Anda di halaman 1dari 11

MORE

Indonesia

iqra.id

MENU

Home /Kolom / Sejarah /Sejarah Syekh Abdul Muhyi Pamijahan

Sejarah Syekh Abdul Muhyi Pamijahan

Abdul Lathief Kolom , Sejarah 21 September 2020

Sejarah Syekh Abdul Muhyi

Desa Pamijahan di Tasikmalaya merupakan salah satu situs sejarah Islam terbesar di Jawa Barat. Para
pengunjung dari berbagai daerah ramai mengunjungi tempat ini, baik untuk berziarah ke makam Syekh
Abdul Muhyi maupun berwisata religi khususnya di hari–hari besar Islam seperti Ramadhan dan Maulid.

Daya tariknya cukup menggiurkan, sebab selain terdapat makam para wali, Pamijahan juga sarat akan
nilai sejarah penyebaran Islam khusus di tanah Sunda, Jawa Barat.

Asal Usul Pamijahan

Mengenai asal usulnya, ada rumor mengatakan bahwa Pamijahan diartikan sebagai ‘pemujaan’. Hal ini
ditampik tegas oleh Abdullah penyusun buku Sejarah Perjuangan Syekh Haji Abdul Muhyi. Menurutnya
Pamijahan bukan berarti pemujaan, tapi tempat ikan bertelur.

Sebagaimana kata mijah dalam bahasa setempat berati ikan yang akan bertelur atau banyak bergerak
tidak bisa diam. Disebut demikian, sebab banyak hilir mudik warga yang berziarah ke makam Syekh
Abdul Muhyi dalam rentang waktu yang berbeda-beda.

Pamijahan sendiri adalah sebuah desa yang terdiri dari enam kampung, yaitu Parumpung, Pamijahan,
Panyalahan, Koranji, Pandawa dan Cicandra. Di desa-desa tersebut tersebar berbagai makam tokoh-
tokoh besar. Misalnya makam Syekh Abdul Muhyi, makam Khatib Muwahid, makam Syekh Abdul Qohar,
makam Sembah Dalem Yudanegara dan lain-lain.
Silsilah Syekh Abdul Muhyi Pamijahan

Pamijahan mulai ramai diziarahi pengunjung setelah dimakamkannya tokoh ulama karismatik dan
berpengaruh dalam penyebaran Islam di Tasikmalaya dan pengembangannya di Jawa barat. Beliau
bernama Syekh Haji Abdul Muhyi. Berdasarkan catatan R. Abdullah, silsilah beliau masih keturunan
Rasulullah generasi ke-25.

Syekh Abdul Muhyi lahir di Mataram pada tahun 1650 M. Namun, beliau tumbuh berkembang di Gresik.
Beliau memulai pengembaraan intelektualnya dengan belajar ilmu agama Islam di Gresik dan Ampel.
Kemudian di usia 19 tahun Abdul Muhyi muda merantau ke Kuala Aceh selama 8 tahun.

Di sana Abdul Muhyi berguru kepada Syekh Abdul Ra’uf as-Sinkili, seorang ulama besar yang pernah
menuntut ilmu di sejumlah negara Arab seperti Dhoha, Yaman, Jeddah, Makkah dan Madinah. Termasuk
juga merupakan pembawa pertama Tarikat Syattariyah ke bumi Nusantara (Damanhuri : ‘Umdah al-
Muhtajan: Rujukan Tarekat Syattariyah Nusantara).

Baca juga : Maulay Syeikh Abdissalam, Wali Qutub Maroko yang Berpuasa Sejak Bayi

Kisah Syekh Abdul Muhyi Saat Belajar

Pada usia 27 tahun Syekh Abdul Muhyi dan teman-temannya melakukan rihlah ilmiah ke Baghdad Irak
dipandu gurunya, Syekh Abdul Rauf. Di sana lah beliau dapat berziarah ke makam Syekh Abdul Qadir
Jailani. Setelah itu, rombongan melanjutkan perjalanan ke Makkah untuk berhaji.

Saat mereka berada di Makkah, ada suatu kejadian mistis. Sang guru mendapat ilham bahwa diantara
muridnya akan ada yang mendapat kelebihan. Jika tanda ini muncul pada muridnya, maka murid
tersebut harus pulang dan mencari gua di pulau Jawa bagian barat dan tinggal di sana.

Saat mereka berkumpul di Masjidil Haram, tiba-tiba cahaya menyongsong menuju wajah Syekh Abdul
Muhyi. Sang guru meyakini kejadian tersebut adalah pertanda kewalian sesuai petunjuk dari ilham yang
ia peroleh.

Kembali ke Bumi Nusantara


Rombongan pun pulang ke Kuala, Aceh. Syekh Abdul Rauf lalu meminta Syekh Abdul Muhyi untuk
pulang ke kampung halamannya di Gresik. Setelah itu beliau memintanya untuk pergi mencari gua di
pulau Jawa bagian barat dan menetap di sana.

Setalah pulang ke Gresik, Syekh Abdul Muhyi mempersiapkan segala sesuatunya untuk memulai tugas
pencarian gua termasuk meminta restu orang tua. Lokasi awal yang akan dia tuju adalah Darma
Kuningan Cirebon. Di sana beliau menghabiskan waktu selama tujuh tahun.

Perjalanan berikutnya, menuju daerah Pameungpeuk Garut Selatan selama dua tahun lalu ke Batuwangi.
Kemudian pergi ke Lebaksiuh selama empat tahun. Sebagai seorang alim ulama, setiap tempat yang
beliau kunjungi tak lepas dari syiar menyebarkan agama Allah.

Hal ini terlihat, dari respon masyarakat di setiap daerah yang begitu menyukai laku lampah beliau.
Mereka pun memintanya agar tidak pergi dan tetap tinggal di kampung mereka agar bisa mengajari
mereka akidah dan syariat Islam. Petualangan beliau dari kampung ke kempung ini telah berdampak
pada berkembangnya Islam khususnya di Tasikmalaya dan Jawa Barat.

Baca juga : Kisah Abu Bakr Al Farghani Adu Kuat Lapar Melawan Rahib

Kembali ke topik pencarian gua. Sesampainya di Lebaksiuh ada sebuah lembah bernama Mujarrad. Di
sana akhirnya beliau menemukan goa yang selama ini beliau cari. Ternyata goa tersebut adalah tempat
Syekh Abdul Qadir Jailani menerima ijazah dari gurunya Imam Sanusi.

Nama Mujarrad sendiri diambil dari bahasa Arab yang salah satu artinya adalah tempat penenangan.
Bergeser ke sebelah timur terdapat kampung bernama Safarwadi. Kata Safarwadi terdiri dari dua kosa
kata. Safar berarti berjalan, dan Wadi berarti lembah atau jurang.

Sehingga jika diterjemahkan Safarwadi berarti berjalan di atas lembah atau jurang. Sebagaimana
kampung tersebut mulanya berada di sebuah lembah. Nah seiring berjalannya, waktu kawasan berubah
nama menjadi kampung Pamijahan.
Perjalanan panjang Syekh Abdul Muhyi untuk menyelesaikan titah dari gurunya untuk mencari goa ini
bersumber dari buku Sejarah Perjuangan Syekh Haji Abdul Muhyi yang disusun oleh R. Abdullah Apap
terbit tahun 1997.

Metode Dakwah Islam di Tanah Sunda

Selain perjalan panjangnya melintasi ruang dan waktu, hal unik yang rasanya perlu diulik adalah tata
cara Syekh Abdul Muhyi Pamijahan sebagai wali dalam berdakwah ajaran Islam. Dalam sebuah jurnal
bertajuk ‘Metode Dakwah Syekh Abdul Muhyi’ karya Muhammad Wildan Yahya dkk, beliau setidaknya
menerapkan dua cara berdakwah.

Pertama, bil-lisan (dengan lisan). Dakwah ini dengan cara ceramah, diskusi, talqin, bimbingan dzikir,
bandongan mengupas kitab Tarekat Syattariyah dan sorogan atau pengecekan kemampuan murid dalam
menguasai ilmu.

Kedua, bil-hal (dengan perbuatan). Dakwah ini dengan cara keteladanan akhlak mulia, dakwah praktis
seperti membimbing masyarakat agar memancing dan bercocok tanam yang produktif, pernikahan,
menyingkirkan perdukunan. Cara ini ia lakukan melalui pertarungan spiritual dan menjalin komunikasi
politik dengan penguasa setempat.

Baca juga : Kiai Muslih Mranggen dan Dzikir “As-Syaikh Abdul Qodir Waliyullah”

Sumber lainnya menyebutkan, beliau memiliki lagam suara yang indah. Sehingga setiap kali membaca
Al-Qur’an, warga tertarik untuk mempelajarinya.

Namun, warga tidak serta merta boleh memegang, membawa atau membawa Al Qur’an. Beliau
memberikan syarat yang harus mereka penuhi yakni dengan membaca dua kalimat syahadat kemudian
berwudhu dan terus meningkat.

Beliau pun menjelaskan tentang keutamaan Al Qur’an. Bahwa Al Qur’an dapat menenangkan jiwa,
mempermudah yang sulit menjadi mudah, dan dekat dengan Tuhan alam semesta yakni Allah Swt.
Dakwah yang beliau bawa sangatlah relevan dengan budaya warga sekitar. Kemudian dilakukan secara
perlahan dan bertahap, tidak keras, intoleran apalagi penuh kemurkaan. Dengan cara seperti itu,
dakwah beliau mudah diterima masyarakat.

Ini mengingatkan kita pada dakwah Nabi Muhammad Saw. Syekh Abdul Muhyi Pamijahan adalah figur
yang sangat lembuh, berhati mulia, menjunjung tinggi kejujuran, keadilan serta peduli terhadap
masyarakat. Saat dilempar kotoran unta, bukannya marah beliau justru memafkannya. Saat dicaci maki,
beliau malah berdoa kepada Allah agar mereka diampuni karena ketidaktahuan mereka.

Keindahan perangai Rasul tidak hanya diakui oleh para sahabat namun diakui juga oleh para musuh
beliau. Bahkan tidak jarang dari mereka yang awalnya membenci beliau justru masuk Islam setelah
hatinya tersentuh oleh akhlak mulia Rasulullah Saw.

Artikel Terkait:

Karomah-Karomah Sunan Bayat

Innalillahi, Pengasuh Pesantren Sidogiri KH Nawawi Abdul Djalil Wafat

Kiai Muslih Mranggen dan Dzikir “As-Syaikh Abdul Qodir Waliyullah”

Karomah Mbah Bolong, Santri Sunan Ampel yang Berangkat Haji Melalui Kuburan

Kisah Pemabuk yang Menjadi Wali Abdal

Syekh Astari Cakung dan Karomahnya

Kisah Abu Bakr Al Farghani Adu Kuat Lapar Melawan Rahib

Mengingat Pesan Perdamaian Walisongo

Wali Pitu (7), Bukti Perkembangan Islam di Bali

Apakah Wali Itu Ada?

#karomah ulama nusantara#Kisah Wali#Wali

Abdul Lathief

Alumnus Universitas Ez-Zitouna Tunisia Jurusan Sejarah Peradaban Islam dan penyukai sejarah dan isu-
isu keagamaan
Related posts

1.

Tuan Guru dan Perubahan Sosial Masyarakat Sasak

2.

Kewajiban Manusia Menjaga Kelestarian Alam

3.

Profil Pondok Pesantren Ar-Risalah Cijantung IV Ciamis

VIEW MORE

Membicarakan Gender Equality dengan Pasangan

Membicarakan Gender Equality dengan Pasangan, Bagaimana Caranya?

Bint al-Syathi\', Mufasir Pembaru Gagasan Amin al-Khulli

be the first to comment on this article

Tinggalkan Balasan

ALAMAT EMAIL ANDA TIDAK AKAN DIPUBLIKASIKAN. RUAS YANG WAJIB DITANDAI *

COMMENT

Your Comment

NAME*

Your name *

EMAIL*

Email *
Cari …

Terpopuler

Kitab Qurrotul Uyun Versi PDF

Kitab Qurrotul Uyun Versi PDF

Barakallahu Laka Wa Baarakaa Alaika Wa Jamaa Bainakumaa

Barakallahu Laka Wa Baarakaa Alaika Wa Jamaa Bainakumaa

Barakallah Fii Umrik untuk Perempuan

Barakallah Fii Umrik untuk Perempuan

Robbi Zidni Ilma Warzuqni Fahma Artinya

Robbi Zidni Ilma Warzuqni Fahma Artinya

Teks Ijab Qobul dalam Bahasa Arab Pendek dan Singkat

Teks Ijab Qobul dalam Bahasa Arab Pendek dan Singkat

Qobiltu Nikahaha wa Tazwijaha bil Mahril Madzkur Haalan

Qobiltu Nikahaha wa Tazwijaha bil Mahril Madzkur Haalan

Qiroah

Doa Tahiyat Akhir Sebelum Salam

Doa Tahiyat Akhir Sebelum Salam

Hukum Nilai Barang yang Digadaikan, Harus Lebih Murah atau Mahal daripada Jumlah Hutang?

Hukum Nilai Barang yang Digadaikan, Harus Lebih Murah atau Mahal daripada Jumlah Hutang?

Kewajiban Manusia Menjaga Kelestarian Alam

Kewajiban Manusia Menjaga Kelestarian Alam

Gus Baha Jelaskan Ajaran ‘Manunggaling Kawula Gusti’ Syekh Siti Jenar

Gus Baha Jelaskan Ajaran ‘Manunggaling Kawula Gusti’ Syekh Siti Jenar
Kolom

Tuan Guru dan Perubahan Sosial Masyarakat Sasak

Tuan Guru dan Perubahan Sosial Masyarakat Sasak

Kewajiban Manusia Menjaga Kelestarian Alam

Kewajiban Manusia Menjaga Kelestarian Alam

Ulugh Beg dan Peran Besarnya dalam Bidang Ilmu Astronomi

Ulugh Beg dan Peran Besarnya dalam Bidang Ilmu Astronomi

Profil Pondok Pesantren Ar-Risalah Cijantung IV Ciamis

Profil Pondok Pesantren Ar-Risalah Cijantung IV Ciamis

Humor

Humor Gus Baha: Jawaban Abu Nawas saat Ditanya ‘Allah di Mana dan Sekarang Sedang Apa?’

Humor Gus Baha: Jawaban Abu Nawas saat Ditanya ‘Allah di Mana dan Sekarang Sedang Apa?’

Humor Gus Baha: Sungkan Kalau Nanti di Surga Bareng Mbah Moen

Humor Gus Baha: Sungkan Kalau Nanti di Surga Bareng Mbah Moen

Gus Baha dan Humor Orang Madura: Cara Mengukur Tiang Bendera

Gus Baha dan Humor Orang Madura: Cara Mengukur Tiang Bendera

Cerita Lucu Gus Baha Ketika Ditawari Poligami oleh Orang Madura

Cerita Lucu Gus Baha Ketika Ditawari Poligami oleh Orang Madura

Milenial

Mengapa Milenial Tak Lagi Minat Menjadi Petani?

Mengapa Milenial Tak Lagi Minat Menjadi Petani?

Reorientasi Pergeseran Standar Kesalehan di Mata Pemuda Hijrah

Reorientasi Pergeseran Standar Kesalehan di Mata Pemuda Hijrah

Marie Curie: Emansipasi Seorang Saintis

Marie Curie: Emansipasi Seorang Saintis


Menghadapi Quarter Life Crisis dengan Kiat Hidup Bahagia Ala Gus Baha

Menghadapi Quarter Life Crisis dengan Kiat Hidup Bahagia Ala Gus Baha

Perempuan

Salmiah, Perempuan Inspiratif Penggagas Kampung Sadar Zakat Sebatik Timur

Salmiah, Perempuan Inspiratif Penggagas Kampung Sadar Zakat Sebatik Timur

Guru dalam Kacamata Rahmah El-Yunusiyyah

Guru dalam Kacamata Rahmah El-Yunusiyyah

Benarkah Hawa Berasal dari Tulang Rusuk Nabi Adam?

Benarkah Hawa Berasal dari Tulang Rusuk Nabi Adam?

Memahami Hadis Laknat Malaikat atas Istri yang Menolak Ajakan Suami

Memahami Hadis Laknat Malaikat atas Istri yang Menolak Ajakan Suami

Keluarga

Sikap Gus Baha terhadap Anak Kecil yang Suka Ramai di Masjid

Sikap Gus Baha terhadap Anak Kecil yang Suka Ramai di Masjid

Generasi Sandwich, Terlahir dari ‘Banyak Anak, Banyak Rezeki’

Generasi Sandwich, Terlahir dari ‘Banyak Anak, Banyak Rezeki’

Benarkah Kewajiban Nafkah Mutlak Dibebankan pada Laki-laki?

Benarkah Kewajiban Nafkah Mutlak Dibebankan pada Laki-laki?

4 Pahala Istimewa bagi Istri yang Suka Rela Melayani Suaminya Tanpa Diminta

4 Pahala Istimewa bagi Istri yang Suka Rela Melayani Suaminya Tanpa Diminta

Sastra

Modal Nekat [Cerpen]

Modal Nekat [Cerpen]

Hanafi yang Pergi, dan Ilmu Mengabadi

Hanafi yang Pergi, dan Ilmu Mengabadi


Sepenggal Bulan Madu [Cerpen]

Sepenggal Bulan Madu [Cerpen]

Luka Simbah dalam Peluk

Luka Simbah dalam Peluk

Resensi

Islam dan Krisis Iklim: Dari Teori ke Tindakan

Islam dan Krisis Iklim: Dari Teori ke Tindakan

Risalah al-Mustahadhah (2): Kitab Primbon Masyarakat Jawa

Risalah al-Mustahadhah (2): Kitab Primbon Masyarakat Jawa

Risalah al-Mustahadhah (1): Kitab Gender Equality Pesantren

Risalah al-Mustahadhah (1): Kitab Gender Equality Pesantren

Gagasan Kiai Feminis Terkait ‘Islam Agama Ramah Perempuan’

Gagasan Kiai Feminis Terkait ‘Islam Agama Ramah Perempuan’

Reportase

Pesantren Al-Falak Pagentongan Bogor Jadi Tuan Rumah Muktamar Pemikiran Kiai-Nyai Muda

Pesantren Al-Falak Pagentongan Bogor Jadi Tuan Rumah Muktamar Pemikiran Kiai-Nyai Muda

Berdakwah dalam Budaya Digital Bukan Sekadar Memviralkan Kutipan Ayat

Berdakwah dalam Budaya Digital Bukan Sekadar Memviralkan Kutipan Ayat

Peringati Maulid Nabi dan Hari Santri, Pesantren Nurul Burhany 2 Mranggen Adakan Bincang Inspiratif
dengan Ning Balqis

Peringati Maulid Nabi dan Hari Santri, Pesantren Nurul Burhany 2 Mranggen Adakan Bincang Inspiratif
dengan Ning Balqis

Menteri Nadiem Makarim Dorong Dosen dan Mahasiswa Praktikkan Kampus Merdeka

Menteri Nadiem Makarim Dorong Dosen dan Mahasiswa Praktikkan Kampus Merdeka

Rangking Situs Islam Terpopuler


Follow Us

[instagram-feed user="iqra.id_official"]

Tag

alquran Covid-19 doa Gus Baha gus dur Milenial Ngaji Gus Baha Terbaru Niat pendidikan Perempuan
Perempuan Ulama Pesantren Ramadhan resensi syariat teladan Ulama Wanita

iqra.id

Tentang Kami

Redaksi

Kontak

Kontributor

Kirim Artikel

All Right Reserved © iqra.id

Anda mungkin juga menyukai