Anda di halaman 1dari 19

MENGENAL SYI’AH IKATAN JAMA’AH AHLUL BAYT

MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Individu pada Mata Kuliah
Aliran-aliran Islam 2

DOSEN PENGAMPU
Daden Robi Rahman, M. Ud

Oleh:
KISTI ZIAULHAQ
NIM: 202101010

PROGRAM STUDI ILMU HADITS


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PERSIS GARUT
1444 H/2023M

0
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahuwata‟ala yang telah memberikan

nikmat iman, islam, dan kesehatan. Shalawat serta salam semoga senantiasa Allah

curah limpahkan kepada suri tauladan yakni Rasulullah Shallallahu „Alaihi

Wasallam.

Alhamdulillah, atas izin Allah penulis bisa menyelesaikan makalah ini yang

masih jauh sekali dari kata sempurna. Dengan segala kerendahan hati, penulis

menerima kritik serta saran yang membangun. Penulis berharap makalah ini dapat

memberikan pengetahuan khususnya bagi penulis sendiri, umumnya bagi

pembaca.

Garut, 26 Maret 2023

Kisti Ziaulhaq

1
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Syi‟ah masuk ke Indonesia bersamaan dengan kedatangan Islam ke
Nusantara melalui jalur perdagangan dan dakwah menggunakan strategi taqiyah.
Setelah terjadi Revolusi Islam Iran tahun 1979 baru kemudian menggunakan
gerakan yang bersifat intelektual. Setelah kehadiran alumnus Qum gerakan Syi‟ah
mulai mengembangkan Fiqh Syi‟ah sehingga muncullah lembaga-lembaga Syi‟ah.

Menurut Jalaluddin Rahmat, Syiah sudah masuk ke Indonesia mulai masa


awal masuknya Islam di Indonesia, yaitu melalui para penyebar Islam awal dari
orang-orang persia yang tinggal di Gujarat. Syiah pertama kali datang ke Aceh.
Raja pertama Kerajaan Samudra Pasai yang terletak di Aceh, Marah Silu, adalah
memeluk Islam versi Syiah dengan memakai gelar Malikul Saleh. Penyebaran
Syiah di Aceh juga ditunjang oleh tokoh-tokoh ulama terkemuka Hamzah Fansuri,
dan Syamsuddin bin Abdullah as Samatrani, Nuruddin ar-Raniry, Burhanuddin,
dan Ismail bin Abdulla. Akan tetapi pada zaman Sultan Iskandar Tsani, kekuasaan
kerajaan di Aceh dipegang oleh ulama Ahli Sunnah (Sunni), sehingga sejak saat
itu kelompok Syiah tidak lagi menampakkan diri, memilih berdakwah secara
taqiyah. 1

Syi‟ah mengalami perkembangannya di Indonesia sehingga berdirinya aliran


Syi‟ah di Indonesia. Salah satunya yaitu Syi‟ah Ijabi yang didirikan pada era
reformasi dan telah diakui secara resi oleh pemerintah. Umat Islam harus waspada
terhadap ajaran Syi‟ah IJABI ini agar tidak masuk ke dalam alirannya. Oleh
karena itu, penulis akan memaparkan sedikitnya mengenai Syi‟ah Ijabi dengan
mengambil judul “Mengenal Syi‟ah Ikatan Jama‟ah Ahlul Bait Indonesia”.

1
Moh. Hasim, Syiah: Sejarah Timbul dan Perkembangannya di Indonesia,Jurnal Analisa Vol. 19
No. 02 Juli-Desember 2012, hlm. 154.

3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada Latar Belakang Masalah yang telah penulis paparkan di
atas, penulis membuat beberapa perumusan masalah yang akan dibahas kemudian
adalah sebagai berikut:

1. Apa itu Syi‟ah Ijabi?

2. Bagaimana sejarah berdirinya Syi‟ah Ijabi?

3. Bagaimana penyimpangan yang dilakukan Syi‟ah ?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan karya tulis
ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian Syi‟ah Ijabi.
2. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Syi‟ah Ijabi.
3. Untuk mengetahui tujuan berdirinya Syi‟ah Ijabi.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Syi’ah Ijabi
Menurut bahasa, Syi‟ah berasal dari bahasa Arab yang berarti pendukung
atau pembela. Al-Fairuz Abadi menjelaskan bahwa Syi‟ah seseorang merupakan
pengikut dan pendukungnya.2 Secara terminologis, Syiah adalah “suatu kelompok
teologis yang mengikuti „Ali dan mengutamakannya dari para sahabat Rasul
lainnya.”

Ijabi merupakan kepanjangan dari Ikatan Jama‟ah Ahlul Bait Indonesia yang
selanjutnya akan disebut dengan Ijabi. Memahami makna Ahl al-Bayt dapat dikaji
secara kebahasaan. Kata Ahl dan Ahl al-Bait dalam pengertian leksikal berarti
penghuni rumah atau keluarga yang mencakup istri dan anak-anak. Dalam tradisi
umat Islam, istilah tersebut merujuk kepada keluarga Nabi Muhammad SAW.
Kaum Syi‟ah khususnya mazhab Imamiyah Itsna „Asyariyah menafsirkan bahwa
Ahl al-Bayt adalah “anggota rumah tangga” Muhammad, yang terdiri dari Nabi
Muhammad SAW, Ali bin Abi Thalib, Fatimah Az Zahra, Hasan bin Ali, dan
Husain bin Ali. Kaum Syi‟ah percaya bahwa yang dimaksud dengan Ahl al-Bayt
yang disucikan sesuai dengan ayat tathîr (penyucian) (QS. Al-Ahzab [33]:33),
adalah mereka yang termasuk dalam ahl al kisa (atau yang berada dalam satu
selimut) dan keturunan mereka, yaitu Muhammad, Ali, Fatimah, Hasan dan
Husain serta sembilan imam berikutnya yang merupakan keturunan dari Husain.
Pemahaman tentang silsilah ini tentu meniadakan keluarga Nabi Muhammad
SAW dalam arti luas, meliputi istri-istri dan cucu-cucunya.3

Jalaluddin Rahmat sebagai pendiri aliran Ijabi memilih nama Ahl al-Bayt
untuk menyebutkan himpunan para pengamal ajaran Syiah di Indonesia. Pilihan
pada kata Ahl al-Bayt bukan tanpa alasan karena dalam konteks Indonesia,

2
Ahmad Atabik, Melacak Historisn Syi’ah, Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi Keagamaan, Vol. 3, No.
2, Desember 2015, hlm. 327.
3
Dede Syarif, Mengatasi Intoleransi Beragama: Sebuah Tawaran Moderasi Beragama Prspektif
Syiah, Jurnal Sosial Agama, Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021, hlm. 236.

5
bahkan dunia, istilah Ahl al-Bayt lebih netral dan terbuka dibanding dengan
pengunaan istilah Syiah yang seringkali menuai respon dari publik.4

Kecenderungan Ijabi adalah kepada kelompok Syiah Imamiyah Itsna


Atsyariyah karena dalam ikrar pelantikan pengurus Ijabi, antara lain mengikrarkan
kewajiban untuk taat kepada Imam 12 (dua belas) (An-Nahidl, 2014).

B. Biografi Pendiri Syiah Ijabi

IJABI tidak bisa dipisahkan dari peran tokoh utama sang pendiri; yaitu Dr.
Jalaluddin Rakhmat, M.Sc. Cendekiawan muslim ini adalah sedikit -jika bukan
satu-satunya- tokoh era Gus Dur dan Cak Nur yang masih eksis hingga saat ini
dalam diskursus pemikiran Islam di tanah air karena perannya sebagai pelopor
gerakan Syiah di Indonesia. Kang Jalal lahir di Bandung pada 29 Agustus 1949
dan dibesarkan di tengah keluarga Nahdliyyin (NU). Pernah bergabung dengan
kelompok Persatuan Islam (Persis) dan selanjutnya menjadi pengurus
Muhammadiyah, bahkan sempat dididik di Darul Arqam Muhammadiyah. 5

Selepas menamatkan SMA, Kang Jalal kuliah di Fakultas Publisistik (Ilmu


Komunikasi), Unpad Bandung. Ia memperoleh beasiswa Fulbright dan masuk
Iowa State University dan mengambil Komunikasi dan Psikologi. Berkat
kecerdasannya, ia lulus dengan predikat magna cum laude. Nilai 4.0 grade point
average yang diraihnya, menempatkannya sebagai anggota Phi Kappa Phi dan
Sigma Delta Chi. Ia melanjutkan pengembaraan intelektualnya ke kota Qum, Iran,
untuk belajar irfan dan filsafat Islam dari para Mullah tradisional, lalu ke Australia
untuk mengambil studi tentang perubahan politik dan hubungan internasional dari
para akademisi modern di ANU. Dari ANU inilah ia meraih gelar Doktornya.

Sebagai aktifis, ia membidani dan menjadi Ketua Dewan Syura Ikatan


Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) sejak awal lahirnya tanggal 1 Juli 2000,
yang kini sudah mempunyai hampir 100 Pengurus Daerah (tingkat kota) di
seluruh Indonesia dengan jumlah anggota sekitar 2,5 juta orang. Ia juga menjadi

4
Dede Syarif, , hlm. 236.
5
Nunu Ahmad An-Nahidl, Ijabi dan Pendidikan Ahlul Bait: Studi Kasus Pada Yayasan
Muthahhari Bandung, Edukasi Vol. 12, No. 1, Januari-April 2014, hlm.119.

6
pendiri Islamic Cultural Center (ICC) Jakarta bersama Dr. Haidar Bagir dan Umar
Shahab, MA. 6

Pergulatannya tentang pemikiran Islam era 80-90-an, menyebabkan ia


memperoleh atribut "sesat." Keaktifannya sebagai intelektual telah menghasilkan
lebih dari 45 buah buku yang diterbitkan oleh beberapa penerbit terkemuka.7

C. Sejarah Berdirinya Syi’ah Ijabi

Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (Ijabi) dideklarasikan di Bandung pada 1


Juli 2000. Ijabi dipelopori oleh Jalaludin Rahmat sebagai ketua dewa syura. Ia
mendirikan Ijabi bersama beberapa orang, dua di antaranya ialah doktor dari ITB
Dimitri Mahayana dam Hadi Suwastio. 8

Salah satu hal pokok yang melatarbelakangi lahirnya Ijabi adalah mencoba
mengorganisir jama'ah Ahlul Bait di Indonesia yang ternyata jumlahnya relatif
banyak. Dengan demikian dapat dibangun jaringan kerja, prioritas kerja daerah
atau wilayah sesuai dengan kebutuhan mendesak di daerah. 9 Tujuan Ijabi seperti
yang tercantum dalam Anggaran Dasar Organisasi yaitu pertama, membangun diri
untuk hidup berjamaah dan berimamah. Kedua, mengenalkan dan menyebarkan
ajaran Islam yang diriwayatkan melalui jalur keluarga Nabi Muhammad Saw.
Ketiga, melakukan pemberdayaan masyarakat ekonomi kecil dan lemah
(mustadh‟afin). Keempat, mengembangkan kajian-kajian spiritual dan intelektual.
Kelima, menjalin dan memelihara hubungan baik dengan seluruh organisasi
Islam.10

Kaum Syiah Indonesia menegaskan jati dirinya secara terbuka dan


menghimpun diri dalam ormas Ijabi saat angin keterbukaan berhembus kencang di
era reformasi. Apalagi Abdurrahman Wahid selaku Presiden RI ke-4 saat itu,

6
https://www.majulah-ijabi.org/biografi-singkat.html
7
Nunu Ahmad An-Nahidl, hlm. 119.
8
http://hudodori.blogspot.com/2015/11/pengaruh-pemikiran-syiah-di-indonesia.html?m=1
9
Adi Cilik Pierewan, Syi'ah dan Perubahan Sosial di Indonesia Jurnal Dimensia, Vol. 1, No. 1,
Maret 2007 hlm 15
10
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Jama’ah Ahlul Baitdi Indonesia. 2000,
Muktamar 1 Ijabi di Lembang.

7
sudah lebih dulu dikenal sebagai sosok dan ikon pluralis di dunia. Kang Jalal
sangat dekat dengan Gus Dur, terutama dari sisi pemikiran dan pandangannya.

Ijabi terdaftar secara resmi pada Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan
Perlindungan Masyarakat Departemen Dalam Negeri No. 127 Tahun
2000/D.ITanggal 11 Agustus 2000.

Periode awal IJABI dipimpin Dr. Jalaluddin Rakhmat, M.Sc sebagai Ketua
Dewan Syura dan Dr. Ir. Dimitri Mahayana, M.Eng sebagai Ketua Umum
Tanfidziyah. IJABI menggelar muktamar empat tahun sekali untuk memilih
kepengurusan baru. Pada Muktamar ke-IV Nopember 2012 yang digelar di TMII,
IJABI memilih Syamsuddin Baharuddin (Makassar) sebagai Ketua Tanfidziyah,
dan Adi Bunardi (Jakarta) sebagai Sekretaris untuk periode 2012-2016. Sementara
posisi Ketua Dewan Syura tetap dipegang oleh sang pendiri, Dr. Jalaluddin
Rakhmat, M.Sc. 11

Awal Berdiri ikatan Jamaah Ahlul bait Indonesia (IJABI)pada era awal
reformasi tepatnya dideklarasikan pada 1 Juli 2000 di Gedung Asia Afrika
Bandung. Berdirinya IJABI menjadi tahapan sejarah baru bagi keberadaan
penganut Syiah di tanah air terutama karena sejauh keberadaan kelompok Syiah di
Indonesia, baru ormas IJABI yang untuk pertama kalinya menampilkan diri ke
ruang publik dalam sebuah institusi keagaman dan mendapat pengakuan dari
pemerintah. Pengakuan terhadap ormas Syiah ini terjadi ditengah konteks
perubahan politik melalui Reformasi yang memberikan kesempatan pada banyak
kelompok dalam masyarakat untuk muncul ke ruang publik. Pada situasi
keterbukaan demokrasi itu, komunitas Syiah di Indonesia mendapat dukungan
dari pemerintah untuk mendeklarasikan lembaga keagamaan mereka dan diakui di
ruang publik Indonesia dengan berdirinya Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia
atau dikenal dengan IJABI.

11
Nunu Ahmad An-Nahidl, Ijabi dan Pendidikan Ahlul Bait: Studi Kasus Pada Yayasan
Muthahhari Bandung, Edukasi Vol. 12, No. 1, Januari-April 2014, hlm.119.

8
Dari semua organisasi dan lembaga Syi'ah Indonesia, Ijabi merupakan
organisasi yang paling aresif mengembangkan sayap organisasinya ke seluruh
Indonesia dengan kepengurusan sampai tingkat kecamatan. 12

Sebagai sebuah ormas Syi‟ah, Ijabi mengalami perkembangan yang sangat


pesat di tengah masyarakat Islam Indonesia yang mayoritas Sunni. Sampai dengan
tahun 2008 Ijabi telah memiliki sekitar 2.500.000 (Dua juta lima ratus ribu) orang
anggota yang terdapat di 84 cabang dan 145 subcabang Ijabi yang tersebar di 33
provinsi di Indonesia.

D. Penyimpangan Syiah

Diantara penyimpangan yang dilakukan Syiah sebagai berikut ini:13

1. Penyimpangan Faham tentang Orisinalitas Al-Qur'an

Menurut seorang ulama Syi'ah al-Mufid dalam kitab Awail al-Maqalat,


menyatakan bahwa Al- Qur'an yang ada saat ini tidak orisinil. Al-Qur'an
sekarang sudah mengalami distorsi, penambahan dan pengurangan." Tokoh
Syi'ah lain mengatakan dalam kitab Mir'atul Uqul Syarh al-Kafi, me-
nyatakan bahwa Al-Qur'an telah mengalami pengu- rangan dan perubahan.

Al-Qummi, tokoh mufassir Syi'ah, menegaskan dalam mukaddimah


tafsirnya bahwa ayat-ayat Al- Qur'an ada yang dirubah sehingga tidak sesuai
dengan ayat aslinya seperti ketika diturunkan oleh Allah.39 Abu Manshur
Ahmad bin Ali al-Thabarsi, seorang tokoh Syi'ah abad ke-6 H menegaskan
dalam kitab al-Ihtijaj, bahwa Al-Qur'an yang ada sekarang adalah palsu, tidak
asli dan telah terjadi pengurangan.

Para ulama Sunni menyatakan dengan tegas bahwa Al-Qur'an yang


dipegang dan diamalkan umat Islam saat ini di seluruh dunia adalah asli, tidak
ada pengurangan maupun penambahan. Allah SWT langsung yang menjamin
keaslian dan keterpeliharaannya dari tahrif, "Sungguh Kami yang telah
menurunkan Al-Qur'an dan Kami pula yang akan menjaganya" (Q.S. Al-Hijr:
12
Tim Penulis MUI Pusat, Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syiah di Indonesia, (Depok:
Gema Insani: 2013), hlm. 100.
13
Tim Penulis MUI Pusat, Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syiah di Indonesia, (Depok:
Gema Insani: 2013), hlm. 40-77.

9
9). Keyakinan inilah yang menjadi prinsip yang dipegang seluruh ulama
Islam.

2. Penyimpangan Faham tentang Ahlul Bait Rasul Saw dan Mengkafirkan


Sahabat Nabi

Ni'matullah al-Jazairi (Ulama Syi'ah) berkata, "bahwa Sayidina Abu


Bakr, dan Sayidina Umar tidak pernah beriman kepada Rasulullah SAW
sampai akhir hayatnya." Tak puas sampai disitu, ia juga memfitnah Abu
Bakar ra. "telah berbuat syirik dengan memakai kalung berhala saat shalat di
belakang Nabi dan bersujud untuknya","

Ulama Syi'ah lainnya, al-Kulaini mengatakan, bahwa seluruh sahabat itu


murtad setelah Nabi Saw wafat, kecuali tiga orang, al-Miqdad bin al-Aswad,
Abu Dzar al-Ghifari dan Salman al- Farisi. Sementara al-'Iyasyi dalam
Tafsirnya, dan al-Majlisi dalam Bihar al-Anwar, menyatakan bahwa
meninggalnya Rasulullah Saw karena telah diracun oleh Aisyah dan
Hafshah.60

Dalam "Kitab al-Thaharah", pemimpin revolusi Iran, al-Khumaini


menyatakan bahwa 'Aisyah, Thalhah, Zubair, Mu'awiyah dan orang-orang
sejenisnya meskipun secara lahiriyah tidak najis, tapi mereka lebih buruk dan
menjijikkan daripada anjing dan babi.

Jalaluddin Rakhmat menulis dalam bukunya, "Berdasarkan riwayat


dalam kitab al-Ansab karya Mash'ab al-Zubairi, disimpulkan bahwa Ruqayah
dan Ummu Kultsum, istri Khalifah Utsman, bukan putri Nabi Muhammad
Saw" .

Di Indonesia, berbagai publikasi Syi'ah telah memfitnah, menjelek-


jelekkan, melaknat dan bahkan mengkafirkan sahabat Nabi. Di antaranya:

a. Menyebut Abu Bakr dan Umar sebagai iblis (Abbas Rais Kermani, Kecuali
Ali. Al-Huda, 2009, hal.155-156);

10
b. Menyamakan Abu Hurairah dengan Paulus yang telah merubah teologi
Kristen (Antologi Islam; Risalah Islam Tematis dari Keluarga Nabi, Al-
Huda, 2012. Hal.648-649);

c. Melecehkan dan memfitnah Sayyidah 'AisyahRA tidak pantas menjadi


Ummul Mu'minin (Ibid., hal.59-60, 67-69);

d."Syi'ah melaknat orang yang dilaknat Fatimah" (Emilia Renita AZ. 40


Masalah Syi'ah. Bandung: IJABI. Editor Jalaluddin Rakhmat, Cet ke 2.1
2009. hal.90);

e. Dan yang dilaknat Fatimah adalah Abu Bakr dan Umar (Jalaluddin
Rakhmat. Meraih Cinta Ilahi. Depok: Pustaka IIMaN, 2008. Dalam
footnote hal.404-405 dengan mengutip riwayat kitab al-Imamah wa as-
Siyasah);

f. "Para sahabat suka membantah perintah Nabi saw" (Jalaluddin Rakhmat.


Sahabat Dalam Timbangan Al Quran, Sunnah dan Ilmiu Pengetahuan. PPs
UIN Alauddin 2009. hal.7);

g. "Para sahabat merobah-robah agama" (Artikel dalam Buletin al Tanwir


Yayasan Muthahhari Edisi Khusus No. 298. 10 Muharram 1431 H. hal.3);

h. "Para sahabat murtad" (Ibid. hal.4);

i. "Ruqayyah yang dinikahi Usman bukan putri Nabi, sehingga Utsman


dianggap tidak menikahi dua putri Nabi Saw, tapi dua wanita lain"
(Jalaluddin Rakhmat. Al Mushthafa (Manusia Pilihan yang Disucikan).
Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008 hal.164).

j. Dia jelas membenci julukan Dzu-Nuraini (pemilik dua cahaya) karena


Utsman bin Affan menikah dengan dua puteri Rasulullah Saw. Julukan itu
kata Jalal, harus kita hapus (mansukh)!" (Ibid., hal.165-166);

k. "Tragedi Karbala merupakan gabungan dari pengkhianatan sahabat dan


kelaliman musuh (Bani umayyah)" (Jalaluddin Rakhmat. Meraih Cinta
Ilahi Depok: Pustaka IIMaN, 2008 hal.493).

11
l. "Aisyah memprovokasi khalayak dengan me- merintahkan mereka agar
membunuh Utsman bin Affan: "Bunuhlah Na'tsal, karena ia sudah menjadi
kafir!" (Catatan: Na'tsal adalah orang tua yang pandir dan bodoh).
(Syarafudin al- Musawi, Dialog Sunnah-Syi'ah, Cet. MIZAN 1983,
hal.357).

m. "Aisyah, Thalhah, Zubair dan sahabat-sahabat yang satu aliran dengan


mereka memerangi Imam Ali as. Sebelumnya, mereka berkomplot untuk
membunuh Utsman" (Emilia Renita, an Masalah Syiah, Editor Jalaluddin
Rakh IJABI: 2009, hal.83 Secara halus penulis meng- isyaratkan kekafiran
mereka dengan ungkapan, "Dengan begitu, mereka menentang wasiat Nabi
SAW pada khotbah wada' Janganlah kalian kafir setelah aku tiada dan
saling membunuh..." [Shahih al-Bukhari, hadis 5688]).

n. "Para pemimpin itu [Aisyah, Thalhah, Zubair dan lain-lain, red.] tidak
menuntut balas atas darah Utsman, karena mereka sendiri yang ada di
balik persekongkolan itu. Mereka berpura- pura melakukan hal itu sebagai
cara menjatuh- kan kekhalifahan Imam Ali" (Antologi Islam, Al-Huda:
2012, hal.518-519).

Semua itu adalah tuduhan dusta dan fitnah yang sangat keji kepada
sahabat Nabi yang berdasarkan imajinasi dan cerita-cerita bohong, serta
bentuk penodaan terhadap agama dan sejarah Islam. Hadis dari Abu Sa‟id al-
Khudri yang artinya:

Abi Sa'id al-Khudri ra, berkata: Nabi Muhammad Saw bersabda,


"Janganlah kalian mencaci para sahabatku, andaikan kalian bersedekah
dengan emas sebesar gunung uhud, maka hal itu tidak bisa mengimbangi
sedekah yang dikeluarkan para sahabat satu mud saja atau separuhnya".
(Muttafaq 'Alaihi)

3. Penyimpangan Faham Syi'ah

Mengkafirkan Umat Islam Seorang ulama Syi'ah, al-Kulaini mengatakan


dalam kitabnya, bahwa semua umat Islam selain Syi'ah adalah anak pelacur.

12
Ulama Syi'ah lainnya, Mirza Muhammad Taqi berkata, Selain orang Syi'ah
akan masuk neraka selama-lamanya. Meskipun semua malaikat, semua nabi,
semua syuhada dan semua shiddiq menolongnya, tetap tidak bisa keluar dari
neraka.

Dalam publikasi Syi'ah Indonesia, "Yang tidak mengenal Imam mati


jahiliah, barangsiapa yang mati dan tidak ada imam baginya, atau tidak
mengenal imam zamannya, ia mati jahiliah. Mati jahiliah berarti mati tidak
dalam keadaan Islam. Dengan demikian, orang yang tidak mempunyai imam
atau tidak mengenal imam zamannya, ia dipisahkan dari kaum muslimin yang
beriman. Walhasil imamah bagian dari aqidah juga".

4. Penyimpangan Faham tentang Kedudukan Imam Syi'ah

Ajaran Syi'ah menyatakan bahwa para imam mereka memiliki derajat


yang lebih tinggi dari para nabi dan rasul. Imam Khumaini menyatakan
bahwa, "Sesungguhnya Imam mempunyai ke- dudukan yang terpuji, derajat
yang mulia dan kepemimpian mendunia, di mana seisi alam ini tunduk di
bawah wilayah dan kekuasaannya. Dan termasuk para Imam kita mempunyai
kedudukan yang tidak bisa dicapai oleh malaikat muqarrabin atau pun nabi
yang diutus."

Menurut jumhur ulama Syi'ah, percaya kepada Imamah adalah salah satu
pokok agama, jika seseorang tidak mengimani Imamah/Wilayah Ali dan
keturunannya maka dia kafir kepada Allah. al-Kulaini menyatakan,
"Bermaksiat kepada Ali adalah kufur dan mempercayai orang lain lebih
utama dan berhak dari beliau dalam imamah adalah syirik". Al-Majlisi
menulis dalam buku- nya, "Sekte imamiyah bersepakat bahwa sungguh orang
yang mengingkari imamah salah satu dari imam kami dan menolak kewajiban
dari Allah untuk mentaatinya adalah kafir yang pasti kekal di dalam neraka".

5. Penyimpangan Faham tentang Hukum Nikah Mut'ah

Menurut Syi'ah, nikah mut'ah boleh bahkan akan mendapat pahala yang
besar. Ulama Syi'ah menyatakan bahwa nikah mut'ah (kawin kontrak) tidak
perlu dipedulikan apakah si wanita punya suami atau tidak. Boleh juga nikah

13
mut'ah dengan pelacur. Nuri al-Thabarsi (Ulama Syi'ah), menjelaskan bahwa
dalam nikah mut'ah boleh dengan wanita bersuami asal dia mengaku tidak
punya suami. Ulama besar Syi'ah, al-Khumaini, menjelaskan, bahwa boleh
melakukan pratek anal sex dengan istri. Bahkan menurut Khumaini, nikah
mut'ah boleh dilakukan dengan bayi yang masih menyusui.

D. Fatwa MUI dan Himbauannya atas Syiah di Indonesia

Himbauan yang diputuskan dalam rapat kerja nasional MUI pada tahun 1984
ini adalah "Mengingat perbedaan-perbedaan pokok antara Syi'ah dan Ahlus
Sunnah wal Jama'ah seperti tersebut di atas, terutama mengenai perbedaan tentang
"Imamah" (pemerintahan)", Majelis Ulama Indonesia (MUI) menghimbau kepada
umat Islam Indonesia yang berfaham Ahlus Sunnah wal Jama'ah agar
meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan masuknya faham yang
didasarkan atas ajaran Syi'ah."14

Keputusan Komisi Fatwa MUI memang tidak menyatakan bahwa Syiah


adalah aliran sesat. Tetapi, keputusan ini berbeda dengan keputusan MUI Jawa
Timur pada tahun 2012 yang menegaskan bahwa Syiah merupakan aliran yang
sesat dan menyesatkan.

MUI Jawa Timur menegaskan bahwa "(1) Mengukuhkan dan menetapkan


keputusan MUI-MUI daerah yang menyatakan bahwa ajaran Syah (khususnya
Imamiyah Itsna Asyariyah atau yang menggunakan nama samaran Madzhab Ahlul
Bait dan semisalnya) serta ajaran- ajaran yang mempunyai kesamaan dengan
faham Syi'ah Imamiyah Itsna Asyariyah adalah sesat dan menyesatkan. (2)
Menyatakan bahwa penggunaan Istilah Ahlul Bait untuk pengikut Syi'ah adalah
bentuk pembajakan kepada ahlul bait Rasulullah Saw."

14
Mhd. Syahnan dan Abd. Mukhsin, Perkembangan Literatur Keislaman Mazhab Syiah dan
wahabi di Indonesia, (Medan: Perdana Publishing: 2022), hlm. 39.

14
MUI Pusat juga menerbitkan buku yang berjudul Mengenal dan Mewaspadai
Penyimpangan Syiah di Indonesia. Buku ini diterbitkan oleh Gema Insani pada
tahun 2013 oleh tim khusus Komisi Fatwa dan Komisi Pengkajian MUI.15

Penolakan lain dilakukan dengan cara mengadakan seminar dan penerbitan


buku dan artikel. Bahkan pada tanggal 20 April 2014, didirikan sebuah organisasi
yang bernama Aliansi Nasional Anti Syiah (Annas) yang memiliki misi di
antaranya adalah menyelamatkan akidah umat dari akidah Syiah dan
mengantisipasi gerakan Syiah di Indonesia.

Sikap MUI di atas terhadap kelompok Syiah di Indonesia diperkuat dengan


kemunculan ANNAS (Aliansi Nasional Anti Syiah di Indonesia). ANNAS
dideklarasikan pada tanggal 20 April 2014 di Bandung, Jawa Barat,
Indonesia.Terdapat lima misi dari ANNAS berikut ini:

Pertama, memberi informasi kepada masyarakat dan umat Islam di seluruh


Indonesia tentang sesatnya ajaran Syiah.

Kedua, meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi terhadap berbagai pola


gerakan penyesatan Syiah di Indonesia, serta menyadarkan umat Islam yang telah
terpengaruh oleh ajaran sesat Syiah agar kembali ke ajaran Islam yang benar
sesuai Al Qur'an dan As Sunnah.

Ketiga, menggalang kekuatan umat Islam bersama organisasi, lembaga,


kelompok masyarakat untuk melawan gerakan Syiah.

Keempat, Menjalin kerjasama dan menjadi mitra pemerintah dalam mencegah


dan menindak penyebar ajaran sesat Syiah di Indonesia.

Kelima, mengupayakan agar pemerintah membubarkan seluruh organisasi


yang berafiliasi pada pengembangan ajaran Syiah di Indonesia. Dari kelima misi
ini, jelas bahwa ANNAS merupakan kelompok Sunni yang anti terhadap
kelompok Syiah, terutama kelompok Syiah di Indonesia.

15
Tim Penulis MUI Pusat, Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syiah di Indonesia, (Depok:
Gema Insani: 2013)

15
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Syi‟ah IJABI atau Ikatan Jama‟ah Ahlul Bait Indonesia merupakan ormas
Syi‟ah yang cenderung kepada kelompok Syiah Imamiyah Itsna Atsyariyah
karena dalam ikrar pelantikan pengurus IJABI antara lain mengikrarkan
kewajiban untuk taat kepada Imam 12.
2. IJABI dideklarasikan pada 1 Juli 2000 di Gedung Asia Afrika Bandung.
3. Penyimpangan Syiah diantaranya: Penyimpangan faham tentang orisinalitas
Al-Qur'an, penyimpangan faham tentang Ahlul Bait Rasul Saw dan
mengkafirkan sahabat Nabi, mengkafirkan umat Islam, dan membolehkan
nikah muth‟ah.
4. Majelis Ulama Indonesia (MUI) menghimbau kepada umat Islam Indonesia
yang berfaham Ahlus Sunnah wal Jama'ah agar meningkatkan kewaspadaan
terhadap kemungkinan masuknya faham yang didasarkan atas ajaran Syi'ah
B. Saran

Sebagaimana himbauan MUI bahwa umat Islam Indonesia yang agar


meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan masuknya faham yang
didasarkan atas ajaran Syi'ah.

17
Daftar Pustaka

Atabik, Ahmad, Melacak Historisn Syi‟ah, Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi
Keagamaan, Vol. 3, No. 2, Desember 2015, hlm. 327.
Hasim,Moh, Syiah: Sejarah Timbul dan Perkembangannya di Indonesia,Jurnal
Analisa Vol. 19 No. 02 Juli-Desember 2012.
Nahidl, Nunu Ahmad An-, Ijabi dan Pendidikan Ahlul Bait: Studi Kasus Pada
Yayasan Muthahhari Bandung, Edukasi Vol. 12, No. 1, Januari-April
2014.
Pierewan, Adi Cilik, Syi'ah dan Perubahan Sosial di Indonesia, Jurnal Dimensia,
Vol. 1, No. 1, Maret 2007.

Syahnan , Mhd. dan Abd. Mukhsin, Perkembangan Literatur Keislaman Mazhab


Syiah dan wahabi di Indonesia, (Medan: Perdana Publishing: 2022).
Syarif , Dede, Mengatasi Intoleransi Beragama: Sebuah Tawaran Moderasi
Beragama Prspektif Syiah, Jurnal Sosial Agama, Vol. 15, No. 2, Juli-
Desember 2021.
Tim Penulis MUI Pusat, Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syiah di
Indonesia, (Depok: Gema Insani: 2013), hlm. 40-77

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Jama’ah Ahlul Baitdi
Indonesia. 2000, Muktamar 1 Ijabi di Lembang

http://hudodori.blogspot.com/2015/11/pengaruh-pemikiran-syiah-di-
indonesia.html?m=1

https://www.majulah-ijabi.org/biografi-singkat.html

18

Anda mungkin juga menyukai