Anda di halaman 1dari 12

KEWIRAUSAHAAN MENURUT

PANDANGAN ISLAM

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah kewirausahaan


Dosen Pengampu :
Anita Wardani, S.Pd.,M.Pd.

Oleh :
1. Aisyah ( NPM. 231005265 )
2. Hasna Khoiriyah N.F (NPM. 231005269)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT ISLAM MAMBA’UL ULUM SURAKARTA
2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT


yang hingga saat ini masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga
penulis diberi untuk menyelesaikan makalah tentang " Kewirausahaan Menurut
Pandangan Islam ". Makalah ini ditulis untuk memenuhi syarat nilai mata kuliah
kewirausahaan.

Tak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya


kepada setiap pihak yang telah mendukung selama proses penyelesaian tugas
akhir ini hingga selesainya makalah ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan
pada:

1. Ibu Anita Wardani, S.Pd.,M.Pd. selaku dosen Mata Kuliah Kewirausahaan.


Pada makalah ini akan dibahas mengenai penjelasan makna kewirausahaan
menurut perspektif islam. Makalah ini berisi definisi, tiga pilar, motif dan sifat
dalam kewirausahaan menurut pandangan islam. Serta menjelaskan bagaimana
pandangan islam mengenai kegiatan kewirausahaan

Surakarta, 13 Maret 2024


Kelompok 11

2
DAFTAR ISI

Hlm

COVER………………………………………………………………………….. 1

KATA PENGANTAR…………………………………………………………... 2

DAFTAR ISI…………………………………………………………………….. 3

BAB I: PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………. 4

1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………… 5

1.3Tujuan Penulisan ……………………………………………...........………… 5

BAB II: PEMBAHASAN

2.1 Perngertian Kewirausahaan Menurut Pandangan Islam .................................. 6

2.2 Pandangan Islam Mengenai Kegiatan Kewirausahaan …........……………… 6

2.3 Pilar Penendukung Kewirausahaan dilihat dari Pandangan Islalam…………. 7

2.4 Motif Berwirausaha di Bidang perdagangan Menurut Ajaran Islam ……....... 7

2.5 Sifat yang Dimiliki oleh Seorang Wirausaha Sesuai Ajaran Islam….……..... 9

BAB III: PENUTUP

3.1 Kesimpulan……………..………………………………………................... 11

DAFTAR PUSTAKA…………………………...………………………………12

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inofatif yang
dijadikan dasar, kiat, dan sumber untuk mencari peluang menuju sukses.
Kewirausahaan bukanlah ilmu ajaib yang dapat mendatangkan uang dalam
sekejap, melainkan kewirausahaan adalah ilmu, seni dan ketrampilan
untuk mengelola semua keterbatasan sumber daya, informasi dan dana
yang ada guna mempertahankan hidup, mencari nafkah atau mencari
posisi puncak dalam karir.
Islam sangat menghargai kerja keras seseorang, kerja keras yang di
lakukan dengan niat yang benar dapat mendatangkan pahala dari Allah
SWT. Seseorang yang uggul adalah manusia yang bertaqwa kepada Allah
dan Rasulnya. Ketaqwaan seseorang dapat diukur dengan tingkat
keimanan, intensitas dan kualitas amal salehnya.
Dalam Alquran surat al-Jumuah ayat 10, Allah Swt memerintahkan
umat Islam untuk tidak bermalas-malasan setelah menjalankan Ibadah,
akan tetapi bertebaran di muka bumi dan melakukan aktivitas pencarian
anugerah Allah Swt, Artinya surat al-Jumuah ayat 10 : Apabila telah
ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah
karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.
Ayat tersebut menyatakan apabila telah ditunaikan sholat, maka
bertebaranlah dimuka bumi dan carilah sebagian dari karunia Allah dan
ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. Tak lupa dalam
berwirausaha seorang muslim harus patuh dengan syariat agama islam
yang telah diajarkan.

4
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa perngertian kewirausahaan menurut pandangan islam?
b. Bagaimana pandangan islam mengenai kegiatan kewirausahaan?
c. Apa saja tiga pilar penendukung kewirausahaan yang dilihat dari
pandangan islam?
d. Apa saja motif berwirausaha dalam bidang perdagangan menurut ajaran
agama Islam?
e. Apa saja sifat yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha yang sesuai
dengan ajaran agama Islam?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Untuk mengetahui pengertian kewirausahaan menurut pandangan islam.
b. Untuk mengetahui pandangan islam mengenai kegiatan kewirausahaan.
c. Untuk mengetahui apa saja pilar penendukung kewirausahaan menurut
pandangan islam.
d. Untuk mengetahui motif berwirausaha dalam bidang perdagangan
menurut ajaran agama Islam.
e. Untuk mengetahui sifat yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha
yang sesuai dengan ajaran agama Islam.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kewirausahaan Menurut Pandangan Islam

Kewirausahaan berasal dari kata ‘’wira’’ dan ‘’usaha’’. Kata wira


memiliki arti yaitu pejuang, pahlawan, manusia unggul, teladan, berbudi
luhur, gagah berani dan berwatak agung. Sedangkan usaha berarti perbuatan
amal, bekerja, berbuat sesuatu.

Secara epistimologi, kewirausahaan merupakan suatu nilai yang


diperlukan untuk memulai suatu usaha atau suatu proses dalam mengerjakan
sesuatu yang baru dan berbeda. Secara umum, kewirausahaan dapat
didefinisikan sebagai bagaimana menerima resiko untuk memulai dan
menjalankan bisnis.

Di dalam islam mengenal dengan sebutan bekerja keras. Bekerja keras


merupakan esesnsi dari kewirausahaan. Menurut Wafiduddin, prinsip bekerja
keras adalah suatu langkah nyata yang dapat menghasilkan kesuksesan
(rezeki), tetapi harus melalui proses yang penuh dengan tantangan (resiko).
Dengan kata lain, orang yang berani melewati resiko akan memperoleh
peluang rizki yang besar.

2.2 Pandangan Islam Mengenai Kegiatan Kewirausahaan


Islam sebagai suatu agama yang besar di dunia jelas memiliki
pandangan yang positif terhadap kegiatan wirausaha. Karena nabi
Muhammad adalah contoh wirausahawan yang sukses dan patut di teladani di
kalangan umat islam. Beliau memulai usahanya dari bawah dan pernah
merasakan masa-masa sulit. Rasulullah mulai berdagang sejak kecil bersama
pamannya dan semenjak memasuki remaja Rasulullah memulai usahanya

6
sendiri. Lalu berlanjut sampai beliau berusia 40 tahun. Beliau adalah praktisi
ekonomi dan sosok tauladan bagi umat islam.
Oleh karena itu, sebenarnya tidaklah asing jika dikatakan bahwa
mental entrepreneurship inheren dengan jiwa umat Islam. Disebabkan Islam
adalah agama kaum pedagang, disebarkan ke seluruh dunia setidaknya
sampai abad ke -13 M, oleh para pedagang muslim.
Nabi juga bersabda “Innallaha yuhibbul muhtarif” (sesungguhnya
Allah sangat mencintai orang yang bekerja untuk mendapatkan penghasilan).
Umar Ibnu Khattab mengatakan sebaliknya bahwa, “Aku benci salah seorang
di antara kalian yang tidak mau bekerja yang menyangkut urusan dunia.”
Dalam Islam, baik dari segi konsep maupun praktik, aktivitas kewirausahaan
bukanlah hal yang asing, justru inilah yang sering dipraktikkan oleh Nabi,
istrinya, para sahabat, dan juga para ulama di tanah air. Islam bukan hanya
bicara tentang entrepreneurship (meskipun dengan istilah kerja mandiri dan
kerja keras), tetapi langsung mempraktikkannya dalam kehidupan nyata.

2.3 Tiga Pilar Pendukung Kewirausahaan Menurut Pandangan Islam

Terdapat tiga pilar utama yang mendukung kewirausahaan yang dilihat dari
perspektif islam :
Pilar pertama yaitu mengejar terbukanya peluang yang luas, hal ini
mengacu pada konsep kewirausahaan bahwa seorang pelaku usaha adalah
yang mengeploitasi kesempatan melalui penggabungan ulang sumber
daya.
Pilar kedua yaitu sosial ekonomi atau nilai etika. Secara efektif,
kewirausahaan dalam perspektif islam dipamdu oleh sekumpulan norma,
nilai dan perilaku terpuji.
Pilar ketiga adalah aspek spiritual agama dan hubungan manusia
dengan Allah, dengan tujuan utama unruk memuliakan dan mencapai ridha
Allah.

7
2.4 Motif Berwirausaha dalam Bidang Perdagangan Menurut Ajaran
Agama Islam
1. Berdagang buat cari untung
Pekerjaan berdagang adalah sebagian dari pekerjaan bisnis yang
sebagian besar bertujuan untuk mencari laba sehingga seringkali untuk
mencapainya dilakukan hal-hal yang tidak baik. Padahal ini sangat
dilarang dalam agama Islam.
Seperti diungkapkan dalam hadis: “Allah mengasihi orang yang
bermurah hati waktu menjual, waktu membeli, dan waktu menagih
piutang.” Pekerjaan berdagang masih dianggap sebagai suatu pekerjaan
yang rendahan karena biasanya berdagang dilakukan dengan penuh trik,
penipuan, ketidakjujuran.
2. Berdagang adalah hobi
Konsep berdagang adalah hobi banyak dianut oleh para pedagang
dari Cina. Mereka menekuni kegiatan berdagang ini dengan sebaik-
baiknya dengan melakukan berbagai macam terobosan. Yaitu dengan
open display (melakukan pajangan di halaman terbuka untuk menarik
minat orang), window display (melakukan pajangan di depan toko),
interior display (pajangan yang disusun didalam toko), dan close display
(pajangan khusus barang-barang berharga agar tidak dicuri oleh orang
yang jahat).
3. Berdagang adalah ibadah
Bagi umat Islam berdagang lebih kepada bentuk ibadah kepada
Allah swt. Karena apapun yang kita lakukan harus memiliki niat untuk
beribadah agar mendapat berkah. Berdagang dengan niat ini akan
mempermudah jalan kita mendapatkan rezeki. Para pedagang dapat
mengambil barang dari tempat grosir dan menjual ditempatnya. Dengan
demikian masyarakat yang ada disekitarnya tidak perlu jauh untuk
membeli barang yang sama.
Sehingga nantinya akan terbentuk patronage buying motive yaitu
suatu motif berbelanja ketoko tertentu saja. Berwirausaha memberi

8
peluang kepada orang lain untuk berbuat baik dengan cara memberikan
pelayanan yang cepat, membantu kemudahan bagi orang yang berbelanja,
memberi potongan. Perbuatan baik akan selalu menenangkan pikiran yang
kemudian akan turut membantu kesehatan jasmani.

4. Perintah kerja keras


Kemauan yang keras dapat menggerakkan motivasi untuk bekerja
dengan sungguh-sungguh. Orang akan berhasil apabila mau bekerja keras,
tahan menderita, dan mampu berjuang untuk memperbaiki nasibnya.
Menurut Murphy dan Peck, untuk mencapai sukses dalam karir seseorang,
maka harus dimulai dengan kerja keras.
5. Perdagangan/Berwirausaha Pekerjaan Mulia Dalam Islam
Pekerjaan berdagang ini mendapat tempat terhormat dalam ajaran
Islam, seperti disabdakan Rasul saw.: “Mata pencarian apakah yang
paling baik, Ya Rasulullah?”Jawab beliau: Ialah seseorang yang bekerja
dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang bersih.” (HR. Al-
Bazzar). Dalam Q.S. Al-Baqarah: 275 dijelaskan bahwa Allah swt. telah
menghalalkan kegiatan jual beli dan mengharamkan riba. Kegiatan riba ini
sangat merugikan karena membuat kegiatan perdagangan tidak berkembang.
Hal ini disebabkan karena uang dan modal hanya berputar pada satu pihak
saja yang akhirnya dapat mengeksploitasi masyarakat yang terdesak
kebutuhan hidup.

2.5 Sifat yang Harus Dimiliki Oleh Seorang Wirausaha yang Sesuai dengan
Ajaran Agama Islam

a. Sifat Takwa, Tawakkal, Zikir, dan Syukur


Sifat ini harus dimiliki oleh wirausahawan karena dengan sifat-sifat
itu kita akan diberi kemudahan dalam menjalankan setiap usaha yang kita
lakukan. Dengan adanya sifat takwa maka kita akan diberi jalan keluar
penyelesaian dari suatu masalah dan mendapat rizki yang tidak disangka.

9
Dengan sikap tawakkal, kita akan mengalami kemudahan dalam
menjalankan usaha walaupun usaha yang kita jalani memiliki banyak
saingan. Dengan bertakwa dan bertawakkal maka kita akan senantiasa
berzikir untuk mengingat Allah dan bersyukur sebagai ungkapan terima
kasih atas segala kemudahan yang kita terima. Dengan begitu, maka kita
akan merasakan tenang dan melaksanakan segala usaha dengan kepala
dingin dan tidak stress.
b. Jujur
Dalam suatu hadis diriwayatkan bahwa :”Kejujuran akan
membawa ketenangan dan ketidakjujuran akan menimbulkan keragu-
raguan.” (HR. Tirmidzi). Jujur dalam segala kegiatan yang berhubungan
dengan orang lain maka akan membuat tenang lahir dan batin.

c. Niat Suci dan Ibadah


Bagi seorang muslim kegiatan bisnis senantiasa diniatkan untuk
beribadah kepada Allah sehingga hasil yang didapat nanti juga akan
digunakan untuk kepentingan dijalan Allah.
d. Azzam dan Bangun Lebih Pagi
Rasul saw mengajarkan agar kita berusaha mencari rezeki mulai
pagi hari setelah shalat subuh. Dalam sebuah hadist disebutkan bahwa:
”Hai anakku, bangunlah! sambutlah rizki dari Rabb-mu dan janganlah
kamu tergolong orang yang lalai, karena sesungguhnya Allah
membagikan rizki manusia antara terbitnya fajar sampai menjelang
terbitnya matahari.” (HR. Baihaqi).
e. Toleransi
Sikap toleransi diperlukan dalam bisnis sehingga kita dapat
menjadi pribadi bisnis yang mudah bergaul, supel, fleksibel, toleransi
terhadap langganan dan tidak kaku.
f. Berzakat dan Berinfak
“Tidaklah harta itu akan berkurang karena disedekahkan dan
Allah tidak akan akan menambahkan orang yang suka memberi maaf
kecuali kemuliaan. Dan tidaklah seorang yang suka merendahkan diri

10
karena Allah melainkan Allah akan meninggikan derajatnya.” (HR.
Muslim). Dalam hadis tersebut telah diungkapkan bahwa dengan berzakat
dan berinfak maka kita tidak akan miskin, melainkan Allah akan melipat
gandakan rizki kita. Dengan berzakat, hal itu juga akan membersihkan
harta kita sehingga harta yang diperoleh memang benar-benar harta yang
halal.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kewirausahaan berasal dari kata ‘’wira’’ dan ‘’usaha’’. Kata wira


memiliki arti yaitu pejuang, pahlawan, manusia unggul, teladan, atau berbudi
luhur. Sedangkan usaha berarti perbuatan amal, bekerja, atau berbuat sesuatu.
Secara estimologi, kewirausahaan merupakan suatu nilai yang diperlukan
untuk memulai suatu usaha atau suatu proses dalam mengerjakan sesuatu
yang baru dan berbeda.

Terdapat tiga pilar pendukung kewirausahaan menurut pandangan islam


yaitu mengejar terbukanya peluang, sosal ekonomi atau nilai etika, aspek
spiritual agama dan hubungan manusia dengan Allah yg bertujuan utama
untuk memuliakan dan mencapai ridha Allah.

Berwirausaha pada bidang perdagangan dalam pandangan islam memiliki


motif antaralain berdagang untuk mencari uang, berdagang adalah hobi,
berdagang adalah ibadah, perintah untuk bekerja keras, dan
perdagangan/berwirausaha pekerjaan mulia dalam islam. Dalam berwirausaha
seseorang harus memiliki sifat-sifat yang sesuai dengan ajaran agama islam
seperti sifat takwa, tawakal, zikir dan syukur, sifat jujur, niat suci dan ibadah,
toleransi, zakat dan berinfaq.

11
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Sejarah Nabi Muhammad Sallallahu’alaihi wasallam,


(Yogyakarta: Diva Press, 2013).

Ma’ruf Abdullah, Wirausaha Berbasis Syari’ah, Cet-I. (Banjarmasin: Antasari


Press, 2011).

Muhammad Roqib, Ilmu Pendidikan Wirausaha Islam (Yogyakarta: LKIS, 2009).

12

Anda mungkin juga menyukai