Anda di halaman 1dari 4

Cinta = Nafsu, titik…!!!

Organisasi Masyarakat Islam di Indonesia


I. Abstraksi
Organisasi masyarakat (Ormas) berbasis islam di negeri Indonesia jumlahnya sangatlah banyak,
namun dalam penjelasan ini hanya akan disampaikan beberapa saja. Dalam penjelasan ini hanya
akan memuat tiga ormas yakni Hizbut Tahrir, Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) dan
Front Pembela Islam (FPI). Keberadaan ormas-ormas tersebut terkadang memberi manfaat
namun juga menimbulkan keresahan bagi masyarakat, bahkan sempat hadir wacana akan
pembubaran ormas berdasarkan peraturan yaitu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985.
Kabarnya pendirian ormas di Indonesia harus berdasarkan Pancasila. Namun ada saja yang
mengelak dengan dasar ormas mereka berdasarkan syariat Islam dan tidak mau mengakui dasar
lainnya. Berikut penjelasan dari ketiga ormas yang telah disebutkan diatas.

II. Pembahasan

A. Hizbut Tahrir atau Hizb ut-Tahrir


Hizbut Tahrir berdiri pada tahun 1952, dengan maksud untuk membangkitkan kembali umat
Islam dari kemerosotan yang amat parah, membebaskan umat dari ide-ide, sistem perundang-
undangan, dan hukum-hukum kufur, serta membebaskan mereka dari cengkeraman dominasi dan
pengaruh negara-negara kafir. Hizbut Tahrir bermaksud juga membangun kembali Daulah
Khilafah Islamiyah di muka bumi, sehingga hukum yang diturunkan Allah SWT dapat
diberlakukan kembali. Tujuan Hizbut Tahrir yakni: (1) melangsungkan kehidupan Islam; (2)
mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia. Tujuan ini berarti mengajak umat Islam
agar kembali hidup secara Islami di dâr al-Islam dan di dalam lingkungan masyarakat Islam.
Tujuan ini berarti pula menjadikan seluruh aktivitas kehidupan diatur sesuai dengan hukum-
hukum syariat serta menjadikan seluruh pandangan hidup dilandaskan pada standar halal dan
haram di bawah naungan dawlah Islam. Dawlah ini adalah dawlah-khilâfah yang dipimpin oleh
seorang khalifah yang diangkat dan dibaiat oleh umat Islam untuk didengar dan ditaati. Khalifah
yang telah diangkat berkewajiban untuk menjalankan pemerintahan berdasarkan Kitabullah dan
Sunnah Rasul-Nya serta mengemban risalah Islam ke seluruh penjuru dunia dengan dakwah dan
jihad.
Aktivitas Hizbut Tahrir adalah mengemban dakwah Islam dalam rangka melakukan transformasi
sosial di tengah-tengah situasi masyarakat yang rusak sehingga diubah menjadi masyarakat
Islam. Upaya ini ditempuh dengan tiga cara:
1. Mengubah ide-ide yang ada saat ini menjadi ide-ide Islam. Dengan begitu, ide-ide Islam
diharapkan dapat menjadi opini umum di tengah-tengah masyarakat, sekaligus menjadi persepsi
mereka yang akan mendorong mereka untuk merealisasikan dan mengaplikasikan ide-ide
tersebut sesuai dengan tuntutan Islam.
2. Mengubah perasaan yang berkembang di tengah-tengah masyarakat menjadi perasaan Islam.
Dengan begitu, mereka diharapkan dapat bersikap ridha terhadap semua perkara yang diridhai
Alloh SWT., dan sebaliknya, marah dan benci terhadap semua hal yang dimurkai dan dibenci
oleh Alloh SWT.
3. Mengubah interaksi-interaksi yang terjadi di tengah masyarakat menjadi interaksi-interaksi
yang Islami, yang berjalan sesuai dengan hukum-hukum Islam dan pemecahan-pemecahannya.
Seluruh aktivitas atau upaya yang dilakukan Hizbut Tahrir di atas adalah aktivitas atau upaya
yang bersifat politis—dalam makna yang sesungguhnya. Artinya, Hizbut Tahrir menyelesaikan
urusan-urusan masyarakat sesuai dengan hukum-hukum serta pemecahannya secara syar‘î.
Sebab, secara syar‘î, politik tidak lain mengurus dan memelihara urusan-urusan masyarakat
(umat) sesuai dengan hukumhukum Islam dan pemecahannya.
Aktivitas-aktivitas Hizbut Tahrir yang bersifat politik ini tampak jelas dalam upayanya mendidik
dan membina umat dengan tsaqâfah (ide-ide) Islam agar umat meleburkan dirinya dengan Islam;
membebaskan umat dari dominasi akidah-akidah yang destruktif, pemikiran-pemikiran yang
salah, dan persepsi-persepsi yang keliru; serta menyelamatkan umat dari pengaruh ide-ide dan
pandangan-pandangan yang kufur. Aktivitas politik Hizbut Tahrir ini juga tampak dalam
upayanya melakukan pergolakan pemikiran dan perjuangan politiknya. Pergolakan pemikiran
Hizbut Tahrir ini dapat terlihat dalam upayanya untuk senantiasa melakukan perlawanan
terhadap ide-ide dan aturan-aturan kufur serta penentangannya terhadap ideide yang salah,
akidah-akidah yang rusak, atau pemahaman-pemahaman yang keliru. Semua itu dilakukan
dengan berupaya membongkar kerusakannya, menampakkan kekeliruannya, dan menjelaskan
solusi hukum-hukum Islam dalam masalah tersebut.
Dengan demikian, aktivitas Hizbut Tahrir secara keseluruhan merupakan aktivitas yang bersifat
politik, baik di lingkungan sistem kekuasaan yang tidak Islami ataupun di dalam naungan sistem
pemerintahan Islam. Artinya, aktivitas Hizbut Tahrir tidak hanya terbatas pada aspek pendidikan.
Hizbut Tahrir bukanlah madrasah atau sekolahan.

B. Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII)


Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) berdiri sesuai dengan cita-cita para ulama perintisnya
yaitu sebagai wadah umat Islam untuk mempelajari, mengamalkan dan menyebarkan ajaran
Islam secara murni berdasarkan Alquran dan Hadis, dengan latar belakang budaya masyarakat
Indonesia, dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. LDII pertama kali berdiri pada 3
Januari 1972 dengan nama Yayasan Lembaga Karyawan Islam (YAKARI). Pada Musyawarah
Besar (Mubes) tahun 1981 namanya diganti menjadi Lembaga Karyawan Islam (LEMKARI),
dan pada Mubes tahun 1990, atas dasar Pidato Pengarahan Bapak Sudarmono, SH. Selaku Wakil
Presiden dan Bapak Jenderal Rudini sebagai Mendagri waktu itu, serta masukan baik pada
siding-sidang komisi maupun siding Paripurna dalam Musyawarah Besar IV LEMKARI tahun
1990, selanjutnya perubahan nama tersebut ditetapkan dalam keputusan, MUBES IV LEMKARI
No. VI/MUBES-IV/ LEMKARI/1990, Pasal 3, yaitu mengubah nama organisasi dari Lembaga
Karyawan Dakwah Islam yang disingkat LEMKARI yang sama dengan akronim LEMKARI
(Lembaga Karate-Do Indonesia), diubah menjadi Lembaga Dakwah Islam Indonesia, yang
disingkat LDII.
Konsep Dakwah LDII yakni menyelenggarakan pengajian Al Qur’an dan Al Hadits dengan
rutinitas kegiatan yang cukup tinggi. Di tingkat PAC (Desa/Kelurahan) umumnya pengajian
diadakan 2-3 kali seminggu, sedangkan di tingkat PC (Kecamatan) diadakan pengajian seminggu
sekali. Untuk memahamkan ajarannya, LDII mempunyai program pembinaan cabe rawit (usia
prasekolah sampai SD) yang terkoordinasi diseluruh masjid LDII. Selain pengajian umum, juga
ada pengajian khusus remaja dan pemuda, pengajian khusus Ibu-ibu, dan bahkan pengajian
khusus Manula/Lanjut usia.Ada juga pengajian UNIK (usia nikah). Disamping itu ada pula
pengajian yang sifatnya tertutup, juga pengajian terbuka . Pada musim liburan sering diadakan
Kegiatan Pengkhataman Alquran dan hadis selama beberapa hari yang biasa diikuti anak-anak
warga LDII dan non LDII untuk mengisi waktu liburan mereka. Dalam pengajian ini pula diberi
pemahaman kepada peserta didik tentang bagaimana pentingnya dan pahalanya orang yang mau
belajar dan mengamalkan Alquran dan hadis dalam keseharian mereka.
LDII mengadakan berbagai forum tipe pengajian berdasarkan kelompok usia dan gender antara
lain;
1. Pengajian kelompok tingkat PAC
Pengajian ini diadakan rutin 2 – 3 hari dalam seminggu di masjid-masjid, mushalla-mushala atau
surau-surau yang ada hampir di setiap desa di Indonesia. Setiap kelompok PAC biasanya terdiri
50 sampai 100 orang jamaah. Materi pengajian di tingkat kelompok ini yaitu Quran (bacaan,
terjemahan dan keterangan), hadis-hadis himpunan, dan nasihat agama. Dalam forum ini pula
jamaah LDII diajari hafalan-hafalan doa, dalil-dalil Quran Hadis dan hafalan surat–surat pendek
ALquran. Dalam forum pengajian kelompok tingkat PAC ini jamaah juga dikoreksi amalan
ibadahnya seperti praktek berwudu dan salat.
2. Pengajian Cabe rawit
Pengembangan mental agama dan akhlakul karimah jamaah dimulai sejak usia dini. Masa kanak-
kanak merupakan pondasi utama dalam pembentukan keimanan dan akhlak umat, sebab pada
usia dini seorang anak mudah dibentuk dan diarahkan. Pengajian Cabe rawit diadakan setiap hari
di setiap kelompok pengajian LDII dengan materi antara lain bacaan iqro’, menulis pegon,
hafalan doa-doa, dan surat-surat pendek Alquran. Forum pengajian Caberawit juga diselingi
dengan rekreasi dan bermain.
3. Pengajian Muda-mudi
Muda-mudi atau usia remaja perlu mendapat perhatian khusus dalam pembinaan mental agama.
Pada usia ini pola pikir anak mulai berkembang dan pengaruh negatif pergaulan dan lingkungan
semakin kuat. Karena itu pada masa ini perlu menjaga dan membentengi para remaja dengan
kefahaman agama yang memadai agar generasi muda LDII tidak terjerumus dalam perbuatan
maksiat, dosa-dosa dan pelanggaran agama yang dapat merugikan masa depan mereka. Sebagai
bentuk kesungguhan dalam membina generasi muda, LDII telah membentuk Tim Penggerak
Pembina Generus (TPPG) yang terdiri dari pakar pendidikan dan ahli psikologi. Pembinaan
generasi muda dalam LDII setidaknya memiliki 3 sasaran yaitu:
 Menjadikan generasi muda yang sholeh, alim (banyak ilmunya) dan fakih dalam beribadah.
 Menjadikan generasi muda yang berakhlakul karimah (berbudi pekerti luhur), berwatak jujur,
amanah, sopan dan hormat kepada orang tua dan orang lain
 Menjadikan generasi muda yang tertib, disiplin, trampil dalam bekerja dan bisa hidup mandiri
4. Pengajian Wanita/ibu-ibu
Para wanita, ibu-ibu dan remaja putri perlu diberi wadah khusus dalam pembinaan keimanan dan
peningkatan kepahaman agama, karena banyak persoalan khusus dalam agama Islam
menyangkut peran wanita dan para ibu. Haid, kehamilan, nifas, bersuci (menjaga najis),
mendidik dan membina anak, melayani dan mengelola keluarga merupakan persoalan khusus
wanita dan ibu-ibu. Disamping memberikan kerampilan beribadah forum pengajian Wanita / ibu-
ibu LDII juga memberikan pengetahuan dan ketrampilan praktis tentang keputrian yang berguna
untuk bekal hidup sehari-hari dan menunjang penghasilan keluarga.
5. Pengajian Umum
Pengajian umum merupakan forum gabungan antara beberapa jamaah PAC dan PC LDII.
Pengajian ini juga merupakan wadah silaturahim antar jamaah LDII untuk membina kerukunan
dan kekompakan antar jamaah.
Semua pengajian LDII bersifat terbuka untuk umum, siapapun boleh datang mengikuti setiap
pengajian sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

C. Front Pembela Islam (FPI)


Adalah sebuah organisasi massa Islam bergaris keras yang berpusat di Jakarta. FPI memiliki
Laskar Pembela Islam, kelompok paramiliter dari organisasi tersebut yang kontroversial karena
melakukan aksi-aksi “penertiban” (sweeping) terhadap kegiatan-kegiatan yang dianggap maksiat
atau bertentangan dengan syariat Islam terutama pada masa Ramadhan dan seringkali berujung
pada kekerasan. Organisasi ini terkenal dan kontroversial karena aksi-aksinya sejak tahun 1998.
Rangkaian aksi yang berujung pada kekerasan sering diperlihatkan dalam media massa.
FPI dideklarasikan pada 17 Agustus 1998 dihalaman Pondok Pesantren Al-Um, Kampung Utan,
Ciputat, di Selatan Jakarta oleh sejumlah Habaib, Ulama, Mubaligh dan Aktivis Muslim dan
disaksikan ratusan santri yang berasal dari daerah Jabotabek. Pendirian organisasi ini hanya
empat bulan setelah Presiden Soeharto mundur dari jabatannya, karena pada saat pemerintahan
orde baru presiden tidak mentoleransi tindakan ekstrimis dalam bentuk apapun. FPI pun berdiri
dengan tujuan untuk menegakkan hukum Islam di negara sekuler.
Organisasi ini dibentuk dengan tujuan menjadi wadah kerja sama antara ulama dan umat dalam
menegakkan Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar di setiap aspek kehidupan.
Latar belakang pendirian FPI sebagaimana diklaim oleh organisasi tersebut antara lain:
1. Adanya penderitaan panjang ummat Islam di Indonesia karena lemahnya kontrol sosial
penguasa sipil maupun militer akibat banyaknya pelanggaran HAM yang dilakukan oleh oknum
penguasa.
2. Adanya kemungkaran dan kemaksiatan yang semakin merajalela di seluruh sektor kehidupan.
3. Adanya kewajiban untuk menjaga dan mempertahankan harkat dan martabat Islam serta
ummat Islam.
Pembentukan organisasi yang berdasarkan syariat Islam dan bukan Pancasila inilah yang
kemudian menjadi wacana pemerintah Indonesia untuk membubarkan ormas Islam yang
bermasalah di tahun 2006. Struktur organisasi yakni terdiri atas:
1. Dewan Pimpinan Pusat, sebagai pengurus organisasi berskala nasional
 Ketua Majelis Syura DPP FPI: Hb. Muhsin Ahmad Al-Attas
 Ketua Majelis Tanfidzi DPP FPI: Habib Rizieq (2003-2008)
2. Dewan Pimpinan Daerah, sebagai pengurus organisasi berskala provinsi
 Ketua FPI bagian Surakarta (disingkat FPIS) adalah Abu Bakar Ba’asyir
3. Dewan Pimpinan Wilayah, sebagai pengurus organisasi berskala Kota/Kabupaten
4. Dewan Pimpinan Cabang, sebagai pengurus organisasi berskala kecamatan.

Iklan

Anda mungkin juga menyukai