Anda di halaman 1dari 31

ORGANISASI OTONOM MUHAMMADIYAH

Organisasi Otonom Muhammadiyah adalah : organisasi yang ada dalam


muhammadiyah dan diberikan hak untuk mengatur organisasinya sendiri.

Muhammadiyah memiliki 7 ortonom


1. AISYIYAH

Aisyiyah didirikan di Yogyakarta pada 27 Rajab 1335 H bertepatan dengan 19


Mei 1917 oleh Nyai Ahmad Dahlan.
Aisyiyah adalah perkumpulan ibu-ibu muhammadiyah,.Aisyiyah memiliki lambang
organisasi yang hamper sama dengan muhammadiyah yaitu 12 belas sinar
kuning. Perbedaannya adalah pada tulisan Arab ditengah lambing yang berbunyi
Aisyiyah

2. Pemuda Muhammadiyah

Organisasi pemuda muhammadiyah berdiri pada tanggal 26 Dzulhijjah 1350 H


bertepatan dengan tanggal 2 Mei 1932 di Yogyakarta.
Organisasi pemuda muhammadiyah adalah perkumpulan anak-anak muda muda
muhammadiyah. Lambang Pemuda Muhammadiyah adalah setangkai kuncup
bunga melati dengan dua daun diatas pita dengan bertuliskan sebuah semboyan
berbahasa arab “ Fastabiqul Khairat”, yang artinya mari berlomba-lomba dalam
kebaikan.
3. Nasyiyatul Aisyiyah

Organisasi Nasyiyatul Aisyiyah berdiri pada tanggal 28 Dzulqo’dah 1349 H yang


bertepatan dengan tanggal 16 Mei 1913 M di Yogyakarta.
Nasyiyatul Aisyiyah adalah perkumpulan perempuan muda atau putri-putri
Muhammadiyah.
Lambang Nasyiyatul Aisyiyah adalah seuntai padi yang berisi 12 butir dengan 4
helai daun hijau yang ditegakkan diatas pita dengan semboyan “ Al-birru
manittaqa” yang artinya kebajikan itu adalah bagi orang-orang yang bertaqwa.

4. Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM)

Organisasi Ikatan Pelajar Muhammadiyah berdiri pada tanggal 18 Juli 1961 di


Surakarta.
IPM adalah perkumpulan para pelajar Muhammadiyah.
Lambang IPM adalah segi lima memanjang berbentuk pena dengan 12 sinar.
Dibagian tengah atas pena terdapat matahari dan Al-qur’an atau buku yang
terbuka melambangkan aqidah islam serta keilmuan.
5. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) adalah perkumpulan Mahasiswa Islam


yang beraqidah Islam bersumber Al-Qur’an dan As-Sunah. IMM didirikan pada
tanggal 29 Syawal 1384 H bertepatan dengan tanggal 14 Maret 1964 M di
Yogyakarta.
Lambang IMM adalah perisai berbentuk pena bermakna ilmu dan iman. pada
gambar kuncup melati bertuliskan Fastabiqul Khairat yang artinya berlomba-
lomba dalam kebaikan.

6. Tapak Suci Putra Muhammadiyah

Organisasi ini memiliki nama lengkap Tapak Suci Putera Muhammadiyah.Tapak


suci adalah organisasi bela diri muhammadiyah. Didirikan pada tanggal 31 Juli
1963 di Yogyakarta.
Lambang Tapak suci adalah sinar matahari ditengahnya lingkaran berwarna biru
dengan gambar bunga mawar merah dan dua kelopak daun hijau,sebelas bunga
melati dan tangan kanan merapat berwarna putih
7. Hizbul Wathan

HW didirikan pertama kali di Yogyakarta pada 1336 H (1918 M) atas prakarsa KH


Ahmad Dahlan, yang merupakan pendiri Muhammadiyah. Hizbul Wathan adalah
perkumpulan kepanduan Muhammadiyah. Organisasi kepanduan ini terdapat di
sekolah dan masyarakat.
Lambang HW adalah sinar matahari dengan logo HW dan kuncup melati.
2. AISYIYAH

2. Pemuda Muhammadiyah
3. Nasyiyatul Aisyiyah

4. Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM)


5. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah

6. Tapak Suci Putra Muhammadiyah


7. Hizbul Wathan
AVERROUS SANI

6-A
KISAH TELADAN KHULAFAUR RASYIDIN

Khulafaur Rasyidin atau yang disebut dengan Khalifah Ar-Rasyidin merupakan 4 orang
pemimpin / khalifah pertama dalam agama islam yang meneruskan kepemimpinan
selepas wafatnya Nabi Muhammad SAW. Nama-nama 4 orang khulafaur Rasyidin itu
antara lain Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi
Thalib.

1.Kisah Teladan Khalifah Abu Bakar ash-Shidiq

Kerendahan Hati Abu Bakar ash-Shiddiq


Suatu hari Umar mengamati Abu Bakar Ash-Shiddiq di waktu fajar. Sesuatu telah
menarik perhatian Umar. Saat Abu Bakar pergi ke pinggiran kota Madinah setelah
shalat Subuh, Abu Bakar mendatangi sebuah gubuk kecil untuk beberapa saat, lalu dia
pulang kembali ke rumahnya. Umar tidak mengetahui apa yang ada di dalam gubuk itu
dan apa yang dilakukan oleh Abu Bakar di sana. Umar mengetahui seluruh kebaikan
yang dilakukan oleh Abu Bakar, kecuali rahasia urusan gubuk itu.
Hari-hari terus berjalan. Abu Bakar Ash-Shidiq tetap mengunjungi gubuk kecil di
pinggiran kota itu. Umar tetap belum mengetahui apa yang dilakukan oleh Abu Bakar di
sana. Sampai akhirnya Umar memutuskan untuk masuk ke dalam gubuk itu sesaat
setelah Abu Bakar meninggalkannya. Umar ingin melihat apa yang ada di dalam gubuk
itu dengan matanya sendiri. Dia ingin mengetahui apa yang dilakukan oleh sahabatnya
disitu.
Manakala Umar masuk ke dalam gubuk kecil itu, Umar mendapatkan seorang nenek
tua yang lemah tanpa bisa bergerak. Nenek itu juga buta kedua matanya. Tidak ada
sesuatu pun di dalam gubuk kecil itu. Umar tercengang dengan yang dilihatnya. Dia
ingin mengetahui ada hubungan apa nenek tua ini dengan Abu Bakar radhiallahu’anhu.
Umar bertanya, “Apa yang dilakukan laki-laki itu (Abu Bakar) di sini?”. Nenek tua itu
menjawab, “Demi Allah, aku tidak mengenalnya, wahai anakku. Setiap pagi dia datang,
membersihkan rumahku ini dan menyapunya. Dia menyiapkan makan untukku.
Kemudian dia pergi tanpa berbicara apapun denganku.” Umar menekuk kedua lututnya,
kedua matanya basah oleh air mata. Kemudian ia mengucapkan kalimatnya yang
masyhur, “Wahai Abu Bakar, sungguh engkau telah membuat lelah para khalifah
sesudahmu.” (maksudnya, khalifah berikutnya sesudah kekhalifahan Abu Bakar harus
bekerja lebih keras agar mampu menandingi kualitas kekhalifahan Abu Bakar).

Abu Bakar ash-Shiddiq, Si Pemerah Susu


Ada seorang lelaki yang selalu membantu memerah susu dan memasak gandum di
perkampungan Madinah. Laki-laki itu datang ke rumah-rumah para janda tua untuk
membantu memerah susu kambing atau unta. Ia juga membantu anak-anak yatim
memasak gandum menjadi roti. Sejak Abu Bakar ash-Shiddiq menjadi khalifah, laki-laki
itu tidak pernah datang lagi.
Abu Bakar ash-Shiddiq adalah sahabat Rasulullah. Ia memeluk agama Islam sejak
Rasulullah mendakwahkan agama itu di Mekah. Sebagai seorang saudagar kaya, harta
Abu Bakar banyak digunakan untuk perjuangan Islam. Ia membeli budak-budak yang
disiksa majikannya karena ketahuan memeluk agama Islam. Budak-budak yang dibeli
itu lalu dimerdekakan. Saat Rasulullah hijrah ke Madinah, Abu Bakar mengikuti beliau.
Kemudian Abu Bakar menjadi khalifah sejak Rasulullah wafat.
Suatu hari ada seorang gadis kecil membawa wadah untuk menampung susu kambing.
Ia mengeluh karena pekerjaan itu terlalu berat baginya.
“Orang yang selalu membantu memerah susu itu tidak datang lagi, ya Ummi!” katanya.
“ Kalau dia datang, dia akan membantu kita memerah susu.”
“Sudahlah, kita kerjakan sendiri saja,” kata ibu anak itu.
Tak lama kemudian, tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu rumah itu.
“Assalamu’alaikum!” orang itu mengucapkan salam.
“Waalaikumsalam!” seru gadis kecil itu seraya berlari ke pintu rumahnya.
Si gadis kecil membuka pintu. Ia melihat laki-laki pemerah susu itu berdiri di depan
rumahnya. Laki-laki pemerah susu itulah yang mengucapkan salam.
“Mari kuperahkan susu kambingmu, Nak,” kata laki-laki itu.
Si gadis kecil melonjak gembira. Pemerah susu itu datang lagi untuk memerahkan susu
kambingnya.
“Ummi! Pemerah susu itu datang lagi!” seru gadis kecil itu. Ibunya bergegas keluar. Ia
terkejut melihat pemerah susu itu.
“Celaka kau, anakku!” serunya. “Kau tidak tahu siapa tamu ini?”
“Dia pemerah susu yang selalu membantu kita, Ummi!”
“Dia orang yang mulia, anakku. Dialah Khalifah Abu Bakar!”
Memang benar, orang itu adalah Khalifah Abu Bakar. Dialah kepala negara dan
pemimpin umat Islam. Dialah yang dulu selalu memerah susu dan memasak gandum
untuk membantu para janda tua dan anak yatim.
“Ya Amirul Mukminin,” kata ibu anak itu. “Maafkan anak perempuanku. Dia tidak tahu
siapa engkau,”
“Tidak apa-apa, kata Khalifah Abu Bakar seraya tersenyum. “Anak itu telah
menggambarkan aku dan amalku yang paling disukai Allah,”
Gadis kecil itu ketakutan. Pemerah susu yang selalu membantunya itu sekarang
menjadi khalifah.
“ Mari Nak, kuperahkan susu kambingmu!” kata Khalifah Abu Bakar.
Khalifah Abu Bakar benar-benar memerahkan susu kambing di rumah itu. Lalu ia pergi
ke rumah lainnya untuk memerah susu juga. Ia juga pergi ke rumah-rumah anak yatim
untuk memasakkan gandum.
Khalifah Abu Bakar selalu melakukan itu meskipun dia telah menjadi kepala negara dan
pemimpin umat Islam.

2.Kisah Teladan Khalifah Umar bin Khattab

Khalifah Umar Dan Gadis Jujur


Khalifah Umar bin Khattab sering melakukan ronda malam sendirian. Sepanjang malam
ia memeriksa keadaan rakyatnya langsung dari dekat. Ketika melewati sebuah gubuk,
Khalifah Umar merasa curiga melihat lampu yang masih menyala. Di dalamnya
terdengar suara orang berbisik-bisik.
Khalifah Umar menghentikan langkahnya. Ia penasaran ingin tahu apa yang sedang
mereka bicarakan. Dari balik bilik Khalifah umar mengintipnya. Tampaklah seorang ibu
dan anak perempuannya sedang sibuk mewadahi susu.
"Bu, kita hanya mendapat beberapa kaleng hari ini," kata anak perempuan itu.
"Mungkin karena musim kemarau, air susu kambing kita jadi sedikit."
"Benar anakku," kata ibunya.
"Tapi jika padang rumput mulai menghijau lagi pasti kambing-kambing kita akan gemuk.
Kita bisa memerah susu sangat banyak," harap anaknya.
"Hmmm... sejak ayahmu meninggal penghasilan kita sangat menurun. Bahkan dari hari
ke hari rasanya semakin berat saja. Aku khawatir kita akan kelaparan," kata ibunya.
Anak perempuan itu terdiam. Tangannya sibuk membereskan kaleng-kaleng yang
sudah terisi susu.
"Nak," bisik ibunya seraya mendekat. "Kita campur saja susu itu dengan air. Supaya
penghasilan kita cepat bertambah."
Anak perempuan itu tercengang. Ditatapnya wajah ibu yang keriput. Ah, wajah itu
begitu lelah dan letih menghadapi tekanan hidup yang amat berat. Ada rasa sayang
yang begitu besar di hatinya. Namun, ia segera menolak keinginan ibunya.
"Tidak, bu!" katanya cepat.
"Khalifah melarang keras semua penjual susu mencampur susu dengan air." Ia teringat
sanksi yang akan dijatuhkan kepada siapa saja yang berbuat curang kepada pembeli.
"Ah! Kenapa kau dengarkan Khalifah itu? Setiap hari kita selalu miskin dan tidak akan
berubah kalau tidak melakukan sesuatu," gerutu ibunya kesal.
"Ibu, hanya karena kita ingin mendapat keuntungan yang besar, lalu kita berlaku curang
pada pembeli?"
"Tapi, tidak akan ada yang tahu kita mencampur susu dengan air! Tengah malam begini
tak ada yang berani keluar. Khalifah Umar pun tidak akan tahu perbuatan kita," kata
ibunya tetap memaksa.
"Ayolah, Nak, mumpung tengah malam. Tak ada yang melihat kita!"
"Bu, meskipun tidak ada seorang pun yang melihat dan mengetahui kita mencampur
susu dengan air, tapi Allah tetap melihat. Allah pasti mengetahui segala perbuatan kita
serapi apa pun kita menyembunyikannya, "tegas anak itu. Ibunya hanya menarik nafas
panjang.
Sungguh kecewa hatinya mendengar anaknya tak mau menuruti suruhannya. Namun,
jauh di lubuk hatinya ia begitu kagum akan kejujuran anaknya.
"Aku tidak mau melakukan ketidakjujuran pada waktu ramai maupun sunyi. Aku yakin
Allah tetap selalu mengawasi apa yang kita lakukan setiap saat,"kata anak itu.
Tanpa berkata apa-apa, ibunya pergi ke kamar. Sedangkan anak perempuannya
menyelesaikan pekerjaannya hingga beres.
Di luar bilik, Khalifah Umar tersenyum kagum akan kejujuran anak perempuan itu.
"Sudah sepantasnya ia mendapatkan hadiah!" gumam khalifah Umar. Khalifah Umar
beranjak meninggalkan gubuk itu. Kemudian ia cepat-cepat pulang ke rumahnya.
Keesokan paginya, khalifah Umar memanggil putranya, Ashim bin Umar.
Diceritakannya tentang gadis jujur penjual susu itu.
"Anakku, menikahlah dengan gadis itu. Ayah menyukai kejujurannya, " kata khalifah
Umar.
"Di zaman sekarang, jarang sekali kita jumpai gadis jujur seperti dia. Ia bukan takut
pada manusia. Tapi takut pada Allah yang Maha Melihat."
Ashim bin Umar menyetujuinya.
Beberapa hari kemudian Ashim melamar gadis itu. Betapa terkejut ibu dan anak
perempuan itu dengan kedatangan putra khalifah. Mereka mengkhawatirkan akan
ditangkap karena suatu kesalahan.
"Tuan, saya dan anak saya tidak pernah melakukan kecurangan dalam menjual susu.
Tuan jangan tangkap kami," sahut ibu tua ketakutan.
Putra khalifah hanya tersenyum. Lalu mengutarakan maksud kedatangannya hendak
menyunting anak gadisnya.
"Bagaimana mungkin?
Tuan adalah seorang putra khalifah, tidak selayaknya menikahi gadis miskin seperti
anakku," kata ibu itu dengan perasaan ragu.
"Khalifah adalah orang yang tidak membedakan manusia. Sebab, hanya ketaqwaanlah
yang meninggikan derajat seseorang disisi Allah," kata Ashim sambil tersenyum.
"Ya. Aku lihat anakmu sangat jujur," kata Khalifah Umar.
Anak gadis itu saling berpandangan dengan ibunya.
Bagaimana khalifah tahu? Bukankah selama ini ia belum pernah mengenal mereka.
"Setiap malam aku suka berkeliling memeriksa rakyatku. Malam itu aku mendengar
pembicaraan kalian." jelas khalifah Umar.
Ibu itu bahagia sekali. Khalifah Umar ternyata sangat bijaksana. Menilai seseorang
bukan dari kekayaan tapi dari kejujurannya.
Sesudah Ashim menikah dengan gadis itu, kehidupan mereka sangat bahagia.

Umar bin Khattab, Khalifah yang Memanggul Beras


Umar bin Khattab adalah salah satu sahabat Rasulullah yang istimewa. Bahkan,
Keistimewaan beliau sudah terlihat sejak sebelum masuk Islam. Beliau adalah orang
yang diharapkan keislamannya oleh Rasulullah.
Sebelum menjadi Islam, Umar adalah tokoh Quraisy yang sangat membenci Rasulullah.
Umar menjadi kekuatan utama orang-orang Quraisy. Hingga Rasulullah berdoa, “Ya
Allah, jadikan Islam ini kuat dengan masuknya Islam satu dengan kedua orang ini.
Umar bin Khattab dan Amr bin Hisham.”
Doa Rasulullah dikabulkan Allah. Umar bin Khattab masuk Islam. Setelah itu, Umar bin
Khattab selalu mendampingi Rasulullah melawan musuh-musuh Islam. Hingga saatnya,
beliau diangkat menjadi khalifah kedua, setelah Abu Bakar ash-Shiddiq.
Sebagai khalifah, Umar bin Khattab sangat memperhatikan kehidupan rakyatnya. Salah
satunya adalah kisah tentang Umar bin Khattab yang memanggul karung beras.
Suatu malam, Umar bin Khattab berjalan-jalan untuk melihat keadaan rakyatnya.
Bersama sahabatnya, Aslam, Khalifah Umar menuju suatu kampung terpencil.
Kampung itu berada di tengah-tengah gurun yang sepi.
Tiba-tiba, Umar mendengar suara tangis seorang anak. Tangisan yang berkepanjangan
itu datang dari sebuah kemah yang sudah rombeng. Umar bin Khattab dan Aslam
bergegas mendekati kemah itu umtuk melihat kondisi penghuninya.
Setelah dekat, Umar melihat seorang perempuan tua tengah menjerangkan panci di
atas tungku api. Asap mengepul dari panci itu. Sementara si ibu terus saja mengaduk-
aduk isi panci dengan sebuah sendok kayu yang panjang.
“Assalamu’alaikum,” Umar memberi salam.
“Wa’alaikumussalam,” jawab sang wanita.
“Bolehkah kami mendekat?” Tanya Umar lagi.
“Silahkan!” jawab wanita itu. Dia tak mengenali orang yang datang kepadanya adalah
Khalifah Umar.
“Kenapa anak-anak itu menangis?” Umar menanyakan keadaan anak-anak si wanita.
“Mereka kelaparan. Mereka tidak mendapatkan makanan sehari ini,” jawabnya.
“Apa yang engkau masak di atas api itu?” Umar bertanya lagi.
“Kau lihatlah sendiri,” jawab wanita itu jelas.
Seketika, Umar bin Khattab terkejut. Ternyata wanita itu memasak batu.
“Engkau memasak batu, wahai ibu?” Tanya Khalifah Umar.
“Aku memasak batu, untuk menenangkan anak-anakku hingga mereka tertidur karena
kelelahan menangis. Inilah kejahatan Khalifah Umar bin Khattab. Ia tidak mau melihat
apakah kebutuhan rakyatnya sudah terpenuhi atau belum. Sungguh Umar bin Khattab
tidak pantas jadi pemimpin.”

Ucapan wanita itu sangat menyentak hatinya. Umar pun segera keluar sambil menahan
tangisnya.
Umar bin Khattab segera berlari pulang. Beliau langsung menuju gudang tempat
penyimpanan gandum. Dikeluarkannya sekarung gandum dan satu ember daging. Lalu
beliau berkata kepada Aslam, “Wahai Aslam, naikkan karung ini ke atas pundakku.”
“Tidak. Biar aku saja yang membawanya untukmu, wahai Amirul Mukminin,” kata Aslam.
“Tidak. Apakah engkau mau memikul dosaku kelak di hari kiamat?” kata Umar dengan
tegas.
Aslam tak kuasa menolak permintaan Umar. Dia lalu mengangkat karung itu ke atas
pundak Umar. Umar bergegas berjalan mendatangi kembali tempat wanita itu, sambil
memanggul sekarung gandum.
Sesampai di tenda, Umar segera meletakkan karung gandum. Beliau lalu memasak
gandumdan daging untuk sang wanita dan anak-anaknya tersebut.
“Bawa kesini piring-piring kalian!” kata Umar kepada sang wanita.
Umar lalu menuangkan makanan ke dalam piring-piring itu dan menghidangkannya
kepada anak-anak wanita itu seraya berkata, “Makanlah!”
Anak-anak itu langsung memakannya. Mereka sangat menikmati makanan yang
dihidangkan Umar bin Khattab hingga merasa kenyang.
Wanita itu pun sangat berterimakasih kepada Umar. Dia berdoa agar Allah member
ganjaran
setimpal kepadanya.
Sebelum pergi, Umar berpesan kepada wanita tersebut untuk datang ke kota, menemui
khalifah.
“Datanglah menemui Khalifah Umar bin Khattab, karena dia akan membagikan
santunan.”
Keesokan harinya, wanita itu pergi ke Madinah. Ketika wanita tersebut bertemu dengan
Khalifah Umar, betapa terkejutnya dia. Ternyata orang yang memanggul dan memasak
gandum tadi malam adalah Khalifah Umar bin Khattab.

3.Kisah Teladan Khalifah Utsman bin Affan

Kedermawanan Ustman bin Affan

Utsman bin Affan memang sangat kaya. Beliau memiliki kekayaan ternak lebih banyak
dari orang Arab lainnya. Namun hartanya tidak digunakan untuk bermewah-mewah.
Sebaliknya, harta kekayaannya digunakan untuk kepentingan umat Islam.
Saat menjelang Perang Tabuk, Utsman bin Affan pernah menyumbangkan seribu dinar.
Beliau juga pernah membeli sebuah sumur bernama “Rumah”, lalu menyedekahkannya

kepada kaum muslimin. Dan beliau pernah menyumbang sembilan unta yang penuh
dengan perbekalan kepada Nabi Muhammad Saw. dan pasukannya ketika mereka
kesulitan dalam peperangan. Hingga Rasulullah pun mendoakan Utsman, “Ya Allah,
berilah Utsman. Ya Allah, berbuat baiklah terhadap Utsman.”
Pada masa Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq, Madinah mengalami masa paceklik. Hujan
cukup lama tidak turun. Pepohonan layu tanpa buah. Bahan makanan sangat langka.
Sebagian orang mulai kelaparan. Orang-orang lalu mendatangi Khalifah Abu Bakar
untuk mengadukan nasib mereka.
“Wahai Khalifah penerus risalah Rasulullah, langit tidak menurunkan hujan, bumi tidak
menumbuhkan bahan makanan, manusia sedang menuju kebinasaan. Jalan keluar apa
yang engkau berikan?” kata mereka.
Khalifah Abu Bakar menjawab, “Tenanglah bersabarlah dan kembalilah kalian ke rumah
masing-masing. Insyaallah, kafilah dagang Utsman bin Affan akan datang dari Syam
dan besok sampai di Madinah.
Keesokan harinya, kafulah dagang Utsman bin Affan benar-benar sampai Madinah.
Kafilah itu terdiri dari seribu unta yang membawa bahan makanan yang melimpah ruah.
Semuanya langsung ditata di dalam gudang milik Utsman bin Affan.
Penduduk Madinah menyambutnya dengan hati gembira. Para pedagang dan
tengkulak langsung menyerbu Utsman.
“Apa yang kalian inginkan?” tanya Utsman.
“Juallah barang daganganmukepada kami. Orang-orang sangat memerlukannya,”
jawab seorang pedagang.
“Dengan senang hati. Berapa keuntungan yang akan kau berikan kepadaku?” tanya
Utsman.
“Dua atau tiga dirham,” jawab para pedagang.
“Bisakah kalian menambahnya?” Utsman menawar.
“Baik, empat dirham, bagaimana?” jawab mereka.
“Bisakah ditambah lagi?”
“Lima dirham!”
“Ah masih kurang, bisa ditambah lagi?” desak Utsman bin Affan.
“Di Madinah ini tidak ada pedagang selain kami. Dan kamilah orang yang pertama
datang kepadamu, tak ada yang mendahului kami. Siapa yang akan memberikan
keuntungan yang lebih besar dari kami?” kata seorang pedagang dengan nada marah.
Utsman menjawab dengan tenang. “Allah Swt. memberiku keuntungan sepuluh dirham
untuk setiap satu dirham. Apakah kalian berani lebih dari sepuluh dirham?”
“Tidak!!!” jawab para pedagang spontan.
“Kalau begitu, saksikanlah, aku bersaksi kepada Allah bahwa aku meyedekahkan
semua barang dagangan dan makanan yang aku bawa dari Syam kepada seluruh fakir
miskin dan penduduk Madinah yang membutuhkan. Ini semua aku sedekahkan karena
Allah semata,” ucap Utsman mantap.
Ya, Utsman bin Affan menolak menjual barang dagangannya kepada pedagang. Beliau
lebih suka menyedekahkannya kepada kaum muslimin. Beliau lebih mencintai apa yang
dijanjikan Allah daripada keuntungan duniawi.

Utsman bin Affan, Saudagar yang Dermawan


Utsman bin Affan adalah sahabat Rasulullah yang istimewa. Beliau tergolong orang
yang pertama masuk Islam, dan sahabat yang dijamin masuk jannah. Beliau menjadi
khalifah ketiga, menggantikan Amirul Mukminin Umar bin Khattab. Beliau juga dikenal
sebagai seorang yang kaya raya, namun sangat dermawan.
Utsman bin Affan terkenal dengan kedermawanannya. Beliau gemar bersedekah.
Membantu kaum muslimin yang membutuhkan. Juga membantu perjuangan dan
dakwah Rasulullah Saw. Keislaman Utsman bin Affan menjadi berkah bagi umat Islam
masa itu.
Tahun kesembilan hijriah, Rasulullah dan kaum muslimin bersiap menghadapi perang
Tabuk. Perang Tabuk adalah perang kaum muslimin melawan pasukan Romawi. Waktu
itu, pasukan Romawi dikabarkan bersiap menyerang kaum muslimin. Maka Rasulullah
pun menyiapkan pasukannya.
Rasulullah membutuhkan berbagai perlengkapan, perbekalan, dan orang-orang untuk
menjadi prajurit. Tetapi, ternyata kaum muslimin kekurangan perbekalan. Banyak orang
yang ingin ikut berperang, tetapi ditolak oleh Rasulullah karena kekurangan perbekalan.
Mereka pun terpaksa kembali dengan mata yang berlinang. Sedih tak bisa ikut
berjuang.
Pada saat itulah, Rasulullah naik ke atas mimbar. Beliau menganjurkan umat Islam
untuk mengerahkan segala kemampuan mereka dan menjanjikan mereka dengan
balasan yang besar.
Mengetahui kaum muslimin dalam kesulitan, segera Utsman berdiri dan berkata kepada
Rasulullah, “Aku akan memberikan 100 unta lengkap dengan bekalnya, ya Rasulullah!”
Kemudian Rasulullah turun satu anak tangga dari mimbarnya. Beliau terus mengajak
umat Islam untuk menyumbangkan apa yang mereka punya. Maka, untuk kedua kalinya
Utsman berdiri dan berkata, “Aku akan memberikan 100 unta lagi, lengkap dengan
bekalnya, ya Rasulullah!”
Wajah Rasulullah menjadi cerah. Beliau turun satu anak tangga lagi dari mimbar, dan
terus menyerukan umat Islam untuk mengerahkan segala yang mereka miliki. Utsman
berdiri lagi untuk ketiga kalinya dan berkata, “Aku akan memberikan 100 unta lagi
lengkap dengan bekalnya, ya Rasulullah!”
Rasulullah pun menunjuk kearah Utsman, sambil tersenyum gembira. Beliau bersabda,
“Utsman setelah hari ini tidak akan pernah kesulitan!”

Dan sebelum Rasulullah Saw. turun dari mimbarnya, Utsman berlari pulang ke rumah.
Ia segera mengirimkan semua unta yang dijanjikannya ditambah dengan 1000 dinar
emas.
Utsman segara meletakkan uang emas dipangkuan Rasulullah. Rasulullah
menerimanya, seraya bersabda, “Semoga Allah Swt. akan mengampunimu, ya Utsman,
atas sedekah yang kau berikan secara terang-terangan maupun sembunyi. Semoga
Allah juga akan mengampuni segala sesuatu yang ada pada dirimu, dan apa yang telah
Ia ciptakan hingga terjadinya hari kiamat.”
Utsman bin Affan selalu peduli dengan kesulitan orang lain tanpa mengharapkan
imbalan apa-apa kecuali ridha Allah swt.

4.Kisah Teladan Khalifah Ali bin Abu Thalib

Ali bin Abu Thalib dan Orang Yahudi

Pada masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abu Thalib, beliau pernah kehilangan baju
besinya yang terjatuh dari kuda miliknya. Setelah dicari kemana-mana, ternyata baju
besi itu sudah berada di tangan seorang yahudi. Akan tetapi, setelah diminta, orang
yahudi itu tetap mempertahankan baju besi tersebut dan mengakuinya sebagai miliknya
sendiri. Meski Ali bin Abu Thalib pada saat itu sebagai orang nomor satu kaum
muslimin, namun tidak begitu saja mengambil paksa baju besi miliknya yang hilang.
Beliau disitu sebagai penuntut dan disuruh menyiapkan 2 orang saksi. Hakim pun
menyuruhnya demikian.
Akhirnya beliaupun menyiapkan 2 orang saksi yaitu seorang pembantunya dan
Hasan, anaknya sendiri. Akan tetapi hakim hanya dapat menerima kesaksian dari
pembantu Ali, dan tidak dapat menerima kesaksian dari Hasan karena adanya
hubungan dekat dengan Khalifah Ali r.a, yaitu antara anak dengan orang tua.
Maka, hakim akhirnya memutuskan bahwa orang yahudi tersebut memenangkan
perkara tersebut. Dan Khalifah Ali r.a pun menerima dengan lapang dada apa yang
telah menjadi keputusan dari hakim tersebut.
Dalam kasus tersebut, apa yang dilakukan oleh hakim dan Khalifah Ali r.a sebagai
pemimpin negara menunjukkan betapa mulianya ajaran Islam dalam masalah hukum
dan keadilan. Dalam Islam, keadilan tidak boleh memandang hubungan kekerabatan
maupun agama. Begitu juga dengan Allah SWT, Dia akan menghukum siapa saja tanpa
pandang bulu, seandainya orang tersebut memang benar-benar bersalah. Allah SWT
tidak memandang pangkat, rupa dan status sosial seseorang, tetapi Allah SWT melihat
seseorang itu dari bagaimana perbuatan yang telah dilakukan selama hidup di dunia.
Seiring berjalannya waktu, pada akhirnya orang yahudi tersebut mengakui bahwa
baju besi itu memang kepunyaan Khalifah Ali bin Abi Thalib yang ditemukannya di jalan.

Setelah melapor kepada Sang Khalifah, baju besi tersebut akhirnya dikembalikan
sekaligus orang yahudi tersebut menyatakan diri masuk Islam.

Ali bin Abi Thalib, Khalifah yang Mencintai Ukhuwwah


Tidak ada khalifah yang paling mencintai ukhuwwah, ketika orang berusaha
menghancurkannya, seperti Ali bin Abi Thalib. Baru saja dia memegang tampuk
pemerintahan, beberapa orang tokoh sahabat melakukan pemberontakan. Dua orang di
antara pemimpin Muhajirin meminta izin untuk melakukan umrah. Ternyata mereka
kemudian bergabung dengan pasukan pembangkang. Walaupun menurut hukum Islam
pembangkang harus diperangi, Ali memilih pendekatan persuasif. Dia mengirim
beberapa orang utusan untuk menyadarkan mereka. Beberapa pucuk surat dikirimkan.
Namun, seluruh upaya ini gagal. Jumlah pasukan pemberontak semakin membengkak.
Mereka bergerak menuju Basra.
Dengan hati yang berat, Ali menghimpun pasukan. Ketika dia sampai di perbatasan
Basra, di satu tempat yang bernama Alzawiyah, dia turun dari kuda. Dia melakukan
shalat empat rakaat. Usai shalat, dia merebahkan pipinya ke atas tanah dan air
matanya mengalir membasahi tanah di bawahnya. Kemudian dia mengangkat tangan
dan berdoa: “Ya Allah, yang memelihara langit dan apa-apa yang dinaunginya, yang
memelihara bumi dan apa-apa yang ditumbuhkannya. Wahai Tuhan pemilik ‘arasy nan
agung. Inilah Basra. Aku mohon kepada-Mu kebaikan kota ini. Aku berlindung kepada-
Mu dari kejahatannya. Ya Allah, masukkanlah aku ke tempat masuk yang baik, karena
Engkaulah sebaik-baiknya yang menempatkan orang. Ya Allah, mereka telah
membangkang aku, menentang aku dan memutuskan bay’ah-ku. Ya Allah, peliharalah
darah kaum Muslim.”
Ketika kedua pasukan sudah mendekat, untuk terakhir kalinya Ali mengirim Abdullah
bin Abbas menemui pemimpin pasukan pembangkang, mengajak bersatu kembali dan
tidak menumpahkan darah. Ketika usaha ini pun gagal, Ali berbicara di hadapan
sahabat-sahabatnya, sambil mengangkat Al-Qur’an di tangan kanannya: “Siapa di
antara kalian yang mau membawa mushaf ini ke tengah-tengah musuh. Sampaikanlah
pesan perdamaian atas nama Al-Qur’an. Jika tangannya terpotong peganglah Al-Qur’an
ini dengan tangan yang lain. Jika tangan itu pun terpotong, gigitlah dengan gigi-giginya
sampai dia terbunuh.”
Seorang pemuda Kufah bangkit menawarkan dirinya. Karena melihat usianya terlalu
muda, mula-mula Ali tidak menghiraukannya. Lalu dia menawarkannya kepada
sahabat-sahabatnya yang lain. Namun, tak seorang pun menjawab. Akhirnya Ali
menyerahkan Al-Qur’an kepada anak muda itu, “Bawalah Al-Qur’an ini ke tengah-
tengah mereka. Katakan Al-Qur’an berada di tengah-tengah kita. Demi Allah, janganlah
kalian menumpahkan darah kami dan darah kalian.”
Tanpa rasa gentar dan penuh dengan keberanian, pemuda itu berdiri di depan
pasukan Aisyah. Dia mengangkat Al-Qur’an dengan kedua tangannya, mengajak

mereka untuk memelihara ukhuwwah. Teriakannya tidak didengar. Dia disambut


dengan tebasan pedang. Tangan kanannya terputus. Dia mengambil mushaf dengan
tangan kirinya, sambil tidak henti-hentinya menyerukan pesan perdamaian. Untuk
kedua kalinya tangannya ditebas. Dia mengambil Al-Quran dengan gigi-giginya,
sementara tubuhnya sudah bersimbah darah. Sorot matanya masih menyerukan
perdamaian dan mengajak mereka untuk memelihara darah kaum Muslim. Akhirnya
orang pun menebas lehernya.
Pejuang perdamaian ini rubuh. Orang-orang membawanya ke hadapan Ali bin Abi
Thalib. Ali mengucapkan do’a untuknya, sementara air matanya deras membasahi
wajahnya. “Sampai juga saatnya kita harus memerangi mereka. Tetapi aku nasihatkan
kepada kalian, janganlah kalian memulai menyerang mereka. Jika kalian berhasil
mengalahkan mereka, janganlah mengganggu orang yang terluka, dan janganlah
mengejar orang yang lari. Jangan membuka aurat mereka. Jangan merusak tubuh
orang yang terbunuh. Bila kalian mencapai perkampungan mereka janganlah membuka
yang tertutup, jangan memasuki rumah tanpa izin, janganlah mengambil harta mereka
sedikit pun. Jangan menyakiti perempuan walaupun mereka mencemoohkan kamu.
Jangan mengecam pemimpin mereka dan orang-orang saleh di antara mereka.”
Sejarah kemudian mencatat kemenangan di pihak Ali. Seperti yang dipesankannya,
pasukan Ali berusaha menyembuhkan luka ukhuwwah yang sudah retak. Ali sendiri
memberikan ampunan massal. Sejarah juga mencatat bahwa tidak lama setelah
kemenangan ini, pembangkang-pembangkang yang lain muncul. Mu’awiyah
mengerahkan pasukan untuk memerangi Ali. Ketika mereka terdesak dan kekalahan
sudah di ambang pintu, mereka mengangkat Al-Qur’an, memohon perdamaian. Ali,
yang sangat mencintai ukhuwwah, menghentikan peperangan. Seperti kita ketahui
bersama, Ali dikhianati. Karena kecewa, segolongan dari pengikut Ali memisahkan diri.
Golongan ini, kelak terkenal sebagai Khawarij, berubah menjadi penentang Ali. Seperti
biasa, Ali mengirimkan utusan untuk mengajak mereka berdamai. Seperti biasa pula,
upaya tersebut gagal.

KISAH TELADAN KHULAFAUR RASYIDIN

Khulafaur Rasyidin atau yang disebut dengan Khalifah Ar-Rasyidin merupakan 4 orang
pemimpin / khalifah pertama dalam agama islam yang meneruskan kepemimpinan
selepas wafatnya Nabi Muhammad SAW. Nama-nama 4 orang khulafaur Rasyidin itu
antara lain Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi
Thalib
.
1.Kisah Teladan Khalifah Abu Bakar ash-Shidiq
Kerendahan Hati Abu Bakar ash-Shiddiq
Suatu hari Umar mengamati Abu Bakar Ash-Shiddiq di waktu fajar. Sesuatu telah
menarik perhatian Umar. Saat Abu Bakar pergi ke pinggiran kota Madinah setelah
shalat Subuh, Abu Bakar mendatangi sebuah gubuk kecil untuk beberapa saat, lalu dia
pulang kembali ke rumahnya. Umar tidak mengetahui apa yang ada di dalam gubuk itu
dan apa yang dilakukan oleh Abu Bakar di sana. Umar mengetahui seluruh kebaikan
yang dilakukan oleh Abu Bakar, kecuali rahasia urusan gubuk itu.
Hari-hari terus berjalan. Abu Bakar Ash-Shidiq tetap mengunjungi gubuk kecil di
pinggiran kota itu. Umar tetap belum mengetahui apa yang dilakukan oleh Abu Bakar di
sana. Sampai akhirnya Umar memutuskan untuk masuk ke dalam gubuk itu sesaat
setelah Abu Bakar meninggalkannya. Umar ingin melihat apa yang ada di dalam gubuk
itu dengan matanya sendiri. Dia ingin mengetahui apa yang dilakukan oleh sahabatnya
disitu.
Manakala Umar masuk ke dalam gubuk kecil itu, Umar mendapatkan seorang nenek
tua yang lemah tanpa bisa bergerak. Nenek itu juga buta kedua matanya. Tidak ada
sesuatu pun di dalam gubuk kecil itu. Umar tercengang dengan yang dilihatnya. Dia
ingin mengetahui ada hubungan apa nenek tua ini dengan Abu Bakar radhiallahu’anhu.
Umar bertanya, “Apa yang dilakukan laki-laki itu (Abu Bakar) di sini?”. Nenek tua itu
menjawab, “Demi Allah, aku tidak mengenalnya, wahai anakku. Setiap pagi dia datang,
membersihkan rumahku ini dan menyapunya. Dia menyiapkan makan untukku.
Kemudian dia pergi tanpa berbicara apapun denganku.” Umar menekuk kedua lututnya,
kedua matanya basah oleh air mata. Kemudian ia mengucapkan kalimatnya yang
masyhur, “Wahai Abu Bakar, sungguh engkau telah membuat lelah para khalifah
sesudahmu.” (maksudnya, khalifah berikutnya sesudah kekhalifahan Abu Bakar harus
bekerja lebih keras agar mampu menandingi kualitas kekhalifahan Abu Bakar).

2.Kisah Teladan Khalifah Umar bin Khattab

Umar bin Khattab, Khalifah yang Memanggul Beras

Umar bin Khattab adalah salah satu sahabat Rasulullah yang istimewa. Bahkan,
Keistimewaan beliau sudah terlihat sejak sebelum masuk Islam.

Beliau adalah orang yang diharapkan keislamannya oleh Rasulullah.


Sebelum menjadi Islam, Umar adalah tokoh Quraisy yang sangat membenci Rasulullah.
Umar menjadi kekuatan utama orang-orang Quraisy. Hingga Rasulullah berdoa, “Ya
Allah, jadikan Islam ini kuat dengan masuknya Islam satu dengan kedua orang ini.
Umar bin Khattab dan Amr bin Hisham.”
Doa Rasulullah dikabulkan Allah. Umar bin Khattab masuk Islam. Setelah itu, Umar bin
Khattab selalu mendampingi Rasulullah melawan musuh-musuh Islam. Hingga saatnya,
beliau diangkat menjadi khalifah kedua, setelah Abu Bakar ash-Shiddiq.
Sebagai khalifah, Umar bin Khattab sangat memperhatikan kehidupan rakyatnya. Salah
satunya adalah kisah tentang Umar bin Khattab yang memanggul karung beras.
Suatu malam, Umar bin Khattab berjalan-jalan untuk melihat keadaan rakyatnya.
Bersama sahabatnya, Aslam, Khalifah Umar menuju suatu kampung terpencil.
Kampung itu berada di tengah-tengah gurun yang sepi.
Tiba-tiba, Umar mendengar suara tangis seorang anak. Tangisan yang berkepanjangan
itu datang dari sebuah kemah yang sudah rombeng. Umar bin Khattab dan Aslam
bergegas mendekati kemah itu umtuk melihat kondisi penghuninya.
Setelah dekat, Umar melihat seorang perempuan tua tengah menjerangkan panci di
atas tungku api. Asap mengepul dari panci itu. Sementara si ibu terus saja mengaduk-
aduk isi panci dengan sebuah sendok kayu yang panjang.
“Assalamu’alaikum,” Umar memberi salam.
“Wa’alaikumussalam,” jawab sang wanita.
“Bolehkah kami mendekat?” Tanya Umar lagi.
“Silahkan!” jawab wanita itu. Dia tak mengenali orang yang datang kepadanya adalah
Khalifah Umar.
“Kenapa anak-anak itu menangis?” Umar menanyakan keadaan anak-anak si wanita.
“Mereka kelaparan. Mereka tidak mendapatkan makanan sehari ini,” jawabnya.
“Apa yang engkau masak di atas api itu?” Umar bertanya lagi.
“Kau lihatlah sendiri,” jawab wanita itu jelas.
Seketika, Umar bin Khattab terkejut. Ternyata wanita itu memasak batu.
“Engkau memasak batu, wahai ibu?” Tanya Khalifah Umar.
“Aku memasak batu, untuk menenangkan anak-anakku hingga mereka tertidur karena
kelelahan menangis. Inilah kejahatan Khalifah Umar bin Khattab. Ia tidak mau melihat
apakah kebutuhan rakyatnya sudah terpenuhi atau belum. Sungguh Umar bin Khattab
tidak pantas jadi pemimpin.”
Ucapan wanita itu sangat menyentak hatinya. Umar pun segera keluar sambil menahan
tangisnya.
Umar bin Khattab segera berlari pulang. Beliau langsung menuju gudang tempat
penyimpanan gandum. Dikeluarkannya sekarung gandum dan satu ember daging.

Lalu beliau berkata kepada Aslam, “Wahai Aslam, naikkan karung ini ke atas
pundakku.”
“Tidak. Biar aku saja yang membawanya untukmu, wahai Amirul Mukminin,” kata Aslam.
“Tidak. Apakah engkau mau memikul dosaku kelak di hari kiamat?” kata Umar dengan
tegas.
Aslam tak kuasa menolak permintaan Umar. Dia lalu mengangkat karung itu ke atas
pundak Umar. Umar bergegas berjalan mendatangi kembali tempat wanita itu, sambil
memanggul sekarung gandum.
Sesampai di tenda, Umar segera meletakkan karung gandum. Beliau lalu memasak
gandumdan daging untuk sang wanita dan anak-anaknya tersebut.
“Bawa kesini piring-piring kalian!” kata Umar kepada sang wanita.
Umar lalu menuangkan makanan ke dalam piring-piring itu dan menghidangkannya
kepada anak-anak wanita itu seraya berkata, “Makanlah!”
Anak-anak itu langsung memakannya. Mereka sangat menikmati makanan yang
dihidangkan Umar bin Khattab hingga merasa kenyang.
Wanita itu pun sangat berterimakasih kepada Umar. Dia berdoa agar Allah member
ganjaran
setimpal kepadanya.
Sebelum pergi, Umar berpesan kepada wanita tersebut untuk datang ke kota, menemui
khalifah.
“Datanglah menemui Khalifah Umar bin Khattab, karena dia akan membagikan
santunan.”
Keesokan harinya, wanita itu pergi ke Madinah. Ketika wanita tersebut bertemu dengan
Khalifah Umar, betapa terkejutnya dia. Ternyata orang yang memanggul dan memasak
gandum tadi malam adalah Khalifah Umar bin Khattab.

3.Kisah Teladan Khalifah Utsman bin Affan

Utsman bin Affan, Saudagar yang Dermawan

Utsman bin Affan adalah sahabat Rasulullah yang istimewa. Beliau tergolong orang
yang pertama masuk Islam, dan sahabat yang dijamin masuk jannah. Beliau menjadi
khalifah ketiga, menggantikan Amirul Mukminin Umar bin Khattab. Beliau juga dikenal
sebagai seorang yang kaya raya, namun sangat dermawan.
Utsman bin Affan terkenal dengan kedermawanannya. Beliau gemar bersedekah.
Membantu kaum muslimin yang membutuhkan. Juga membantu perjuangan dan
dakwah Rasulullah Saw.

Keislaman Utsman bin Affan menjadi berkah bagi umat Islam masa itu.
Tahun kesembilan hijriah, Rasulullah dan kaum muslimin bersiap menghadapi perang
Tabuk. Perang Tabuk adalah perang kaum muslimin melawan pasukan Romawi. Waktu
itu, pasukan Romawi dikabarkan bersiap menyerang kaum muslimin. Maka Rasulullah
pun menyiapkan pasukannya.
Rasulullah membutuhkan berbagai perlengkapan, perbekalan, dan orang-orang untuk
menjadi prajurit. Tetapi, ternyata kaum muslimin kekurangan perbekalan. Banyak orang
yang ingin ikut berperang, tetapi ditolak oleh Rasulullah karena kekurangan perbekalan.
Mereka pun terpaksa kembali dengan mata yang berlinang. Sedih tak bisa ikut
berjuang.
Pada saat itulah, Rasulullah naik ke atas mimbar. Beliau menganjurkan umat Islam
untuk mengerahkan segala kemampuan mereka dan menjanjikan mereka dengan
balasan yang besar.
Mengetahui kaum muslimin dalam kesulitan, segera Utsman berdiri dan berkata kepada
Rasulullah, “Aku akan memberikan 100 unta lengkap dengan bekalnya, ya Rasulullah!”
Kemudian Rasulullah turun satu anak tangga dari mimbarnya. Beliau terus mengajak
umat Islam untuk menyumbangkan apa yang mereka punya. Maka, untuk kedua kalinya
Utsman berdiri dan berkata, “Aku akan memberikan 100 unta lagi, lengkap dengan
bekalnya, ya Rasulullah!”
Wajah Rasulullah menjadi cerah. Beliau turun satu anak tangga lagi dari mimbar, dan
terus menyerukan umat Islam untuk mengerahkan segala yang mereka miliki. Utsman
berdiri lagi untuk ketiga kalinya dan berkata, “Aku akan memberikan 100 unta lagi
lengkap dengan bekalnya, ya Rasulullah!”
Rasulullah pun menunjuk kearah Utsman, sambil tersenyum gembira. Beliau bersabda,
“Utsman setelah hari ini tidak akan pernah kesulitan!”
Dan sebelum Rasulullah Saw. turun dari mimbarnya, Utsman berlari pulang ke rumah.
Ia segera mengirimkan semua unta yang dijanjikannya ditambah dengan 1000 dinar
emas.
Utsman segara meletakkan uang emas dipangkuan Rasulullah. Rasulullah
menerimanya, seraya bersabda, “Semoga Allah Swt. akan mengampunimu, ya Utsman,
atas sedekah yang kau berikan secara terang-terangan maupun sembunyi. Semoga
Allah juga akan mengampuni segala sesuatu yang ada pada dirimu, dan apa yang telah
Ia ciptakan hingga terjadinya hari kiamat.”
Utsman bin Affan selalu peduli dengan kesulitan orang lain tanpa mengharapkan
imbalan apa-apa kecuali ridha Allah swt.

4.Kisah Teladan Khalifah Ali bin Abu Thalib

Ali bin Abu Thalib dan Orang Yahudi


Pada masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abu Thalib, beliau pernah kehilangan baju

besinya yang terjatuh dari kuda miliknya. Setelah dicari kemana-mana, ternyata baju

besi itu sudah berada di tangan seorang yahudi. Akan tetapi, setelah diminta, orang
yahudi itu tetap mempertahankan baju besi tersebut dan mengakuinya sebagai miliknya
sendiri. Meski Ali bin Abu Thalib pada saat itu sebagai orang nomor satu kaum
muslimin, namun tidak begitu saja mengambil paksa baju besi miliknya yang hilang.
Beliau disitu sebagai penuntut dan disuruh menyiapkan 2 orang saksi. Hakim pun
menyuruhnya demikian.
Akhirnya beliaupun menyiapkan 2 orang saksi yaitu seorang pembantunya dan
Hasan, anaknya sendiri. Akan tetapi hakim hanya dapat menerima kesaksian dari
pembantu Ali, dan tidak dapat menerima kesaksian dari Hasan karena adanya
hubungan dekat dengan Khalifah Ali r.a, yaitu antara anak dengan orang tua.
Maka, hakim akhirnya memutuskan bahwa orang yahudi tersebut memenangkan
perkara tersebut. Dan Khalifah Ali r.a pun menerima dengan lapang dada apa yang
telah menjadi keputusan dari hakim tersebut.
Dalam kasus tersebut, apa yang dilakukan oleh hakim dan Khalifah Ali r.a sebagai
pemimpin negara menunjukkan betapa mulianya ajaran Islam dalam masalah hukum
dan keadilan. Dalam Islam, keadilan tidak boleh memandang hubungan kekerabatan
maupun agama. Begitu juga dengan Allah SWT, Dia akan menghukum siapa saja tanpa
pandang bulu, seandainya orang tersebut memang benar-benar bersalah. Allah SWT
tidak memandang pangkat, rupa dan status sosial seseorang, tetapi Allah SWT melihat
seseorang itu dari bagaimana perbuatan yang telah dilakukan selama hidup di dunia.
Seiring berjalannya waktu, pada akhirnya orang yahudi tersebut mengakui bahwa
baju besi itu memang kepunyaan Khalifah Ali bin Abi Thalib yang ditemukannya di jalan.

Setelah melapor kepada Sang Khalifah, baju besi tersebut akhirnya dikembalikan
sekaligus orang yahudi tersebut menyatakan diri masuk Islam.
1. Meneladani perilaku Abu Bakar As Siddiq.
Sebagai sahabat Nabi tentu Abu Bakar memiliki ahlak yang luhur dan dapat diteladani oleh kita semua.
Sifat yang patut kita teladaani dari Abu Bakar antara lain:

1. Kasih sayang, suka menolong dan dermawan.


Abu Bakar adalah salah satu sahabat kaya raya yang dermawan. Bahkan sejak masuk Islam, dia telah
mempersilahkan Rasulullah menggunakan harta bendanya untuk berdakwah demi kejayaan agama
Islam. Abu Bakar adalah sosok yang pengasih. Hal ini dibuktikan dengan penebusan kepada seorang
budak yang disiksa oleh majikannya karena masuk Islam, dialah Bilal bin Rabbah. Tidak hanya Bilal,
masih banyak lagi budak-budak beragama Islam yang dibebaskan oleh Abu Bakar.

Kasih sayang, suka menolong dan dermawan merupakan ahlak yang sangat dianjurkan dalam Islam.
Salah satu asmaul husna adalah ar rahman dan ar rahim, artinya pengasih dan penyayang. Dalam Al
Quran dan hadis kita juga dianjurkan untuk saling menolong. Allah menyuruh kita tolong menolong dalam
hal kebaikan dan taqwa, namun dilarang tolong menolong dalam dosa dan permusuhan. Mendermakan
sebagian harta kita untuk orang lain yang membutuhkan akan dapat mengurangi dosa kita, menjadikan
harta kita bersih dan rizki akan bertambah banyak.

2. Rendah hati
Sikap rendah hati Abu Bakar terlihat ketika berpidato di awal pemerintahannya. Abu Bakar berkata
kepada umat Islam, ”Bantulah aku jika aku berada di jalan yang benar, dan bimbinglah aku jika aku di
jalan yang salah. Taatilah aku selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dan jika aku mendurhakai
Allah dan Rasul-Nya maka janganlah engkau mengikutiku.”

Penyebab iblis menjadi musuh kekal manusia dan diturunkan dari surga adalah karena sifat sombong
iblis. Allah sangat menyukai orang yang rendah hati, sebaliknya Allah sangat mengutuk orang yang
sombong. Dalam hadis dijelaskan bahwa orang yang sombong tidak akan dapat mencium wanginya
surga.

3. Berjiwa tenang.
Ketika Rasulullah meninggal dunia, semua orang begitu sedih karena merasa kehilangan orang yang
sangat dicintai. Bahkan Umar bin Khattab sangat marah dan menghunuskan pedang ketika ada orang
yang memberi kabar bahwa Rasululllah meninggal. Namun tidak demikian dengan Abu Bakar, dia
menampakkan kepasrahannya, dia menerima dengan ikhlas atas meninggalnya rasulullah.

4. Suka bermusyawarah
Sebagai seorang pemimpin Abu Bakar jauh dari sifat otoriter. Dia selalu memutuskan persoalan yang
dihadapi umat Islam dengan jalan musyawarah. Hal ini bisa dilihat ketika Abu Bakar jatuh sakit dan
merasa ajalnya sudah dekat. Dia memanggil para tokoh Islam dari berbagai suku untuk diajak
musyawarah menentukan siapa pengganti khalifah setelah dia meninggal. Meskipun pada akhirnya Abu
Bakar menunjuk sendiri Umar bin Khattab sebagai penggantinya namun dia tetap menawarkannya
kepada para sahabat yang lain.

5. Setia
Saat Rasulullah berturut-turut ditinggal wafat oleh orang-orang yang disayanginya, Abu Bakar adalah
orang yang pandai menghibur Rasulullah. Abu Bakar juga selalu mendampingi dakwah Rasulullah, baik
dalam keadaan bahagia maupun bahaya. Ketika Nabi mendapatkan perlawanan dari kaum kafir Quraisy,
Abu Bakar selalu membela Rasulullah, bahkan beberapa kali Abu Bakar berhasil menghentikan
perbuatan orang kafir Quraisy yang akan membunuh Rasulullah. Kesetiaan Abu Bakar terhadap
Rasulullah juga dibuktikan ketika Abu Bakar mendampingi Rasulullah saat hijrah ke Madinah. Padahal
kejaran kaum kafir Quraisy adalah bahaya yang mengancam ketika itu, namun Abu Bakar telah
membuktikan kesetiaannya untuk menemani Rasulullah sampai di Madinah.

1. Meneladani perilaku Umar bin Khattab


1. Pemberani
Sejak sebelum masuk Islam, sifat pemberani telah dimiliki Umar bin Khattab. Perbedaannya, jika sebelum
masuk Islam keberanian Umar digunakan untuk memusuhi Islam, namun setelah masuk Islam
keberanian tersebut untuk melindungi Islam. Keberanian Umar nampak ketika dia akan berhijrah. Dia
menantang kaum kafir Quraisy yang menghalangi perjalanan hijrahnya maka dia tidak segan-segan
untuk membunuhnya.

Keberanian perlu kita miliki dalam membela kebenaran. Meskipun akibat dari perbuatan kita dapat
membuat kita celaka namun demi kebenaran kita harus berani melakukannya. Rintangan untuk
menyampaikan kebenaran sangat besar, oleh karena itu kita harus memiliki keberanian yang besar pula
untuk selalu membela kebenaran.

2. Adil
Saat ini untuk menemukan seorang pemimpin yang adil sangat sulit. Apalagi pemimpin yang selalu
mengutamakan kepentingan rakyat seperti Umar bin Khattab, tidaklah mudah.

Suatu malam Umar bin Khattab berjalan-jalan sendirian untuk melihat kondisi rakyatnya. Sampai di
sebuah rumah dia mendengarkan anak kecil menangis dan tidak berhenti-berheti. Setelah tangis anak itu
berhenti, Umar bin Khattab mengetuk pintu rmah tersebut. Dia bertanya pada seorang perempuan yang
membukakan pintu mengenai alasan anak tersebut menangis. Kata perempuan tadi anak tersebut
menangis karena kelaparan. Umar melihat ada api di dapur dan di atasnya terdapat panci. Ketika dibuka
Umar isi panci tersebut adalah batu. Ternyata ibu tadi ingin menentramkan hati anaknya agar anaknya
mengira sebentar lagi makanan akan masak. Melihat kejadian itu Umar meneteskan air mata dan merasa
berdosa karena mengnggap dirinya tidak dapat menjadi pemimpin yang mampu menyejahterakan
rakyatnya. Dia kemudian bergegas pergi ke baitul mal untuk mengambil sekarung gandum dan
dipanggulnya sendiri untuk diberikan kepada keluarga tadi.

3. Sederhana
Umar bin Khattab adala sahabat yang terkenal dengan kesederhanaannya. Meskipun menjadi seorang
khalifah namun dia tidak memiliki pengawal. Kesederhanaannya juga terlihat dari caranya berpakaian.
Pakaian yang dimiliki Umar bin Khattab hanya dua potong. Ketika pakaian itu sobek Umar pun tidak malu
untuk menjahitnya sendiri dan memakainya kembali.

1. Utsman adalah saudagar kaya yang sangat dermawan. Beliau


adalah seorang pedagang kain yang sangat kaya. Dan kekayaannya
semata-mata beliau belanjakan untuk mencari dan mengharap
keridloan Allah. Salah satunya untuk membangun dan menguatkan
Islam.
Beliau bahkan rela meninggalkan semua harta kekayaannya demi
memenuhi panggilan Allah dan Rasul-Nya yang memerintahkan kaum
muslimin untuk hijrah ke Habasyah dan Madinah.

Utsman bin Affan ra merupakan salah satu dari empat sahabat utama
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau juga merupakan satu-satunya
sahabat yang menikahi dua putri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Oleh
sebab itu beliau diberi julukan Dzunnurain yang artinya pemilik dua cahaya.

Banyak sekali sifat keteladanan dalam diri Utsman bin Affan yang bisa kita
contoh dalam menjalani kehidupan kita sehari-hari. Apa saja keteladanan
Utsman bin Affan tersebut? Berikut ini beberapa sifat keteladanan yang ada
dalam pribadi Utsman bin Affan yang patut dicontoh oleh kaum muslimin:

edubuku.com
1. Utsman adalah saudagar kaya yang sangat dermawan. Beliau
adalah seorang pedagang kain yang sangat kaya. Dan kekayaannya
semata-mata beliau belanjakan untuk mencari dan mengharap
keridloan Allah. Salah satunya untuk membangun dan menguatkan
Islam.
Beliau bahkan rela meninggalkan semua harta kekayaannya demi
memenuhi panggilan Allah dan Rasul-Nya yang memerintahkan kaum
muslimin untuk hijrah ke Habasyah dan Madinah.
2. Seorang ahli ekonomi yang terkenal. Dengan harta kekayaannya
yang melimpah ruah maka tidak diragukan lagi bahwa beliau
merupakan seorang yang ahli di bidang ekonomi.
3. Seorang pemimpin yang memiliki jiwa kepemimpinan yang
tinggi. Semasa Rasulullah masih hidup, Utsman pernah dipercaya oleh
Nabi untuk menjadi walikota Madinah.
Hal itu berlangsung selama dua kali masa jabatan. Yang pertama pada
perang Dzatir Riqa, dan yang kedua saat Nabi Shallallahu ‘alaihi
wasallam sedang melancarkan perang Ghatafan. Hal itu dikarenakan
Utsman merupakan salah satu sahabat yang memiliki jiwa
kepemimpinan yang tinggi.
4. Memiliki jiwa sosial yang tinggi . Beliau tidak segan-segan
mengeluarkan harta kekayaannya untuk kepentingan agama dan
masyarakat umum.
Oleh karena itu banyak peninggalan beliau yang masih bisa dinikmati
oleh kaum muslimin hingga saat ini. Salah satunya berupa sumur yang
airnya jernih yang beliau beli dari seorang Yahudi dengan harga 200rb
dirham atau setara dengan 2.5 kg emas pada masa itu.
Dan beliau wakafkan sumur tersebut untuk kepentingan masyarakat
umum yang kala itu sangat kekurangan air bersih. Beliau juga yang
memperluas Masjid Madinah dengan cara membeli tanah yang ada di
sekitarnya. Dan masih banyak lagi pengorbanan beliau untuk
kepentingan agama dan sosial yang tidak bisa kita sebutkan satu
persatu karena saking banyaknya.

Itulah beberapa sifat keteladanan sahabat Utsman bin Affan yang bisa kita

Anda mungkin juga menyukai