Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“Teladan Rasulullah Muhammad SAW ketika Berbisnis”

Disusun Oleh :
Ananda Agta Ramadan 50419676

UNIVERSITAS GUNADARMA
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan
hidayah-Nya. Sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan laporan ini sebagai tugas mata
kuliah Pendidikan Agama Islam.
Saya telah menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin.
Namun tentunya sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Harapan saya,
semoga bisa menjadi koreksi di masa mendatang agar lebih baik lagi dari sebelumnya.
Tak lupa ucapan terimakasih saya sampaikan kepada Dosen Pembimbing atas bimbingan,
dorongan dan ilmu yang telah diberikan kepada saya. Sehingga saya dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dan In shaa Allah sesuai yang saya harapkan.
Mudah-mudahan makalah ini bisa memberikan sumbang pemikiran sekaligus pengetahuan
bagi kita semuanya. Amin.

2 | T e l a d a n R a s u l u l l a h K e ti k a B e r b i s n i s
DAFTAR ISI
BAB 1
Latar Belakang...............................................................................................................................4

Rumusan Masalah…………………………………………………………………………………………………………………….4

Tujuan............................................................................................................................................4

BAB 2
1. Sejarah Karir Bisnis Rasulullah………………………………………..……….………………………………………..….5

2. Etika Wirausaha dalam Islam….. ……………………………………………………………….............................7

BAB 3
A. Kesimpulan………………………………………………………………………………………………………………………….11

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………………………………..12

3 | T e l a d a n R a s u l u l l a h K e ti k a B e r b i s n i s
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketika Nabi Muhammad Saw membawa agama Islam sebagai penutup agama-
agama sebelumnya yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul, hal ini menandakan bahwa
Islam dengan segala aspek ajarannya sudah cukup untuk dijadikan sebagai pedoman
hidup. Pedoman yang berlaku di segala ruang dan waktu, dimana manusia hidup di
dunia hingga akhir masa.
Kesuksesan Rasulullah SAW sudah banyak dibahas dan diulas oleh para ahli
sejarah Islam maupun Barat. Namun ada salah satu sisi Muhammad SAW ternyata
jarang dibahas dan kurang mendapat perhatian oleh para ahli sejarah maupun agama
yaitu sisinya sebagai seorang pebisnis ulung. Padahal manajemen bisnis yang dijalankan
Rasulullah SAW hingga kini maupun di masa mendatang akan selalu relevan diterapkan
dalam bisnis modern.
Segala peristiwa yang terkait dengan Rasulullah SAW seakan tidak terhubung
sama sekali dengan kinerja dan dunia perekonomian kita. Bahkan ada sebagian yang
beranggapan bahwa ajaran Nabi Muhammad SAW adalah faktor penghambat
pembangunan dunia perekonomian dan aktifitas bisnis modern.
Padahal jika para pelaku bisnis mau mencermati, mempelajari dan mengamati ,
bahwa Rasulullah SAW telah memberikan contoh pola bisnis yang sangat luhur. Beliau
mencontohkan bahwa kepercayaan adalah modal yang paling berharga dalam usaha.
Muhammad Syafi’i Antonio pakar ekonomi syariah indonesia mengatakan :
Rasulullah memberikan pelajaran bahwa Bisnis harus dijalankan dengan value driven
yang bermanfaat untuk semua stake holders dan harus gesit dalam melakukan
positioning di pasar global. Beliau bukan jago kandang seraya meminta proteksi cukai
dan tax holiday. Dalam tataran individu, Rasul juga menganjurkan untuk menjadi
wirausahawan yang tangguh dan manajer terpercaya.

B. Rumusan Masalah
1. Sejarah Karir Bisnis Rasulullah
2. Etika Wirausaha dalam Islam

C. Tujuan
1. Mengetahui Sejarah Karir Bisnis Rasulullah
2. Mengetahui Etika Wirausaha dalam Islam

4 | T e l a d a n R a s u l u l l a h K e ti k a B e r b i s n i s
BAB 2
PEMBAHASAN
1. Sejarah Karir Bisnis Rasulullah
Rasulullah mendapatkan jiwa entrepreneur sejak beliau usia 12 tahun. Ketika itu
pamannya Abu Thalib mengajak melakukan perjalanan bisnis di Syam negeri yang
meliputi Syiria, Jordan dan Lebanon saat ini. Sebagai seorang yatim piatu yang tumbuh
besar bersama pamannya beliau ditempa untuk tumbuh menjadi wirausahawan yang
mandiri.
Ketika usia 17 tahun Muhammad telah diserahi wewenang penuh untuk
mengurusi seluruh bisnis pamannya. Ketika usia menginjak 20 tahun adalah merupakan
masa tersulit dalam perjalanan bisnis rasulullah SAW. Beliau harus bersaing dengan
pemain senior dalam perdagangan regional. Namun kemudian titik keemasan
entrepreneurship Muhammad SAW tercapai ketika usia antara 20-25 tahun.
Muhammad SAW adalah sosok pengusaha sukses dan kaya. Di antara informasi
tentang kekayaan beliau sebelum kenabian adalah jumlah mahar yang dibayarkan ketika
menikahi Khadijah Binti khuwalaid. Konon, beliau menyerahkan 20 ekor unta muda
sebagai mahar. Dalam riwayat lain, ditambah 12 uqiyah (ons) emas. Suatu jumlah yang
sangat besar jika dikonversi ke mata uang kita saat ini.
Dengan demikian, Muhammad SAW telah memiliki kekayaan yang cukup besar
ketika beliau menikahi Khadijah. Dan kekayaan itu kian bertambah setelah menikah.,
karena hartanya digabung dengan harta Khadijah dan terus dikembangkan melalui
bisnis (perdagangan).
Prof. Aflazul Rahman dalam bukunya Muhammad as a Trader mencatat bahwa
Rasulullah SAW sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri seperti
Yaman,Oman dan Bahrain. Disebutkan juga bahwa , Rasulullah SAW adalah pebisnis
yang jujur dan adil dalam membuat perjanjian bisnis.
Ia tidak pernah membuat para pelanggannya mengeluh. Dia sering menjaga
janjinya dan menyerahkan barang-barang yang dipesan dengan tepat waktu.
Muhammad SAW pun senantiasa menunjukkan rasa tanggung jawab yang besar dan
integritas yang tinggi dalam berbisnis.

Dengan kata lain, beliau melaksanakan prinsip manajemen bisnis modern yaitu :

• Kepuasan pelanggan (customer satisfaction)

• Pelayanan yang unggul (service exellence): efisiensi, persaingan yang sehat dan
kompetitif.

• Kejujuran (Transparasi), dalam menjalankan bisnis, Muhammad SAW selalu


melaksanakan prinsip kejujuran

5 | T e l a d a n R a s u l u l l a h K e ti k a B e r b i s n i s
Kejujurannya telah diakui oleh penduduk Makkah sehingga beliau digelari Al
Shiddiq. Selain itu, Muhammad SAW juga dikenal sangat teguh memegang kepercayaan
(amanah) dan tidak pernah sekali-kali mengkhianati kepercayaan itu. Tidak heran jika
beliau juga mendapat julukan Al Amin (Terpercaya).
Beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnya ketika mencapai usia 37 tahun.
Kemudian ketika usia 40 tahun beliau lebih banyak terlibat dalam perenungan perbaikan
masalah sosial masyarakat sekitarnya yang jahiliyah.
Jika kita perhatian, rentang usia beliau berbisnis selama 25 tahun ternyata lebih
lama dibandingkan dengan rentang usia kenabian beliau yang selama 23 tahun. Hal ini
tentunya telah membentuk business skill yang sangat penting bagi proses pengambilan
hukum perdata dan komersial kelak dikemudian hari.
Mungkin ada sebagian yang berpendapat bahwa pengalaman beliau dalam
berbisnis sebagian besar terjadi ketika beliau belum menjadi rasul, sehingga teladan
beliau tidak bisa dijadikan sunnah oleh kita.
Pendapat ini akan kehilangan pijakannya seadainya kita menelaah hukum dan sabda
Rasul SAW yang berkaitan dengan bisnis dan ekonomi. Sangat jelas sekali bahwa
kejelasan Rasul SAW dalam memutuskan masalah bisnis dan ekonomi sangat banyak
dipengaruhi oleh kepiawaian dan intuisi bisnis masa mudanya. Oleh karena itu business
laws rasul yg sifatnya ijtihadi sangat banyak dipengaruhi oleh pengalaman bisnis masa
mudanya.
Dalam buku Beginilah Rasulullah berbisnis (hal.166) oleh Hepi Andi Bastono
mengupas secara mendalam “citra” lain seorang Muhammad SAW. Disebutkan bahwa
beliau adalah sosok entrepreneur sukses yang sangat dipercaya dan disegani rekan-
rekan bisnisnya.
“Beliau adalah seorang yang berhasil dalam bisnisnya tanpa menggunakan cara-
cara yang tidak baik. Beliau meyakini bahwa kesuksesan bisnis berkelanjutan hanya
dapat dicapai dengan cara-cara sehat,” ungkap penulis.
Keberhasilan Nabi Muhammad SAW dalam berbisnis dilandasi oleh prinsip-
prinsip yang kuat. Jika tidak, usahanya akan rapuh dan takkan bertahan lama. Rasulullah
SAW tak hanya mengajarkan bagaimana melaksanana ibadah yang baik, tapi juga
bagaimana berbisnis yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.

6 | T e l a d a n R a s u l u l l a h K e ti k a B e r b i s n i s
2. Etika Wirausaha Islam
Dari paparan sejarah Rasulullah SAW dalam berwirausaha dapat banyak sekali
contoh dan teladan yang seharusnya di terapkan dalam dunia perekonomian dan bisnis
dimasa sekarang. Para wirausahawan selayaknya mempelajari petunjuk petunjuk yang
sangat gamblang sehingga dapat dipergunakan dalam menjalankan usahanya secara
bersih dan bermartabat seperti di contohkan Rasulullah SAW.
Rasulullah kerap memotivasi para sahabat untuk berwirausaha dan mandiri.
“Tidak ada yang lebih baik dari apa yang dimakan seseorang kecuali memakan makanan
dari hasil keringatnya…” (HR. Bukhari).
Beberapa sahabat yang berwirausaha dan meneladani pola entrepreneur Rasulullah
SAW sehingga meraih kesuksesan dalam usahanya antara lain :
• Abu Bakar As Shidiq, Khalifah pertama dari Khulafaur Rasyidin memiliki usaha dagang
pakaian.
• Umar bin Khattab, pemimpin kaum beriman sang penakluk kekaisaran Persia dan
Byzantium memiliki usaha dagang Jagung.
• Usman bin Affan, memiliki usaha dagang bahan pakaian.
• Imam Abu Hanifah, memiliki usaha dagang bahan pakaian.
Ketika para pengikut nabi hijrah ke Madinah bersama-sama Nabi, mereka
dinasehati oleh Rasul agar berdagang untuk penghidupan mereka. Banyak lagi contoh
yang membuktikan bahwa setiap Muhajjir yang saleh telah melakukan berbagai jenis
perdagangan untuk memenuhi nafkahnya sehari-hari. Sangat banyak teladan etika
berwirausaha yang diajarkan Rasulullah SAW, di bawah ini diambil dari tulisan Badrudin
dalam buku ETIKA Berbisnis (2001: 167-172):

• Kejujuran
Dalam berbisnis tidak boleh menyembunyikan kecacatan barang, karena akan
menghilangkan keberkahan. Dalam tataran ini Rasullah bersabda, ‘Tidak dibenarkan
seorang muslim menjual barang yang mempunyai aib, kecuali ia menjelaskan aibnya”
(HR Al Quzwani).

• Pencatatan Utang Piutang


Dalam dunia bisnis lazim terjadi pinjam-meminjam. Alquran mengajarkan
pencatatan utang piutang yang berguna untuk mengingatkan salah satu phak yang
mungkin suatu waktu lupa dan khilaf.

7 | T e l a d a n R a s u l u l l a h K e ti k a B e r b i s n i s
“Hai orang-orang yang beriman, kalau kalian berutang-piutang dengan janji yang
ditetapkan waktunya, hendaklah kalian tuliskan. Dan seorang penulis di antara kalian,
hendaklah menuliskannya dengan jujur. Janganlah penulis itu enggan menuliskannya,
sebagaimana telah diajarkan oleh Allah kepadanya.”
(QS al-Baqarah [2] : 282)

• Orientasi Ta’awun
Pelaku bisnis yang Islami hendaknya tidak hanya mengejar keuntungan sebanyak
– banyaknya sebagaimana yang diajarkan bapak ekonomi kapitalis, Adam Smith. Namun
sikap ta’awun (menolong orang lain) sebagai implikasi sosial kegiatan bisnisnya. Dengan
kata lain dalam berbisnis bukan mencari keuntungan semata namun hendaknya didasari
oleh kesadaran-memberi kemudahan bagi orang lain.

• Tidak Sumpah Palsu


Nabi Muhammad sangat intens melarang para pelaku bisnis melakukan sumpah
palsu dalam melakukan transaksi bisnisnya. Dalam sebuah hadist riwayat Bukhori, ia
bersabda, “Dengan melakukan sumpah palsu, barang-barang memang terjual, tetapi
hasilnya tidak berkah.”
Banyak dikalangan pelaku bisnis yang berani melakukan sumpah palsu yang pada
gilirannya dia tidak menyadari bahwa hasil jerih payahnya tidak mendapatkan
keberkahan.

• Sikap Longgar dan Ramahtamah


Dalam berbisnis hendaknya selalu bersikap ramah tamah dan murah hati
terhadap mitra bisnisnya.Hal itu selaras dengan sabda Rasulullah, “Allah mengasihi
orang yang bermurah hati saat menjual, membeli, dan menagih utang” (HR Bukhari).
Kemudian dalam hadits lain, Abu Hurairah memberitakan bahwa Rasulullah bersabda,
“Ada seorang pedagang yang mempiutangi orang banyak. Apabila dilihatnya orang yang
ditagih itu dalam kesempitan, dia diperintahkan kepada pembantu-pembantunya,
‘Berilah kelonggaran kepadanya, mudah-mudahan Allah memberikan kelapangan
kepada kita’. Maka Allah pun memberikan kelapangan kepadanya.” Selain itu, Nabi
Muhammad SAW pun mengatakan, “Allah merahmati seseorang yang ramah dan
toleran dalam berbisnis” (HR Bukhari dan Tarmizi).

• Tidak menjelekkan bisnis orang lain


Nabi Muhammad SAW bersabda,“Janganlah seseorang diantara kalian menjual
dengan maksud untuk menjelekkan apa yang dijual oleh orang lain” (HR Muttafaq ‘alaih)

8 | T e l a d a n R a s u l u l l a h K e ti k a B e r b i s n i s
• Jujur dalam takaran dan timbangan
Allah berfirman dalam surah al-Muthafifin (83) ayat 1-3 : “Kecelakaan besarlah
bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari
orang lain mereka meminta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang
untuk orang lain, mereka mengurangi.”

• Islam tidak mengenal persaingan namun sinergi


Rasulullah SAW mengajarkan bahwa dalam menjalin hubungan dengan mitra
bisnis hendaklah saling menguntungkan, atau dengan kata lain dilarang saling bersaing.
“Janganlah kamu menjual dengan menyaingi dagangan saudaramu”
(HR Muttafaq ‘alaih).

• Bisnis tidak mengganggu ibadah kepada Allah SWT


Firman Allah, “Orang yang tidak dilalaikan oleh bisnis lantaran mengingat Allah,
serta dari mendirikan shalat dan membayar zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang
hari itu, hati dan pelihatan menjadi goncang.”

• Pembayaran upah sebelum keringat karyawan mengering


Rasulullah bersabda, “ Berilah upah kepada karyawab sebelum kering
keringatnya.“ Pembayaran upah tidak boleh ditunda-tunda. Pembayaran upah harus
sesuai dengan kerja yang dilakukan.

• Tidak memonopoli dalam bisnis


Sistem ekonomi kapitalis melegitimasi monopoli dan ologopoli dalam berbisnis.
Contoh sederhana adalah eksploitasi(penguasaan) individu atas hak milik sosial, seperti
air udara dan tanah yang terkandung didalamnya.

• Bisnis tidak dalam kondisi berbahaya


Dalam hal ini, seorang pedagang atau pengusaha dilarang berbisnis dalam
keadaan yang dapat merugikan dan merusak kehidupan individu dan sosial. Seperti
munculnya kekwatiran menjual anggur akan di kelola untuk diolah sebagai minuman
keras.

• Berzakat
Setiap pengusaha dianjurkan untuk menghitung dan mengeluarkan zakat barang
dagangan setiap tahun sebanyak 2,5% sebagai salah satu cara untuk membersihkan
harta yang diperoleh dari hasil usaha.

9 | T e l a d a n R a s u l u l l a h K e ti k a B e r b i s n i s
• Hanya menjual barang yang halal
Jika Allah mengharamkan sesuatu untuk dimakan maka haram pula untuk
diperjualbelikan. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah mengharamkan
bisnis miras, bangkai, babi dan ‘patung-patung’” (HR Jabir).

• Segera membayar hutang


Rasulullah memuji seorang muslim yang memiliki perhatian serius dalam
pelunasan utangnya dengan sabda, “Sebaik-baik kamu adalah orang yang paling segera
membayar hutangnya” (HR Hakim)

• Kelonggaran dalam piutang


Hal ini sebagaimana sabda Nabi SAW, “Barang siapa yang menangguhkan orang
yang kesulitan membayar utang atau membebaskannya, Allah akan memberinya
naungan di bawah naungan-Nya pada hari yang tidak ada naungan, kecuali naungan-
Nya” (HR Muslim)

• Larangan riba
Bisnis yang dilaksanakan harus bersih dari unsur riba. Firman Allah yang artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang
belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman”. (al-Baqarah [2] : 278)

10 | T e l a d a n R a s u l u l l a h K e ti k a B e r b i s n i s
BAB 3
PENUTUP
A. Teladan Rasulullan dalam Berbisnis
Bagi kaum Muslimin, jiwa entrepreneur atau wirausaha harus dikembangkan.
Apalagi ketika tingkat kebutuhan tenaga kerja semakin tidak bisa mengimbangi
kecepatan jumlah sumber daya manusia (SDM) yang tersedia. Tenaga kerja yang ada
jauh lebih banyak daripada kebutuhan. Pemerintah pun menyadari keterbatasannya
dalam hal penyediaan lapangan kerja, sehingga meng-kampanye-kan model
kewirausahaan kepada masyarakat dengan harapan dapat menolong dirinya sendiri
secara ekonomi.
”Berdaganglah kamu, sebab lebih dari sepuluh bagian penghidupan, sembilan
diantaranya dihasilkan dari berdagang”.
Rahasia keberhasilan berwirausaha adalah jujur dan adil dalam mengadakan hubungan
dagang dengan para pelanggan. Berwirausaha janganlah berorientasi pada keuntungan
semata, namun mengedepankan sisi memberi manfaat bagi sesama maka akan menuai
barakah dan ridha dari Allah SWT. Dengan berpegang teguh pada prinsip ini, Nabi telah
memberi contoh yang terbaik untuk menjadi pedagang yang berhasil. Rasulullah
memiliki sifat jujur, integritas, sikap baik dan kemampuan berdagang yang luar biasa.
Bisnis bagi Rasulullah SAW tidak hanya sebatas perputaran uang dan barang, tapi ada
yang lebih tinggi dari semua itu, yaitu menjaga kehormatan diri. Dengan kata lain, modal
terbesar dari seorang yang menjadi pengusaha sukses, pemimpin sukses, atau ilmuwan
sukses dalam disiplin ilmu apapun adalah mengembangkan jiwa entrepreneur sejak
awal.
Rasulullah SAW mengadakan transaksi bisnis sama sekali tidak untuk memupuk
kekayaan pribadi, tetapi justru untuk membangun kehormatan dan kemuliaan bisnisnya
dengan etika yang tinggi dan hasil yang didapat justru untuk didistribusikan ke sebanyak
umat. Dan inilah yang menyebabkan kepribadian junjungan kita, Rasullah SAW begitu
fenomenal, baik dalam mencari nafkah maupun dalam menafkahkan karunia rizki yang
diperolehnya.

11 | T e l a d a n R a s u l u l l a h K e ti k a B e r b i s n i s
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.ums.ac.id/24491/2/BAB_I.pdf

https://dwiewulan.wordpress.com/tag/makalah/

http://zasnawizasn.blogspot.com/2018/04/makalah-keteladanan-muhammad-dalam.html

12 | T e l a d a n R a s u l u l l a h K e ti k a B e r b i s n i s

Anda mungkin juga menyukai