Anda di halaman 1dari 27

KUMPULAN MANAQIB

KH. A Shohibulwafa Tajul Arifin


(Abah Anom)
1. NABI KHIDIR A.S. MEMILIHKAN NAMANYA
Pada tahun 1980-an, saya bersama seorang kenalan bernama Hj Yahya Hanafiah
berkesempatan berjumpa dengan seorang kiyai dan wali Allah di Suryalaya yang terkenal
dengan gelaran 'Macan Suryalaya''. ( di google sudah ramai ditulis tentang ''macan
suryalaya'' )
Ketika itu , jamaah rombongan dari Singapura sudah pada tertidur semua kerana
jam menunjukkan 11 malam, kami masuk ke Masjid Nurul Asror di mana Kiyai yang
sudah berumur 125 tahun ketika itu bermalam. Banyak kisah yang di khabarkan kepada
kami adalah mengenai karomah Abah Anom, seolah-olah beliau berpesan kepada kami
yang muda bahwa pada zaman ini , inilah orangnya yang di tentukan Allah, yang berada
di Indonesia.
Kisah yang paling menarik , tentang Abah Pakih ( nama betulnya Kiyai Haji Abu
Bakar Faqih ) menceritakan : " Saya di amanatkan oleh Abah Sepuh ( Ayanda Abah
Anom ) untuk menjaga Abah Anom sejak dari kecil. Sejak lahir Abah Anom berada 
dirumah saya yang kebetulan terletak didepan rumah Abah Sepuh...selang beberapa hari
saya menerima sebuah surat yang langsung dari Nabi Khidir AS yang berisi nama untuk
seorang bayi.  Tertulis dalam surat itu nama "Sohibul Wafa'' atau 'Tajul Arifiin'' ,..di
tanda tangani Nabi Al-khidr. Dengan segera saya langsung ke rumah Abah Sepuh
menunjukkan surat tersebut dan Abah Sepuh berkata kalau begitu kita ambil dua-dua
namanya yaitu 'Sohibul Wafa Tajul Arifiin'.-tamat kata-kata lebih kurang dari
Almarhum Abah Pakih ".
Masya Allah, tak mungkin semudah itu Abah Pakih memperoleh surat dari Nabi
Khidir jika ketika itu beliau bukan seorang wali Allah. Satu renungan buat kita agar
bersyukur dengan anugerah ini.

2. DIA MELINDUNGI ORANG-ORANG YANG SALEH


Firman ALLAH dalam surat AL-A'RAF (7):196
"DIA MELINDUNGI ORANG-ORANG YANG SALEH"

Saat manaqib beberapa bulan yang lalu, saya bertemu dengan seorang Ikhwan
yang berasal dari Tasikmalaya usianya kurang lebih 70 tahun dan telah mengenal Abah
Anom semenjak beliau masih muda.
Manaqib di Suryalaya beberapa bulan yang lalu, saya bertemu Ir. Ayat Hidayat,
Ketua Koperasi Hidmat - PP Suryalaya. Mengetahui bahwa  beliau mengenal Abah
Anom sejak dahulu, sayapun bertanya pengalaman yang paling berkesan bersama Abah
Anom. Beliau termenung sejenak, lalu berkata: "Suatu hari setelah shalat dhuhur
berjamaah, Abah menawarkan makan siang di Madrasahnya (rumah Abah). Kesempatan
ini tidak saya sia-siakan, kami makan hanya berdua".
Setelah makan, Abah mengajak saya berkeliling kebun (tanah) yang dimilikinya.
Dalam perjalanan Abah selalu berdecak-decak karena ada sisa makanan yang terselip
digiginya. Tidak jauh dari tempat kami berdiri, ada setumpuk dahan kering yang
dikumpulkan penduduk untuk dijadikan kayu bakar, disandarkan disebuah pohon. Abah
melihat dan berniat meengambil sedikit untuk dijadikan sebagai tusuk gigi. Ketika
hendak mengambil kayu tersebut, tiba-tiba Abah Anom terperanjat dan langsung ber-
istighfar berulang kali dan membatalkan niatnya. Setelah mendengarkan beliau, saya
merenung hikmah apa yang ada dibalik cerita itu. Baru beberapa bulan kemudian saya
dapat mengambil hikmahnya, sebagai berikut:
Dalam kitab 'Risalah Qusyairiyah' dijelaskan:
Karamah yang paling besar yang dimiliki para wali, adalah selalu mendapat
pertolongan ALLAH SWT untuk taat dan terjaga dari kemaksiatan dan pertentangan.
Para Wali itu ma'shum  (terjaga dan terpelihara dari dosa) sebagaimana yang terjadi bagi
para nabi. Walau mengambil hanya sedikit kayu yang nilainya tidak seberapa (mungkin
tidak bernilai sama sekali), dihadapan ALLAH itu termasuk perbuatan dosa, digolongkan
perbuatan mencuri. Bagi kita (murid) perbuatan tersebut dapat dikatakan hanya dosa kecil
saja, tetapi bagi wali tidak ada istilah dosa kecil atau besar. Para wali melihat dosa itu
adalah perbuatan menentang ALLAH SWT.
Rasulullah SAW bersabda: "Dosa yang paling besar di sisi ALLAH Ta'ala adalah
dosa yang (dianggap) paling kecil oleh manusia. Sedangkan dosa yang paling kecil di sisi
ALLAH Ta'ala adalah dosa yang (dianggap) paling besar oleh manusia".
Maksud hadist di atas adalah; apabila seseorang yang melakukan perbuatan dosa
menganggap dosa yang dilakukannya itu sangat besar, maka ia pun merasa takut dan
segera bertaubat, sehingga dosa itu diampuni dan dianggap kecil oleh Allah. Namun jika
dosa itu dianggap kecil oleh yang melakukannya,sehingga ia terus-menerus
mengulanginya, maka dosa itu menjadi besar di sisi ALLAH.   Abah Anom terhindar dari
perbuatan dosa karena selalu dilindungi oleh ALLAH SWT, sebagaimana ayat dari surat
Al-A'Raf tersebut di atas.
 
3. Cermin kebersihan hati seorang Mursyid yang mukasyafah.
Ketika jama'ah TQN Suryalaya di suatu kampung mengadakan manaqiban, tiba-
tiba masjid tempat dimana acara itu diselenggarakan dilempari batu oleh orang-orang
yang tidak suka dengan acara tersebut. Karena sedih, beberapa orang jama'ah
memutuskan untuk pergi ke Suryalaya dengan maksud hendak mengadukan prihal
tersebut kepada Abah.
Sesampainya di Suryalaya mereka langsung menuju masjid dan berencana akan
menemui Abah setelah taushiyah shubuh....dan yang membuat para jama'ah itu kaget
adalah dalam taushiyah subuhnya Abah berkata begini:
"Alhamdulillah....semalam di suatu kampung, batu-batu pun ikut berdzikir dengan
menhampiri masjid yang di dalamnya diadakan acara manaqib"
Padahal para jama'ah belum menceritakan prihal mereka.
Demikianlah cermin kebersihan hati seorang Mursyid yang mukasyafah. 

4. Pangersa Abah Anom : Kiai Pasak Bumi yang Zuhud


Sesepuh Ponpes Suryalaya Abah Anom di Ponpes Suralaya, Tasikmalaya, Jawa
Barat Pembimbing Thoriqot Qadiriyah Naqsabandiyah di Pondok Pesantren Suryalaya,
Tasikmalaya. Memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Menerapkan “Metode Inabah”
untuk menyembuhkan para korban narkoba. Tidak pernah mau bertamu kepada para
pejabat.
Seorang pemuda dengan ransel di pundaknya memasuki sebuah rumah bercat
kuning yang di bagian atas pintunya tertulis kaligrafi : Azzamifthaful Thariqat Qadiriyah
wannaqsabandiyah. Rumah yang disebut madrasah dan bersebelahan dengan Masjid
Nurul Ashrar itu, adalah kediaman Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifi n, pemimpin
Pondok Pesantren Suryalaya.
Pemuda itu bernama Badhrowi, yang sedang mondok di pesantren tersebut. Ia
hendak menemui Ahmad Shohibulwafa, yang termashyur dipanggil Abah Anom. Saat itu
masih sekitar pukul enam pagi. Rumah Abah Anom sudah ramai dikunjungi tamu untuk
berbagai keperluan. 
Sebagaimana biasa, jika pulang kampung, Badhrowi selalu pamit pada Abah
Anom dan meminta doa dengan media sebotol air putih agar selamat sampai tujuan.
Momen di penghujung bulan Juni 1997 itu, menjadi salah satu kejadian yang berkesan
bagi Badhrowi. Ia yang hendak menuju tanah kelahirannya, Palembang, di tengah
perjalanan, persisnya di daerah Pelabuhan Merak, ia dicegat oleh beberapa orang pemuda
yang berprofesi sebagai calo. Mereka mencoba memeras dan merampas tas satusatunya
milik Badhrowi.
Pada saat itulah, Badhrowi meminum air putih yang sudah didoai Abah Anom.
Tiba-tiba, calo-calo pelabuhan yang tak ubahnya preman itu, berubah sikap, menjadi
melunak. Mereka segera mencarikan jalan buat Badhrowi agar menaiki kapal
penyeberangan Merak-Bakauheni.
Kejadian unik yang dialami Badhrowi itu, merupakan satu dari sekian banyak
kisah tentang karomah Abah Anom. Toh, sebagai tokoh agama, Abah Anom lebih
dikenal berkat peranan aktifnya di bidang sosial kemasyarakatan. Semua berawal dari
pemahamannya tentang makna zuhud. Namun, ada pendapat bahwa zuhud itu berarti
meninggalkan urusan dunia, yang berdampak pada kemunduran umat Islam.
Sedangkan bagi Abah Anom, “Zuhud adalah qasr al-’amal. Artinya, pendek angan-
angan, tidak banyak mengkhayal, bersikap realistis.”Abah Anom (tengah) di pondok
pesantren Suryalaya. Periode tahun 50-an, adalah masa yang menentukan bagi Abah
Anom. Waktu itu, ia secara resmi menjadi mursyid (pembimbing) Thoriqot Qadiriyah
Naqsabandiyah di pesantren tasawuf tersebut. Di saat yang sama, Tanah Air tengah
berada dalam kondisi rawan dengan berbagai kekerasan bersenjata antarkelompok,
terutama antara DI/TII melawan TNI. Melihat itu, Abah tak tinggal diam, ia membantu
para prajurit.
Sebagai pribadi yang memiliki kepedulian sosial, Abah Anom pun terlibat
langsung dalam pembangunan irigasi, serta membangun kincir angin untuk pembangkit
tenaga listrik. Untuk mengantisipasi krisis pangan, ia membuat semacam program
swasembada beras di kalangan masyarakat Jawa Barat. Kegiatan itu kemudian
menggugah Menteri Kesejahteraan Rakyat Suprayogi dan Jenderal A. H. Nasution untuk
meninjau aktivitas di Pondok Pesantren Suryalaya.
Di samping itu, Abah Anom juga mebuat program “rehabilitasi rohani” bagi para
mantan anggota PKI. Kontribusinya itu berhasil mendatangkan berbagai penghargaan
dari Jawatan Rohani Islam Kodam VI Siliwangi, Gubernur Jawa Barat dan instansi
lainnya.
Sejak itu, Abah Anom mengembangkan “metode inabah” sebagai penyembuhan
rohani. Tidak hanya sekadar nama untuk pesantrennya, inabah adalah landasan teoritis
untuk membebaskan pasien dari gangguan kejiwaan karena ketergantungan terhadap
narkoba. Orang yang dirawat dengan metode inabah diperlakukan seperti orang yang
dianggap memiliki masalah kejiwaan. Dan, terapi yang digunakan terhadap mereka
adalah melalui zikir.
Menurut Badhrowi, proses yang harus dilewati terlebih dahulu dalam inabah
adalah mandi yang dilakukan di malam hari. Biasanya, itu dilakukan di atas pukul 12
malam. “Di kemudian hari, oleh banyak peneliti, metode tersebut dianalisis dan ternyata
dapat dibenarkan secara ilmiah,” ujar Badhrowi. Air di malam hari, ternyata mengandung
molekul-molekul yang baik untuk kesehatan.
Beberapa penghargaan akhirnya diberikan kepada Abah Anom, khususnya terkait
metode penyembuhan terhadap pecandu narkoba tersebut. Berdasarkan hasil penelitian
Dr. Juhaya S. Praja, 1981-1989, sebanyak 93,15% dari 5.845 anak binaan yang mengikuti
program inabah, bisa kembali menjadi normal. Abah Anom mengatakan, makanan tidak
halal adalah salah satu penyebab penyakit. Pada 1980, diadakan lokakarya di pesantren
tersebut yang dihadiri oleh delapan departemen sekaligus, yang merupakan kerjasama
lintas sektoral yang dibuat khusus untuk menanggulangi kenakalan remaja.
Akhirnya, Januari 2009, Abah Anom menerima Piagam Distinguished Service
Awards dari International Federation of Non-Government Organitations (IFNGO),
Perserikatan Bangsa-Bangsa. Sebuah penghargaan tertinggi yang diberikan lembaga
internasional itu bagi pengabdian seseorang dalam pemulihan korban narkoba.
Piagam itu diserahkan di Australia oleh Chairman IFNGO, Dr. K.C. Lam kepada
perwakilan Pesantren Suryalaya di Jakarta, Ir. Ucu Suparta. Abah Anom dinilai telah
menyelamatkan nyawa serta masa depan anak-anak bangsa. Penghargaan itu terlihat
dipajang di dinding ruangan tamu rumah Abah Anom.  Abah Anom adalah pengagum
Syekh Abdul Qadir Jailani, yang antara lain memberikan tuntunan: “Dudukkanlah dirimu
bersama kehidupan duniawi, sedangkan kalbumu bersama kehidupan akhirat, dan
rasamu bersama Rabbmu.”
Abah Anom adalah ulama kharismatik yang kepemimpinan dan pengabdiannya di
tengah masyarakat, membuat para tokoh di Tanah Air menaruh hormat kepadanya. Para
presiden atau wakil presiden RI bahkan pernah bertandang ke pesantrennya. Diawali
dengan kunjungan mantan Presiden Soeharto pada 1995. Kedatangan Presiden Soeharto
saat itu didamping Moerdiono yang ketika itu menjabat Menteri Sekretaris Negara.
Menjelang pemilihan presiden 2004, giliran Megawati Soekarno Putri yang datang,
didampingi tokoh Partai Golkar Akbar Tandjung.
Lima tahun berselang, Jusuf Kalla yang saat itu hendak menyalonkan diri sebagai
Presiden pada 2009 juga mengunjungi Abah Anom. Di tahun yang sama, Presiden SBY
pun tak mau ketinggalan. Sebaliknya, sampai akhir hayatnya Abah Anom tidak pernah
mengunjungi siapa pun pejabat di negeri ini. Kecenderungan itu membuat Abah Anom
juga dijuluki “Kiai Pasak Bumi.” Artinya, Abah Anom hanya akan selalu menerima tamu
di tempatnya ketimbang menjadi tamu di tempat lain.
Sesepuh Ponpes Suralaya Abah Anom di Ponpes Suryalaya, Tasikmalaya, Jawa
Barat, Jumat (26/6). Abah Anom meninggal Senin 5 September 2011 sekitar pukul 11.50
WIB atau bertepatan dengan hari Milad Pesantren Suryalaya 5 September 1905.
Sebelumnya, almarhum tidak terbaring sakit atau dirawat di rumah sakit.
Bahkan, ia sempat menerima tamu di kediamannya. Usai menerima tamu, tiba-tiba
ia merasakan sakit. Abah Anom memang diketahui mengidap penyakit jantung. Jenazah
Abah Anom baru dikebumikan pada 6 September 2011 di sebuah bangunan dekat dengan
makam ayahnya, Syekh H Abdulloh Mubarok bin Nur Muhammad. Makam keluarga
besar Suryalaya terletak di Puncak Suryalaya atau sekitar kompleks pesantren.

5. Gandrung Ilmu Tasawuf


Syekh Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin adalah nama asli Abah Anom. Lahir 1
Januari 1915 di Suryalaya, Tasikmalaya. Beliau anak kelima dari Syekh Abdullah
Mubarok bin Nur Muhammad atau Abah Sepuh, pendiri Pesantren Suryalaya. Sebuah
pesantren tasawuf yang khusus mengajarkan Thariqat Qadiriyyah Naqsabandiyah (TQN).
Abah Anom memasuki bangku sekolah dasar (Vervooleg school) di Ciamis, pada
usia 8 tahun. Lima tahun kemudian, ia melanjutkan ke madrasah tsanawiyah di kota yang
sama. Usai tsanawiyah, barulah ia belajar ilmu agama Islam secara lebih khusus di
berbagai pesantren.
Atas perintah ayahnya, ia melaksanakan riyadoh dan ziarah ke makam para wali
sambil menimba ilmu di pesantren Kaliwungu-Kendal, Jawa Tengah, serta di Bangkalan
Madura bersama kakak kandungnya, H.A. Dahlan, dan wakil Abah Sepuh KH Pakih dari
Talaga, Majalengka. Abah Anom mengakhiri masa lajangnya pada 1938 di usia 23 tahun.
Setelah menikah, ia berangkat ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Di Tanah Suci,
ia juga memperdalam ilmu tasawuf dan tarekat selama tujuh bulan kepada Syekh H.
Romli asal Garut, wakil ayahnya yang bermukim di Jabal Gubeys, Mekkah.

6. Bayangan Wajah Abah Anom membuat seorang Pemuda Taubat dari


melacur

Cerita ini diambil dari ceramahnya KH.M.Abdul Gaous Saefulloh Al-Maslul atau
Ajengan Gaos salah satu wakil Talqin Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyyah Pondok
Pesantren Suryalaya Tasikmalaya, Jawa Barat Indonesia.
Diceritakan ada seorang pemuda yang hobinya melacur, pemuda tersebut berniat
untuk berhenti dari pebuatannya yang tercela. Sudah berbagai cara dilakukan untuk
menghentikannya itu tidak membuat minat lacurnya berhenti. Padahal, pelaksanaan
amalan ibadah yang “super ketat” atas petunjuk dari para kiai yang pernah dikunjungi
dari berbagai daerahpun belum berhasil. Jadi, Sudah tidak asing lagi baginya riyadloh
(latihan) seperti puasa, dzikir, sholat baik yang sifatnya wajib maupun sunat dan amalan
lainnya.
Dalam keadaan kondisi jiwa yang begitu kritis, datanglah pemuda itu ke Pondok
Pesantren Suryalaya untuk menemui seorang Waliullah yaitu Abah Anom dan
menceritakan maksud kedatangannya. Abah Anom berkata : “Tidak apa-apa, asal jangan
dilakukan didepan Abah”. Setelah itu pemuda yang hobi “jajan” perempuan ditalqin
dzikir TQN untuk diamalkan.
Seperti biasa pemuda tersebut datang ke hotel yang telah dipesan untuk
melaksanakan hasrat nafsunya “meniduri” wanita pelacur. Setelah siap-siap semuanya,
terbesit dalam jiwanya akan bayangan wajah Abah Anom “Asal jangan dihadapan
Abah!”, pemuda itu terkejut dan gelisah, dengan segera meninggalkan hotel. Gagallah
keinginan nafsunya.
Dihari yang lain, pemuda itu datang lagi ke hotel untuk melaksanakan hasrat
nafsunya yang tidak terbendung. Namun, disaat detik-detik akan melaksanakan
maksiatnya muncul wajah Abah Anom “Tidak apa-apa, asal jangan dihadapan Abah”.
Pemuda itu kembali mengurungkan niatnya dan kembali pulang.
Kejadian itu terus terulang selalu melihat bayangan wajah Abah Anom disaat-saat
akan melakukan maksiat dengan pelacur. Akhirnya, dengan kejadian itu pemuda tersebut
menghentikan dari hobinya melacur untuk selamanya dan menjadi pengamal Thoriqoh
Qodiriyyah Naqsyabandiyyah.
Sesungguhnya kejadian itu suatu anugrah dari Allah untuk hamba yang dicintai
dengan perantara Mursyid sebagai pilihan-Nya. Subhanallah..
Bayangan wajah Mursyid itu adalah sebagai burhana robbihi (cahaya / tanda dari
Allah) yang membawa berkah terhadap pemuda tersebut.
Kita teringat akan kisah salah satu utusan Allah yaitu Nabi Yusuf as. yang
ditolong Allah ketika akan terjadi maksiat dengan Siti Zulaikha. Dalam al-Qur’an Surat
Yusuf ayat 24: “Sesungguhnya wanita itu telah bemaksud (melakukan perbuatan itu)
dengan Yusuf, dan Yusuf-pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu (Zulaikha)
andaikata tidak melihat burhana robbihi yaitu tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah agar
Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu
termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.” (QS: Yusuf 24)
Dalam ayat ini terdapat perkataan Allah “Burhana Rabbihi”. Menurut perkataan
Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir Ibnu Katsir, juz II / 474 : “Adapun maksud “Burhaana
Rabbihi” yang terlihat oleh Yusuf, maka terdapat beberapa pendapat. Menurut sahabat
Abdullah bin Abbas, Said, Mujahid, Sa’id bin Jubair, Muhamad bin Sirin, Hasan,
Qatadah, Ibnu Sholeh, Dlohah, Muhammad bin Ishaq dan lain-lain yakni Yusuf melihat
bayangan ayahnya (Ya’kub), rupanya, bentuknya seakan-akan ayahnya marah-marah.
Menurut sebagian riwayat memukul dada Yusuf. Al-‘Aufi berpendapat dari Ibnu Abbas,
maksud perkataan itu ialah Yusuf teringat kepada bayangan wajah suami Zulaikha yaitu
raja Qithfir yang seolah-olah ada dirumah dan mengetahui apa yang akan diperbuat
Yusuf. Demikian juga Muhammad bin Ishaq berpendapat yang sama.” (Tafsir Ibnu
Katsir, II / 474) Subhanallah…

7. Mengetahui semua hati muridnya


Tersebutlah seorang kiayi bernama KH.Tohir yang sedang menimba ilmu di salah
satu pesantren di kotanya. Konon Sang Guru yang mengajarkan ilmu di pesantrennya
tersebut melarang Kiayi Tohir untuk tidak menemui seorang kiayi besar yang tinggal di
Suryalaya bernama Abah Anom, apalagi berguru kepadanya.
Namun, setelah melalui penelusuran dan pembelajaran ilmu tassawuf yang
diajarkan di Pesantren Suryalaya, akhirnya kiayi Tohir meminta kepada Abah Anom
untuk dibaiayat atau ditalqin dzikir (di ajarkan dzikir Thoriqoh). Namun, tentu saja dalam
benak kiayi Tohir kunjungannya ke Abah Anom yang tanpa sepengatahuan gurunya itu
akan membuat murka di pesantren dikotanya. Apalagi, setelah di talqin dzikir
(pengajaran dzikir thoriqat) ada suatu amanat dari Abah Anom yakni ucapan salam yang
harus disampaikan kepada guru dipesantrennya.
Ketika kiayi Tohir sedang duduk menunggu sholat berjamaah di Mesjid Nurur
Asror di Kompleks Pesantren Suryalaya sebelum ia kembali bertolak ke kampung
halamannya, pikirannya terus berkecamuk tidak bisa tenang.
Ketika dalam benaknya terbersit bagaimana wajah murka gurunya yang sedang
memarahinya habis-habisan karena ketidak taatannya, tiba-tiba ada yang menepuk
pundaknya dengan sorban dan berkata: “Tong sok goreng sangka kabatur, komo ka guru
soranganmah, boa teuing teu kitu! dalam bahasa Indonesia : “jangan selalu berburuk
sangka terhadap orang lain, apalagi terhadap guru sendiri, belum tentu seperti itu “. Kiyai
Thohir begitu kaget ternyata yang menepuk pundak dan membaca pikirannya itu adalah
guru ruhaninya yang baru, yaitu Syekh Ahmad Shohibul Wafa Tajul ‘Arifin ra (Abah
Anom).
Dari kejadian itu Kiai Thohir mendapatkan pelajaran yang berharga bahwa
seorang guru ruhani Mursyid Thoriqoh Qodiriyyah wan Naqsyabandiyyah bisa
mengetahui hati murid-muridnya dimanapun mereka berada. Mursyid akan terus
mengawasi dan membimbing hati murid-muridnya agar hati selalu menuju Allah
Sepulang dari Pesantren Suryalaya dan kembali ke Pesantren dikampungnya, Kiai
Thohir menyampaikan amanat salam dari Mursyid Kammil Mukammil Syekh ahmad
Shohibul Wafa Tajul ‘Arifin ra kepada gurunya. Dan ternyata, diluar dugaan Kiayinya
yang dipesantren itu malah memuji Abah Anom bahkan Kiayi Thohir sebagai salah satu
murid kesayangannya itu dianjurkan untuk menjalankan ajaran yang di bawa oleh Abah
Anom sebagai pewaris para Nabi.
Selanjutnya, Kiayi Thohir mengabdikan diri sepenuhnya kepada Abah Anom dan
mengamalkan ajaran yang telah diajarkannya. Akhirnya Kiai Thohir dipercaya menjadi
salah satu wakil Talqin, yaitu orang yang di izinkan untuk mengajarkan atau
mengijazahkan dzikir Thoriqoh kepada orang yang membutuhkannya.

8. DAGING BERUBAH JADI MANUSIA

Cerita ini diambil dari ceramahnya KH.M.Abdul Gaous Saefulloh Al-Maslul atau
Ajengan Gaos salah satu wakil Talqin Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyyah Pondok
Pesantren Suryalaya Tasikmalaya, Jawa Barat Indonesia.
KH. Maksum memiliki seorang istri yang sedang mengandung. Menurut fonis
dokter, istri kiayi tersebut bukanlah kehamilan normal yang biasanya terjadi pada seorang
wanita. Namun istri KH.Maksum di vonis menderita kanker dan harus segera dioperasi.
Sang Kiayi akhirnya datang ke Suryalaya ingin bertemu Pangersa Abah Anom
untuk meminta doa beliau agar istrinya diberi kelancaran saat operasinya nanti. Ketika
kiayi Maksum mengutarakan maksudnya tersebut, Abah hanya berkata: “Heug, sing jadi
jelema”, dalam bahasa Indonesia: iya, jadi manusia, maksudnya adalah semoga
kandungan istri kiayi Maksum menjadi manusia dengan izin Allah.
Dan ternyata, baru saja istri kiayi Maksum satu langkah keluar dari rumah
Pangersa Abah, dia merasakan gerakan-gerakan dalam rahimnya itu, subhanallah. Kontan
saja istri kiayi Maksum kaget, dan langsung memeriksakan dirinya ke Dokter. Lalu apa
kata Dokter? Subhanallah, Dokter pun sama terkejutnya dengan pasangan suami istri
Kiayi Maksum tersebut.
Allahu Akbar, kun fayakun, dengan izin-Nya melalui doa Kekasih-Nya,
daging jadi yang asalnya akan diangkat tersebut, ternyata berubah menjadi sesosok
manusia kecil yang menggemaskan berjenis kelamin laki-laki. Ya, ternyata setelah
dioperasi daging jadi itu berubah menjadi seorang bayi, yang diberi nama Sufi Firdaus.
Idos panggilan anak ini, hingga saat ini masih hidup dan mengabdikan dirinya
untuk menjadi murid Syeikh Ahmad Shohibul wafa Tajul ‘Arifin qs. (Abah Anom).

9. Menyadarkan kyai sakti

Diceritakan Bapak Etje Juardi, ada Ulama yang dikenal sakti namanya Kyai Jured
Pemalang.

Suatu hari Kiai tersebut memiliki rencana untuk menguji karomah Abah Anom
dengan kesaktian yang dimilikinya.

Kiai tersebut datang ke Pondok Pesantren Suryalaya dengan satu bis yang
membawa 70 santrinya. Semua santri disebar disekitar Pesantren Suryalaya, setelah Kiai
itu masuk ke halaman Abah Anom, tidak disangka Abah Anom sudah berada didepan
madrasah dan menyuruh Kiai untuk masuk ke madrasah Abah Anom bersama 70
santrinya yang telah disebar. Kiai tersebut merasa kaget akan kasyaf (penglihatan
batin)nya Mursyid TQN. Abah Anom meminta Kiai tersebut dan para santrinya untuk
makan dahulu yang telah Beliau sediakan di madrasah.

Di dalam madrasah Kiai memuji Abah Anom tentang pesantren Beliau yang
sangat luas nan indah, tetapi dibumbui kritik secara halus tentang kekurangan
pesantrenya yaitu tidak adanya burung cendrawasih, burung yang terkenal akan bulunya
yang indah. Beliau hanya tersenyum dan menimpalinya dengan jawaban yang singkat :
“Tentu saja Kiai”. Suatu di luar jangkauan akal setelah jawaban itu burung cendrawasih
yang berbulu indah melayang-layang di dalam madrasah yang sesekali hinggap. Kejadian
itu membuat terpesonanya akan karomah yang dimiliki Beliau, Kiai itu diam seribu
bahasa.
Keajaiban lagi, ketika makan dengan para santrinya yang 70 pun nasi yang di
sediakan dalam bakul kecil itu tidak pernah habis.

Namun, Kiai ini masih penasaran dan tidak mau kalah begitu saja, setelah makan
Kiai tersebut meminta kepada Beliau untuk mengangkat kopeah/peci yang telah “diisi“,
yang sebelumnya dicoba oleh para santrinya tidak terangkat sedikitpun. Subhanallah ..
hanya dengan tepukan tangan Abah Anom ke lantai kopeah itu melayang-layang.

Selanjutnya Kiai tersebut mengeluarkan batu yang telah disediakan sebelumnya,


dan batu itu dipukul dengan “kekuatan” tangannya sendiri sehingga terbelah menjadi dua,
sedangkan belahannya diberikan kepada Abah Anom. Kiai itu meminta kepada Abah
Anom untuk memukulnya sebagaimana yang telah dicontohkannya.

Abah Anom mengatakan kepada kiai itu : “Abah tidak bisa apa-apa, baiklah”
selanjutnya batu itu diusap oleh tangan Abah dan batu itu menjadi air ,subhanallah…

Kiai menguji lagi karomah Abah Anom dengan kelapa yang telah dibawa santri
dari daerahnya. Kiai tersebut meminta yang aneh-aneh kepada Abah Anom agar isi dalam
kelapa tersebut ada ikan yang memiliki sifat dan bentuk tertentu.

Dengan tawadlunya Abah Anom menjawab: “Masya Allah, kenapa permintaan


kiai ke Abah berlebihan?, Abah tidak bisa apa-apa . Selanjutnya Abah Anom berkata : “
Baiklah kalau begitu, kita memohon kepada Allah. Mudah-mudahan Allah mengabulkan
kita”. Setelah berdoa Beliau menyuruh kelapa itu untuk dibelah dua, dan dengan izin
Allah didalam kelapa itu ada ikan yang sesuai dengan permintaan sang kiai.
Subhanalllah…

Selanjutnya, entah darimana datangnya di tangan Abah Anom sudah ada ketepel,
dan ketepel itu diarahkan atau ditembakan kelangit-langit madrasah, sungguh diluar
jangkauan akal, muncul dari langit-langit burung putih yang jatuh dihadapan Kiai dan
Beliau

Setelah kejadian itu, Kiai menangis dipangkuan Abah Anom Akhirnya Kiai
memohon kepada Abah Anom untuk diangkat menjadi muridnya.

Kiai itu ditalqin dzikir TQN Setelah ditalqin Kiai menangis dipangkuan Abah
Anom sampai tertidur. Anehnya, Bangun dari tidur sudah berada dimesjid.
Subhanallah….
10. Menolong muridnya (akhwat) yang akan diperkosa dari jarak jauh.

Abdul telah tiada. Bunga di atas kuburan Abdul yang terletak di area kuburan blok
Nyongklang Selajambe Kab. Kuningan tampak masih segar sekalipun sudah tiga hari
terpanggang panas terik matahari. Begitu pula gundukan tanah merah tampak terlihat
masih basah padahal kuburan sekelilingnya sudah kering bahkan terlihat retak-retak
akibat kemarau berkepanjangan.
Sepintas, tak ada yang istimewa pada kuburan tersebut. Sama saja seperti kuburan
yang lainnya. Namun sesuatu yang beda akan terasa disana. Wangi bunga akan tercium
manakala orang melewati kuburan tersebut. Emangnya, siapa sich, yang “tertidur” di
dalam sana? Inilah kisahnya….
Adalah Abdul, seorang laki-laki yang 3/4 usianya dihabiskan dalam lembah
kemaksiatan. Di kota Metropolitan, Abdul menjelma menjadi bajingan yang Super
Haram Jadah. Ia adalah jagoan yang tak pernah kenal rasa takut. Bagi sesama penjahat,
Abdul adalah momok yang menakutkan. Bagi polisi lelaki yang sekujur tubuhnya
dipenuhi tato wanita telanjang itu merupakan sosok penjahat yang super licin yang sulit
ditangkap karena kepandaiannya menggunakan jampi-jampi sehingga mampu berkelit
dari kejaran aparat. Kapanpun dan dimanapun, perbuatan maksiat tak pernah ia lewatkan.
Hingga suatu malam di bulan November 2005….. Niat jahatnya muncul kembali
ketika melihat seorang penumpang wanita sendirian di mobil omprengan daerah
Plumpang, Jakarta Utara. Bersama dua orang temannya, ditodongkannya pisau ke arah
sopir dan kernet yang tidak berdaya menghadapi ancaman tersebut. Keduanya lalu diikat
lalu Abdul CS. membawa kendaraan tersebut ke salah satu tempat di Bogor yang sudah
mereka persiapkan sebelumnnya.
Sesampainya di tempat, Abdul CS. bermaksud untuk memperkosa wanita cantik
tersebut. Dengan cara paksaan, wanita itu -sebut saja Sinta- diminta untuk melayani nafsu
binatangnya. Namun Sinta berupaya sekuat tenaga untuk melepaskan diri dari bahaya
sambil berteriak : “Abah, Abah, Abah, tolong saya!”. Subhanalloh, atas kehendak-Nya,
disaat Abdul akan melampiaskan nafsu kebinatangannya, tiba-tiba saja “burung”
miliknya mendadak terkulai lemas dan ia merasakan kesakitan yang luar biasa. Begitu
juga kedua temannya yang akan memperkosa Sinta mengalami hal serupa. Dalam
keadaan seperti itu, Sinta langsung melarikan diri………..
Setelah kejadian tersebut, Abdul CS mengalami nasib naas. Kemaluannya
membengkak dan tiga bulan kemudian, dua orang temannya mati mengenaskan akibat
“burung”nya MEMBESAR. Untunglah, Abdul cepat sadar. Ia tahu, bahwa peristiwa
tersebut merupakan hukuman dari Allah atas dosa-dosa mereka yang telah diperbuat.
Lalu, ia menemuia salah seorang temannya yang sudah terlebih dahulu insyaf dan
bertaubat.
Setelah diutarakan maksud dan kedatangannya, teman Abdul tersebut
membawanya ke salah satu Majlis Dzikir dan kemudian bertaubat. Melalui Kiayi yang
menuntunnya, iapun tahu bahwa taubat tidak berarti harus menghilangkan seluruh tato
yang ada ditubuhnya. Dengan semangat yang kuat dan tekad yang membaja, Abdulpun
mendapatkan Talqin Dzikir dan mengamalkan semua amaliahnya seperti Khotaman
meskipun dia hafalkan dari latinnya.
Teman-teman seprofesi dulu di Jakarta banyak yang ia temui sehingga dia
memutuskan untuk hijrah dari Jakarta ke kampung halamannya, takut jika niat jahatnya
kembali muncul. Di kampung halamannya, masyarakat tidak begitu saja bisa langsung
menerimanya, malah menaruh rasa curiga bahkan tak jarang kata-kata pedas sering
dilontarkan kepadanya. Berbekal TANBIH dan dzikrullah, ia tetap tersenyum dan berbaik
budi. Sehingga akhirnya masyarakatpun dapat menerima, bahwa Abdul telah kembali ke
jalan yang lurus.
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dia menjadi buruh tani dan pekerjaan
serabutan lainnya hanya untuk sesuap nasi sehingga tetap bisa melaksanakan amaliah
dzikrullah seperti yang pernah didapatkannya di Jakarta. Hingga akhirnya, pada hari
Jum’at di tahun 2006 selepas Subuh, ia dipanggil kembali oleh Allah dalam posisi
Tawajuh.
 
11.  Mimpi Nabi Isa A.S , akhirnya jadi murid Abah

Kira-kira pada awal tahun 2000, Masjid Khadijah di Singapura di datangi Ikhwan
dari Jakarta dan beliau di beri peluang untuk menceritakan asal usulnya dan bagaimana
akhirnya jadi ikhwan atau murid Abah. Nama dan identitas beliau tidak dapat kami
umumkan disini. Beliau berkata...lebih kurang maknanya sbb:
Saya berasal dari keluarga India yang berpegang teguh pada ajaran agama Hindu
yang ada di Jakarta. Saya mempunyai nasib yang jauh lebih baik sebab tiap kali para
sama ( Kalau dalam agama Islam dengan sholat  'istikharah') untuk memilih dan melantik
tukang untuk membuat patung ( tuhan ) , nama saya yang selalu keluar. Sehingga banyak
kuil-kuil di Jakarta yang membuat Patung (Tuhan) adalah saya. Saya lah orangnya yang
lebih tahu bagaimana bentuk dan coraknya , bagaimana jarinya yang menggenggam ,
yang terbuka, giginya yang mana satu di taring kan dan yang mana satu di
ratakan.........semuanya ada makna yang dalam , mengikut kepercayaan orang Hindu.
Agama hindu bagi saya tidak pernah menjadi keraguan dalam hidup saya. Seiring
dengan waktu yang berjalan dan ayah saya telah berpulang kepangkuan sang Ilahi, maka
sayalah sebagai anak sulung yang pertama kali meletakkan api untuk membakar jasad
ayahanda kami. Selepas upacara pembakaran, saya mula meragui agama Hindu, jiwa saya
mula tertanya-tanya sehingga kebingungan menyelimuti hati saya. Pada saat itu saya
memohon dengan Tuhan Semesta Alam untuk menunjukkan jalan keluar bagi
pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dijawab. Dalam agama Hindu, Tuhan Semesta
Alam itu adalah tuhan yang paling Agung dan dialah yang menjaga semua ratusan tuhan.
Tuhan Semesta Alam ini , Kalau dalam Agama Islam disebut Allah SWT.
Selepas bermohon kepada Tuhan Semesta Alam, jiwa saya sedikit merasakan
ketenangan bathin. Akhirnya saya memutuskan untuk meninggalkan agama Hindu dan
mengkaji Agama lain. Saya berniat untuk mengkaji agama Buddha & Kristian , tetapi
tidak terlintas untuk mengkaji agama Islam sebab perbuatan orang Islam sudah cukup
membuktikan kesesatan mereka. Jauh sekali agama Islam dalam lubuk hati sanubari saya
untuk mengkajinya.
Untuk lebih memahami ajaran Agama Budha, maka Saya masuk dan mempelajari
sekian lamanya, namun pertanyaan dari jiwa saya masih belum terjawab. Kemudian saya
masuk agama Kristian, sekian lamanya tetapi kegelisahan dalam jiwa masih ada. Saya
mulai bingung dan ragu dengan Agama budha dan Kristen. Kedua agama ini tidak
memberikan kepuasan dalam hidup saya. Saya mohon kepada Yesus agar berikan
pertolongan terhadap masalah yang meresahkan hidup saya ini.
Pada satu malam yang indah saya bermimpi didatangi sesosok yang mengaku
sebagai Nabi Isa AS. Baginda seolah-olah memahami apa yang menimpa saya, baginda
menghampiri saya dan langsung memegang dada saya dan membacakan sesuatu yang
saya tidak dapat memahaminya. Ketika itu saya terasa tenang dan bahagia sehingga air
mata menintis...seolah-olah baginda memasukkan cahaya itu ke dalam dada saya. Belum
sempat saya ucapkan terimakasih kepada baginda, baginda telah pergi tanpa menyebut
satu perkataan atau satu pesan apapun kepada saya.
Apabila saya bangun, saya menangis kerana ketenangan yang sangat dekat itu
terasa jauh, pasti akan hilang, dan pasti bingung akan datang lagi. Saya bertekad untuk
melihat kepada kefahaman orang Islam mengenai Nabi Isa ini, disinilah saya mula
memandang agama Islam. Selepas beberapa kajian dan beberapa tahun saya masuk
agama Islam.
Saya merasakan ada sesuatu dalam agama ini yang bisa menjawab atau
menenangkan jiwa saya , tapi masih tidak ketemu sekian lamanya, sehingga teman saya
yang bantu memasukkan saya ke agama Islam ini berpesan kepada saya bahwa..' jangan
masuk ke masjid lain untuk solat, hanya masjid ini sahaja Islam...' Nah , disini saya
tersentak dan mula bertanya kepada orang lain... kenapa ada perbedaan apa antara masjid
ini dan masjid lain...baru saya tahu paham apa yang dimaksudnya adalah saya Paham
Qadyani ( Ahmadiyyah ), akhirnya saya itu juga saya tinggalkan kepercayaan yang
diasingkan oleh seluruh umat Islam Indonesia dan langsung mencari sumber yang
sebenarnya (mainstream).
Pada langkah yang pertama saya masuk ke masjid mainstream, saya di takdirkan
Allah masuk ke masjid yang sedang berzikir dengan suara yang keras tetapi sistematik,
nada mereka serentak dan terpadu. Ketika mendengar zikir itu hati saya bergelojak
hidup , timbul ketenangan yang kuat, ketenangan yang sama persis ketika saya bermimpi
bertemu dengan Nabi Isa as. Selepas zikrullah saya langsung bertemu dengan pimpinan
zikir itu dan dia menganjurkan saya bertemu dengan guru mereka.
Apabila saya bertemu guru mereka, itulah detik yang sangat manis dalam hidup
saya , seolah beliau itu bapa saya, begitu mesra dan penuh dengan kecintaan. Itulah dia
Abah Anom, saya ambil baiat dengan beliau dan saya mohon agar Abah mendoakan
keluarga saya yang sangat kuat berpegang dengan ajaran Hindu. Selepas beberapa tahun,
terbukti doa Abah sangat mustajab, hampir semua adik beradik saya (yang keras
berpegang dengan ajaran Hindu ) sudah muslim melainkan ibu saya yang masih belum
pada hari ini . Saya bersyukur kepada Allah kerana telah menjawab permohonan saya
sehingga bertemu dengan agama yang betul di tangan seorang yang sangat betul dalam
hal kerohaniannya. Profesi saya sekarang bisnis dengan permaidani dengan buatan tangan
sehingga berkat doa Abah , saya mempunyai kilang untuk menguruskan perdagangan ini,
dan bisa mengirim ke Masjid Khadijah ini.
Saya makin diperlihatkan karomah Abah setiap hari dan ramai jugak masuk Islam
di tangan beliau. Sebelum saya ke sini, Abah berkata dengan saya, katanya,..." kamu ini
dulu membuat sembahan orang ( patung ), sekarang ini juga masih membuat bahagian
dari sembahan orang ( sejadah )".
Selepas mengamalkan zikrullah hati saya makin tenang syukur dan saya ingin
berpesan kepada para ikhwan Singapura, walaupun berjauhan dengan Abah, tapi dengan
rajin beramal, pasti tercapai ketenangan yang sama.....saya dapat melihat sekarang ini
bahwa agama selain Islam bukanlah sesat tetapi tidak complete, apabila orang Hindu
jumpa saya dan mereka marah-marah kepada saya sebab meninggalkan agama mereka,
saya katakan kepada mereka...... saya tidak tinggalkan agama Hindu tetapi saya upgrade
kan agama saya dengan mengikuti agama Islam. Ini yang di ajarkan Abah kepada saya.-
Sekian ringkas taklimat beliau.

12. Seekor Ikan Keluar Dari Cawan Kopi


Cerita ini alfaqir peroleh dari seorang ikhwan Singapur yang bernama Sheikh Alwi
Bin Sheikh Ali pada tahun 1996. Beliau menceritakan bahawa pernah satu ketika Abah di
datangi seorang kiyai yang ada ilmu sakti beliau menunjukkan kesaktiannya kepada
Abah, tapi dapat di aman kan oleh Abah.
Pak Kiyai ini mencoba Abah untuk mengeluarkan ilmu kesaktianya, namun Abah
merendah diri, tetapi dia masih meminta dan memohon kepada Abah, lalu Abah tanya
apa yang dia mau, Kiyai ini berkata 'seekor' ikan.
Lalu Abah mengisyaratkan dengan tangannya seolah-olah beliau memancing ikan
di hadapannya, maka keluarlah se ekor ikan dari cawan kopinya Pak Kiyai ini. Ketika itu
Pak Kiyai tercengang dan terbelalak, ia tidak percaya apa yang dia lihat, ada seekor ikan
tersebut mengelitik-gelitik keluar dari cawan yang dia sendiri memintanya. Kemudian
timbul keinsafan dalam diri Pak Kiyai ini dan mohon dari Abah agar ajarkan kepadanya
ilmu tersebut, maka Abah memberikan baiáh zikir kepadanya.
Semoga Allah SWT merahmati semua para mursyid yang meneruskan memikul amanah
'cahaya haqiqah' dari satu jenerasi ke satu jenerasi yang lain.

13. Didatangi 100 Ulama yang akan mencoba kefahaman Pangersa Abah

Manqabah ini bersumberkan dari seorang ikhwan yang tidak mahu dikenali.
Beliau adalah murid Abah di Singapura, yang paling banyak melihat karomah Abah
dengan mata kepalanya sendiri secara langsung dan bukan hanya menerusi mendengar
dari orang lain.
Sehingga beliau tidak mempunyai ruang dalam dirinya yang mengkhuatiri
kewalian Abah walaupun banyak para guru yang hebat-hebat beliau telah ketemui sejak
zaman mudanya.
Selepas keperrgian Pangersa Abah, kita tidak seharusnya bersedih terus-terusan,
malah kita seharusnya bersyukur kepada Allah terus-terusan dimana Allah sempat
menemukan dalam hidup kita seorang 'wara' Nya yang sangat hebat ini, dan lebih dari itu
belajar dan ambil zikrullah darinya.
Kejadian ini saya lihat sebelum tahun 1995 dimana Abah mula uzur . Rombongan
itu terdiri dari para ulama / kiyai kebanyakanya dari Bandung dan juga dari berbagai
tempat, kelihatan mereka sudah menyiapkan soalan-soalan masing-masing untuk
ditanyakan kepada Abah, masalah-masalah fiqih dan sebagainya- yang rumit-rumit dan
payah-payah agar Abah tidak berdaya dalam menjawabnya dan mereka juga
merekamnya, dengan seperti itu mereka bermaksud untuk menjatuhkan intellektual Abah
dan menyebarkannya. Jumlah mereka yang ada dalam rombongan ini kurang lebih 100
orang.
Wakil dari rombongan itu memulai dengan kata-kata yang indah apabila sudah
sampai berhadapan dengan Abah di Madrasah Suryalaya. Kata-katanya manis bak madu
yang tumpah... bagaikan pembuka tirai bersilaturahim. Selepas itu Abah menyambut
kata-kata aluan mereka, Abah turut menyambut kedatangan mereka dengan tangan
terbuka dan Abah juga turut perihatin maksud mereka ke Suryalaya .
Abah mengatakan bahawa ‘Abah masih belajar’ dan Abah mengamalkan apa yang
diajar oleh ayahandanya. Suasana tegang bertukar jadi hening dan terharu hanya dengan
beberapa kata-kata Abah yang merendah diri itu, mereka kelihatan melinangkan air mata
mendengar ucapan Abah yang merendah diri, akhirnya mereka semua menangis dan
minta Abah baiátkan zikir. Pada awalnya mereka bersemangat untuk bertanya dengan
niat yang tidak baik tetapi bertukar menjadi insaf dan taubat.
Kejadian seperti ini sama persis berlaku pada zaman Tuan Sheikh Abdul Qodir
Jailani qs apabila beliau didatangi 100 ulama dari Baghdad dengan niat mencoba
kefahaman agamanya, Tuan Sheikh menjawab semua soalan-soalan mereka satu persatu
sebelum mereka mula membuka mulut untuk bertanya. Nah, disini terlihat cara yang
sama berlaku antara Abah dan Tuan Sheikh hanya Abah bertindak dengan cara yang
berlainan dari cara Tuan Sheikh kerana beliau mengambil sikap merendah dirinya dengan
Tuan Sheikh .
Semoga Allah SWT mencururi rahmat dan KeredhaanNya kepada Abah dan para
wakilnya, kerana telah berpenat lelah dan bersusah payah membimbing umat ke jalan
yang diredhaiNya.
Gambar sisipan adalah gambar Madrasah Pondok Pesantren Suryalaya, di mana semua
para tetamu Abah di sambutin dan di situ juga mereka yang meminta bai'at akan di
bai'atkan.

13. Pendekar Silat Ter pelanting


Kami mendapatkan kisah ini dari seorang ikhwan Singapur yang melihat dengan
mata kepalanya sendiri kejadian yang sangat ajaib ini. Beliau tidak mengizinkan namanya
serta gambarnya di siarkan dalam blog ini.
Kira-kira pada tahun 1972, beliau sedang duduk-duduk bersama teman seorang
dua dengan Abah di dalam madrasah, tiba-tiba pintu masuk yang berdekatan dengan
tangga naik di tendang dengan sangat kuat sehingga terbuka pintu tersebut. Kata ikhwan
ini , saya melihat seorang pendekar yang sangat hebat dan gerun kerana dia memakai
pakaian pendekarnya yang lengkap serta benar-benar bersedia untuk menyerang.
Kata beliau, jika dia menuju ke Abah, saya rasa tenang sedikit tetapi jika dia
menuju ke arah saya, habis semua cerita....! sambil berjenaka.
Abah dengan tenang menegur saya beserta teman disebelah : 'Ya jangan tengok,
tutup matanya ( zikir ) khafi terus, bantu-bantu Abah...'
Pendekar ini kemudian menyeret kakinya kebumi pada setiap langkah kiri dan
kanannya sambil membuka jurusan silatnya menuju ke Abah,...baru kami tahu bahawa
dia memang berniat untuk menyerang Abah, tapi Abah dengan tenang duduk di
tempatnya bersila sambil mengingatkan ikhwan untuk teruskan zikir khafinya.
Apabila, si pendekar ini dekat pada Abah kira jarak lagi 6 atau 7 langkah lagi,
beliau terpelanting ke belakang dan jatuh rebah. Pendekar ini bangun semula dan
membuat serangan keduanya, namun apabila sambil di lokasi yang sama tadi, beliau
terpelanting ke belakang lagi. Semangatnya kuat dan buat kali ketiganya beliau bangun
dan menguatkan jurusannya agat tidak gagal lagi. Apabila sampai ke lokasi atau garisan
tadi, beliau terpelanting lagi dan terus pengsan.
Suasana sangat tengang tetapi zikir khafi sangat menenangkan. Abah memanggil
petugas madrasah Almarhum Wak Din ( beliau juga adalah bekas pesilat dan berbadan
besar yang telah berkhidmat dengan Abah sekian lamanya) untuk mengambil air untuk
Abah membacakan dan untuk disapukan air tersebut ke muka pendekar yang pengsan itu.
Sebaik sahaja pendekar itu di sapu Wak Din dengan air tersebut, beliau tersedar dari
pengsannya dan terus menangis meminta ampun kepada Abah dan menyerah diri untuk
menjadi murid Abah. Kemudian Abah mentalqinkannya zikir dan beliau menjadi ikhwan.
Kurang pasti samada beliau ini masih hidup atau sudah pulang kerahmatullah.
Semoga Allah swt membantu terus kepada para hambaNya yang menjalankan
amanah untuk hidupkan amalan zikrullah yang diperolehi secara tradisi ini dari satu
guru ke satu guru sehingga ke Kanjeng Nabi S.A.W yang kami cintai, Ameen...... inilah
dia 'sunnah' yang kita pertaruhkan pada akhir zaman...bukan mazahirnya sahaja tetapi
jawahirnya.

13. Cara Abah Berjampi Air Sangat Unik

Ramai yang telah berkunjungan ke Abah di Suryalaya dapat melihat bagaimana


Abah membaca jampinya ( ruqyah ) ke atas air yang di hajatkan sesuatu. Malah para
jamaah beratur dengan barisan yang panjang untuk mendapatkan barokah jampiannya
yang sangat unik.
Kebanyakkan waktu jampinya sangat cepat, mungkin beliau menggunakan ilmu
ma'rifahnya dalam mengisikan air untuk diberkatin. Apabila gelas atau cawan yang di
hadapkan di hadapan Abah, Abah hanya setakat memegang bibir cawan sahaja ,
kemudian beliau katakan ''udah'', sebagai tanda selesai dan pemohon boleh beredar untuk
memberi lalun kepada yang lain.
Ada yang dari jauh belum sampai di hadapannya, beliau isyaratkan dengan
tangannya sambil dikatakan ''udah'', ada pula yang datang dekat lalu di celupin jari
telunjuknya dan ada juga yang dibacakan sesuatu dengan agak lama sedikit.
Dalam tahun 2001, alfaqir pernah berjunjungan ke Abah dan berpeluang untuk
memberi Abah segelas susu untuk dibacakan atas niat tabaruk dalam thoriq, maka beliau
membacanya sehingga hampir 15 minit lamanya, yang aneh tiada orang yang berhajat
ketika itu untuk berjumpa dengan Abah.
Teknik-teknik ruqyah Abah ini sangat terkenal sehingga menjadi cerita-cerita di
bibir para murid. Namun masih juga ada individu-individu yang kurang senang dengan
cara Abah berjampi demikian.
Di khabarkan kepada alfaqir oleh seortang ikhwan yang enggan nama dan
gambarnya disiarkan dalam blog ini, sebaik sahaja beliau pulang dari menziarahi Abah,
ada kejadian berlaku.
"Ada seorang yang datang ke Suryalaya berhajat untuk minta dari Abah untuk di
bacakan dalam botol airnya. Abah tunaikan hajatnya selepas mendengar permohonannya
dengan hanya memegang bibir botol itu dengan mengatakan "udah''.
Si fulan ini, mungkin kali pertama melihat Abah jampi air, bersungut dan tidak
senang dengan cara Abah itu. Seolah-olah mencurigai sambil merasakan apa yang
dibacakan,...apa yang dilakukan, ngak ada apa-apa...! Lalu beliau selepas keluar dari
Madrasah Suryalaya berjalan di lorong-lorong itu terlihat banyak kolam ikan...di
tuangnya air dalam botol yang telah di jampikan Abah itu dengan merasakan ngak ada
apa-apa air ini..hanya memegang botol 1, 2 saat.....'
Tidak lama kemudian, beliau datang semula ke kolam yang sudah dikeromoni
orang kerana mereka melihat ikan-ikan dalam kolam tersebut timbul mati.
Baru beliau tahu betapa kuatnya jampian tersebut. Amanah manusia tidak bisa di
angkat oleh haiwan, malah gunung ganang pun ngak bisa...satu renungan buat kita
semua.
Semoga Allah SWT merahmati Abah Anom yang telah banyak membantu
masyarakat Islam kita semua tanpa jemu-jemu sehingga akhir-akhir umurnya, di atas
kerusi roda pun masih demikian.

14. Pandangan Habib Ali Batu Pahat Terhadap Abah Anom


Satu makluman kami perolehi dari Alfadhil Ustaz Mukhtar Bin Habib ketika
beliau berkunjungan ke Batu Pahat menziarahi Almarhum Habib Ali. Almarhum Habib
Ali adalah salah seorang wali Allah dan ahli mukasyifiin dari para hambaNya. Alfaqir
sendiri sudah tiga kali menziarahi beliau, pada awalnya tahun 1997.
Ramai yang tidak mengenal Habib Ali ini sehingga Almarhum Al-Allamah Habib
Omar bin Abdullah Al-Khatib mengkhabarkan kewaliannya kepada para muridnya di
Singapura. Selepas kewafatan Habib Omar, barulah para murid berkunjungan ke rumah
Habib Ali ini. Nama penuhnya ialah Almarhum Habib Ali bin Jakfar bin Ahmad bin
Abdul Qadir Alaydrus.
Rumah Habib Ali yang sangat sederhana itu sentiasa penuh dengan para tetamu
dari Singapura. Antara karomahnya, apa yang kita bicarakan dalam perjalanan ketika
menziarahinya, nanti sesudah berjumpa dengan beliau, selepas beramah mesra, beliau
akan membawa perbualan yang seolah-olah menyambung perbualan yang di ucapkan
dalam perjalanan.
Almarhum Habib Ali, sangat teliti dan halus perhatiannnya, beliau selalu memilih
perkataan yang tepat untuk berbicara agar tidak keterlaluan atau berkurangan dalam
ekspresinya.
Di khabarkan kepada kami , bahawa Ustaz Mukhtar apabila meneruskan
pengajiannya di Pondok Pesantren Suryalaya, beliau berkunjungan ke Batu Pahat
menziarahi Habib Ali untuk mendapatkan doa beliau. Pada tahun 2004 atau 2005, Ustaz
Mukhtar ketika pulang bercuti ke tanah air ( Singapura ) , beliau menziarahi Habib Ali
lagi. Apabila ditanya oleh Habib Ali mengenai tempat pengajiannya, Ustaz Mukhtar
menjawab bahawa beliau belajar di bawah bimbingan Abah Anom. Apabila Habib Ali
mendengar nama Abah Anom beliau mengatakan :
" Abah Anom adalah penegak agama Islam'.- tamat kata-kata almarhum habib.

Kata-kata Habib Ali mengembirakan Ustaz Mukhtar kerana Habib Ali sangat teliti
orangnya dalam memberikan komentar atau maklumat, ditambahkan lagi beliau seorang
wali Allah.
Penegak agama Islam dalam istilah Tasauf yang terdekat ialah sebutan
'Muhyiddin'' yang berarti 'Penghidupkan Agama''. Dengan seseorang itu berjaya
menghidupkan agama artinya dia telah menegakkan agama, dan jika seseorang itu
mematikan nilai-nilai agama artinya dia telah menghancurkan agama.-Alfaqir
Mungkin tak banyak orang yang tahu bahwa Habib Ali Batu Pahat ini dilahirkan
di Purwakarta, Jawa Barat, pada tahun 1919. Sebagian keluarganya saat ini juga masih
berada di sana.
Tahun 1926, yaitu saat berumur tujuh tahun, ia tiba di Singapura. Tapi hanya
sebentar, lalu ia kembali lagi ke Indonesia. Tahun 1929, untuk kedua kalinya ia datang ke
Singapura dan kemudian menetap di sana hingga tahun 1942.
Di Singapura, ia tinggal bersama ayah dan kakaknya, Habib Abdul Qadir bin
Ja’far Alaydrus, di sebuah rumah di Arab Street. Ketika itu sang kakak barn datang dari
Hadhramaut. Berdasarkan cerita yang pernah disampaikan Habib Ali sendiri, kedatangan
sang kakak mendapat sambutan yang amat hangat dari penduduk Singapura pada saat itu.
Habib Abdul Qadir sendiri wafat di Purwakarta dan dimakamkan di sana.
Tahun 1942, Habib Ali hijrah ke Batu Pahat, Johor, Malaysia sehingga hari
wafatnya. Semasa hidupnya di negeri rantaunya yang baru ini, Habib Ali menjadi tempat
mengadu berbagai permasalahan banyak orang, temasuk para muslimin Singapura.
Ayah Habib Ali, Habib Ja’far bin Ahmad Alaydrus, datang ke Singapura dari
Purwarkarta dan menetap di Negeri Singa itu selama beberapa tahun pada tahun 1930-an
dan tinggal di Lorong 30 Geylang. Habib Ja’far kembali ke Hadhramaut pada tahun
1938.
la wafat pada tahun 1976 di kota Tarim. Jenazahnya dimakamkan di Pemakaman
Zanbal, berdekatan dengan makam datuknya, Habib Abdullah Alaydrus.
Habib Ali wafat sekitar pukul 17.10 atau 17.15 petang pada hari Kamis 28 Jumadil
Awal 1431 atau 13 Mei 2010 dalam usia 91 tahun.
Syekh Ibrahim dan Syed Ja’far, keduanya cucu Habib Ali, dari putranya yang
bemama Syed Husein, di sampingnya ketika itu. Hari wafatnya ini menjelang lima hari
sebelum haul ayahandanya, Habib Ja’far bin Ahmad, yaitu pada 3 Jumadil Akhirah.
Dari saat Habib Ali wafat waktu dimandikan keesokan harinya, jenazahnya tak
putus-putus dikunjungi ribuan manusia dari segala penjuru dan lapisan masyarakat,
terutama dari Malaysia, Singapura, dan Indonesia. Di antara yang hadir menyampaikan
ta’ziyahnya pada saat itu adalah Syed Hamid bin Ja’far Al-Bar, mantan menteri luar
negeri dan menteri dalam negeri Malaysia.
Begitu juga bacaan Al-Quran, Yaasin, dan tahlil tak putus-putusnya dibacakan
hingga jenazahnya usai dimandikan oleh keluarga sekitar pukul 09.30, Jum’at pagi.
Karena begitu banyaknya penta’ziyah yang datang untuk dapat menghadiri prosesi
shalat Jenazah, akhirnya jenazah Habib Ali dishalatkan sebanyak dua kali. Pertama,
sebagaimana wasiatnya, dishalatkan di dalam rumah, yang diimami oleh Habib Abdullah
bin Alwi bin Muhammad Alaydrus, dan kedua di luar rumah, dengan imam Habib Hasan
bin Muhammad bin Salim Al-Attas.
Jenazahnya kemudian dimakamkan sebelum shalat Jum’at, 29 Jumadil Awal 1431
H/14 Mei 2010, di Tanah Pekuburan Islam Bukit Cermai, Batu Pahat, Johor, Malaysia.
Habib Umar bin Hamid AI-Jilani dari Makkah yang membacakan talqin pada saat itu.

15. Berkat Doa Abah - Hidupku Berubah


Manqabah kali ke 19 ini ditulis dengan penuh kesyahduan, jari-jari yang menaib
ini tidak secepat semalam, Abah telah meninggalkan kita pada tanggal masehi dimana
Pondok Pesantren Suryalaya dibangunkan iaitu 5 September.
Telah perginya seorang yang tidak tidur selama 35 tahun pada awal
kepimpinannya menjadi khalifah. Telah perginya seorang yang duduk terus menerus di
atas kerusinya bersabar dengan fizikalnya selama 16 tahun di akhir hidupnya.
Beberapa tahun yang lalu, seorang pakar perubatan menawarkan perkhidmatannya
secara percuma kerana ingin melihat Abah bangun berjalan, namun beliau menggeleng
kepalanya sambil berkata : Jantungnya berdenyut bagaikan pemuda 25 tahun tapi
fizikalnya lemah selemah seorang yang berumur 300 tahun. Isnin lalu Abah meninggal
dunia tanpa sebarang penyakit dalam usia 96 tahun.
Alfaqir mengambil baiáh zikir pada tahun 1982 dalam usia 13 tahun dengan
Almukaram Ustaz Hj Ali di Singapura, tetapi lebih awal dari itu alfaqir sudah bermain-
main dirumah beliau di Geylang Serai seawal tahun 1979 mengikut bapa alfaqir Tuan Hj
Saleh Khan Surattee yang aktif disana dengan Almukaram.
Pada tahun 1983, alfaqir berpeluang ikut berangkat ke Suryalaya dengan keluarga,
gembira terasa amat sangat , terutama apabila hajat kita untuk Abah doakan termakbul,
sudah banyak terdengar di bibir-bibir para ikhwan hal demikian dan terjadi
kemakbulannya, ada yang tak dapat anak, apabila Abah doakan kemudian dapat anak,
ada yang sekian lama tak dapat jodoh, bila Abah doakan dapat, dan macam-macam lagi.
Dalam bersiap-siap untuk berangkat, alfaqir mencari-cari hajat mana satu yang harus
alfaqir tanyakan agar di doakan Abah, masih belum ketemu mungkin kerana usia yang
masih muda.
Apabila mula berangkat di airport Changi, abang ipar alfaqir Hj Mohd Tahir yang
tidak sempat berangkat sama ke Suryalaya berpesan ke telinga alfaqir,..'Ghouse minta
Abah doakan faham bahasa Arab !...Alfaqir terasa gembira dan senang kerana ianya
adalah satu permintaan yang sangat sesuai.' Pada ketika itu alfaqir masih di sekolah
sekular Whitley Secondary School dan tidak ada sebarang asas dalam bahasa Arab, tetapi
telah mula belajar bahasa Arab fe'lu maadhi dan fe'lu mudari dengan Almukaram Ustaz
Hj Ali di rumahnya di Bedok Blk 543 ketika itu.
Apabila sudah berada di Suryalaya, alfaqir berpeluang memohon pada Abah agar
Abah mendoakan saya agar faham dalam bahasa Arab. Apabila Abah mendengarkan
hajat alfaqir itu, beliau terus berkata dengan penuh kegembiraan : 'Waah bagus niat itu',
Ye Abah doakan''. Alfaqir turut gembira dengan kegembiraan Abah, kemudian Abah
bertanya alfaqir : ''apakah sekarang kamu sedang belajar bahasa Arab ?'Alfaqir menjawab
dengan spontan 'Ye dengan Ustaz Ali." Mendengarkan jawabannya Abah bertambah
gembira dan menyebutkan... Ábah doakan'.
Selepas 2 tahun dari detik-detik manis itu, alfaqir beranikan diri memohon agar
dapat menyertai pengajian di Madrasah Aljunied Al-Islamiah di Singapura - -sebuah
sekolah yang sangat terkemuka dalam bahasa Arab yang hanya menerima penyertaan dari
murid-murid yang sudah ada asas dalam bahasa arab.
Alhamdulilah, berkat doa Abah, alfaqir diterima untuk menyambung belajar di
Madrasah Aljunied tanpa pendidikan asas dalam bahasa arab ketika itu . Satu perkara
yang sangat mengkagumkan dan tidak pernah berlaku dalam tradisi Madrasah tersebut.
Malah dalam 6 tahun sahaja, alfaqir dapat selesaikan semua peringkat pengajian di
madrasah tersebut yang biasanya di lalui murid biasa selama 12 tahun sebelum tamat
madrasah.
Berkat doa para solihin ini terbukti, sangat berkesan, apabila dibuka kan
kefahaman yang luas dalam bahasa Arab sehingga pada tiap tahun alfaqir menyandang
posisi pertama atau kedua di dalam darjah...tidak pernah posisi ketiga,....Alhamdulilah...
Lebih dari itu, alfaqir sangat tersentuh apabila berjaya dapat sambung belajar ke
Mesir dengan biasiswa , ke Universiti Al-Azhar dan di terima masuk ke kuliah Lughatul
Arabiah -bahasa Arab. Alhamdulilah, ni'mat kebersamaan dengan orang solih,
manfaatnya jalan terus hingga ke hari ini dan mendapat pengetahuan dari kitab-kitab
Arab secara santai pada hari-hari biasa hari ini...

16. Prof Drs Haji Aboebakar Atcheh

Seorang tokoh agama, ulama, pemimpin pertubuhan Islam dan penulis yang tak
asing lagi dalam masyarakat kita, beliau adalah Prof Haji Aboebakar Atjeh yang
dilahirkan pada tahun 1909 dan wafatnya diperkirakan jatuh pada tahun 1979 .
Siapa yang dapat menyangka tokoh agama dan ulama ini - yang mempunyai lebih
dari 19 karya penulisan agungnya, pemimpin pertubuhan yang besar di Indonesia , pernah
menentang Tasauf dan Thoriqah , akhirnya menyerahkan diri untuk beramal dengan
amalan berthoriqah.
Dikatakan, Almarhum Prof Aboebakar Atjeh, dalam tahun-tahun
kegemilangannya dalam kepimpinannya, menentang ajaran Tasauf dan Thoriqah khusus
di Indonesia , dalam masa yang sama beliau mencari seorang guru mursyid yang asli
dalam senyap. Beliau telah bermusafir ribuan batu jauhnya meninggalkan tanah air
kerana kehausan rohani dalam hidupnya. 
Bagi Alfaqir, riwayat hidup Almarhum Prof Aboebakar ini sama persisi seperti
riwayat hidup Imam Al-Ghazali, yang pada awalnya menentang Tasauf tapi kemudian
mencari dan akhirnya bertemu dengan orang yang di cari-cari. Almarhum Prof
Aboebakar Atjeh telah ke India, China, Turkey dan lain-lain Negara Arab/ Islam dalam
mencari seorang guru mursyid yang asli, bertahun lamanya, beliau hidup dalam
bermusafir dalam kehausan rohani.
Pada tahun 1976 , ketika almarhum mengunjungi tempat kami di Singapura beliau
menceritakan dengan titisan air mata kekesalan dan terharu atas ni’mat Allah , bahawa
beliau bersyukur bertemu dengan guru mursyid yang beliau sendiri letakkan ciri-cirinya
berdasarkan kajiannya itu, akhirnya berhasil, bila ditanya oleh ikhwan kami Hj Yahya
Hanafiah - dimana Almarhum menginap selama seminggu dirumahnya ( gambar photo
Hj Yahya no 4 dari kiri ) , 
Kenapa bapak kelihatan kesal lebih dari gembira ? ‘Jawab Almarhum : ‘Bapak
berjumpa guru mursyid dalam negeri sendiri, bapak jumpa Abah, dalam usia sisa-sisa ini
dan sudah tidak boleh buat apa-apa lagi, jika bapak masih muda lagi, pasti banyak bapak
boleh bantu Abah....’’ kata-kata Almarhum yang di akhiri dengan tangisan tanpa suara
yang memberikan kesan kepada sekeliling yang mendengar dan mereka juga
melinangkan airmata
Perjuangan ilmiah Almarhum tidak habis begitu sahaja, Abah memintanya agar di
terjemahkan kitab Miftahus Sudur yang berbahasa Arab ke bahasa Indonesia. Almarhum
sempat menterjemahkannya dengan baik dan sempurna , sebelum menghembuskan
nafasnya yang terakhir.
Sehingga hari ini, jariah Almarhum masih berjalan terus kerana kitab ini telah
dapat dimanfaatkan lebih dari 5 juta para ikhwan Indonesia ( catatan statisktik 1987 )
yang mengamalkan thoriqahnya dan berapa banyak lagi yang dapat manfaat dari kitab ini
dari para pembaca umat Islam secara umum tidak dapat kita mengagaknya.
Penerimaan Almarhum dan baiáhnya ke dalam Thoriqah Qodiriyah
Naqsyabandiyah di Pondok Pesantren Suryalaya , membataskan bagi dirinya ciri-ciri
guru mursyid pada awalnya berdasarkan kajian ilmu Tasauf, sehingga bertahun-tahun
hidup kehausan dalam bermusafir, melambangkan kehebatan dan ketepatan ilmunya dan
sekaligus adalah isyarat kepada karomah Abah Anom.
Semoga Allah mencucurkan RahmatNya kepada Almarhum Bapak Professor Haji
Aboebakar Atjeh, Alfatehah .......

17. Prof Dr Haji Abdul Malik Karim Amrullah – Hamka

‘’Hamka’’ adalah ringkasan dari nama penuhnya Haji Abdul Malik bin Abdul Karim
Amrullah. Lahir di desa Tanah Sirah, Sungai Batang, Maninjau, Minangkabau, Sumatera
Barat, Indonesia, pada tanggal 16 Februari 1908 atau bertepatan dengan 13 Muharram
1326 H.
Siapa sangka mantan pemimpin Pertubuhan Islam Muhammadiyah Buya Hamka
ternyata mengikuti Thoriqoh Qodiriyah Naqsabandiyah dari Pondok Pesantren Suryalaya.
Ketua MUI ( Majlis Ulama Indonesia ) pertama ini berbaiat kepada Abah Anom, mursyid
thoriqah dari Pesantren Suryalaya Tasikmalaya lebih kurang pada awal tahun 1981.
Ketika itu ayahanda Alfaqir, Hj Saleh Khan berada di Suryalaya menziarahi Abah Anom
dan beliau mengkhabarkan kami bahawa apabila upacara baiát mengambil tempat, Abah
dan Hamka masuk ke ruang pekarangan keluarga dan di tutup pintunya agar tidak di
lihat-lihat orang semasa baiát di jalankan nanti. Ini cara terhormat bagi para ulama
mengambil baiát.
Perkara yang sama ini juga dilaporkan oleh Dr Sri Mulyati, pengajar tasawwuf
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, baru-baru ini, sambil berkata : ‘Ini penelitian pribadi
saya ketika menyelesaikan disertasi, ada fotonya ketika Buya Hamka berbaiat dengan
Abah Anom.
Ketika Buya Hamka berkunjungan ke Singapura pada tahun 1981, alfaqir sempat
mendengar ceramahnya di Masjid Muhajirin, masih teringat jelas kata-katanya dan
penjelasannya yang menunjukkan beliau sudah berbaiát dengan Abah, ketika dalam
ceramahnya beliau berkata :
‘Dalam berzikir kepada Allah ada kaifiatnya kemana di palingkan kepalanya, dari
bawah dahulu kemudian ke atas, lalu ke kanan dan kemudian ke kiri. Bukan
sebarangan..mengeleng ketika lafaz nafi, meng ‘ia’ ketika lafaz isbat.., .beliau berkata
secara gurauan’- lebih kurang maknanya.
Majlis tersebut adalah majlis ceramah beliau terakhir di Singapura yang
dihadirikan oleh ribuan para jamaah yang mengejarnya untuk bersalaman, alfaqir berjaya
dalam gelutan manusia untuk bersalaman dengannya...alhamdulilah.
Mantan Ketua Umum Fatayat NU - Dr Sri Mulyati menuturkan, Buya Hamka
sendiri pernah berujar di Pesantren Suryalaya Tasikmalaya bahwa dirinya bukanlah
Hamka, tetapi Hampa. Katanya lagi : ’Saya tahu sejarahnya, saya tahu tokoh-tokohnya,
tetapi saya tidak termasuk di dalamnya, karena itu saya mau masuk’. Akhirnya beliau
masuk, karena mungkin haus spiritual. Buya Hamka berkata: ‘diantara makhluk dan
kholik itu ada perjalanan yang harus kita tempuh. Inilah yang kita katakan thoriqoh.’
Hamka memang dikenali memahami dunia tasauf. Salah satu karyanya adalah
Tasawuf Modern, yang mengupas dunia tasawuf dan penerapannya pada era modern ini.
Masih ada satu lagi karya tasaufnya yang terakhir belum dicetak. Buya Hamka wafat
pada 24 bulan Julai tahun 1981 bertepatan dengan bulan Ramadhan dalam umurnya 73
tahun masehi. Seluruh ikhwan TQN Indonesia, Singapura dan Malaysia menunaikan solat
Ghaib baginya sebagaimana yang diminta Pondok Pesantren Suryalaya.
Tersebut kisah dalam facebook teman saya bernama Nen Maarof bahawa......"
Buya Hamka pulang dari Mekah dan melawat Pondok Persantren Suryalaya (PPS).
Katanya mendapat petunjuk Baginda saw agar melawat seorang hamba ALLAH yang
ikhlas. Bila tiba di PPS..didapati..kiyai mursyid disitu "sempoi" sahaja...tak berjubah,
serban dan berjenggot macam fahamnya tentang sunnah. Para santri yakni muridin pun
biasa saja...
Maka dimohon izin untuk membetulkan keadaan pada pak kiyai mursyid
itu...Maka dikisahkan 3 hari 3 malam..Buya Hamka asyik bagi ceramah jer...pelbagai
ilmu khasnya tasauf yang mencakupi sunnah dan adab dicurahkan...pelbagai kesilapan
pada persepsi beliau cuba dinasihati dan diperbetulkan..
Sehinggalah pada hari Buya Hamka ingin pulang...maka Pak Kiyai Mursyid pun
memeluknya dan berkata..."Ucapan jutaan terima kasih atas banyak ilmu yang telah
dicurahkan....tapi Abah mohon Buya katakan pada Abah...bagaimana mahu diamalkan
semuanya...Abah sendiri tidak mampu, apatah lagi para santri sekalian...mohon ditunjuki
ya Buya..."
maka ketika itu...tiba tiba..Buya Hamka tersedar..dn menangis terisak isak serta
melutut pada Pk Kiyai Mursyid..."benar Abah...ilmu yang banyak tidak guna jika tak
dapat diamalkan....Maka sekarang saya pula mohon Abah tunjukkan sebaik baik
amalan...Maka Buya Hamka pun ditalqinkan dengan kalimah Ikhlas...La Ila Ha Ilal
ALLAH"
Akhir hayat...sebelum Buya Hamka meninggal...beliau pergi berkhalwat khusus
pada Muryid di PPS...maka seminggu sebelum masa itu tiba..Maka Kiyai Mursyid
menyuruhnya pulang ke rumah....Selesaikan segala urusan wasiat pada keluargamu...dan
tumpukan tawajuh sepenuhnya agar baik serta mulia kembalinya...masamu selepas solat
Jumaat.
Maka selesai solat jumaat...maka kembalilah Buya Hamka ke
rahmatullah...dengan akhir kalam kalimah ikhlas yang dimuliakannya sebagai amalan
harian....Cuma mejadi isu kerana jari telunjuk kananya masih gerak gerak sedangkan
doktor sudah mengesahkan kematiannya.....seperti isyarat bertasbih.
Maka dilaporkan pada Kiyai Mursyid. Maka Kiyai Mursyid dengan tersenyum..
menghantar wakilnya....Setibanya sang wakil...lantas memberi salam pada jenazah..dan
mengatakan.."udah udah..ruhmu dan nyawamu sudah kembali..jasadnya harus
tenang...jangan mencarik adat..." maka hentilah jari yang bertasbih itu.
Al Fatihah kepada Buya Hamka...semoga digolongkan dalam golongan solihin.
Amin.Amin Amin.-Tamat nukilan dari Nen Maarof
Penyertaan Buya Hamka ke Thoriqah Qodiriyah Naqsyabandiyah Pondok
Pesantren Suryalaya bukan sahaja satu pencapaian murni bagi Buya Hamka sahaja, demi
rohaninya, tapi ianya juga salah satu karomah Abah Anom... gai mana menumpahkan
keinsafan kedalam diri manusia, apalagi ulama.
Ini gambar Buya Hamka di beri Abah sebatang tongkat dan sebuah jubah.
18. Letusan Gunung Galunggung 1982

Gunung Galunggung (dahulunya dieja Galoen-gong) termasuk gunung yang aktif


di Jawa Barat, Indonesia, kira-kira 80 km tenggara wilayah Jawa Barat, Bandung (atau
kira-kira 25 km ke timur Jawa Barat dari bandar Garut). Letusan sebelumnya adalah pada
tahun 1882.
Letusan terakhir ini terjadi pada 5 April 1982 yang disertai dengan suara
dentuman, pijaran api dan kilatan halilintar. Kegiatan ini berlangsung selama 6 bulan dan
berakhir pada 8 Januari 1983. Selama letusan ini terjadi ada sekitar 18 orang meninggal
dunia sebagian besar terjadi karena sebab tidak kaitan langsung dengan letusan seperti
kecelakaan lalu lintas atau umur yang sudah tua, kedinginan dan kekurangan pangan.
Diperkirakan pada letusan ini kerugian sekitar Rp.1 Milyar(1982) dan 22 desa ditinggal
tanpa penghuni.
Letusan ini menyebabkan berubahnya peta wilayah pada radius 20km dari kawah
gunung Galunggung yang mencakup Kecamatan Indihiang, Kecamatan Sukaratu dan
Kecamatan Leuwisari. Perubahan ini di sebabkan pada terputusnya jaringan jalan, aliran
sungai dan areal perkampungan yang diakibatkan melimpahnya lava dingin berupa
material batu, kerikil dan pasir.
Pondok Pesantren Suryalaya terletak di kaki gunung Galunggung. Selepas letusan
yang bersejarah ini, para wakil dari Bangsa-Bangsa Bersatu, para pengkaji bumi datang
membuat wisata dan kajian berdasarkan ilmu kaji bumi mereka. Mereka mengungkapkan
kekaguman dan kehairanan kerana mendapatkan Pondok Pesantren Suryalaya terletak
sergam di kaki gunung tersebut tiada tersentuh sedikit pun dari limpahannya, padahal
semua limpahan lavanya terlimpah jatuh dengan dahsyatnya di bahagian sebelah gunung
yang lain dan jauh pula pengalirannya.
Abah membuat ucapannya sempena letusan itu sambil berkata : ‘ Kita harus
bersyukur kerana Allah SWT masih ingin perjalanan kita diteruskan.’

Anda mungkin juga menyukai