Anda di halaman 1dari 6

MARKETING ALA RASULULLAH

Di Susun Guna Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Marketing Revolution

Dosen Pengampu : Nur Ahmad, S.Sos.I,M.S.I

Di Susun Oleh:

Nisfi Nurul Jannah (2040310029)

Fatika febrianti (2040310031)

Kelas : A6 Manajemen Dakwah

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

TAHUN 2023
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehinnga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Marketing Ala Rasulullah “ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulis dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dari dosen pengampu yaitu bapak Nur Ahmad,S.Sos I.,M.S.I pada mata kuliah
Markting Revoltion. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan
mengenai marketing ala Rasulullah bagi penulis dan pembaca.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah ini


jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis memohon maaf atas
ketidaksempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga
mengharap adanya krtik dan saran dari pembaca apabila menemukan kesalahan
pada makalah ini.

Kudus, 24 April 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nabi Muhammad mempunyai reputasi yang besar di dunia wirausaha, di
samping kiprahnya sebagai penunjuk jalan kebenaran bagi manusia. Banyak
ahli sejarah yang telah membahas kesuksesan beliau. Akan tetapi pada wilayah
entrepreneur, kurang digali secara mendalam.
Sejarah mencatat, Nabi Muhammad adalah seorang pedagang yang jujur
dan adil dalam dunia bisnis. Karena dengan berlaku jujur kepada konsumen
mengenai kekurangan dan kelebihan suatu produk akan membuat konsumen
atau pembeli percaya kepada kita. Mereka tidak akan merasa tertipu dan tidak
merasa dibohongi oleh segala ucapan kita. Akan tetapi yang seringkali
dijumpai di pasar-pasar justru sebaliknya, para penjual kerapkali melakukan
berbagai kecurangan, penipuan, dan bahkan banyak diantaranya yang
kadangkala bersumpah palsu untuk meyakinkan para pembeli dalam proses
melariskan produknya. Beliau selalu menjaga janji dan menyerahkan barang-
barang yang dipesan tepat waktu. beliau senantiasa menunjukkan rasa
tanggungjawab yang besar dan integritas yang tinggi dengan siapapun.
Reputasinya sebagai seorang pedagang yang jujur dan benar telah dikenal luas
sejak beliau berusia muda. Hal ini menunjukkan, bahwa Nabi mempunyai
manajemen yang mumpuni dalam menjalankan wirausahanya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Prinsip Marketing Ala Rasulullah?
2. Bagaimana Etika Marketing Ala Rasulullah?
3. Nnn
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Prinsip Markting Ala Rasulullah.
2. Untuk Mengetahui Etika Marketing Ala Rasulullah.
3. nnn
BAB II
PEMBAHASAN

A. Prinsip Marketing Ala Rasulullah


Diantara nilai-nilai yang tidak boleh dilupakan oleh wirausahawan dalam
bisnisnya adalah lalai dari mengingat Allâh. Sejumlah pedoman umum dalam
aplikasi bisnis, wirausahawan dituntut untuk bertindak secara Islami karena
Allah yang akan menjadi saksi dalam setiap transaksi yang mereka lakukan.
Berikut ini beberapa prinsip bisnis kunci yang telah dicontoh oleh Nabi
Muhammad saw, yang dikemukakan oleh Rafik:1
Pertama, jujur dan berkata benar. Survey karakteristik yang dilakukan
lembaga leadership internasional yang bernama “The Leadership Challenge”,
Kejujuran merupakan puncak moralitas iman dan merupakan karakteristik dari
para Nabi. Kejujuran yang dimaksud bermula dengan jujur pada diri sendiri
yang berlanjut dengan berlaku jujur terhadap orang lain. Nabi saw bersabda:
“Tidak dibenarkan seorang muslim menjual satu jualan yang mempunyai aib
kecuali dia menjelaskan aibnya” (HR. al-Quswaini).
Kedua, menepati janji. Salah satu konsekuensi dari kejujuran adalah
pemenuhan janji dan syarat-syarat perjanjian. Al-Qur’an 2dan sunnah secara
tegas memerintahkan untuk memenuhi segala macam janji dan ikatan
perjanjian.
Ketiga, mencintai Allâh lebih dari perniagaan. Dalam berdagang
wirausahawan tidak boleh melalaikan kontak abadi antara seseorang dengan
Tuhannya, khususnya sholat. Al-Qur’an 3sendiri menjelaskan bahwa kita harus
menyegerakan sholat pada hari jum’at dan meninggalkan semua aktivitas jual
beli. Hal ini dikarenakan kebanyakan aib para pedagang adalah bahwa mereka
hanyut tenggelam dalam rutinitas materi, angka-angka dan pendapatan.
Keempat, berendah hati dalam menjalani hidup. Nabi Muhammad saw
bersabda: “Allah memberikan rahmat-Nya pada setiap orang yang bersikap
1
Rafik Issa Bekum, Etika Bisnis Islami, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004),hlm. 105-109
2
Lihat QS. Al- Maidah :1 dan Al-isra: 34
3
QS. Al-jumu’ah: 9
baik ketika menjual, membeli dan membuat suatu pernyataan”. Nabi
Muhammad saw bukanlah seorang pengusaha yang selalu menekankan pada
keuntungan, hubungan jangka panjang dengan para relasinya lebih beliau
kedepankan. Dengan cara seperti inilah Beliau lebih banyak mendapatkan
keuntungan dibandingkan dengan para pengusaha lain pada masanya.
Kelima, berbisnis secara adil. Nabi Muhammad saw merupakan sosok
pedagang yang juju rdan adil dalam membuat perjanjian bisnis. Adil adalah
prinsip dasar dalam setiap muamalah. Bahkan dua hal yang harus menjadi kata
kunci dari orientasi sistem keuangan Islam adalah pembangunan dan keadilan.4

B. Etika Marketing Ala Rasulullah


Etika bisnis yang dilakukan oleh Nabi Nabi Muhammad menjadi menarik
untuk dikaji, beliau yang hidup dalam masyarakat Arab bercorak ke jahiliyyah-
an berhasil menerapkan nilai-nilai etika, sebuah kesuksesan luar biasa. Melihat
latar belakang kesuksesan Nabi Nabi Muhammad dalam berbisnis, sehingga
kita patut diteladani. Pertama, etika bisnis yang dijalankan Nabi Muhammad.
Kedua, serta dalam sektor marketing yang beliau lakukan,karena marketing
merupakan inti dari sebuah bisnis.
Sejarah panjang dalam hidup Nabi Muhammad sebagai seorang pebisnis
dalam sektor perdagangan memberikan suri teladan bagi umat manusia secara
umum. Julukan al-amin yang disandang beliau merupakan bukti bahwa Nabi
Muhammad orang yang sudah diakui kredibelitasnya di masyarakat Arab
sebagai sosok yang luar biasa. Nabi Muhammad memang pribadi yang
kompleks, selain predikatnya sebagai orang jujur beliau peroleh, ia juga
sebagai seorang nabi dan rasul.
Predikat Nabi Muhammad sebagai al-amin, menjadi modal utama dan
rahasia sukses beliau menjalankan aktifitas dagangnya. Tercatat dalam
berbagai literatur bahwa sejak kecil Nabi Muhammad sudah terkondisikan oleh
alam dan keadaan keluarga maupun masyarakat sebagai seorang pejuang.

4
M. Umer Chapra dan Habib Ahmed, Corporate Govermance: Lembaga Keuangan Syariah,
(Jakarta:PT. Bumi Aksara, 200), hlm. 11.
Berangkat dari kepribadian beliau maka lahirlah tuntunan atau teladan yang
bisa dijadikan masyarakat di zaman sekarang untuk sebagai pelajaran.
Berikut beberapa etika bisnis ala Nabi Muhammad dalam praktek
bisnisnya antara lain:
1. Penjual dilarang membohongi atau menipu pembeli mengenai barang-
barang yang dijualnya.
2. Tatkala transaksi bisnis dilakukan, penjual harus menjauhi sumpah
yang berlebihan dalam menjual suatu barang. Nabi Muhammad SAW
bersabda, Berhati-hatilah terhadap sumpah yang berlebihan dalam
suatu penjualan. Meskipun hal itu bisa saja meningkatkan hasil
penjualan, akan mengurangi berkahnya.
3. Penjualan suatu barang harus berdasarkan kesepakatan bersama dari
kedua belah pihak (penjual dan pembeli), atau dengan suatu usulan dan
penerimaan. Kesepakatan bersama mengandung arti bahwa semua
transaksi harus dilakukan atas dasar persetujuan bersama, bukan secara
paksaan maupun penipuan.
4. Penjual tidak boleh berbuat curang dalam menimbang atau menakar
suatu barang.
5. Dalam berdagang, Nabi Muhammad SAW sangat menghormati dan
menghargai hak dan kedudukan pembeli. Beliau melayani pelanggan
sepenuh hati dan menganjurkan umatnya untuk menerapkan sikap itu.
Jabir meriwayatkan bahwa Nabi bersabda, “Rahmat Allah atas orang
yang berbaik hati ketika ia menjual dan membeli dan ketika ia
membuat keputusan”. Menjalin hubungan yang baik antara penjual dan
pembeli adalah salah satu kunci kesuksesan.

Anda mungkin juga menyukai