Saat manaqib beberapa bulan yang lalu, saya bertemu dengan seorang Ikhwan
yang berasal dari Tasikmalaya usianya kurang lebih 70 tahun dan telah mengenal Abah
Anom semenjak beliau masih muda.
Manaqib di Suryalaya beberapa bulan yang lalu, saya bertemu Ir. Ayat Hidayat,
Ketua Koperasi Hidmat - PP Suryalaya. Mengetahui bahwa beliau mengenal Abah
Anom sejak dahulu, sayapun bertanya pengalaman yang paling berkesan bersama Abah
Anom. Beliau termenung sejenak, lalu berkata: "Suatu hari setelah shalat dhuhur
berjamaah, Abah menawarkan makan siang di Madrasahnya (rumah Abah). Kesempatan
ini tidak saya sia-siakan, kami makan hanya berdua".
Setelah makan, Abah mengajak saya berkeliling kebun (tanah) yang dimilikinya.
Dalam perjalanan Abah selalu berdecak-decak karena ada sisa makanan yang terselip
digiginya. Tidak jauh dari tempat kami berdiri, ada setumpuk dahan kering yang
dikumpulkan penduduk untuk dijadikan kayu bakar, disandarkan disebuah pohon. Abah
melihat dan berniat meengambil sedikit untuk dijadikan sebagai tusuk gigi. Ketika
hendak mengambil kayu tersebut, tiba-tiba Abah Anom terperanjat dan langsung ber-
istighfar berulang kali dan membatalkan niatnya. Setelah mendengarkan beliau, saya
merenung hikmah apa yang ada dibalik cerita itu. Baru beberapa bulan kemudian saya
dapat mengambil hikmahnya, sebagai berikut:
Dalam kitab 'Risalah Qusyairiyah' dijelaskan:
Karamah yang paling besar yang dimiliki para wali, adalah selalu mendapat
pertolongan ALLAH SWT untuk taat dan terjaga dari kemaksiatan dan pertentangan.
Para Wali itu ma'shum (terjaga dan terpelihara dari dosa) sebagaimana yang terjadi bagi
para nabi. Walau mengambil hanya sedikit kayu yang nilainya tidak seberapa (mungkin
tidak bernilai sama sekali), dihadapan ALLAH itu termasuk perbuatan dosa, digolongkan
perbuatan mencuri. Bagi kita (murid) perbuatan tersebut dapat dikatakan hanya dosa kecil
saja, tetapi bagi wali tidak ada istilah dosa kecil atau besar. Para wali melihat dosa itu
adalah perbuatan menentang ALLAH SWT.
Rasulullah SAW bersabda: "Dosa yang paling besar di sisi ALLAH Ta'ala adalah
dosa yang (dianggap) paling kecil oleh manusia. Sedangkan dosa yang paling kecil di sisi
ALLAH Ta'ala adalah dosa yang (dianggap) paling besar oleh manusia".
Maksud hadist di atas adalah; apabila seseorang yang melakukan perbuatan dosa
menganggap dosa yang dilakukannya itu sangat besar, maka ia pun merasa takut dan
segera bertaubat, sehingga dosa itu diampuni dan dianggap kecil oleh Allah. Namun jika
dosa itu dianggap kecil oleh yang melakukannya,sehingga ia terus-menerus
mengulanginya, maka dosa itu menjadi besar di sisi ALLAH. Abah Anom terhindar dari
perbuatan dosa karena selalu dilindungi oleh ALLAH SWT, sebagaimana ayat dari surat
Al-A'Raf tersebut di atas.
3. Cermin kebersihan hati seorang Mursyid yang mukasyafah.
Ketika jama'ah TQN Suryalaya di suatu kampung mengadakan manaqiban, tiba-
tiba masjid tempat dimana acara itu diselenggarakan dilempari batu oleh orang-orang
yang tidak suka dengan acara tersebut. Karena sedih, beberapa orang jama'ah
memutuskan untuk pergi ke Suryalaya dengan maksud hendak mengadukan prihal
tersebut kepada Abah.
Sesampainya di Suryalaya mereka langsung menuju masjid dan berencana akan
menemui Abah setelah taushiyah shubuh....dan yang membuat para jama'ah itu kaget
adalah dalam taushiyah subuhnya Abah berkata begini:
"Alhamdulillah....semalam di suatu kampung, batu-batu pun ikut berdzikir dengan
menhampiri masjid yang di dalamnya diadakan acara manaqib"
Padahal para jama'ah belum menceritakan prihal mereka.
Demikianlah cermin kebersihan hati seorang Mursyid yang mukasyafah.
Cerita ini diambil dari ceramahnya KH.M.Abdul Gaous Saefulloh Al-Maslul atau
Ajengan Gaos salah satu wakil Talqin Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyyah Pondok
Pesantren Suryalaya Tasikmalaya, Jawa Barat Indonesia.
Diceritakan ada seorang pemuda yang hobinya melacur, pemuda tersebut berniat
untuk berhenti dari pebuatannya yang tercela. Sudah berbagai cara dilakukan untuk
menghentikannya itu tidak membuat minat lacurnya berhenti. Padahal, pelaksanaan
amalan ibadah yang “super ketat” atas petunjuk dari para kiai yang pernah dikunjungi
dari berbagai daerahpun belum berhasil. Jadi, Sudah tidak asing lagi baginya riyadloh
(latihan) seperti puasa, dzikir, sholat baik yang sifatnya wajib maupun sunat dan amalan
lainnya.
Dalam keadaan kondisi jiwa yang begitu kritis, datanglah pemuda itu ke Pondok
Pesantren Suryalaya untuk menemui seorang Waliullah yaitu Abah Anom dan
menceritakan maksud kedatangannya. Abah Anom berkata : “Tidak apa-apa, asal jangan
dilakukan didepan Abah”. Setelah itu pemuda yang hobi “jajan” perempuan ditalqin
dzikir TQN untuk diamalkan.
Seperti biasa pemuda tersebut datang ke hotel yang telah dipesan untuk
melaksanakan hasrat nafsunya “meniduri” wanita pelacur. Setelah siap-siap semuanya,
terbesit dalam jiwanya akan bayangan wajah Abah Anom “Asal jangan dihadapan
Abah!”, pemuda itu terkejut dan gelisah, dengan segera meninggalkan hotel. Gagallah
keinginan nafsunya.
Dihari yang lain, pemuda itu datang lagi ke hotel untuk melaksanakan hasrat
nafsunya yang tidak terbendung. Namun, disaat detik-detik akan melaksanakan
maksiatnya muncul wajah Abah Anom “Tidak apa-apa, asal jangan dihadapan Abah”.
Pemuda itu kembali mengurungkan niatnya dan kembali pulang.
Kejadian itu terus terulang selalu melihat bayangan wajah Abah Anom disaat-saat
akan melakukan maksiat dengan pelacur. Akhirnya, dengan kejadian itu pemuda tersebut
menghentikan dari hobinya melacur untuk selamanya dan menjadi pengamal Thoriqoh
Qodiriyyah Naqsyabandiyyah.
Sesungguhnya kejadian itu suatu anugrah dari Allah untuk hamba yang dicintai
dengan perantara Mursyid sebagai pilihan-Nya. Subhanallah..
Bayangan wajah Mursyid itu adalah sebagai burhana robbihi (cahaya / tanda dari
Allah) yang membawa berkah terhadap pemuda tersebut.
Kita teringat akan kisah salah satu utusan Allah yaitu Nabi Yusuf as. yang
ditolong Allah ketika akan terjadi maksiat dengan Siti Zulaikha. Dalam al-Qur’an Surat
Yusuf ayat 24: “Sesungguhnya wanita itu telah bemaksud (melakukan perbuatan itu)
dengan Yusuf, dan Yusuf-pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu (Zulaikha)
andaikata tidak melihat burhana robbihi yaitu tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah agar
Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu
termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.” (QS: Yusuf 24)
Dalam ayat ini terdapat perkataan Allah “Burhana Rabbihi”. Menurut perkataan
Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir Ibnu Katsir, juz II / 474 : “Adapun maksud “Burhaana
Rabbihi” yang terlihat oleh Yusuf, maka terdapat beberapa pendapat. Menurut sahabat
Abdullah bin Abbas, Said, Mujahid, Sa’id bin Jubair, Muhamad bin Sirin, Hasan,
Qatadah, Ibnu Sholeh, Dlohah, Muhammad bin Ishaq dan lain-lain yakni Yusuf melihat
bayangan ayahnya (Ya’kub), rupanya, bentuknya seakan-akan ayahnya marah-marah.
Menurut sebagian riwayat memukul dada Yusuf. Al-‘Aufi berpendapat dari Ibnu Abbas,
maksud perkataan itu ialah Yusuf teringat kepada bayangan wajah suami Zulaikha yaitu
raja Qithfir yang seolah-olah ada dirumah dan mengetahui apa yang akan diperbuat
Yusuf. Demikian juga Muhammad bin Ishaq berpendapat yang sama.” (Tafsir Ibnu
Katsir, II / 474) Subhanallah…
Cerita ini diambil dari ceramahnya KH.M.Abdul Gaous Saefulloh Al-Maslul atau
Ajengan Gaos salah satu wakil Talqin Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyyah Pondok
Pesantren Suryalaya Tasikmalaya, Jawa Barat Indonesia.
KH. Maksum memiliki seorang istri yang sedang mengandung. Menurut fonis
dokter, istri kiayi tersebut bukanlah kehamilan normal yang biasanya terjadi pada seorang
wanita. Namun istri KH.Maksum di vonis menderita kanker dan harus segera dioperasi.
Sang Kiayi akhirnya datang ke Suryalaya ingin bertemu Pangersa Abah Anom
untuk meminta doa beliau agar istrinya diberi kelancaran saat operasinya nanti. Ketika
kiayi Maksum mengutarakan maksudnya tersebut, Abah hanya berkata: “Heug, sing jadi
jelema”, dalam bahasa Indonesia: iya, jadi manusia, maksudnya adalah semoga
kandungan istri kiayi Maksum menjadi manusia dengan izin Allah.
Dan ternyata, baru saja istri kiayi Maksum satu langkah keluar dari rumah
Pangersa Abah, dia merasakan gerakan-gerakan dalam rahimnya itu, subhanallah. Kontan
saja istri kiayi Maksum kaget, dan langsung memeriksakan dirinya ke Dokter. Lalu apa
kata Dokter? Subhanallah, Dokter pun sama terkejutnya dengan pasangan suami istri
Kiayi Maksum tersebut.
Allahu Akbar, kun fayakun, dengan izin-Nya melalui doa Kekasih-Nya,
daging jadi yang asalnya akan diangkat tersebut, ternyata berubah menjadi sesosok
manusia kecil yang menggemaskan berjenis kelamin laki-laki. Ya, ternyata setelah
dioperasi daging jadi itu berubah menjadi seorang bayi, yang diberi nama Sufi Firdaus.
Idos panggilan anak ini, hingga saat ini masih hidup dan mengabdikan dirinya
untuk menjadi murid Syeikh Ahmad Shohibul wafa Tajul ‘Arifin qs. (Abah Anom).
Diceritakan Bapak Etje Juardi, ada Ulama yang dikenal sakti namanya Kyai Jured
Pemalang.
Suatu hari Kiai tersebut memiliki rencana untuk menguji karomah Abah Anom
dengan kesaktian yang dimilikinya.
Kiai tersebut datang ke Pondok Pesantren Suryalaya dengan satu bis yang
membawa 70 santrinya. Semua santri disebar disekitar Pesantren Suryalaya, setelah Kiai
itu masuk ke halaman Abah Anom, tidak disangka Abah Anom sudah berada didepan
madrasah dan menyuruh Kiai untuk masuk ke madrasah Abah Anom bersama 70
santrinya yang telah disebar. Kiai tersebut merasa kaget akan kasyaf (penglihatan
batin)nya Mursyid TQN. Abah Anom meminta Kiai tersebut dan para santrinya untuk
makan dahulu yang telah Beliau sediakan di madrasah.
Di dalam madrasah Kiai memuji Abah Anom tentang pesantren Beliau yang
sangat luas nan indah, tetapi dibumbui kritik secara halus tentang kekurangan
pesantrenya yaitu tidak adanya burung cendrawasih, burung yang terkenal akan bulunya
yang indah. Beliau hanya tersenyum dan menimpalinya dengan jawaban yang singkat :
“Tentu saja Kiai”. Suatu di luar jangkauan akal setelah jawaban itu burung cendrawasih
yang berbulu indah melayang-layang di dalam madrasah yang sesekali hinggap. Kejadian
itu membuat terpesonanya akan karomah yang dimiliki Beliau, Kiai itu diam seribu
bahasa.
Keajaiban lagi, ketika makan dengan para santrinya yang 70 pun nasi yang di
sediakan dalam bakul kecil itu tidak pernah habis.
Namun, Kiai ini masih penasaran dan tidak mau kalah begitu saja, setelah makan
Kiai tersebut meminta kepada Beliau untuk mengangkat kopeah/peci yang telah “diisi“,
yang sebelumnya dicoba oleh para santrinya tidak terangkat sedikitpun. Subhanallah ..
hanya dengan tepukan tangan Abah Anom ke lantai kopeah itu melayang-layang.
Abah Anom mengatakan kepada kiai itu : “Abah tidak bisa apa-apa, baiklah”
selanjutnya batu itu diusap oleh tangan Abah dan batu itu menjadi air ,subhanallah…
Kiai menguji lagi karomah Abah Anom dengan kelapa yang telah dibawa santri
dari daerahnya. Kiai tersebut meminta yang aneh-aneh kepada Abah Anom agar isi dalam
kelapa tersebut ada ikan yang memiliki sifat dan bentuk tertentu.
Selanjutnya, entah darimana datangnya di tangan Abah Anom sudah ada ketepel,
dan ketepel itu diarahkan atau ditembakan kelangit-langit madrasah, sungguh diluar
jangkauan akal, muncul dari langit-langit burung putih yang jatuh dihadapan Kiai dan
Beliau
Setelah kejadian itu, Kiai menangis dipangkuan Abah Anom Akhirnya Kiai
memohon kepada Abah Anom untuk diangkat menjadi muridnya.
Kiai itu ditalqin dzikir TQN Setelah ditalqin Kiai menangis dipangkuan Abah
Anom sampai tertidur. Anehnya, Bangun dari tidur sudah berada dimesjid.
Subhanallah….
10. Menolong muridnya (akhwat) yang akan diperkosa dari jarak jauh.
Abdul telah tiada. Bunga di atas kuburan Abdul yang terletak di area kuburan blok
Nyongklang Selajambe Kab. Kuningan tampak masih segar sekalipun sudah tiga hari
terpanggang panas terik matahari. Begitu pula gundukan tanah merah tampak terlihat
masih basah padahal kuburan sekelilingnya sudah kering bahkan terlihat retak-retak
akibat kemarau berkepanjangan.
Sepintas, tak ada yang istimewa pada kuburan tersebut. Sama saja seperti kuburan
yang lainnya. Namun sesuatu yang beda akan terasa disana. Wangi bunga akan tercium
manakala orang melewati kuburan tersebut. Emangnya, siapa sich, yang “tertidur” di
dalam sana? Inilah kisahnya….
Adalah Abdul, seorang laki-laki yang 3/4 usianya dihabiskan dalam lembah
kemaksiatan. Di kota Metropolitan, Abdul menjelma menjadi bajingan yang Super
Haram Jadah. Ia adalah jagoan yang tak pernah kenal rasa takut. Bagi sesama penjahat,
Abdul adalah momok yang menakutkan. Bagi polisi lelaki yang sekujur tubuhnya
dipenuhi tato wanita telanjang itu merupakan sosok penjahat yang super licin yang sulit
ditangkap karena kepandaiannya menggunakan jampi-jampi sehingga mampu berkelit
dari kejaran aparat. Kapanpun dan dimanapun, perbuatan maksiat tak pernah ia lewatkan.
Hingga suatu malam di bulan November 2005….. Niat jahatnya muncul kembali
ketika melihat seorang penumpang wanita sendirian di mobil omprengan daerah
Plumpang, Jakarta Utara. Bersama dua orang temannya, ditodongkannya pisau ke arah
sopir dan kernet yang tidak berdaya menghadapi ancaman tersebut. Keduanya lalu diikat
lalu Abdul CS. membawa kendaraan tersebut ke salah satu tempat di Bogor yang sudah
mereka persiapkan sebelumnnya.
Sesampainya di tempat, Abdul CS. bermaksud untuk memperkosa wanita cantik
tersebut. Dengan cara paksaan, wanita itu -sebut saja Sinta- diminta untuk melayani nafsu
binatangnya. Namun Sinta berupaya sekuat tenaga untuk melepaskan diri dari bahaya
sambil berteriak : “Abah, Abah, Abah, tolong saya!”. Subhanalloh, atas kehendak-Nya,
disaat Abdul akan melampiaskan nafsu kebinatangannya, tiba-tiba saja “burung”
miliknya mendadak terkulai lemas dan ia merasakan kesakitan yang luar biasa. Begitu
juga kedua temannya yang akan memperkosa Sinta mengalami hal serupa. Dalam
keadaan seperti itu, Sinta langsung melarikan diri………..
Setelah kejadian tersebut, Abdul CS mengalami nasib naas. Kemaluannya
membengkak dan tiga bulan kemudian, dua orang temannya mati mengenaskan akibat
“burung”nya MEMBESAR. Untunglah, Abdul cepat sadar. Ia tahu, bahwa peristiwa
tersebut merupakan hukuman dari Allah atas dosa-dosa mereka yang telah diperbuat.
Lalu, ia menemuia salah seorang temannya yang sudah terlebih dahulu insyaf dan
bertaubat.
Setelah diutarakan maksud dan kedatangannya, teman Abdul tersebut
membawanya ke salah satu Majlis Dzikir dan kemudian bertaubat. Melalui Kiayi yang
menuntunnya, iapun tahu bahwa taubat tidak berarti harus menghilangkan seluruh tato
yang ada ditubuhnya. Dengan semangat yang kuat dan tekad yang membaja, Abdulpun
mendapatkan Talqin Dzikir dan mengamalkan semua amaliahnya seperti Khotaman
meskipun dia hafalkan dari latinnya.
Teman-teman seprofesi dulu di Jakarta banyak yang ia temui sehingga dia
memutuskan untuk hijrah dari Jakarta ke kampung halamannya, takut jika niat jahatnya
kembali muncul. Di kampung halamannya, masyarakat tidak begitu saja bisa langsung
menerimanya, malah menaruh rasa curiga bahkan tak jarang kata-kata pedas sering
dilontarkan kepadanya. Berbekal TANBIH dan dzikrullah, ia tetap tersenyum dan berbaik
budi. Sehingga akhirnya masyarakatpun dapat menerima, bahwa Abdul telah kembali ke
jalan yang lurus.
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dia menjadi buruh tani dan pekerjaan
serabutan lainnya hanya untuk sesuap nasi sehingga tetap bisa melaksanakan amaliah
dzikrullah seperti yang pernah didapatkannya di Jakarta. Hingga akhirnya, pada hari
Jum’at di tahun 2006 selepas Subuh, ia dipanggil kembali oleh Allah dalam posisi
Tawajuh.
11. Mimpi Nabi Isa A.S , akhirnya jadi murid Abah
Kira-kira pada awal tahun 2000, Masjid Khadijah di Singapura di datangi Ikhwan
dari Jakarta dan beliau di beri peluang untuk menceritakan asal usulnya dan bagaimana
akhirnya jadi ikhwan atau murid Abah. Nama dan identitas beliau tidak dapat kami
umumkan disini. Beliau berkata...lebih kurang maknanya sbb:
Saya berasal dari keluarga India yang berpegang teguh pada ajaran agama Hindu
yang ada di Jakarta. Saya mempunyai nasib yang jauh lebih baik sebab tiap kali para
sama ( Kalau dalam agama Islam dengan sholat 'istikharah') untuk memilih dan melantik
tukang untuk membuat patung ( tuhan ) , nama saya yang selalu keluar. Sehingga banyak
kuil-kuil di Jakarta yang membuat Patung (Tuhan) adalah saya. Saya lah orangnya yang
lebih tahu bagaimana bentuk dan coraknya , bagaimana jarinya yang menggenggam ,
yang terbuka, giginya yang mana satu di taring kan dan yang mana satu di
ratakan.........semuanya ada makna yang dalam , mengikut kepercayaan orang Hindu.
Agama hindu bagi saya tidak pernah menjadi keraguan dalam hidup saya. Seiring
dengan waktu yang berjalan dan ayah saya telah berpulang kepangkuan sang Ilahi, maka
sayalah sebagai anak sulung yang pertama kali meletakkan api untuk membakar jasad
ayahanda kami. Selepas upacara pembakaran, saya mula meragui agama Hindu, jiwa saya
mula tertanya-tanya sehingga kebingungan menyelimuti hati saya. Pada saat itu saya
memohon dengan Tuhan Semesta Alam untuk menunjukkan jalan keluar bagi
pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dijawab. Dalam agama Hindu, Tuhan Semesta
Alam itu adalah tuhan yang paling Agung dan dialah yang menjaga semua ratusan tuhan.
Tuhan Semesta Alam ini , Kalau dalam Agama Islam disebut Allah SWT.
Selepas bermohon kepada Tuhan Semesta Alam, jiwa saya sedikit merasakan
ketenangan bathin. Akhirnya saya memutuskan untuk meninggalkan agama Hindu dan
mengkaji Agama lain. Saya berniat untuk mengkaji agama Buddha & Kristian , tetapi
tidak terlintas untuk mengkaji agama Islam sebab perbuatan orang Islam sudah cukup
membuktikan kesesatan mereka. Jauh sekali agama Islam dalam lubuk hati sanubari saya
untuk mengkajinya.
Untuk lebih memahami ajaran Agama Budha, maka Saya masuk dan mempelajari
sekian lamanya, namun pertanyaan dari jiwa saya masih belum terjawab. Kemudian saya
masuk agama Kristian, sekian lamanya tetapi kegelisahan dalam jiwa masih ada. Saya
mulai bingung dan ragu dengan Agama budha dan Kristen. Kedua agama ini tidak
memberikan kepuasan dalam hidup saya. Saya mohon kepada Yesus agar berikan
pertolongan terhadap masalah yang meresahkan hidup saya ini.
Pada satu malam yang indah saya bermimpi didatangi sesosok yang mengaku
sebagai Nabi Isa AS. Baginda seolah-olah memahami apa yang menimpa saya, baginda
menghampiri saya dan langsung memegang dada saya dan membacakan sesuatu yang
saya tidak dapat memahaminya. Ketika itu saya terasa tenang dan bahagia sehingga air
mata menintis...seolah-olah baginda memasukkan cahaya itu ke dalam dada saya. Belum
sempat saya ucapkan terimakasih kepada baginda, baginda telah pergi tanpa menyebut
satu perkataan atau satu pesan apapun kepada saya.
Apabila saya bangun, saya menangis kerana ketenangan yang sangat dekat itu
terasa jauh, pasti akan hilang, dan pasti bingung akan datang lagi. Saya bertekad untuk
melihat kepada kefahaman orang Islam mengenai Nabi Isa ini, disinilah saya mula
memandang agama Islam. Selepas beberapa kajian dan beberapa tahun saya masuk
agama Islam.
Saya merasakan ada sesuatu dalam agama ini yang bisa menjawab atau
menenangkan jiwa saya , tapi masih tidak ketemu sekian lamanya, sehingga teman saya
yang bantu memasukkan saya ke agama Islam ini berpesan kepada saya bahwa..' jangan
masuk ke masjid lain untuk solat, hanya masjid ini sahaja Islam...' Nah , disini saya
tersentak dan mula bertanya kepada orang lain... kenapa ada perbedaan apa antara masjid
ini dan masjid lain...baru saya tahu paham apa yang dimaksudnya adalah saya Paham
Qadyani ( Ahmadiyyah ), akhirnya saya itu juga saya tinggalkan kepercayaan yang
diasingkan oleh seluruh umat Islam Indonesia dan langsung mencari sumber yang
sebenarnya (mainstream).
Pada langkah yang pertama saya masuk ke masjid mainstream, saya di takdirkan
Allah masuk ke masjid yang sedang berzikir dengan suara yang keras tetapi sistematik,
nada mereka serentak dan terpadu. Ketika mendengar zikir itu hati saya bergelojak
hidup , timbul ketenangan yang kuat, ketenangan yang sama persis ketika saya bermimpi
bertemu dengan Nabi Isa as. Selepas zikrullah saya langsung bertemu dengan pimpinan
zikir itu dan dia menganjurkan saya bertemu dengan guru mereka.
Apabila saya bertemu guru mereka, itulah detik yang sangat manis dalam hidup
saya , seolah beliau itu bapa saya, begitu mesra dan penuh dengan kecintaan. Itulah dia
Abah Anom, saya ambil baiat dengan beliau dan saya mohon agar Abah mendoakan
keluarga saya yang sangat kuat berpegang dengan ajaran Hindu. Selepas beberapa tahun,
terbukti doa Abah sangat mustajab, hampir semua adik beradik saya (yang keras
berpegang dengan ajaran Hindu ) sudah muslim melainkan ibu saya yang masih belum
pada hari ini . Saya bersyukur kepada Allah kerana telah menjawab permohonan saya
sehingga bertemu dengan agama yang betul di tangan seorang yang sangat betul dalam
hal kerohaniannya. Profesi saya sekarang bisnis dengan permaidani dengan buatan tangan
sehingga berkat doa Abah , saya mempunyai kilang untuk menguruskan perdagangan ini,
dan bisa mengirim ke Masjid Khadijah ini.
Saya makin diperlihatkan karomah Abah setiap hari dan ramai jugak masuk Islam
di tangan beliau. Sebelum saya ke sini, Abah berkata dengan saya, katanya,..." kamu ini
dulu membuat sembahan orang ( patung ), sekarang ini juga masih membuat bahagian
dari sembahan orang ( sejadah )".
Selepas mengamalkan zikrullah hati saya makin tenang syukur dan saya ingin
berpesan kepada para ikhwan Singapura, walaupun berjauhan dengan Abah, tapi dengan
rajin beramal, pasti tercapai ketenangan yang sama.....saya dapat melihat sekarang ini
bahwa agama selain Islam bukanlah sesat tetapi tidak complete, apabila orang Hindu
jumpa saya dan mereka marah-marah kepada saya sebab meninggalkan agama mereka,
saya katakan kepada mereka...... saya tidak tinggalkan agama Hindu tetapi saya upgrade
kan agama saya dengan mengikuti agama Islam. Ini yang di ajarkan Abah kepada saya.-
Sekian ringkas taklimat beliau.
13. Didatangi 100 Ulama yang akan mencoba kefahaman Pangersa Abah
Manqabah ini bersumberkan dari seorang ikhwan yang tidak mahu dikenali.
Beliau adalah murid Abah di Singapura, yang paling banyak melihat karomah Abah
dengan mata kepalanya sendiri secara langsung dan bukan hanya menerusi mendengar
dari orang lain.
Sehingga beliau tidak mempunyai ruang dalam dirinya yang mengkhuatiri
kewalian Abah walaupun banyak para guru yang hebat-hebat beliau telah ketemui sejak
zaman mudanya.
Selepas keperrgian Pangersa Abah, kita tidak seharusnya bersedih terus-terusan,
malah kita seharusnya bersyukur kepada Allah terus-terusan dimana Allah sempat
menemukan dalam hidup kita seorang 'wara' Nya yang sangat hebat ini, dan lebih dari itu
belajar dan ambil zikrullah darinya.
Kejadian ini saya lihat sebelum tahun 1995 dimana Abah mula uzur . Rombongan
itu terdiri dari para ulama / kiyai kebanyakanya dari Bandung dan juga dari berbagai
tempat, kelihatan mereka sudah menyiapkan soalan-soalan masing-masing untuk
ditanyakan kepada Abah, masalah-masalah fiqih dan sebagainya- yang rumit-rumit dan
payah-payah agar Abah tidak berdaya dalam menjawabnya dan mereka juga
merekamnya, dengan seperti itu mereka bermaksud untuk menjatuhkan intellektual Abah
dan menyebarkannya. Jumlah mereka yang ada dalam rombongan ini kurang lebih 100
orang.
Wakil dari rombongan itu memulai dengan kata-kata yang indah apabila sudah
sampai berhadapan dengan Abah di Madrasah Suryalaya. Kata-katanya manis bak madu
yang tumpah... bagaikan pembuka tirai bersilaturahim. Selepas itu Abah menyambut
kata-kata aluan mereka, Abah turut menyambut kedatangan mereka dengan tangan
terbuka dan Abah juga turut perihatin maksud mereka ke Suryalaya .
Abah mengatakan bahawa ‘Abah masih belajar’ dan Abah mengamalkan apa yang
diajar oleh ayahandanya. Suasana tegang bertukar jadi hening dan terharu hanya dengan
beberapa kata-kata Abah yang merendah diri itu, mereka kelihatan melinangkan air mata
mendengar ucapan Abah yang merendah diri, akhirnya mereka semua menangis dan
minta Abah baiátkan zikir. Pada awalnya mereka bersemangat untuk bertanya dengan
niat yang tidak baik tetapi bertukar menjadi insaf dan taubat.
Kejadian seperti ini sama persis berlaku pada zaman Tuan Sheikh Abdul Qodir
Jailani qs apabila beliau didatangi 100 ulama dari Baghdad dengan niat mencoba
kefahaman agamanya, Tuan Sheikh menjawab semua soalan-soalan mereka satu persatu
sebelum mereka mula membuka mulut untuk bertanya. Nah, disini terlihat cara yang
sama berlaku antara Abah dan Tuan Sheikh hanya Abah bertindak dengan cara yang
berlainan dari cara Tuan Sheikh kerana beliau mengambil sikap merendah dirinya dengan
Tuan Sheikh .
Semoga Allah SWT mencururi rahmat dan KeredhaanNya kepada Abah dan para
wakilnya, kerana telah berpenat lelah dan bersusah payah membimbing umat ke jalan
yang diredhaiNya.
Gambar sisipan adalah gambar Madrasah Pondok Pesantren Suryalaya, di mana semua
para tetamu Abah di sambutin dan di situ juga mereka yang meminta bai'at akan di
bai'atkan.
Kata-kata Habib Ali mengembirakan Ustaz Mukhtar kerana Habib Ali sangat teliti
orangnya dalam memberikan komentar atau maklumat, ditambahkan lagi beliau seorang
wali Allah.
Penegak agama Islam dalam istilah Tasauf yang terdekat ialah sebutan
'Muhyiddin'' yang berarti 'Penghidupkan Agama''. Dengan seseorang itu berjaya
menghidupkan agama artinya dia telah menegakkan agama, dan jika seseorang itu
mematikan nilai-nilai agama artinya dia telah menghancurkan agama.-Alfaqir
Mungkin tak banyak orang yang tahu bahwa Habib Ali Batu Pahat ini dilahirkan
di Purwakarta, Jawa Barat, pada tahun 1919. Sebagian keluarganya saat ini juga masih
berada di sana.
Tahun 1926, yaitu saat berumur tujuh tahun, ia tiba di Singapura. Tapi hanya
sebentar, lalu ia kembali lagi ke Indonesia. Tahun 1929, untuk kedua kalinya ia datang ke
Singapura dan kemudian menetap di sana hingga tahun 1942.
Di Singapura, ia tinggal bersama ayah dan kakaknya, Habib Abdul Qadir bin
Ja’far Alaydrus, di sebuah rumah di Arab Street. Ketika itu sang kakak barn datang dari
Hadhramaut. Berdasarkan cerita yang pernah disampaikan Habib Ali sendiri, kedatangan
sang kakak mendapat sambutan yang amat hangat dari penduduk Singapura pada saat itu.
Habib Abdul Qadir sendiri wafat di Purwakarta dan dimakamkan di sana.
Tahun 1942, Habib Ali hijrah ke Batu Pahat, Johor, Malaysia sehingga hari
wafatnya. Semasa hidupnya di negeri rantaunya yang baru ini, Habib Ali menjadi tempat
mengadu berbagai permasalahan banyak orang, temasuk para muslimin Singapura.
Ayah Habib Ali, Habib Ja’far bin Ahmad Alaydrus, datang ke Singapura dari
Purwarkarta dan menetap di Negeri Singa itu selama beberapa tahun pada tahun 1930-an
dan tinggal di Lorong 30 Geylang. Habib Ja’far kembali ke Hadhramaut pada tahun
1938.
la wafat pada tahun 1976 di kota Tarim. Jenazahnya dimakamkan di Pemakaman
Zanbal, berdekatan dengan makam datuknya, Habib Abdullah Alaydrus.
Habib Ali wafat sekitar pukul 17.10 atau 17.15 petang pada hari Kamis 28 Jumadil
Awal 1431 atau 13 Mei 2010 dalam usia 91 tahun.
Syekh Ibrahim dan Syed Ja’far, keduanya cucu Habib Ali, dari putranya yang
bemama Syed Husein, di sampingnya ketika itu. Hari wafatnya ini menjelang lima hari
sebelum haul ayahandanya, Habib Ja’far bin Ahmad, yaitu pada 3 Jumadil Akhirah.
Dari saat Habib Ali wafat waktu dimandikan keesokan harinya, jenazahnya tak
putus-putus dikunjungi ribuan manusia dari segala penjuru dan lapisan masyarakat,
terutama dari Malaysia, Singapura, dan Indonesia. Di antara yang hadir menyampaikan
ta’ziyahnya pada saat itu adalah Syed Hamid bin Ja’far Al-Bar, mantan menteri luar
negeri dan menteri dalam negeri Malaysia.
Begitu juga bacaan Al-Quran, Yaasin, dan tahlil tak putus-putusnya dibacakan
hingga jenazahnya usai dimandikan oleh keluarga sekitar pukul 09.30, Jum’at pagi.
Karena begitu banyaknya penta’ziyah yang datang untuk dapat menghadiri prosesi
shalat Jenazah, akhirnya jenazah Habib Ali dishalatkan sebanyak dua kali. Pertama,
sebagaimana wasiatnya, dishalatkan di dalam rumah, yang diimami oleh Habib Abdullah
bin Alwi bin Muhammad Alaydrus, dan kedua di luar rumah, dengan imam Habib Hasan
bin Muhammad bin Salim Al-Attas.
Jenazahnya kemudian dimakamkan sebelum shalat Jum’at, 29 Jumadil Awal 1431
H/14 Mei 2010, di Tanah Pekuburan Islam Bukit Cermai, Batu Pahat, Johor, Malaysia.
Habib Umar bin Hamid AI-Jilani dari Makkah yang membacakan talqin pada saat itu.
Seorang tokoh agama, ulama, pemimpin pertubuhan Islam dan penulis yang tak
asing lagi dalam masyarakat kita, beliau adalah Prof Haji Aboebakar Atjeh yang
dilahirkan pada tahun 1909 dan wafatnya diperkirakan jatuh pada tahun 1979 .
Siapa yang dapat menyangka tokoh agama dan ulama ini - yang mempunyai lebih
dari 19 karya penulisan agungnya, pemimpin pertubuhan yang besar di Indonesia , pernah
menentang Tasauf dan Thoriqah , akhirnya menyerahkan diri untuk beramal dengan
amalan berthoriqah.
Dikatakan, Almarhum Prof Aboebakar Atjeh, dalam tahun-tahun
kegemilangannya dalam kepimpinannya, menentang ajaran Tasauf dan Thoriqah khusus
di Indonesia , dalam masa yang sama beliau mencari seorang guru mursyid yang asli
dalam senyap. Beliau telah bermusafir ribuan batu jauhnya meninggalkan tanah air
kerana kehausan rohani dalam hidupnya.
Bagi Alfaqir, riwayat hidup Almarhum Prof Aboebakar ini sama persisi seperti
riwayat hidup Imam Al-Ghazali, yang pada awalnya menentang Tasauf tapi kemudian
mencari dan akhirnya bertemu dengan orang yang di cari-cari. Almarhum Prof
Aboebakar Atjeh telah ke India, China, Turkey dan lain-lain Negara Arab/ Islam dalam
mencari seorang guru mursyid yang asli, bertahun lamanya, beliau hidup dalam
bermusafir dalam kehausan rohani.
Pada tahun 1976 , ketika almarhum mengunjungi tempat kami di Singapura beliau
menceritakan dengan titisan air mata kekesalan dan terharu atas ni’mat Allah , bahawa
beliau bersyukur bertemu dengan guru mursyid yang beliau sendiri letakkan ciri-cirinya
berdasarkan kajiannya itu, akhirnya berhasil, bila ditanya oleh ikhwan kami Hj Yahya
Hanafiah - dimana Almarhum menginap selama seminggu dirumahnya ( gambar photo
Hj Yahya no 4 dari kiri ) ,
Kenapa bapak kelihatan kesal lebih dari gembira ? ‘Jawab Almarhum : ‘Bapak
berjumpa guru mursyid dalam negeri sendiri, bapak jumpa Abah, dalam usia sisa-sisa ini
dan sudah tidak boleh buat apa-apa lagi, jika bapak masih muda lagi, pasti banyak bapak
boleh bantu Abah....’’ kata-kata Almarhum yang di akhiri dengan tangisan tanpa suara
yang memberikan kesan kepada sekeliling yang mendengar dan mereka juga
melinangkan airmata
Perjuangan ilmiah Almarhum tidak habis begitu sahaja, Abah memintanya agar di
terjemahkan kitab Miftahus Sudur yang berbahasa Arab ke bahasa Indonesia. Almarhum
sempat menterjemahkannya dengan baik dan sempurna , sebelum menghembuskan
nafasnya yang terakhir.
Sehingga hari ini, jariah Almarhum masih berjalan terus kerana kitab ini telah
dapat dimanfaatkan lebih dari 5 juta para ikhwan Indonesia ( catatan statisktik 1987 )
yang mengamalkan thoriqahnya dan berapa banyak lagi yang dapat manfaat dari kitab ini
dari para pembaca umat Islam secara umum tidak dapat kita mengagaknya.
Penerimaan Almarhum dan baiáhnya ke dalam Thoriqah Qodiriyah
Naqsyabandiyah di Pondok Pesantren Suryalaya , membataskan bagi dirinya ciri-ciri
guru mursyid pada awalnya berdasarkan kajian ilmu Tasauf, sehingga bertahun-tahun
hidup kehausan dalam bermusafir, melambangkan kehebatan dan ketepatan ilmunya dan
sekaligus adalah isyarat kepada karomah Abah Anom.
Semoga Allah mencucurkan RahmatNya kepada Almarhum Bapak Professor Haji
Aboebakar Atjeh, Alfatehah .......
‘’Hamka’’ adalah ringkasan dari nama penuhnya Haji Abdul Malik bin Abdul Karim
Amrullah. Lahir di desa Tanah Sirah, Sungai Batang, Maninjau, Minangkabau, Sumatera
Barat, Indonesia, pada tanggal 16 Februari 1908 atau bertepatan dengan 13 Muharram
1326 H.
Siapa sangka mantan pemimpin Pertubuhan Islam Muhammadiyah Buya Hamka
ternyata mengikuti Thoriqoh Qodiriyah Naqsabandiyah dari Pondok Pesantren Suryalaya.
Ketua MUI ( Majlis Ulama Indonesia ) pertama ini berbaiat kepada Abah Anom, mursyid
thoriqah dari Pesantren Suryalaya Tasikmalaya lebih kurang pada awal tahun 1981.
Ketika itu ayahanda Alfaqir, Hj Saleh Khan berada di Suryalaya menziarahi Abah Anom
dan beliau mengkhabarkan kami bahawa apabila upacara baiát mengambil tempat, Abah
dan Hamka masuk ke ruang pekarangan keluarga dan di tutup pintunya agar tidak di
lihat-lihat orang semasa baiát di jalankan nanti. Ini cara terhormat bagi para ulama
mengambil baiát.
Perkara yang sama ini juga dilaporkan oleh Dr Sri Mulyati, pengajar tasawwuf
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, baru-baru ini, sambil berkata : ‘Ini penelitian pribadi
saya ketika menyelesaikan disertasi, ada fotonya ketika Buya Hamka berbaiat dengan
Abah Anom.
Ketika Buya Hamka berkunjungan ke Singapura pada tahun 1981, alfaqir sempat
mendengar ceramahnya di Masjid Muhajirin, masih teringat jelas kata-katanya dan
penjelasannya yang menunjukkan beliau sudah berbaiát dengan Abah, ketika dalam
ceramahnya beliau berkata :
‘Dalam berzikir kepada Allah ada kaifiatnya kemana di palingkan kepalanya, dari
bawah dahulu kemudian ke atas, lalu ke kanan dan kemudian ke kiri. Bukan
sebarangan..mengeleng ketika lafaz nafi, meng ‘ia’ ketika lafaz isbat.., .beliau berkata
secara gurauan’- lebih kurang maknanya.
Majlis tersebut adalah majlis ceramah beliau terakhir di Singapura yang
dihadirikan oleh ribuan para jamaah yang mengejarnya untuk bersalaman, alfaqir berjaya
dalam gelutan manusia untuk bersalaman dengannya...alhamdulilah.
Mantan Ketua Umum Fatayat NU - Dr Sri Mulyati menuturkan, Buya Hamka
sendiri pernah berujar di Pesantren Suryalaya Tasikmalaya bahwa dirinya bukanlah
Hamka, tetapi Hampa. Katanya lagi : ’Saya tahu sejarahnya, saya tahu tokoh-tokohnya,
tetapi saya tidak termasuk di dalamnya, karena itu saya mau masuk’. Akhirnya beliau
masuk, karena mungkin haus spiritual. Buya Hamka berkata: ‘diantara makhluk dan
kholik itu ada perjalanan yang harus kita tempuh. Inilah yang kita katakan thoriqoh.’
Hamka memang dikenali memahami dunia tasauf. Salah satu karyanya adalah
Tasawuf Modern, yang mengupas dunia tasawuf dan penerapannya pada era modern ini.
Masih ada satu lagi karya tasaufnya yang terakhir belum dicetak. Buya Hamka wafat
pada 24 bulan Julai tahun 1981 bertepatan dengan bulan Ramadhan dalam umurnya 73
tahun masehi. Seluruh ikhwan TQN Indonesia, Singapura dan Malaysia menunaikan solat
Ghaib baginya sebagaimana yang diminta Pondok Pesantren Suryalaya.
Tersebut kisah dalam facebook teman saya bernama Nen Maarof bahawa......"
Buya Hamka pulang dari Mekah dan melawat Pondok Persantren Suryalaya (PPS).
Katanya mendapat petunjuk Baginda saw agar melawat seorang hamba ALLAH yang
ikhlas. Bila tiba di PPS..didapati..kiyai mursyid disitu "sempoi" sahaja...tak berjubah,
serban dan berjenggot macam fahamnya tentang sunnah. Para santri yakni muridin pun
biasa saja...
Maka dimohon izin untuk membetulkan keadaan pada pak kiyai mursyid
itu...Maka dikisahkan 3 hari 3 malam..Buya Hamka asyik bagi ceramah jer...pelbagai
ilmu khasnya tasauf yang mencakupi sunnah dan adab dicurahkan...pelbagai kesilapan
pada persepsi beliau cuba dinasihati dan diperbetulkan..
Sehinggalah pada hari Buya Hamka ingin pulang...maka Pak Kiyai Mursyid pun
memeluknya dan berkata..."Ucapan jutaan terima kasih atas banyak ilmu yang telah
dicurahkan....tapi Abah mohon Buya katakan pada Abah...bagaimana mahu diamalkan
semuanya...Abah sendiri tidak mampu, apatah lagi para santri sekalian...mohon ditunjuki
ya Buya..."
maka ketika itu...tiba tiba..Buya Hamka tersedar..dn menangis terisak isak serta
melutut pada Pk Kiyai Mursyid..."benar Abah...ilmu yang banyak tidak guna jika tak
dapat diamalkan....Maka sekarang saya pula mohon Abah tunjukkan sebaik baik
amalan...Maka Buya Hamka pun ditalqinkan dengan kalimah Ikhlas...La Ila Ha Ilal
ALLAH"
Akhir hayat...sebelum Buya Hamka meninggal...beliau pergi berkhalwat khusus
pada Muryid di PPS...maka seminggu sebelum masa itu tiba..Maka Kiyai Mursyid
menyuruhnya pulang ke rumah....Selesaikan segala urusan wasiat pada keluargamu...dan
tumpukan tawajuh sepenuhnya agar baik serta mulia kembalinya...masamu selepas solat
Jumaat.
Maka selesai solat jumaat...maka kembalilah Buya Hamka ke
rahmatullah...dengan akhir kalam kalimah ikhlas yang dimuliakannya sebagai amalan
harian....Cuma mejadi isu kerana jari telunjuk kananya masih gerak gerak sedangkan
doktor sudah mengesahkan kematiannya.....seperti isyarat bertasbih.
Maka dilaporkan pada Kiyai Mursyid. Maka Kiyai Mursyid dengan tersenyum..
menghantar wakilnya....Setibanya sang wakil...lantas memberi salam pada jenazah..dan
mengatakan.."udah udah..ruhmu dan nyawamu sudah kembali..jasadnya harus
tenang...jangan mencarik adat..." maka hentilah jari yang bertasbih itu.
Al Fatihah kepada Buya Hamka...semoga digolongkan dalam golongan solihin.
Amin.Amin Amin.-Tamat nukilan dari Nen Maarof
Penyertaan Buya Hamka ke Thoriqah Qodiriyah Naqsyabandiyah Pondok
Pesantren Suryalaya bukan sahaja satu pencapaian murni bagi Buya Hamka sahaja, demi
rohaninya, tapi ianya juga salah satu karomah Abah Anom... gai mana menumpahkan
keinsafan kedalam diri manusia, apalagi ulama.
Ini gambar Buya Hamka di beri Abah sebatang tongkat dan sebuah jubah.
18. Letusan Gunung Galunggung 1982