Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“ PEMIKIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM AL-GHAZALI“


Makalah ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat
Dosen Pengampu: Miftahudin, S. Ag., M.Ag

Disusun Oleh:
Ane Nurcahya 210110063
Ilham Riyadi 210110049
Rizki Citra Hairunisa 210110048
Usep Samsul Fuadi 210110006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
STAI MIFTAHUL HUDA AL-AZHAR
Jl. Pesantren No.2,Kujangsari, Langensari, Kota Banjar, Jawa Barat 46342
TAHUN PEMBELAJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas taufik dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Pemikiran
Filsafat Pendidikan Islam Al-Ghazali”

Dalam kesempatan ini , penulis mengucapan terimakasih kepada bapak


Miftahudin S.Ag.M.Ag selaku dosen Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam yang
telah memberikan tugas makalah ini. serta terimaksih banyak kepada semua pihak
yang telah berkenan membantu pada tahap peyusunan hingga selesainya tulisan
ilmiah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ini masih jauh dari
sempurna dikarenaan terbatasnya ilmu pengetahuan yang penulis miliki. Oleh,
karena itu penulis membutuhan kritik dan saran bagi pembaca yang bersifat
membangun untuk lebih meningkatkan kualitas di kemudian hari. Penulis
berharap makalah ini dapat memberi manfaat bagi segenap pembaca terutama
bagi perkembangan pendidikan.

Banjar, November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1Latar Belakang............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................ 1
BAB II. PEMBAHASAN................................................................................ 3
2.1 Biografi Al-Ghazali.................................................................................... 3
2.2 Karya-karya Al-Ghazali.............................................................................. 5
2.3 Konsep Pemikiran Pendidikan Islam Al-Ghazali....................................... 6
2.4 Relevansi Pendidikan Islam Al-Ghazali dengan Pendidikan Masa Kini.... 9
BAB III. PENUTUP........................................................................................ 12
3.1 Kesimpulan................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Studi tentang kebudayaan islam yang berkaitan dengan pemikiran islam klasik
memperoleh perhatian yang cukup besar bagi kalangan akademisi pada dekade
terakhir. Buku-buku yang ditulis pada bidang ini nampak semakin banyak, baik
yang merupakan karya sendiri yang merupakan hasil dari penelitian mendalam
maupun yang merupakan hasil dari terjemahan buku-buku klasik, baik yang
berbahasa arab maupun bahasa inggris.

Banyak karya-karya tokoh ilmuwan muslim yang dipakai sebagai referensi


oleh ilmuwan Eropa sampai hampir tujuh abad. Salah satu pemikiran era islam
klasik yang banyak dikaji oleh para peneliti adalah pemikiran Imam al-Ghazali.
Namun, kebanyakan studi tentang al-Ghazali lebih menekankan pada sosok beliau
sebagai seorang teolog, filosof, sufi, dan faqih, sehingga beliau lebih sering
dikenal sebagai ahli dalam bidang kelimuan tersebut. Padahal, pandangan al-
Ghazali dalam bidang pendidikan islam yang tertuang dari karya-karyanya seperti,
Ihya’ ’Ulumuddin, Ayyuha al-Walad dan sebagainya, memberikan pengaruh yang
cukup signifikan bagi tokoh-tokoh pendidikan setelahnya.

Pemikiran al-Ghazali dalam bidang pendidikan islam ini menjadi warisan


khazanah intelektual yang tak kalah penting dengan bidang lain yang digelutinya.
Lalu, apa saja pemikiran Sang hujjah al-Islam (bukti kebenaran islam) dalam
pendidikan islam. Makalah ini mencoba mengungkap pandangan-pandangan,
pemikiran dan konsep pendidikan islam menurut Zayn al-Din, Imam al-Ghazali.

1.2 Rumusan Masalah


1. Siapa itu Al-Ghazali ?
2. Apa saja karya-karya al-Ghazali ?
3. Bagaimana konsep pemikiran pendidikan islam menurut Al-Ghazali?
4. Bagaimana Relevansi Pendidikan Islam Al-Ghazali dengan Pendidikan
Masa Kini?
1.3 Tujuan Penulisan

1
1. Untuk Mengetahui biografi Al-Ghazali.
2. Untuk Mengetahui apa saja karya-karya al-Ghazali.
3. Untuk Mengetahui bagaimana konsep pemikiran pendidikan islam Al-
Ghazali.
4. Untuk mengetahui bagaimana relevansi pendidikan Islam Al-Ghazali
dengan Pendidikan Masa Kini?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Biografi Al-Ghazali

Nama lengkapnya adalah zainud Diin, Hujjatul Islam, Abu Hamid,


Muhammad ibnu Muhammad ibnu Muhammad A-ghazali, Ath-Thusi, An-
Nausaburi, seorang ulama fiqh ahli tasawuf, bermadzhab ikih Syafi'i dan beraliran
tauhid Asyi'ariyah.1 Dia diberi ulukan dengan gelar hujatul islam (bukti kebenaran
islam) dan zayn ad-din (perhiasan agama)2. Dipanggil al-ghazali karena lahir di
kampung Ghazlah, di Khurasan, Irak. Pada tahun 250/1058 M. Ayahnya adalah
seorang sufi yang sangat wara’. Kerjannya pemintal kain wol yang sangat taat,
sangat menyenangi ulama dan aktif menghadiri majelis-majelis pengajian.
Saudaranya bernama Ahmad. Ketika ayahnya meninggall dititipkn kepada
seorang sufi dan berwasiat , ia berkata : “saya sangat menyesal dulu tidak belajar.
Saya berharap keinginan itu terwujud pada kedua anak ini maka didiklah
keduanya, dan pergunakan sedikit harta yang saya tinggalkan ini untuk mengurus
keperluannya” 3.

Diawali studinya, suatu hari al-Ghazali dalam perjalanan pulang ke tempat


asalnya ia dihadang oleh segerombol perampok, merampas semua barang
bawaanya termasuk buku catatan kuliahnya. Al-Ghazali meminta bukunya itu
agar dikembalikan dan diterawakan para perampok itu. Sejak kejadian mendorong
al-Ghazali untuk menghafal semua pelajaran yang dipelarinya selama tiga tahun,
agar tidak kehilangan ilmuyang dipelarinya4.

Al-Ghazali mempelajari ilmu fiqih kepada Ahmad bin Muhammad ar-


Rizkani. Dan mmelanjutkan sekolah tingkat tinggi ke Nihamiyah di Naisabur.
Disini, dia berguru kepada Imam Haramain (al-Juwaini), sehingga menguasai

1
Imam Al-Ghazali, Mukhsar Ihya'Ulumudin Terj. Ahmad Sunarto dengan judul :
Mutiara ilya' Ulumudin, (Surabaya : PT Bina Ilmu 2014), hal.Nama gelarnya hujjatul
Islam (bukti kebenaran agama).
2
Ahmad Daudy, kuliah filsafat islam (jakarta: Bulan Bintang.186), hal.155
3
M Solihin dan Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf, (Bandung :Pustaka setia 2014)
hal.135
4
Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Ghaali tentang Pendidikan (Yogyakarta :
Pustaka Pelajar 2009) Hal.10

3
ilmu manthiq, ilmu kalam, fiqih-ushul fiqih, filsafat, tasawuf dan retorika dalam
debat.

Karena kemahirannya dalam memberikan pendapat dari para ahli ilmu


serta memberikan sanggahan dan bantahan kepada ara penentangnya dia dijuluki
“Bahr Mu’rid” (lautan yang menghanyutkan). Berkat kecerdasannya menjadikan
al-Ghazali terkenal. Bahkan ada riwayat menyebutkan bahwa diam-diam hati
Imam Haramain timbul rasa ini dan membuatnya sampai menyatakan :

“ Engkau telah memudarkan ketenaranku padahal aku masih hidup, apakah


akumesti menahan diri padahal ketenaranku telah mati”5.

Setelah imam al-Haramain wafat , al-Ghazali meninggalkan Naisabur


menuju Mu’askka, untuk menghadiri pertemuan yang diadakan Nidham al-Mulk
Perdana Menteri Dulah Bani Saljuk. Al-Ghazali diterima baik dan di berikan
kepercayaan untuk mengelola madrasah Nidhamiyah di Baghdad. Disana dia
mengajar dengan baik dan para menuntut ilmu memadati halaqah-nya. Al-Ghazali
juga menulis beberapa buu. Diantaranya tentang fiqih dan ilmu kalam, serta kitab
yang berisi tentang sanggahan terhadap aliran Bathiniyah (salah satu aliran dari
sekte Syi’ah), dan alian Syi’ah Ismailiyah dan falsafah.

Setelah satu tahun di Baghdad, al-Ghazali semakin popoler sampai ke


Istana Khalifah Abbasiyah. Khalifah Muqtadi bin Amrillah (memerintah 467-487
H./1074-1094 M).Di Baghdad al-Ghazali mengalami kemajuan yang sangat cepat.
Ia mmenjadi ulama yang tersohor. Pada tahun 1091 M / 484 H, dianggkat menjadi
dosen pada universitas Nidhamiyah, Baghdad. Pada usia 34 tahun diangkat
menjadi pimpinan (rektor) dan dia menulis buku-buku salah satunya buku filsafat.

Hanya 4 tahun menjadi rektor. Setelah ini mulai mengalami krisis rohani,
krisis keraguan yang meliputi akidah dan seua jenis ma’rifat. Diam-diam al-
Ghazali meninggalkan Baghdad dan menuju ke Syam. Supaya tidak ada yang
menghalangi kepergiannya dia berdalih akan pergi ke Mekkah untuk berhaji.

Pekerjaan mengajar dia tinggalkan dan hidup jau dari lingkkungan


manusia, zuhud ia tempuh.selama hampir dua tahun, al-Ghazali menjadi hamba

5
Abd Karim Usman, Sirat al-Ghazali, (Mesir : Maqtabah an-Nahdhah, 1964), hal.20

4
Allah yang betul-betul mampu mengendalikan gejoak hawa nafsunya. Dan
menghabiskan waktunya untuk Berkhalwat, ibdah dan i’tikaf di masjid di
Damaskus. Lalu al-Ghazali pindah ke Baitul Maqdis, dan disinilah dia tergera
hatinya untuk menunaikan ibadah haji. Dan setelah itu al-Ghazali pergi ke Hijaz.

Selama 10 tahun berlanglang buana, atas desakan Fakhrul Muluk pada


tahun 499 H/1106 M dia kembali ke Naisabur untuk melanjutkan mengajar di
Universitas Nidhamiyah. Dan tidak tahu pasti berapa lama al-Ghazali mengajar
setelah sembuh dari krisis rohani.6 Setelah memperoleh kebenaran yang hakiki
pada akhir hidupnya, tidak lama kemudian dia menghembuskan nafas terakhirnya
di Thus pada tanggal 1 Desember 1111 M, atau pada hari senin 14 Jumadil Akhir
tahun 505 Hijriyyah7. (Ali, 2021)

2.1 Karya-karya Al-Ghazali

Karya Al-Ghazali diperkirakan mencapai 300 buah karya, namun disini


hanya sebagian yang dapat di sebutkan yang mana di antaranya adalah:

a. Maqashid al-Falsafah (Tujuan-tujuan Para Filsuf),


sebagai karangannya yang pertama dan berisi masalah-masalah filsafat;
b. Tahafut al-Falasifah (Kekacauan Pikiran Para Filsuf),
buku ini dikarang sewaktu Beliau berada di Baghdad tatkala jiwanya
dilanda keragu-raguan. Dalam buku ini, Al-Ghazali mengecam filsafat dan
para filsuf dengan keras;
c. Mi’yar al-‘Ilm (Kriteria Ilmu-ilmu);
kitab Mi’yar al-‘Ilm ini merupakan karyanya yang paling lengkap dan
sistematis yang menjelaskan logika Yunani. Kendati demikian, yang
dimaksud dengan kitab ini sebagai kitab yang berpengaruh bukan semata
terletak kepada konten dan substansi pemikirannya tapi semua usaha yang
dikerahkan al-Ghazali dalam menyerukan para intelektual Islam di masa
itu untuk mengadopsi logika Aristoteles sebagai perangkat berfikir dan
alat permenungan dalam berbagai cabang keilmuan Islam.
d. Ihya’ ‘Ulum al-Din (Menghidupkan Kembali Ilmu-ilmu Agama),

6
Abidin Ibnu Rusn, pemikiran al-Ghazali tentang pendidikan, hal.12-13
7
Rosihon Anwar, Akhlak tasawuf (Bandung : Pustaka Setia, 2010 ),

5
buku ini merupakan karyanya yang terbesar yang dikarangnya selama
beberapa tahun dalam keadaan berpindah-pindah antara Damaskus,
Yerussalem, Hijaz, dan Thus yang berisi paduan antara fikih, tasawuf, dan
filsafat;
e. Al-Munqids min al-Dhalal (Penyelamat Dari Kesesatan),
buku ini merupakan sejarah perkembangan alam pikiran Al-Ghazali
sendiri dan merefleksikan sikapnya terhadap beberapa macam ilmu serta
jalan mencapai Tuhan;
f. Al-Ma’arif al-‘Aqliah (Pengetahuan Yang Rasional);
g. Misykat al-Anwar (Lampu Yang Bersinar Banyak), buku ini berisi
pembahasan tentang akhlak dan tasawuf;
h. Minhaj al-‘Abidin (Jalan Mengabdikan Diri Kepada Tuhan);
i. Al-Iqtishad fi al-‘Itiqad (Moderasi Dalam Akidah);
j. Ayyuha al-Walad;
k. Al-Mustashfa;
l. Iljam al-‘Awwam ‘an ‘Ilm al-Kalam;
m. Mizan al-‘Amal.
n. Mahakk al-Nazhar (Hasyimsyah, 2005)

2.3 Konsep Pemikiran Pendidikan Islam Al-Ghazali

A. Tujuan Pendidikan Islam

Menurut al-Ghazali puncak kesempurnaan manusia adalah seimbangnya


peran akal dan hati dalam membina ruh manusia. Jadi sasaran inti dari
pendidikan adalah kesempurnaan akhlak manusia dengan membina ruhnya.
Secara garis besar tujuan pendidikan menurut al-Ghazali dapat
disimpulkannya, yaitu :

1) Meraih kesempurnaan insani (insan kamil) yang bermuara pada


keahagiaan sejati di dunia dan akhirat.
2) Menguasai ilmu pengetahuan sebagai bekal untuk mendekatkan diri
(taqarrub) kepada Allah Swt.
3) Pembentukan Akhlakul Karimah

6
B. Kurikulum Pendidikan Islam

Menurut Al-Ghazali sebagaimana dijelaskan oleh Abuddin Nata, Secara


garis besar ilmu pengetahuan terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu :

a. Ilmu-ilmu Tercela
Ilmu tercela atau terkutuk adalah ragam ilmu pengetahuan yang tidak
bermanfaat bagi kehidupan manusia di dunia dan akhirat. Ilmu ini
mengundnag kemelaratan, kesengsaraan, dan kerugian bagi pemiliknya serta
umat manusia. Namun ada ilmu ini terdapat ilmu nujum yang berfungsi untuk
menghitung hisab yang berdasarkan istidaly yaitu semacam astronologi.
Contoh ilmu tercela ialah ilmu sihir, ilmu nujum dan ilmu ramal.
b. Ilmu-ilmu Terpuji

Ilmu terpuji yang berpanfaat bagi manusia, baik dalam kehidupan dunia
atau pun diakhrat. Ilmu ini terbagi menjadi dua :

 Ilmu fardu ‘ain ialah ilmutentang cara mengamalkan ibadah wajib,


seperti kitabullah dan ibadah yang pokok
 Ilmu fardu kifayah ialah ilmu yang tidak ditinggallkan dalam
kehidupan bermasyarakat. Seperti ilmukedokteran, hitungan dan
muamalah, waris dan sebagainya. Contohnya dalam petani,dokter
dan lainnya.
c. Ilmu-ilmu Terpuji dalam Kadar Tertentu

Ilmu ini adalah ilmu yang hanya sekadar saja, tidak secara mendalami
niscaya akan memberi manfaat bagi pemiliknya. Seperti dalam mempelajari
ilmu filsafat apabila terlalu mendalami dikhawatkan mengunggulkan rasio dan
melenceng ragu akan wujud Allah Swt.

Dalam menyusun kurikulum al-Ghazali memberikan perhatian besar pada


ilmu agama dan etika. Dan pelajaran yang harus diberikan epada peserta didik
harus kecenderungan pada agama dan tasawuf serta kecenderungan
Pragmmatis.

C. Metode Pembelajaran yang Efektif

7
a. Metode Nasihat, agar selalu mengamalkan ilmu yang dimiliki,
menghidupkan sunnah rosul, dan memberikan akhlak budinya dan
memerangi hawa nafsu.
b. Metode Pembiasaan, yang ditekankan oleh al-Ghazali ialah pentinngnya
riyadhah (jalan latihan) dan mujahadah (jalan ketekunan).
c. Metode Keteladanan
Seperti dalam karyanya, ayyuhal walad. Al-Ghazali berkata ;”barang
siapa berharap bertemu rahmad Allah Swt., maka hendaknya ia beramal
shalih’. Nasihat ini yang memotivasi peserta didiknya.
D. Pendidik Menurut Al-Ghazali

Menurut al-Ghazali seorang pendidik mestilah mepunyai akal yang cerdas


dan sempurna serta memiliki akkhlak yang baik da fisik yag kuat. Serta harus
mempunyai etika sebagai berikut8:

1) Berbelas kasih kepada peserta didiknya


2) Mengajar dengan tulus-ikhlas
3) Membimbing dan mengarahkan peserta didiknya
4) Bersikap lemah lembut
5) Tidak melecehkan mata pelajaran lain
6) Memahami tigat kecerdasan peserta didik
7) Memahami bakar, tabiat dan kewajiban peserta didik
8) Berpegang teguh pada prinsip

E. Peserta didik menurut al-Ghazali

Menurut al-Ghazali peseta didik atau murid adalah makhluk yang telah
diberikan potensi atau fitrah untuk beriman kepada Allah Swt. Fitrah itu
sengaja disiapkan Allah Swt sesuai dengan kejadian manusia yang tabi’at
dasarnya adalah cenderung pada agama tauhid (islam). Oleh karena itu peserta
didik harus tumbuh dan berkembang sesuai dengan tujuan penciptaannya
sebagai manusia. Etika peserta didik menurut al-Ghazali, yaitu :
8
Al-Ghazali, ihya’ ‘ulumuddin; menghidupkan ilmu-ilmu Agama, Jilid 1
( Medan : Imballo, 1964), Hal.212-223

8
1) Mendahulukan kesucian jiwa dari pada kejelekan akhlak.
2) Mengurangi hubungan keluarga dan menjauhi kampung halamannya
sehingga hatinya akan terikat pada ilmu
3) Tidak bersikap sombong terhadap ilmu dan menghindari sikap tercela pada
guru, bahkkan ia harus menyerahkan urusannya kepadanya.
4) Menjaga diri dari mendengarkan perselihan diantara manusia.
5) Mencurahkan perhatian terhadap ilmu
6) Mempelajari ilmu dan memahami hakikatnya
7) Menghiasi batinnya untuk memperoleh ridho Allah Swt. (Arifin, 2018)

2.4 Relevensi Pemikiran Pendidikan Islam Menurut Al-Ghazali dengan


Pendidikan Masa Terkini.
Tujuan pendidikan menurut Al-Ghozali adalah membentuk Insan Al-
Kamil (manusia yang sempurna) artinya manusia yang memiliki pengetahuan
yang luas dan memiliki budi pekerti yang luhur. Dalam Tujuan pendidikan
nasional pun dijelaskan secara terperinci dan jelas yaitu membentuk manusia
yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, memiliki
pengetahuan, keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani.
Kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan. Dari definisi diatas menunjukan arahan Al-
Ghozali yaitu pendidikan menuju manusia sempurna yang dapat mencapai
tujuan hidupnya yakni kebahagiaan dunia dan akhirat yang hal ini
berlangsung hingga akhir hayati Al-Ghozali banyak mencurahkan
pemikirannya kepada pengajaran dan pendidikan. Pendidikan adalah proses
memanusiakan manusia sejak masa kejadiannya sampai akhir hayatnya
melalui berbagai ilmu pengetahuan yang disampaikan dalam bentuk
pengajaran secara bertahap di mana proses pengajaran itu menjadi tanggung
jawab orang tua, guru dan masyarakat. Pendidikan saat ini bukanlah
membentuk manusia utuh atau sempurna yang layak untuk menjadi khalifah
dibumi melainkan manusia yang individualis, materialis dan pragmatis. Hal
itu disebabkan oleh permasalahan yang komplek dalam sebuah kegiatan
pendidikan.

9
Dari problem tersebut salah satu komponen pendidikan yang dapat
dijadikan sebagai solusi yang paling tepat adalah seorang pendidik atau guru
yang mau memperjuangkan pendidikan dengan tulus dan ikhlas. Guru
merupakan unsur terpenting dalam sebuah pendidikan. Guru menjadi factor
penting dalam sebuah keberhasilan pendidikan.
Menurut Al-Ghozali mengajar dan mendidik adalah perbuatan sangat
mulia, karena secara naluri orang yang berilmu itu dimuliakan dan dihormati
oleh orang lain. Dan ilmu pengetahuan itu sendiri adalah mulia, maka
mengajarkannya adalah memberikan kemuliaan. Jika seorang pendidik dan
anak didiknya mampu saling menghormati dan saling menghargai diantara
mereka, maka ilmu yang diberikan pendidik akan mudah merasuk kedalam
otak anak didiknya dan lubuk hati yang paling dalam. Dan nantinya anak
didik akan menjadi manusia yang terhormat dan sekaligus dihormati.
Disinilah letak kemuliaan seorang pengajar yang yang diungkapkan oleh
Imam Al-Ghazali.
Guru adalah garda terdepan dalam memajukan pendidikan, karena banyak
sekali pengaruh intern ataupun ekstern anak-anak didik saat ini, seiring
dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih dan informasi yang cepat
sehingga harus pandai-pandai menfilter informasi scara tepat.
Pada dasarnya guru adalah seorang pendidik. Pendidik adalah orang
dewasa dengan segala kemampuan yang dimilikinya untuk dapat mengubah
psikis dan pola pikir anak didiknya dari tidak tahu menjadi tahu serta
mendewasakan anak didiknya. Salah satu hal yang harus dilakukan oleh guru
adalah dengan mengajar di kelas. Salah satu yang paling penting adalah
performance guru di kelas. Bagaimana seorang guru dapat menguasai keadaan
kelas sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan. Dengan
demikian guru harus menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik peserta didiknya.
Dari pemaparan diatas karakter dewan guru tersebut diatas semua relevan
ketika kita implementasikan zaman sekarang. Tuntutan kompetensi Guru saat
ini sangat detail yang mana seorang guru minimal harus memiliki gelar
Sarjana Pendidikan.

10
Seorang guru yang baik menurut al-Ghazali yaitu guru yang tidak hanya
memahami tingkat kecerdasan anak akan tetapi juga guru yang dapat
memahami watak, bakat, dan juga kejiwaan muridnya. Guru harus bisa
memperlakukan muridnya menurut kemampuannya. Al-Ghazali benar-benar
memperhatikan professional guru dalam mendidik anak. Guru harus
professional terhadap semua sisi pendidikan anak.
Program Revolusi mental yang digadang gadang pemerintah saat ini juga
merupakan bukti dari penyerapan konsep yang dikemukakan oleh Al-Ghozali,
yaitu Guru harus mempunyai sifat Akhlaqul Karimah karena dengan akal
yang cerdas dan ilmu pengetahuan yang mendalam tidak cukup saat ini.
Dengan akhlak yang sempurna maka guru akan menjadi teladan yang baik
terhadap peserta didiknya dan secara otomatis peserta didik akan mencontoh
perilaku gurunya.

BAB III

11
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Imam al-Ghazali merupakan sosok yang cerdas sehingga dikenal


luas melalui karya-karyanya. Dalam hal ini, dalam ilmu pendidikan
pemikirannya banyak digunakan terutama dalam masalah filsafat
pendidikan. Pemikiran-pemikiran yang ia tuangkan dapat memudahkan
kita dalam mencontoh atau sebagai bahan acuan dalam dunia pendidikan.

Menurutnya, konsep pendidikan adalah menghilangkan akhlak


yang burukdan menanamkan akhlak yang baik. Dengan demikian
pendidikan adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan secara sistematis
untuk melahirkan perubahan-perubahan yang progresif pada tingkah laku
manusia. Sedangkan kurikulum pendidikan ialah bagian penting yang
menjadi patokan dalam pembelajaran untuk sampai tercapainya suatu ilmu
kepada peserta didik dan dapat meraih tujuan pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

12
Ali, D. (2021). Tasawuf Al-Ghazali Perspektif pendidikan Islam. Jakarta:
Guepedia.
Arifin, Y. (2018). PEMIKIRAN EMAS PARA TOKOH PENDIDIKAN ISLAM.
Yogyakarta: ISCiSoD.
Hasyimsyah, N. (2005). Filsafat Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama.

13

Anda mungkin juga menyukai