Anda di halaman 1dari 18

SEKTE SYI’AH

MAKALAH
Dosen Pengampu :
Fauzi Nur, M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 3

Munawaroh

Badriyah

Yusrinawati

PROGRAM PENDIDIKAN BAHASA ARAB

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SYAICHONA MOH.CHOLIL BANGKALAN

2019-2020
SEKTE SYI’AH
MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Makalah ASWAJA
Dosen Pengampu :
Fauzi Nur, S.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 3

Munawaroh

Badriyah

Yusrinawati

PROGRAM PENDIDIKAN BAHASA ARAB

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SYAICHONA MOH.CHOLIL BANGKALAN

2019-2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. yang telahmemberikan kekuatan
dan keteguhan hati kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Sholawat beserta salam
semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada nabi Muhammad saw. yangmenjadi tauladan para
umat manusia yang merindukan keindahansyurga.

Kami menulis makalah ini bertujuan untuk mempelajari dan mengetahui ilmu tentang

Aswaja yang diberikan oleh dosen mengenai Aliran Syi’ah dan perbedaanya dengan Aswaja.
Selain bertujuan untuk memenuhi tugas, tujuan penulis selanjutnya adalah untuk mengetahui
tentang Aliran Syi’ah.

Dalam penyelesaian makalah ini, penulis banyak mengalam ikesulitan, terutama


disebabkan kurangnya ilmu pengtahuan. Namun,berkat bantuan dari teman teman yang solid dan
kesungguhan dalam menyelesaikan makalah ini, akhirnya dapat diselesaikan dengan baik.

Kami menyadari, sebagai seorang pelajar yang pengetahuannya tidak seberapa yang
masih perlu belajar dalam penulisan makalah,bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu,kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang positif demi terciptanya
makalah yang lebih baik lagi, serta berdayaguna di masa yang akan datang.

Besar harapan, mudah mudahan makalah yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat dan
maslahat bagi semua orang.

Wassalamu'alaikum Wr.Wb

Bangkalan, 28 Maret 2020

penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketika dalam masa kepemimpinan Rasulullah saw, umat Islam adalah umat yang satu

(ummatan wahidatan) dan penuh dengan semangat perjuangan. Demikian ini sesuai dengan misi
beliau sebagai sosok pemimpin yang ideal.

Ada tiga aspek keberhasilan Rasulullah saw. Dalam perjuangannya, yaitu:

1. Sebagai pemersatu umat dalam satu kesatuan ke-Tuhanan (tauhid al-Ilahi).


2. Sebagai pemersatu umat dalam satu kesatuan pemerintahan (tauhid al-hukumah)
3. Sebagai pemersatu umat bagi bangsa yang terpecah-pecah dalam berbagai suku dan kabilah

(tauhid al-ummah)

Rasulullah saw, dipanggil Allah setelah tugas risalahnya lengkap dan dianggap telah
sempurna sebagaimana yang telah di jelaskan dalam al-Qur’an dalam surat al-Maidah : 3 “ Pada
hari ini telah kusempurnakan untukmu agamamu dan telah kucukupkan kepadamu nikmat-Ku
dan telah Ku ridhai Islam sebagai agamamu…”

Beliau wafat tanpa meninggalkan wasiat kepada seseorang sahabat pun untuk
meneruskan kepemimpinannya khilafah. Agama islam sendiri tidak menetapkan system khusus
mengenai kekhilafahan. Persoalan kekhilafahan diserahkan kepada orang yang dipandang
memiliki otoritas untuk memahkan persoalan yang dihadapi umat. Atau mereka yang lebih
populer dengan sebutan Ahlul Halli wal Aqdi

Dari sinilah sepeninggal Rasul saw awal mula timbulnya perselisihan antar umat Islam.
Perselisihan tersebut bermula dari perbedaan tentang “siapa yang berhak mendudduki kursi
khilafah sepeninggal beliau. Dari perdebatan sengit ini lalu memunculkan polarisasi umat Islam
dalam 3 kelompok:

1) Kelompok Bani Hasyim, Ahlul Bait.


2) Kelompok muhajirin ( yang dipimpin oleh Abu Bakar dan Umar ).
3) Kelompok Anshar (yang dipimpin oleh Saad bin ada).

Dalam perkembangan berikutnya ketiga kelompok tersebut lalu menjadi partai yang lebih
besar. Kelompok pertama berkembang menjadi Syi’ah, kelompok kedua menadi Sunnah (sering
disebut-sebut ahlussunnah waljamaah) dan kelompok ketiga berkembang menjadi Khawarij.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang dapat dituliskan rumusan masalah sebagai berikut :


1. Apa pengertian Syi’ah
2. Bagaimana sejarah Syi’ah
3. Bagaimana ajaran Syi’ah
4. Bagaimana perbedaan Syi’ah dengan Aswaja

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu Syi’ah
2. Untuk mengetahui apa perbedaan Syi’ah dengan Aswaja
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Syi’ah

Secara etimologi, kata “as-Syi’ah” dalam Bahasa Arab berarti pengikut atau pendukung.
Secara terminology, Syi’ah mengkalim sebagai para pendukung Imam Ali bin Abi Thalib.
Mereka berpendapat bahwa imamah merupakan hak Ali bin Abi Thalib yang telah
ditetapkan berdasarkan nash al-Qur’an maupun wasiat nabi, baik secara explicit maupun
emplisit. Mereka meyakini bahwa imamah tidak akan jatuh ketangan orang lain
selainketurunan Ali bin Abi Thalib, dan jika jatuh ketangan orang lain, maka hal itu
disebabkan karena kedzaliman orang tersebut.

Mereka juga berpendapat, permasalahan imamah bukanlah merupakan masalah


kemaslahatan umat yang diperoleh dengan cara pemilihan umum, tetapi merupakan
permasalahan pokok dalam agama Islam (Rukn ad-Din) yang tidak mungkin disembunyikan
dan disepelekan oleh rasul-rasul Allah ataupun diserahkan pada umat.

B. Sejarah Kemunculan Syi’ah


Muhammad Abu Zahrah berkata. “Syi’ah adalah kelompok terlama yang lahir dalam
politik Islam”. Ibnu Hisyam menjelaskan dalam kitab as-Sirah an-Nabawiyyah,
“sesungguhnya bangsa Arab terbagi menjadi kelompok Sunni dan Syi’ah pada hari tsaqifah
(peristiwa pengangkatan Abu Bakar di Bani tsaqif)”. Pada saat itu, sebagian sahabat berkata,
“aku tidak menyangka kepemimpinan akan hilang dari keluarga bani Hasyim dan juga Abu
Hasan (Ali bin Abi Thalib)”.
Teori-teori mengenai asal-usul kelompok Syi’ah banyak sekali, diantaranya:
1. Kelompok Syi’ah berasala dari Persia (Iran sekarang), kelompok ini menjadikan
tasyayyu’ sebagai dasar dalam akidah kerajaan mereka. Diantara ajaran mereka
adalah cahaya (nur) Tuhan akan berpindah ke dalam tubuh keluarga-keluarga pilihan,
dan syahansyah adalah lambang dari perpindahan ruh Tuhan dari seorang bapak ke
anaknya. Dari sinilah, dalam masalah pengangkatan seorang imam, mereka tidak mau
melakukan pilihan seperti yang dilakukan orang-orang Arab pasca wafatnya Nabi
Saw. Selain itu, mereka juga menuhankan ahlul bait (keluarga nabi) dan mempercayai
seorang imam adalah ma’sum.
2. Lahirmya kelompok Syi’ah karena pengaruh agama Nasrani. Pendapat tersebut
didsarkan pada perkataan kelompok Syi’ah Saba’iyyah, “Ali bin Abi Thalib tidak
mati terbunuh, akan tetapi Allah menyerupakan seseoramg dengan rupanya, dan Ali
dianggkat oleh Allah Swt seperti diangkatnya Nabi Isa, dan Ali turun untuk
menegakkan keadilan dan menyebarkan perdamaian”.
3. Kelompok Syi’ah muncul sebagai pengaruh dari agama Yahudi. Sebagian orang,
bahkan, mengatakan bahwa kelompok Syi’ah adalah Yahudi nya kaum Muslimin. Hal
ini disebabkan karena mereka sangat membenci Islam sebagaimana orang-orang
Yahudi membenci orang-orang Nasrani. Mereka masuk Islam bukan karena ingin
mencari ridha Allah SWT, melainkan karena ingin menyebarkan kerusakan, fitnah,
dan perpecahan di tubuh kaum Muslimin, serta menanamkan keraguan atas keimanan
di hati kaum Muslimin. Mereka berkata seperti perkataan orang-orang Yahudi, “tidak
ada kekuasaan kecuali pada keluarga Nabi”, sebagaimana kaum Yahudi berkata,
“tidak ada kekuasaan kecuali pada keluarga Daud”. Syi’ah sebagai salah satu sekte,
pada dasarnya lahir dari kekacauan yang terjadi di tubuh umat Islam periode awal,
yang direkayasa oleh Yahudi.

C. Ajaran Syi’ah
Beberapa poin berikut akan menjelaskan tentang akidah dan ajaran Syi’ah, yaitu:
1. Keyakinan Syi’ah tentang Imam Mereka
Mereka sepakat bahwa para nabi dan imam Syi’ah adalah ma’sum (terhindar dari
perbuatan dosa), baik dari dosa kecil maupun dosa besar. Selain itu mereka juga sepakat
bahwa tawalli (menolong para imam) dan tabarri (meninggalkan musuh-musuhnya)
adalah wajib hukumnya, baik dilakukan dalam bentuk ucapan, perbuatan, maupun
keyakinan. Dalam hal ini, sebagian pengikut Syi’ah Zaidiyyah tidak sependapat dengan
mereka.
Meskipun kelompok-kelompok Syi’ah sepakat dalam masalah pengangkatan Imam,
akan tetapi mereka berbeda pendapat mengenai siapa yang berhak menjadi Imam.
Permasalahan inilah yang menyebabkan munculnya beberapa madzhab dan aliran dalam
kelompok Syi’ah.

2. “Kitab-Kitab Suci” Syi’ah


Dalam catatan sejarah Syi’ah, nabi memiliki sebuah shahifah, lembar-lembar
kertas yang selalu digantungkan di bahu pedang beliau (shahifah dzu’abah as-saif).
Kemudian rasulullah mendektekan hadist-hadistnya pada imam Ali untuk disalin ke
dalam shahifah-nya. Tatkala rasulullah meninggal dunia, imam Ali memeliharanya
dengan baik. Shahifah rasulullah itu kemudian dikenal dengan nama shuhufat Ali.
Selain shahifah yang tampaknya hanya memuat penjelasan-penjelasan tenyang
hukum diyat dan sedikit persoalan lainnya. Syi’ah juga berpandangan, bahwa
Rasulullah juga mendektekan pada imam Ali keterangan-keterangan lain yang disalin
ke dalam lembaran-lembaran yang jauh lebih besar, dikenal dengan nama al-Jami’ah.
Konon, imam Ja’far Shadiq menyebutkan bahwa al-Jami’ah adalah lembaran yang
panjangnya sekitar 70 hasta, yang mencakup semua persoalan halal dan haram.
Selain al-Jami’ah dan shahifah adz-dzu’abah as-saif, kalangan Syi’ah
mempercayai adanya:
1. Shahifah an-Namus yang berisi nama para pengikut sekaligus para musuh mereka
himgga hari kiamat.
2. Shahifah al-Abithah yang berisi 60 kabilah Arab yang halal darahnya.
3. Al-Jafr al-Abyadh yang menurut Abu Abdillah berisi Zabur Daud, Taurat Musa,
Injil Isa, Shuhuf Ibrahim, halal dan haram, serta al-Jafr al-Ahmadh yang berisi
senjata yang hanya terbuka karena darah untuk berperang.
4. Mushhaf Fatimah yang menurut mereka tidak ada di dalamnya satu ayatpun dari
kitabullah.

Ahlussunnah membantah semua klaim itu. Dalam hadist yang diriwayatkan Bukhari
dan Muslim dari Ali r.a. dan sahabat lain, terdapat hadist yang diriwayatkan oleh Abi
Juhaifah, Wahab bin Abdullah al-Sawa’i dia berkata “saya bertanya kepada Ali, apakah
engkau punya kitab (sebagai panduan atau pedoman)?”
Ali menjawab, “Tidak, hanya ada al-Qur’an dan pemahaman yang dijelaskan oleh
seorang lelaki Muslim (yakni Nabi), atau yang terdapat pada shahifah ini”.

“Apa isi shahifah itu?” Tanya sahabat.

“Akal, memerdekakan budak dan tidak dibunuhnya seorang Muslim karena


membunuh orang kafir”, jawab Ali.

Dalam redaksi lain disebutkan, Abi Juahifah bertanya kepada Ali, “Apakah kamu
punya keterangan semacam wahyu selain al-Qur’an?”

Ali menjawab, “Tidak, demi Allah yang aku tahu hanya pemahaman yang dijelaskan
oleh nabi dan apa yang ada pada shahifah ini…” (al-Hadist). (HR. Bukhari).

Selain itu, ada hadist yang diriwayatkan oleh Ibrahim bin Yazid al-Taimi dari
ayahnya, dia berkata, Ali pernah berpidato bahwa siapa saja yang berasumsi bahwa saya
telah mempelajari kitab selain al-Qur’an dan shahifah ini (Shahifah itu tergantung di
sarung pedangnya, penj.) maka itu tidak benar. Di dalam shahifah itu terdapat gigi-gigi
unta dan beberapa hal tentang pengobatan luka. (HR. Bukhari dan Muslim)

Terdapat pula hadist yang diriwayatkan oleh Abi Thufail Amir bin Watsilah, dia
berkata, saya berada di dekat Ali, kemudia ada seorang laki-laki datang dan bertanya,
“Apa rahasia nabi kepadamu?” Ali pun marah mendengar pertanyaan itu. Lantas dia
berkata, “Nabi tidak pernah merahasiakan sesuatu kepadaku yang disembunyikan dari
orang lain. Beliau hanya memberitahuku empat kalimat”.

“Apa itu, wahai Amir al-Mu’minin?” Tanya lelaki itu. Ali menjawab, “Allah
melaknat orang yang durhaka kepada orang tuanya, Allah melaknat orang yang
menyembelih hewan dengan tanpa menyebut nama-Nya, Allah melaknat orang yang
bercerita hal yang bukan-bukan dalam hadist, dan Allah melaknat orang yang merubah
hukum alam”.

Hadist yang diriwayatkan oleh Ahmad dari Qatadah, dari Abu Hasan disebutkan
bahwa Ali pernah memerintahkan suatu dan perintah itupun dilaksanakan dengan baik.
Ada yang berkata, “Kita sudah melaksanakan semuanya”. Ada lagi yang berkata, “Maha
benar Allah dan rasulnya.” Al-Asytar bertanya kepada Ali, “Semua yang engkau
katakana itu sudah menjadi rahasia umum. Umukanlah wasiat rasul kepadamu.”

Ali menjawab, “Rasul tidak pernah menjanjikan sesuatu yang khusus kepadaku
kecuali yang ku dengar dan tersimpan dalam shahifah yang terletak di bungkus
pedangku.”

Orang-orangpun ingin tau apa isi shahifah itu, ternyata di dalamya terdapat
penjelasan bahwa barang siapa yang bercerita yang bukan-bukan tentang hadist maka dia
akan mendapatkan murka Allah (al-Hadist). Hadist ini banyak yang meriwayatkan
dengan redaksi berbeda-beda.

Kesimpulan dari berbagai hadist di atas, menrut al-Hafidz Ibn Hajar, adalah bahwa
shahifah itu jumlahnya hanya satu. Dan kalimat-kalimat yang disampaikan Ali, semuanya
tertulis dalam shahifah itu. Lalu setiap perawi hanya menyampaikan apa yang ia hafal,
wallahu a’lam.

D. Perbedaan Syi’ah dengan Aswaja


1. Rukun Islam
a. Ahlus Sunnah
 Syahadatain
 Shalat
 Puasa
 Zakat
 Haji
b. Syi’ah
 Shalat
 Puasa
 Zakat
 Haji
 Wilayah
2. Rukun Iman
a. Ahlus Sunnah
 Iman kepada Allah
 Iman kepada Malaikat Allah
 Iman kepada Kitab-Kitab Allah
 Iman kepada Para Rasul Allah
 Iman kepada Hari Akhir
 Iman kepada Qadha’ dan Qadar
b. Syi’ah
 Tauhid
 Nubuwwah
 Imamah
 Al-‘Adl
 Al-Ma’ad

3. Syahadat
a. Ahlus Sunnah
 Dua kalimat syahadat
b. Syi’ah
 Tiga kalimat syahadat (ditambah dengan menyebut 12 imam)

4. Imam
a. Ahlus Sunnah
 Percaya kepada imam-imam tidak termasuk rukun iman (imam tidak
terbatas).
b. Syi’ah
 Percaya kepada 12 imam (termasuk rukun iman)
5. Khalifah
a. Ahlus Sunnah
 Khulafaur Rasyidin yang diakui (sah) adalah:
1) Sayyidina Abu Bakar
2) Sayyidina Umar
3) Sayyidina Ustman
4) Sayyidina Ali
b. Syi’ah
 Ke tiga khalifah (Sayyidina Abu Bakar, Umar, dan Ustman) tidak diakui oleh
Syi’ah. Karena dianggap telah merampas ke khalifahan Ali bin Abi Thalib.

6. ‘Ishmah
a. Ahlus Sunnah
 Khalifah (imam) tidak ma’shum, artinya mereka dapat berbuat
salah/dosa/lupa.
b. Syi’ah
 Para imam yang jumlahnya 12 tersebut mempunyai sifat ma’shum seperti
para nabi.

7. Sahabat
a. Ahlus Sunnah
 Dilarang mencaci maki para sahabat.
b. Syi’ah
 Mencaci maki para sahabat tidak apa-apa, bahkan Syi’ah berkeyakinan, para
sahabat setelah Rasulullah Saw. wafat mereka menjadi murtad dan tinggal
beberapa orang saja. alasannya karena para sahabat membai’at Abu Bakar
sebagai khalifah.
8. Istri Rasul
a. Ahlus Sunnah
 Sayyidah Aisyah, istri Rasulullah sangat dihormati dan dicintai.
 Para istri rasul termasuk ahlul bait.
b. Syi’ah
 Sayyidah Aisyah dicaci maki.
 Para istri rasul bukan ahlul bait.

9. Al-Qur’an
a. Ahlus Sunnah
 Tetap orsinil
b. Syi’ah
 Tidak orsinil dan sudah diubah oleh para sahabat (dikurangi dan ditambah).

10. Hadist
a. Ahlus Sunnah
 Al-Kutub As-Sittah:
1) Syahih Bukhari
2) Shahih Muslim
3) Sunan Abu Dawud
4) Sunan Turmudzi
5) Sunan ibnu Majah
6) Sunan an-Nasai
b. Syi’ah
 Al-Kutub al-Arba’ah:
1) Al-Kafi
2) Al-Istibshar
3) Man La Yahdhuruhu al-Faqih
4) At-Tahdzib

11. Surga dan Neraka


a. Ahlus Sunnah
 Surga diperuntukkan bagi orang-orang yang taat kepada Allah dan rasulnya.
 Neraka diperuntukkan bagi orang-orang yang tidak taat kepada Allah dan
rasulnya.
b. Syi’ah
 Surga diperuntukkan bagi orang-orang yang cinta kepada imam Ali.
 Neraka diperuntukkan bagi orang orang yang memusuhi imam Ali.

12. Raj’ah
a. Ahlus Sunnah
 Tidak meyakininya. Raj’ah adalah keyakinan bahwa kelak diakhir zaman
sebelum kiamat, manusia akan hidup kembali, di masa saat itu ahlul bait akan
balas dendam kepada musuh-musuhnya.
b. Syi’ah
 Meyakini akidah raj’ah.

13. Imam Mahdi


a. Ahlus Sunnah
 Imam Mahdi adalah sosok yang akan membawa keadilan dan kedamaian.
b. Syi’ah
 Imam Mahdi akan keluar dari persembunyiannya. Kemudian dia pergi ke
Madinah untuk membangunkan Rasulullah, imam Ali, Fatimah, serta ahlul
bait lain.
 Selanjutnya ia akan membangunkan Abu Bakar, Umar, Aisyah. Ketiga orang
tersebut akan disiksa, sebagai balasan atas perbuatan jahat mereka kepada
ahlul bait (orang Syi’ah mempunya imam Mahdi sendiri. Berlain dengan
imam Mahdi-nya Ahlus Sunnah, yang akan membawa keadilan dan
kedamaian).

14. Mut’ah
a. Ahlus Sunnah
 Haram
b. Syi’ah
 Halal dan dianjurkan

15. Khamr
a. Ahlus Sunnah
 Tidak suci/najis
b. Syi’ah
 Najis

16. Air
a. Ahlus Sunnah
 Air yang telah dipakai istinja’ (cebok) tidak suci.
b. Syi’ah
 Air yang telah dipakai istinja’ (cebok) dianggap suci dan mensucikan.

17. Shalat
a. Ahlus Sunnah
 Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri hukumnya sunnah.
 Mengucapkan amin sunnah.
 Shalat jama’ diperbolehkan bagi orang yang bepergian dan bagi orang yang
mempunya udzur syar’i.
 Shalat Dhuha disunnahkan.
b. Syi’ah
 Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri membatalkan shalat.
 Mengucapkan amin diakhir surah al-Fatihah dalam shalat dianggap tidak
sah/batal shalatnya.
 Shalat jama’ diperbolehkan walaupun tanpa alasan apapun.
 Shalat Dhuha tidak dibenarkan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Syi’ah adalah paham keagamaan yang menyandarkan pada pendapat sayyidina Ali
(khalifah keempat) dan keturunannya yang muncul sejak awal pemerintahan khulafa ar-
Rasidin. Dan Syi’ah adalah kelompok terlama lahir dalam politik Islam, oleh karenanya
munculah teori-teori asal usul kelompok Syi’ah. Mereka juga sepakat bahwa para nabi
dan imam Syi’ah adalah ma’sum, tapi ada juga kelompok Syi’ah pengikut Syi’ah
Zaidiyyah tidak sependapat dengan mereka, mengenai siapa yang berhak menjadi Imam.
Dari sinilah yang menyebabkan munculnya beberapa madzhab dan aliran dalam
kelompok Syi’ah. Dan ditinjau dari segi ajaran sangatlah berbeda dengan Aswaja.

B. Saran

Sangatlah diperukan bagi kita untuk mempelajari Syi’ah, karena degnan belajar
Syi’ah kita bias tau seluk beluk dari ajaran Syi’ah dan bagaimana kita dapat
membandingkan perebedaannya dengan ajaran Aswaja. Dan agar kita juga bisa
mengambil keuntungan dan kelebihan dari Syi’ah. Akan tetapi dalam makalah ini hanya
memberikan gambaran tentang paham Syi’ah dan perbedaan secara ikhtishar dengan
ajaran Aswaja. Maka dari itu kami dari pihak penyusun mengharapkan kritik dan saran
agar dalam pembuatan makalah kedepannya dapat lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

 Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur. Risalah Ahlusunnah Wal-Jama’ah.


Surabaya : Khalista.
 Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur, Khazanah Asawaja, Jawa Timur : Aswaja
Center PWNU .

Anda mungkin juga menyukai