Anda di halaman 1dari 7

TRADISI ZIARAH BANTEN

Disusun Oleh :

Artin Setyaningsih (171340100)

Hubaib Rohmatullah (171340084)

Ziarah di makam-makan orang yang dianggap suci mempunyai tradisi yang berakar panjang
dalam sejarah perkembangan agama Islam. Perdebatan tentang tradisi ini juga bergaung jauh
dalam sejarah. Dari Ibn al-Jawz dan Ibn Taymiyah pada abad ke-12 hingga ke-13, sampai
dengan Ibn Abd al-Wahab, Rashid Rida dan Sayyid Qutb pada abad ke-19 – ke-20, perilaku
keagamaan itu dengan gigih dikecam oleh sebagian kalangan sebagai praktik syirik dan bidah.
Namun tidak sedik yang tetap mempraktikkan dan meyakininya sebagai praktik ibadah. Bahkan
ziarah kubur merupakan sebuah perilaku agama yang sangat penting di semua pelosok dunia
Islam dan berakar pada ajaran Islam. Dalam konteks seperti di atas itulah, fenomena ziarah
ternyata tidak berwajah tunggal. Ia mempunyai banyak wajah. Ia berkelindan antara kesalehan,
penonjolan identitas ke-Islaman seseorang dan bahkan dimensi komersial yang seringkali juga
membonceng dalam tradisi ziarah. Itulah realitas ziarah saat ini, yang fenomenanya begitu
beragam dan membutuhkan kajian jernih dan mendalam agar diperoleh pemahaman yang utuh.

Ziarah merupakan bentuk masdar dari kata zaara yang berarti menengok atau melawat. Luwis Ma’luf
mengartikan kata ziarah dengan “datang dengan maksud menemuinya”. Kemudian KBBI mengartikan
ziarah dengan kunjungan ke tempat yang dianggap keramat atau mulia (makam, dsb). Kubur juga biasa
disebut dengan makam adalah tempat pemakaman atau pengkuburan jenazah (orang yang sudah
meninggal). Jadi ziarah kubur adalah menengok atau mengunjungi tempat pemakaman jenazah. Menurut
terminologi syariah, ziarah kubur adalah mengunjungi pemakaman dengan niat mendoakan para penghuni
kubur serta mengambil pelajaran dari keadaan mereka. Dengan bahasa lain, ziarah adalah mendatangi
kubur sewaktu-waktu untuk memohon rahmat Tuhan bagi orang yang dikuburkan di dalamnya dan
sebagai peringatan supaya orang yang hidup dapat mengingat akan mati dan nasib di kemudian hari.
Makna ziarah tidak hanya mengunjungi pemakaman semata tetapi terdapat sebuah niat untuk mendoakan
dan mengambil pelajaran dari kegiatan ziarah tersebut.
Ulama dan ilmuan Islam dengan berdasarkan al-Qur’an dan hadis-hadis memperbolehkan ziarah dan
menganggapnya sebagai perbuatan yang memiliki keutamaan, khususnya adalah ziarah ke makam para
Nabi dan orang-orang saleh. Kegiatan ziarah kubur hingga saat ini masih menjadi sebuah kegiatan yang
banyak dilakukan oleh seluruh umat Islam di seluruh penjuru dunia. Hukum dari ziarah kubur adalah
sunnah, yaitu barang siapa yang melakukannya maka dia akan mendapatkan pahala sedangkan yang
meninggalkannya dia tidak mendapatkan dosa. Dasar diperbolehkannya ziarah adalah sebagaimana sabda
Nabi SAW: “Dulu aku pernah melarang kalian berziarah kubur, sekarang berziarahlah kalian ke
kuburan, karena itu akan mengingatkan kalian pada akhirat” (HR. Muslim).
Hakikat dari ziarah kubur adalah agar peziarah (orang yang berziarah) senantiasa mengingat kematian dan
akhirat. Dengan berziarah peziarah akan sadar bahwa kelak dia pun juga akan mati dan akan dikuburkan
sebagaimana jenazah di makam yang diziarahi.
Ziarah Banten merupakan bentuk tradisi masyarakat muslim Indonesia khususnya pulau
jawa, dan memiliki kearifan local tersendiri. Kandungan nilai kearifan local yang terdapat dalam
Ziarah Banten ini sebagai media untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, memiliki dimensi
yang mencerminkan kearifan local terhadap hubungan vertical manusia dengan Tuhan. Selain
itu, memiliki hubungan horizontal manusia dengan manusia sesuai dengan yang telah disepakati
bersama.

Tradisi Ziarah di Banten keistimewaannya adalah dari tempat yang memiliki nilai sejarah
yang luar biasa, dan cerita rakyat yang melegendaris karena tokoh-tokoh yang memiliki kekuatan
yang luar biasa. Ziarah ini bentuk dari aplikasi solidaritas yang besar karena sebagai wujud
penghormatan setinggi-tingginya kepada nenek moyang yang dianggap berjasa. Tradisi Ziarah di
Banten menjadi tempat para penziarah dan sekaligus tempat wisata religious. Karena makam-
makam yang ada di Banten cukup terkenal.

Ada beberapa tempat wisata relegius atau penziarahan yang banyak dikunjungi oleh
masyarakat Banten, dan Nusantara. Berikut nama tempat relegius beserta Tokoh dan cerita yang
terkandung didalamnya:

1. Makam Syekh Mansyur terletak di kampong Cikadueun, Desa Cikadueun, Kecamatan


Cimanuk, Paneglang.

Syekh Mansyur Cikadueun adalah ulama besar yang berasal dari Jawa Timur yang hidup
semasa dengan Syekh Nawai al Bantani. Syekh Mansyur dan Batu Qur’an, Nama Cikadueun
juga melekat dengan Batu Qur’an. Dimana dahulu diyakini bahwa Batu Qur’an ini adalah
pijakan kaki Syekh Maulana Mansyur ketika hendak berhaji ke tanah suci, Mekkah.
Ketika Syekh Mansyur pulang dari mekkah, beliau bersamaan dengan air dari tanah yang
tidak dapat berhenti mengucur. Banyak yang meyakini bahwa air tersebut adaalah air zam
zam. Syekh Mansyur bermunajat kepada Allah dengan Sholat didekat keluarnya air tersebut.
Dan selesai Syekh Mansyur sholat, beliau mendapat petunjuk dari Allah SWT dengan
menutup air itu menggunakan Al Qur’an.

Secara kasat mata batu dengan ukuran 2 meter tersebut terlihat sebagai batu pada
umumnya, dengan cara dan menggunakan apapun batu itu tidak akan terlihat seperti tulisan
Al Qur’an di batu tersebut. Namun, dengan kepercayaan tulisan Al Qur’an dapat dilhat dan
dibaca dengan bata batin.

2. Makam Syekh Muhammad Sholeh, Gunung santri merupakan salah satu bukit dan nama
kampong yang ada di Desa Bojonegara, Kabupaten Serang. Di puncak gunungnya terdapat
makam Syekh Muhammad Sholeh.

Syekh Muhammad Sholeh bin Abdurrahman adalah seorang ulama penyebar agama
Islam di kawasan Pantai Utara Banten. Syekh Muhammad Sholeh adalah santri dari Sunan
Ampel. Setelah menjadi santri Sunan Ampel, Syekh Muhammad Sholeh pun menimba ilmu
kepada Sunan Gunung Jati, atau Sultan Syarif Hidayatullah, yang kala itu sebagai penguasa
Cirebon. Kala itu Banten masih beragama Hindu, dan masih dikuasi oleh kerajaan pejajaran.
Akhirnya Syekh Muhammad Sholeh pun bertemu dengan Maulana Hasanudi di Gunung
Lempuyang dekat Kampung Merapit, Desa Ukir Sari, Kecamatan Bojonegara. Setelah
bertemu Syekh Maulana Hasanuddin menolak untuk pulang ke Cirebon, dan milih menetap
di Banten, dan berkeinginan untuk mengislamkan tatar Banten yang masih beragama Hindu.

Syekh Muhammad Sholeh pun akhirnya menetap di Gunung Santri yang merupakan
bukit dan nama kampung di Desa Bojonegara, Kecamatan Bojonegara, Kabupaten Serang
dan mulai berdakwah menemani Sultan Hasanuddin. Syekh Muhammad Sholeh wafat pada
usia 76 tahun dan berpesan kepada santrinya untuk dimakamkan di Gunung Santri. Di dekat
makam Syekh Muhammad Sholeh terdapat makam Malik, Isroil, Ali dan Akbar yang telah
setia menemani perjalanan dakwah Syekh Muhammad Sholeh. Syekh Muhammad Sholeh
wafat pada tahun 1550 Hijriah/958 M.
3. Banten Girang, salah satu situs bersejarah di Banten, yang terdapat Mkam Ki Mas Jong dan
Agus Ju.
Menurut juru kunci yang juga penduduk asli Banten, Ki Mas Jong dan Agus Ju
merupakan salah satu patih Banten Sultan Syarif Hidayatullah. Arya Jumina atau sebutan lain
dari Ki Mas Jong dan Agus Ju, kakak beradik yang memeluk Islam di Banten Girang. Karena
sebelum Banten menjadi kesultanan, Banten, Banten Girang merupakan wilayah yang
dikuasai oleh kerajaan Sunda Pejajaran. Yang agama resminya adalaah Hindu.
Selain Ki Mas Jong dan Agus Ju membantu Sultan Syarif Hidayatullah, Ki Mas Jong dan
Agus Ju juga mengupayakan masyarakat Banten Girang untuk memeluk Islam. Pendiri
Banten Girang adalah Prabu Jaya Bupati yang disebut dengan Prabu Saka Domas. Banten
Girang merupakan induk ibu kota pemerintahan pertama yang dirajai Prabu Jaya Bupati.
Situs Banten Girang yang diduga sebagai pusat kota pemerintahan memiliki hubungan
dengan gunung Pulosari sebagai gunung yang sakral. Kaitannya keagamaan Banten Girang
dengan Pulosari adalah ketika Sunan Gunung Jati dan Hasanuddin kemudian melanjutkan
perjalanana hinggga ke gunung Pulosari yang menjadi tujuan utama mereka.
4. Maqom Pangeran Jaga Lautan di Pulau Cangkir. Bentuk pulaunya cukup unik, menyerupai
cangkir, memiliki luas 4, 5 hektar. Pulau ini berada di Kecamatan Kronjo Kabupaten
Tangerang, Banten. Pulau Cangkir ini merupakan daratan terpisah dari Pulau Jawa sebelum
masyarakat membuat jalan penghubung untuk jalan para penziarah.

Dari laman Disparbanten, dijelaskan Pulau Cangkir menjadi objek wisata ziarah karena
di dalamnya terdapat maqom Pangeran Jaga Lautan yang nama aslinya adalah Syekh
Waliyuddin, seorang ulama besar di Banten. Bukan hanya di Banten Pulau ini dikenal
sebagai tempat wisata religious tetapi juga seluruh nusantara.

Di Pulau Cangkir ini pengunjung atau penziarah tidak hanya untuk berziarah akan tetapi
pengunjung juga dapat menikmati keasrian Pulau Cangkir. Dan kawasan Pulau Cangkir ini
juga kerap disebut dengan Pulau Cangkir Kronjo yang memiliki panorama hutan mangrove
yang tersebar di sepanjang jalur menuju pulau. Selain itu juga pengunjung dapat melihat,
mengamati keseharian para nelayan mulai dari menangkap ikan dan merawat kapalnya.
5. Makam KH Asnawi, Salah satu tempat ziarah yang sering dikunjungi warga Caringin,
Kampung Caringin yang berada di kecamatan Labuan Pandeglang Banten dan terkenal
pesona lautnya yang indah.

KH Asnawi dengan nama aslinya adalah Tubagus Muhammad Asnawi lahir dari
pasangan Abdurrahman dan Ratu Sabi’ah. Dari ayahnya bernasab ke sultanan Banten, nasab
dari ibunya ke pihak Sultan Agung Mataram. Sejak usia 9 tahun KH Asnawi sudah belajar
agama di Tanah Mekkah. KH Asnawi dikenal sebagai seorang yang gigih melawan
penjajahan Belanda. Ia pun mengorganisir para jawara Banten untuk menentang penjajahan.

Bertahun-tahun KH Asnawi belajar di Tanah Suci Mekkah. Hingga ketika sudah


mumpuni KH Asnawi pun dipercayai untuk mendakwahkan Agama Islam. Maka, KH
Asnawi pulang ketanah kelahirannya di Banten dan mulai mendekati masyarakat dan
menarik ketertarikan pemuda untuk belajar Agama Islam, dan menjadi muridnya. dan
disitulah nama KH Asnawi tersohor sebagi ulama besar di Banten. Ia pun mendirikan
pesantern di daerah tersebut, pesantern tersebut dikenal dengan ilmu fiqih, tasawuf, dan ilmu
bela diri. Ketika kejadian Gunung meletus, ia beserta keluarganya selamat dan mengungsi ke
kampung Muruy, tetapi semua pesanternnya di kampung Caringin hancur. ketika pulang dari
pengungsian KH Asnawi membangun ulang pesantrennya, serta mendirikan masjid yang
diberi nama Agung Assalafi. Sampai saat inipun masjid tersebut masih berdiri sampai
sekarang.

Pada tahun 1925, ia mengarahkan santri-santrinya untuk membangun jalan antara Lbuan
dan Carita. Dan pada tahun 1926 karena memimpin pemberontakan, ia dan keluarganya
dipenjarakan oleh pemerintah colonial Belanda. Pertama dipenjarakan di Tanah Abang,
kemudian di Cianjur. Selama di pengasingan, ia tetap berdakwah dan mengajarkan tarekat
kepada masyarakat Cianjur. Sementara anaknya, KH Mohammad Hadi dan menantunya, KH
Akhmad Khatib yang ikut juga dalam pemberontakan dibuang ke Digul hulu, Papua
sekarang.

Pada tahun 1931, KH Tubagus Muhammad Asnawi bebas dari penjara. Kemudian wafat
pada tahun 1937. Jenazahnya dimakamkan di Masjid Salafiah. Makamnya sekarang tidak
pernah sepi dari peziarah yang datang.
6. Batu Qur’an,Lokasinya terletak di Kabupaten Pandeglang, di kaki Gunung Karang. Batu
Qur’an merupakan salah satu obyek wisata religi di Banten dengan memiliki ciri khas tempat
dan sejarahnya yang unik. Penamaan Batu Qur’an berasal dari batu yang bertuliskan ayat Al-
Qur’an.

7. Makam Buya Histomi, lokasinya terletak di daerah Cisantri, Pandeglang, Banten. Ahmad
Histomi adalah orang yang terkenal menghabiskan hidupnya dengan mengabdikan dirinya
untuk agama Islam. Ia yang mendirikan pondok pesantren bernama Al-Hidayah.

8. Makam Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Salah satu tempat ziarah yang selalu dibanjiri
oleh warga adalah Makam Sultan Maulana Hasanuddin Banten, atau yang sering disebut
dengan Masjid Agung Banten. Jika berkunjung ke Banten tak lengkap rasanya apabila tidak
berkunjung ke komplek makam para sultan Banten. Makam-makam tersebut berada di
Masjid Agung Banten, seperti makam Sultan Maulana Hasanuddin, Sultan Ageng Tirtayasa,
Sultan Abdul Mufachir Muhammad Aliyuddin, dan lain-lain. Komplek makam ini
merupakan paling terkenal nomor satu di daerah Banten.
Sultan Maulana Hasanuddin, sultan Banten pertama, ia adalah seorang waliyullah. Putra
ke 3 Sunan Gunung Jati Cirebon. Sultan Maulana Hasanuddin pertama ke Banten atas
perintah dari ayahnya untuk menyebarkan agama Islam. Sultan Hasanuddin ke Banten, tanpa
seorangpun pengawal. Pertama ia singgah di gunung Munara Bogor. Dari sini, beliau
diarahkan melanjutkan perjalanan ke wilayah barat menuju Pulosari Pandeglang.Tetapi
beliau tidak langsung masuk ke Pulosari. Beliau singgah terlebih dahulu di Banten Girang di
daerah sungai Dalung Serang, yang merupakan pintu gerbang memesuki wilayah koloni
Pakuan Pajajaran.
Kedatangan Maulana Hasanuddin di Banten Girang disambut hangat oleh kakak beradik
yaitu Ki Mas Jong dan Ki Agus Ju. Ki Mas Jong dan Ki Agus Ju merupakan sahabat
sekaligus murid setia dari Sultan Hasanuddin. Mereka bertiga lalu mendatangi Prabu Pucuk
Umun di Pulosari, raja dan rakyatnya sang penyembah batu, untuk memeluk Islam. Akan
tetapi ajakan Sultan Hasanuddin dan sahabatnya pun di tolak. prabu Pucuk Umum justru
menantang dan ingin menjajal kesaktian Sultan Maulana Hasanuddin di hadapan para ratu
Pakuan dan Pajajaran, daerah Tegal Papak, Waringin Kurung.
Prabu Pucuk Umun, menantang Syaikh Maulana Hasanuddin untuk menjajal
kesaktiannya dengan duel beradu Ayam. Alasan Prabu Pucuk Umun mengapa beradu Ayam
karena tidak ingin menimbulkan banyak korban. Prabu Pucuk Umun memilih tempat adu
Ayamnya di Lereng Gunung Karang, karena dianggapnya sebagai tempat yang netral. Prabu
Pucuk Umun dan Syeikh Maulana Hasanuddin pun tidak hany membawa Ayam Jagonya
tetapi membawa pasukan untuk meramaikan dan menyaksikan pertarungan tersebut.

Ziarah merupakan proses menjalankan kebudayaan dengan menggunakan bahasa, yaitu


membaca doa dan berzikir. Dengan demikian, proses komunikasi dengan menggunakan bahasa
ialah sebagai proses budaya; melakukan ziarah dengan melakukan zikir, berdoa, dan menabur
bunga merupakan manifestasi komunikasi sebagai proses beribadah. Kebudayaan merupakan
sebuah gagasan ide yang berada dalam pikiran manusia dan bukanlah sebuah gejala yang
tersusun atas kebiasaan dan perilaku manusia. Bentuk kebudayaan terdiri dari norma, nilai, dan
larangan melakukan suatu tindakan dalam hal menghadapi situasi lingkungan sosial dan
kebudayaan di mana masyarakat itu menetap atau tinggal.
Makam yang dikeramatkan adalah mitos yang dibentuk di dalam sistem budaya. Mitos
adalah realitas sosial yang juga memiliki kepentingan sosial. Dengan membangun mitos tersebut
masyarakat di sekitarnya juga dapat menerima manfaat ekonomi. Sementara itu, mitos yang
dibangun masyarakat terhadap makam keramat mempunyai legitimasi untuk mengatur
masyarakat, misalnya perilaku ulama yang semasa hidupnya selalu berdoa pada malam hari yang
kemudian diikuti para pengikutnya.
Wisata religius sendiri adalah bagian dari potensi pariwisata yang dikembangkan oleh
Pemerintah Provinsi Banten karena dapat mendorong kehadiran wisatawan untuk berziarah ke
makam-makam keramat yang ada di Banten. Wisata religi memiliki daya tarik sebagai wisata
budaya selain wisata alam dan khusus. Karena itu, pengelolaan objek wisata religius di Banten
harus dilakukan secara profesional agar semakin berkembang serta menarik untuk wisatawan.

Anda mungkin juga menyukai