Anda di halaman 1dari 17

9:08 AM 12/9/2021

Jamaah Tabligh
Senin, 13 Juni 2011 | 06:01 WIB

H As'ad Said Ali

Jamaah Tabligh didirikan oleh syeikh Muhammad Ilyas bin Syeikh Muhammad Ismail,
bermazhab Hanafi, Dyupandi, al-Jisyti, Kandahlawi (1303-1364 H). Syeikh Ilyas dilahirkan di
Kandahlah sebuah desa di Saharnapur, India. Ilyas sebelumnya seorang pimpinan militer
Pakistan yang belajar ilmu agama, menuntut ilmu di desanya, kemudian pindah ke Delhi
sampai berhasil menyelesaikan pelajarannya di sekolah Dioband, kemudian diterima di
Jam’iyah Islamiyah fakultas syari’ah selesai tahun 1398 H. Sekolah Dioband ini merupakan
sekolah terbesar untuk pengikut Imam Hanafi di anak benua India yang didirikan pada tahun
1283H/1867M.

Di Indonesia, hanya membutuhkan waktu dua dekade, Jamaah Tabligh (JT) sudah
menggurita. Hampir tidak ada kota di Indonesia yang belum tersentuh oleh model dakwah
mereka. Tanda kebesaran dan keluasan pengaruhnya sudah ditunjukkan pada saat
mengadakan “pertemuan nasional” di Pesantren Al-Fatah Desa Temboro, Magetan, Jawa
Timur pada tahun 2004. Kenyataan ini sungguh di luar dugaan untuk sebuah organisasi yang
relatif baru dan tidak mempunyai akar di Indonesia.

Merebaknya JT sebenarnya hanyalah salah satu sekuen dari perkembangan serupa di banyak
negara. Kelompok ini sekarang sedang mewabah di seluruh dunia, dan menjadi ujung
tombak gerakan islamisasi di negara-negara atau daerah-daerah non-muslim. Mereka bisa
karena menawarkan format Islam yang lebih ramah, sederhana, sentuhan personal serta
tekanan pengayaan spritualitas personal. Format semacam ini bagaimanapun mengisi ruang
kosong yang ditinggakan oleh kapitalisme dan modernisme.

Meskipun demikian, JT tetap menimbulkan kontroversi. Sebagian kalangan menuduh


kelompok ini adalah bagian dari jaringan Islam garis keras. Namun, sebagian lainnya, justru
berpendapat berbeda. JT dianggap semata-mata komunitas dakwah yang bersifat apolitis.
Adanya perbedaaan pandangan yang sangat tersebut menunjukkan komunitasnya ini
sesungguhnya belum banyak dieksplorasi sehingga tidak mudah dipahami. Hal ini
sebenarnya wajar, mengingat komunitas ini relatif kurang terbuka kepada publik.

Pemikiran Dasar

Dalam gerakan Islam kontemporer, Jamaah Tabligh adalah gerakan dakwah yang
mempunyai pengikut yang terbesar, pengikutnya hampir ada di setiap negara baik yang
dihuni oleh mayoritas muslim maupun non Muslim. Banyaknya pengikut Jamaah Tabligh di
berbagai negara tidak terlepas dari pemikiran yang ditawarkan Jamaah Tabligh kepada
pengikutnya. Ada dua prinsip yang sangat fundamental bagi Jamaah Tabligh yaitu tidak
melibatkan diri dalam politik praktis dan tidak membahas masalah keagamaan yang
bersifat khilafiyah.

Pemikiran Jamaah Tabligh lebih jauh bisa dikatakan bertolak belakang secara diametral
dengan gerakan dakwah Islam lainnya. Sedikitnya ada empat prinsip dalam Jamaah Tabligh
yang paradoks dengan gerakan dakwah Islam lain;

Pertama, menurut Jamaah Tabligh, pada saat ini pintu ijtihad sudah ditutup. Sebab menurut
Jamaah Tabligh, syarat-syarat ijtihad yang dikemukakan ulama salaf sudah tidak ada lagi di
kalangan ulama saat ini. Karena itu, ada keharusan bagi kaum muslimin untuk bertaklid.
Pemikiran sangat bertentangan dengan pemikiran Muhammad Abduh, pemikir muslim dari
Mesir, yang membuka pintu ijtihad seluas-luasnya agar kaum muslimin dapat maju.

Kedua, pendekatan dakwah dan ibadah yang digunakan adalah dengan cara tasawuf, tidak
dengan politik, sosial, budaya ataupun perlawanan bersenjata. Sebab Jamaah Tabligh sangat
meyakini bahwa tasawuf adalah cara untuk mewujudkan hubungan dengan Allah dan
memperoleh kelezatan iman. Mengutamakan ibadah mahdhoh, sebagaimana tasawuf,
banyak ditentang oleh gerakan Islam lainnya terutama oleh gerakan Wahabi, Hizbut Tahrir,
Ikhwanul Muslimin dll.

Ketiga, Jamaah Tabligh tidak memandang perlu nahi munkar, dengan alasan bahwa fase
sekarang menurut Jamaah Tabligh adalah fase mewujudkan iklim yang kondusif bagi
masuknya kaum muslimin ke dalam Jamaah mereka. Dengan prinsip ini, kehadiran Jamaah
Tabligh di berbagai tempat nyaris tak mendapat resistensi. Prinsip ini banyak mendapat kritik
dari berbagai kalangan pemikir Islam, sebab dengan demikian (tanpa nahi munkar) Islam
seperti agama Hindu, hanya menyeru kebaikan, tanpa mau mencegah kemunkaran.

Keempat, Jamaah Tabligh memisahkan antara agama dan politik. Setiap anggota tidak
berhak mengkaji politik atau terjun ke dalam urusan yang berhubungan dengan
pemerintahan. Sebab menurut Jamaah Tabligh politik praktis hanya akan membawa kepada
perpecahan.

Konsep Khuruj

Salah satu ciri khas gerakan Jamaah Tabligh adalah adanya konsep khuruj (keluar untuk
berdakwah). Dalam konsepsi Jamaah Tabligh, seseorang akan dianggap sebagai pengikut
Jamaah Tabligh, jika sudah turut serta dalam khuruj. Sebab khuruj bagi Jamaah Tabligh
merupakan sebuah kewajiban.

Konsep khuruj yang dibangun Jamaah Tabligh berdasarkan landasan teologis pimpinan
Jamaah Tabligh. Landasan hukum khuruj bagi jamaah tabligh berdasarkan ayat-ayat al-
Qur’an (Al-Imran : 104 dan Al-Imran :110).
Begitu juga dengan hadist, khuruj didasarkan pada satu hadits Nabi yang berbunyi "Apabila
ummatku di akhir zaman mengorbankan 1/10 waktunya di jalan Allah, akan
diselamatkan." Maka setiap hari mereka juga harus menyisakan 2,5 jam waktu mereka
untuk berdakwah. Yang lebih menekankan kepada aspek pembinaan suluk/akhlak, ibadah-
ibadah tertentu seperti dzikir, zuhud, dan sabar.

Penafsiran akan arti khuruj yang dimaksud oleh ayat di atas, berdasarkan mimpi pendiri
Jama’ah Tabligh ini, yakni Maulana Ilyas Al-Kandahlawi, yang bermimpi tentang tafsir Al-
Qur’an Surat Ali Imran 110 yang berbunyi : “Kuntum khoiru ummatin ukhrijat linnasi …”
menurutnya kata ukhrijat dengan makna keluar untuk mengadakan perjalanan (siyahah).

Konsep khuruj dalam aplikasinya terdiri dari tiga tahap;

• 3 hari dalam sebulan


• 40 hari dalam setahun
• 4 bulan sekali dalam hidup

Dalam khuruj yang dilakukan, tempat dan target dakwah sudah ditentukan. Biasanya mereka
yang khuruj berkelompok terdiri dari 5-10 orang. Mereka biasanya diseleksi oleh anggota
syura Jamaah Tabligh siapa saja yang layak untuk khuruj. Mereka yang khuruj dikirim ke
berbagai kampung yang telah ditentukan. Di kampung tempat berdakwah, para Jamaah
Tabligh ini, menjadikan masjid sebagai base camp. Kemudian mereka berpencar ke rumah-
rumah penduduk untuk mengajak masyarakat lokal untuk menghadiri pertemuan di masjid
dan mereka akan menyampaikan pesan-pesan keagamaan.

Konteks Politik

Apabila mencermati ajaran dan metode dakwahnya, JT memang tetap setia dengan
pendekatan non-politik. Pendekatan ini telah sukses menarik kalangan non-muslim maupun
muslim yang kurang taat untuk menjaid muslim shaleh.

Namun, JT sesungguhnya tidak pernah menarik garis tegas dengan gerakan-gerakan Islam
radikal. Oleh karena itu, politisasi JT selalu terjadi. Hal ini ditunjang oleh metode pembinaan
pasca tabligh yang lemah, menjadikan massa penganut JT mudah dimanfaatkan oleh
kelompok-kelompok Islam lainnya.

Inilah yang terjadi di Pakistan. Konstituen JT yang meluas pada akhirnya dimanfaatkan oleh
beragam kekuatan. Presiden Pakistan, Mohammad Rafique Tarar dan Perdana Menteri
Pakistan, Nawaz Sharif, adalah tokoh penting yang pernah memfasilitasi perkembangan JT di
Pakistan. Sayangnya, JT juga pernah terlibat usaha kudeta militer di Pakistan pada tahun
1995. Di samping itu, beberapa anggotanya juga terlibat dalam organisasi Harakat ul-
Mujahideen, sebuah kelompok Islam garis keras di Pakistan.

Sekarang ini bahkan diyakini bahwa sebagian besar pendukung Taliban di Afganistan, juga
merupakan konstituen JT.
Jaringan Jamaah Tabligh

Pengikut Jamaah Tabligh tersebar di lima benua terdiri dari 215 negara. Adapun pusat
Jamaah Tabligh berada di perkampungan Nidzammudin, Delhi, India. Mereka memiliki
masjid sebagai pusat tabligh yang dikelilingi oleh 4 kuburan wali. Dari Niszamudin inilah
gerakan Jamaah Tabligh dikendalikan.

Meski pusat gerakan di India, namun negara lainnya seperti Banglades dan Pakistan tidak
kurang pentingnya dalam gerakan Jamaah Tabligh. Sehingga poros India-Pakistan-
Bangladesh, menjadi semacam base camp bagi para aktivis jamaah tabligh. Setiap orang
disarankan meluangkan empat bulan khuruj-nya ke tiga negara di Asia Selatan tersebut.
Sebab ketiga negara tersebut, India-Pakistan-Bangladesh bisa diibaratkan sebagai centre of
excellence sebagaimana Universitas Al-Azhar, Madinah, Harvard, Oxford, atau MIT bagi ilmu-
ilmu.

Pentingnya ketiga tempat ini, terlihat dari antusiasnya anggota jamaah Tabligh dalam
menghadiri acara ijtima’ yang diadakan setiap tahun. Pada tahun 1998 telah diadakan
konferensi internasional tahunan di Raiwind dekat Lahore dan di Tongi dekat Dhaka,
Banglades, yang telah dihadiri lebih dari satu juta kaum muslimin dari 94 negara. Konferensi
internasional Jamaah Tabligh tahunan ini merupakan berkumpulnya umat Islam terbesar
kedua setelah haji di Mekkah, 'the second biggest muslims gathering after hajj'.

Konferensi internasional tahunan jamaah tabligh ini juga diadakan di Amerika Utara dan
Eropa. Konferensi tersebut bisa mendatangkan 10.000 muslim, dari seluruh negara-negara di
Amerika Utara dan Eropa, mungkin salah satu perkumpulan terbesar muslim di Barat.

Untuk mengadakan acara Internasional tersebut atau ijtima’ dana didapatkan dari para
donatur jamaah tabligh. Para donatur tersebut pada umumnya adalah para pedagang yang
juga anggota jamaah tabligh. Para donatur menyumbang seikhlasnya, namun karena pada
umumnya para donatur adalah wiraswastawan, maka kebutuhan untuk ijtima’ selalu
tertutupi.

Dalam menjalankan organisasi jamaah tabligh, mempunyai beberapa kantor perwakilan yang
menjadi koordinator dakwah disetiap wilayah. Seperti disebutkan di atas kantor utama
Jamaah Tabligh, yang dikenal dengan nama Markaz di Nizamudin, New Delhi, India. Kantor
utama di Eropa adalah di Dewsbury, Inggris. Asia Timur berpusat di Jakarta, Indonesia. Untuk
Afrika berpusat di Derbun, Afrika Selatan.

Meski tersebar di berbagai negara dan memiliki anggota ratusan ribu, namun jamaah tabligh
secara administratif tidak mencatat setiap anggotanya. Keanggotaan lebih ditentukan
melalui ikatan emosional. Keanggotaan terkontrol bila ada acara-acara ritual mingguan,
bulanan atau ketika khuruj. Demikian juga dengan struktur organisasi, nyaris dibilang tak
mempunyai struktur, yang ada hanya amir dan para pembantunya yang tidak terstruktur.
Jamaah Tabligh di Indonesia

Jamaah Tabligh di Indonesia meski tak sepopuler organisasi masyarakat seperti


Muhammadiyah atau NU, namun Jamaah Tabligh terbilang mempunyai anggota yang cukup
banyak. Anggota Jamaah Tabligh di Indonesia sangat bervariasi, mulai dari artis sampai
dengan tentara, kalangan profesional dll. Pusat markaz jamaah tabligh di Indonesia berada di
Jakarta, khususnya di masjid Masjid Kebon Jeruk di Jl Hayam Wuruk, Jakarta Kota.

Di masjid yang sudah berusia lebih dua abad ini, kita akan menjumpai ratusan jamaah yang
hampir seluruhnya berjenggot. Mereka juga menggunakan surban, pakaian takwa dan peci
putih, yang biasa dipakai umat Islam di Indonesia. Tapi kita juga akan mendapati jamaah
yang memakai surban dengan baju panjang sampai lutut, untaian tasbih atau tongkat di
tangan, janggut berjenggot, dahi hitam, dan aroma minyak cendana, khas jamaah dari Asia
Timur.

Pada acara ijtima’ internasional rombongan jamaah tabligh dari Indonesiapun turut hadir.
Rombongan dari Indonesia datang berasal dari berbagai profesi, antara lain pimpinan
pondok pesantren, pengusaha muda, eksekutif muda, artis, pedagang kaki lima, pegawai
negeri, dan bupati. Artis Gito Rollies adalah salah seorang di antaranya. Acara ijtima’ untuk
skala Indonesia juga pernah dilakukan di Medan, Lampung, dan Jakarta.

Acara ijtima’ jamaah tabligh untuk skala Asia Tenggara, baru-baru ini (2004) dilakukan di di
Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Fatah Desa Temboro, Kecamatan Keras, Magetan. Acara yang
dihadiri oleh sekitar 20.000 anggota Jamaah Tabligh -- ini terbilang istimewa, sebab calon
wakil presiden Yusuf Kalla turut hadir dalam acara pembukaan tersebut. Acara ijtima’ ini
merupakan awal dari acara khuruj yang menjadi program Jamaah Tabligh.

Sebanyak 20.000 anggota Jamaah Tabligh siap khuruj ke berbagai pelosok di Indonesia.
Anggota jamaah sebanyak 20.000 orang – yang juga dihadiri, dari negera-negara ASEAN,
Saudi Arabia, Pakistan, India dan beberapa negara muslim lainnya -- tersebut akan dipecah
dalam rombongan, masing-masing rombongan terdiri atas 7 hingga 12 orang. Tempat yang
akan dikunjungi Papua, Maluku, Sulawesi, Kalimantan dan Sumatera. Mereka semua dibekali
dengan surat jalan dan identitas diri. Kemudian setelah tiba di tempat yang dituju, mereka
harus melapor ke pihak keamanan.

Jumlah Anggota

Jumlah anggota Jamaah Tabligh dibagi pada tiga kategori.

Pertama, anggota aktif, yang dimaksud dengan anggota aktif, adalah mereka yang selalu
berdakwah (membaca Riyadhus Shalihin atau kitab yang dijadikan referensi oleh Jamaah
Tabligh, setelah shalat dhuhur atau Asar di berbagai masjid) dan juga pada umumnya
anggota aktif selalu memakai pakaian yang dianggap sunnah seperti pakaian putih dengan
sorban dan berjenggot dan juga selalu rutin menghadiri pengajian mingguan setiap Jum’at
malam. Jumlah anggota aktif ini tidak terlalu banyak ada sekitar 7.500 orang diseluruh
Indonesia. Jumlah anggota aktif ini juga terkait dengan pekerjaan, pada umumnya anggota
aktif adalah para pedagang atau wiraswastawan.

Kategori kedua adalah anggota yang setengah aktif, mereka adalah anggota Jamaah Tabligh
yang kadang-kadang mau berdakwah (membaca Riyadhus Shalihin atau kitab yang dijadikan
referensi oleh Jamaah Tabligh, setelah shalat dhuhur atau Asar di berbagai masjid), mereka
juga kadang-kadang memakai pakaian putih dan sorban dan juga kadang-kadang
mengahadiri pengajian Jum’at malam. Jumlah anggota kategori kedua ada sekitar 10.000
orang di seluruh Indonesia. Anggota kategori kedua, pada umumnya menjadi pegawai,
sehingga mempunyai waktu yang terbatas.

Kategori ketiga, anggota tidak aktif atau masih pada tahap belajar. Karakter anggota ini,
tidak pernah mau berdakwah kecuali kalau diajak oleh anggota aktif. Pada umumnya belum
begitu paham dasar-dasar Islam. Tidak pernah berpakaian putih (gamis) dan bersorban dan
pada umumnya malu kalau menyatakan diri sebagai anggota Jamaah Tabligh. Keterkaitannya
dengan Jamaah Tabligh jika diajak khuruj dan mempunyai waktu mereka pada umumnya ikut
serta khuruj. Kategori ketiga tidak mempunyai kaitan dengan status pekerjaan. Jumlah
anggota non aktif ini sekitar 15.000 orang.

* Wakil ketua umum PBNU


Jamaah Tabligh: ‘Salafi’ van India

Kamis, 7 November 2019 | 01:30 WIB

Oleh M. Kholid Syeirazi

Kata ‘salafi’ sengaja dikasih tanda petik. Jamaah Tabligh (JT) meyakini keutamaan nilai-nilai
salaf, terungkap dalam penampilan fisiknya laiknya kaum salafi: berjenggot, bercelana dan
berjubah di atas mata kaki, berserban yang dililit di kepala, wanita-wanitanya bercadar.
Mereka gemar makan dalam satu nampan.Namun, oleh kaum salafi-Wahabi, JT tidak diakui
ber-manhaj salaf, karena itu dikeluarkan dari kelompok salafi.

Apakah JT radikal? Kalau definisi radikal adalah takfiri, mereka tidak! Kalau definisi radikal
adalah mengancam negara dengan agenda politik Islam, mereka tidak! Kalau definisi radikal
adalah puritan dengan agenda memerangi bid’ah, mereka tidak. Dari semua definisi, JT sama
sekali tidak radikal. Tidak semua yang berjenggot, bercadar, dan bercelana cingkrang adalah
radikal. JT buktinya!

Meski tampil laiknya kaum salafi, salafi-Wahabi menuding JT sesat dan ahlul bid’ah karena
mengamalkan tarekat. Ada empat aliran tarekat yang diakui dan diajarkan di JT yaitu Jistiyah,
Qadiriyah, Sahrawardiyah, dan Naqsabandiyah. Di Indonesia, Qadiriyah-Naqsabandiyah
adalah aliran tarekat paling populer di kalangan NU. Dari segi penampilan, JT mirip dengan
salafi-Wahabi. Namun, dari segi amaliah, mereka lebih dekat dengan NU. Ajarannya
dibangun di atas ushūl al-sittah (enam pilar), pilar keenamnya adalah khurūj. Khurūj jadi ciri
khas JT. Mereka keluar rumah untuk berdakwah, keliling dari satu kampung ke kampung,
dari satu negara ke negara lain. Markasnya masjid. Setiap anggota JT wajib khurūj 3 hari
dalam sebulan, 40 hari dalam setahun, dan 4 bulan sekali sepanjang hidup. Ciri khas ini
membuat JT disebut sebagai kelompok jaulah (dakwah keliling).

JT didirikan oleh Syekh Muhammad Ilyas Al-Kandahlawi (1887-1948) pada 1923. Beliau dari
Kandahlah, sebuah desa di Uttar Pradesh, India. Markas JT di Nizamuddin, New Delhi.
Selepasnya, kepemimpin diteruskan putranya, Syekh Muhammad Yusuf Al-Kandahlawi
(1917-1965) sebagai Amir/Hadratji kedua. Amir/Hadratji ketiga adalah Syekh In’amul Hasan
(1918-1995), menantu Syekh Muhammad Zakariya Al-Kandahlawi, keponakan Syekh Ilyas.
Ketika mulai uzur, Syekh In’amul membentuk Syura dengan anggota 10 orang: lima dari
India, empat dari Pakistan, satu dari Bangladesh. Sepeninggal Syekh In’amul, Syura gagal
menunjuk satu Amir. Kepemimpinan diputuskan berlaku sistem kolegial dengan 3 Faisalat
yaitu Syekh Izharul Hasan, Syekh Zubairul Hasan, dan Syekh Saad plus Umar Palanpuri dan
Miyaji Mehrab.Syekh Izharul dan Syekh Zubairul adalah putra Syekh In’amul. Sementara
Syekh Saad adalah cucu Syekh Yusuf, berarti cicit pendiri JT.

Pada 23 Agustus 2015, Syekh Saad, secara sepihak, dianggap mengangkat dirinya sebagai
Amir/Hadratji. Ini ditabalkan kembali pada Ijtimak Bophal November 2015. JT terbelah. Klaim
ini dianggap cacat. Mereka yang protes, dipimpin H. Abdul Wahab dari Pakistan,
membaharui Syura Alami dengan 11 orang dan menyatakan firaq (berpisah) dari
Nizamuddin. Insiden fisik terjadi. Kelompok kontra Saad dipersekusi.

Konflik juga meluas ke Indonesia. Syura Indonesia, yang semula berjumlah 13 orang,
terpecah dalam dua kubu: kubu Cecep Firadaus bermarkas di Masjid Jami’ Kebon Jeruk dan
Kubu Muslihuddin Jafar bermarkas di Masjid Al-Muttaqien, Ancol. Kubu pertama pendukung
Syekh Saad.Kubu kedua pendukung Syura Alami. Kubu pertama didukung oleh PP Al-Fattah,
Temboro, Karas, Magetan. Ini pondok pesantren JT terbesar dengan santri mencapai 18.000
orang. Pengasuhnya Kiai Uzairon Thoifur, salah seorang ahli Syura JT Indonesia. Penerusnya
adiknya, Kiai Ubaidillah Ahror. Kubu kedua didukung PP Darul Mukhlasin Payaman Magelang
dan PP Sirajul Mukhlasin, Krincing, Secang Magelang. Pengasuhnya Kiai Mukhlisun, salah
seorang ahli Syura JT.

JT bisa diterima dan merekrut banyak kalangan dari berbagai lapisan karena non-politik dan
menghindari khilâfiyah. Politik dan pemerintahan tabu dibicarakan. Berbeda dengan salafi-
Wahabi, JT tidak pernah masuk ke ranah isu bid’ah. Fokus mereka adalah dakwah, dengan
penekanan pada fadhâilul a’mal. Ini kebaikan sekaligus kerentanan. Karena minim wawasan
kebangsaan, posisi JT tidak jelas dalam konteks relasi agama dan negara. JT tidak punya
agenda mendirikan Negara Islam atau Khilafah Islamiyah. Itu sama sekali bukan fokusnya.
Tetapi, JT juga tidak punya konsep tentang nasionalisme dan cinta tanah air. Seandainya
Indonesia atau negara lain tempat JT berada terancam, JT mungkin memilih masuk gua atau
i’tikaf di masjid. Mereka pilih menyelamatkan imannya, tanpa peduli keadaan negaranya.

JT punya konsep transnasionalisme Islam, tetapi bukan dalam konteks politik, melainkan
dakwah. Seluruh bumi Allah adalah medan dakwah. Mereka khurūj hingga ke mancanegara,
dengan bekal pribadi, demi dakwah. Pengikutnya dari kalangan artis hingga profesional. Gito
Rollies, Sakti Sheila on 7, Derry Sulaiman Betrayer, Yukie Pas Band, dan Reza Noah adalah
deretan artis pengikut JT. Anak-anakanya Pak Wiranto, termasuk yang meninggal di Afrika
Selatan, Zainal Nurrizki, adalah pengikut JT. JT juga masuk ke jajaran perwira Polri. Mantan
Kadiv Humas Polri, Komjen Pol (Purn) Anton Bachrul Alam, kini adalah seorang karkun,
pegiat dakwah JT.

JT bukan kelompok radikal apalagi teroris. Jenggot, cadar, dan celana cingkrangnya
bukan ancaman vertikal bagi negara. Dalam dakwah, JT dilarang membanding-
bandingkan (taqabul), merendahkan (tanqish), mengkritik (tanqid), dan menolak
(tardid) kelompok Islam lain. Karena itu, JT tidak terlalu menimbulkan gesekan
horizontal.

Meski politik tabu dibicarakan, sejak klaim kepemimpinan Syekh Saad yang bermasalah, JT
terlibat dalam intrik politik internal yang rumit. Persekusi dan intimidasi terjadi di antara dua
kubu. Syekh Saad sendiri adalah figur kontroversial, dengan ‘bayan’ (statemen) yang
seringkali menimbulkan polemik. JT Indonesia belakangan juga terpapar politik. Dalam
kontestasi Pilpres tempo hari yang keras, PP Al-Fattah Temboro, pendukung markas
Nizamuddin yang dikuasai Syekh Saad, menerima Prabowo dan tokoh-tokoh pendukung 02.
Artinya, JT yang non-politik rentan terseret ke dalam arus politik atas nama Islam. Dalam
konteks ke-Indonesiaan, meski JT bukan ancaman, kekurangannya yang menonjol adalah
minimnya wawasan kebangsaan. Seandainya JT menambahkan konsep kebangsaan, dia akan
menjadi gerakan Islam yang aktif, bukan sekadar pasif, dalam menopang pilar-pilar NKRI
yaitu Pancasila, UUD 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika.

Penulis adalah Sekretaris Umum PP ISNU.


Misionaris yang disalahpahami - kisah Jamaah Tabligh

SAAD HASAN - 27 JUN 2020

Dari awal yang sederhana Jamaah Tabligh telah menjadi gerakan misionaris Islam terbesar,
akhir-akhir ini menarik perhatian untuk semua alasan yang salah.

Seorang Tabligh sedang dalam misi. Dia ingin Anda menjadi seorang Muslim yang baik. Jika
Anda pernah menemukan satu, hal pertama yang dia katakan adalah ini: "Kakak, ayo kita
sholat di masjid." Kemudian dia akan menyampaikan khotbah tentang keutamaan hidup
sederhana dan pentingnya iman. Anda akan frustrasi tetapi dia akan bertahan dan ketika
Anda berpikir percakapan itu akhirnya berakhir, dia akan mengatakan ini: "Saudaraku,
apakah kita akan pergi ke masjid?"

Jamaah Tabligh (TJ) adalah sebuah gerakan yang berfokus pada dakwah. Tapi yang
membedakan mereka adalah jika Anda seorang Hindu atau Kristen atau Yahudi atau
penganut agama lain, kemungkinan besar Tabligh tidak akan mengganggu Anda. Upayanya
difokuskan pada sesama Muslim, yang telah terganggu oleh urusan duniawi.

Dimulai oleh Maulana Muhammad Ilyas pada tahun 1926 di sekitar wilayah India Mewat,
telah menyebar ke lebih dari seratus negara dan sekarang menjadi gerakan misionaris
Muslim terbesar. Para ahli mengatakan kepada TRT World bahwa ia memiliki jutaan anggota
dengan beberapa perkiraan mencapai hingga 80 juta.

“Saya belum pernah bertemu seorang Muslim pun dari Asia Selatan yang tidak memiliki
pengalaman langsung tentang Tabligh,” kata Barbara Metcalf, profesor emeritus sejarah di
University of California.

“Mereka mengatakan para Tabligh mengganggu saya, mereka datang ke pintu, yang mereka
ingin Anda lakukan hanyalah datang mengucapkan doa Anda. Beberapa waktu dalam hidup
mereka, mereka telah menemukan gerakan itu. Beberapa orang mengatakan Tabligh seperti
kaset rusak.”

Media, polisi, dan politisi biasanya tidak ambil pusing dengan kegiatan TJ. Lagi pula, TJ
memiliki agenda apolitis — jika kita mendefinisikan 'politik' sebagai mengambil bagian dalam
proses demokrasi atau beroperasi sebagai entitas politik — tidak ada niat untuk
memaksakan Syariah atau mendirikan negara Islam. Yang diinginkannya adalah agar umat
Islam menjadi Muslim yang lebih baik.

“Mereka umumnya membayangkan hari ini sebagai waktu (seperti bagi umat Islam awal) di
Mekah. Artinya, jumlah mereka hanya sedikit dan ini bukan momen Madinah, ketika umat
Islam memiliki kekuatan dan otoritas,” kata Metcalf kepada TRT World.

Dia mengacu pada awal abad ke-7 ketika Nabi Muhammad dan beberapa pengikutnya
melarikan diri ke kota Madinah di Arab untuk menghindari penganiayaan.
“Bagi Tabligh, tidak masalah ada negara Muslim atau penguasa Muslim. Ini hanya detail.
Dalam hal Muslim sejati, dunia ini sebenarnya adalah Mekah karena hanya ada sedikit
Muslim sejati.”

Dalam beberapa bulan terakhir, kegiatan dan anggota TJ mendapat sorotan di Pakistan,
India, Malaysia, dan negara-negara lain. Mereka menghadapi tuduhan berkumpul dalam
jemaat besar meskipun ada peringatan bahwa hal itu dapat menyebabkan penularan massal
infeksi virus corona.

Sejauh ini pukulan balik terbesar datang di India di mana lebih dari 2.400 aktivis TJ, termasuk
orang asing, menghadapi dakwaan karena melanggar perintah penguncian resmi.

Di media sosial, umat Hindu sayap kanan menuduh anggota TJ melakukan "Jihad Corona"
dengan sengaja mencoba menyebarkan virus.

Bagi para cendekiawan yang telah mempelajari gerakan ini dengan cermat, reaksi seperti itu
di India bukanlah hal yang mengejutkan. Di bawah pemerintahan nasionalis Hindu dari Partai
Bharatiya Janata Party (BJP), umat Islam menjadi pihak yang menerima.

Pertemuan TJ di markas internasionalnya di Nizamuddin, New Delhi, berlangsung pada awal


Maret. Penguncian itu diberlakukan kemudian dan pelanggaran oleh festival keagamaan
Hindu yang dihadiri oleh ribuan orang dengan mudah diabaikan oleh media lokal.

Dan salah satu alasan Maulana Ilyas memulai gerakan tersebut adalah untuk melawan
pengaruh Hindu terhadap umat Islam

Muslim, atas nama


India yang tidak terbagi masih menjadi koloni Inggris ketika TJ muncul pada tahun 1920-an.
Itu adalah masa ketika beberapa misionaris Hindu, tetapi kuat, mencoba untuk mengubah
Muslim menjadi Hindu.

“Salah satu pendorong sejarah penting bagi munculnya Jamaah Tabligh adalah gerakan
dakwah Hindu, yang disebut Arya Samaj atau Shuddhi, yang seperti batang pemurnian Arya
Samaj,” kata Dr Riyaz Timol, dari Cardiff University's Center for the Kajian Islam.

Banyak upaya awal TJ difokuskan di wilayah Mewat, yang tersebar di antara negara bagian
Haryana, Rajasthan, dan Uttar Pradesh di India. Meos atau penduduk Mewat adalah Muslim
hanya dalam nama, dan dalam beberapa kasus, bahkan tidak.

Selama berabad-abad, Muslim Meo mengadopsi beberapa ritual Hindi, misalnya,


mengelilingi api unggun selama pernikahan menjadi praktik umum.

Sebagai perwira kolonial Inggris, Mayor Powlet, mencatat pada saat itu:
“The Meos sekarang semua Musalman dalam nama; tetapi dewa desa mereka sama dengan
dewa-dewa Hindu... Mengenai agama mereka sendiri, Meos sangat bodoh. Hanya sedikit
yang mengetahui Kalimah dan lebih sedikit lagi yang mengetahui shalat-shalat yang teratur.”

(Kutipan dari buku Zacharias Pieri The Tablighi Jamaat and the Quest for the London Mega
Mosque)

Arya Samaj berpendapat bahwa Muslim India pada mulanya adalah Hindu dan karenanya
mereka harus kembali ke agama asalnya. Fakta bahwa Meos setengah Hindu dan setengah
Muslim membuat mereka menjadi sasaran empuk, kata Timol, yang menulis buku tentang
TJ.

Awal abad ke-20 juga merupakan saat ketika ukuran penting bagi kelompok agama, dalam
berurusan dengan penguasa kolonial.

“Ada reformasi konstitusional besar setelah Perang Dunia Pertama. Jumlah populasi
menentukan berapa banyak kursi yang Anda dapatkan di legislatif. Politik massa dikaitkan
dengan angka dan ada segmen tertentu yang tampak matang untuk gerakan dakwah Hindu,”
kata Metcalf.

India hari ini tidak berbeda. Muslim Meo dilecehkan oleh penjaga sapi — bagi umat Hindu,
sapi itu suci — dan dipukuli karena menggunakan daging sapi dalam makanan mereka.

Di India akhir-akhir ini, “alasan apa pun untuk menyerang Muslim dikembangkan pada
tingkat tertinggi,” kata Metcalf.

Tapi jika sejarah adalah panduan maka TJ tidak mungkin dihalangi.

Tidak bisa membaca? Tidak masalah. Selamat datang di TJ

Beberapa tahun yang lalu, ketika Dr Bulbul Ashraf Siddiqi memutuskan untuk tinggal
bersama anggota TJ selama beberapa minggu di Bangladesh untuk meneliti tesisnya,
ayahnya memberinya nasihat serius.

“Hati-hati dengan bagaimana Anda menafsirkan Islam,” katanya. Tidak ada yang aneh
dengan peringatan itu. Selama beberapa generasi, umat Islam mengandalkan orang-orang
terpelajar, Ulama, untuk mencari bimbingan tentang agama.

Di sisi lain, TJ terbuka untuk semua orang. Ini mengundang ke dalam lipatannya seorang
arsitek, ahli sedot lemak, dan seorang insinyur dengan sepenuh hati seperti halnya seorang
pekerja harian yang buta huruf. Tapi ini bukan Hotel California, Anda bisa pergi kapan pun
Anda mau.
“Untuk Jamaah Tabligh, ini semua tentang belajar sambil melakukan. Jadi tidak perlu
menjadi Aalim, tidak perlu menjadi Allama, tidak perlu menjadi ulama, menghadiri jamaah
Tabligh atau berdakwah seperti mereka,” Siddiqi yang kini mengajar di Utara Selatan
Universitas di Dhaka, memberitahu TRT World.

Begitulah cara Ilyas memahami gerakan itu — itu semua masalah pengabdian para
anggotanya. Yang paling penting adalah waktu dan uang. Reformasi agama internal
seseorang memiliki keunggulan atas kebangkitan intelektual apa pun. Itu sebabnya dia
memilih orang-orang dari latar belakang sederhana untuk melakukan tur pengabaran.

Berjalan di jalan Allah sangat penting bagi seorang Tabligh. Kadang-kadang selama beberapa
jam di lingkungan setempat, atau empat puluh hari atau bulan. Anggota biasa menghabiskan
waktu hingga empat bulan dalam setahun untuk pergi dari desa ke desa dan bepergian ke
negara lain.

Tapi apa yang memotivasi pria muda dan tua untuk menghabiskan begitu banyak waktu
dengan TJ?

“Saya telah melihat orang berubah. Ada preman lokal, dia bergabung dengan TJ dan dia
menjadi orang yang berbeda. Sekarang dia datang dan mengkhotbahkan saya. Aku tahu dia
adalah seorang pencuri. Tapi melihatnya sekarang seperti ini menyenangkan saya,” kata Dr
Siddiqi.

TJ sederhana. Ilyas ingin Tabligh mewujudkan enam poin penting, yang mencakup hal-hal
seperti shalat, menghormati sesama Muslim dan menghabiskan waktu di jalan Allah.

Saya meminta Metcalf untuk menjelaskan tentang TJ yang menarik begitu banyak orang.

"Jadi apa daya tariknya? Saya tidak tahu. Tapi itu efektif bagi banyak orang dan jelas
memuaskan mereka."

Dia adalah salah satu cendekiawan terkemuka tentang gerakan Muslim di anak benua India
dan merupakan otoritas di Deobandis, aliran pemikiran Sunni di mana TJ berakar. Hampir
setiap buku dan artikel penelitian tentang TJ mengutip karyanya sebelumnya tentang
gerakan tersebut.

"Di Pakistan, saya mengenal orang-orang yang sudah pensiun dan yang menghabiskan
banyak waktu dengan Jamaah Tabligh. Mereka akan mengatakan 'ini adalah hidup sehat,
makanan sederhana, kami berjalan dari desa ke desa, kami berolahraga, Anda tahu aktivitas
yang hebat. untuk membuat kita sibuk di masa pensiun'.

"Sekarang, orang yang sangat saleh tidak akan mengatakannya seperti itu. Tapi itu hanya
satu sudut pandang."
TJ mudah untuk bergabung. Tidak ada kartu anggota, tidak ada pendaftaran, meskipun
sekarang di beberapa tempat para pemimpin lokal atau ameer terkadang mencari referensi
singkat untuk memeriksa latar belakang.

Sementara TJ didominasi oleh gerakan yang digerakkan oleh laki-laki, perempuan juga
memainkan peran kunci. Mereka mungkin tidak melakukan tur khotbah di luar ruangan,
tetapi di dalam rumah dan lingkungan Muslim mereka berkumpul dan menyebarkan pesan.

Ketika seseorang bergabung dengan TJ, dia pasti berubah; baik secara internal maupun
secara kasat mata. Pria menumbuhkan janggut, mereka cenderung lebih memilih pakaian
tradisional daripada pakaian barat, terkadang Anda mungkin melihat siwak menonjol dari
saku mereka.

Abdul Qadir, 27, dari Kohat, Pakistan, adalah salah satunya. Pekerjaan sehari-harinya adalah
di departemen kepolisian setempat tetapi dia juga mengaku sebagai pengkhotbah TJ penuh
waktu.

“Saya bukan seorang Muslim yang baik. Saya tidak akan berdoa, mencukur jenggot, dan
membuang waktu menonton film,” katanya. Itu semua berubah pada tahun 2010 ketika dia
melakukan tur TJ selama empat bulan. Dia telah melakukan misi khotbah seperti itu sejak
saat itu.

Beberapa tahun dihabiskan dengan gerakan, menumbuhkan keyakinan dan perilaku yang
aneh. Seorang Tabligh jarang kehilangan kesabaran, dia tidak akan menentang Anda secara
langsung, dan terus membawa percakapan kembali ke pentingnya pergi keluar untuk
perjalanan dakwah. Lebih penting lagi, dia akan mengepung Anda untuk mengekspresikan
diri.

"Kecuali Anda menjadi bagian dari suatu lingkungan atau ikut dengan kami, Anda akan
memiliki kesalahpahaman. Bagaimana menurut Anda, apakah saya benar?" katanya ketika
ditanya apa gunanya menyuruh seorang Muslim untuk melakukan sholat hariannya, sebuah
praktik Islam yang mendasar.

Atau ambil contoh Halwa yang dia berikan kepada saya dalam wawancara baru-baru ini
melalui telepon. Orang-orang tahu bahan apa yang digunakan untuk membuat Halwa,
hidangan manis Asia Selatan, dan cara memasaknya. "Tapi kamu tidak akan tahu bagaimana
rasanya sampai kamu memakannya. Kya khyaal hai aap ka? (Bagaimana menurutmu?)"

Qadir termasuk generasi baru Tabligh yang sedikit menyimpang dari tradisi. Dia adalah
moderator halaman Facebook, yang memposting pembaruan tentang aktivitas TJ. Pimpinan
TJ tidak mendorong penyebaran pesan (dakwah) di media sosial, masih ingin pengikutnya
untuk mematuhi interaksi tatap muka daripada menggunakan Facebook.
Arsalan Khan adalah seorang antropolog yang berbasis di Union College di New York yang
meneliti dakwah sebagai praktik keagamaan dan etika di Jamaah Tabligh. Dia menjelaskan:
“Tablighis mengkonseptualisasikan dakwah sebagai praktik suci yang menciptakan hubungan
'dari hati ke hati' antara Muslim, menarik Tabligh dan penerima lebih dekat dengan Islam.
Namun, agar manjur, dakwah harus dilakukan dengan cara yang sama. bahwa Nabi dan para
sahabatnya yang saleh melakukannya.”

Keluar dari zona nyaman Anda, membuat pengorbanan pribadi dan bepergian adalah bagian
penting dari misi TJ.

“Para Tabligh mengatakan bahwa hanya khotbah tatap muka yang dapat membuat
hubungan antara Muslim ini. Di zaman atau media massa, ada banyak tekanan untuk
memobilisasi teknologi komunikasi baru – dan Tabligh menggunakannya – tetapi mereka
percaya ini adalah cara yang buruk. pengganti komunikasi tatap muka karena tidak
menciptakan ikatan agama yang sama antar umat Islam,” tambah Khan.

Jihad yang berbeda


Setiap Tabligh seharusnya membayar biaya perjalanan dan akomodasi dari kantongnya
sendiri.

“Salah satu prinsip gerakan ini adalah hanya ketika Anda membelanjakan uang Anda sendiri,
Anda akan dapat memahami tingkat pengorbanannya,” kata Timol. “Di Inggris, ketika
seorang anggota TJ tinggal di masjid, dia harus membayar 10 pound per malam.”

Sekelompok pria yang membawa kantong tidur melakukan perjalanan dari kota ke kota,
desa ke desa, menghabiskan malam di masjid-masjid setempat. Perjalanan direncanakan
sebelumnya untuk memastikan bahwa terlalu banyak kelompok tidak membanjiri masjid
setempat atau tempat lain yang menampung anggota TJ. Tur internasional bisa mahal. Tidak
ada konsep pendanaan organisasi.

TJ sebagai organisasi adalah entitas yang misterius. Sementara Nizamuddin di India adalah
kantor pusat internasional, ada pusat pengaruh yang bersaing di Pakistan dan Bangladesh.
Sejarah ketiga negara diwarnai dengan darah satu sama lain. Pakistan yang mayoritas
Muslim berpisah dengan India pada tahun 1947. Dua puluh empat tahun kemudian,
Bangladesh, yang kemudian dikenal sebagai Pakistan Timur, memperoleh kebebasannya
sendiri setelah perang singkat.

Tak satu pun dari itu tampaknya berdampak pada TJ. Bukan nasionalis atau pan-Islamis,
melainkan hanya ingin seorang Muslim untuk berdoa dan mengikuti kehidupan Nabi
Muhammad.

Baik Lahore di Pakistan, dan Dhaka di Bangladesh mengklaim sebagai tuan rumah pertemuan
Tabligh terbesar yang dihadiri oleh lebih dari 2 juta orang, menjadikannya jemaah Muslim
terbesar di luar haji.
Dengan kerumunan sebesar itu yang berkumpul dari seluruh dunia sering kali muncul
masalah. Selama bertahun-tahun, kelompok dan individu Islamofobia telah mencoba
menghubungkan TJ dengan terorisme.

Memang benar bahwa dalam beberapa kasus, beberapa militan mungkin menggunakan
pertemuan TJ sebagai kedok tetapi itu tidak berarti TJ harus disalahkan, kata Metcalf yang
telah memberikan kesaksian ahli atas nama tahanan di Teluk Guantanamo yang
kejahatannya hanya hadir. sebuah jamaah Tabligh.

Satu hal yang membedakan TJ dari kelompok Muslim lainnya adalah seberapa cepat mereka
menjauhkan diri dari pengaruh negatif apapun.

Ashraf ingat saat kelompok Bangladesh Hefazat-e-Islami, yang menyerukan penerapan


undang-undang penistaan, mencoba menembus TJ. “Kepemimpinan TJ dengan sangat
cerdas menjauhkan diri dari Hefazet tanpa ada yang menyadarinya.”

Contoh terbaru dari adaptasi cepat terlihat selama pandemi. Anggota TJ sudah biasa
berjabat tangan, berpelukan, bergosip untuk berdiskusi dan berdoa. Protokol jarak sosial
tampak seperti gangguan.

“Tetapi begitu realisasinya tercapai, para tetua Tabligh sendiri menyerukan untuk
mengambil tindakan pencegahan dan kami telah melihat bagaimana beberapa anggota telah
maju untuk menyumbangkan plasma,” kata Ashraf.

Gerakan Muslim lainnya seperti Jamaat-e-Islami dan Hizbut Tahrir sering mengkritik TJ
karena tidak menganggap ideologi Islam politik mereka.

“Mereka juga dikritik karena mengganti kata Jihad dalam leksikon Islam yang diganti dengan
dakwah. Jadi ketika mereka berbicara tentang jalan Allah, yang mereka maksud bukanlah
Jihad Fi Sabilillah (di jalan Allah), yang mereka maksud adalah Dakwah. Jadi umat Islam yang
percaya bahwa mendirikan negara Islam lebih penting, merasa sangat kecewa,” kata Timol.

TJ juga berbeda dari gerakan Islam lainnya karena mengikuti tradisi hibrida Deobandi-Sufi.
Maulana Ilyas sendiri adalah seorang guru di Darul Uloom Deoband tetapi dia mengadopsi
beberapa ajaran sufi seperti kepercayaan pada perubahan hati.

Seorang anggota TJ tidak akan merayakan hari jadi orang suci tetapi dia juga tidak akan
menolak tasawuf seperti yang dilakukan oleh Salafi Sunni atau 'Wahabi' yang lebih ortodoks.

Namun, orang sering bersikap kasar atau jahat kepada mereka. Sering terjadi ketika
sekelompok empat atau lima anggota TJ datang mengetuk, Anda akan berjinjit ke pintu dan
diam-diam mengintip melalui lubang intip. Anda akan meminta saudara perempuan Anda
untuk pergi dan mengatakan dari balik pintu bahwa tidak ada seorang pun di rumah. Tabligh
akan pergi, tapi dia akan kembali lagi.
https://www.trtworld.com/magazine/the-misunderstood-missionary-the-story-of-the-
tablighi-jamaat-37657

Anda mungkin juga menyukai