Anda di halaman 1dari 12

Series Parenting Ala Nabi

Rasulullah ada teladan terbaik untuk umat


manusia dalam segala aspek. Muamalah dengan
sesama manusia, bagaimana berinteraksi
dengan alam sekitar, bahkan Rasulullah adalah
manusia teladan bagaimana ia berinteraksi
dengan anak-anak. Namun di ebook ini hanya
akan dibahas sekelumit dari indahnya akhlaq
rasulullah saat berinteraksi dengan anak,
sehingga anak bisa terikat dan mempunyai kesan
yang amat dalam kepada kita sebagai orangtua
saat kita menerapkannya

1. Bermain dan Bercanda pada anak

Salah satu cara yang sangat jitu untuk


menumbuhkan keakraban dan
Kedekatan dengan anak adalah
Bermain dan bercanda bersama.
Demikian juga akan membawa
perasaanhangat dalam hatinya.
Inilah salah satu wujud kasih
sayang yang akan melancarkan
komunikasi dan mempererat
hubungan batin antara anak dan
orang tua.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam teladan kita

1
di dalam mendidik juga melakukan hal itu. Beliau
suka bercanda dan tertawa bersama anak-anak,
terkadang berlari, menggendong, terkadang
beliau menirukan kebiasaan ataupun perbuatan
mereka. Demikian juga beliau berbaur bersama
mereka. Demikianlah yang Nabi lakukan dalam
mendekati mereka supaya tercipta kedekatan
dan keakraban.
Nabi juga menanamkan perasaan tulus ke
dalam jiwa anak-anak itu. Jauh dari sifat kering,
kasar, keras, arogan dan mengabaikan hak-hak
mereka. Itulah yang selayaknya kita tiru.
Ada perkataan sebagian orang tua “Jangan
dilembuti nanti dia ngelunjak,” katanya. Sehingga
ini menghalangi sebagian orang tua untuk
bersikap lembut dan halus kepada anak-anak. Ini
adalah asumsi yang salah dari Sebagian orang
tua. Kalaulah seperti itu Nabi tidak akan
memperlakukan anak-anak
dengan halus dan lembut. Terkadang
karena kadangkalan ilmu kita
menganggap itulah yang benar.
Tapi sebenarnya tidak seperti itu. Kita
Akan dapat menumbuhkan empati
dalam hatinya terhadap sesama
dengan menanamkan kehalusan

2
dan kelembutan dalam hatinya. Anak yang biasa
diperlakukan kasar, dia akan menjadi orang yang
kasar. Itu akan muncul nanti di kemudian hari. Itu
akan menjadi tabiat dasarnya. Ibnul Qayyim
berkata bahwa anak akan tumbuh dari kebiasaan
yang diberikan oleh pendidiknya.

Potret Nabi Bermain dan Bercanda Bersama


Anak-anak
Jabir Radhiyallahu ‘Anhu menceritakan: “Kami
pernah berada bersama Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam ketika kami diundang
menghadiri jamuan makan. Ternyata Husain
sedang bermain dengan anak-anak lainnya.
Maka Rasulullah berlari dengan cepat mendekati
Husain lalu berdiri di antara anak-anak tersebut.
Tampak beliau merendahkan
tangan dan punggungnya berlari
ke sana kemari. Husain dan
kawan- Kawannya tertawa
gembira melihat apa yang
Dilakukan oleh Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, sampai-
sampai beliau mengangkat Husain
dan meletakkan tangannya pada
dagunya dan tangan lainnya di antara

3
telinga dan kepalanya. Kemudian beliau
merangkul Husain dan menciumnya serai berkata:
“Husain berasal dariku dan aku berasal darinya.
Allah akan mencintai siapa saja yang
mencintainya. Hasan dan Husain adalah cucuku.”
Demikian momen-momen dimana Nabi
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berbaur bersama
anak-anak dan ikut dalam permainan dan
kegembiraan mereka.
Al-Bara’ bin Azib berkata: “Aku melihat
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
menggendong Hasan pada bahunya, lalu berkata:
“Ya Allah aku mencintainya, maka cintailah dia.”
(HR. Muslim)
Anas bin Malik juga pernah bercerita bahwa
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah
seorang yang paling luhur akhlaknya. Ketika itu
aku memiliki adik kecil yang baru
berusia dua tahun, dipanggil
Abu Umair. Setiap kali beliau
datang kepada kami beliau
bertanya sambil bercanda: ‘Wahai
Abu Umair, sedang apa burung nughair
itu?’ Adikku biasa bermain dengan burung
tersebut.”

4
Ini salah satu cara untuk menumbuhkan
kehalusan dan kelembutan dalam hati anak. Yaitu
mereka dibolehkan untuk memelihara hewan
peliharaan seperti kucing, kelinci, burung. Ini untuk
menumbuhkan empati antara sesama makhluk.

2. Memotivasi Anak

Untuk melakukan atau menyelesaikan sesuatu,


terkadang anak penuh keraguan atau tak
bersemangat. Mereka butuh suntikan motivasi
dan dukungan dari orang lain, terutama orangtua.
Penting bagi ayah dan bunda untuk selalu
menanamkan motivasi agar anak-anak
bisa menyelesaikan tanggung jawab atau
melakukan sesuatu dengan baik. Rasulullah
mencontohkan untuk memberi apresiasi
melalui pujian. Bisa juga mengarahkan
kepada hal-hal baik dengan kalimat
positif penuh kelembutan.
Coba renungkan salah satu cerita yang
Diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud,
“ Dulu ketika aku berumur menjelang akil
baligh aku menggembalakan kambing milik
Uqbah bin Abu Mu’aith, lalu Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam beserta Abu Bakar
datang yang ketika itu sedang dalam pelarian

5
dari orang-orang musyrik. Mereka berdua lalu
berkata: “ Wahai bocah, apakah kamu
mempunyai susu untuk kami minum?” Aku
menjawab, “ Sesungguhnya aku adalah orang
yang dapat dipercaya dan aku bukan orang yang
memberi minuman kepada kalian berdua.” Lalu
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata lagi: “
Apakah kamu mempunyai anak hewan yang
belum pernah dikawini oleh pejantan?” Aku
menjawab, “ Ya, aku punya.”
Lantas aku pun memberikan kambing tersebut
kepada mereka berdua. Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam kemudian mengikat anak
hewan tersebut lalu mengusap-usap
susunya dan berdo’a, tiba-tiba susunya
menjadi banyak. Kemudian Abu Bakar
membawanya ke sebuah batu besar
dan memerahnya di sana. Rasulullah, Abu
Bakar dan aku lalu meminum susu kambing
itu, setelah itu beliau berkata kepada susu
hewan itu: ‘Menyusutlah! ‘Maka susu hewan
Itu pun menyusut. Setelah itu aku
mendatangi beliau dan berkata, ‘Ajarkanlah
aku tentang ini.’ ’ Lalu beliau berkata
kepadaku: ‘Sesungguhnya kamu adalah

6
anak yang cerdas.’ Ibnu Mas’ud berkata, “ Akupun
mendengar tujuh puluh surat dari mulut beliau
dan tidak ada seorangpun yang menyelisihinya.”
(HR. Ahmad)
Pujian Rasulullah kepada Ibnu Mas’ud sekaligus
menjadi doa untuknya. Pujian Rasul diberikan
kepada Ibnu Mas’ud adalah karena ia menjadi
penjaga ternak yang amanah dan memiliki rasa
ingin tahu yang tinggi dengan bertanya kepada
Rasulullah. Begitu juga dengan kita saat menjadi
orang tua. Kata-kata yang baik dan pujian adalah
pendorong bagi diri anak sekaligus menjadi
doa baginya di masa depan

3. Memanggil dengan panggilan sayang


Panggilan sayang menjadi salah
satu perilaku yang selalu diterapkan
Rasulullah. Sebagai umatnya, tak
salah jika perilaku tersebut diterapkan
juga dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam hadits dijelaskan panggilan
sayang Rasulullah ditujukan pada
istrinya Aisyah RA. Berikut haditsnya,
Dari Aisyah RA istri Nabi SAW, ia berkata,
"Orang-orang Habasyah masuk masjid
dan menunjukkan

7
atraksi permainan, lalu Rasulullah SAW. bersabda
kepadaku, 'Wahai Humaira,' apakah engkau mau
melihat mereka?" Aisyah menjawab, "Iya." Maka
Nabi SAW berdiri di depan pintu, lalu aku datang
dan aku letakkan daguku pada pundak Rasulullah
SAW dan aku tempelkan wajahku pada pipi beliau.
Lalu ia mengatakan, "Di antara perkataan mereka
tatkala itu adalah, Abul Qasim lakukanlah
kebaikan kepada kami." Lalu Rasulullah SAW
mengatakan, "Apakah sudah cukup wahai
Aisyah?." Ia menjawab, "Jangan terburu-buru
wahai Rasulullah." Maka beliau pun tetap berdiri,
Lalu Nabi SAW mengulangi pertanyaannya,
"Apakah sudah cukup wahai Aisyah?" Namun
Aisyah tetap menjawab, "Jangan
terburu-buru wahai Rasulullah SAW." Aisyah
mengatakan, "Sebenarnya bukan karena aku
senang melihat permainan mereka, tetapi aku
hanya ingin memperlihatkan kepada para wanita
bagaimana kedudukan Nabi SAW terhadapku dan
kedudukanku terhadapnya." (HR An Nasa'i).
Pada praktiknya, panggilan sayang tidak hanya
ditujukan pada pasangan. Namun bisa juga
diterapkan pada anak dari orang tua. Orang tua
jangan memanggil anak dengan panggilan

8
sia-sia yang tanpa harapan dan makna.
Panggilan sesungguhnya adalah doa, seperti
yang dicontohkan dalam kisah ibunya Imam
Sudais saat marah.
Coba perhatikan kata-kata ibunda dari syaikh
Sudais, saat marah melihat anaknya menaburkan
pasir pada jamuan makanan untuk para tamu,
"Pergi sana ke Masjidil Harom. Jadi imam di sana."
Hasilnya, Imam Sudais memimpin Masjidil Haram
di usia 24 tahun. Harapan serupa bisa dikatakan
orang tua pada anaknya dalam berbagai
kesempatan, termasuk saat marah.
Panggilan sayang juga bisa berlaku sebaliknya,
pada anak untuk orang tua. Dalam Surat Yusuf,
Nabi Yusuf AS memanggil ayahnya dengan yaa
abati seperti dijelaskan dalam QS Yusuf ayat 4.
(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada
ayahnya: "Wahai ayahku (yā abati),
sesungguhnya aku bermimpi melihat
sebelas bintang, matahari dan bulan;
kulihat semuanya sujud kepadaku."
Panggilan serupa ditujukan Nabi Ismail AS
pada ayahnya Nabi Ibrahim AS dan
sebaliknya, seperti dijelaskan dalam
QS As Saffat ayat 102

9
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur
sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim,
Ibrahim berkata: "Hai anakku (ya bunayya)
sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa
aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa
pendapatmu." Ia menjawab: "Hai bapakku (ya
abati), kerjakanlah apa yang diperintahkan
kepadamu; insya Allah kamu akan
mendapatiku termasuk orang-orang
yang sabar."
Semoga semua muslim selalu diberi
kelapangan dan kesabaran hati untuk
menyebut orang-orang terdekatnya
dengan panggilan sayang, meski dalam
keadaan marah dan sedih.

Bersambung...

10
Referensi

1. Prophetic Parenting, DR Muhammad Nur Abdul


Hafizh Suwaid
2. Islamic Parenting, Syaikh Jamal Abdurrahman
3. https://www.radiorodja.com
4. https://bincangmuslimah.com
5. https://www.detik.com

11

Anda mungkin juga menyukai