Anda di halaman 1dari 17

TRANSMUTASI KARAKTER KADER BIOLOGIS MENJADI IDEOLOGIS

Diajukan sebagai persyaratan mengikuti Intermediate Training HMI Cabang Serang

Oleh:

ABDULLAH AL HADAD

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

KOMISARIAT USHADA – CABANG SERANG

1440 H / 2019 M

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah yang telah menjadikan setiap insan
sederhana ini sebagai khalifah di bumi. Solawat teriring salam semoga selalu terlimpah
kepada Rasulullah SAW. Beserta keluarga, sahabat dan seluruh umat Islam.
Terselesaikannya penulisan makalah “TRANSMUTASI KARAKTER KADER
BIOLOGIS MENJADI IDEOLOGIS” ini tidak lepas dari keterlibatan berbagai pihak. Oleh
sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya atas kontribusi semua pihak
yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Makalah ini disajikan di samping sebagai persyaratan mengikuti Intermediate


Training HMI Cabang Serang , makalah ini juga disajikan guna menambah wawasan penulis
khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Bekasi, 14 Juli 2019 M

Penulis

ABDLLAH AL HADAD

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................... 1

KATA PENGANTAR ................................................................................................. 2

DAFTAR ISI ................................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...............................................................................................4


B. Rumusan Masalah ..........................................................................................6
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN

A. Kedudukan Aqidah Sebagai Ideologi................................................................7

B. Pemikiran Tokoh Politik dalam Islam...............................................................10

C. Implementasi Nilai Keislaman HMI sebagai modal Pergerakan.......................13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .....................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................19

BIODATA DIRI ............................................................................................................ 20

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tekanan kepada segi kemanusiaan dan agama ini meniadi semakin relevan, bahkan
mendesak, dalam menghadapi apa yang disebut era globalisasi, yaitu zaman yang
menyaksikan proses semakin menyatunya peradaban seluruh umat manusia berkat kemajuan
teknologi komunikasi dan transportasi. Barangkali peradaban umat manusia tidak akan
menyatu secara total sehingga hanya ada satu peradaban di seluruh muka bumi (yang
tentunya sedikit saja orang yang menghendaki demikian, karena akan membosankan). Setiap
tempat mempunyai tuntutannya sendiri, dan tuntutan itu melahirkan pola peradaban yang
spesika bagi masyamkat setempat. tetatapi jelas tidak ada cara untuk menghindarkan dampak
kemudahan berkomunikasi dan berpindah tempat, berupa kemestian terjadinya interaksi dan
saling mempengaruhi antara berbagai kelompok manusia. Karena itu juga dipcelukan adanya
Iandasan keruhanian yang kukuh untuk secara positif mempertahankan identitas, sekaligus
untuk menampakan pandangan kemajemukan dan sikap positif kepada sesama manusia dan
saling menghargai.

Berkenaan dengan ini, umat Islam boleh merasa muju, karena mereka mewarisi
peradaban yang pernah benar-benar berfungsi sebagai peradaban global. Kosmopolitanisme
Islam telah pernah menjadi kenyataan sejarah, yang meratakan kajan bagi terbentuknya
warisan kemanusiaan yang tidak dibatasi oleh pandangan pandangan kebangsaan sempit dan
parnzkialistik. Dan jika sekarang kita harus menumbuhkan semangat kemanusiaan universal
pada umat Islam, maka sebagian besar hal itu akan berarti merupakan pengulangan sejarah,
yaitu menghidupkan kembali pandangan dan pengalaman yang dahulu pernah ada pada umat
Islam sendiri. Menyadari masalah itu sebagai pcngulangan seiarah tentunya akan berdampak
meringankan beban psikologis pcrubahan sosial yang menyertai pergantian dan pandangan
yang ada sekarang ke pandangan yang lebih global.1

Terhususnya kepada kader HMI yang masih melaju di jalan kejumudan atau
kemunduran ideology mereka, seharusnya kader HMI itu bisa merekontruksi agama yang
semakin lama semakin meruntur di tubuh mereka, kader yang bangga akan diri orang lain

1
Nurkholisch Majid, Islam Dokrin dan Pradaban,(Jakarta:PARAMADINA, 1999) hal. r.

4
yang terus membudidayakan culture orang lain, maka HMI akan kehilangan marah keislaman
sesungguhnya.

A. Rumusan Masalah
1. Apa ideologi kader HMI ?
2. Bagaimanakah pandangan tokoh muslim tentang politik dan agama ?
3. Bagaimana Implementasi Nilai Keislaman HMI sebagai modal Pergerakan?

B. Tujuan Penulisan
1. Mengkaji Tentang Ideologi Kader HMI
2. Memberikan Wawasan Politik dan Agama
3. HMI Sebagai Himpunan Mahasiswa Islam sesungguhnya

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kedudukan Aqidah Sebagai Ideologi.

Definisi Aqidah

Secara harfiah (bahasa), aqidah berasal dari kta “Aqada, ya’qidu , aqdan” yang
artinya ikatan atau keyakinan.

Definisi aqidah adalah “At-Tashdiqu bil-jinan wal-qoulu bil-linsan wal-a’malu bil-


arkan” yang artinya membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan
mempraktekan dalam perbuatan atau tindakan.

Aqidah merupakan dasar keyakinan dan komitmen tentang ke-esa-an Allah swt yang
mengandung konsekuensi “attitude and behaviour” (sikap dan perilaku) ketauhi dan dalam
menunaikan segala interaksi kehidupan.

Dalam ajaran islam aqidah merupakan landasan yag mendasari seluruh aktivitas
kehidupan islami, sedangkan pelakunya disebut mukmin. Suatu perilaku yang tidak berangkat
dari landasan itu, maka perilaku itu diluar system islam atau kufur dan pelakunya disebut
kafir. Sistem keyakinan dalam ajaran islam dibangun delam enam landasan atau asas yang
lazim disebut rukun iman {Q.S An-Nisa (4):136}.

Tonggak awal sebagai fondasi rukun iman atau beraqidah ialah keimanan kepada
Allah swt , hal ini memuat kriteria sebagai berikut :

1. Membenarkan dengan yain adanya Allah


2. Membenarkan dengan yakin adanya keesaan Allah baik dalam perbuatan,
menjadikan alam, makhluk seluruhnya maupun dalam menerima ibadah seluruh
hambanya.

Membenarkan dengan yakin bahwa Allah bersifat dengan segala sifat kesempurnaan
suci dalam dari segala sifat kekurangan dan suci pula dari menyerupai segala yang baru.

6
B. Definisi Ideologi

Ideologi berasal dari kata “idea” yang artinya gagasan, pengertian kata “logi” yang
artinya pengetahuan. Jadi ideologi mempunyai arti pengetahuan tentang gagasan-gagasan,
pengetahuan tentang ide-ide, science of ideas atau ajaran tentang pengertian pengertian dasar.
Istilah ideologi pertama kali di kemukakan oleh Destutt de Tracy seorang perancis pada tahun
1796. Karl Marx mengartikan Ideologi sebagai pandangan hidup yang dikembangkan
berdasarkan kepentingan golongan atau kelas sosial tertentu dalam bidang politik atau sosial
atau sosial ekonomi. Ramlan Surbakti mengemukakan ada dua pengertian ideologi secara
fungsional dan ideologi secara struktural. Ideologi secara fungsional di golongkan menjadi
dua tipe yaitu ideologi doktriner dan ideologi yang pragmatis.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI) kata “Ideologi” berarti asas pendapat,
keyakinan yang dipakai atau yang dicita-citakan untuk dasar pemerintahan.2Bila demikian
setiap perkumpulan yang digalakkan adalah untuk menceburkan dirinya pada pengaruh
hegemoni ideologinya, maka politik boleh jadi dikatakan sebagai cerminan dari apa-apa saja
yang diyakini oleh yang mengusung pemikirannya. Melihat kembali tapak tilas revolusioner
agung yakni baginda Nabi SAW bahkan para Nabi-Nabi sebelumnya selalu saja dihadapkan
dengan imperium besar yang pongah sombong berisikan kaum-kaum pembangkang, nyatanya
islam hadir ditengah-tengah bangsa Arab diantara kekuasaan besar Romawi dan Persia yang
selalu berseteru memperebutkan wilayah atau dunianya.

a. Urgensi ideologi dalam kehidupan

1. Nilai kehidupan terletak dalam berideologi

Kehidupan manusia tanpa ideologi akan kehilangan makna dan nilai. Mayoritas umat
manusia yang terperangkap dalam nihilisme dan menganggap bahwa hidup ini tidak
mempunyai tujuan karena mereka belum mendapatkan suatu penjelasan rasional dari tujuan
kehidupan.

Seorang yang tidak memiliki ideologi yang rasional ia pasti akan merasakan beban
yang sangat berat dalam menjalani kehidupan ini. Manusia yang tidak mempunyai tujuan
dalam kehidupannya seperti seorang yang akan tenggelam di tengah gelombang laut yang
besar dan telah putus asa dengan keselamatannya.

2
Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, (Jakarta: Pustaka Amani, tp, th), hlm.
128

7
2. Cinta kesempurnaan memaksa manusia berideologi

Kecenderungan kepada kesempurnaan adalah salah satu faktor internal yang


memotivasi manusia berideologi. Setiap manusia cinta kepada kesempurnaan dan senantiasa
berupaya untuk mengantarkan dirinya kepada kesempurnaan dengan segenap
kemampuannya. Asa dan harapan manusia pada keadaan hidup yang lebih baik merupakan
bukti nyata kecenderungan manusia pada kesempurnaan. Keinginan dan kecenderungan ini
merupakan sesuatu yang esensial dalam diri manusia, kecenderungan ini mustahil dipisahkan
dari wujud manusia.

Segala upaya manusia disepanjang hidupnya disamping karena kecintaan kepada


dirinya sendiri juga dimotivasi oleh kecenderungan esensialnya kepada kesempurnaan dan
kebahagiaan. Sebagai contoh, seorang siswa yang belajar di sekolah dasar ingin cepat
menyelesaikan pelajarannya dan melanjutkan sekolahnya ketingkat yang lebih tinggi hingga
ke universitas, kecenderungannya belajar yang lebih tinggi ini tiada lain karena keinginannya
untuk menyempurna dalam keilmuan. Atau seorang pedagang yang sangat giat dalam usaha
perdagangan, ia berusaha sedemikian rupa agar bisa memperbaiki kondisi kehidupnya
menjadi lebih baik, lebih makmur, dan lebih sempurna dari sisi materi.

3. Ideologi, motivator manusia

Ideologi sebagai faktor penggerak seluruh potensi yang dimiliki manusia. Manusia
mempunyai bakat, kemampuan dan potensi-potensi yang tak terbatas dan untuk
mengaktualkan potensi-potensi tersebut membutuhkan sebuah penggerak. Penggerak ini
memberikan motivasi dan kekuatan inspirasi sedemikian kepada manusia sehingga seluruh
potensinya menjadi aktual dan wujudnya menjadi sempurna.

Begitu banyak manusia karena mengadopsi suatu ideologi yang keliru pada akhirnya
mengalami kegagalan dalam menjalani kehidupan dan umurnya menjadi sia-sia yang
selayaknya ia manfaatkan untuk mengaktualkan potensi-potensinya dan menyempurnakan
wujudnya. Orang-orang seperti ini apabila menemukan suatu ideologi yang benar maka
mereka tidak mungkin mengalami kegagalan dan terjebak dalam rutinitas kehidupan tanpa
makna.

8
4. Ideologi, Tolok Ukur Kesempurnaan

Kehidupan manusia berdasarkan mekanisme internal wujudnya sendiri mengarah


kepada kesempurnaan. Dalam esensi kehidupan ada gerak dan proses, gerakan ini mengarah
kepada kesempurnaan.

Apabila manusia memiliki ideologi dan tujuan hidup yang benar dan rasional, maka
kehidupan manusia niscaya akan sampai pada arah dan tujuan hakiki. Pemihakan manusia
terhadap ideologi yang benar akan memudahkan manusia menentukan mana jalan hidup yang
benar karena ideologi sebagai tolok ukur dan petunjuk kebenaran. Disamping itu, ideologi
juga menunjukkan tujuan dan jalan hidup yang sempurna.

5. Ideologi Merupakan Pengontrol Jiwa

Salah satu fenomena penting yang terdapat dalam jiwa manusia adalah kecenderungan
mengambil keuntungan dan manfaat. Berpijak pada kecenderungan ini, manusia senantiasa
mencari keuntungan dan manfaat bagi dirinya sendiri dan terkadang untuk mewujudkan
realitas kecenderungan itu tak segan-segan merampas hak-hak orang lain dan dengan
serakahnya mengambil harta orang lain tanpa perasaan malu.

6. Ideologi, Mewujudkan Keseimbangan Sosial

Membicarakan keseimbangan – apalagi keseimbangan sosial – akan mengarahkan pikiran


kita pada keseimbangan ekonomi, karena kita sering menggunakan tolok ukur keseimbangan
suatu masyarakat berdasarkan nilai perdagangan, nilai produksi, ekspor, dan impor. Jadi
ketika ideologi diketengahkan sebagai faktor yang dapat menciptakan suatu keseimbangan
sosial sebagian orang tidak mempercayainya.

7. Ideologi dan Kedudukan Manusia di Alam Semesta

Pengetahuan manusia akan kedudukannya di alam eksistensial ini merupakan suatu


perkara yang paling urgen dan prinsipil. Manusia senantiasa ingin mengetahui apa posisi dan
kedudukannya di alam semesta ini, dari mana mereka datang, kemana mereka akan pergi,

9
kenapa hidup di dunia ini, dan mengapa mesti meninggalkan dunia ini. Jawaban dari soal-
soal ini merupakan kebutuhan substansial manusia.

8. Ideologi dan Persatuan Bangsa-Bangsa

Tak diragukan bahwa penderitaan dan kemalangan akan meliputi dunia ini apabila
tidak terwujud persatuan di antara bangsa-bangsa. Persatuan ini, bukan hanya dibutuhkan di
antara bangsa-bangsa yang ada, tapi juga diperlukan di antara individu-individu dalam
masyarakat atau di antara individu-individu dalam suatu kelompok. Tan-persatuan ini
mustahil semua persoalan hidup dapat diselesaikan, karena tanpa perwujudan persatuan
setiap individu akan melakukan kecenderungan dan keinginan jiwanya tanpa memperhatikan
apakah kecenderungan mereka ini tidak membuat penderitaan dan kezaliman bagi orang lain.

Berdasarkan perspektif di atas, ideologi mampu menggantikan faktor suku, bahasa


dan kebangsaan, karena ideologi mempengaruhi substansi kejiwaan setiap individu-individu
lantas menarik mereka ke arah persatuan. Tapi ideologi sangatlah tidak efektif dan tidak
aplikatif dengan fenomena-fenomena yang bersifat lahiriah belaka dimana tidak berhubungan
dengan hal-hal yang esensial dan fenomena internal dari kejiwaan manusia

Jika NDP memang betul-betul dijadikan sebagai landasan ideologi yang mengajkar
kuat pada setiap diri seorang kader HMI maka telah dipastikan semangat perlawanan
melawan segala macam penindasan demi tercapainya kemerdekaan sejati pasti akan terus
digelorakan, meskipun taruhannya nyawa sekalipun, karena inti pokok NDP adalah Nilai
Tauhid yang mampu kualitas insan bernafaskan islam.

Bicara tentang Ideoligi HMI itu bicara tentang Al-Qur’an dan Al-Hadist, karena
memang para kader HMI harus menyakini secara menyeruluh atas dasar idiologi mereka,
dengan adanya NDP itu memang harus di revormasi setiap masanya tapi karena basic paling
utama Al-Qur’an dan Al-Hadist itu sudah final dan ketika para kader HMI sudah menemukan
jalan buntu maka tindakan yag paling kita pertama lakukan adalah kembali ke sumber, yaitu
Al-Qur’an dan Al-Hadist.

C. Pemikiran Tokoh Politik dalam Islam

10
Tahun keenam Hijri'ah. dengan segala suka dukanya, sedang menjelang akhir ketika
Nabi bemimpi bahwa kaum Muslim akan melaksanakan upacara haji di Masjidil Haram.
Beliau menyampaikan hadist ini kepada para sahabatnya, dan melihat sebagai pertanda baik
bagi kaum Muslim, karena mereka akan segera memenuhi hasrat ibadah meraka.

Nabi memerintahkan kaum Muslim bersiap-siap menunaikan ibadah haji, sambil


mengundang pula suku-suku tcmngga, yang masih musyrik, untuk bersama kaum Muslim
menunaikan ibadah tersebut. Beliau juga mengumumkan ke seluruh pelosok Arabia bahwa
kaum Muslim akan menuju Mekah di bulan Zulkajdah.

Perjalanan ini, selain mengandung maslahat ruhani, juga membawa keuntungan sosial
dan politik. Ia memperbaiki posisi kaum Muslim di jalirah Arab dan menjadi sarana
penyabaran Islam di kalangan Arab karena kenyataan berikut:

1. Suku-suku Arab musyrik berkesan bahwa Nabi menentang semua keyakinan dan
upacara nasional dan agama mereka, termasuk haji dan umrah, yang merupakan tanda
kenangan alas nenek moyang mereka. Karena itulah mereka takut ke-pada Nabi dan
agamanya. Ikut sertanya Nabi dan para sahabatnya dalam upacara haji dan ummh pada
kesempatan ini dapat menghilangkan ketakutan dan gangguan pikiran sebagian suku musyrik.
dan menjelaskan melalui prilaku bahwa Nabi bukan saja tidak menentang ziarah ke Ka‘bah
dan upacara haji, yang merupakan salah satu kiblat agama dan ibadah nasional mereka. Tapi
juga memang anggapnya sebagai hal yang wajib. lebih jauh. beliau sedang berusaha,
sebagaimana datuk mereka Isma‘il, untuk menghidupkan dan melestarikan upacara haji.
Melalui sarana ini, beliau dapat menarik orang-orang yang menganggap Islam sepenuhnya
bertentangan dengan tradisi nasional dan agama mereka, dan sekaligus menghilangkan
ketakutan mereka.

2. jika kaum Muslim berhasil melaksanakan ibadah haji dan menjalankan kewajiban
agama secara bebas di Masjidil Haram di depan mata Arab musyrik. perbuatan ini sendiri
akan merupakan sumber dakwah Islam terbesar, karena selama musim haji orang Arab dan'
seluruh pelosok jazirah akan datang ke Mekah dan selanjutya akan membawa berita tentang
kaum Muslim setelah mereka kembali ke tempatnya masing-masing. Dengan cara ini, risalah
Islam akan mencapai semua tempat di mana Nabi tak dapat mengirim dai, dan akan
berpengaruh di sana.

3. Nabi mengingatkan orang di Madinah tentang bulan Haram seraya berkata, “Kim
akan segera berangkal mengunjungi Rumah Allah.“ Beliau pun memrintahkan kaum Muslim

11
untuk tidak membawa senjata apa pun, kecuali pedang yang biasa dibawa musafir. Tindakan
beliau ini menarik minat banyak orang nonMuslim kepada Islam karena beriringan dengan
propaganda yang dijalankan Quraisy terhadap Islam-mereka melihat bahwa Nabi pun
menganggap perang di bulan-bulan suci sebagai perbuatan haram dan memperlakukannya
sebagai bulan-bulan suci perdamaian pula.

4. Nabi berpikir, jika berhasil pada kesempatan ilu. kaum Muslim akan mencapai
salah satu hasrat mereka (yaitu melaksanakan haji dan umrah), dan mereka yang dulu diusir
dari negeri ini dapat bertemu kembali dengnn handal tolan dan kawan mereka yang lelah
lama lerpisah. Bila orang Quraisy menghalangi, mereka akan kehilangan kedudukan mereka
di kalangan Arab. karena para wakil dari suku-suku yang lain akan menyaksikan bagaimana
perlakuan mereka terhadap kaum Muslim yang hendak menunaikan umrah dan haji tanpa
senjata kecuali senjata musafzr, padahal Masjidil Haram dan upacara haji merupakan hak
seluruh orang Arab. dan kaum Quraisy hanyalah pemelihara tempat suci itu. Dengan begitu.
kelulusun kaum Muslim dan kezaliman Quraisy akan menjadi jelas, dan ini akan
memustahilkan Quraisy mengajak suku lain untuk bersekulu melawan Islam, karena mereka
lelah menghalangi hak kaum Muslim di hadapan ribuan jamaah haji.3

Pemikiran Islam Klasik

Pemikiran Politik Islam klasik diwarnai dengan beberapa corak pemikiran yang khas :

a. Terdapatnya pengaruh yang signifikan dari pemikiran-pemikiran Yunani, terutama Plato.


Interaksi dengan pemikiran Yunani ini tampak menonjol dalam masa-masa kekhilafan
Abbasiyah

b. Pemikiran Politik sebagian besar memberikan legistimasi teerhadap status quo. Baik
dalam formulasi teorretik yang memberikan dukungan sampai hanya memberikan saran-
saran.

c. Politik Islam lebih berkecenderungan menampilkan bentuk-bentuk yang idealis daripada


yang lebih operasional

Pemikiran Islam klasik dalam kaitannya dengan manajemen kenegaraan terdapat


variasi pendekatan : sentralisme khalifah, institussionalisme, dan organisme.

Teori Politik Ahl Al-Sunnah Klasik

3
Ja’far subhani, ARRISALAH Sejarah Kehidupan Rasulallah SAW (Jakarta: Lentera, 2000) hal.
262-263.

12
Meskipun memiliki bebirapa variasi yang akan kita singgung di bawah. pada iminya
pemikiran politik Sunni scpakat bahwa pemcrimahan adalah scsuaru yang niscaya dcmi
memungkinkan manusia bckerja sama untuk meraih tujuan hidupnya yang scjari. Yakni suatu
kehidupan yang baik bcrdasar syariah yang, pada gilirannya, akan menghasilkan bagi mereka
tempat yang baik di kehidupan akhirat.

Perdebatan biasanya hanya berkisar pada apakah keniscayaan menegakkan


pemerintahan merupakan suatu kewajiban keagamaan ataukah suatu kebutuhan yang bersifat
rasional. Kelompok seperti Mu'tazilah dan Khawarij-untuk alasan yang berbeda-berpendapat
bahwa hal ini menampakan suaru kewajiban keagamaan, sememara para pemikir Sunni yang
lebih “ortodoks”, sepcrti Al-Mawardi, Al-Ghazali, Ibn Taimiyah. dan sebagainya.
berpendapat bahwa hal ini bukan merupakan kewajiban keagamaan. melainkan suatu
kebutuhan yang bersifat rasional belaka. Hal ini penting. mengingat ini akan menentukan
cara-pandangnya atas sifat sakral atau profan kepemimpinan dan cara-cara pengelolaan suatu
negara atau pemerintahan.

Sejarah Perkembangan Teori Politik Syi’ah

Sepanjang perjalanannya, sejarah politik Syi‘ah sesungguhnya lebih banyak


dipengaruhi oleh quietisme (keccendcrungan untuk diam dan bcrsifat apolitis) ketimbang
aktivisme di bidang politik. Hal ini berlangsung sejak masa pasca-‘Ali ibn Abi Thalib, yang
juga Imam Pertama dalam Syi‘ah. Pada masa pasca-‘Ali itulah Syi‘ah sebagai sebuah mazhab
terbentuk. Awal sejarah Syi‘ah dimulai dengan apa yang bisa dilihat sebagai suatu kekalahan
politik. Kaum Syi‘ah yang ketika itu dipimpin oleh Hasan ibn ‘Ali Abi Thalib (Imam Kedua
dalam rangkaian Imam Syi‘ah), memberikan konsesi kepada Mu‘awiyyah (pendiri Dinasti
Umayyah). Kira tahu dari sejarah bahwa Imam Llasan berhasil dipaksa oleh Mu‘awiyyah
untuk menyerahkan kekuasaan politik Islam pasca Al-Rdsyidzin dari Bani Hasyim kepada
Bani Umayyah. Selanjutnya, kita juga menyaksikan kekalahan Imam Husain, penerus
kepemimpinan keluarga Hasyimiyyah setelah Hasan ibn ‘Ali Abi Thalib, baik secara politis

13
maupun militcr dalam Peristiwa Karbala. Dalam pcristiwa itu, Husain bersama hampir
seluruh keluarga dan pengikumya dibantai.4

D. Implementasi Nilai Keislaman HMI sebagai modal Pergerakan

Setiap kader HMI pasti tau akan marwah HMI itu adalah berlandakan Islam, yang
semua sikap maupun orientasinya berlandasan islam, tapi tidak bisa kita pungkiri bahwah
keislaman para kader HMI ini harus di pertanyakan, kareana kita hanya seperti membawa
huru (i) di dalam (HMI) yaitu Islam, yang di jadikan fformalitan para kader, bahwa mereka
adalah Mahasisiwa islam yang ingin di akui bahwa mereka Islam tapi enggan untuk
melekatkan islam itu sendiri di dalam para kader HMI, disini kita perlu introfeksi diri sebagai
kader islam. Permasalahannya organisasi yang berlandaskan Islam itu bukan hanya HMI saja,
melainkan banyak. Yang seharus HMI ini menjadi suritauladan bagi para organisasi lainnya,
karenan memeang HMI ini adalah organisasi mahasiswa islam tertua di Indonesia.

Islam bagi HMI adalah basic terdasar yang beriringan maju untuk membangun suatu
pergerakan, Islam memberikan suatu pondasi yang dapat meninggikan pergerakan HMI baik
dari segi diri individu maupun segi klompok, semuanya sudah tertulis lengkap di dalam Al-
Qur’an dan Al-Hadist, setiap kader HMI pasti tau apa tentang kalimat “ yang bernafaskan
Islam”, tapi belum tentu setiap kader tau akan maksud dan tujuan kalimat itu. Disini para
kader HMI di tuntun untuk berperan aktif dalam setiap masalam yang ada di masyarakat,
yang setiap penyelesaian masalah harus mempunyai dasar Islami,sehigga kita tau akan tujuan
dan maksud kalimat “yang bernafaskan Islami”.

4
Jalaludin Rahkmat, Antara Al-Farabi dan Khomeini Filsafat Politik Islam (Bandung : Mizan,
2002)

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Fungsi ideologi telah memberi legitimasi tindakan-tindakan serta pilihan-


pilihan dalam tatanan masyarakat, karena dalam setiap ideologi terkandung tiga
komponen yang saling berkaitan, yaitu nilainilai, kepentingan-kepentingan dan pilihan-
pilihan. Pilihan dapat diubah menjadi kepentingan dan kepentingan dapat menjadi nilai.
Pilihan dapat juga ditingkatkan pada status nilai untuk mencapai kepentingan. Ideologi
adalah landasan asas pergerakan dalam perjuangan demi menuju kemerdekaan sejati
dengan kuasa dan kekuatan yang dibangun dari gerakan kolektif.
Dalam literatur kebudayaan Islam, sudah sejak lama Pemikir politik Islam
memikirkan kedudukan Negara dan Politik di dalam Agama. Baik agama maupun politik
merupakan lembaga masyarakat yang menghasilkan nilai-nilai tertentu. Nilai agama
yang diyakini bersumber dari Yang Kudus dijadikan kerangka acuan seluruh realitas
(dunia maupun akhirat); sedangkan nilai-nilai dalam politik sebagai kerangka acuan
untuk memfungsikan tatanan masyarakat. Sementara menurut pandangan Al-Qur’an
yang merupakan kitab suci dalam Islam, bentuk pemerintahan yang benar adalah adanya
pengakuan negara akan kepemimpinan dan kekuasaan Allah dan rasul-Nya yang menurut
Al-Qur’an adalah undang-undang tertinggi yang bagi orang muknim tidak ada pilihan
lain kecuali patuh dan taat kepada-Nya. Sehingga jelaslah pola interaksi antara Agama,
Politik (Negara) dalam pemikiran politik Islam.
Sebagai seorang kader HMI selayaknya bergerak dengan nafas semangat
ideologi keislaman yang segala tindak tanduknya bersumber pada Al-Qur’an.

15
DAFTAR PUSTAKA

Majid, Nurcholish. 1999. ISLAM DOKRIN DAN PRADABAN. Jakarta: PARAMADINA

Rahmat, Jalaludin. 2002. Antara Al-Farabi dan Al-Khomeini.Bandung: Mizan Anggota IKPI

Subhani, Ja’far. 2000. AR-RISALAH Sejarah Kehidupan Rasullah SAW. Jakarta: Lentera

Madjid, Nurcholis. Cita-cita Politik Islam. Jakarta: Paramadina.

16
BIODATA DIRI

Nama lengkap Abdullah al haddad, asal dari Bekasi, Kuliah UIN SMH Banten Fakultas
FADA Jurusan BKI, SLTP MTsN Rawameta Krawang, SLT A MAN 1 Tasikmalaya, tinggal
sekarang di Pondok Pesantren Raudhatul Qoni’in cipare Serang-Banten

17

Anda mungkin juga menyukai