Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

”ISU KEWARGANEGARAAN FPI DI INDONESIA”

OLEH :

NAMA : CINDYFATIKASARI

NIM : 105641104420

KELAS : IP 2B

PRODI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

MAKASSAR

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas taufik dan rahmat-
Nya Saya dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam senantiasa kita
sanjungkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta
semua umatnya hingga kini. Dan semoga kita termasuk dari golongan yang kelak
mendapatkan syafaatnya.
Dalam kesempatan ini, Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berkenan membantu pada tahap penyusunan hingga selesainya
makalah ini. Harapan Saya semoga makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat
sebagai salah satu rujukan maupun pedoman bagi para pembaca, menambah wawasan
serta pengalaman, sehingga nantinya saya dapat memperbaiki bentuk ataupun isi
makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Saya sadar bahwa Saya ini tentunya tidak lepas dari banyaknya kekurangan,
baik dari aspek kualitas maupun kuantitas dari bahan penelitian yang dipaparkan.
Semua ini murni didasari oleh keterbatasan yang dimiliki kami. Oleh sebab itu, Saya
membutuhkan kritik dan saran kepada segenap pembaca yang bersifat membangun
untuk lebih meningkatkan kualitas di kemudian hari.

Makassar, 30 Juni 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Fron Pembela Islam(FPI) merupakan salah satu organisasi islam yang cukup
penting pasca reformasi Indonesia. Gerakannya yang kerap diwujudkan dalam
tindakan –tindakan dan aksi-aksi yang radikal telah menimbulkan ketakutan dan
bahkan menjadi momok bagi sebagian anggota masyarakat. FPI termasuk salah satu
kelompok Islam fundamentalis. Jargon-jargon yang mereka pakai memang tidak jauh
dari doktrin pembelaan kalimat Allah, lebih khusus lagi pemberlakuan syariat islam,
dan penolakan mereka terhadap Barat. Organisasi ini dengan cepat dikenal
masyarakat sejak beberapa tahun belakangan. Hal ini berhubungan erat dengan
kegiatan utama mereka, yaitu merazia tempat-tempat hiburan yang mereka percaya
sebagai sarang maksiat seperti klub malam, diskotik, kafe, dan kasino. Kemunculan
gerakan islam radikal ini disebabkan oleh dua factor:yang pertama Faktor internal
dari dalam umat Islam itu sendiri. Factor ini dilandasi oleh kondisi internal umat
islam sendiri telah terjadi penyimpangan norma-norma agama.yang kedua Factor
eksternal diluar umat Islam, baik yang dilakukan rezim penguasa maupun hegomoni
barat. Seperti di Ambon dan praktik kemaksiatan yang terjadi di masyarakat, telah
mendorong gerakan islam bahwa syari’at islam adalah solusi terbaik terhadap krisis.
Pada giliranyya, radikalisme dijadikan sebagai jawaban atas lemahnya aparat penegak
hokum dalam enyelesaikan kasus yang terkait dengan umat Islam. Dalam hal ini FPI
menjadi gerakan amar ma;ruf nahi munkar terhadap segala praktik kemaksiatan dan
Laskar Jihad di Ambon menjadi gerakan yang berada di belakang umat Islam Ambon
yang sedang menghadapi konflik SARA.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, penulis membatasi topik dengan dengan merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Sejarah Berdirinya FPI?
2. Paham Keagamaan FPI?
C. Maksud dan Tujuan Penulisan
Maksud dan Tujuan Penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui sepak terjang organisasi islam FPI di indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Awal Mula Terbentuknya FPI


Ketika terjadinya proses reformasi,hampir tidak ada kekuatan sosial dominan
yang bisa mengendalikan gerakan masyarakat.Bahkan,aparat negara juga tidak
memiliki peran yang efektif untuk menjalankan fungsinya sebagai penjaga ketertiban
sosial masyarakat.Yang terjadi adalah munculya anarki sosial,yang ditandai dengan
maraknya kerusuhan diberbagai lapisan masyarakat.Setiap elemen masayrakat pada
saat itu memiliki kesempatan untuk melakukan konsolidasi,membentuk kelompok-
kelompok sosial guna mengekspresikan kepentingan masing-masing.
Dalam suasana dimana kekuasaan yang ada tidak mampu menjalankan fungsinya
secara efektif,setiap kelompok dapat secara bebas memperjuangkan dan
mengekspresikan kepentinganya,sekalipun harus bertentangan dengan aturan
hukum.Konflik sosial yang diwarnai dengan berbagai tindakan kekerasan terjadi
dimana-mana,mulai Aceh, Ambon, Irian, Poso,hingga Sanggau Ledo-Pontianak.Ada
semacam tindakan balas dendam yang dilakukan oleh masyarakat terhadap negara
dan juga terhadap kelompok sosial lainnya yang dianggap sebagai bagian dari
negara.Reformasi merupakan arus balik gerakan sosial,dari dominasi kekuatan negara
kekuatan rakyat.
Oleh karena itu tiadanya situasi yang kondusif yang tiadanya proses sosialisasi
dan konsolidasi yang memadai,terjadinya arus balik ini tidak menyebabkan timbulnya
iklim sosial politik yang kondusif bagi tumbuhya demokrasi dan justru
sebaliknya,menjadi ajang balas dendam yang melahirkan konflik dan kekerasan
sosial.Masing-masing kelompok saling berebut kepentingan dengan menjadikan
reformasi dan demokrasi sebagai legitimasi bagai tindakan mereka masing-
masing.Sekelompok masyarakat pada masa orde baru merasa ditindas dan diramapas
hak-haknya serta diperlakukan secara tidak adil oleh negara,pada era reformasi
mereka bangkit dan melakukan perlawanan untuk merebut kembali hak-hak mereka
yang terampas.Sebaliknya,kelompok yang dulunya menjadi baagian dari negara
berusaha menggunakan proses reformasi semaksimal mungkin untuk menghilangkan
jejak dengan cara menyamar menjadi pejuang reformasi dan demokrasi.
Umat Islam,sebagai bagian terbesar dari bangsa ini,merasa bahwa reformasi
adalah momentum yang sangat tepat untuk merebut posisi penting dalam
kekuasaan.Ketika proses reformasi terjadi,sebagian umat Islam menggalang kekuatan
untuk mengambil peran politik yang lebih strategis.Dengan hilangnya kekuatan dn
aparaturnya,umat Islam memiliki kesempatan untuk menawarkan nilai-nilai Islam
sebagai alternatif untuk menjawab problem bangsa tanpa harus khawatir dicurigai
sebagai kelompok ekstrim kanan(kelompok fundamentalis)yang harus diberantas.
Bahkan mereka merasa bangga dengan sebutan-sebutan tersebut.
Selain karena alasan tersebut,bangkitnya kekuatan Islam jenis ini juga didorong
oleh suatu keinginan untuk menjaga dan mempertahankan martabat islam dan
sekaligus umat Islam.Umat Islam tampaknya selalu bernasib kurang baik,selalu
menjadi korban dari tatanan sosial yang ada Untuk menjaga martabat dan wibawa
Islam,kelompok ini memandang perlu melakukan konsolidasi kekuatan Islam guna
membela umat Islam yang diserqang oleh kelompok lain.Atas dasar ini, lahirlah
laskar-laskar Islam.Laskar-laskar ini banyak melakukan pelatihan kemiliteran untuk
memberi pertlindungan kepada umat Islam di daerah-daerah konflik dan untuk
memberantas kemaksiatan.
Akhirnya, Pada 17 Agustus 1998, bertepatan dengan hari ulang tahun
kemerdekaan Indonesia yang ke-53, sejumlah ustadz, kyai, dan ulama, sebagian
besar dari Jabotebek, berkumpul di pesantren al-Umm Ciputat, Tangerang. Pertemuan
ini di maksudkan untuk memperingati dan mensyukuri nikmatnya kemerdekaan
sekaligus membicarakan berbagai persoalan yang terjadi di masyarakat, mulai dari
ketidakadilan sampai dengan hak asasi manusia, dimana sebagian besar yang menjadi
korban adalah umat Islam. Di antara mereka yang hadir adalah K.H. Cecep Bustomi,
Habib Idrus Jamalullail, K.H. Damanhuri, Habib Muhammad Rizieq Syihab, dan
K.H. Misbahul Anam, yang menjadi tuan rumah. Dalam pertemuan inilah dihasilkan
sebuah kesepakatan untuk membentuk sebuah wadah yang bertujuan menampung
aspirasi umat sekaligus mencarikan solusi terbaik atas persoalan-persoalan diatas.
Dan pertemuan tersebut dianggap sebagai hari kelahiran FPI.
Pemilihan nama”Front Pembela Islam” untuk organisasi yang baru dibentuk ini
memiliki makna tersendiri. Kata “Front”menunjukkan bahwa organisasi ini selalu
berusaha untuk berada digaris depan dan memiliki sikap tegas dalam setiap langkah
perjuangan. Kata”Pembela”mengisyaratkan bahwa organisasi ini akan berperan aktif
dalam membela dan memperjuangkan hak Islam dan umat Islam. Sementara kata
“Islam” mencirikan bahwa perjuangan organisasi tidak terlepas dari ikatan ajaran
islam yang lurus dan benar. Dengan nama “Front Pembela Islam” , organisasi ini
membela “nilai” dan “ajaran”, bukan orang atau kelompok tertentu. Artinya,
sebagaimana dikatakan Habib Rizieq, pendiri sekaligus ketua FPI, sangat mungkin
organisasi ini membela kelompok non-Muslim, karena menolong mereka adalah
sebagian dari ajaran Islam.
Situasi sosial-politik yang melatarbelaki berdirinya FPI dirumuskan oleh para
aktivis gerakan ini sebagai berikut:
 Pertama,adanya penderitaan panjang yang dialami umat Islam Indonesia
sebagai akibat adanya pelanggaran HAM yang dilakukan oleh oknum
penguasa.
 Kedua, adanya kewajiban bagi setiap muslim untuk menjaga dan
mempertahankan harkat dan martabat Islam serta umat Islam.
 Ketiga, adanya kewajiban bagi setiap muslim untuk dapat menegakkan amar
ma’ruf nahi munkar.

Dengan mencermati faktor-faktor yang melatarbelakangi lahirnaya FPI maka


tampak jelas bahwa kelahiran FPI tidak bisa lepas dari peristiwa reformasi sebagai
momentum perubahan sosial politik di Indonesia .Dengan demikian,keberadaan FPI
merupakan bagian dari proses pergulatan sosial-politik yang terjadi di era reformasi.
B. Faham Keagamaan FPI
Azaz FPI adalah Islam ala Ahlussunah wal Jamaah (Aswaja).Menurut para
pemimpin FPI ,Aswaja yang dipahami oleh FPI tidaklah sama dengan yang dipahami
oleh kalangan NU maupun Muhammadiyah.Aswaja yang dipahami para aktivis FPI
lebih mendekati pemahaman Aswaja menurut kelompok Salafi yang dipimpin oleh
Ustadz Ja’far Umar Thalib di Yogyakarta.Mmenurut kelompok ini,Aswaja adalah
mereka yang telah sepakat untuk berpegang dengan kebenaran yang pasti sebagai
mana tertera dalam Al-Qur’an dan al-hadits dan mereka itu adalah para sahabat dan
tabi’in.
Terdapat enam hal yang dijadikan alasan mengapa kaum Salafi,dimana FPI
termasuk didalamnya ,selalu merujuk kepada para sahabat antara lain:
1. Para sahabat nabi adalah orang-orang yang dicintai Allah dan mereka pun sangat
cinta kepada Allah(QS.al-Fath[48]:18)
2. Para sahabat nabi adalah umat yang adil,yang dibimbing langsung oleh Rasulullah
dan menjadi pembimbingt sekalian umat manusia setelah rasul meninggal(QS.al-
Baqarah[2]:143)
3. Para sahabat adalah teladan utama setelah nabi (QS.al-Baqarah[2]:137)
4. Kebaikan para sahabat tidak mungkin disamai(hadits nabi)
5. Para sahabat adlah sebaik-baiknya generasi penerus(hadits nabi)
6. Para sahabat nabi adlah orang-orang pilihan yang diciptakan Allah untuk
mendampingi nabi-Nya.

Menurut kelompok ini,mengikuti jejak kaum salafus shalih harus dilakukan secara
total,tanpa reserve.Apa yang dipahami ,dilakukan,dan difatwakan oleh para sahabat
yang tercermin dalam diri para pemimpin agama diikuti secara utuh dan apa
adanya,tidak mengurangi dan juga tidak menambah.Hal ini meliputi bidang
akidah,hukum ,dan tingkah laku keseharian,seperti cara berpakaian
,makan,minum,dan shalat. Hal-hal inilah yang membedakan faham Ahlussunah wal
Jamaah yang dianut oleh FPI dan kelompok Salafi pimpinan Ja’far Umar Thalib
dengan paham Ahlissunah wal Jamaah yang dipahami kalangan NU dan
Muhammadiyah. Meskipun paham Aswaja kelompok FPI dengan kelompok Salafi
memiliki kesamaan,namun didalam penerapannya terdapat perbedaan.
Dalam paparan diatas tampak jelas bahwa paham keagamaan FPI tergolong
bersifat skripturalis-simbolis,menjaga otentisitas ajaran sampai pada dataran yang
paling simbolik,meski hal itu harus dilakukan dengan melanggar substansi dari ajaran
itu sendiri.Dalam pemahaman kelompok ini .tidak ada pembagian antara yang
usul(pokok) dan yang furu’(cabang),antara yang substansif dan yang
simbolik.Pembagian urusan agama dalam dua tataran seperti itu dipandang sebagai
bid’ah.Menurut mereka,semua persoalan agama,baik yang usul maupun yang
furu’,baik yang simbolik maupun yang substantif adalah penting, terlebih lagi
menghidup-hidupkan sunnah nabi adalah sesuatu yang sangat penting meski pada
dataran yang paling simbolik sekalipun.

C. Sikap FPI Terhadap Syiah Dan Wahabi


Pandangan FPI terhadap SYIAH sebagai berikut: FPI membagi Syiah dengan
semua sektenya menjadi TIGA GOLONGAN: Pertama, Syiah ghulat yaitu Syiah
yang menuhankan/menabikan Ali bin Abi Thalib ra. atau meyakini Alquran sudah di-
tahrif (dirubah/ditambah/dikurangi), dan sebagainya dari berbagai keyakinan yang
sudah menyimpang dari usuluddin yang disepakati semua mazhab Islam. Syiah
golongan ini adalah kafir dan wajib diperangi.
Kedua, Syiah rafidah yaitu Syiah yang tidak berkeyakinan seperti ghulat, tapi
melakukan penghinaan/penistaan/pelecehan secara terbuka baik lisan atau pun tulisan
terhadap para sahabat Nabi saw. seperti Abu Bakar ra. dan Umar ra. atau terhadap
para istri Nabi saw. seperti Aisyah ra. dan Hafsah ra. Syiah golongan ini sesat, wajib
dilawan dan diluruskan.
Ketiga, Syiah mu’tadilah yaitu Syiah yang tidak berkeyakinan ghulat dan
tidak bersikap rafidah, mereka hanya mengutamakan Ali ra. di atas sahabat yang lain,
dan lebih mengedapankan riwayat ahlulbait daripada riwayat yang lain, secara zahir
mereka tetap menghormati para sahabat Nabi saw., sedang batinnya hanya Allah Swt.
Yang Mahatahu, hanya saja mereka tidak segan-segan mengajukan kritik terhadap
sejumlah sahabat secara ilmiah dan elegan. Syiah golongan inilah yang disebut oleh
Prof. DR. Muhammad Said Al-Buthi, Prof. DR. Yusuf Qardhawi, Prof. DR. Wahbah
Az-Zuhaili, Mufti Mesir Syekh Ali Jum’ah dan lainnya, sebagai salah satu mazhab
Islam yang diakui dan mesti dihormati. Syiah golongan ketiga ini mesti dihadapi
dengan dakwah dan dialog bukan dimusuhi.
Ada pun pandangan FPI terhadap wahabi sebagai berikut. FPI membagi
Wahabi dengan semua sektenya juga menjadi tiga golongan; pertama, Wahabi takfiri
yaitu Wahabi yang mengkafirkan semua muslim yang tidak sepaham dengan mereka,
juga menghalalkan darah sesama muslim, lalu bersikap mujassim yaitu mensifatkan
Allah Swt. dengan sifat-sifat makhluk, dan sebagainya dari berbagai keyakinan yang
sudah menyimpang dari usuluddin yang disepakati semua mazhab Islam. Wahabi
golongan ini kafir dan wajib diperangi.
Kedua, Wahabi khawarij yaitu yang tidak berkeyakinan seperti takfiri, tapi
melakukan penghinaan/penistaan/pelecehan secara terbuka baik lisan mau pun tulisan
terhadap para ahlulbait Nabi saw. seperti Ali ra., Fatimah ra., Al-Hasan ra. dan Al-
Husain ra. mau pun itrah/zuriyahnya. Wahabi golongan ini sesat sehingga mesti
dilawan dan diluruskan.
Ketiga, Wahabi mu’tadil yaitu mereka yang tidak berkeyakinan takfiri dan
tidak bersikap khawarij, maka mereka termasuk mazhab Islam yang wajib dihormati
dan dihargai serta disikapi dengan dakwah dan dialog dalam suasana persaudaraan
Islam.
Dengan demikian, FPI sangat MENGHARGAI PERBEDAAN, tapi FPI
sangat MENENTANG PENYIMPANGAN. Oleh karena itu semua, FPI menyerukan
kepada segenap umat Islam agar menghentikan/membubarkan semua majelis/mimbar
mana saja yang secara terbuka melecehkan/menghina/menistakan ahlulbait dan
sahabat Nabi saw. atau menyebarluaskan berbagai KESESATAN atau melakukan
PENODAAN terhadap agama, lalu menyeret para pelakunya ke dalam proses hukum
dengan tuntutan PENISTAAN AGAMA.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

FPI adalah salah satu organisasi atau gerakan yang didirikan sebagai respon
terhadap kondisi social politik Indonesia, pada 17 Agustus 1998 resmi didirikan dan
Muhammad Habib Rizieq sabagai pelopornya sekaligus sebagai ketua umum FPI,
dalam upaya untuk menegakkan amar ma’ruf nahimunkar (memerintahkan kebaikan
dan mencegah kemungkaran). Dalam metode amar ma’ruf mereka menggunakan
metode lemah lembut, sementara dalam menegakkan nahi munkar mengutamakan
metode yang keras dan tegas yaitu dengan merazia tempat-tempat hiburan yang
mereka anggap sebagai sarang kemaksiatan seperti klub malam, diskotik, kafe, dan
kasino.
DAFTAR PUSTAKA

1. Jamhari, Jajang Jahroni, 2004,Gerakan salafi radikal di Indonesia, Jakarta, PT


Raja grafindo persada.
2. Khamami Zada, 2002, Islam radikal, Jakarta, PT Teraju.
3. Al-Zastrouw Ng, 2006, Gerakan Islam Simbolik, Yogyakarta: PT LKiS Pelangi
Aksara.
4. http://kerukunan-islam.blogspot.com/2013/03/front-pembela-islam-fpi.html
5. http://fpi.or.id/?p=detail&nid=98
6. Shttp://ejajufri.wordpress.com/2010/02/19/sikap-fpi-terhadap-syiah-dan-wahabi/

Anda mungkin juga menyukai