3
Umdatul Hasanah, “Keberadaan Kelompok Jamaah Tabligh dan Reaksi Masyarakat (Perspektif Teori
Penyebaran Informasi dan Pengaruh)”, Jurnal Indo-Islamika, Vol. 4 No. 1, Januari-Juni 2014, Banten.
5. Sebaik-baik umat adalah pendakwah yang menarik secara langsung jamaah
yang non muslim.
6. Tidak mempermasalahkan perbedaan pendapat (khilafiyah) dan tidak boleh
ikut campur dalam urusan perpolitikan.
Jama’ah Tabligh mempunyai asas dan landasan yang disebut dengan al-ushulus
sittah (enam landasan pokok) atau ash-shifatus sittah (sifat yang enam), yakni :
6
https://almanhaj.or.id/3428-definisi-salaf-definisi-ahlus-sunnah-wal-jamaah.html, Diakses pada tanggal 4
Janari 2021.
terhadap penguasa atau pemimpin. (a) tidak boleh menggunakan kekerasan
senjata, dan (b) menasehati penguasa dengan sembunyi.7
Kritik
Mengenai jamaah tabligh, Jama’ah Tabligh mempunyai asas dan landasan yang
disebut dengan al-ushulus sittah (enam landasan pokok) yang salah satunya yaitu
7
Muhammad Ali Chozin, “Strategi Dakwah Salafi di Indonesia”, Jurnal Dakwah, Vol. XIV, No. 1, 2013,
Cirebon.
Da‘wah Ilāllah dan Khurŭj fi Sabilillah, yaitu menyeru manusia kepada Allah dan keluar
di jalan Allah. Khuruj (keluar) merupakan salah satu kaedah kerja dakwah yang dikenal
dalam lingkungan Jamaah Tabligh. Kaedah seperti ini tidak dikenal dalam dakwah
Rasulullah Shallaa Allaah ‘alayh wasallam dan para shahabat. Rasulullah tidak pernah
mengirim sembarangan orang untuk berdakwah terlebih bagi orang-orang yang ilmunya
masih kurang atau bahkan tidak memiliki ilmu. Karena tidak pernah terdengar Rasulullah
Shallaa Allaah ‘alayh wasallam mengutus orang Arab Badwi yang tinggal disekitar
Madinah sebagai duta dakwah beliau. Namun, Rasul mengutus Sahabat yang ilmu
agamanya sudah matang dan terkemuka, seperti halnya Ali bin Abi Thalib.
Sedangkan mengenai Salafy, kata salafi merujuk kepada perbuatan al-salaf al-
salih yang berpegang teguh pada kemurnian Al-Qur`an dan Sunnah. Salafy adalah orang-
orang yang menganut manhaj salaf. Namun, fakta menunjukkan sebutan itu kurang
sejalan dengan paham Salafi Jihadi yang sering kali menggunakan cara kekerasan bahkan
penumpahan darah atas nama jihad dalam penyebaran ideologinya. Mereka kaku dalam
pembacaan teks tanpa melihat asbab al-nuzul ayat-ayat yang mewajibkan jihad tersebut
atau tanpa melihat konteks masyarakat sekarang sehingga upaya kekerasan senantiasa
mewarnai dakwah mereka.
Islam seharusnya menjadi agama yang menyebarkan rahmatan lil alamin, tidak
ada paksaan di dalamnya, bukan menimbulkan mafsadah di muka bumi. Kaidah ushul
fiqh menyatakan bahwa menolak kerusakan harus didahulukan daripada mewujudkan
kesejahteraan (dar ’al-mafasid muqaddamun 'ala jalb al-masalih). Yang sejalan dengan
QS. Al-Qasash : 77
Mَ M ْيMَ لMِ إMُ هَّللاMنMَ M َسMحMْ Mَ أM اM َمM َكMنMْ MسMِ MحMْ Mَ أMوMَ Mۖ M اMَ يM ْنM ُّدMلM اMنMَ M ِمMك
Mۖ Mك َ MَبM يMصِ Mَ نMس Mَ M ْنMَ اَل تM َوMۖ Mَ ةM َرMخMِ آْلM اM َرM اM َّدMلM اMُ هَّللاMك
Mَ M اMَتM آM اM َمM يMِ فM ِغMَ تM ْبM اMوMَ
M َنM يM ِدM ِسM ْفM ُمM ْلM اMب ِ MرMْ Mَ أْلM اM يMِ فM َدM اM َسMَ فM ْلM اM ِغM ْبMَ اَل تMَو
Mُّ MحMِ Mُ اَل يMَ هَّللاM َّنMِ إMۖ Mض
“ Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu,
dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
Afifatul Faizah (A92218083)
Jama’ah Tabligh dapat menerima pihak lain, tergambar dalam Ikramul Muslimin
sehingga dapat mencegah terjadinya perpecahan dan konflik dengan pihak lain dan
sudara sesama muslim. Jama’ah Tabligh juga mempunyai semangat yang tinggi dalam
memyebarkan dakwah Islam, mereka bahkan mendatangi kerumunan, rumah-rumah
untuk berdakwah. Namun semangat dakwah ini akan sangat baik jika disertai dengan luas
dan dalamnya keilmuan sang pendakwah, nyatanya aqidah Jama’ah Tabligh sendiri
masih rancu bahkan kitab referensi utama mereka Tablighi Nishab atau Fadhail A’mal
Muhammad penuh dengan kesyirikan, bid’ah, dan khurafat. Jama’ahnya juga kurang
memahami dasar ilmu agama. Terlebih jama’ahnya dilarang untu memperluas keilmuan
mereka, padahal dalam Islam sendiri sangat dianjurkan untuk terus-menerus mencari
ilmu.
Sementara Salafi sendiri berrti orang yang mengaitkan dirinya dengan cara atau
ajaran-ajaran salaf. Menurut kaum Salafi, pemahaman dan praktik kaum muslim
terdahulu mengenai Islam sudah benar, namun kelamaan mulai luntur. Maka dari itu,
fokus gerakannya untuk mengajak umat Islam kembali pada dasar hukum agama Islam,
kini Salafi cenderung dikaitkan dengan pemurnian kembali segala ajaran dari yang
mengandung khurafat, bid’ah dan syirik.Salafi memahami teks-teks al-Qur’an dan Hadits
secara tekstual, hingga seringkali membid’ahkan berbagai hal. Padahal dalam
perkembangannya dakwah juga disebarkan melalui media sosial sehingga lebih menarik
minat para kaum muda bahkan mereka yang sudah berumur pun ikut tertarik. Terlepas
dari berbagai pemikiran dan golongan yang ada, seharusnya kita tidak menyalahkan
bahkan mengkafirkan mereka. Terlebih jika mereka mempunyai dasar-dasar ajaran yang
jelas, kecuali jika memang apa yang mereka lakukan terlalu menyimpang, pun jagan
bertindak eras terhadap mereka. Menganggap benar apa yang kita percayai, bukan berarti
harus menyalahkan apa yang orang lain percayai.