah beliau memilih membaca Al Qur`an dengan qiraah sabah.
Menjaga Makanan
Di hari-harinya di masa muda, kakek dari Imam As Syarani ini amat menjaga makanan dan
minumannya. Al Adni tidak pernah minum dari air yang telah dibawa orang lain, melainkan
minum dari gerabah yang ia isi sendiri dari air sungai Nil. Hingga suatu saat teman-temanya
termasuk Syeikh Ibrahim Matbuli menghabiskan air minumnya di suatu malam dan ia
mengatakan,Sampai kita tahu, apa yang ia perbuat saat kehausan. Dan saat Al Adni
merasa haus namun mendapati air minumnya sudah habis, ia pun tersenyum lantas tertawa
kemudian diam.
Karena kehati-hatian Al Adni ini Syeikh Al Islam Zakariya Al Anshari menyampaikan kepada
Imam As Syarani,Kakekmu adalah temanku di masjid Al Azhar, ia mengalahkanku dalam
masalah wara, ia tidak pernah makan makanan Mesir.
Al Adni ketika hendak menumbuk tepung ditempat penggilingan tepung, ia terlebih dahulu
membalik batu lesung hingga sisa-sisa tepung bakas orang lain bersih darinya kemudian ia
mengaduknya untuk diberikan kepada anjing, baru kemudian ia menggunakan lesung itu.
Al Adni juga tidak memakan merpati hingga wafat, karena merpati itu memakan biji-bijian
para petani sedangkan para petani tidak rela dan mereka menghalaunya. Juga tidak makan
madu, karena para petani menghalau lebah untuk memakan buah dan bunga mereka.
Aktivitas Harian Al Adni
Dalam kesehariannya, sebelum shubuh ia sudah bangun kemudian beranjak wudhu dan
melaksanakan qiyam. Setelah itu ia menyingsingkan pakaian dan celananya hingga
setengah betis dan mengambil gerabah untuk mengisi air untuk bak air di zawiyahnya, bak
air masjid, baik air di jalan umum. Dan ketika sudah memilih 3 anak, ia mempersiapkan air

untuk ketiga-tiganya hingga tempat minum anjing pun ia penuhi. Kegiatan itu dilakukan
sampai menjelang waktu sahur sambil membaca Al Qur`an, terkadang ia menghatamkan
setengah Al Qur`an. Setelah itu, Al Adni naik ke atap zawiyah untuk berdzikir baru kemudian
mengumandangkan adzan shubuh. Kemudian Al Adni turun dan shalat sunnah fajar lantas
membaca dengan qira`ah sabah bersama anak-anak, baru kemudian shalat shubuh
bersama penduduk. Lantas ia duduk kembali mambaca Al Qur`an hingga matahari terbit,
dan dilanjutkan mengajari anak-anak menulis, dan membaca Al Qur`an ilmu tajwidanya,
menyimak, mendidik dan membimbing hingga sampai waktu Ashar.
Buka Toko dari Ashar Hingga Maghrib
Setelah itu, Al Adni kembali memenuhi bak wudhu lalu membuka tokonya, dimana ia
menjual beras, madu, cabai, minyak dan barang barang kebutuhan lainnya hingga
menjelang Maghrib. Lantas Al Adni mengumandangan adzan. Setelah shalat maghrib
berjamaah ia duduk untuk membaca dengan qir`an sabah sampai waktu Isya. Setelah itu
ia melaksanakan shalat witir hingga tidak ada sama sekali orang yang tersisa di masjid ia
pun tidur. Kemudian sebelum waktu sahur dan kembali mengisi bak air seperti sebelumnya.
Aktifitas harian Al Adni terus rutin dilakukan, tidak memandang musim panas atau musim
dingin, hingga suatau saat istrinya menyampaikan,Wahai tuanku tidakkah engkau
beristirahat meski hanya satu malam saja? Maka Al Adni pun menjawab,Kita tidak berada
di dunia ini untuk hal itu.
Suatu saat Al Adni pernah mengatakan,Sesungguhnya bumi tidak akan memakan jasad
yang tumbuh dari makanan halal. Para fuqaha pun mengingkarinya, mereka mengatakan
bahwa hal itu khusus kepada para nabi dan syahada. Namun ketika ayah Imam Asy Syarani
yang merupakan anak dari Al Adni wafat dan dimakamkan di dekat sang ayah, makam sang
ayah pun ikut terbuka dan para penduduk menyaksikan jasad Al Adni masih utuh meski
telah dikubur selama 21 tahun. Dan penggali kubur pun memanggil para fuqaha yang
mengingkari Syeikh Al Adni ketika masih hidup. Setelah mereka menyaksikan peristiwa itu,
mereka pun beristghfar. (Thabaqat Al Kubra li As Syarani, 2/201-205)

Inilah yang Dilakukan Ulama Besar saat Bertemu Guru Ngajinya Waktu Kecil
IMAM SYAMSUDDIN AD DIMYATHI adalah ulama shalih dari Mesir yang mensyarah Al Minhaj
An Nawawi yang wafat 921 H.
Meski seorang ulama besar di zamannya, namun Imam Syamsuddin Ad Dimyathi sangat
tawadhu bagi siapa saja yang telah mengajarinya di waktu kecil.
Dimana suatu saat Imam Syamsuddin Ad Dimyathi bersama muridnya, Imam Abdul Wahhab
Asy Syarani, melakukan perjalanan, namun sang guru segera turun dari kendaraan lalu
mencium tangan seorang yang buta yang sedang dituntun anak perempuannya.
Lalu Imam Syamsuddin mengatakan kepada muridnya,Ia telah membacakan kepadaku Al
Qur`an dua hizb waktu aku masih kecil. Aku tidak mampu melawatinya sedangkan aku
menunggangi kendaraan. (Thabaqat Al Kubra, 2/ 323)

Anda mungkin juga menyukai