Anda di halaman 1dari 9

KELOMPOK 14 :

1. Afifatul Faizah (A92218083)


2. Atsna Zakiyah ‘Arifah (A92218093)
3. Fatimatuz Zuhroh (A92218100)

PEMIKIRAN ISLAM TRANSNASIONAL (2) : JAMA’AH TABLIGH (JT) DAN


SALAFY INDONESIA

I. Jama’ah Tabligh (JT)


Sejarah Berdirinya Jamaah Tabligh
Jamaah Tabligh bukanlah organisasi yang berasal dari Indonesia akan
tetapi sebuah organisasi transnasional yang berasal dari India. Kata Jama'ah
Tabligh berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti kelompok penyampai.
Pendiri Jamaah Tabligh adalah Muhammad Ilyas al-Kandahlawy yang lahir pada
tahun 1303 H di desa Kandahlah, kawasan Muzhafar Nagar, Utara Banladesh
India. Ia wafat pada tanggal 11 Rajab 1363 H. 1 Kemunculannya dilatar belakangi
oleh aib yang merata di kalangan umat Islam, umat Islam telah terlena jauh dari
ajaran-ajaran dan iman. Muhammad Ilysas juga merasakan bahwa ilmu agama
sudah tidak dimaksudkan untuk tujuan agama. Dia mengatakan “ilmu-ilmu sudah
tidak berharga karena tujuan dan maksud mereka mendapatkannya telah keluar
dari jalur semestinya dan hasil serta keuntungan dari pengajian-pengajian mereka
itu tidak akan tercapai lagi.2 Pada saat itu, umat Islam India juga mengalami
kerusakan akidah dan kehancuran moral sehingga syiar-syiar Islam jarang
didengarkan. Slogan yang diserukan oleh Muhammad Ilyas yakni, Aye
Musalmano! Musalman bano. Perkataan berbahasa Urdu yang artinya: Wahai
ummat muslim! Jadilah yang kaffah. Seruan dakwah ini mengawali kiprah dari
sebuah gerakan yang kemudian dikenal dengan sebutan Jama'ah Tabligh.
Sedangkan di Indonesia sendiri, gerakan ini mulai muncul pada tahun
1952 di Masjid al-Hidayah Medan. Yang dibuktikan dengan keberadaan prasasti
1
Abul Hasan An-Nadwi, Sejarah Dakwah dan Tabligh Maulana Muhammad Ilyas Rah (Bandung: Al
Hasyimiy, 2009), 53.
2
Muhammad Mansur Nomani, Riwayat Hidup Syaikh Maulana Ilyas Rah. (Bandung : Zaadul Ma’ad), 172-
173.
yang terdapat di masjid tersebut. Gerakan ini semakin menunjukkan
keeksistensisannya pada tahun 1974 yang berpusat di Masjid Kebon Jeruk
Jakarta. Keberadaan markas ini menunjukkan bahwa Jamaah Tabligh di Indonesia
telah mendapatkan tempat dan tanggapan positif, dapat dilihat pula dengan
banyaknya pengikut. Selain itu telah didirikan lembaga kaderisasi dai Jamaah
Tabligh yang dipusatkan di Pondok Pesantren al-Fatah, Magetan, Jawa Timur. 3
Markas internasional pusat tabligh adalah di Nizzamudin, India. Kemudian setiap
negara juga mempunyai markas pusat nasional, dari markas pusat dibagi markas-
markas regional/daerah yang dipimpin oleh seorang Shura. Kemudian dibagi lagi
menjadi ratusan markas kecil yang disebut Halaqah berbasiskan di mesjid-mesjid
dan mushalla-mushalla.
Gerakan dan Amaliyah Jamaah Tabligh
Gerakan dakwah yang dikembangkan oleh Jamaah Tabligh merupakan
upaya menghidupkan perjuangan Islam di masa Rasulullah. Dakwah yang
dilakukan Jamaah Tabligh merupakan upaya pencerahan sebagai penerus misi
risalah kenabian Nabi Muhammad SAW yang diutus oleh Allah SWT. Mereka
mengajak umat Islam untuk kembali kuat seperti pada masa Rasulullah dan para
sahabat. Semangat inilah yang menjadikan Jamaah Tabligh melakukan dakwah
dengan cara berkeliling dari masjid ke masjid. Anggota Jamaah Tabligh percaya
dan yakin dengan menolong agama Allah maka mereka akan ditolong oleh
Allah. Selanjutnya tujuan mereka adalah menumbuhkan kesadaran beragama
dan kesadaran memahami ajaran agama untuk diamalkan dalam kehidupan
sehari-hari. Jamaah Tabligh dalam melakukan dakwahnya mempunyai 6 prinsip
dasar yaitu:
1. Mengajak umat Islam untuk berdakwah menyebarkan agama Islam yang
merupakan tanggung jawab setiap muslim.
2. Tidak menunggu orang datang, akan tetapi berinisiatif mendatangi mereka.
3. Berbaur dengan masyarakat tanpa memandang status sosial.
4. Objek yang mendasar adalah materi dakwah mengenai keyakinan atau iman.

3
Umdatul Hasanah, “Keberadaan Kelompok Jamaah Tabligh dan Reaksi Masyarakat (Perspektif Teori
Penyebaran Informasi dan Pengaruh)”, Jurnal Indo-Islamika, Vol. 4 No. 1, Januari-Juni 2014, Banten.
5. Sebaik-baik umat adalah pendakwah yang menarik secara langsung jamaah
yang non muslim.
6. Tidak mempermasalahkan perbedaan pendapat (khilafiyah) dan tidak boleh
ikut campur dalam urusan perpolitikan.

Asas dan Landasan Jama’ah Tabligh

Jama’ah Tabligh mempunyai asas dan landasan yang disebut dengan al-ushulus
sittah (enam landasan pokok) atau ash-shifatus sittah (sifat yang enam), yakni :

1. Memasukkan hakikat kalimat Thayyibah Lāa ilaha illāaAllah


Muhammadur-Rasulullah.
2. Shalat khusyu’ wa al-khudhu’.
3. Ilmu dan dzikir, hendaknya mempelajari ilmu yang diperlukan kemudian
mengamalkannya.
4. Ikrammul-Muslimin, yaitu memuliakan saudara muslim.
5. Ashhihun-niyyat, yaitu meluruskan niat.
6. Da‘wah Ilāllah dan Khurŭj fi Sabilillah, yaitu menyeru manusia kepada
Allah dan keluar di jalan Allah.

Pemikiran dan Ajaran Jama’ah Tabligh

1. Keharusan bertaklid, karena syarat-syarat ijtihad yang dikemukakan


ulama’ salaf sudah tidak ada lagi dikalangan ulama saat ini
2. Jama’ah tabligh meyakini bahwa tasawuf merupakan cara mewujudkan
hubungan dengan Allah dan memperoleh kelezatan iman.
3. Jama’ah tabligh tidak memandang perlu nahi munkar dengan alasan
bahwa fase sekarang adalah fase mewujudkan iklim yang kondusif bagi
masuknya kaum muslimin kedalam jama’ah. Sedangkan amar ma’ruf
dan nahi munkar merupakan penghalang bagi fase ini.
4. Mereka tidak memandang keluar dari 6 (enam) ajaran yang digariskan
oleh Maulana Syaikh Muhammad Ilyas sebagi keluar dari Islam, tetapi
sebagai keluar dari strategi jama’ah tabligh.
5. Mereka melarang anggota jama’ah untuk memperluas ilmu dan
mendalami aliran-aliran filsafat yang berkembang dalam masyarakat di
sekitar mereka.
6. Mereka memisahkan antara agama dan politik.
7. Mereka memandang tidak wajib seorang anggota berdakwah di negeri
tempat tinggalnya, namun setiap anggota yang tinggal di satu kota
tertentu wajib berdakwah di kota lain.4
II. Salafy Indonesia
Gerakan Salafy baru muncul di Indonesia pada awal dekade 1980-an.
Dorongan utamanya adalah berdirinya lembaga LIPIA (Lembaga Ilmu
Pengetahuan Islam dan Bahasa Arab) yang merupakan cabang dari Universitas
Imam Muhammad Ibn Saud Riyad di Indonesia. LIPIA pertama kali dipimpin
oleh Syeikh Abdul Aziz Abdullah al-Ammar, murid tokoh utama Salafy Syeikh
Abdullah bin Baz. LIPIA menggunakan kurikulum Universitas Riyad, staf
pengajarpun didatangkan langsung dari Saudi. LIPIA juga menjanjikan para
alumninya untuk bisa melanjutkan tingkat master dan doktoral di Universitas
Riyad di Saudi.
Alumni LIPIA angkatan 1980-an kini menjadi tokoh terkemuka di
kalangan Salafi. Diantaranya adalah Yazid Jawwas, aktif di Minhaj us-Sunnah di
Bogor, Farid Okbah direktur al-Irsyad, Ainul Harits, Yayasan Nidaul Islam
Surabaya, dan Ja’far Umar Thalib, pendiri Forum Ahlussunnah Wal Jamaah. Dari
alumni 1980-an tersebut Ja’far Umar Thalib adalah lulusan pertama LIPIA dan
menjadi perintis pertama gerakan dakwah Salafy di Indonesia.
Menurut catatan BIN (Badan Intelejen Nasional), Gerakan Salafi tidak
selalu disertai dengan kekerasan, karena gerakan ini terbagi menjadi dua, yaitu
“salafy jihadi” dan “salafy dakwah”. Salafi Jihadi merupakan kolaborasi Wahhabi
dan Ikhwanul Muslimin yang cenderung menggunakan kekerasan dalam
penyebaran ideologinya. Mereka didukung oleh pengikut Darul Islam (DI),
khususnya jaringan Pesantren Ngruki dan alumni Afganisthan dan Maroko.
Lembaga mereka yang eksis di Indonesia adalah Jamaah Islamiyah dan Majlis
4
A. Zaeny, “Derakan dan Strategi Perjuangan Jam’atut Tabligh”, Jurnal TAPIs, Vol. 12 No.2, Juli-
Desember 2016.
Mujahidin Indonesia. Adapun Salafi Dakwah, adalah gerakan yang berkembang
melalui jaringan guru-murid, terutama melalui alumni LIPIA. Yang menjadi
tokoh sentral mereka adalah Bin Baaz, Nashruddin al-Albany, dan Syaikh
Mugbil. Gerakan Salafi Dakwah ini menyebarkan pemahaman ideologi mereka
yang tekstual dengan memurnikan akidah, bersifat apolitik, dan tidak disertai
kekerasan fisik. Gerakan ini banyak disebarkan di pesantren-pesantren yang
pendirinya merupakan alumni LIPIA atau Timur Tengah, khususnya dari daerah
Saudi Arabia.5
Beberapa Pemikiran dari gerakan Salafy yaitu :
1. Tauhid dan Akidah
Tauhid dan akidah adalah ajaran utama dan terpenting dalam dakwah
Salafi. Dengan bertauhid berarti meyakini keesaan Allah dan kekuasaan yang
tak terbatas-Nya. Kalangan Salafi berpendapat bahwa al-Qur’an tidak terlepas
dari: (a) berita mengenai Allah, nama, sifat, perbuatan, dan firmanNya, ini
disebut tauhid al-ilmi al-khabari, (b) dakwah untuk beribadah hanya kepada
Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan membuang semua yang
disembah selain-Nya, ini disebut tauhid al-iradi al-thalabi, (c) perintah dan
larangan, mengharuskan menaati-Nya, menjalankan perintah dan menjauhi
larangan-Nya, termasuk hak-hak tauhid dan yang menyempurnakannya, (d)
berita mengenai ahli tauhid, apa yang Allah lakukan di dunia dan di akhirat,
atau berita tentang ahli syirik, apa yang Allah timpakan di dunia dan azab di
akhirat. Untuk memperteguh tauhid dan memurnikan akidah, kalangan Salafi
melakukan beberapa usaha, yaitu: (a) menolak taqlid, ijma’ (kesepakatan
ulama) dan qiyas (penyamaan hukum), (b) memberantas syirik, kufur, dan
bid’ah.
2. Al-Wala wa al-Bara
Al-wala bermakna mencintai, mendukung, menolong, mengikuti, dan
mempertahankan, sedangkan al-bara yaitu bermakna berlepas diri atau
meninggalkan. Ajaran ini mengajak umat Islam untuk mencintai dan
menolong sesama Muslim dan menjauhi orang-orang kafir. Ajaran inilah yang
5
Ubaidillah, “Global Salafism dan pengaruhnya di Indonesia”, Jurnal Thaqafiyyat, Vol. 13, No. 1, Juni
2012, Yogyakarta.
melandasi untuk berjamaah dan berkelompok agar terhindar dari bid’ah.
Kalangan Salafi tidak bergabung dengan kalangan Muslim lain karena ingin
menghindar dari bid’ah yang dapat merusak iman dan tidak berpedoman dan
berpegang teguh pada teladan salaf al-shalih.
3. Ahlus Sunnah Wal Jama’ah
Ahlus Sunnah wal Jama’ah dikatakan juga as-Salafiyyuun karena mereka
mengikuti manhaj Salafush Shalih dari Sahabat dan Tabi’ut Tabi’in.
Kemudian setiap orang yang mengikuti jejak mereka serta berjalan
berdasarkan manhaj mereka di sepanjang masa, mereka ini disebut Salafi,
karena dinisbatkan kepada Salaf. Salaf bukan kelompok atau golongan seperti
yang difahami oleh sebagian orang, tetapi merupakan manhaj (sistem hidup
dalam ber-‘aqidah, beribadah, berhukum, berakhlak dan yang lainnya) yang
wajib diikuti oleh setiap Muslim.6
Di samping mereka menamakan sebagai golongan yang berpedoman pada
ajaran ahlussunnah wal jama’ah yaitu berpegang teguh pada teks al-Quran dan
hadis, mereka juga menamakan kelompoknya dengan, selain Salafiyah, yaitu:
(a) al-Firqah al-Najiyah (golongan yang selamat)
(b) al-Thaifah al-Manshurah (kelompok yang mendapatkan pertolongan)
(c) Ahl al-Hadits/Ashhab al-Atsar (orang yang mengikuti hadis/atsar), dan
(d) al-Ghuraba (orang-orang yang asing).
4. Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Dalam menerapkan amar ma’ruf nahi munkar harus memperhatikan
prinsip-prinsip dasar. Pertama, mempertimbangkan antara maslahat dan
mafsadat. Kedua, karakteristik orang yang beramar ma’ruf nahi munkar, yaitu
berilmu, sabar, lemah lembut dan penyantun. Ketiga, syarat perbuatan yang
wajib diingkari. (a) Perbuatan tersebut benar suatu kemunkaran kecil atau
besar; (b) kemunkaran tersebut masih ada; (c) kemunkaran tersebut nyata
tanpa dimata-matai; dan (d) kemunkaran tersebut telah disepakati dan tidak
dalam perdebatan. Keempat, metode dan cara ber-amar ma’ruf nahi munkar

6
https://almanhaj.or.id/3428-definisi-salaf-definisi-ahlus-sunnah-wal-jamaah.html, Diakses pada tanggal 4
Janari 2021.
terhadap penguasa atau pemimpin. (a) tidak boleh menggunakan kekerasan
senjata, dan (b) menasehati penguasa dengan sembunyi.7

Kritik

Atsna Zakiyah A (A92218093)


Jama’ah Tabligh mempunyai sisi positif dan negatif. Segi positifnya adalah mereka
dapat melakukan kegiatan dakwah yang tidak tentu bisa dilakukan orang lain, Jama’ah
Tabligh berani berkeliling untuk dakwah dijalan Allah. Sedangkan sisi negatifnya
Jama’ah Tabligh tidak menghormati masjid serta meanggapi hal-hal negatif secara
berlebihan. Jama’ah Tabligh tidak jelas aqidahnya, sehingga niatnya berdakwah ini baik
tapi mereka tidak berdakwah karena landasan mereka yang kurang, mereka tidak
mengikuti jalan yang telah ditempuh Rasulullah dan sahabatnya, juga para tabi’in. akan
tetapi mereka mengikutimetode shuffiyah yang bid’ah.
Golongan Salafi Wahabi berpegang dalam aqidah atau keyakinan dari Muhammad
Wahhab, golongan ini sering menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an dan sunnah Rasulullah
secara tekstual, karena itu mereka mudah membid’ahkan dan mengkafirkan orang lain.
Wahabi itu sampai pada ahlusunnah (pengikut sunnah) tetapi tidak wal jama’ah (pengikut
sahabat dan ulama penerusnya) Terlepas dari mereka mengkafirkan orang lain, sisi
positifnya adalah mereka semangat dalam menjaga kemurnian Islam, mereka berupaya
untuk memerangi apa yang mereka pandang sesat seperti berdoa kepada makam,
memuliakan ‘tempat suci’ dan ‘orang suci’.
Apapun aliran yang tersebar dilingkungan kita, semua tergantung kepada diri
sendiri. Apa yang kita anggap benar belum tentu benar dimata orang lain, begitu
sebaliknya. Cara beragama orang itu bermacam-macam tetapi jika itu sudah jelas sesat
kita wajib mengingatkan sesama muslim.

Fatimatuz Zuhroh (A92118100)

Mengenai jamaah tabligh, Jama’ah Tabligh mempunyai asas dan landasan yang
disebut dengan al-ushulus sittah (enam landasan pokok) yang salah satunya yaitu

7
Muhammad Ali Chozin, “Strategi Dakwah Salafi di Indonesia”, Jurnal Dakwah, Vol. XIV, No. 1, 2013,
Cirebon.
Da‘wah Ilāllah dan Khurŭj fi Sabilillah, yaitu menyeru manusia kepada Allah dan keluar
di jalan Allah. Khuruj (keluar) merupakan salah satu kaedah kerja dakwah yang dikenal
dalam lingkungan Jamaah Tabligh. Kaedah seperti ini tidak dikenal dalam dakwah
Rasulullah Shallaa Allaah ‘alayh wasallam dan para shahabat. Rasulullah tidak pernah
mengirim sembarangan orang untuk berdakwah terlebih bagi orang-orang yang ilmunya
masih kurang atau bahkan tidak memiliki ilmu. Karena tidak pernah terdengar Rasulullah
Shallaa Allaah ‘alayh wasallam mengutus orang Arab Badwi yang tinggal disekitar
Madinah sebagai duta dakwah beliau. Namun, Rasul mengutus Sahabat yang ilmu
agamanya sudah matang dan terkemuka, seperti halnya Ali bin Abi Thalib.

Sedangkan mengenai Salafy, kata salafi merujuk kepada perbuatan al-salaf al-
salih yang berpegang teguh pada kemurnian Al-Qur`an dan Sunnah. Salafy adalah orang-
orang yang menganut manhaj salaf. Namun, fakta menunjukkan sebutan itu kurang
sejalan dengan paham Salafi Jihadi yang sering kali menggunakan cara kekerasan bahkan
penumpahan darah atas nama jihad dalam penyebaran ideologinya. Mereka kaku dalam
pembacaan teks tanpa melihat asbab al-nuzul ayat-ayat yang mewajibkan jihad tersebut
atau tanpa melihat konteks masyarakat sekarang sehingga upaya kekerasan senantiasa
mewarnai dakwah mereka.

Islam seharusnya menjadi agama yang menyebarkan rahmatan lil alamin, tidak
ada paksaan di dalamnya, bukan menimbulkan mafsadah di muka bumi. Kaidah ushul
fiqh menyatakan bahwa menolak kerusakan harus didahulukan daripada mewujudkan
kesejahteraan (dar ’al-mafasid muqaddamun 'ala jalb al-masalih). Yang sejalan dengan
QS. Al-Qasash : 77

Mَ M‫ ْي‬Mَ‫ ل‬Mِ‫ إ‬Mُ ‫ هَّللا‬M‫ن‬Mَ M‫ َس‬M‫ح‬Mْ Mَ‫ أ‬M‫ ا‬M‫ َم‬M‫ َك‬M‫ن‬Mْ M‫س‬Mِ M‫ح‬Mْ Mَ‫ أ‬M‫و‬Mَ Mۖ M‫ ا‬Mَ‫ ي‬M‫ ْن‬M‫ ُّد‬M‫ل‬M‫ ا‬M‫ن‬Mَ M‫ ِم‬M‫ك‬
Mۖ M‫ك‬ َ Mَ‫ب‬M‫ ي‬M‫ص‬ِ Mَ‫ ن‬M‫س‬ Mَ M‫ ْن‬Mَ‫ اَل ت‬M‫ َو‬Mۖ Mَ‫ ة‬M‫ َر‬M‫خ‬Mِ ‫آْل‬M‫ ا‬M‫ َر‬M‫ ا‬M‫ َّد‬M‫ل‬M‫ ا‬Mُ ‫ هَّللا‬M‫ك‬
Mَ M‫ ا‬Mَ‫ت‬M‫ آ‬M‫ ا‬M‫ َم‬M‫ ي‬Mِ‫ ف‬M‫ ِغ‬Mَ‫ ت‬M‫ ْب‬M‫ ا‬M‫و‬Mَ
M‫ َن‬M‫ ي‬M‫ ِد‬M‫ ِس‬M‫ ْف‬M‫ ُم‬M‫ ْل‬M‫ ا‬M‫ب‬ ِ M‫ر‬Mْ Mَ ‫أْل‬M‫ ا‬M‫ ي‬Mِ‫ ف‬M‫ َد‬M‫ ا‬M‫ َس‬Mَ‫ ف‬M‫ ْل‬M‫ ا‬M‫ ِغ‬M‫ ْب‬Mَ‫ اَل ت‬M‫َو‬
Mُّ M‫ح‬Mِ Mُ‫ اَل ي‬Mَ ‫ هَّللا‬M‫ َّن‬Mِ‫ إ‬Mۖ M‫ض‬

“ Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu,
dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
Afifatul Faizah (A92218083)

Jama’ah Tabligh dapat menerima pihak lain, tergambar dalam Ikramul Muslimin
sehingga dapat mencegah terjadinya perpecahan dan konflik dengan pihak lain dan
sudara sesama muslim. Jama’ah Tabligh juga mempunyai semangat yang tinggi dalam
memyebarkan dakwah Islam, mereka bahkan mendatangi kerumunan, rumah-rumah
untuk berdakwah. Namun semangat dakwah ini akan sangat baik jika disertai dengan luas
dan dalamnya keilmuan sang pendakwah, nyatanya aqidah Jama’ah Tabligh sendiri
masih rancu bahkan kitab referensi utama mereka Tablighi Nishab atau Fadhail A’mal
Muhammad penuh dengan kesyirikan, bid’ah, dan khurafat. Jama’ahnya juga kurang
memahami dasar ilmu agama. Terlebih jama’ahnya dilarang untu memperluas keilmuan
mereka, padahal dalam Islam sendiri sangat dianjurkan untuk terus-menerus mencari
ilmu.

Sementara Salafi sendiri berrti orang yang mengaitkan dirinya dengan cara atau
ajaran-ajaran salaf. Menurut kaum Salafi, pemahaman dan praktik kaum muslim
terdahulu mengenai Islam sudah benar, namun kelamaan mulai luntur. Maka dari itu,
fokus gerakannya untuk mengajak umat Islam kembali pada dasar hukum agama Islam,
kini Salafi cenderung dikaitkan dengan pemurnian kembali segala ajaran dari yang
mengandung khurafat, bid’ah dan syirik.Salafi memahami teks-teks al-Qur’an dan Hadits
secara tekstual, hingga seringkali membid’ahkan berbagai hal. Padahal dalam
perkembangannya dakwah juga disebarkan melalui media sosial sehingga lebih menarik
minat para kaum muda bahkan mereka yang sudah berumur pun ikut tertarik. Terlepas
dari berbagai pemikiran dan golongan yang ada, seharusnya kita tidak menyalahkan
bahkan mengkafirkan mereka. Terlebih jika mereka mempunyai dasar-dasar ajaran yang
jelas, kecuali jika memang apa yang mereka lakukan terlalu menyimpang, pun jagan
bertindak eras terhadap mereka. Menganggap benar apa yang kita percayai, bukan berarti
harus menyalahkan apa yang orang lain percayai.

Anda mungkin juga menyukai