DOSEN :
Drs. Sri Satata, MM
DISUSUN OLEH :
Ujang Amal Sulaeman
NIM : 43119110280
KATA PENGANTAR
Puji syukur kahadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah dengan tema “Pengaruh Keterampilan
Mendengarkan Terhadap Kemampuan Berbicara Mahasiswa Universitas Mercu Buana
Jakarta”
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi
kesempurnaan makalah ini
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih banyak kepada semuanya sudah meluangkan
waktunya untuk membaca makalah ini tentang “Pengaruh Keterampilan Mendengarkan
Terhadap Kemampuan Berbicara Mahasiswa Universitas Mercu Buana Jakarta” yang saya
harapkan bisa bermanfaat bagi kita semua Aamiin.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...........................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................2
1.3 Tujuan............................................................................................................................2
1.4 Manfaat..........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................3
2.1 Keterampilan Mendengarkan......................................................................................3
2.1.1 Pengertian Keterampilan Mendengarkan..............................................................3
2.1.2 Tahap-Tahap Mendengarkan.................................................................................4
2.1.3 Jenis-Jenis Mendengarkan.....................................................................................4
2.1.4 Tujuan Mendengarkan...........................................................................................6
2.1.5 Syarat – Syarat Pendengar Yang Baik...................................................................6
2.1.6 Suasana Dalam Mendengarkan.............................................................................8
2.2 Kemampuan Berbicara................................................................................................10
2.2.1 Kemampuan Berbicara Sebagai Salah Satu Keterampilan Berbahasa..................10
2.2.2 Batasan Berbicara..................................................................................................11
2.2.3 Tujuan Berbicara...................................................................................................11
2.2.4 Ciri Khusus Berbicara...........................................................................................11
2.2.5 Metode Penyajian Berbicara..................................................................................12
2.2.6 Jenis-Jenis Berbicara.............................................................................................12
2.2.7 Faktor – Faktor Penunjang Keefektifan Berbicara................................................13
2.2.8 Strategi Pembelajaran Kemampuan Berbicara......................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
Keterampilan berbahasa terdiri dari empat aspek, yaitu menyimak atau mendengarkan,
berbicara, membaca, dan menulis. Mahasiswa Universitas Mercu Buana Jakarta harus
menguasai keempat aspek tersebut agar terampil berbahasa. Dengan demikian, pembelajaran
keterampilan berbahasa di kampus atau di pekerjaan tidak hanya menekankan pada teori saja,
tetapi mahasiswa Universitas Mercu Buana Jakarta dituntut untuk mampu menggunakan
bahasa sebagaimana fungsinya, yaitu sebagai alat untuk berkomunikasi. keterampilan
berbicara secara formal memerlukan latihan dan pengarahan yang intensif. Stewart dan
Kennert Zimmer (Haryadi dan Zamzani, 1997:56) memandang kebutuhan akan komunikasi
yang efektif dianggap sebagai suatu yang esensial untuk mencapai keberhasilan setiap
individu maupun kelompok. Kemampuan mahasiswa Universitas Mercu Buana Jakarta dalam
berbicara juga akan bermanfaat dalam kegiatan menyimak dan memahami bacaan.
Akan tetapi, masalah yang terjadi di lapangan adalah tidak semua mahasiswa Universitas
Mercu Buana Jakarta mempunyai kemampuan berbicara yang baik. Oleh sebab itu,
pembinaan keterampilan berbicara harus dilakukan sedini mungkin. Pentingnya keterampilan
berbicara atau bercerita dalam komunikasi bahwa apabila seseorang memiliki keterampilan
berbicara yang baik, dia akan memperoleh keuntungan sosial maupun profesional.
Keuntungan sosial berkaitan dengan kegiatan interaksi sosial antarindividu. Sedangkan,
keuntungan profesional diperoleh sewaktu menggunakan bahasa untuk membuat pertanyaa-
pertanyaan, menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan dan mendeskripsikan.
Keterampilan berbahasa lisan tersebut memudahkan siswa berkomunikasi dan
mengungkapkan ide atau gagasan kepada orang lain. Pentingnya penguasaan keterampilan
berbicara untuk mahasiswa Universitas Mercu Buana Jakarta juga dinyatakan bahwa
pembelajaran keterampilan berbicara penting dikuasai, agar mampu mengembangkan
kemampuan berpikir, membaca, menulis, dan menyimak. Kemampuan berpikir mereka akan
terlatih ketika mereka mengorganisasikan, mengonsepkan, mengklarifikasikan, dan
menyederhanakan pikiran, perasaan, dan ide kepada orang lain secara lisan.
Keterampilan berbicara harus dikuasai oleh para mahasiswa Universitas Mercu Buana
Jakarta karena keterampilan ini secara langsung berkaitan dengan seluruh proses belajar
mahasiswa Universitas Mercu Buana Jakarta. Keberhasilan belajar mahasiswa dalam
mengikuti proses kegiatan belajar-mengajar sangat ditentukan oleh penguasaan kemampuan
2
berbicara mereka. mahasiswa yang tidak mampu berbicara dengan baik dan benar akan
mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran untuk semua mata pelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
4) Mendengarkan interogatif
Adalah kegiatan mendengarkan yang bertujuan untuk memperoleh informasi
dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang diarahkan kepada
pemerolehan informasi tersebut.
5) Mendengarkan selektif
Adalah kegiatan mendengarkan pasif yang dilakukan secara selektif dan berfokus
untuk mengenal bunyi-bunyi asing, nada dan usra, kata-kata, kalimat-kalimat, dan
bentuk-bentuk bahasa yang sedang dipelajari.
6) Mendengarkan kreatif
Adalah kegiatan mendengarkan yang bertujuan untuk mengembangkan daya
imajinasi dan kreativitas belajar mahasiswa.
2.1.4 Tujuan Mendengarkan
Apapun yang kita lakukan dalam mendengarkan tentu pada akhirnya kita memperoleh
imformasi yang bentuknya bisa saja informasi yang kita dapat berupa hal yang baru
ataupun sekedar mengingat kembali karena sudah kita ketahui.
Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu berinteraksi, ada pembicara dan ada pula
pendengarnya. Dalam mendengarkan, seseorang selalu mempunyai tujuan. Menurut HG
Tarigan dalam Hunt (1981: 14), tujuan mendengarkan ada empat yaitu:
- Untuk memperoleh informasi yang ada hubungan dengan profesi.
- Agar menjadi lebih efektif dalam berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.
- Untuk mengumpulkan data dalam membuat keputusan(
- Memberikan respon yang tepat.
2.1.5 Syarat-Syarat Pendengar Yang Baik
Setiap manusia yang lahir dalam keadaan normal tentu sudah mempunyai potensi yang
baik untuk mendengarkan. Potensi ini perlu dipupuk dan dikembangkan melalui
bimbingan dan latihan yang intensif. Kebiasaan mendengarkan yang baik adalah satu
syarat yang harus dimiliki agar seseorang dapat berhasil mendengarkan dengan baik.
Berikut ini ada beberapa ciri pendengar yang baik antara lain :
a) Siap fisik dan mental
Penyimak yang baik adalah penyimak yang betul-betul mempersiapkan diri untuk
mendengarkan. Ia memiliki kesiapan fisik dan mental, misalnya dalam kondisi yang
sehat, tidak lelah, mental stabil dan pikiran jernih
b) Konsentrasi
Penyimak yang baik, dapat memusatkan perhatian dam pikirannya terhadap apa yang
disimak. Bahkan ia dapat menghubungkan bahan yang disimak dengan apa yang
7
Penyimak yang baik mencoba mengadakan kontak dengan pembicara. Misalnya dengan
memperhatikan pembicaraan pembicara. Memberikan dukungan kepada pembicara baik
melalui mimik, gerak, ataupun ucapan.
l) Merangkum
Penyimak yang baik adalah penyimak yang dapat menangkap isi pembicaraan atau
bahan simakan. Misalnya; dengan membuat rangkuman dan menyampaikan atau
menceritakan kembali hasil simakannya. Namun, perlu diingat, selama mendengarkan
jangan hanya asyik mencatat sehingga pesan pembicara tidak lagi dapat dipahami
m) Menilai
Bagian terakhir fari proses mendengarkan adalah proses penilaian terhadap materi yang
disampaikan. Pada saat menilai tersebut, penyimak mulai menimbang, memeriksa dan
membandingkan apakah pokok-pokok pokiran yang dikemukakan oleh si pembicara
dikaitkan atau dihubungkan dengan pengalaman atau pengetahuan si penyimak,
sehingga si penyimak dapat menilai kekuatan dari bahan simakan tersebut
n) Mengadakan tanggapan
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan mengevaluasi bahan simakan, penyimak
mengemukakan tanggapan atau reaksi, misalnya: dengan mengemukakan komentar.
Realsi akan terlihat dalam bentuk ucapan pendek seperti; wah menarik sekali,
sependapat dan sebagainya. Atau reaksi tersebut dapat juga berupa anggukan dan
senyuman yang menandakan si penyimak setuju atau puas terhadap isi pembicaraan
2.1.6 Suasana dalam mendengarkan
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mendengarkan. agar pemahaman Anda
lebih mudah, silakan kaitkan contohnya dengan kehidupan Anda sehari-hari.
HG Tarigan; 1986: 66-68 mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam suasana mendengarkan yaitu sebagai berikut:
1) Suasana Defensif
Suasana defensif atau bertahan biasanya diperlukan saat mendengarkan hal yang
sungguh-sungguh dan ini biasanya bersifat:
a) Evaluatif
Hal ini biasanya terjadi pada penyimak yang memancing penilaian khusus. Contoh;
ucapan yang memancing penilaian dari penyimak. “Kami akan menunjukkan kepada
Anda, apakah Anda orang yang soleh atau tidak, orang yang rajin atau malas.”
b) Mengawasi
Pesan-pesan yang disampaikan oleh pembicara adakalanya membuat penyimak
bersiap-siap mengontrol benar tidaknya, jujur tidaknya apa yang disampaikan. Contoh;
9
“Saudara-saudara, dengan tegas saya katakan, bahwa saya adalah orang syoleh, jujur,
berbudi luhur, tidak pernah berdusta. Saya kira saya tidak mempunyai cacat cela. Kalau
saya terpilih, saya akan memajukan desa kita ini dengan sekuat saya.
c) Strategis
Pesan-pesan yang disampaikan oleh pembicara membuat penyimak harus
berkonsentrasi secara khusus sebab yang disampaikan berupa himbauan yang harus
dipatuhi. Contoh; “Saudara-saudara, sudah lama saya memikirkan bagaimana supaya
Saudara semua mengerjakan sesuatu sesuai dengan cara dan keinginan saya. Sekarang
cara saya itu sudah mantap tidak dapat diragukan lagi. Oleh karena itu turutilah cara ini
agar Saudara mendapat kemajuan.”
d) Netral
Tidak jarang pesan-pesan yang disampaikan atau dikemukakan oleh pembicara,
meransang penyimak untuk bertindak atau berpikir netral, tidak memihak pada orang
atau golongan tertentu. Contoh; “Saudara-saudara harus tahu, saya tidak mau tahu
dengan masalah orang itu! Apa gunanya saya melibatkan diri dengan masalah orang lain
yang saya tidak tahu menahu ujung pangkalnya.”
e) Superior
Menganggap diri sendiri lebih unggul dari orang lain. Para penyimak biasanya akan
bertahan atau meninggalkan ruangan bila dari pembicara berbicara dengan rasa tinggi
hati, merasa lebih unggul dari orang lain. Contoh; “Kamu harus tahu bahwa kamu ini
belum apa-apa dibandingkan dengan saya. Ya atau tidak cobalah bandingkan dengan
baik; Kamu orang desa, saya orang kota; kamu tidak berpendidikan, saya intelektual.”
f) Pasti dan Tentu
Pembicara mengemukakan sesuatu yang pasti, memancing penyimak untuk bertahan.
Contoh: “Engkau boleh pilih: mengaku atau saya pancung kepalamu! Saya hanya bisa
memberi pilihan, tidak ada cara lain, hanya itu! Bagaimana, beri jawaban yang tegas,
lekas!”
2) Suasana Suportif
Suasana suportif adalah bersifat mendukung yang timbul dari pihak pembicara. Ada
enam komunikasi suportif dalam mendengarkan yaitu
a) Deskripsi
Suasana mendengarkan dapat menjadi suportif apabila pembicara mengimplikasikan
atau deskripsikan sesuatu dengan jelas
b) Orientasi Permasalahan
10
lainnya memiliki kaitan yang erat, saling mendukung, dan saling menunjang. Oleh
karena itu, keempat keterampilan berbahasa tersebut sering catur tunggal.
Permerolehan keterampilan berbahasa biasanya melalui suatu urutan hubungan yang
teratur, yaitu mula-mula pada waktu kecil kita belajar menyimak, kemudian berbicara,
sesudah itu kita belajar membca dan terakhir kit belajar menulis. Menyimak dan
berbicara dipelajari sebelum memasuki sekolah, sedangkan membca dan menulis
dipelajari sesudah memasuki sekolah.
Dalam uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan berbicara merupakan
salah satu komponen keterampilan berbahasa. Kemampuan berbicara ini merupakan
proses perubahan bentuk pikiran, perasaan atau ide yang mewujudkan bunyi bahasa
yang bermakna. Kemampuan berbicara merupakan keterampilan yang produktif, terjadi
secara langsung dan ekspresif.
2.2.2 Batasan Berbicara
Mengacu pada beberapa pengertian berbicara yang diungkapkan para ahli diatas, maka
batasan-batasan yang dapat dijadikan kerangka konsep berpikir dalam penelitian ini
adalah pendapat kartini yang mengungkapkan berbicara merupakan suatu peristiwa
penyampaian maksud, gagasan, ide, pikiran, perasaan seseorang kepda orang lain
dengan menggunakan bahasa lisan, sehingga maksud tersebut dipahami oleh orang lain.
2.2.3 Tujuan Berbicara
Tujuan utama berbicara adalah berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran
secara efektif maka seyogyanya si pembicara memahami makna segala sesuatu yang
ingin dikomunikasikannya, dia harus mampu mengevaluasi efek komunikasinya
terhadap para pendengarnya, dan dia harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari
segala situasi pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan.
Dasar pembicaraan memiliki tiga tujuan umum sebagai berikut :
a) Memberitahukan, melaporkan
b) Menjamu, menghibur
c) Membujuk, mengajak, mendesak atau meyakinkan
2.2.4 Ciri Khusus Berbicara
Berbicara memiliki beberapa ciri-ciri khusus, yaitu tujun macam ciri khusus dalam
berbicara, ciri-ciri tersebut adalah :
a) Bertujuan
b) Bersifat interaktif
c) Kesementaraan
d) Tidak dalam bingkai khusus
12
bertanggung jawab dengan menghilangkan masalah kejiwaan, seperti rasa malu, rendah
diri, ketegangan, berat lidah dan sebagainya.
Bahwa tujuan program pengajaran kemampuan berbicara meliputi :
a) Mudah dan lancar atau fasih
b) Kejelasan
c) Bertanggung jawab
a) Bermain peran
b) Berbagai jenis diskusi
c) Wawancara
d) Bercerita
e) Berpidato
f) Laporan lisan
g) Membaca nyaring
h) Merekam suara
i) Bermain drama
15
BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
1) Mendengarkan adalah usaha untuk memperoleh pengertian dengan mempergunakan
indera pendengaran dan kemempuan pikiran untuk mengadakan interprestasi terhadap
berita atau pesan yang di terima baik secara lisan maupun tertulis, dan melalui proses
menangkap, memahami, dan mengingat.
2) Tujuan mendengarkan dari seseorang tidaklah sama dan ini sesuai dengan apa yang
dibutuhkan mulai dari memperoleh informasi sampai pada pemecahan masalah
3) drfinisi mendengarkan adalah sebagai berikut :
a) Mendengar adalah kegiatan menangkap bunyi secara tidak sengaja (secara
kebetulan saja)
b) Mendengarkan adalah proses menangkap bunyi bahasa dengan sengaja tetapi belum
memahami
c) Mendengarkan adalah proses menagkap bunyi bahasa yang direncanakan dengan
penuh perhatian, dipahami, diinterprestasi, diapresiasi, dievaluasi, ditanggapi, dan
ditindaklanjuti.
4) tahap-tahap dalam mendengarkan adalah sebagai berikut :
a) Tahap mendengar
b) Tahap memahami
c) Tahap menginterprestasi
d) Tahap mengevaluasi
5) kemampuan berbicara merupakan salah satu komponen keterampilan berbahasa.
Kemampuan berbicara ini merupakan proses perubahan bentuk pikiran, perasaan atau
ide yang mewujudkan bunyi bahasa yang bermakna. Kemampuan berbicara
merupakan keterampilan yang produktif, terjadi secara langsung dan ekspresif.
6) Tujuan utama berbicara adalah berkomunikasi. Dasar pembicaraan memiliki tiga
tujuan umum sebagai berikut :
a) Memberitahukan, melaporkan
b) Menjamu, menghibur
c) Membujuk, mengajak, mendesak atau meyakinkan
7) strategi pembelajaran kemampuan berbicara yang memiliki keterlibatan intelektual
emosional mahasiswa, antara lain :
a) Bermain peran
16
16
b) Berbagai jenis diskusi
c) Wawancara
d) Bercerita
e) Berpidato
f) Laporan lisan
g) Membaca nyaring
h) Merekam suara
i) Bermain drama
3.2Saran
Penulis berharap makalah ini tentang Pengaruh Keterampilan Mendengarkan Terhadap
Kemampuan Berbicara dapat memberikan pengetahuan bagi pembaca mengenai hakikat
mendengarkan dan berbicara yang baik, jenis-jenis mendengrakan dan berbicara yang
baik, dan menjadikan pendengar dan pembicara yang ideal. Dan demi penyempurnaan
makalah, penulis membukankan kritik yang konstruktif dari pembaca.
16
17
DAFTAR PUSTAKA