Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENGARUH KETERAMPILAN MENDENGARKAN


TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA
MAHASISWA UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA

DOSEN :
Drs. Sri Satata, MM

DISUSUN OLEH :
Ujang Amal Sulaeman
NIM : 43119110280

UNIVERSITAS MERCU BUANA


FAKULTAS EKONOMI BISNIS
MANAJEMEN
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kahadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah dengan tema “Pengaruh Keterampilan
Mendengarkan Terhadap Kemampuan Berbicara Mahasiswa Universitas Mercu Buana
Jakarta”

Makalah ini berisikan tentang Pengertian Pengaruh Keterampilan Mendengarkan


Terhadap Kemampuan Berbicara, Pentingnya kemampuan berbicara atau bercerita dalam
komunikasi bahwa apabila seseorang memiliki keterampilan atau kemampuan berbicara yang
baik, dia akan memperoleh keuntungan sosial maupun profesional. Keuntungan sosial
berkaitan dengan kegiatan interaksi sosial antar individu. Sedangkan, keuntungan profesional
diperoleh sewaktu  menggunakan bahasa untuk membuat  pertanyaa-pertanyaan,
menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan dan mendeskripsikan.. Diharapkan
makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tantang “Pengaruh Keterampilan
Mendengarkan Terhadap Kemampuan Berbicara Mahasiswa Universitas Mercu Buana
Jakarta”

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi
kesempurnaan makalah ini

Akhir kata, saya sampaikan terima kasih banyak kepada semuanya sudah meluangkan
waktunya untuk membaca makalah ini tentang “Pengaruh Keterampilan Mendengarkan
Terhadap Kemampuan Berbicara Mahasiswa Universitas Mercu Buana Jakarta” yang saya
harapkan bisa bermanfaat bagi kita semua Aamiin.

Jakarta, 28 maret 2020

Ujang Amal Sulaeman


NIM 43119110280
ii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...........................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................2
1.3 Tujuan............................................................................................................................2
1.4 Manfaat..........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................3
2.1 Keterampilan Mendengarkan......................................................................................3
2.1.1 Pengertian Keterampilan Mendengarkan..............................................................3
2.1.2 Tahap-Tahap Mendengarkan.................................................................................4
2.1.3 Jenis-Jenis Mendengarkan.....................................................................................4
2.1.4 Tujuan Mendengarkan...........................................................................................6
2.1.5 Syarat – Syarat Pendengar Yang Baik...................................................................6
2.1.6 Suasana Dalam Mendengarkan.............................................................................8
2.2 Kemampuan Berbicara................................................................................................10
2.2.1 Kemampuan Berbicara Sebagai Salah Satu Keterampilan Berbahasa..................10
2.2.2 Batasan Berbicara..................................................................................................11
2.2.3 Tujuan Berbicara...................................................................................................11
2.2.4 Ciri Khusus Berbicara...........................................................................................11
2.2.5 Metode Penyajian Berbicara..................................................................................12
2.2.6 Jenis-Jenis Berbicara.............................................................................................12
2.2.7 Faktor – Faktor Penunjang Keefektifan Berbicara................................................13
2.2.8 Strategi Pembelajaran Kemampuan Berbicara......................................................13

BAB III PENUTUP................................................................................................................15


3.1 Keseimpulan..................................................................................................................15
3.2 Saran..............................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................17
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keterampilan berbahasa terdiri dari empat aspek, yaitu menyimak atau mendengarkan,
berbicara, membaca, dan menulis. Mahasiswa Universitas Mercu Buana Jakarta harus
menguasai keempat aspek tersebut agar terampil berbahasa. Dengan demikian, pembelajaran
keterampilan berbahasa di kampus atau di pekerjaan tidak hanya menekankan pada teori saja,
tetapi mahasiswa Universitas Mercu Buana Jakarta dituntut untuk mampu menggunakan
bahasa sebagaimana fungsinya, yaitu sebagai alat untuk berkomunikasi. keterampilan
berbicara secara formal  memerlukan latihan dan pengarahan yang intensif. Stewart dan
Kennert Zimmer (Haryadi dan Zamzani, 1997:56) memandang kebutuhan akan komunikasi
yang efektif dianggap sebagai suatu yang esensial untuk mencapai keberhasilan  setiap
individu maupun kelompok. Kemampuan mahasiswa Universitas Mercu Buana Jakarta dalam
berbicara juga akan bermanfaat dalam kegiatan menyimak dan memahami bacaan.

Akan tetapi, masalah yang terjadi di lapangan adalah tidak semua mahasiswa Universitas
Mercu Buana Jakarta mempunyai kemampuan berbicara yang baik. Oleh sebab itu,
pembinaan keterampilan berbicara harus dilakukan sedini mungkin. Pentingnya keterampilan
berbicara atau bercerita dalam komunikasi bahwa apabila seseorang memiliki keterampilan
berbicara yang baik, dia akan memperoleh keuntungan sosial maupun profesional.
Keuntungan sosial berkaitan dengan kegiatan interaksi sosial antarindividu. Sedangkan,
keuntungan profesional diperoleh sewaktu  menggunakan bahasa untuk membuat  pertanyaa-
pertanyaan, menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan dan mendeskripsikan.
Keterampilan berbahasa lisan tersebut memudahkan siswa berkomunikasi dan
mengungkapkan ide atau gagasan kepada orang lain. Pentingnya penguasaan keterampilan
berbicara untuk mahasiswa Universitas Mercu Buana Jakarta juga dinyatakan bahwa
pembelajaran keterampilan berbicara penting dikuasai, agar mampu mengembangkan
kemampuan berpikir, membaca, menulis, dan menyimak. Kemampuan berpikir mereka akan
terlatih ketika mereka mengorganisasikan, mengonsepkan, mengklarifikasikan, dan
menyederhanakan pikiran, perasaan, dan ide kepada orang lain secara lisan.

Keterampilan berbicara harus dikuasai oleh para mahasiswa Universitas Mercu Buana
Jakarta karena keterampilan ini secara langsung berkaitan dengan seluruh proses belajar
mahasiswa Universitas Mercu Buana Jakarta. Keberhasilan  belajar mahasiswa dalam
mengikuti proses kegiatan belajar-mengajar sangat ditentukan oleh penguasaan kemampuan
2

berbicara mereka. mahasiswa yang tidak mampu  berbicara dengan baik dan benar akan
mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran untuk semua mata pelajaran.

1.2 Rumusan Masalah


- Apa yang dimaksud dengan Keterampilan mendengarkan, dan apa perbedaanya
dengan mendengar ?
- Dengan cara apa supaya kita menjadi pendengar yang baik untuk menjadi pembicara
yang baik ?
- Jelaskan mengenai Kemampuan berbicara untuk menjadi pembicara yang baik ?
- Dengan cara apa dan strategi apa supaya menjadi pembicara yang baik ?
1.3 Tujuan
- Menjelaskan Pengertian Keterampilan mendengarkan
- Membahas cara, tahap, dan langkah suapay menjadi pendengar yang baik
- Menjelaskan kemampuan berbicara untuk menjadi pembicara yang baik
- Memberikan strategi dan cara menjadi pembicara yang baik
1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari makalah ini mencakup beberapa yang terkait
diantaranya sebagai berikut :
1.4.1 Bagi Mahasiswa Universitas Mercu Buana
Makalah ini dapat digunakan sebagai bahan referensi atau masukan tentang hakikat
kemampuan mendengar terhadap berbicara, berbicara sebagai suatu keterampilan
berbahasa, prinsip-prinsip berbahasa, keefektifan berbicara, faktor-faktor penunjang
berbicara, hambatan-hambatan dalam berbicara, sikap mental dalam berbicara, dan
berbicara yang ideal.
1.4.2 Bagi Masyarakat umum
Sebagai bahan bacaan yang bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang hakikat
kemampuan mendengar terhadap berbicara, berbicara sebagai suatu keterampilan
berbahasa, prinsip-prinsip berbicara, keefektifan berbicara, faktor-faktor penunjang
berbicara, hambatan-hambatan dalam berbicara, sikap mental dalam berbicara, dan
pembicara yang ideal serta untuk menambahkan peran aktif masyarakat dalam
pendidikan.
3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Keterampilan Mendengarkan


2.1.1 Pengertian Keterampilan Mendengarkan
Keterampilan mendengarkan salah satu alat komunikasi yang sangat penting dimiliki
setiap orang terutama dalam menjalankan kontak sosial denga orang lain. Kepandain
mendengarkan tidak terbatas hanya dalam pengertian pandai atau terampil saja,
melainkan kepandaian itu harus dikaitkan denga sopan santun dan sesuai dengan
tatacara atau tata nilai yang kita anut sebagai bangsa yang memiliki moral agama dan
moral kebangsaan.
Dalam kehidupan sebagai aktivitas mendengarkan dan berbicara rutin dilaksanakan
yang membuat kita merasa suatu kebiasaan yang lumrah tidak memiliki peraturan.
Padahal baik buruknya hubungan sosial sangat tergantung saat kita menjalankan
aktivitas salah satunya adalah mendengarkan.
Dalam kehudupan, banyak kita temui orang yang arif dan bijaksana.orang tersebut
dapat dipastikan adalah orang yang memiliki kesopanan berbicara dan mendengarkan.
Oleh karena itu keterampilan tersebut haru dibina dari usia dini sampai ke jenjang
pendidikan formal. Adapun beberapa drfinisi mendengarkan adalah sebagai berikut :
a) Mendengar adalah kegiatan menangkap bunyi secara tidak sengaja (secara
kebetulan saja)
b) Mendengarkan adalah proses menangkap bunyi bahasa dengan sengaja tetapi belum
memahami
c) Mendengarkan adalah proses menagkap bunyi bahasa yang direncanakan dengan
penuh perhatian, dipahami, diinterprestasi, diapresiasi, dievaluasi, ditanggapi, dan
ditindaklanjuti.
Berdasasrkan uraian diatas, maka jelas bahwa kata mendengar, mendengarkan, dan
mendengarkan mempunyai makna berbeda. Dalam membedakannya tergantung pada
suasanan dan pemahaman. Hal ini dapat diketahui melalui penilaian setelah
pembicaraan selesai. Yang perlu kita pahami adalah walapun dalam ilmu bahasa kata
atau istilah yang paling tepat digunakan mendengrkan, semua itu kembali kepada
masyarakat pengguna bahasa. Dalam masyarakat kita atu di sekolah, kata yang sering
digunakan mendengarkan mendengarkan, oleh sebab itu kata yang digunakan dalam
makalah ini adalah kata mendengarkan.
4

2.1.2 Tahap Tahap Mendengarkan


Setelah anda mendiskusikan perbedaan ketiga kata diatas tadi, selanjutnya untuk
menambahkan wawasan anda, silahkan lanjutkan kembali diskusinya mengenai tahap-
tahap dalam mendengarkan. Mendengrkan prosesnya dilakukan secara bertahap. Tahap-
tahap ini sangat memperngaruhi hasilnya yang tujuan akhirnya apakah sipendengar
memahami apa yang telah dismapaikan.
Berikut tahap-tahap dalam mendengarkan menurut (tarigan ) ada empat yaitu :
a) Tahap mendengar
Merupakan proses yang dilakukan oleh pembicara dalam ujaran atau pembicaraan,
hal ini barulah tahap mendengar atau berada dalam tahap hearing
b) Tahap memahami
Setelah proses mendengarkan pembicaraan yang disampaikan, maka isi
pembicaraan tadi perlu di mengerti atau dipahami dengan baik. Disebut
understanding
c) Tahap menginterprestasi
Penyimak yang baik, cermat, dan teliti belum puas kalau hanya mendengar dan
memahami isi ujaran sang pembicara tetapi ada keinginan untuk menafsirkan atau
menginterprestasikan isi yang tersirat dalam ujaran, tahap ini disebut interpreting
d) Tahap mengevaluasi
Merupakan tahap terakhir dalam kegiatan mendengarkan. Penyimak menerima
pesan, ide, dan pendapat yang disampaikan oleh pembicara maka penyimak pun
pada tahap terakhir ini menanggapi ini dari pembicara tadi.
Baiklah setelah anda mendiskusikan tahap-tahap dalam mendengarkan, maka jelas
bahwa dlam mendengarkan memerlukan proses. Hal ini sesuai dengan kebutuhan dari
apa yang kita harapkan.
2.1.3 Jenis-Jenis Mendengarkan
Setelah Anda mengetahui tahap-tahap mendengarkan, berikut ini kita akan membahas
jenis-jenis mendengarkan. Dalam proses mendengarkan, semua kegiatan yang dilakukan
mempunyai jenis dan ini dapat digolongkan berdasarkan situasinya
Secara garis besar, jenis mendengarkan terbagi menjadi dua bagian yaitu :
a) Mendengarkan ekstensif
Ialah proses mendengarkan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti:
mendengarkan siaran radio, televisi, percakapan orang di pasar, pengumuman, dan
sebagainya. Ada beberapa jenis kegiatan mendengarkan ekstensif:
1) Mendengarkan sekunder
5

Terjadi secara kebetulan, misalnya seorang mahasiswa sedang belajar di rumah, ia


juga dapat mendengrakan percakapan orang lain, suara siaran radio, suara TV, dan
sebagainya.
2) Mendengarkan sosial
Sering dilakukan oleh masyarakat dalam kehidupan sosial seperti di pasar, terminal,
statiu, dan sebagainya. Kegiatan ini lebih menekankan pada faktor status sosial dan
tingkatan dalam masyarakat.
3) Mendengarkan estetika
Ialah kegiatan mendengarkan untuk menikmati dan menghayati sesuatu, misalnya ;
mendengarkan pembacaan puisi, rekaman drama, syair lagu, dan sebagainya.
4) Mendengarkan pasif
Adalah mendengarkan suatu bahasa yang dilakukan tanpa upaya sadar, misalnya;
dalam kehidupan sehari-hari mahasiswa mendengrakan bahasa daerah. Kemahiran
menggunakan bahasa daerah tersebut dilakukan tanpa sengaja dan tanpa sadar.
b) Mendengarkan Intensif
Merupakan kegiatan mendengarkan yang harus dilakukan dengan sungguh-sungguh
dan konsentrasi yang tinggi untuk menangkap makna yang dikehendaki. Dalam
mendengarkan intensif ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu cirri mendengarkan
intensif dan jenis-jenis mendengarkan intensif.
Ciri-Ciri Mendengarkan Intensif
1) Mendengarkan intensif adalah mendengarkan pemahaman
2) Mendengarkan insetif memerlukan konsentrasi tinggi
3) Mendengarkan intensif ialah memahami bahasa formal
4) Mendengarkan intensif diakhiri dengan reproduksi bahan simakan
Jenis-Jenis Mendengarkan Intensif
1) Mendengarkan kritis
Adalah mendengarkan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk
memberikan penilaian secara objektif, menentukan keaslian, kebenaran, dan
kelebihan, serta kekurangannya.
2) Mendengarkan konsentratif
Adalah mendengarkan yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk memperoleh
pemahaman yang baik terhadap informasi yang di perdengarkan.
3) Mendengarkan eksploratif
Adalah kegiatan mendegarkan yang dilakuka dengan penuh perhatian untuk
mendapatkan informasi baru.
6

4) Mendengarkan interogatif
Adalah kegiatan mendengarkan yang bertujuan untuk memperoleh informasi
dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang diarahkan kepada
pemerolehan informasi tersebut.
5) Mendengarkan selektif
Adalah kegiatan mendengarkan pasif yang dilakukan secara selektif dan berfokus
untuk mengenal bunyi-bunyi asing, nada dan usra, kata-kata, kalimat-kalimat, dan
bentuk-bentuk bahasa yang sedang dipelajari.
6) Mendengarkan kreatif
Adalah kegiatan mendengarkan yang bertujuan untuk mengembangkan daya
imajinasi dan kreativitas belajar mahasiswa.
2.1.4 Tujuan Mendengarkan
Apapun yang kita lakukan dalam mendengarkan tentu pada akhirnya kita memperoleh
imformasi yang bentuknya bisa saja informasi yang kita dapat  berupa hal yang baru
ataupun sekedar mengingat kembali karena sudah kita ketahui.
Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu berinteraksi, ada pembicara dan ada pula
pendengarnya. Dalam mendengarkan, seseorang selalu mempunyai tujuan. Menurut HG
Tarigan dalam Hunt  (1981: 14), tujuan mendengarkan ada empat yaitu:
- Untuk memperoleh informasi yang ada hubungan  dengan profesi.
- Agar menjadi lebih efektif dalam berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.
- Untuk mengumpulkan data dalam membuat keputusan(
- Memberikan respon yang tepat.
2.1.5 Syarat-Syarat Pendengar Yang Baik
Setiap manusia yang lahir dalam keadaan normal tentu sudah mempunyai potensi yang
baik untuk mendengarkan. Potensi ini perlu dipupuk dan dikembangkan melalui
bimbingan dan latihan yang intensif. Kebiasaan mendengarkan yang baik adalah satu
syarat yang harus dimiliki agar seseorang dapat berhasil mendengarkan  dengan baik.
Berikut ini ada beberapa ciri pendengar yang baik antara lain :
a) Siap fisik dan mental
Penyimak yang baik adalah penyimak yang betul-betul mempersiapkan diri untuk
mendengarkan. Ia memiliki kesiapan fisik dan mental, misalnya dalam kondisi yang
sehat, tidak lelah, mental stabil dan pikiran jernih
b) Konsentrasi
Penyimak yang baik, dapat memusatkan perhatian dam pikirannya terhadap apa yang
disimak.  Bahkan ia dapat menghubungkan bahan yang disimak dengan apa yang
7

diketahuinya. Suatu kebiasaan yang sangat buruk dalam mendengarkan adalam


melamun. Walaupun pandangan penyimak tertuju pada si pembicara, namun pikiran dan
perhatiannya mengembara ke mana-mana tanpa tujuan dan arah tertentu. Hal ini tentu
sulit untuk menyerap informasi karena perhatian dan pikiran mengembara ke mana-
mana
c) Bermotivasi ingin menambah ilmu pengetahuan
Penyimak yang baik mempunyai motivasi atau mempunyai tujuan tertentu, misalnya;
ingin menambah pengetahuan, dengan mempelajari sesuatu. Adanya tujuan atau
motivasi ini tentunya untuk menambah ilmu apa yang diharapkan
d) Objektif
Penyimak yang baik adalah penyimak yang selalu tahu tentang apa yang sedang
dibicarakan dan sebaiknya penyimak selalu menghargai pembicara  walaupun
pembicara kurang menarik penempilannya atau sudah dikenal oleh penyimak
e) Mendengarkan secara utuh (menyeluruh)
Penyimak yang baik akan mendengarkan secara utuh atau keseluruhan. Si penyimak
tidak hanya mendengarkan apa yang disukainya tetapi mendengarkan secara
keseluruhan.
f) Selektif
Penyimak yang baik dapat memilih bagian-bagian yang dianggap penting dari bahan
simakan. Dalam mendengarkan tidak semua bahan simakan diterima begitu saja, tetapi
si penyimak dapat menentukan bagian yang dianggap penting
g) Tidak mudah terganggu
Penyimak yang baik tidak mudah terganggu oleh suara-suara lain di luar bunyi yang
disimaknya. Andaikata ada gangguan yang membedakan perhatiannya, dengan cepat si
penyimak kembali kepada bahan yang disimaknya.
h) Menghargai pembicara
Penyimak yang baik adalah penyimak yang menghargai pembicaranya. Siapapun yang
berbicara tidaklah boleh dianggap remeh karena harus saling menghargai.
i) Cepat menyesuaikan diri dan kenal arah pembicaraan
Penyimak yang baik adalah penyimak yang cepat menduga ke arah mana pembicaraa
akan berlangsung bahkan mungkin ia dapat menduga garis besar isi pembicaraan
j) Tidak emosi
Penyimak yang baik adalah penyimak yang dapat mengendalikan emosinya dan tidak
mencela pembicaraan pembicara
k) Kontak dengan pembicara
8

Penyimak yang baik mencoba mengadakan kontak dengan pembicara. Misalnya dengan
memperhatikan pembicaraan pembicara. Memberikan dukungan kepada pembicara baik
melalui mimik, gerak, ataupun ucapan.
l) Merangkum
Penyimak yang baik adalah penyimak yang dapat menangkap isi pembicaraan atau
bahan simakan. Misalnya; dengan membuat rangkuman dan menyampaikan atau
menceritakan kembali hasil simakannya. Namun, perlu diingat, selama mendengarkan
jangan hanya asyik mencatat sehingga pesan pembicara tidak lagi dapat dipahami
m) Menilai
Bagian terakhir fari proses mendengarkan adalah proses penilaian terhadap materi yang
disampaikan. Pada saat menilai tersebut, penyimak mulai menimbang, memeriksa dan
membandingkan apakah pokok-pokok pokiran yang dikemukakan oleh si pembicara
dikaitkan atau dihubungkan dengan pengalaman atau pengetahuan si penyimak,
sehingga si penyimak dapat menilai kekuatan dari bahan simakan tersebut
n) Mengadakan tanggapan
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan mengevaluasi bahan simakan, penyimak
mengemukakan tanggapan atau reaksi, misalnya: dengan mengemukakan komentar.
Realsi akan terlihat dalam bentuk ucapan pendek seperti; wah menarik sekali,
sependapat dan sebagainya. Atau reaksi tersebut dapat juga berupa anggukan dan
senyuman yang menandakan si penyimak setuju  atau puas terhadap isi pembicaraan
2.1.6 Suasana dalam mendengarkan
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mendengarkan. agar pemahaman Anda
lebih mudah, silakan kaitkan  contohnya dengan kehidupan Anda sehari-hari.
HG Tarigan; 1986: 66-68 mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam suasana mendengarkan yaitu sebagai berikut:
1) Suasana Defensif
Suasana defensif atau bertahan biasanya diperlukan saat mendengarkan hal yang
sungguh-sungguh dan ini biasanya bersifat:
a) Evaluatif
Hal ini biasanya terjadi pada penyimak yang memancing  penilaian khusus. Contoh;
ucapan yang memancing penilaian dari penyimak. “Kami akan menunjukkan kepada
Anda, apakah Anda orang yang soleh atau tidak, orang yang rajin atau malas.”
b) Mengawasi
Pesan-pesan yang disampaikan oleh pembicara adakalanya membuat penyimak 
bersiap-siap mengontrol benar tidaknya, jujur tidaknya apa yang disampaikan. Contoh;
9

“Saudara-saudara, dengan tegas saya katakan, bahwa saya adalah orang syoleh, jujur,
berbudi luhur, tidak pernah berdusta. Saya kira saya tidak mempunyai cacat cela. Kalau
saya terpilih, saya akan memajukan desa kita ini dengan sekuat saya.
c) Strategis
Pesan-pesan yang disampaikan oleh pembicara membuat penyimak harus
berkonsentrasi secara khusus sebab yang disampaikan berupa himbauan yang harus
dipatuhi. Contoh; “Saudara-saudara, sudah lama saya memikirkan bagaimana supaya
Saudara semua mengerjakan sesuatu sesuai dengan cara dan keinginan saya. Sekarang
cara saya itu sudah mantap tidak dapat diragukan lagi. Oleh karena itu turutilah cara ini
agar Saudara mendapat kemajuan.”
d) Netral
Tidak jarang pesan-pesan yang disampaikan atau dikemukakan oleh pembicara,
meransang penyimak untuk bertindak atau berpikir netral, tidak memihak pada orang
atau golongan tertentu. Contoh; “Saudara-saudara harus tahu, saya tidak mau tahu
dengan masalah orang itu! Apa gunanya saya melibatkan diri dengan masalah orang lain
yang saya tidak tahu menahu ujung pangkalnya.”
e) Superior
Menganggap diri sendiri lebih unggul dari orang lain. Para penyimak biasanya akan
bertahan atau meninggalkan ruangan bila dari pembicara berbicara dengan rasa tinggi
hati, merasa lebih unggul dari orang lain. Contoh; “Kamu harus tahu bahwa kamu ini
belum apa-apa dibandingkan dengan saya. Ya atau tidak cobalah bandingkan dengan
baik; Kamu orang desa, saya orang kota; kamu tidak berpendidikan, saya intelektual.”
f) Pasti dan Tentu
Pembicara mengemukakan sesuatu yang pasti, memancing  penyimak untuk  bertahan.
Contoh: “Engkau boleh pilih: mengaku atau saya pancung kepalamu! Saya hanya bisa
memberi pilihan, tidak ada cara lain, hanya itu! Bagaimana, beri jawaban yang tegas,
lekas!”
2) Suasana Suportif
Suasana suportif adalah bersifat mendukung yang timbul dari pihak pembicara. Ada
enam  komunikasi suportif dalam mendengarkan yaitu
a) Deskripsi
Suasana mendengarkan dapat menjadi suportif apabila pembicara mengimplikasikan
atau deskripsikan sesuatu dengan jelas
b) Orientasi Permasalahan
10

Pembicaraan yang berorientasi pada berbagai permasalahan dapat  menjadikan suasana 


mendengarkan yang suportif. Memang pesan yang disimak biasanya lebih mudah
disimak dan dipahami isinya
c) Spontanitas
Dalam mendengarkan, pembicara yang menyampaikan pembicaraannya secara
spontanitas jelas akan  menjadikan penyimak lebih mudah memahami isi pesan yang
disampaikan
d) Empati
Ketegasan merupakan suatu unsur penting yang harus dimanfaatkan oleh pembicara
dalam menyampaikan pesannya. Mebgapa? Karena hal itu dapat menimbulkan suasana
suportif pada penyimak dalam menyerap dan memahami isi pesan pembicara
e) Ekualitas
Unsur lain dalam berbicara yang dapat menjadikan suasana suportif dalam kegiatan
mendengarkan adalah ekualitas atau adil.  Unsur ini sebaiknya dimanfaatkan oleh
pembicara untuk menarik minat penyimak terhadap pesan yang disampaikan
f) Provesionalisme
Ketepatan dan ketentuan yang berlaku walaupun sifatnya sementara merupakan unsur
pembentuk suasana mendengarkan yang suportif. Unsur ini dapat dimanfaatkan
pembicara untuk menarik minat penyimak

2.2 Kemampuan Berbicara


Berbicara merupakan intrumen yang mengungkapan kepada penyimak hampir-hampir
secara langsung apakah sang pembicara memahami atau tidak baik bahan pembicaraan
maupun para penyimaknya, apakah dai bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri
atau tidak, pada saat dia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada
saat dia mengkombinasikan gagasan-gagasannya apakah dia waspada serta antusias
ataukah tidak.
2.2.1 Kemampuan Berbicara Sebagai Salah Satu Keterampilan Berbahasa
Keterlampilan berbicara dikelompokan menjadi empat kelompok, yaitu :
a) Keterampilan menyimak
b) Keterampilan Berbicara
c) Keterampilan membca
d) Keterampilan menulis
Keempat keterampilan berbahasa tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan, artinya antara komponen yang satu dengan komponen yang
11

lainnya memiliki kaitan yang erat, saling mendukung, dan saling menunjang. Oleh
karena itu, keempat keterampilan berbahasa tersebut sering catur tunggal.
Permerolehan keterampilan berbahasa biasanya melalui suatu urutan hubungan yang
teratur, yaitu mula-mula pada waktu kecil kita belajar menyimak, kemudian berbicara,
sesudah itu kita belajar membca dan terakhir kit belajar menulis. Menyimak dan
berbicara dipelajari sebelum memasuki sekolah, sedangkan membca dan menulis
dipelajari sesudah memasuki sekolah.
Dalam uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan berbicara merupakan
salah satu komponen keterampilan berbahasa. Kemampuan berbicara ini merupakan
proses perubahan bentuk pikiran, perasaan atau ide yang mewujudkan bunyi bahasa
yang bermakna. Kemampuan berbicara merupakan keterampilan yang produktif, terjadi
secara langsung dan ekspresif.
2.2.2 Batasan Berbicara
Mengacu pada beberapa pengertian berbicara yang diungkapkan para ahli diatas, maka
batasan-batasan yang dapat dijadikan kerangka konsep berpikir dalam penelitian ini
adalah pendapat kartini yang mengungkapkan berbicara merupakan suatu peristiwa
penyampaian maksud, gagasan, ide, pikiran, perasaan seseorang kepda orang lain
dengan menggunakan bahasa lisan, sehingga maksud tersebut dipahami oleh orang lain.
2.2.3 Tujuan Berbicara
Tujuan utama berbicara adalah berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran
secara efektif maka seyogyanya si pembicara memahami makna segala sesuatu yang
ingin dikomunikasikannya, dia harus mampu mengevaluasi efek komunikasinya
terhadap para pendengarnya, dan dia harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari
segala situasi pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan.
Dasar pembicaraan memiliki tiga tujuan umum sebagai berikut :
a) Memberitahukan, melaporkan
b) Menjamu, menghibur
c) Membujuk, mengajak, mendesak atau meyakinkan
2.2.4 Ciri Khusus Berbicara
Berbicara memiliki beberapa ciri-ciri khusus, yaitu tujun macam ciri khusus dalam
berbicara, ciri-ciri tersebut adalah :
a) Bertujuan
b) Bersifat interaktif
c) Kesementaraan
d) Tidak dalam bingkai khusus
12

e) Alfa tanda baca


f) Kata-kata terbatas
g) Pengalaman
2.2.5 Metode Penyajian Berbicara
Maksud dan tujuan pembicaraan, kesempatan, pendengar, ataupun waktu untuk
persiapan dapat menentukan metode penyajian atau pembicara sendiri dapat
menentukan yang terbaik dari empat metode yang mungkin dipilih, yaitu :
Metode penyampaian secara mendadak
2.2.6 Jenis-jenis Berbicara
Kegiatan komunikasi (Berbicara) pada dasarnya adalah peristiwa penyampaian pesan
dari pembicara kepada pendengar. Secara teoritis, pesan itu merupakan inti atau dari
pokok komunikasi.
Berdasarkan pesan yang merupakan pokok komunikasi, berbicara dibagi menjadi dua
kelompok. Kelompok pertama, Pembicara hanya menyampaikan pesan kepada
pendengarnya yang kemudian dipahamioleh pendengar yang bersangkutan. Dalam hal
ini tidak terjadi reaksi atau tanggapan dari pendengar. Yang termasuk kelompok ini
diantaranya ceramah, bepidato, berkhotbah, penyampian berita, pembawa acara,
pendorong dan lain-lain.
Kelompok kedua, pembicara menyampaikan pesan kepada pendengarnya yang
kemudian disusul dengan timbulnya reaksi atau tanggapan atau respon pendengar,
sehingga terjadi interaksi antara pembicara dengan pendengar dan posisi sebagai
pembicara dan pendengar diduduki silih berganti. Yang termasuk dalam kelompok ini
diantaranya diskusi, seminar, simposium, rapat organisasi, dan lain-lain.
Ada beberapa bentuk ekspresi lisan. Ekspresi lisan tersebut, diantara lain :
a) Cakap informal
b) Diskusi dalam maksud dan tujuan tertentu
c) Menyampaikan berita, mengumumkan, dan melaporkan.
d) Memainkan drama
e) Khotbah
f) Bercerita
g) Cakap humor dan berteka-teki
h) Mengisi acara radio
i) Rapat organisasi dan
j) Memberikan pengarahan
Bahwa yang termasuk ke dalam jenis komunikasi lisan, yaitu :
13

a) Percakapan dan diskusi


b) Berita, pengumuman, dan laporan
c) Rencana dan evaluasi
d) Kegiatan dramatis
e) Penampilan kesenangan masyarakat
f) Khotbah
g) Bercerita informasi tentang lelucon dan teka teki
h) Pembicaraan dalam dewan
i) Rapat organisasi
j) Acara radio dan televisi dan
k) Mempersiapkan rekaman
2.2.7 Faktor – Faktor Penunjang Keefektifan Berbicara
Faktor kebahasaan meliputi :
a) Ketetapan ucapan/pelafalan
b) Penempatan tekanan, nada sendi, dan durasi (tempo) yang sesuai
c) Pilihan kata (diksi)
d) Ketetapan sasaran pembicaraan
Faktor non kebahasaan, meliputi :
a) Sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku
b) Gerak-gerik dan mimik yang tepat
c) Kenyaringan suara/ volume suara
d) Kelancaran jalannya berbicara
2.2.8 Strategi Pembelajaran Kemampuan Berbicara
Strategi adalah suatu landasan, ancangan, atau approach, dari landasan itu lahirkan
metode dan dari metode lahirlah teknik. Approach, metode, dan teknik merupakan tiga
serangkai yang tidak dapat dipisahkan. Yang menjadi persoalan adalah strategi
pembelajaran berbicara seperti apakah yang dapat meningkatkan kemampuan berbicara
berbahasa mahasisiwa universitas mercu buana? Keterampilan berbicara menurut
Ahmadi (1990:18) pada hakikatnya merupakan keterampilan memproduksi arus sistem
bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan, perasaan, dan keinginan
kepada orang lain. Peralatan vocal seperti selaput suara, lidah, bibir, hidung dan telinga
merupakan persyaratan alamiah yang dapat memproduksi suatu ragam yang luas dari
bunyi artikulasi, tekanan, nada, kesenyapan, dan lagu bicara. Keterampilan ini pula
harus didasari oleh kepercayaan diri untuk berbicara secara wajar, jujur, benar, dan
14

bertanggung jawab dengan menghilangkan masalah kejiwaan, seperti rasa malu, rendah
diri, ketegangan, berat lidah dan sebagainya.
Bahwa tujuan program pengajaran kemampuan berbicara meliputi :
a) Mudah dan lancar atau fasih
b) Kejelasan
c) Bertanggung jawab

d) Membentuk pendengaran yang kritis

Adapun strategi pembelajaran kemampuan berbicara yang memiliki keterlibatan


intelektual emosional mahasiswa, antara lain :

a) Bermain peran
b) Berbagai jenis diskusi
c) Wawancara
d) Bercerita
e) Berpidato
f) Laporan lisan
g) Membaca nyaring
h) Merekam suara
i) Bermain drama
15

BAB III
PENUTUP

3.1Kesimpulan
1) Mendengarkan adalah usaha untuk memperoleh pengertian dengan mempergunakan
indera pendengaran dan kemempuan pikiran untuk mengadakan interprestasi terhadap
berita atau pesan yang di terima baik secara lisan maupun tertulis, dan melalui proses
menangkap, memahami, dan mengingat.
2) Tujuan mendengarkan dari seseorang tidaklah sama dan ini sesuai dengan apa yang
dibutuhkan mulai dari memperoleh informasi sampai pada pemecahan masalah
3) drfinisi mendengarkan adalah sebagai berikut :
a) Mendengar adalah kegiatan menangkap bunyi secara tidak sengaja (secara
kebetulan saja)
b) Mendengarkan adalah proses menangkap bunyi bahasa dengan sengaja tetapi belum
memahami
c) Mendengarkan adalah proses menagkap bunyi bahasa yang direncanakan dengan
penuh perhatian, dipahami, diinterprestasi, diapresiasi, dievaluasi, ditanggapi, dan
ditindaklanjuti.
4) tahap-tahap dalam mendengarkan adalah sebagai berikut :
a) Tahap mendengar
b) Tahap memahami
c) Tahap menginterprestasi
d) Tahap mengevaluasi
5) kemampuan berbicara merupakan salah satu komponen keterampilan berbahasa.
Kemampuan berbicara ini merupakan proses perubahan bentuk pikiran, perasaan atau
ide yang mewujudkan bunyi bahasa yang bermakna. Kemampuan berbicara
merupakan keterampilan yang produktif, terjadi secara langsung dan ekspresif.
6) Tujuan utama berbicara adalah berkomunikasi. Dasar pembicaraan memiliki tiga
tujuan umum sebagai berikut :
a) Memberitahukan, melaporkan
b) Menjamu, menghibur
c) Membujuk, mengajak, mendesak atau meyakinkan
7) strategi pembelajaran kemampuan berbicara yang memiliki keterlibatan intelektual
emosional mahasiswa, antara lain :
a) Bermain peran
16
16
b) Berbagai jenis diskusi
c) Wawancara
d) Bercerita
e) Berpidato
f) Laporan lisan
g) Membaca nyaring
h) Merekam suara
i) Bermain drama

3.2Saran
Penulis berharap makalah ini tentang Pengaruh Keterampilan Mendengarkan Terhadap
Kemampuan Berbicara dapat memberikan pengetahuan bagi pembaca mengenai hakikat
mendengarkan dan berbicara yang baik, jenis-jenis mendengrakan dan berbicara yang
baik, dan menjadikan pendengar dan pembicara yang ideal. Dan demi penyempurnaan
makalah, penulis membukankan kritik yang konstruktif dari pembaca.
16
17
DAFTAR PUSTAKA

- Animenekoi. 2011. Meningkatkan komunikasi antar pribadi melalui keterampilan


mendengarkan, diunduh dari http://animenekoi.blogspot.com/ , 11 maret 2020
- Suratmi, Elita. 2012. Catatan Kuliahku : Pentingnya mendengarkan, Diunduh dari
http://elitasuratmi.wordpress.com/2012/05/02/pentingnya-mendengarkan/ , 13 maret
2020
- Henry Guntur Tarigan. 1981. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan. Bandung :
Angkasa
- Nuriah,E. Shinta. 2015. Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia.
Diunduh dari : http://eshintanuriah.blogspot.co.id/2015/10/makalah- keterampilan-
berbicara-bahasa.htm/ , 22 maret 2020

Anda mungkin juga menyukai