Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

BIOGRAFI, LATAR BELAKANG PENDIDIKAN, DAN


KONSEP PEMIKIRAN TOKOH TASAWUF SYEH ABDUL
QODIR JAILANI, ABU YAZID AL BUSTHOMIY, RABI’AH
AL ADAWIYYAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Akhlaq Tasawuf


Dosen Pengampu: Nova Saha Fasadena, M.Sos.

Kelas Piaud IA
Kelompok 06
Oleh :

Agustina Issriyansyah NIM :


Nurul Qomariyah NIM :
Isnaini NIM :
Marwati NIM :
Lilik Iftitah NIM : 2021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM AL-QODIRI JEMBER
OKTOBER 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur sepatutnya penulis persembahkan kehadirat Allah SWT


atas berkat taufik dan hidayahnya, makalah dengan judul, “Biografi dan latar
belakang Pendidikan dan konsep pemikiran tokoh tasawuf syeh abdul qodir
jailani, abu yazid al busthomiy, rabi’ah al adawiyyah” dapat tersusun dan
terselesaikan dengan tepat waktu.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya hingga
akhir zaman.
Ucapan terimakasih penulis haturkan kepada dosen pengampu mata kuliah
Manajemen Pendidikan, Nova Saha Fasadena, M.Sos. Tidak lupa penulis ucapkan
terimakasih kepada teman-teman yang selalu memberi semangat dan motivasi
kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih belum
sempurna dan banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
konstruktif sangat penulis harapkan. Akhirnya, mudah-mudahan makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Amin.

Jember, 23 Oktober 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Biografi, Latar Belakang Pendidikan, Konsep Pemikiran tokoh Tasawuf
Syech Abdul Qodir Jailani....................................................................4

B. Biografi, Latar Belakang Pendidikan, Konsep Pemikiran tokoh Tasawuf


Abu Yazid Al Busthomiy.................................................

C. Biografi, Latar Belakang Pendidikan, Konsep Pemikiran tokoh Tasawuf


Rabi’ah Al Adawiyyah........................................................................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan. .........................................................................................8
B. Saran..................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Era Globalisasi saat ini, kehidupan dirasakan semakin rasional,


professional, spesial,dan menyita hampir semua waktu manusia. Hal ini
menyebabkan jaringan antara kebutuhan fisik-material terpenuhi pada satu
pihak dan kebutuhan spiritual-rohaniah di lain pihak seperti terputus.
Akibatnya kehidupan dalam bermasyarakat berlangsung begitu keras dan
penuh dengan kompetisi yang bukan saja tidak sehat tetapi juga cenderung
ganas. Seolah hanya orang-orang yang memiliki kekuatan saja yang dapat
hidup, sementara yang lain terhempas. Ikatan-ikatan persaudaraan dan nilai-
nilai kebersamaan semakin tidak abadi, karena yang abadi adalah kepentingan
dalam memenuhi kebutuhan hidup secara individu.
Dengan timbulnya berbagai masalah-masalah dalam kehidupan kita perlu
mempelajari kembali kehidupan para tokoh-tokoh penyebar Agama Islam
diantaranya adalah Para Sufi yang penuh dengan sifat-sifat terpuji dan ajaran-
ajaran agama sebagai salah satu cara manusia agar dapat menjalankan
kehidupan sesuai dengan syariat Islam

B. Rumasan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka di peroleh rumusan masalah yaitu :
1. Biografi, Latar Belakang Pendidikan, Konsep Pemikiran tokoh Tasawuf
Syech Abdul Qodir Jailani
2. Biografi, Latar Belakang Pendidikan, Konsep Pemikiran tokoh Tasawuf
Abu Yazid Al Busthomiy
3. Biografi, Latar Belakang Pendidikan, Konsep Pemikiran tokoh Tasawuf
Rabi’ah Al Adawiyyah

4
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka di peroleh tujuan yaitu :
1. Untuk memahami, menjelaskan dan menganalisis Syech Abdul Qodir
Jailani.
2. Untuk memahami, menjelaskan dan menganalisis Abu Yazid Al
Busthomiy
3. Untuk memahami, menjelaskan dan menganalisis Rabi’ah Al Adawiyyah

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. BIOGRAFI, LATAR BELAKANG PENDIDIKAN, KONSEP


PEMIKIRAN TOKOH TASAWUF SYECH ABDUL QODIR JAILANI

1. BIOGRAFI SYECH ABDUL QADIR AL-JILANI 

Abdul Qadir al-Jilani atau Abd al-Qadir al-Gilani (bahasa


Kurdi: Evdilqadirê Geylanî, bahasa Persia:  ‫عبد القادر گیالنی‬, bahasa Urdu: ‫عبد‬
‫القادر آملی گیالنی‬ Abdolqāder Gilāni) (470–561 H) (1077–1166 M) 1
adalah seorang ulama fiqih yang sangat dihormati oleh Sunni dan
dianggap wali dalam dunia tarekat dan sufisme. Ia adalah orang
Kurdi[3] atau orang Persia.[4] Syekh Abdul Qadir dianggap wali dan
diadakan di penghormatan besar oleh kaum Muslim dari anak benua India.
 Di antara pengikut di Pakistan dan India, ia juga dikenal sebagai Ghaus-
[5]

e-Azam. Beliau dikenali sebagai seorang ulama Sunni


bermadzhab Hambali, seorang orator ulung dan bergelar sayyid dan faqīh,
dikenal luas sebagai pendiri dari Thoriqot Qadiriyyah.
Nama Abdul Qadir Jilani juga dilafalkan Abdul Qadir Gaylani,
Abdel kader, Abdul Qadir, Abdul Khadir - Jilani, Jeelani, Gailani, Gillani,
Gilani, Al Gilani, Keilany, Abdel Qader Gilany.
Nama Muhiyudin mengartikan beliau sebagai "pembangkit agama". Gilani
(Arabic al-Jilani) menunjukkan kepada tempat kelahiran beliau yakni,
Gilan. Namun, Ghilan juga membawa ciri Baghdadi, yang menandakan
tempat tinggal dan kematian beliau di Baghdad. Beliau juga dipanggil
sebagai al-Hasani wa'l-Husayni, yang menandakan silsilah beliau baik
dari Hasan ibn Ali maupun Husayn ibn Ali.
Abdul Qadir lahir pada hari Rabu tanggal 1 Ramadan di 470 H,
1077 M. di kota Na'if, Gilan-e Gharb, Gilan, yang terletak di selatan Laut

1
Syamsun Ni’am, Tasawuf Studies: Pengantar Belajar Tasawuf (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014),
h. 141.

6
Kaspia yang sekarang menjadi Provinsi Mazandaran di Iran. Ada dua
riwayat sehubungan dengan tanggal kelahiran al-Ghauts al_A'zham Syekh
Abdul Qodir al-Jilani Amoli. Riwayat pertama yaitu bahwa ia lahir pada
1 Ramadhan 470 H. Riwayat kedua menyatakan Ia lahir pada
2 Ramadhan 470 H. Tampaknya riwayat kedua lebih dipercaya
oleh ulama.2

2. LATAR BELAKANG PENDIDIKAN YECH ABDUL QADIR AL-


JILANI 

Dalam usia 18 tahun ia sudah meninggalkan Jilan menuju


Baghdad pada tahun 488 H/1095 M. Karena tidak diterima belajar
di Madrasah Nizhamiyah Baghdad, yang waktu itu dipimpin Ahmad al
Ghazali, yang menggantikan saudaranya Abu Hamid al Ghazali. Di
Baghdad dia belajar kepada beberapa orang ulama seperti Ibnu Aqil,
[10]
 Abul Khatthat, Abul Husein al Farra' dan juga Abu Sa'ad al
Muharrimiseim. Dia menimba ilmu pada ulama-ulama tersebut hingga
mampu menguasai ilmu-ilmu ushul dan juga perbedaan-perbedaan
pendapat para ulama. Dengan kemampuan itu, Abu Sa'ad al Mukharrimi
yang membangun sekolah kecil-kecilan di daerah Babul Azaj
menyerahkan pengelolaan sekolah itu sepenuhnya kepada Syeikh Abdul
Qadir al Jilani. Ia mengelola sekolah ini dengan sungguh-sungguh.
Bermukim di sana sambil memberikan nasihat kepada orang-orang di
sekitar sekolah tersebut. Banyak orang yang bertaubat setelah mendengar
nasihat dia. Banyak pula orang yang bersimpati kepada dia, lalu datang
menimba ilmu di sekolah dia hingga sekolah itu tidak mampu
menampung lagi.

3. KONSEP PEMIKIRAN YECH ABDUL QADIR AL-JILANI 

2
Masjid,,Irsan Al Kilani, 2007, Misteri Masa Kelam Islam dan Kemenangan Perang Salib, Bekasi:
Kalam Aulia media Tama, 2007, hal. 188-189

7
Berikut ini 5 fakta tentang pemikiran Syekh Abdul Qadir al-
Jailani, yang disarikan dari buku Karomah Syaikh Abdul Qadir al-
Jailani, karya M. Zainuddin:
a. Falsafah Kematian Menurut al-Jailani

Suatu ketika Syekh Abdul Qadir al-Jailani sedang merenungkan


kematian. Beliau menginginkan kematian yang di dalamnya tiada
kehidupan dan kehidupan yang di dalamnya tidak ada kematian.
Maksud dari kematian tanpa kehidupan adalah kematiaannya dari
sesama makhluk hidup. Sehingga beliau tidak akan melihat manfaat dan
kerugian dari mereka. Juga kematiannya dari dirinya dan keinginannya.
Serta kematiaannya dari tujuannya, kehidupan duniawinya dan
kehidupan setelah matinya. Sedangkan kehidupan yang tidak memiliki
kematian adalah, kehidupan dengan kehendak iradah-Nya Swt.
b. Seorang Sufi yang Ahli Hukum Fikih

Syekh Abdul Qadir al-Jailani, di samping sebagai guru sufi, juga


seorang Ahli hukum fikih. Termasuk karya fikihnya adalah Gunyat ath-
Thalibin. Karena itu, ajaran-ajaran sufi beliau berorientasi pada masalah-
masalah moral dan ketuhanan yang bersumber pada syariat Islam
(Alquran dan Hadis).
Karena bagi seorang sufi, sebenarnya sufisme dan syariat bukanlah
dua dimensi yang bertentangan tapi saling melengkapi satu sama lainnya
dan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.3
c. Pandangan al-Jailani tentang Dunia

Beliau mengajarkan konsep sufistik yang murni. Yaitu konsep yang


berlandaskan syariah ilahi. Sehingga beliau melarang seseorang
menceburkan diri ke dalam dunia sufistik sebelum orang itu matang dan
kuat syariatnya. Beliau berkata dalam Futuh al-Ghaib bahwa hakikat
tanpa dilandasi syariat itu terlarang.

http://kabarindonesia.com/berita.php?pil=26&jd=Ribuan+Umat+Hadiri+Peringatan+Haul+Syekh=
Abdul Dilihat pada hari Jum‟at, 22 Oktober 2021 jam 13.45 WIB.

8
Hal ini dapat dilihat dari bagaimana beliau memandang dunia.
Meski seorang sufi beliau tidak membenci dunia, juga tidak melarang
seseorang memiliki dan menguasai dunia. tapi beliau melarang seseorang
yang dikuasai dan diperbudak dunia.
Bahkan beliau sangat menekankan pencarian harta yang halal,
menghargai etos kerja manusai serta menolak sikap bermalas-malasan.
d. Konsep Wihdah al-Wujud Menurut al-Jailani

Dalam kitabnya Futuh al-Ghaib beliau juga menerangkan tentang


konsep Wihdatul Wujud (manunggaling kawulo gusti). Menurutnya
makna hakiki bersatu dengan Allah adalah terlepas dari makhluk dan
kedirian serta sesuai dengan kehendak iradah Allah Swt.
Yang mana menurut beliau, saat seseorang mencapai derajat
demikian, maka orang tersebut sudah dalam keadaan fana, yang dalam
terminologi tasawuf berarti ketaklukan total hewani.
Tapi bersatu dengan Allah tidaklah sama dengan bersatu dengan
ciptaan-Nya. Beliau mengambil dasar  dari Alquran, “Tidak sesuatu pun
yang serupa dengan-Nya. Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha
Melihat,” (Q.S. Syura (42): 11.
e. Dasar Ajaran Tasawuf al-Jailani

Setelah sedikit banyak membicarakan pemikiran Abdul Qadir al-


Jailani, maka dapat kita ketahui yang paling mendasari ajaran beliau
adalah larangan untuk tidak tenggelam dalam keduniawian dan
penekanan untuk bersedekah dan kemanusiaan.
Tapi, beliau juga melarang sikap rahbaniyah yaitu tidak kawin dan
bersikap seperti pendeta.
Sebab beliau memandang dunia sebagai proses kontinuitas
kehidupan akhirat. Namun, dalam konsep tujuan akhir, yaitu bila
seseorang ingin bertatap muka dengan-Nya, maka dunia dan akhirat
harus dilepas sama sekali.4
4
http://republika.co.id/berita/33588/Syekh_Abdul_Jaylani_Walinya_Orang_Indonesia. (Jum‟at,
22Oktober 2021 jam 13.45 wib)

9
KESIMPULAN
Setelah penulis mengadakan pembahasan dan penelaahan terhadap masalah-
masalah yang menjadi pokok-pokok pembahasan dalam Tesis ini, akhirnya
penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Untuk mencapai
kesempurnaannya manusia harus lebih dahulu mengidentifikasikan eksistensi
dirinya dengan ciri-ciri ketuhanan melalui pensucian jiwa dan raga yang bermula
dari pembentukan pribadi yang bermoral dan berakhlaq mulia, yang dalam ilmu
tasawuf akhklaqi dikenal Takhallī (pengosongan diri dari sifat-sifat tercela),
Tahallī (menghiasi diri dengan sifat-sifat terpuji), dan Tajallī (terungkapnya nur
ghaib bagi hati yang telah bersih sehingga mampu menangkap cahaya ketuhanan).
Dalam kitab sirr al-asrar telah disebutkan bahwa Syaikh Abdul Qadir al-Jailani
menjelaskan tasawuf akhlaqi merupakan tatacara untuk memperbaiki akhlak
manusia yang mulai rusak/rapuh dan menjaga akhlaknya kejalan yang benar (dari
akhlak mazmumah ke akhlak mahmudah).

B. BIOGRAFI, LATAR BELAKANG PENDIDIKAN, KONSEP


PEMIKIRAN TOKOH TASAWUF ABU YAZID AL BUSTHOMIY

1. BIOGRAFI SINGKAT ABU YAZID AL BUSTHOMIY


Abu Yazid al-Bustami lahir di Bustam, bagian timur laut Persia tahun:
188 H – 261 H/874 – 947 M. Nama lengkapnya adalah Abu Yazid Thaifur
bin Isa bin Adam bin Surusyan. Semasa kecilnya ia dipanggil Thaifur,
kakeknya bernama Surusyan yang menganut ajaran Zoroaster yang telah
memelukIslam dan ayahnya salah seorang tokoh masyarakat di Bustam.
Keluarga Abu Yazid termasuk keluarga yang berada di daerahnya tetapi ia
lebih memilih hidup sederhana. Sejak dalam kandungan Ibunya, konon
kabarnya Abu Yazid telah mempunyai kelainan. Ibunya berkata bahwa ketika
dalam perutnya, Abu Yazid akan memberontak sehingga Ibunya muntah
kalau menyantap makanan yang diragukan kehalalannya5.

5
Mujiburrahman Mujiburrahman, “Tasawuf Di Masyarakat Banjar: Kesinambungan Dan
Perubahan Tradisi Keagamaan,” Kanz Philosophia: A Journal for Islamic Philosophy and Mysticism
3, no. 2 (2013): h. 178.

10
2. LATAR BELAKANG PENDIDIKAN ABU YAZID AL
BUSTHOMIY

Sewaktu menginjak usia remaja, Abu Yazid terkenal sebagai murid


yang pandai dan seorang anak yang patuh mengikuti perintah agama dan
berbakti kepada orang tuanya, suatu kali gurunya menerangkan suatu ayat
dari surat Luqman yang berbunyi : “Berterima kasihlah kepada Aku dan
kepada kedua orang tuamu” ayat ini sangat menggetarkan hati Abu Yazid. Ia
kemudian berhenti belajar dan pulang untuk menemuia Ibunya, sikapnya ini
menggambarkan bahwa ia selalu berusaha memenuhi setiap panggilan Allah.
Perjalanan Abu Yazid untuk menjadi seorang sufi memakan waktu puluhan
tahun, sebelum membuktikan dirinya sebagai seorang sufi, ia terlebih dahulu
telah menjadi seorang fakih dari madzhab Hanafi. Salah seorang gurunya
yang terkenal adalah Abu Ali as-Sindi, ia mengajarkan ilmu tauhid, ilmu
hakikat dan ilmu lainnya kepada Abu Yazid. Hanya saja ajaran sufi Abu
Yazid tidak ditemukan dalam bentuk buku.
Dalam perjalanan kehidupan Zuhud, selama 13 tahun, Abu Yazid
mengembara di gurun-gurun pasir di Syam, hanya dengan tidur, makan, dan
minum yang sedikit sekali. Abu Yazid hidup dalam keluarga yang taat
beragama, Ibunya seorang yang taat dan zahidah, dua saudaranya Ali dan
Adam termasuk sufi meskipun tidak terkenal sebagaimana Abu Yazid. Abu
Yazid dibesarkan dalam keluarga yang taat beragama, sejak kecil
kehidupannya sudah dikenal saleh. Ibunya secara teratur mengirimnya ke
masjid untuk belajar ilmu-ilmu agama. Setelah besar ia melanjutkan
pendidikannya ke berbagai daerah. Ia belajar agama menurut mazhab Hanafi.
Setelah itu, ia memperoleh pelajaran ilmu tauhid. Namun pada akhirnya
kehidupannya berubah dan memasuki dunia tasawuf. 6

3. KONSEP PEMIKIRAN ABU YAZID AL-BUSTAMI

6
Ghozi Ghozi, “Wahdat Al-Wujûd „Abd al-Karîm al-Jîlî,” TEOSOFI: Jurnal Tasawuf Dan Pemikiran
Islam 3, no. 1 (2013): h. 1.

11
Abu Yazid adalah orang yang pertama yang mempopulerkan sebutan
alFana dan al-Baqa` dalam tasawuf. Ia adalah syaikh yang paling tinggi
maqam dan kemuliannya, ia sangat istimewa di kalangan kaum sufi. Ia diakui
salah satu sufi terbesar. Karena ia menggabungkan penolakan kesenangan
dunia yang ketat dan kepatuhan pada agama dengan gaya intelektual yang
luar biasa. Abu Yazid pernah berkata: “Kalau kamu lihat seseorang sanggup
melakukan pekerjaan keramat yang besar-besar, walaupun ia sanggup terbang
ke udara, maka janganlah kamu tertipu sebelum kamu lihat bagaimana ia
mengikuti suruhan dan menghentikan dan menjaga batas-batas syari`at."
7
Dalam perkataan ini jelaslah bahwa tasawuf beliau tidak keluar dari pada
garis-garis syara` tetapi selain dari perkataan yang jelas dan terang itu,
terdapat pul akata-kata beliau yang ganjil-ganjil dan mempunyai pengertian
yang dalam. Dari mulut beliau seringkali memberikan ucapan-ucapan yang
berisikan kepercayaan bahwa hamba dan tuhan sewaktu-waktu dapat berpadu
dan bersatu. Inilah yang dinamakan Mazhab Hulul atau Perpaduan. Abu
Yazid meninggal dunia pada tahun 261 H/947 M, jadi beliau meninggal dunia
di usia 73 tahun dan dimakamkan di Bustam, dan makamnya masih ada
sampai sekarang.

Kesimpulan
1.      Abu Yazid Al-Bustami di lahirkan dari keluarga yang  taat  beragama, tetapi
di antara saudara-saudaranya yang lain Abu Yazid Al-Bustamilah yang paling
agung budinya.
2.      Pada masa hidupnya Abu Yazid Al-Bustami dikenal sebagai tokoh sufi
kontroversial dan sering masuk penjara karena pemikirannya yang tidak bias
dinalar atau disalah artikan oleh manusia pada umumnya.
3.      Abu Yazid Al-Bustami merupakan tokoh sufi pertama yang memunculkan
pemikiran Fana’ dan baqa’.

7
https://idr.uin-antasari.ac.id/16010/4/BAB%20I.pdf. (Jum‟at, 22Oktober 2021 jam 13.45 wib)

12
4.      Corakpemikiran Abu Yazid Al-Bustami yaitu filsafati karena konsep-konsep
tasawufnya kaya akan pemikiran-pemikiran filsafat.
5.      Karya-karya Abu Yazid Al Bustami tidak berupa suatu karyatulis atau buku
melainkan kata-kata yang disebut satahat.

C. BIOGRAFI, LATAR BELAKANG PENDIDIKAN, KONSEP


PEMIKIRAN TOKOH TASAWUF RABI’AH AL ADAWIYYAH

1. BIOGRAFI RAB’IAH AL ADAWIYYAH (bahasa Arab: ‫ة‬9‫رابعة العدوي‬


‫)القيسية‬

Dikenal juga dengan nama Rabi'ah Basri adalah seorang sufi wanita


yang dikenal karena kesucian dan kecintaannya terhadap Allah. Rabi'ah
merupakan klien (bahasa Arab: Mawlat) dari klan Al-Atik suku Qays bin
'Adi, dimana ia terkenal dengan sebutan al-Qaysiyah. Ia dikenal sebagai
seorang sufi wanita yang zuhud, yaitu tidak tertarik kepada kehidupan
duniawi, sehingga ia mengabdikan hidupnya hanya untuk beribadah kepada
Allah. Rabiah diperkirakan lahir antara tahun 713 - 717 Masehi, atau 95 - 99
Hijriah, di kota Basrah, Irakdan meninggal sekitar tahun 801 Masehi / 185
Hijriah. Nama lengkapnya adalah Rabi'ah binti Ismail al-Adawiyah al-
Basriyah8.Rabiah merupakan sufi wanita beraliran Sunni pada masa
dinasti Umayyah yang menjadi pemimpin dari murid-murid perempuan dan
zahidah, yang mengabdikan dirinya untuk penelitian hukum kesucian yang
sangat takut dan taat kepada Tuhan. Rabi'ah Al-Adawiyah dijuluki sebagai
"The Mother of the Grand Master" atau Ibu Para Sufi Besar karena
kezuhudannya. Ia juga menjadi panutan para ahli sufi lain seperti Ibnu al-
Faridh dan Dhun Nun al-Misri.Kezuhudan Rabi'ah juga dikenal hingga
ke Eropa. Hal ini membuat banyak cendikiawan Eropa meneliti pemikiran
Rabi'ah dan menulis riwayat hidupnya, seperti Margareth Smith, Masignon,
dan Nicholoson

8
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2621/1/101054-SITI%20RIHANAH-
FAH.pdf, 22Oktober 2021 jam 13.45 wib)

13
Rabi'ah al-Adawiyah adalah sufi wanita yang memberi nuansa
tersendiri dalam dunia tasawuf dengan pengenalan konsep mahabbah.
Sebuah konsep pendekatan diri kepada Tuhan atas dasar kecintaan, bukan
karena takut akan siksa neraka ataupun mengharap surga. Cinta Rabiah
merupakan cinta yang tidak mengharap balasan.9
Rabi'ah al-Adawiyah adalah sufi wanita yang memberi nuansa
tersendiri dalam dunia tasawuf dengan pengenalan konsep mahabbah. Sebuah
konsep pendekatan diri kepada Tuhan atas dasar kecintaan, bukan karena
takut akan siksa neraka ataupun mengharap surga. Cinta Rabiah merupakan
cinta yang tidak mengharap balasan. Rabiah adalah seorang zahidah sejati.
Beliau merupakan pelopor tasawuf mahabbah, yaitu penyerahan diri total
kepada “kekasih” (Allah) dan ia pun dikenang sebagai ibu para sufi besar
(The Mother of The Grand Master). Hakikat tasawufnya adalah al-habb al-
ila>h (mencintai Allah swt.). Cinta Ilahi (al-Hubb al-Ila>h) dalam pandangan
kaum sufi memiliki nilai tertinggi. Bahkan kedudukan mahabbah dalam
sebuah maqamat sufi tak ubahnya dengan maqam ma’rifat, atau antara
mahabbah dan ma’rifat merupakan kembar dua yang satu sama lain tidak bisa
dipisahkan.

KESIMPULAN

Nama lengkap Rabi’ah al-Adawiyah adalah Ummu Al-Khair Rabi’ah Binti


Isma’il Al-Adawiyah Al-Qisiyah. Beliaulahir di Basrah pada tahun 96 H/713 M.
meningal dunia dalamtahun 185 H. (796 M), Orang-orang
mengatakanbahwaiadikuburkandidekatkotaJerussalem.
Karya-karyaRabi’ah al-AdawiyahmerupakanaliranMuhabbahatau al-
hubb yang berhubungantantangcinta. Beberapakarya yang diciptakan oleh
Rabi’ah al-Adawiyahbaikberupalariksyairataupunucapannya yang

9
https://hadibesc.blogspot.com/2013/06/rabiah-al-adawiyah-a.html, 22Oktober 2021 jam 13.45
wib)

14
berhubungantentang rasa cintanyakepada Allah memangsangatmenunjukan dan
membuktikanbahwacintanyahanyauntuk Allah.
konsepajaranbeliauatauisipokokajarantasawufbeliauadalahtentangcinta (al-
habb) atauMuhabbah.

PENUTUP
Alhamdulillah penulis ucapkan rasa syukur kepada Allah swt yang telah
memberikan limpahan rahmatnya kepada hambanya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Makalah ini dengan tidak ada halang dan rintang yang
membentang. Dalam penyusunan Makalah ini, penulis menyadari sepenuhnya
banyak kesalahan di sana-sini, hal ini tidak lain disebabkan karena pemahaman,
pengalaman serta wawasan penulis yang masih sangat terbatas. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi lebih
sempurnanya lagi Makalah ini.

BAB III
PENUTUP

15
DAFTAR PUSTAKA

16

Anda mungkin juga menyukai