Anda di halaman 1dari 7

Kisah Inspiratif Anak yang Berbakti Kepada Orang Tua

Kisah Inspiratif 1
Seorang anak usia SMP selalu datang terlambat ke sekolah. Jika datang ke sekolah pun, ia selalu
berkeringat dan pakaiannya lusuh. Ia memang berasal dari keluarga tidak mampu dan hanya
memiliki seorang ibu sebagai keluarganya.

Teman-teman sekelasnya seringkali memarahinya, karena peraturan yang ada di kelas itu adalah,
pelajaran baru bisa dimulai setelah seluruh siswa duduk di tempatnya, kecuali jika sudah melakukan
izin sebelumnya.

Seorang guru pun akhirnya bertanya padanya, apa yang sebenarnya terjadi pada anak itu. Mengapa
ia selalu datang terlambat ke sekolah?

Anak itu menjawab “Ketika pagi hari, aku selalu pergi ke pasar untuk menjadi kuli angkut barang
untuk mendapatkan uang. Uang tersebut aku gunakan untuk membeli sarapan untukku dan ibuku”.

Sang guru pun terkejut, kenapa anak seusia SMP bekerja begitu keras di pagi hari hanya untuk
sarapan? Kemanakah orang tuanya?

“Ibuku adalah seorang yang buta dan tidak dapat bekerja. Jadi aku bekerja untuknya sejak lulus
sekolah dasar setelah ayahku meninggal” Ucapnya jujur.

Guru itu pun begitu terenyuh dengan penuturan anak itu. Betapa berbaktinya dia kepada ibunya
padahal dia masih belum dewasa. Sang guru akhirnya memberikan beasiswa kepada anak itu, belum
lagi ia diminta untuk bekerja di sekolah saja sebagai petugas perpustakaan daripada dia harus
bekerja di pasar.

Kisah Inspiratif 2
Seorang mahasiswa memasuki ruang kelas untuk belajar. Namun ada pemandangan aneh yang
menyertainya, ternyata ia membawa serta ayahnya ke dalam ruang kelas. Ketika sang dosen
menanyakan dia menjawab bahwa ayahnya sedang sakit stroke dan ia tidak tega meninggalkannya
sendirian dirumah.

Ibunya bekerja di pasar sebagai tukang parkir dan dia juga akan membantu ibunya untuk berjualan
minuman botol ketika ia sudah selesai berkuliah. Selain dosen, teman-temannya pun sangat kagum
padanya karena ketulusannya dalam berbakti kepada orang tuanya.

Mereka Pun mengizinkan si mahasiswa untuk membawa ayahnya berkuliah bahkan beberapa dari
mereka ikut membantu mahasiswa tersebut untuk memberikan makan dan membantunya naik turun
tangga.

Kisah Inspiratif 3
Kisah ini adalah kisah si penjual tempe, sebut saja namanya Hasan. Hasan memiliki keluarga kecil
sederhana yang tinggal di kota. Sedangkan ibunya tinggal di pedesaan yang jaraknya adalah 2 hari
perjalanan menggunakan sepeda. Sesekali, Hasan mengunjungi ibunya meskipun melalui perjalanan
yang jauh.

Suatu kali, Hasan mendapat kabar bahwa ibunya sedang sakit. Hasan Pun mencari cara agar ia tetap
bisa bekerja mencari nafkah untuk anak dan istrinya, sekaligus merawat ibunya yang sedang sakit.
Akhirnya, Hasan memilih untuk berjualan tempe yang dibuat dari rumahnya di kota, namun dijual
di pasar desa tempat ibunya tinggal.
Ia akan membuat tempe mentah dari rumah kemudian bersepeda selama 2 hari ke desa ibunya.
Maka, ketika sampai di desa ibunya, tempenya sudah matang dan siap dijual. Ia pun menjalani
harinya dengan senang hati sambil merawat ibunya.

Suatu hari, tempe yang dibawanya dari kota tidak kunjung matang bahkan sesampainya ia di pasar
desa, tempe itu masih belum matang. Ia Pun bersedih dan sang ibu berkata, “Tidak apa-apa. Rezeki
sudah diatur oleh Allah. Ibu akan berdoa untukmu”.

Tiba-tiba, datang seseorang dengan mobil mewah ke rumahnya. Ternyata itu adalah orang kaya
yang hendak pergi keluar negeri dan membutuhkan tempe yang belum matang untuk dibawa.

Ternyata, Allah menjawab doa ibu Hasan dan memberinya rezeki hari itu. Ingatlah bahwa di setiap
kesuksesan anak, artinya satu do’a ibunya telah diijabah oleh Allah SWT.
7 Kisah Kepatuhan Ulama Terdahulu kepada Orang Tua

1. Ali bin Hassan biasa tidak makan bersama orang tuanya. Ketika dia
ditanya mengapa hal itu dilakukan, lantas ia menjawab:  
ٌ
‫ فإذا أكلتها بخست حقهما‬،‫لقمة أطيب ممّا بين يديها وهما يتمنيان ذلك‬ ّ‫ربما يكون بين يدي‬ "Mungkin di
tanganku ini ada sepotong makanan yang lebih baik dari yang ada di
suapanku dan mereka (orang tua) berharap itu. Jika saya memakannya,
maka saya merendahkan hak mereka."

2. Muhammad bin Sirin, biasa merendahkan suaranya saat berbicara kepada


ibunya. Dan dia berbicara seolah-olah seperti menjadi orang yang sedang
mendengar. Sehingga siapa pun yang melihatnya, maka akan menganggap
Muhammad bin Sirin sedang sakit. 

3. Iyas bin Muawiyah, menangis saat ibunya wafat. Saat ditanya mengapa
menangis, dia menjawab: 

‫ وأغلق أحدهما‬،‫" كان لي بابان مفتوحان إلى الجنة‬Aku punya dua pintu yang terbuka untuk
ke Surga, dan salah satunya tertutup."

4. Said bin Sufyan Ats-Tsauri selalu tanggap saat dipanggil oleh sang ayah
dan langsung menemuinya. Dia mengatakan: 

‫ وأجبته‬U‫ وإذا دعاني وأنا أصلي في صالة غير مكتوبة قطعتها‬،‫ما جفوت أبي قط‬ "Jika ayahku
memanggil, dan aku sedang sholat, maka aku potong sholatku, untuk
menjawab panggilan ayahku."

5. Abdullah bin Umar melihat seorang pria sedang mengelilingi Ka'bah sambil
menggendong ibunya. Pria itu berkata, "Wahai Ibnu Umar, apakah kamu
meminta pekerjaan seperti ini kepada ibuku?" Lantas dijawab Ibnu Umar,
"Tidak, tidak dengan satu kesempatan, tetapi kamu melakukannya dengan
baik, dan Allah SWT akan memberimu hadiah lebih banyak."

6. Abu Hurairah biasa berdiri di depan pintu ketika dia ingin meninggalkan
rumah. Lalu berkata, "Keselamatan dan rahmat Allah SWT menyertaimu
wahai ibu."

Abu Hurairah juga mengatakan kepada ibunya, "Semoga Allah SWT


mengasihanimu, ibu, sebagaimana engkau membesarkanku di masa kecil."

7. Jafar berkata bahwa suatu kali dia mendengar Urwah bin Zubair (anak dari
Asma binti Abu Bakar) berdoa dalam sujudnya dan berkata: 

‫ بن العوام وألسماء بنت أبي بكر‬U‫" اللهم أغفر للزبير‬Ya Allah, ampuni Zubair bin Awwam dan
Asma binti Abu Bakar."
Kisah Nabi Sulaiman dan Anak yang Berbakti kepada Orang Tua
Dikisahkan dalam kitab Irsyadul Ibad (hal. 155-156) pernah suatu ketika Nabi Sulaiman ‘alaihi
salam mendapatkan perintah dari Allah ta’ala untuk pergi ke tepi laut (pantai)—di sana akan
menemukan suatu hal yang luar biasa.   Setelah mendengar perintah tersebut, Nabi Sulaiman ‘alaihi
salam berangkat menuju pantai beserta rombongannya, yang terdiri dari golongan manusia dan jin.  
Sesampainya di pantai, Nabi Sulaiman melihat ke kanan dan ke kiri mencari tau apa yang terjadi di
sekitarnya, teringat perintah Allah bahwasanya ia akan menemukan suatu hal yang luar biasa.  
Beliau terus mencari tahu, menengokkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, namun apa yang beliau
lakukan belum bisa menjawab rasa penasaran yang ada dalam pikiranya.   “Menyelamlah ke dalam
laut, lalu katakan kepadaku apa yang kamu lihat di dalam sana,” pinta Nabi Sulaiman kepada Jin
Ifrit   Lalu Ifrit pun menyelam ke dalam laut, mencari tau apa yang terjadi di dalamnya. Beberapa
waktu kemudian Ifrit muncul kedasar laut dan menghadap kepada Nabi Sulaiman.   “Wahai Nabi
Allah sesungguhnya saya sudah menyelam ke dalam laut yang sangat dalam, saya mencari tahu apa
yang terjadi ke sana dan kemari, namun saya tidak menemukan apa pun di dalam sana.” ucap Ifrit
memberi informasi kepada Nabi Sulaiman.   “Menyelamlah ke dalam laut, lalu datanglah kepadaku
serta beri tau apa yang sebenarnya terjadi” pinta Nabi Sulaiman kepada Ifrit yang lain untuk yang
kedua kalinya.   Menyelamlah Ifrit dan selang beberapa waktu Ifrit pun muncul dan menghadap
kepada Nabi Sulaiman. Apa yang dikatakan Ifrit ini sama seperti perkatakann Ifrit yang pertama
tadi.   Masih belum puas dengan apa yang dikatakan Ifrit, Nabi Sulaiman memerintahkan Asif
Barkhiya untuk berdoa kepada Allah agar memberi tahu apa yang terjadi di dalam laut. Asif
Barkhiya adalah menteri Nabi Sulaiman yang disebut di dalam Al-Qur’an pada Surat An-Naml ayat
40. Dia juga seorang waliyullah yang doanya diijabah oleh Allah.   “Beritahu kepadaku apa yang
terjadi di dalam laut sana?” pinta Nabi Sulaiman kepada Asif Barkhiya.   Asif pun berdoa kepada
Allah untuk menunjukan apa yang terjadi. Setelah Asif Barkhiya berdoa, tiba-tiba datang sebuah
benda berbentuk kubah yang mempunyai empat pintu. Satu pintu terbuat dari batu intan, satu pintu
terbuat dari batu yaqut, satu lagi terbuat dari batu intan putih, dan satunya lagi tebuat dari batu
aquamarine (zamrud) hijau.   Semua pintu itu terbuka dan tidak ada satu tetes air pun yang masuk
ke dalamnya, padahal benda tersebut berada di dalam laut yang sangat dalam sama seperti tiga kali
perjalanan menyelamnya Ifrit yang pertama.   Lalu, benda yang berbentuk kubah tersebut
diserahkan kepada Nabi Sulaiman ‘alaihi sallam. Tiba-tiba, di dalamnya terdapat seorang laki-laki
yang tampan, memakai baju yang serbaputih, dan bersih badannya.   Pemuda itu sedang melakukan
shalat, lalu Nabi Sulaiman masuk ke dalamnya dan memberikan salam kepada pemuda itu. Pemuda
itu pun mempercepat shalatnya dan menjawab salam Nabi Sulaiman.   “Sebab apa kau bisa berada
di dasar laut ini?” tanya Nabi Sulaiman mengawali pembicaraan.   “Wahai nabiyallah,
sesungguhnya bapak saya adalah seorang laki-laki yang lumpuh dan ibu saya adalah seorang wanita
yang buta. Saya merawat keduanya selama tujuh puluh tahun. Saya merawat keduanya dengan
penuh kasih sayang. Ketika ajal menjemput ibu saya, dan berdoa kepada Allah ‘Ya Allah,
panjangkanlah umur anakku dalam keadaan selalu takwa kepada-Mu’ dan ketika ayah saya wafat
dia berdoa kepada Allah ‘Ya Allah, tempatkanlah anakku ini di tempat yang tidak ditemukan oleh
setan’,” cerita pemuda itu kepada Nabi Sulaiman.   Sejenak keduanya terdiam. “Setelah saya
memakamkan kedua orang tua saya, saya berjalan-jalan ke tepi pantai untuk menghilangkan
kesediahan saya. Lalu saya melihat kubah yang bercahaya, kubah tersebut sangat indah, saya masuk
ke dalamnya untuk melihat keindahan kubah tersebut. Lalu datanglah malikat dari beberapa
malaikat. Malaikat tadi membawa kubah tersebut ke dalam laut, sedangkan saya berada di
dalamnya” ucap pemuda itu melanjutkan ceritanya.   “Pada zaman siapa kamu mendatangi pantai?”
tanya Nabi Sulaiman penuh penasaran.   “Pada zaman Nabi Ibrahim ‘alaihi sallam,” jawab pemuda
itu.   Sejenak Nabi Sulaiman terdiam, mengingat kembali sejarah. Begitu terkejutnya Nabi Sulaiman
ketika mengetahui bahwa jarak zamannya dengan zaman Nabi Ibrahim itu adalah dua ribu empat
ratus tahun. Begitu panjangnya umur pemuda dan yang anehnya lagi tidak dijumpai satu helai
rambutnya yang beruban.   “Lalu, bagaimana kamu bisa mendapatkan makan dan minun?” tanya
Nabi Sulaiman.   “Wahai nabiyallah, setiap hari datang kepadaku seekor burung yang
membawakanku makanan sebesar kepala manusia. saya memakanya, saya merasakan kenikmatan
yang belum pernah saya rasakan di dunia, setelah saya memakannya, saya tidak lagi merasakan
lapar, haus, gerah, dingin, tidur, kantuk dan sifat-sifat yang dirasakn oleh manusia pada umumnya
serta saya juga tidak merasakan kesepian,” jawab pemuda itu kepada Nabi Sulaiman.   “Maukah
kamu ikut denganku di kerajaanku atau kamu ingin kembali kepada tempatmu?” Nabi Sulaiman
memberikan penawaran kepada pemuda itu.   “Wahai nabiyallah, tolong kembalikan aku ke tempat
semula,” pinta pemuda itu kepada Nabi Sulaiman.   Lalu Nabi Sulaiman memerintahkan Asif
Barkhiya untuk mengembalikan pemuda itu ke tempat semula, saat itu juga pemuda itu hilang dari
pandangan Nabi Sulaiman dan rombongan.   Dari kisah tersebut kita bisa mengambil hikmah
bahwasanya doa orang tua itu sangatlah mustajab dan tidak bisa diragukan lagi. Dari Anas bin
Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,   ‫ك‬ َّ ‫ت يُ ْستَ َجابُ لَه َُّن الَ َش‬
ٍ ‫ث َد َع َوا‬ُ َ‫ثَال‬
ْ ْ ْ ْ
ِ ُ‫ فِي ِه َّن َد ْع َوةُ ال َمظل‬    “Tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi,
‫وم َو َد ْع َوةُ ال ُم َسافِ ِر َو َد ْع َوةُ ال َوالِ ِد لِ َولَ ِد ِه‬
yaitu doa orang yang dizalimi, doa orang yang bepergian (safar), dan doa orang tua pada anaknya,”
(HR Ibnu Majah).   Oleh karena itu, kita sebagai anak seharusnya berbakti kepada orang tua.
Minimal dengan tidak membuatnya sakit hati, atau syukur-syukur bisa membuat mereka bangga,
serta merawatnya dengan kasih sayang, dan masih banyak lagi hal yang bisa dilakukan. Jangan
sampai kita menyakiti hati mereka dan selalu mengharapkan ridha dari orang tua.   Dari Abdullah
bin ‘Amru radhiallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:   ‫ضى‬ َ ‫ِر‬
‫ َو َسخَ طُ الرَّبِّ فِي َسخَ ِط ْال َوالِ ِد‬،‫ضى ال َوالِ ِد‬ ‫ر‬
َ ِ ِ ‫ي‬ ‫ف‬ ‫ر‬
ِّ‫َّب‬ ‫ال‬   “Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka
Allah tergantung pada murka orang tua” (HR. Hakin, ath-Thabrani)

Sumber: https://islam.nu.or.id/hikmah/kisah-nabi-sulaiman-dan-anak-yang-berbakti-kepada-orang-
tua-oTWM7

Kisah Uwais Al-Qarni


Ibu merupakan seseorang yang memiliki tempat  sangat mulia dalam Islam. Oleh sebab itu
setiap anak diwajibkan berbakti kepada orang tuanya. Seorang anak tidak boleh
membentak orang tua, apalagi durhaka kepadanya. Jika seorang anak durhaka kepada
orang tuanya terutama ibu, maka Allah akan melaknat orang tersebut sampai dia meminta
maaf kepada ibunya dan bertaubat kepada Allah.

Berbakti kepada orang tua telah diajarkan dan dicontohkan oleh umat islam terdahulu.
Bahkan ketika seseorang berbakti kepada kedua orang tuanya, berarti telah berbakti pula
kepada Allah dan Rasulnya.

Berbicara tentang memuliakan ibu, mari kita semua belajar kepada salah seorang sahabat
Nabi. Pemuda ini tidak pernah berjumpa dengan nabi. Pemuda ini merupakan seorang
pemuda miskin yang tinggal di pinggiran Yaman, namanya ialah Uwais Al-Qarni.

Uwais Al-Qarni merupakan seorang pemuda yang tidak terkenal, miskin, dan memiliki
penyakit kulit. Tak ada orang yang mengenalnya bahkan namanya pun tak pernah dikenal.
Namun ia merupakan pemuda yang  pernah disebut oleh Rasulullah SAW sebagai pemuda
yang sangat dicintai oleh Allah dan terkenal di langit.

Sebab kecintaan Allah kepadanya yaitu  dikarenakan ia patuh dan menghormati ibunya
yang sakit lumpuh. Suatu waktu, Uwais meminta izin kepada sang ibu untuk pergi ke
Madinah dalam rangka untuk melepaskan kerinduannnya kepada Rasulullah. Sang ibu
memberinya izin untuk pergi, namun dengan syarat agar setelah berjumpa Rasulullah ia
cepat pulang kembali karena ibunya yang sakit-sakitan.

Setelah melakukan perjalanan yang sangat panjang, Uwais tidak mendapati Rasulullah di
rumahnya karena sedang memimpin peperangan. Meski kerindunya amat besar terhadap
Rasulullah, Uwais lekas pulang demi ibunya. Ia hanya menitip pesan kepada Siti Aisyah ra.

Kemudian pada kesempatan yang lain, sang ibu meminta Uwais untuk mengantarkannya
pergi haji. Uwais tidak mau menolak walaupun mereka merupakan keluarga yang miskin,
dengan sekuat tenaga ia menggendong ibunya yang lumpuh itu untuk berziarah ke
Baitullah.

Meski belum pernah berjumpa dengan Nabi, Rasulullah seperti sudah mengenal betul
pemuda miskin itu. Ia memuji Uwais dengan mengatakan kepada para Sahabat yang lain,
“Suatu ketika, apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya. Dia
adalah penghuni langit, bukan orang bumi,” (HR. Ahmad).

Karena bakti yang tulus dan ikhlas kepada ibundanya, membuat nama Uwais Al-Qarni
terkenal di langit, meski di bumi ia bukan siapa-siapa

Dahulu kala ketika ia masih duduk dibangku sekolah dasar, anis sering sekali
membantu kedua orang tuanya, bahkan ia mau berjualan es teh manis dan
koran di kereta untuk bisa menutupi kebutuhan sekolahnya. Anis sangat penurut
dan mau melakukan semua kebajikan. Ia tak lupa mendirikan sholat 5 waktu
sehari semalam. Anis merupakan figur anak yang sabar, ia bertekad suatu
waktu ia bisa memberangkatkan kedua orang tuanya pergi haji ke tanah suci.
Sejak duduk di bangku SD, Anis merupakan anak laki-laki yang tidak bisa
tinggal diam, ia selalu membantu kedua orang tuanya dan saudara-saudaranya.
Ia juga memiliki cita-cita untuk bisa memiliki sebuah warung kelontong kelak ia
sudah dewasa nanti.Ia  memang anak yang sangat pandai namun  karena
keterbatasan keuangan orang tuanya, ia hanya bisa lulus sampai bangku
sekolah menengah tingkat atas, namun ia sadar itu memang kehendak Tuhan
dan ia pun menyadari akan keterbatasan orang tuanya, akhirnya iapun berusaha
sekuat tenang untuk bisa membahagiakan orang tuanya.
Sampai pada suatu ketika, ia berhasil meraih sebuah posisi yang sangat bagus
disebuah perusahaan, ia pun tidak mau menjadi orang yang sombong, sebab ia
pun tahu keberhasilannya yang sudah ia peroleh adalah sebagian besar karena
doa dari kedua orang tuanya, dan pada akhirnya iapun bisa memberangkatkan
haji kedua orang tuanya dan merasakan sangat bersyukur karena ia bisa
menjadi anak yang berbakti kepada orang tuanya.
Hikmah dari cerita anak islami singkat ini adalah janganlah kau sia-siakan orang
tua, jika saat ini mereka masih hidup, pelihara, jaga dan rawatlah mereka, sebab
merekalah yang merawat kita semenjak kita kecil.
semoga membantu
jadikan yg terbaik

Anda mungkin juga menyukai