Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH TENTANG LEMBAGA LEMBAGA DAKWAH DI

INDONESIA DAN METODE PERGERAKANNYA


Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Manajemen Dakwah
Dosen Pengampu Nur Ahmad, S.Sos I, M.S.I

Nama Kelompok :
1. Hamdan Ali Shadiqin ( 2040310030 )
2. Fatika Febrianti ( 2040310031)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMIKASI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TAHUN 2020/2021
BAB I 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Agama merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap manusia. Manusia beragama
bukan hanya terbatas pada mereka mempercayai adanya Tuhan, akan tetapi mereka
yang mempercayai adanya kekuatan lain yang tidak terlihat secara kasap mata, dapat
dikatakan sebagai manusia yang beragama. Agama meliputi berbagai bidang
kehidupan manusia seperti ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Agama mengatur hal
sederhana sampai pada hal yang komplek, dan merupakan patokan manusia dalam
bertindak dalam kehidupannya.
Di Indonesia, masyarakat yang menganut agama Islam memunculkan organisasi-
organisasi keagamaan yang berdasarkan aliran keagamaan, misalnya:
Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU), Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII),
dan lain-lain. Organisasi keagamaan itu lebih khusus disebut organisasi massa Islam.
Salah satu fungsi organisasi itu adalah sebagai wadah kolektifitas identitas dari
kelompoknya, yaitu sebagai wadah aktifitas dalam rangka dakwah Islamiyah.
Hal itu merupakan salah satu fenomena sosial di Indonesia, yang kerap kali
membingungkan masyarakat awam. Bahkan muncul labeling sesat bagi aliran-aliran
keagamaan tertentu oleh pihak tertentu.
LDII adalah salah satu organisasi masa Islam yang dianggap meresahkan
masyarakat, sehingga muncul labeling sesat oleh pihak-pihak tertentu. Di beberapa
daerah, labeling sesat terhadap LDII sering menimbulkan konflik antara penganut
LDII dengan non LDII. Paham keagamaan yang dikembangkan oleh LDII dianggap
telah meresahkan masyarakat di berbagai daerah. Kajian tentang LDII telah banyak
dilakukan, baik berupa hasil penelitian maupun buku. Pada umumnya hasil
penelitian-penelitian yang sudah terlaksana masih bersifat pendahuluan atau studi
awal yang berusaha mendiskripsikan sekitar kelahiran, perkembangan dan pokok-
pokok ajaran gerakan LDII.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah gerakan keagamaan LDII?
2. Mendiskripsikan ideologi keagamaan, politik dan ekonomi LDII.
3. Apa saja metode metode dalam LDII?

C. Tujuan Masalah
1. Mendiskripsikan sejarah gerakan keagamaan LDII.
2. Mendiskripsikan sejarah gerakan keagamaan LDII.
3. Mengetahui metode pergerakannya
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Lembaga Dakwah Islam Indonesia


Lembaga Dakwah Islam Indonesia atau disingkat LDII, merupakan organisasi
dakwah kemasyarakatan di wilayah Republik Indonesia. Sesuai dengan visi, misi, tugas
pokok dan fungsinya, LDII mempunyai tujuan untuk meningkatkan kualitas peradaban,
hidup, harkat dan martabat kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta turut
serta dalam pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang dilandasi oleh keimanan
dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa guna terwujudnya masyarakat madani
yang demokratis dan berkeadilan sosial berdasarkan Pancasila, yang diridhoi Allah SWT.
Awal mulanya, LDII bernama YAKARI (Yayasan Lembaga Karyawan Islam),
kemudian berganti nama menjadi LEMKARI (Lembaga Karyawan Islam) dan akhirnya
berganti nama lagi menjadi LDII, karena nama LEMKARI dianggap sama dengan
akronim dari Lembaga Karate-Do Indonesia. LDII adalah organisasi yang independen.
Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) pertama kali berdiri pada 3 Januari 1972 di
Surabaya, JGawa Timur dengan nama Yayasan Lembaga Karyawan Islam (YAKARI).
Pada Musyawarah Besar (Mubes) tahun 1981 namanya diganti menjadi Lembaga
Karyawan Islam (LEMKARI), dan pada Mubes tahun 1990, atas dasar Pidato Pengarahan
Bapak Sudarmono, SH. Selaku Wakil Presiden dan Bapak Jenderal Rudini sebagai
Mendagri waktu itu, serta masukan baik pada sidang-sidang komisi maupun sidang
Paripurna dalam Musyawarah Besar IV LEMKARI tahun 1990, selanjutnya perubahan
nama tersebut ditetapkan dalam keputusan, MUBES IV LEMKARI No. VI/MUBES-75
IV/ LEMKARI/1990, Pasal 3, yaitu mengubah nama organisasi dari Lembaga Karyawan
Dakwah Islam yang disingkat LEMKARI yang sama dengan akronim LEMKARI
(Lembaga Karate-Do Indonesia), diubah menjadi Lembaga DakwahIslam Indonesia,
yang disingkat LDII.
Jauh sebelum nama LDII terkenal, dikenal nama-nama, seperti: Darul-Hadits, Islam
Jama’ah, Jajasan Pendidikan Islam Djama’ah (JPID), Gugus Depan Pramuka Khusus
Islam, LEMKARI dan YAKARI (di Jawa Tengah) lalu LDII untuk seluruh Indonesia.
Dikatakan mereka sengaja berganti-ganti nama untuk melancarkan siasat Taqiyah di
tengah-tengah umat. Dengan demikian stabilitas keamanan dan eksistensinya dapat
terjaga. Disebutkan juga Sang Madigol memang mewajibkan bersiasat penuh Taqiyah
dalam penampilan atau berganti nama atau bertukar baju atau mantel gerakannya. Nama
LDII ini adalah hasil dari kongres/muktamar LEMKARI tahun 1990. Pergantian nama
tersebut dengan maksud menghilangkan citra LEMKARI yang masih meneruskan paham
Darul Hadits/Islam Jama’ah.
LDII adalah salah satu organisasi masa Islam yang dianggap meresahkan masyarakat,
sehingga muncul labeling sesat oleh pihak-pihak tertentu. Di beberapa daerah, labeling
sesat terhadap LDII sering menimbulkan konflik antara penganut LDII dengan non LDII.
Paham keagamaan yang dikembangkan oleh LDII dianggap telah meresahkan masyarakat
di berbagai daerah, karena dinilai masih mengajarkan faham Darul Hadits/Islam
Jamaahyang telah dilarang oleh Jaksa Agung Republik Indonesia pada tahun 1971 (SK
Jaksa Agung RI No. Kep-08/D.A/10/1971 tanggal 29 Oktober 1971).
Kajian tentang LDII telah banyak dilakukan, baik berupa hasil penelitian maupun
buku. Pada umumnya hasil penelitian-penelitian yang sudah terlaksana masih bersifat
pendahuluan atau studi awal yang berusaha mendiskripsikan sekitar kelahiran,
perkembangan dan pokok-pokok ajaran gerakan LDII. Hingga saat ini kajian ilmiah
mengenai LDII sebagai salah satu organisasi dan juga pondok pesantren besar di
Indonesia masih belum memadai, meskipun selama satu dekade terakhir ini LDII telah
mengalami perkembangan yang pesat.

B. Perkembangan LDII
Perkembangan LDII yang pesat ini, pada hakikatnya menimbulkan respon dan
resistensi tersendiri bagi masyarakat yang berada di luar golongan LDII. Hal ini
disebabkan oleh perbedaan pandangan tentang ideologi yang mendasari gerakan LDII di
masyarakat. Perkembangan LDII sekarang, dapat dilihat dari beberapa periode: Periode
pertama sekitar tahun 1940-an, ini adalah masa awal H. Nurhasan (Madigol)
menyampaikan ilmu Manqul-Musnad-Muttashil, yaitu Ilmu Al-Quran Manqul dan Ilmu
Hadits Manqul. Pada tahapan ini juga ia mengajarkan Qiro’at dan ilmu beladiri pencak
silat kanuragan. Pada tahun 1951 ia memproklamirkan Pondok Pesantren Darul-Hadits.
Periode kedua tahun 1951, adalah masa membangun asrama pengajian Darul Hadits
berikut pesantren-pesantrennya di Jombang, Kediri, dan di Jalan Petojo Sabangan
Jakarta, hingga sang Madigol bertemu dan mendapat konsep asal doktrin Imamah dan
Jama’ah (yaitu Bai’at, Amir, Jama’ah, Taat) dari imam dan khalifah Dunia Jama’atul
Muslimin Hizbullah, yaitu Imam Wali al-Fatah, yang pada zaman Bung Karno menjabat
Kepala Biro Politik Kementerian Dalam Negeri RI, yangdibai’at pada tahun 1953 di
Jakarta oleh para Jama’ah dan Madigol. Adapun mantan Anggota DH/IJ Ust. Bambang
Irawan Hafiluddin pada tahun 1960 ikut berbai’at kepada Wali al-Fatah di Jakarta.
Periode ketiga tahun 1960, adalah masa periode bai’at kepada Madigol. Yaitu ketika
ratusan Jam’ah Pengajian Asrama Manqul Qur’an dan Hadits di Desa Gading Mangu
menangis meminta sang Madigol agar mau dibai’at dan ditetapkan menjadi Imam/Amir
Mu’minin. Mereka menyatakan sanggup taat dengan mengucap Syahadat, Sholawat, dan
kata bai’at “Sami’na wa ‘atho’na, Mas tatho’na“ .
Periode keempat, penyebaran doktrin bai’at dan mengajak anggota sebanyak-
banyaknya, setelah masa bai’at sang Madigol. Pada periode ini masa bergabungnya
Bambang Irawan, Drs. Nur Hasyim, Raden Eddy Masiadi, Notaris Mudiyomo, dan
Hasyim Rifa’i, hingga masa pembinaan aktif oleh mendiang Jenderal Soedjono
Hoemardani dan Jenderal Ali Moertopo berikut para perwira Opsus-nya, yaitu masa
pembinaan dengan naungan surat sakti BAPILU SEKBER GOLKAR dengan Surat
Keputusan No. KEP. 2707/BAPILO/SBK/1971 dan Radiogram PANGKOPKAMTIB
No. TR 105/KOMKAM/III/1971 atau masa LEMKARI sampai dengan saat LEMKARI
dibekukan di seluruh Jawa Timur atas desakan keras Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Jawa Timur pimpinan K.H. Misbach hingga masa meninggalnya Sang Madigol pada hari
Sabtu 13 Maret 1982 dalam pristiwa kecelakaan lalu lintas di dekat Cirebon, yang saat itu
ia mengendarai sepeda motor Mercy Tiger. Namun, pristiwa itu dirahasiakan dan
posisinya digantikan oleh putra sulungnya yang bernama Abdu Dhohir.
Periode kelima, masa LEMKARI berganti nama tahun 1990/1991 menjadi LDII hinga
sekarang. Masa ini disebut sebagai masa kemenangan, sebab LDII berhasil go-
internasional, masa suksesi besar setelah antek-antek Madigol berhasil menembus
Singapura, Malaysia, Saudi Arabiya, Amerika Serikat dan Eropa, bahkan Australia, tentu
saja dengan siasat Taqiyahnya (Fathonah, Bithonah, Budi Luhur Luhuring budi).

C. Ideologi LDII
Ideologi LDII terbagi menjadi tiga, yaitu ideologi gerakan keagamaan, politik dan
ekonomi. Ideologi gerakan keagamaan LDII merupakan aktivitas keagamaan LDII dalam
rangka memurnikan agama Islam pada masyarakat yang dilakukan oleh bidang dakwah.
Selain itu, prosesnya melibatkan bidang pengkaderan, bidang ke-LDII-an, dan bidang
pengkajian ilmu pengetahuan. Secara umum kegiatan dakwah LDII dilakukan untuk
menyesuaikan visi dan misi sebagai gerakan Islam dan keilmuan serta kemasyarakatan.
Semua itu bagi jamaah LDII hanya bisa terwujud ketika urusan dunia dikorelasikan
dengan kehidupan akhirat kelak, dengan cara berbuat amal saleh sebanyak-banyaknya
sesuai dengan tuntunan al-Qur’an dan Hadis demi mendapatkan pahala dan mampu
menghantarkan kepada kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Sedangkan ideologi LDII yang bersifat politik yaitu LDII dalam melihat politik,
kekuasaan ataupun negara, LDII meletakkannya sebagai produk dari dinamika sosial
kemasyarakatan dan kebudayaan, yang kemudian dikenal sebagai gerakan dakwah. Bagi
jamaah LDII, partai politik ataupun politik negara adalah sub-sistem dari gerakan
dakwah. Dari sini terlihat bahwa hubungan antara LDII dengan partai politik tidak
konsisten, selalu berubah dan tidak pernah bersifat struktural. Dengan kata lain LDII
ditempatkan di atas basis yang lebih besar dan kultural dibandingkan dinamika politik
kenegaraan. Dalam hal ini LDII cenderung bersikap pragmatis atau akomodatif dalam
politik. Hal ini terlihat dalam hasil Rakernas pada tahun 2007 di Jakarta, LDII kembali
menetapkan Islam sebagai asas tunggal. Rakernas ini juga memutuskan bahwa LDII
sebagai organisasi sosial-keagamaan akan menjaga jarak yang sama dengan semua partai
politik. Para pengurus LDII dilarang melakukan rangkap jabatan dengan semua partai
politik. Ideologi ekonomi LDII adalah menjadikan anggota LDII dalam memperoleh
harta dengan semangat amal saleh dan sadaqah, demi mendapatkan harta yang halal dan
barakah dari Allah.
Sedangkan tentang ideologi ekonomi LDII, tokoh Wahidiyah cukup apresiatif karena
seluruh warga LDII memiliki etos menjadi teladan di lingkungan kerjanya dan
mempunyai nilai tambah. Dalam ideologi perekonomian warga LDII, terdapat pengajian
dalam meningkatkan kualitas hidup manusia melalui etos kerja, sehingga materi
pengajian bukan saja persoalan akhirat, tapi juga persoalan dunia dapat diterima dan
dipraktekkan dengan baik oleh warga LDII.
Sedangkan respon yang bersifat resistensif terhadap ideologi politik LDII yaitu
disebabkan pandangan LDII dan kelompok Islam yang lain berbeda. Menurut LDII dalam
hal kenegaraan, agama Islam memang hanya mengatur dasar dan pokok-pokoknya saja,
seperti halnya kepentingan dan keperluan masyarakat manusia yang tidak berubah-ubah
selama manusia masih bersifat manusia, baik manusia zaman unta, manusia zaman kapal
terbang dan lain sebagainya.
Ideologi politik LDII dan Muhammadiyah, terlihat sejalan namun berbeda. Terlihat
sejalan dalam hal memilih untuk bersikap netral terhadap partai politik manapun.
Sedangkan terlihat berbeda dalam hal memandang agama dan negara. LDII dengan
berbagai alasannya di atas, menginginkan Islam dijadikan kekuatan ideologi dan dasar
negara ini. Muhammadiyah sebaliknya, menolak Islam dijadikan ideologi, karena jika
agama, politik dan budaya diideologikan fungsinya akan terdistorsi dan bukan malah
mendapatkan struktur yang lebih baik, melainkan justru akan memicu disintegrasi yang
berbasis sekretarian dan konflik horizontal. partai politik manapun. Sedangkan terlihat
berbeda dalam hal memandang agama dan negara. LDII dengan berbagai alasannya di
atas, menginginkan Islam dijadikan kekuatan ideologi dan dasar negara ini.
Muhammadiyah sebaliknya, menolak Islam dijadikan ideologi, karena jika agama, politik
dan budaya diideologikan fungsinya akan terdistorsi dan bukan malah mendapatkan
struktur yang lebih baik, melainkan justru akan memicu disintegrasi yang berbasis
sekretarian dan konflik horizontal.

D. Sumber Hukum LDII


Aliran islam LDII dalam melaksanakan Ubudiyahnya mereka mengambil dari :
1. Al – Qur’an Manqul, yaitu Al – Qur’an yang telah diartikan dan ditafsirkan serta di
ta’wilkan oleh imam sesuai kepentingannya, sebab imam mempunyaiotoritas yang
mutlak termasuk memebuat ajaran yang wajib ditaati oleh semua pengikutnya.
2. Hadits Manqul, yaitu hadits hadits yang telah ditafsirkan oleh imam sesuai kehendak
dan kepentingannya.
3. Sabda Imam, yaitu titah titah imam, yang baik menyangkut masalah Ubudiyyah atau
Muamalah, dimana larangan imam wajib ditinggalkan dan perintahnya wajib
dilaksanakan. Bila perintah imam itu tidak dilaksanakan, maka pasti akan masuk
neraka, sedangkan yang taat kepada imam dijamin masuk surge, sebab menurutnya
imam mempunyai kapling surga.

E. Organisasi Keagamaan.
Didalam Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), ada dua hal yang penting perlu
diketahui, yaitu :
1. Dalam konteks organisasi, LDII menerapkan Leadership (kepemimpiann) yang
bertanggung jawab dan amanah sebai Ro’in. Nilai nilai kepemimpinan ini tidak hanya
dikembangkan dalam organisasi LDII, tapi mulai dipraktekan dari mulai keluarga,
pondok pesantrean dan lebih luas lagi dalam kehidupan bertetangga dan
bermasyarakat.
2. Dalam konteks agama, LDII bertujuan secara khusus membangun warganya dan umat
islam pada umumnya agar menjadi hamba Allah yang tekun beribadah dan menjadi
warga Negara yang baik.
Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), merupakan organisasi kemasyarakatanresmi
dan legal yang memiliki ketentuan UU no. 8 tahun 1985 tentang organisasi
kemasyarakatan, serta pelaksanaannya meliputi PP No. 18 tahun 1986 dan peraturan
menteri dalam negeri no 5 tahun 1986 dengan demikian LDII memiliki Anggaran Dasar
(AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART).
F. Teologi LDII
Dalam memahami agama dia termasuk teguh pada pendirian dan tidak toleran
terhadapmereka yang berbeda paham. Oleh karena itu kebanyakan doktrin teologis LDII
dianggapsesat oleh mayoritas umat islam, berikut adalah faham-faham teologis LDII :
1. Ajaran Islam Jama’ah
Inti ajaran yang dikembangkan oleh LDII adalah kembali kepada Quran dan
Hadis, yang selama ini banyak ditinggalkan oleh umat Islam. Di samping itu
perbedaan di kalangan umat Islam terjadi karena tidak memiliki pemimpin pemersatu
yang sangat ditaati oleh umat. Mereka beranggapan bahwa mempelajari ilmu-ilmu
agama selain Quran dan Hadis, seperti fikih, tauhid, akhlak, dan sebagainya, percuma
saja dan menyesatkan
2. Aqidah
Beberapa petunjuk bisa sedikitmembuka ajaran mereka sebagai berikut. Ajaran
mereka bersumber pada paham salafiyyah, karena terbukti tidak mau menakwilkan
ayat-ayat mutasyabihat (implisit). Mereka hanya mau memahami apa adanya,
secaraharfiah. Termasuk dalam menghadapi ayat-ayat tentang Allah dan perilaku-
Nya, sepertiwajah, tangan, duduk, marah, berkata, dan sebagainya. Tentunya dengan
tambahan bilakaifa yang artinya tidak seperti apapun. Yang tidak meyakini seperti itu
dianggapkafir oleh mereka.
3. Takfir
Takfir adalah mengkafirkan orang yang tidak berbaiat kepada imam suatu
kelompok. Ciri takfir ini seringkali terdapat dan menjadi ciri khas kelompok yang
menyimpang. Jadi secara psikologis, mereka ingin menanamkan rasa bangga
daneksklusifisme tertentu kepada anggotanya dengan memberi label muslim kepada
kelompok mereka dan label non muslim kepada selain mereka (diluar kelompok).
Dan secara otomatis, setiap anggotanya tidak dibenarkan kawin dengan
nonanggota, karena menurut mereka, orang yang bukan anggota bukan muslim.
Begitu pula dalam masalah sholat, kelompok mereka tidak akan mau jadi makmum di
belakang orang yang bukan anggota kelompok mereka.
Sedangkan orang yang lahir dari orang tua muslim, otomatis menjadi
seorangmuslim dan tidak perlu melakukan syahadat ulang di depan Amir, imam atau
apapunistilahnya. Baca syahadat di depan tokoh tertentu lebih mirip dengan baptis
gaya kristenketimbang ajaran aqidah islam, jadi apapun nama organisasinya, bila
punya fahamtakfir seperti ini, jelas telah menyimpang dari aqidah yang diajarkan oleh
RasulullahSaw. dan para ulama pewarisnya.
4. Jamaah, Keamiran, dan Baiat
Menurut kelompok ini, umat Islam sekarang sudah terpecah belah menjadi
beberapa golongan, karena tidak ada pemimpin yang layak dihormati dan dipercaya
sebagai amir. Dengan ketinggian ilmunya Amir mampu membimbing ke jalan Allah
dalam menyatukan jama’ah. Dan jamaah adalah menjadi salah satu syarat saahnya
keislaman seseorang.
Untuk lebih meyakinakan kebenaran pandangan mereka tentang perlunya
jamaah,amir maupun baiat, dengan ayat-ayat Quran maupun Hadis yang mereka
anggap sesuai.Dan umat Islam di Indonesia wajib berbaiat dan taat kepada Nurhasan
Al-Ubaidad,karena ia satu satunya amir di negeri ini.
Lebih dari itu mereka beranggapan bahwa orange yang tidak sepaham
denganmereka dihukum kafir atau syirik. Dan setiap orang kafir dan syirik adalah
najis.Konseskuensinya mereka harus diusir dari kalangan jamaah, meskipun tadinya
dalahanggota keluarga, seeperti anak, orangtua, istri maupun suami. Ajaran Islam
Jamaahyang demikian itu merupajan hasil ijtihad Wali Fatah, tokoh aliran Jamaah
Muslim.Paham agama seperti ini telah menimbulkan keresahan dalam masyarakat,
karena telahmemecah belah persatuan atau Ukhuwah Islamiyyah. Dalam
perkembangannyasekarang, setelah dengan nama LDII.
5. Infak Wajib
Umumnya kelompok sesat berujung kepada penglembungan uang atau
mobilisasidana. Namun karena dikemas dengan doktrin dan segala macam
asesorisnya, makadengan setia dan taat mereka mengeluarkan uang untuk sang
pimpinan. Kalau perlu jadisampai miskin sekalian. Tidak jarang tarif infaq wajib itu
termasuk gila-gilaan. Ada yang menetapkan 20% dari penghasilan, 30%, 50% bahkan
sampai 100%. Belum lagizakat, kafarat, denda dan lainnya.
Dalam banyak kasus, seringkali terbongkar bahwa kalangan jamaah yang sesat
ituseringkali sudah tidak lagi perduli kepada halal atau haram, yang penting harus
setorkeatasan. Makin banyak menyetorkan dana, biasanya makin tinggi pangkat
dankedudukannya. Semua setoran yang sudah masuk tidak dibenarkan untuk
dimintalaporan pembukuaannya.
6. Taqiyah
Ciri yang tidak pernah luput dari kelompok sesat adalah taqiyah
yaitumenyembunyikan doktrin sesatnya kepada siapapun kecuali kepada mereka yang
sudahresmi dibaiat hingga pada level tertentu, sehingga setiap ada orang yang
inginmelakukan konfirmasi ke pihak mereka atas berita kesesatan ajaran mereka,
selalu akandipungkiri dengan sekian banyak dalih. Biasanya, apa yang mereka pajang
di etalaseadalah hal-hal yang baik, bagus, normal dan biasa saja. Barulah setelah kita
masukdapurnya, kita baru bisa tahu seperti apa wujud asli kelompok itu.
Tapi biasanya, pihak pimpinan akan memblack-list mereka dan mengatakan
bahwamereka adalah pengkhianat dan penyebar fitnah karena sakit hati dan
seterusnya. Jadiketerangan dari orang yang sudah tobat itu terkadang tidak mempan,
karena paraanggota baru sudah diimunisasi atas info-info kesesatan kelompok
mereka.

G. Metode Pengajaran dalam LDII


Di dalam mengajarkan ilmu Al Quran dan Hadits, LDII tidak menggunakan sistem
kelas seperti pada umumnya. Metode penyampaian guru membacakan Al Quran,
mengartikannya kata perkata dan menafsirkannya dengan dasar penafsiran dari hadits
yang berkaitan dan penjelasan beberapa ahli tafsir, misalnya Tafsir Ibn Katsier. Murid-
murid mencatat arti kata perkata di dalam Al Quran dan juga penjelasan tafsirnya. Untuk
Al Hadits pun menggunakan metode pengajaran yang sama, dimana guru dan murid sama
sama memegang hadits yang sama dan melakukan kajian. Hadits yang dipelajari adalah
utamanya Hadits Kutubussitah (Bukhori, Muslim, Abu Dawus, Nasai, Tirmidzi, Ibn
Majah) serta hadits lainnya seperti Malik al Muatho’ dan Musnad Ahmad.
Selain itu, mereka juga mempelajari himpunan hadits sesuai dengan temanya, seperti
kitab sholat yang berisi tata cara sholat sesuai ajaran Nabi Muhammad yang tertulis
dalam beberapa sumber Hadits, kitab puasa (shoum), kitab manasik haji dan lain-lain.
Dengan mempelajari hadits secara langsung dari kitab aslinya berarti secara langsung
mengetahui suatu hadits apakah shohih atau lemah, sehingga terhindar dari rusaknya ilmu
dan amal mereka. Metode pemaknaan perlafadz itulah yang membuat para anggota LDII
banyak menguasai kata-kata Arab yang sangat berguna dalam kehidupan beragama.
Misalnya mereka dapat mengerti apabila sedang membaca Al Quran tanpa harus
mempelajari ilmu Bahasa Arab atau ilmu Alat (nahwu dan shorof) karena ulama LDII
beranggapan bahwa pencerdasan ilmu Al Quran bukan hanya milik ulama tetapi untuk
semua orang, karena memang Al Quran diturunkan untuk seluruh umat manusia bukan
hanya ulama tertentu.
Metode pengajaran dalam mengkaji Al Quran dan Hadits sama yaitu dibacakan
kemudian diberi arti kata demi kata dan kemudian diterangkan arti serta maksudnya. Para
anggota pengajian memberi arti pada setiap kata yang ditulis dibawah tulisan Al Quran
ataupun hadits. Ada yang menulisnya artinya dengan huruf latin bagi mereka yang belum
mahir dalam menulis arab dan bagi mereka yang mahir menulis arab, mereka
memaknainya dengan menggunakan huruf pegon (pegon huruf arab digunakan untuk
menulis bahasa Jawa).
KESIMPULAN

Lembaga Dakwah Islam Indonesia atau disingkat LDII, merupakan organisasi dakwah
kemasyarakatan di wilayah Republik Indonesia. Awal mulanya, LDII bernama YAKARI
(Yayasan Lembaga Karyawan Islam), kemudian berganti nama menjadi LEMKARI (Lembaga
Karyawan Islam) dan akhirnya berganti nama lagi menjadi LDII, karena nama LEMKARI
dianggap sama dengan akronim dari Lembaga Karate-Do Indonesia. LDII adalah organisasi yang
independen. Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) pertama kali berdiri pada 3 Januari 1972
di Surabaya, JGawa Timur dengan nama Yayasan Lembaga Karyawan Islam (YAKARI). Jauh
sebelum nama LDII terkenal, dikenal nama-nama, seperti: Darul-Hadits, Islam Jama’ah, Jajasan
Pendidikan Islam Djama’ah (JPID), Gugus Depan Pramuka Khusus Islam, LEMKARI dan
YAKARI (di Jawa Tengah) lalu LDII untuk seluruh Indonesia. Pergantian nama tersebut dengan
maksud menghilangkan citra LEMKARI yang masih meneruskan paham Darul Hadits/Islam
Jama’ah. LDII adalah salah satu organisasi masa Islam yang dianggap meresahkan masyarakat,
sehingga muncul labeling sesat oleh pihak-pihak tertentu. Kajian tentang LDII telah banyak
dilakukan, baik berupa hasil penelitian maupun buku. Pada umumnya hasil penelitian-penelitian
yang sudah terlaksana masih bersifat pendahuluan atau studi awal yang berusaha
mendiskripsikan sekitar kelahiran, perkembangan dan pokok-pokok ajaran gerakan LDII.
Periode kedua tahun 1951, adalah masa membangun asrama pengajian Darul Hadits berikut
pesantren-pesantrennya di Jombang, Kediri, dan di Jalan Petojo Sabangan Jakarta, hingga sang
Madigol bertemu dan mendapat konsep asal doktrin Imamah dan Jama’ah (yaitu Bai’at, Amir,
Jama’ah, Taat) dari imam dan khalifah Dunia Jama’atul Muslimin Hizbullah, yaitu Imam Wali
al-Fatah, yang pada zaman Bung Karno menjabat Kepala Biro Politik Kementerian Dalam
Negeri RI, yangdibai’at pada tahun 1953 di Jakarta oleh para Jama’ah dan Madigol.
Ideologi LDII Ideologi LDII terbagi menjadi tiga, yaitu ideologi gerakan keagamaan, politik
dan ekonomi. Semua itu bagi jamaah LDII hanya bisa terwujud ketika urusan dunia
dikorelasikan dengan kehidupan akhirat kelak, dengan cara berbuat amal saleh sebanyak-
banyaknya sesuai dengan tuntunan al-Qur’an dan Hadis demi mendapatkan pahala dan mampu
menghantarkan kepada kebahagiaan di dunia dan akhirat.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai