Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Ilahi Rabbi – Tuhan Yang Maha Esa, Pengasih dan Penyayang yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya kepada penulis sehingga tugas makalah “Syi’ah Zaidiyah dan
Syi’ah Ghulat” dapat terselesaikan.

Salawat serta salam atas junjungan nabi besar Muhammad Saw sebagai Uswatun khasanah,
sosok model ideal bagi sekalian manusia untuk meraih kesuksesan dunia dan akherat.

Dapat terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari dukungan, bantuan dan motivasi yang
sifatnya spritual dan material dari banyak pihak. Sehingga penulis mengucapkan terimakasih yang
sedalam-dalamnya.

Demikian yang bisa penulis sampaikan, dengan harapan semoga Allah SWT senantiasa
membalas segala kebaikan mereka dan makalah ini dapat memberi manfaat sebaik-baiknya. Amiin

Tegal, 4 November 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


2.1 Rumusan Masalah
3.1 Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Syi’ah Zaidiyah


2.2 Doktrin-doktrin Syi’ah Zaidiyah
2.3 Pengertian Syi’ah Ghulat
2.4 Doktrin-doktrin Syi’ah Ghulat

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan
3.2 Saran

Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Setelah Rasulullah saw wafat, sebagian besar sahabat menyetujui


dan berbai'at kepada Abu Bakar sebagai khalifah pertama, dan sebahagian lainnya ber
pendirian bahwa yang berhak menjadi khalifah adalah Ali bin Abi Thalib.

Itulah titik awal dari lahirnya golongan syi’ah. yaitu golongan pengikut
dan pendukung Ali bin Abi Thalib. Golongan ini mulai berkembang pada tahun-tahun
terakhir pemerintahan Usman bin Affan dan semakin berkembang ketika Ali bin Abi
Thalib menjabat sebagai khalifah. Setelah Ali bin AbiThalib meninggal, Syi’ah pecah
aliran, ada yang ekstrim dan ada yang moderat, yang semuanya memiliki kefanatikan
yang mendalam terhadap keluarga Ali bin Abi Thalib. Dalam perkembangan
selanjutnya kelompok syi’ah pecah ke dalam beberapa kelompok. Masing-masing
kelompok terpecah lagi ke dalam beberapa kelompok. Sebab-sebab perpecahan di
antara mereka berkisar pada masalah penetapan imam dan strategi perjuangan dalam
meraih jabatan tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Syi’ah Zaidiyah dan Syi’ah Ghulat?
2. Apa saja doktrin-doktrin Syi’ah Zaidiyah dan Syi’ah Ghulat?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengrtian Syi’ah Zaidiyah dan Syi’ah Ghulat
2. Untuk mengetahui doktrin-doktrin dalam Syi’ah Zaidiyah dan Syi’ah Ghulat
BAB II
PEMBAHASAN
A. Syi’ah Zaidiyah
1. Pengertian Syi’ah Zaidiyah
Disebut Zaidiyah karena sekte ini mengakui Zaid bin Ali sebagai imam ke lima
putra imam kempat Ali Zainal Abidin. Kelompok ini berbeda dengan sekte syi’ah lain
yang mengakui Muhammad Al Baqir, putra Zainal Abidin yang lain, sebagai imam
kelima. Dari nama Zaid bin Ali inilah, nama Zaidiyah diambil. Syi’ah Zaidiyah
merupakan syi’ah yang moderat.Abu Zahrah menyatakan bahwa kelompok ini
merupakan sekte yang plaing dekat dengan sunni.
2. Doktrin- Doktrin Syi’ah Zaidiyah
A. Doktrin Imamah Menurut Syi’ah Zaidiyah
Imamah yang telah di sebutkan, merupakan doktrin fundamental, adalah syi’ah
secara umum. Berbeda dengan Doktrin Imamah yang dikembangkan syi’ah lain.
Syi’ah Zaidiyah menolak pandangan yang menyatakan bahwa seorang imam yang
mewarisi kepemimpinann Nabi Muhammad Saw, tetapi hanya ditentukan sifat-
sifatnya saja. Ini jelas berbeda dengan syi’ah-syi’ah lain yang percaya bahwa Nabi
Muhammad Saw telah menunjuk Ali sebagai orang yang pantas menjabat sebagai
iamam setelah Nabi Muhammad Saw wafat karena Ali memiliki sifat -sifat yang tidak
dimiliiki orang lain,
Menurut zaidiyah, paling tidak seorang imam harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) Ia merupakan keturunan ahl-al-bait, baik melalui garis keturunan Hasan
maupun Husein. Hal ini mengimplementasikan penolakan mereka
terhadap system pewarisan dan kepemimpinan.
b) Memmiliki kemampuan mengangkat senjata sebagai Upaya
memperathankan diri atau menyerang. Atas dasar ini mereka menolak
mahdiisme yang merupakan salah satu ciri sekte syi’ah lainnya, baik yang
ghaib maupun yang masih di bawah umur.
c) Memiliki kecenderungan melektualisme yang dapat di buktikan melalui
ide dan karya dalam bidang keagamaan.

Dengan doktriin imamah seperti ini, tidak heran jika syi’ah Zaidiyah sering
mengalami krisis dalam hal keimanan. Hal ini dikarenakan terbukanya kesempatan
bagi setiap keturunan ahlu-al-bait untuk menobatkan dirinya sebagai imam.
Dalam Sejarahnya krisis keimanan dalam Syi’ah Zaidiyah disebabkan oleh dua hal
diantarnya:

1. Terdapat beberapa pemimpin yang memproklamirkan diri diangkat sebagai


imam.
2. Tidak seorang pun yang memproklamirkan diri atau pantas diangkat
menjadi imam.

Dalam menghadapi krisis ini Zaidiyah mengembangkan mekanisme


pemecahannya, diantaranya yaitu membagi tugas imam kepada dua individu dalam
bidang politik serta bidang ilmu keguruan.

Syi’ah Zaidiyah memang mencita-citakan keimanan yang aktif bukan keimanan


yang pasif seperti Imam Mahdi yang ghaib. Menurut mereka, imam bukan hanya saja
memiliki kekuatan Rohani yang diperlukan bagi seorang pimimpin keagamaan , tetapi
juga bersedia melakukan perlawanan demi cita-cita suci sehingga dihormati oleh
umatnya. Selain menolak berbagai dongeng tentang kekuatan adikodirati para imam,
mereka juga mengingkari sifat keahlian para imam. Imam bagi mereka adalah seorang
guru dan pemimpin bagi orang muslim yang aktif dalam Masyarakat serta berjuang
secara terang-terangan demi mencapai cita-citanya. Dengan demikian, imam dapat
berfungsi sebagai pemimpin politik dan keagaman yang secara konkret berjuang demi
umat dari pada sebagai tokoh adikodrati yang suci tanpa dosa.

B. Doktrin-Doktrin Zaidiyah Lainnya


Bertolak dari doktrin tentang Al-Imamah Al Mat’dul, Syi’ah Zaidiyah
berpendapat bahwa kekhalifahan Abu Bakar dan Umar bin Khatab adalah sah dari
sudut pandang islam. Mereka tidak merampas kekuasaan dari tangan Ali bin Abi
Thalib. Dalam pandangan mereka jika ahli al hall wal‘al-aqdi telah memilih seorang
imam dari kalangan kaum muslimin. Meskipun ia tidak memenuhi sifat-sifat
keimanan yang telah ditetapkan Zaidiyah dan telah di baiat kepadanya. Selain itu,
mereka juga tidak mengkafirkan seorang sahabat. Menganai hal ini Zaid sebagaimana
dikutip Abu Zahrah mengatakan:
“Sesungguhnya Ali bin Abi Thalib adalah sahabat yang paling utama.
Kekhaloifahannya diserahkan kepada Abu Bakar karena mempertimbangkan
kemaslahatan dan kaidan agama yang mereka pelihara, yaitu untuk meredam
timbulnya fitnah dan memenangkan rakyat. Era peperangan yang terjadi pada masa
kenabian baru berlalu. Pedang Amir Al Mukmini Ali belum lagi kering dari darah
orang-orang kafir. Begitu pula kedengkian suku tertentu untuk menuntut balas
dendam belumlah surut. Sedikitpun hati kita tidak pantas untuk cenderung ke arah
situ. Jangan ada leher terputus karena masalah itu. Inilah yang dinamakan
kemaslahatan bagi orang yang mengenal dengan kelemah lembutan dan kasih saying,
juga bagi orang yang lebih tua dan lebih dahulu memeluk islam, serta yang dekat
dengan Rasulullah.
Prinsip inilah menurut Abu-Zuhrah yang menyebabkan banyak orang keluar
dari Syi’ah Zaidiyah. Salah satu implikasinya adalah berkurangnya dukungan
terhadap Zaid Ketika ia berperang melawan pasukan Hisyam bin Abdul Malik. Hal ini
wajar mengingat salah satu doktrin Syi’ah yang cukup mendasar adalah menolalk
kekhalifahan Abu Bakar dan Umar serta menuduh mereka sebagai perampas hak
kekhalifahan dari tangan Ali.
Penganut Syi’ah Zaidiyah percaya bahwa oang yang melakukan dosa besar
akan kekal dalam neraka jika dia belum bertaubat dengan taubat yang sesungguhnya,
Dalam hal ini syi’ah Zaidiyah memang dekat dengan mu’tazillah, mempunyai
hubungan dengan Zaid. Mooja momen mengatakan bahwa Zaid pernah belajar kepada
Wasil bin Atha’. Baik Abu Zahrah maupun Moojan momen mengatakan bahwa dalam
teologi Syi’ah Zaidiyah, hamper sepenuhnya mengikuti Mu’tazillah. Selain itu, secara
etnis mereka boleh dikatakan anti murji’ah, berpendirian puritan dalam menyikapi
tarekat. Organisasi tarekat memang dilarang dalam pemerintahan Zaidiyah.

Berbeda dengan Syi'ah lain. Zaidiyah menolak nikah mut'ah (temporer)


Tampaknya ini merupakan implikasi dari pengakuan mereka atas kekhalifahan Umar
bin Khatab.Seperti diketahui sebelumnya bahwa nikah mut'ah merupakan salah satu
jenis pernikahan vang dihapuskan pada masa Nabi Muhammad SAW. Pada
perekembangannya, jenis penikahan ini dihapus oleh khilafah Umar bin Khatab.
Penghapusan ini jelas ditolak oleh sekte selain Zaidiyah. Oleh karena itu, sampai
sekarang (kecuali kalangan Zaidiyah) kaum Syi'ah tetap mempraktekan nikah mut'ah
Selanjutnya Zaidiyah juga menolak doktrin taqiyah, padahal menurut Thabathaba
taqiyah merupakan salah satu doktrin yang sangat penting dalam Syi'ah.

Meskipun demikian, dalam hal ibadah, Zaidiyah retap cenderung menunukan


simbol dan amalan-amalan syi'ah pada umumnya Dalam adzan misalnya mereka
memberi selingan ungkapan hayya 'ala khair al-amal takbir sebanyak lima kali dalam
shalat jenazah, menolak sahnya mengusap kaus kaki (maskh al-khuffaim). Menolak
imam shalat yang tidak shaleh dan menolak binatang sembelihan bukan muslim.

Benkut doktrin-doktrin yang diajarkan oleh Syi'ah Zaidiyah:

1. Condong kepada aqidah mutazilah dalam masalah yang berkaitan dengan Zat
Allah dan pilihan dalam amalan serta hukum yang berkenaan pelaku dosa
besar dan mereka menyamai pendapat mu'tazilah dalam masalah manzilah
bain ala manzilatan
2. Mereka membolehkan Al-Imamah pada semua anak Fatimah sama daripada
keturunan Al-Imam Al-Hasan arau Al-Husein
3. Kebanyakan mereka mengakui akan keimanan Abu Bakar dan Umar dan
mereka juga tidak melaknat keduanya sebagaimana yang dilakukan oleh
Syi'ah Rafidhah
4. Mereka tidak membenarkan nikah mut'ah dan dengan demikian mereka itu
mengingkarinya.
5. Mereka berpandangan sama dengan Syiah Rafidhah dalam zakat Al- Khumus
dan bolehnya Taqiyyah dalam keadaan terpaksa.
6. Dalam adzan mereka ditambah dengan kalimat "Hayya 'ala khairil "amal"
yang dalam hal ini menyamai Syi'ah Raf dhah.
7. Mereka berpandangan shalat tarawih adalah bid'ah
8. Mereka menolak shalat dibelakang imam yang fajir (dzalim).
9. Mereka tidak mengimani aqidah Mahdi Al-Muntazar.
10. Mereka berpandangan bahwa wajibnya keluar memberontak atas imam yang
dzalim dan tidak wajib taat atasannya.
B. Syi’ah Ghulat
1. Pengertian Syi’ah Ghulat
Istilah ghulat berasal dari kata ghala-yaghlu-ghuluw artinya bertambah dan
naik Ghala bi ad-din artinya memperkuat dan menjadi ekstim sehingga melampaui
batas.
Syi'ah Ghulat adalah kelompok pendukung Ali yang memiliki sikap berlebih-
lebihan atau ekstrimi Lebih jauh. Abu Zahrah menjelaskan banwa Syi'ah ekstrim
(ghulat) adalah kelompok yang menempatkan Ali pada derajat ketuhanan, dan ada
yang mengangkat pada derajat kenabian, bahkan lebih tinggi daripada Nabi
Muhammad SAW.
Gelar ekstrim (ghulat) yang diberikan kepada kelompok ini berkaitan dengan
pendapatnya yang janggal, yakni ada beberapa orang yang secara khusus dianggap
Tuhan dan juga ada beberapa orang yang dianggap Rasul setelah Nabi Muhammad
SAW. Selain itu, mereka mengembangkan doktrin-doktr n ekstrim lainnya, seperti
tanasukh, hulul, tasbih dan ghayba
Mengenai jumlah sekte Syi'ah Ghulat, para muktalimin berbeda pendapat
Syahrastani membagi sekte Ghulat menjadi 11 sekte, Al-Ghurabi Sahabiyah,
Kamaliyah, Albaiyah, Mughriyah, Munsuriyah, Khattahiyah, Kayaliah Husamiyah,
Nu'miyah, Yunusiyah dan Nasyisiyah wa ishaqiyah. Nama-nama sekte tersebut
menggunakan nama tokoh yang membawa atau memimpianya. Sekte- sekte ini pada
awalnya hanya satu, yakni faham yang dibawa oleh Abdullah bin Saba' yang
mengajarkan bahwa Ali adalah Tuhan. Kemudian karena perbedaan prinsip dan
ajaran, Syiah Ghulat terpecah menjadi beberapa sekte. Meskipun demikian, seluruh
sekte ini pada prinsipnya menyepakati tentang hulul den tanasukh. Faham ini
dipengaruhi oleh sistem Gama Babilonia Kuno yang ada di Irak, seperti Zoroaster,
Yahudi, Manikam dan Mazdakisme
2. Doktrin-doktrin Syi'ah Ghulat
Menurut Syahrastani, ada empat doktrin yang membuat mereka ekstrim, yaitu
tanasukh, hada, raj'ah, dan tasbih. Moojan Momen menambahkannya dengan Hulul
dan Ghayba.
a) Tanasukh adalah keluarnya roh dari jasad dan mengambil tempat pada jasad
yang lain. Faham ini diambil dari falsafah Hindu. Penganut agama Hindu
berkeyakinan bahwa roh disiksa dengan cara berpindah ketubuh hewan yang
lebih rendah dan diberi pahala dengan cara berpindah dari satu kehidupan
kepada kehidupan yang lebih tinggi. Syi'ah Ghulat menerapkan paham ini
dalam konsep imamiyahnya, sehingga ada yang menyatakan seperti Abdullah
bin Muawiyah bin Ja'far bahwa roh Allah nerpindah kepada Adam seterusnya
kepada imam-imam secara turun temurun.
b) Bada' adalah keyakinan bahwa Allah mengubah kehendak-Nya sejalan dengan
perubahan ilmu-Nya, serta dapat memerintahkan suatu perbuatan kemudian
memerintahkan yang sebaliknya. Syahrastani menjelaskan lebih lanjut bahwa
bada dalam pandangan Syi'ah Ghulat, mempunyai beberapa arti Bila berkaitan
dengan ilmu, artinya menampakkan sesuatu yang bertentangan dengan
diketahui Allah. Bila berkaitan dengan kehendak, artinya memperlihatkan
yang benar dengan menyalahi yang dikehendaki dan hukum yang diterapkan-
Nya. Bila berkaitan dengan perintah, artinya memerintahkan hal lain yang
bertentangan dengan perintah sebelumnya. Faham ini dipilih oleh Al-Mukhtar
ketika mendakwahkan dirinya mengetahui hal-hal yang akan terjadi, baik
melalui wahyu yang diturunkan kepadanya atau melalui surat dari imam. Jika
ia menjanjikan kepada pengikutnya akan terjad seperti yang diucapkannya,
maka itu dijustifikasi sebagai bukti kebenaran urapannya. Namun, jika terjadi
sebaliknya, ia mengatakan bahwa Tuhan menghendaki bada'.
c) Raj'ah ada hubungannya dengan mahdiyah, Syiah Ghulat mempercayai bahwa
Imam Mahdi Al-Muntazhar akan datang ke bumi. Faham Raj'ah dan
Mahdiyah ini merupakan ajaran seluruh Syiah. Namun, mereka berbeda
pendapat tentang siapa yang akan kembali. Sedangkan menyatakan bahwa
yang akan kembali itu adalah Ali, sedangkan sebagian lainnya menyatakan
Ja'far Ash-Shadiq, Muhammad bin Al-hanafiyah, bahkan ada yang
mengatakan Mukhtar Ats- Tsaqati.
d) Tasbih artinya menyerupakan, mempersamalan. Syi'ah Ghulat menyerupakan
salah seorang imam mereka dengan Tuhan atau menyerupakan Tuhan dengan
mahluk. Tasbih ini diambil dari faham Irululiyah dan tanasukh dengan khalik.
e) Hulul artinya Tuhan berada pada setiap tempat, berbicara dengan semua
bahasa, dan ada pada setiap individu manusia. Hulul bagi Syi'ah Ghulat berarti
Tuhan menjelma dalam diri imam sehingga imam harus disembah
f) Ghayba (Occulation) artinya menghilangnya Imam Mahdi. Ghayta
merupakan kepercayaan syi'ah bahwa Imam Mahdi itu ada didalam negeri ini
dan tidak dapat dilihat oleh mata biasa. Konsep ghayba pertama kali
diperkenalkan oleh Mukhtar Ats-Tsaqafi tahun 66 H/686 M di Kuf ketika
memprogandakan Muhammad bin Hanafiyah sebagai Imam Mahdi.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa pengertian Syi'ah Zaidiyah
adalah paham Syi'ah yang dinisbatkan kepada Zaid bin Ali Zainal Abidin, imam
kelima pada hirarki imamah Zaidiyah. Syi'ah Zaidiyah cenderung bersifat moderat.

Benkut doktrin-doktrin yang diajarkan oleh Syi'ah Zaidiyah:

1. Condong kepada aqidah mutazilah dalam masalah yang berkaitan dengan Zat
Allah dan pilihan dalam amalan serta hukum yang berkenaan pelaku dosa
besar dan mereka menyamai pendapat mu'tazilah dalam masalah manzilah
bain ala manzilatan
2. Mereka membolehkan Al-Imamah pada semua anak Fatimah sama daripada
keturunan Al-Imam Al-Hasan arau Al-Husein
3. Kebanyakan mereka mengakui akan keimanan Abu Bakar dan Umar dan
mereka juga tidak melaknat keduanya sebagaimana yang dilakukan oleh
Syi'ah Rafidhah
4. Mereka tidak membenarkan nikah mut'ah dan dengan demikian mereka itu
mengingkarinya.
5. Mereka berpandangan sama dengan Syiah Rafidhah dalam zakat Al- Khumus
dan bolehnya Taqiyyah dalam keadaan terpaksa.
6. Dalam adzan mereka ditambah dengan kalimat "Hayya 'ala khairil "amal"
yang dalam hal ini menyamai Syi'ah Raf dhah.
7. Mereka berpandangan shalat tarawih adalah bid'ah
8. Mereka menolak shalat dibelakang imam yang fajir (dzalim).
9. Mereka tidak mengimani aqidah Mahdi Al-Muntazar.
10. Mereka berpandangan bahwa wajibnya keluar memberontak atas imam yang
dzalim dan tidak wajib taat atasannya.

Syi'ah Ghulat adalah kelompok pendukung Ali yang memiliki sikap berlebih-
lebihan atau ekstrimi Lebih jauh. Abu Zahrah menjelaskan banwa Syi'ah ekstrim
(ghulat) adalah kelompok yang menempatkan Ali pada derajat ketuhanan, dan ada
yang mengangkat pada derajat kenabian, bahkan lebih tinggi daripada Nabi
Muhammad SAW. sekte Syi'ah Ghulat, para muktalimin berbeda pendapat
Syahrastani membagi sekte Ghulat menjadi 11 sekte, Al-Ghurabi Sahabiyah,
Kamaliyah, Albaiyah, Mughriyah, Munsuriyah, Khattahiyah, Kayaliah
Husamiyah, Nu'miyah, Yunusiyah dan Nasyisiyah wa ishaqiyah.

Doktrin-doktrin Syi’ah Ghulat diantaranya:

1. Tanasukh
2. Bada'
3. Raj'ah
4. Tasbih
5. Hulul
6. Ghayba (Occulation)
B. Saran

Dari tugas makalah tersebut, banyak hal yang dapat kita pelajari. Seperti halnya yang
sudah kami harapkan dan sampaikan pada kata pengantar tugas makalah ini, yaitu semoga
dengan terselesaikannya makalah ini dapat menambah wawasan kita

Anda mungkin juga menyukai