Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

STUDI KASUS FPI


(FRONT PEMBELA ISLAM)

DOSEN PENGAMPU:
Drs. H. Umarso ,M.Si

DISUSUN OLEH
Rizka Aulia Putri
(20521067)

PROGRAM STUDI MULTIMEDIA


POLITEKNIK NEGERI MEDIA KRATIF
PSDKU MEDAN
2021
Kata Pengantar

Assalamualaikum wr.wb

Bissmillahirrahmanirrahim

Puji syukur kehadirat Allah SWT,Tuhan Semesta Alam karena telah


memberikan kesempatan pada saya untuk menyelesaikan makalah ini. Atas
rahmat dan hidayah-Nya lah sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Studi Kasus FPI tepat waktu.

Makalah disusun guna memenuhi tugas dosen pada bidang studi Pendidikan
Kewarganegaraan di Politeknik Negeri Media Kreatif. Selain itu, saya juga
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.

Saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak selaku dosen


mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Tugas yang telah diberikan ini
dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni .
Saya juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
proses penyusunan makalah ini.

Saya menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya terima demi kesempurnaan
makalah ini.

Medan,20 Januari 2021

I
Penulis

Rizka Aulia Putri

NIM : 20521067

Daftar Isi

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB 1......................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................2
1.3. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
BAB 2......................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
2.1. Aktivitas Dakwah FPI...............................................................................3
2.2 Metode FPI Dalam Menegakkan Agama Islam ........................................3
2.3 Alasan FPI Dibubarkan..............................................................................3
BAB 3......................................................................................................................7
PENUTUP...............................................................................................................7
3.1. Kesimpulan....................................................................................................7

II
3.2. Saran..............................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................8

III
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Front Pembela Islam (FPI) adalah sebuah organisasi massa Islam yang berpusat di
Jakarta. FPI memiliki Laskar Pembela Islam, kelompok paramiliter dari organisasi
tersebut yang kontroversial karena melakukan aksi-aksi "penertiban" (sweeping)
terhadap kegiatan-kegiatan yang dianggap maksiat atau bertentangan dengan syariat
Islam terutama pada bulan Ramadhan. Organisasi ini terkenal dan kontroversial
karena aksi-aksinya sejak tahun 1998. Tidak jarang rangkaian aksi sweeping yang
mereka lakukan berujung pada tindak kekerasan sebagaimana di beritakan oleh media
massa.FPI dideklarasikan pada 17 Agustus 1998 (atau 24 Rabiuts Tsani 1419 H) di
halaman Pondok Pesantren Al Um, Kampung Utan, Ciputat, di Selatan Jakarta oleh
sejumlah Habib,Ulama,dan Mubaligh, Aktivis Muslim dan disaksikan ratusan santri
yang berasal dari daerah Jabodetabek Pendirian organisasi ini hanya empat bulan
setelah Presiden Soeharto mundur dari jabatannya, karena pada saat
pemerintahan orde baru, presiden tidak mentoleransi tindakan ekstrimis dalam bentuk
apapun. FPI pun berdiri dengan tujuan untuk menegakkan hukum islam di
negara sekuler
Organisasi ini dibentuk dengan tujuan menjadi wadah kerja sama antara ulama dan
umat dalam menegakkan Amar Ma'ruf dan Nahi Munkar di setiap aspek kehidupan
Latar belakang pendirian FPI sebagaimana diklaim oleh organisasi tersebut antara
lain.

1. Adanya penderitaan panjang umat Islam di Indonesia karena lemahnya


kontrol sosial penguasa sipil maupun militer akibat banyaknya pelanggaran
HAM yang dilakukan oleh oknum penguasa.
2. Adanya kemungkaran dan kemaksiatan yang semakin merajalela di seluruh
sektor kehidupan.
3. Adanya kewajiban untuk menjaga dan mempertahankan harkat dan martabat
Islam serta ummat Islam.
Pada tahun 2002, saat tablig akbar ulang tahun FPI yang juga dihadiri oleh
mantan Mentri agama, Said Agil Husin Al Munawar. FPI menuntut agar syariat
Islam dimasukkan pada pasal 29 UUD 45 yang berbunyi, "Negara berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa" dengan menambahkan "kewajiban menjalankan syariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya" seperti yang tertera pada butir pertama dari Piagam
Jakarta yang dirumuskan pada tanggal 22 Juni 1945 ke dalam amendemen UUD 1945
yang sedang di bahas di MPR sambil membawa spanduk bertuliskan "Syariat Islam
atau Disintegrasi Bangsa". 

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana aktifitas dakwah FPI dalam menegakkan ajaran Islam?

2. Bagaimana metode dakwah FPI dalam menegakkan ajaran Islam?

3. Apa yang menjadi masalah FPI dibubarkan?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui aktivitas dakwah FPI dalam menegakkan ajaran Islam


2. Untuk mengetahui metode dakwah FPI dalam menegakkan ajaran Islam
3. Untuk mengetahui alasan dibubarkannya FPI

BAB II
PEMBAHASAN

2
2.1 Aktivitas Dakwah FPI

Alqur’an adalah sumber utama syari’at Islam. Ia memuat seperangkat aturan yang
mangatur hubungan manusia dengan Allah, hubungan dengan sesamanya dan
hubungan manusia dengan alam-lingkungannya. Konsep holistik syari’at ini
menempatkan manusia sebagai titik sentral dalam rangka membumikan ajaran
Tuhan melalui penerapan syari’at Islam. Dimensi manusia sebagai subjek
dimaknai dengan kemampuan manusia untuk berusaha menjadikan syariat Islam
sebagai tuntutan hidup dalam rangka meweujudkan kemaslahatan,baik bersifat
lahiriyah maupun batiniyah.Fenomena dakwah di Indonesia kini tidak hanya
dilakukan secara individual saja. Cukup banyak organisasi Islam yang terbentuk
untuk memperjuangkan amar ma’ruf nahi munkar, satu di antaranya Front
Pembela Islam atau lebih akrab disebut FPI. Front Pembela Islam (FPI) ini adalah
satu organisasi keislaman yang muncul sebagai reaksi penertiban kemaksiatan
yang terjadi didalam masyarakat. Gerakan dakwah mereka memfokuskan diri
pada masalah amar ma’ruf nahi munkar dan syariat Islam dengan cara turun
mimbar. Semua bentuk dakwah yang mereka lakukan tidak hanya bersifat bil
lisan dan bil qalam, tetapi juga dengan bil hal (turun mimbar). Mereka selalu
melakukan aksi turun ke jalan untuk memberantas kemaksiatan yang terjadi di
lingkungan masyarakat, terutama masyarakat Islam dengan tujuan
menyelamatkan mereka dari murka Allah SWT. Front Pembela Islam (FPI)
merupakan salah satu organisasi Islam yang ikut berperan dalam mendukung
penegakan syariat Islam terhadap masyarakat . Gerakannya yang kerap
diwujudkan dalam aksi- aksi (sweeping) selalu melakukan penertiban terhadap
masyarakat yang melanggar syariat Islam. Peran penting yang dilakukan oleh
Front Pembela Islam (FPI) untuk melakukan penertiban bagi masyarakat yang
melanggar syariat Islam misalnya, masyarakat yang memakai pakaian ketat,

3
penjudi dan pelanggaran syariat Islam lainnya dan masih banyak salon yang
belum di tertibkan dan banyak muda mudi yang duduk di tempat remang-remang

2.2 Metode FPI Dalam Menegakkan Agama Islam

Tujuan berdirinya FPI adalah untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Dalam
mencapai tujuan amar ma’ruf, FPI mengutamakan metode bijaksana dan lemah
lembut melalui langkah-langkah: mengajak dengan hikmah (kebijaksanaan, lemah
lembut), memberi mau’idzah hasanah (nasihat yang baik), dan mujadalah. dengan
cara yang terbaik. Sedangkan dalam melakukan nahi munkar, FPI mengutamakan
sikap yang tegas melalui langkah-langkah, yaitu menggunakan kekuatan atau
kekuasaan bila mampu dan menggunakan lisan dan tulisan. Jika kedua langkah
tersebut tidak mampu dilakukan, maka nahi munkar dilakukan dengan menggunakan
hati, yang tertuang dalam ketegasan sikap untuk tidak menyetujui segala bentuk
kemungkaran. Tujuan lain dibentuknya FPI adalah untuk membantu pemerintah
dalam menumpas problem sosial kemasyarakatan, seperti: prostitusi, perjudian, serta
transaksi miras, dan narkoba. Menurut aktivis FPI, sebagaimana dikutip 37 Effendy,
salah satu upaya yang bisa ditempuh untuk menanggulangi krisis moral yang melanda
bangsa ini adalah dengan melakukan kerja sama yang harmonis dari seluruh elemen
masyarakat, yang meliputi kaum ulama, umaro, dan seluruh umat. Oleh karena itu
jika menghadapi aturan negara dan perundangan yang bertentangan dengan shariat
Islam, maka FPI dalam perjuangannya akan berusaha untuk menyiasatinya hingga
terhindar dari jebakan melawan hukum negara, sambil terus berjuang merubah segala
ketentuan hukum yang mereka anggap sesat tersebut menuju ke arah yang lebih
Islam. Setiap aktivitas perjuangan FPI didasarkan pada 5 pedoman yaitu: 1) Allah

4
sebagai Tujuan, 2) Rasulullah sebagai teladan, dengan menyitir surat alAhzab ayat
dua puluh satu 3) al-Qur’an sebagai Imam, 4) Jihad sebagai Jalan, dan 5) syahid
sebagai cita-cita. Model perjuangan FPI dalam mewujudkan amar ma’ruf nahi
munkar sangat tegas, berani dalam menyampaikan pendapat, dan melakukan aksi,
memegang prinsip, melawan keẓaliman dan memerangi kemungkaran.

2.3 Alasan FPI Dibubarkan    

FPI dalam pandangannya tidak menerima pluralisme seperti pernyataan Habib


Muhsin Ahmad yang mengatakan bahwa Gus Dur itu bukan Waliyullah tetapi Wali
Setan, karena menurut dia Gus Dur menganut paham Pluralisme yang menganggap
bahwa agama tak penting dan lebih mementingkan pemikiran kebebasan ala Barat.67
Pernyataan ini sekaligus menunjukkan inkonsistensi anggota FPI terhadap pedoman
aktivitasnya yang menjadikan Rasulullah sebagai teladan karena dengan orang kafir
saja Rosulullah bersikap mengayomi dengan bersabda "siapa menyakiti kafir dzimmy
maka dia telah menyakitiku" sedangkan ucapan ini dilontarkan kepada sesama
muslim dan bahkan seorang ‘ulama’. Sikap itu mencerminkan pemahaman yang
sempit terhadap ajaran Islam.68 Padahal sesuai dengan tuntunan al-Qur’an surat al-
Hujurāt ayat 13 jelas memerintahkan adanya ke-bhinekaan dan melarang
eksklusifisme dari kalangan kaum muslimin.69 karena pluralisme agama atau
kebhinekaan agama merupakan kenyataan yang tidak bisa dibantah, dan merupakan
keniscayaan sejarah (historical necessary) yang bersifat universal. Pluralitas agama
harus dipandang sebagai bagian dari kehidupan manusia, yang tidak dapat
dilenyapkan, tetapi harus disikapi karena Pluralisme agama berpotensi melahirkan
benturan, konflik, kekerasan, dan sikap anarkis terhadap penganut agama lain.70

5
Selanjutnya berdasarkan analisis sosial politik dengan melihat Begitu sulitnya
pembubaran FPI sekalipun telah memiliki catatan hitam memunculkan asumsi bahwa
Gerakan FPI adalah karena pesanan Penguasa, mereka yang melakukan tindak
kekerasan atas perintah-pesanan dari orang-orang yang tadinya memegang
kekuasaan. Karena mereka masih ingin berkuasa, mereka menggunakan orang-orang
itu atas nama Islam, untuk menghalangi prosesproses munculnya rakyat ke jenjang
kekuasaan. Dengan demikian, kalangankalangan itu memiliki tujuan menghadang
proses demokratisasi dan menggunakan kelompok kaum muslimin untuk membela
kepentingan orangorang tersebut atas nama Islam.71 Hal ini dapat diketahui bahwa
ternyata FPI sering tidak melakukan mekanisme perijinan terhadap aparat kepolisian
dan sering juga ketika FPI melakukan aksinya, mereka ini yang memulai memancing
emosi pihak kepolisian. Tidak ada kebijakan yang signifikan yang diberikan kepada
FPI dari aparat kepolisian apa lagi sampai membubarkan FPI. Ini menunjukkan posisi
sulit polisi karena hanyalah aparat di bawah kekuasaan. Memang FPI secara 92 |
REFLEKSI, Volume 17, Nomor 1, April 2018 kasat mata tidak ikut masuk dalam
dunia politik. Akan tetapi, disitu ada salah satu penguasa yang sengaja mensetting
semuanya, membentuk FPI demi kepentingan tertentu. Mencoba mengadu antara FPI
dan aparat kepolisian. Dan sudah tentu FPI tidak akan melakukan semua itu secara
Cuma-Cuma.72 Di sini menjelaskan bahwa FPI adalah organisasi yang sengaja
dibentuk oleh penguasa, yang di dalamnya terdapat maksud dan tujuan tertentu,
bukan ikhlas karena Allah untuk membrantas nahi munkar, akan tetapi lebih kepada
kepentingan tertentu.73 asumsi ini terlihat karena kelahiran kelompok gerakan Islam
radikal FPI merupakan bagian dari sekenario politik yang memanfaatkan fanatisme
Islam simbolik.74 Hal ini dikarenakan embrio lahirnya FPI adalah dari Pam Swakarsa
yang terdiri dari masyarakat sipil yang direkrut oleh militer untuk membantu
mengamankan dan mengendalikan demonstrasi pelajar pasca lengsernya Soeharto.75
Dengan melihat konflik yang terjadi dalam gerakan Front Pembela Islam (FPI) yaitu

6
baik dengan masyarakat, ormas Islam lain adalah suatu kesengajaan. Karena dalam
dalam teori konflik dijelaskan bahwa konflik diperlukan untuk terciptanya perubahan
sosial yang disebabkan karena adanya konflik-konflik kepentingan. Karena pada
dasarnya adanya konflik adalah untuk mencapai kesepakatan bersama.76 Akan tetapi
pada kenyataannya dalam konflik FPI, terutama pada masyarakat tidak ada
kesepakatan atau negosiasi antara kedua pihak dalam menyelesaikan konflik. Hal ini
berbeda dengan konflik yang terjadi pada gerakan FPI dengan masyarakat. Selain itu
minimnya tindakan aparat terhadap tindakan radikal FPI disimpulkan bahwa gerakan
mereka mendapatkan legitimasi dari pemerintah77 dan untuk tujuan politik hanya
saja belum ada yang bisa mengendalikan pemimpinnya.78 Selain itu al-Zastru
menelaah hal-hal yang meyebabkan FPI selalu melawan Abdurrahman Wahid (Gus
Dur) sebagai musuh utamanya, adalah karena sebab “pundi-pundi” FPI dihabisi oleh
Gus Dur, terutama dari babah toke, dan pengusaha-pengusaha Tionghoa lainnya,
sehingga FPI minus finansial dalam aktivitasnya. Dalam pembahasan aktivis muda
NU ini, FPI terdiri dari kelompok marginal yang tidak paham Islam tetapi ingin
“bergerak” atas nama Islam, bawa bendera pedang dan teriak Allahu Akbar,
kelompok masyarakat kelas bawah yang sebelumnya menjadi “preman” tetapi ingin
terlihat Islam, dan kelompok Islam awal mula, mereka adalah kelompok masyarakat
yang tidak dengan mudah bisa masuk lingkaran elit NU atau Muhammadiyah, sebab
tidak paham Islam apalagi bahasa Arab, sehingga butuh jalan pintas, dan menemukan
di FPI. FPI dengan demikian kumpulan banyak orang yang terdiri dari pelbagai
Abdul Hakim Wahid, Model Pemahaman Front Pembela Islam (FPI) Terhadap Al-
Qur’an Dan Hadist. latar belakang pemahaman keislamannya, tetapi secara
keseluruhan di bawah rata-rata atau merasa dekat dengan keluarga Nabi, sebagai
habaib.

7
TUGAS MAKALAH

1.

8
BAB III
PENUTUP

 
3.1Kesimpulan
Dari paparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa FPI telah memahami al-Qur’an
dan Hadis secara kontekstual, namun tidak maksimal dalam penafsirannya, sehingga
memasukkan ormas ini dalam kelompok fundamentalis yang cenderung melakukan

9
kekerasan dalam mencapai tujuannya yaitu pemberatasan maksiat. Dalam metode
dakwah, apa yang dilakukan FPI itu masih kurang tepat, karena kekerasan akan
membuat orang menjauh sedangkan kelembutan dan metode hikmah akan lebih
menarik banyak orang terhadap Islam. Dalam hal ini sebetulnya keberadaan FPI ada
sisi baiknya juga, dengan bukti banyak ulama’ yang mendukungnya karena memiliki
pandangan yang sama bahwa sesuai kenyataan aparat penegak hukum belum mampu
memberantas kemunkaran, akan tetapi karena oknum anggotanya yang terkadang
melampaui batas dalam tindakannya, sehingga menghilangkan tujuan baiknya, dan
menyebabkan Islam berada dalam image negatif dan identik dengan simbol
kekerasan. Dalam pergerakannya FPI tidak murni hanya untuk membela Islam, tapi
juga dalam rangka membela penguasa yang memberikan dukungan di belakangnya,
yang menggunakan metode konflik ditengah masyarakat dengan kekerasan atas
nama agama yang dipraktekkan oleh FPI untuk dapat mengembalikan kekuasaan
mereka kembali

3.2 Saran
Tidak hanya menggunakan perspektif hak asasi manusia dan penegakan hukum
pidana di Indonesia saja, tetapi menggunakan perspektif yang lainnya, sehingga
pandangan masyarakat terhadap kasus kriminalisasi semakin luas dan semakin
paham, dan dapat membedakan apakah kasus 102 yang terjadi tergolong kasus
kriminalisasi atau bukan.

Daftar Pustaka

10

Anda mungkin juga menyukai