Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SYI’AH ZAIDIYAH
Dikerjakan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Madzhahib Mu’ashirah (3B)

Dosen Pembimbing :

Ustadz Maftuh Asmuni, Lc

Disusun Oleh :

Andika Thamrin
Ananda Alif
Andika Putra

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


SEKOLAH TINGGI ILMU USHULUDDIN DARUL HIKMAH
BEKASI
2022

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah Ta’ala, karena dengan nikmat dan
hidayah-Nya kami dapat diberikan nikmat kesehatan dan kemampuan untuk menyelesaikan makalah
yang berjudul “Syi’ah Zaidiyah” dengan tepat waktu.

Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad Shollallahu ‘Alaihi Wasallam
berseta keluarga, shabatnya, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in dan kita selaku umatnya yang mudahan-
mudahan di berikan syafa’atnya nanti di Yaumul Akhir nanti.

Harapan kami makalah ini dapat meningkatkan pemahaman dalam mempelajari ilmu tentang
Madzhahib Mu’asyirah dan memahami sebab-sebab perbedaan umat islam secara benar, apabila
terdapat kesalahan dan kekurangan baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja mohon
dimaklumi dan dimaafkan karena kami masih dalam tahap pembelajaran.

Kami menyadari bahwa makalah ini tidaklah sempurna, oleh karena itu kami menerima kritik
dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua. Atas perhatian dan kesempatan serta bimbingan yang telah diberikan Dosen. Kami ucapkan
Jazaakumullahu Khoiron Katsiiron.

Bekasi, 21 September 2022

Penyusun

2
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sunni dan Syiah adalah dua aliran besar dalam Islam yang lahir setelah Nabi Muhammad wafat
pada 632 M. Penganut Islam Sunni berpendapat bahwa penerus nabi dapat dipilih lewat konsensus.
Hal yang paling penting adalah mereka mengikuti sunah Rasulullah. Sedangkan Islam Syiah
meyakini hanya keturunan Nabi Muhammad yang pantas menjadi khalifah.

Perbedaan pendapat antara dua aliran terbesar dalam Islam ini semakin meluas pasca terbunuhnya
cucu Rasulullah dalam Pertempuran Karbala (680 M). Sejak itu, Sunni dan Syiah resmi mengalami
perpecahan dan terus bersengketa. Konflik yang berujung pada peperangan di antara keduanya
pun masih berlangsung hingga sekarang, terutama di kawasan Timur Tengah.

Perbedaan pandangan terhadap ajaran Islam di antara keduanya sering disebut sebagai sumber
konflik. Namun, perselisihan di antara Sunni dan Syiah di masa kini sebenarnya tidak hanya sebatas
masalah aliran agama, tetapi juga merambah bidang geopolitik.

Lantas, sebenarnya apa perbedaan antara Syiah dan Sunni? Nah pada kesempatan kali ini kelompok
kami akan membawakan tema Syi’ah Zaidiyah, salah satu kelompok Syi’ah yang dianggap paling
dekat dengan sunni atau ahlussunnah.

3
1.2 Rumusan Masalah
a. Sejarah Syi’ah Zaidiyah
b. Dakwah Syi’ah Zaidiyah
c. Penyimpangan Syi’ah Zaidiyah
d. Hikmah mempelajari sekte Syi’ah

1.3 Tujuan Makalah


a. Memberikan pengetahuan tentang Sekte Syi’ah Zaidiyah
b. Sebagai pengalaman dalam dunia penulisan
c. Sebagai tugas kelompok untuk memenuhi tugas mata kuliah Madzhahib Mu’asyiroh

4
BAB II : PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Syi’ah Zaidiyah


Syiah Zaidiyah dinisbatkan kepada Zaid bin Ali Zainal Abidin ibnul Husain bin Ali bin Abi
Thalib. Imam Asy Syahrastani (ulama ahli sejarah dan teologi terkemuka dari abad VI H.) Dalam
bukunya “Al Milal Wa Al Nihal” dijelaskan bahwa, Zaid bin Ali belajar akidah dari Washil bin Atha',
pendiri mazhab Muktazilah.
Prof. Ali Ash Shalabi (ulama internasional dari Universitas Al Azhar, Mesir) menyatakan,
golongan Zaidiyah menetapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi seseorang untuk diakui sebagai
Imam yaitu dia keturunan Ali dan Fatimah Az-Zahra, berpengetahuan luas, zahid, berani,
dermawan serta berusaha menuntut haknya atas jabatan itu. Sebab itu, kalau ia tidak berusaha
menuntut haknya atas jabatan tersebut maka ia bukanlah Imam dan bolehlah orang lain diangkat
menjadi Imam.
Berdasarkan prinsip ini, maka Zaid bin Ali mengakui Khalifah Abu Bakar dan Umar bin
Khattab, walaupun ketika itu Ali bin Abi Thalib ada, karena Ali sendiri tidak berusaha untuk
menuntut dan mempertahankan haknya. Lebih-lebih lagi karena Zaid bin Ali ini berpendapat
bahwa mengangkat seseorang yang tidak utama menjadi Imam adalah boleh, walaupun ketika itu
ada orang yang lebih utama.
Mengenai ini Zaid bin Ali mempunyai pendapat-pendapat istimewa yang pernah
diriwayatkan Imam Asy Syahrastani. Zaid bin Ali berkata "Ali bin Abi Thalib adalah sahabat
Rasulullah yang tebaik. Akan tetapi Khilafah diserahkan kepada Abu Bakar demi kemaslahatan
rakyat dan kepentingan agama."
"Peperangan yang terjadi dimasa hidup Rasulullah belumlah lama berselang. Pedang Ali
belumlah kering dari tetesan darah orang-orang musyrikin kaum Quraisy. Rasa dendam untuk
menuntut balas masih tetap nyala dalam dada bangsa Arab. Sebab itu tokoh Ali tidak disenangi.
Karena itu lebih tepat apabila Khilafah itu dipegang oleh seseorang yang telah mereka kenal
bersifat lunak, penyantun, lebih tua usianya, dahulu masuk Islam dan dekat kepada Rasulullah
SAW.”
Zaidiyah sangat menentang para pengaku Syiah yang tersiar yang menyatakan “Imam

5
adalah diperoleh dari wahyu dan pelajaran yang langsung dari Tuhan.” Prof. Ali Ash Shalabi dalam
bukunya “Sejarah dan Kebudayaan Islam Jilid 2” menyebutkan bahwa mazhab Zaidiyah adalah
yang terdekat kepada mazhab Ahlusunnah, sebab mereka mengakui dan membolehkan Abu
Bakar, Umar bin Khattab, dan Utsman bin Affan sebagai Khalifah.

6
2.2 Dakwah Syi’ah Zaidiyah
Syiah Zaidiyah ditentang oleh golongan Syiah lainnya, bahkan mereka perangi sebab
Syiah Zaidiyah tidak membenci Abu Bakar, Umar bin Khattab, maupun Utsman bin Affan. Zaid bin
Ali juga ditentang oleh Syiah lainnya karena berguru pada Washil ibn Atha' padahal Washil adalah
seorang manusia biasa, bukan turunan suci Imam Ali bin Abi Thalib.
Zaidiyah juga menerima pendapat Muktazilah tentang teori qadar, padahal sangat
bertentangan dengan keyakinan Syiah lainnya. Zaid bin Ali mati terbunuh ditangan golongan Syiah
lainnya akibat ia mengangkat dirinya sebagai “Imam”. Dia digantikan oleh Yahya bin Zaid yang
sempat melarikan diri ke Khurasan. Kedatangannya di Khurasan disambut hangat dan mendapat
dukungan dari masyarakat sekitar.
Syiah Zaidiyah mendapat tekanan berat dari penguasa sampai munculnya di Khurasan,
seseorang bernama Nashir Al-Athrusy yang mengambil alih kepemimpinan golongan Syiah
Zaidiyah. Penganut Syiah Zaidiyah kebanyakan berada di Yaman.
Apakah Syi’ah Zaidiyah ada di Indonesia ? Dikatakan Haidar Abdullah Bawazir, aktivis
dakwah : Perlu diketahui, bahwa Syiah Zaidiyah cuma di Yaman, dan jumlahnya sangat sedikit sekali.
“Yang kita bicarakan adalah Syiah yang berkembang di Indonesia, Syiah Rafidhah, Syiahnya
pemerintah Iran, yang sekarang lagi menyebarkan dakwah dengan mengelontorkan dana besar-
besaran kepada da’i Syiah di Indonesia. Syiah Rafidhah inilah yang kerap melaknat sahabat.
Di muka umum, mereka tidak terang-terangan mencela sahabat. Tapi, secara taqiyah
mereka memiliki dendam kepada Abubakar ra, Umar ra dan Utsman ra, serta Aisyah,”

7
2.3 Penyimpangan Syi’ah Zaidiyah
Aqidah Islam yang paling shahih adalah aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah. Hal ini telah
menjadi kesepakatan ulama di Timur dan di Barat, baik masa salaf maupun masa khalaf. Sehingga
siapa saja yang memiliki aqidah yang bertentangan dengan aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah adalah
pemilik aqidah sesat.
Demikian pula yang dikatakan sebagai aliran Syiah Zaidiyah. Aliran ini adalah aliran ahli
bid’ah yang dalam aqidahnya banyak dipengaruhi oleh pemikiran sesat Mu’tazilah. Suatu pemikiran
bid’ah yang manhaj aqidahnya didasarkan pada dalil akal daripada menggunakan dalil nash.
Penyebab utama Syiah Zaidiyah ini terpengaruh aliran Mu’tazilah adalah dikarenakan
pemimpin aliran Zaidiyah, Zaid bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali, adalah seorang murid Washil
bin Atha’, dedengkot Mu’tazilah.
Banyak pihak mengatakan bahwa Zaidiyah adalah aliran Syiah yang paling dekat dengan
Ahlus Sunnah, ini benar jika yang dimaksud adalah dalam pandangan fiqihnya, bukan pandangan
aqidahnya yang sesat. Diantara kesesatannya adalah :

1. Manusia tidak dapat melihat Allah di akhirat


Kelompok Zaidiyah tidak meyakini bahwa orang-orang yang beriman dapat melihat Allah
ta’ala di akhirat, seperti keyakinan kaum Mu’tazilah.
Sedangkan Ahlus Sunnah wal Jamaah tegas meyakini hal ini. Orang mukmin di surga akan melihat
Allah yang suci dari bentuk dan rupa serta konsekwensi keduanya, seperti arah, tempat dan lain-
lain.
Dalilnya adalah Allah Ta’ala juga berfirman,

َ ِ ِ ‫اظ َرة َرِّب َها إ َل َن‬


‫اضة َي ْو َم ِئذ ُو ُجوه‬ ِ ‫ن‬
َ
ِ
“Muka mereka (orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Rabbnya mereka melihat.” (QS.
Al-Qiyamah: 24-25)

8
2. Allah tidak menciptakan kemaksiatan
Kaum Zaidiyah berkeyakinan bahwa Allah tidak menciptakan maksiat. Mereka juga
beranggapan bahwa maksiat yang dilakukan manusia bukan bagian dari qadar Allah. Keyakinan ini
sama seperti keyakinan kelompok Mu’tazilah.
Sementara Ahlus Sunnah beri’tiqad bahwa Allah adalah pencipta bagi setiap sesuatu. Tidak
ada benda yang wujud, dan tidak ada kejadian yang terjadi kecuali diciptakan oleh Allah ta’ala.
Perbuatan maksiatpun diciptakan Allah subhanahu wa ta’ala.

3. Pelaku dosa besar kekal di neraka


Syiah Zaidiyah menyakini bahwa orang yang terjatuh dalam perbuatan dosa besar disebut
sebagai orang yang fasiq, dan saat dia mati dalam keadaan tidak bertaubat, maka ia disiksa di
neraka selama-lamanya.
Menurut Ahlussunnah, orang yang seperti itu masih berada dalam kehendak Allah. Jika Allah
mengendaki, Allah akan mengampuninya, membebaskan semua kesalahannya dan
memasukkannya ke surge tanpa harus mendekam di neraka. Sebaliknya, jika Allah menghendaki,
ia akan disiksa di neraka, tetapi tidak kekal, selama ia masih beriman dan bertauhid kepada Allah
ta’ala.
Dalam Shahih Bukhari, dengan sanad sampai Ubadah, diriwayatkan bahwa Rasulullah
pernah bersabda, “Barangsiapa bersaksi tiada Tuhan selain Allah, Tuhan Yang Maha Esa tiada
sekutu bagi-Nya, bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, dan bahwa Isa (yang terjadi
dengan) kalimat-Nya, yang disampaikan-Nya kepada Maryam dan (dengan tiupan) ruh dari-Nya,
dan bahwa surga adalah haq (benar) dan neraka haq, niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam
surga dengan amalan apa pun yang telah ia perbuat.”

4. Al Quran adalah makhluk


Firqah Zaidiyah dalam maslah kalamullah berpendangan sama dengan kaum mu’tazilah.
Mereka mengatakan bahwa kalam adalah makhluk, bukan bagian dari sifat-sifat Allah.
Sedangkan Ahlus Sunnah berpendapat bahwa kalam adalah sifat Allah seperti sifat-sifat Allah yang
lain. Kalam adalah sifat dzat yang suci dan qadim (tidak ada permulaannya).

9
Dalilnya, Allah berfirman,
َ ْ
‫أصدق ومن‬ ‫حديثا هللا من‬
“Siapakah orang yang lebih benar perkataannya dari pada Allah.” (An-Nisaa’ : 87)

5. Tidak ada syafa’at Rasulllah


Zaidiyah mengingkari adanya syafaah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bagi umat
beliau yang menjadi ahli maksiat. Kelompok ini berpendapat bahwa syafaat Rasulullah hanya
khusus bagi mukminin sebagai tambahan nikmat saja. Oleh sebab itu, menurut mereka para pelaku
maksiat dan ahli dosa besar tidak akan diberi syafaat. Mereka akan kekal di neraka seperti orang-
orang kafir dan kaum munafiqin.
Imam Ahlus Sunnah, Ash-Shabuni rahimahullah berkata: “Ahli agama dan Ahlus Sunnah
mengimani syafaat Rasulullah n bagi pelaku dosa dari kalangan orang-orang yang bertauhid dan
pelaku dosa besar (lainnya), sebagaimana telah diberitakan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
dalam hadits yang shahih.”

6. Amal adalah syarat keshahihan iman


Zaidiyah berpendapat bahwa amal adalah syarat bagi keshahihan iman. Barang siapa
mengikrarkan dua syahadat, tetapi tidak mau melakukan amal shaleh, atau menerjang maksiat
meski seperti melakukan ifthar di siang ramadlan atau mengkonsumsi khamr, maka ia tidak
dianggap sebagai orang yang beriman. Jika ia mati dalam keadaan tidak bertaubat, maka ia kekal di
neraka. Ini adalah seperti pendapat Murji’ah.
Ahlus Sunnah berpendapat bahwa iman itu adalah perkataan, perbuatan, dan keyakinan.
Amal termasuk bagian dari iman, dan ia (amal) adalah iman itu sendiri. Amal bukan sebagai syarat
dari syarat-syarat keshahihan iman atau syarat kesempurnaan iman atau perkataan lainnya yang
banyak menyebar dewasa ini. Iman itu adalah perkataan dengan lisan, keyakinan dengan hati, dan
amal dengan anggota badan. Bisa bertambah (dengan ketaatan) dan berkurang dengan
kemaksiatan.

1
0
7. Imamah lebih berhak diambil dari keturunan Ali bin Abi Thalib
Dalam masalah Imamah, kaum Zaidiyah beri’tikad bahwa orang yang lebih berhak setelah
kepemimpinan Rasulullah adalah Ali. Beliau dianggap sebagai pemegang wasiat Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam. Setelah Ali, imamah dilanjutkan oleh putra-putra Fatimah, seperti Al-
Hasan dan Al-Husein, sesuai dengan pedoman mereka dalam hal ini.
Dengan dasar ini, kelompok Zaidiyah menganggap apa yang dilakukan oleh para sahabat
ketika mengangkat Abu Bakar As-Shidiq dan khalifah sesudahnya adalah sebuah kesalahan. Namun
demikian, kelompok Zaidiyah tidak sampai mengkafirkan para sahabat akibat “kesalahan” ini.
Dalam masalah ini Zaidiyah terbagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama ridha dengan
kepemimpinan Abu Bakar dan Umar, sementara kelompok yang lain memilih diam tanpa ada
pernyataan ridho dan tanpa ada penghujatan.
Sementara Ahlus Sunnah wal Jamaah berpendapat bahwa imamah tidak berdasarkan
warisan akan tetapi syura dan kesepakatan ahlul hali wal aqdi.

8. Wajibnya memberontak pada pemerintah Muslim yang zhalim


Syiah Zaidiyah memperbolehkan dan membernarkan pemberontakan kepada
pemerintahan Muslim yang zalim. Bahkan wajib. Sementara Ahlus Sunnah mengharamkan
pemberontakan atau keluar dari taat pemerintah Muslim yang sah, meskipun bersikap fasik dan
bertindak zalim. Namun tetap membolehkan menggantinya jika memungkinkan.

1
1
2.4 Hikmah Mempelajari Syi’ah Zaidiyah
Setelah mempelajari tentang sejarah syi’ah zaidiyah, dakwah dan
penyimpangannya, kita dapat menyimpulkan bahwa syia’ah zaidiyah tetaplah bukan bagian dari
Islam, kendati dikatakan bahwa mereka merupakan syi’ah yang paling dekat dengan ahlussunnah,
namun tetaplah ada perbedaan dalam hal yang bersifat pokok, sebagaimana yang telah kami
terangkan sebelumnya.
Dan juga, setelah ini harusnya kita mendapatkan pelajaran untuk lebih selektif lagi
dalam mempelajari agama, jangan sampai tercampuri hal-hal yang sesat dan tidak sesuai dengan
ajaran Islam yang lurus.
Semoga Allah senantiasa membimbing kita di jalan Islam yang benar.
Barakallaahu fiikum.

1
2
DAFTAR PUSTAKA

https://islami.co/mengenal-syiah-zaidiyah/

https://www.kuliahalislam.com/2021/12/sejarah-singkat-syiah-zaidiyah-yang-mendekati-
ahlussunnah.html

https://www.alislamu.com/3667/syiah-zaidiyah-yang-tidak-menghujat-sahabat-hanya-ada-di-
yaman/#:~:text=Perlu%20diketahui%2C%20bahwa%20Syiah%20Zaidiyah%20cuma%20di%20Yaman%2C,m
engelontorkan%20dana%20besar-besaran%20kepada%20da%E2%80%99i%20Syiah%20di%20Indonesia.

1
3
20

Anda mungkin juga menyukai