Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Hukum Bisnis Syariah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Semoga makalah sederhana ini dapat di pahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang dapat membangun perbaikan makalah ini diwaktu yang akan datang.

Jember, 10 September 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................1
DAFTAR ISI.....................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..................................................................3
A. Latar Belakang...............................................................................3
B. Rumusan Masalah..........................................................................3
C. Tujuan Masalah..............................................................................4

BAB II PEMBAHASAN............................................................................5

A. Kedudukan Bekerja dan Bisnis dalam Islam..........................5


B. Jenis dan Bentuk Bisnis..........................................................8
1. Bisnis Industri..........................................................8
2. Bisnis perdagangan..................................................8
3. Bisnis pelayanan......................................................8
4. Bisnis fasilita............................................................8
C. Sejarah Singkat Perkembangan Bisnis...................................9
D. Etos Kerja dan Profesionalisme Kerja Dalam Islam..............9
E. Tujuan Bekerja Dalam Islam..................................................12
F. Sifat dan Karakter Yang Dibutuhkan Oleh Pembisnis............13
G. Upaya Mencapai Bisnis Yang Menguntungkan.....................19
H. Mekanisme Berbisnis Secara Syariah.....................................20
I.Beberapa Prinsip Bersaing Dalam Bisnis Syariah Secara Sehat 21
BAB III PENUTUP...................................................................................22
A. Kesimpulan..................................................................................22
DAFTAR PUSTAK.........................................................................23

BAB I

2
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kerja adalah kata yang tidak bias dipisahkan dari kehidupan manusia di
dunia ini. Islam memberikan ruang yang sedemikian luas dan menganggap
penting semua kerja yang produktif. Kerja yang produktif diberikan dalam
sebuah ibadah untuk memberikan kesempatan tersebut. Dalam pandangan
Abdul Hadi, kerja manusia adalah sumber nilai yang riil. Jika seseorang tidak
memiliki pekerjaan, maka dia tidak akan berguna dan tidak memiliki nilai,
adalah sebuah ungkapan yang telah diproklamirkan Islam sejak lebih dari satu
milineum yang lalu sebelum para ahli ekonomi klasik menemukan fakta-fakta
yang ada. Dalam pandangan Al-Qur’an, kerja dan amal adalah yang
menentukan posisi dan status seseorang dalam kehidupan. Kerja adalah satu-
satunya kriteria, disamping Iman, dimana manusia bias dinilai untuk
mendapatkan pahala, penghargaan, dan ganjaran.
Bisnis dalam kehidupan ini merupakan kegiatan yang sangat penting bagi
masyarakat dalam menjalani kehidupan mereka. Sekarang ini bisnis banyak
dilakukan dengan cara-cara yang tidak benar, tidak ada kejujuran dalam
menjalani kegiatan tersebut. Banyak kekurangan yang terjadi dalam dunia
bisnis dan bagian-bagian yang berkaitan dengan bisnis tersebut. Oleh karena
itu dalam makalah ini kita akan membahas bekerja dan berbisnis dalam
pandangan Islam.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Kedudukan Bekerja dan Bisnis Dalam Islam ?


2. Apa saja jenis dan bentuk bisnis ?
3. Bagaimana sejarah singkat perkembangan bisnis ?
4. Bagaimana etos kerja dan profesionalisme kerja dalam islam ?
5. Apa tujuan bekerja dalam islam ?
6. Bagaimana sifat dan karakter yang dibutuhkan oeh pembisnis ?

3
7. Bagaimana upaya mencapai bisnis secara syariah ?
8. Bagaimana mekanisme berbisnis secara syariah ?
9. Bagaimana prinsip bersaing dalam bisnis syariah secara sehat ?

C. Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui Kedudukan Bekerja dan Bisnis Dalam Islam


2. Untuk mengetahui jenis dan bentuk bisnis
3. Untuk mengetahui sejarah singkat perkembangan bisnis
4. Untuk mengetahui etos kerja dan profesionalisme kerja dalam islam
5. Untuk mengetahui tujuan bekerja dalam islam
6. Untuk mengetahui sifat dan karakter yag dibutuhkan oleh pembisnis
7. Untuk mengetahui upaya mencapai bisnis yang menguntungkan
8. Untuk mengetahui mekanisme berbisnis secara syariah
9. Untuk mengetahui beberapa prinsip bersaing dalam bisnis syariah secara
sehat.

BAB II

4
PEMBAHASAN

A. Kedudukan Bekerja dan Bisnis Dalam Islam


Setiap manusia memerlukan harta untuk mencukupi segala
kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu, manusia akan selaluberusaha
memperoleh harta kekayaan itu. Salah satunya melalui bekerja, dan salah
satu dari ragam bekerja adalah berbisnis.
Islam mewajibkan setiap Muslim, khususnya yang memiliki
tanggung jawab, untuk “bekerja”. Bekerja merupakan salah satu sebab
pokok yang memungkinkan manusia memiliki harta kekayaan. Untuk
memungkinkan manusia berusaha mencari nafkah. Allah S.W.T.
menerangkan tentang harta sebagai karunia-Nya dan memerintahkan
kepada manusia untuk bekerja dan berusaha. Dalam Islam, bekerja dinilai
sebagai suatu kebaikan dan sebaliknya kemalasan dinilai sebagai
keburukan.
Menurut Dr. Yusuf Qardhawi, bekerja adalah bagian ibadah dan
jihad jika sang pekerja bersikpa konsisten terhadap peraturan Allah, suci
niatnya dan tidak melupakan-Nya. Dengan bekerja, manusia dapat
melaksanakan kekhalifahannya, menjaga diri dari maksiat, dan meraih
tujuan yang sangat besar. Demikian pula, dengan bekerja individu bisa
memenuhi kebutuhan hidupnya, mencukupi kebutuhan keluarganya, dan
berbuat baik dengan tetangganya. Semua bentuk yang diberkati agama ini
hanya bisa terlaksana dengan memiliki harta dan mendapatkannya dengan
bekerja.
Urgensi bekerja menurut Dr. Jribah bin Ahmad al-Haritsi dalam
bukunya, Fiqh Umar bin Khattab, yaitu :
a. Bekerja (produksi) merupakan salah satu bentuk jihad fi
sabilillah.
b. Melakukan aktivitas kerja (produksi) lebih baik daripada
mengkhususkan waktu dalam ibadah-ibadah Sunnah, dan
mengandalkan manusia dalam mencukupi kebutuhannya.

5
c. Umar bin Khattab r.a., menghimbau agar kaum muslimin untuk
memperbaiki ekonomi mereka dengan melakukan kegiatan
yang produktif.
d. Umar bin Khattab r.a., memberi dukungan maknawi dan materi
terhadap seseorang yang sedang atau ingin melakukan kegiatan
produksi.
e. Umar bin Khattab r.a., bukan saja mengimbau menusia untuk
melakukan kegiatan produksi, namun beliau sendiri melakukan
kegiatan produksi.
f. Umar bin Khattab r.a., menghimbau kepada wali anak yatim
agar meniagakan harta anak yatim sehingga makin
berkembang.1

Dengan bekerja, manusia dapat melaksanakan tugas


kekhalifahannya, menjaga diri dari maksiat, dan meraih tujuan yang sangat
besar. Demikian pula, dengan bekerja individu bias memenuhi kebutuhan
hidupnya, mencukupi kebutuhan keluarganya, dan berbuat baik dengan
tetangganya. Semua bentuk yang diberkati agama ini hanya bisa terlaksana
dengan memiliki harta dan mendapatkannya dengan bekerja.
Walaupun bekerja dan berbisnis itu sangat dianjurkan oleh syariat,
namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh setiap Muslim
dalam pencarian dan pengelolaan hartanya, di antaranya sebagai berikut :
1. Setiap Muslim wajib bekerja untuk memenuhi kehidupannya sendiri
maupun keluarganya.
2. Uang dan kekayaan bagi Muslim adalah kombinasi dari usahanya
sebagai manusia dan pemberian Allah.
3. Uang dan kekayaan yang telah diperoleh dari setiap Muslim, bukanlah
untuk dirinya sendiri melainkan mengandung hak orang lain.
4. Hendaklah uang dan kekayaan tidak dikuasai atau berputar hanya
digolongan orang kaya saja.

1
Mardani, Hukum Bisnis Syariah (Jakarta: PrenadaMedia Group,2014), hal. 76.

6
5. Dilarang pembelanjaan harta dalam bentuk hura-hura.
6. Dilarang pembelanjaan harta secara berlebihan untuk hal yang mubah.
7. Seorang Muslim harus yakin bahwa menafkahkan harta untuk berinfak
tidak akan membuatnya miskin, karena Allah menjanjikan akan
mengganti harta yang diinfakkan
8. Investasi yang paling menguntungkan adalah infak di jalan Allah.

Perintah mencari harta dan giat berusaha dapat dipahami dengan


adanya perintah menunaikan zakat yang selalu mengiringi perintah
mendirikan shalat dalam Al-Qur’an. Apabila shalat diibaratkan adalah
tiang agama, zakat adalah jembatannya. Begitu pula dalam hadis
terdapat keterangan tentang macam-macam dan pembagian zakat
harta. Di samping itu, dalam Islam pun ada zakat yang diwajibkan
kepada setiap Muslim, yakni zakat fitrah. Zakat ini tidak mungkin
dapat dipenuhi oleh mereka yang yang tidak memiliki harta. Atau tidak
giat dalam berusaha.
Nabi S.A.W. juga sering berdoa agar dilapangkan rezeki. Misalnya
ketika berwudhu sebagaimana diriwayatkan dalam Hadis dari Abu
Hurairah : “Ya Allah, ampunilah dosaku, lapangkanlah rumahku, dan
berkatilah rezekiku. Kemudian beliau ditanya, “Alangkah banyaknya
yang kau minta dengan doa tersebut? Lalu Rasulullah S.A.W.
menjawab : “Apakah kita meninggalkan salah satunya?”
Selain itu, masih banyak doa dan zikir yang diajarkan Rasulullah
S.A.W, yang intinya memohon agar dimudahkan dalam berusaha dan
memperoleh rezeki. Seperti doa : “Ya Allah, aku memohon kepada-
Mu petunjuk, ketakwaan, ifah (dijauhkan dari hal-hal yang tidak halal)
dan kekayaan.” (HR. Muslim, Tirmidzi, Ibnu Majah dari Ibnu
Mas’ud).
Nabi S.A.W. pun pernah melarang orang berutang dan pernah
melarang shalat jenazah terhadap orang yang meninggalkan utang,
tetapi tidak meninggalkan harta untuk melunasinya. Hadits tersebut

7
yaitu : “Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah S.A.W.
melarang kami untuk menshalatkan orang yang mempunyai utang,
tetapi tidak meninggalkan harta untuk melunasinya.” Dalam Hadis
lain : “Orang yang mati sahid diampuni dosanya, kecuali utang.” (HR.
Muslim dari Ibnu Umar).2
B. Jenis dan Bentuk Bisnis

Jenis dan bentuk bisnis di tinjau dari objeknya dapat


dikelompokkan menjadi empat, yaitu:

1. Bisnis industri adalah bisnis yang untuk mendapatkan keutungan/laba


dengan menghasilkan barang. Kemudian barang tersebut dijual kepada
pihak llain yang membutuhkannya.
2. Bisnis perdagangan adalah bisnis yan dilakukan dengan jalan membeli
dari idustri/pabrik kemudian dijua kepada pihak lain.
3. Bisnis pelayanan adalah bisnis yang dilakukan dengan memberikan
pelayanan/jasa kepada pihak lain, maupu konsumen.
4. Bisis fasillitas adalah bisnis yang dilakukan dengan menyediakan
fasilitas. Fasilitas tersebut sifatnya dipinjamkan atau disewakan untuk
jangka waktu tertentu.

Dalam islam, bisnis dibedakan menjadi dua macam, yaitu bisnis


yang diperbolehkan da dilarang oleh islam.

1. Bisnis yang dibolehkan oleh islam adaah bisnis bisnis yang


menghasilkan pedapatan yang halal dan berkah, yang daam
pelaksanaannya dengan mengikuti atura syariah.
2. Bisnis yang dilarang oleh islam adalah bisnis yang didalam
pelaksanaannya tidak memenuhi ruku dan syarat transaksi, terdapat
unsur riba, masyir, gharar dan kebhatilan.3
C. Sejarah Singkat Perkembangan Bisnis

2
Mardani, Hukum Bisnis Syariah (Jakarta: PrenadaMedia Group,2014), hal. 88.
3
Mahmudah, Isam dan Bisnis Kontemporer, ( jember: Stain Jember Press, 2014 ), 15-16.

8
Pada masa dulu, kegiatan bisnis ini dilakukan pada tingkat
keluarga, secara tertutup. Keluarga-keluarga pada saat itu menanam
tanaman guna memenuhi kebutuhan bahan makanan, membuat pakaian
sendiri, membuat rumah sendiri degan bantuan tetangga dan sebagainya.
Usaha mereka terbatas hanya pada bidang yang sangat kecil. Pada saat
itu beum terpikirkan oleh mereka untuk membuat usaha yang bersifat
komersial, degan meminjam modal untuk produksi berskala besar.

Kemudia muncul revolusi industri yang membawa perubahan


secara drastis dan sangat penting. Adanya mesin uap menimbulkan
perubahan pada pertanian yag tadinya menggunakan bajak, degan tenaga
sapikerbau, sekarag diganti dengan traktorda buldozer yang bertenanga
tinggi.4

D. Etos Kerja dan Profesionalisme Kerja Dalam Islam

Etos berasal dari bahasa yunani, dapat diartikan sesuatu yang dapat
diyakini, cara berbuat, sikap serta persepsi terhadap nilai bekerja. Adapu
etos kerja adalah sikap atau pandangan terhadap kerja yang dimiliki
seseorang, suatu kelompok mausia atau suatu bangsa.5

Dalam ungkapan lain, etos kerja dalam islam adalah cara kerja
yang diyakini seorang muslim bahwa bukan hanya untuk memuliakan
dirinya, atau untuk menampakkan kemanusiannya, tetapi juga sebagai
manifestasi amal sholeh, karena ia memiliki ibadah yang sangat luhur.

Diantara sikap etos kerja, misalnya yaitu:

1. Tekun dalam bekerja.


2. Istiqomah dalam bekerja.
3. Menggunakan waktu sebaik mungkin.
4. Ikhlas.
5. Jujur.

4
Buchori Alma, Manajemen Bisnis Syariah, ( Jakarta: Alfabeta, 2009 ), 116.
5
Mardani, Hukum Bisnis Syariah, ( Jakarta: Prenada Media Group, 2014 ), 88.

9
6. Memiliki komitmen dan mereka tidak mengenal kata menyerah dalam
bekerja.

Selain memerintahkan bekerja, isam juga menuntut setiap muslim


agar bekerja di bidang apapun haruslah bersikap profesional. Inti
profesionalisme paling tidak dicirikan oleh tiga hal :

a. Kafa’ah, yaitu cakap atau ahli dalam bidang pekerjaan yang dilakukan.
Kafa’ah dapat diperoleh melalui:
1. Pendidikan.
2. Pelatihan dan
3. Pegalaman.
b. Himmatul ‘amal, yaitu memiliki semangat atau etos kerja yag tinggi.
Himmatul ‘amal diraih dengan jalan menjadikan motivasi ibadah sebagai
pendorong utama dalam bekerja.
c. Amanah, diperoleh dengan menjadikan tauhid sebagai pengontrol utama
tingkah laku.
Sifat amanah akan melahirkan pekerja atau pebisnis yag mempunyai sifat
dan sikap sebagai berikut:
1. Tidak memberi hadiah atau komisi dalam lobi bisnis.
2. Tidak makan riba.
3. Tidak ingkar janji.
4. Input, proses, output bebas dari barang dan jasa haram.
5. Tidak suap.
6. Tidak menipu.
7. Tidak korupsi.
8. Tidak dzalim.

Menurut M.A. Manan, seorang pembisnis harus mempuyai sikap dasar


dalam berbisnis yaitu:

1. Kejujuran.
2. Kepercayaan.

10
3. Ketulusan.6

Selain itu, pembisnis muslim, juga harus memperhatikan hak-hak dan


kewajiban pekerja atau pegawainya. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi SAW
yaitu:

1. Menerima upah/gaji.
a. Hadits, Apabila sala seorang diantara kalian mengontrak ( tenaga )
seorang ajir ( pekerja/pegawai ) hendakah ia memberitahukan tentang
upahnya. ( H.R Ad-Daruquthni dari Ibnu Mas’ud )
b. Hadits, Nabi SAW melarang mengotrak seorang ajir hingga upanya jelas
bagi ajir tersebut. ( H.R Ahmad dari Abu Sa’id ).7
2. Dalam kotrak perjanjian kerja, hendaklah ditetapkan jenis pekerjaannya,
da tidak boleh dibebani dengan pekerjaan yang diluar kapasitasnya.8
3. Memperoleh pembinaan SDM muslim.
Pembinaan dimaksud bertumpu pada tiga aspek.
a. Syakhshiyah islamiyah atau kepribadian muslim.
Yaitu,perpaduan antara aqliyah islamiyah dan nafsiyah islamiyah.
Aqliyah islamiyah adalah berfikir dengan asas islam atau berfikir
dengan menjadikan islam sebagai satu-satunya standart umum bagi
segala pemikiran tentang kehidupan. Adapun nafsiyah islamiyah
adalah sikap jiwa yang menjadikan segaa kecendrungan
berpedoman pada asas islam, atau menjadikan islam sebahai satu-
satunya standart umum bagi segala pemuasan kebutuhan manusia.
b. Skill dan keahlian dan keterampilannya.
Pembinaan keahlian dan keterampilan dilaksanakan sebagai proses
yang berkelanjutan melalui pendidikan da pelatihan.
c. Pembinaan kepemimpinan.
Rasulullah bersabda: “ Ketahuilah bahwa setiap kamu adalah
pemimpi dan setiap pemimpin bertanggung jawab atas

6
Mardani, Hukum Bisnis Syariah, ( Jakarta: Prenada Media Group, 2014 ), 89-90.
7
Mardani, Hukum Bisnis Syariah, ( Jakarta: Prenada Media Group, 2014 ), 91.
8
Mardani, Hukum Bisnis Syariah, ( Jakarta: Prenada Media Group, 2014 ), 92.

11
kepemimpinannya. Setiap kepala Negara adalah pemimpin dan ia
bertanggung jawab atas kepemimpinannya ( rakyat ). Seorang
perempuan adalah pemimpin dalam rumah tangga suaminya dan
anak-anaknya, ia bertanggung jawab atas kepemimpinannya.
Seorang pelayan/hamba sahaya adalah pemimpin atas harta
tuannya dan ia bertanggung jawab atas kepemimpinannya.
Ketahuilah bahwa setiap kamu dala pemimpin dan masing-masing
mempertanggung jawabkan kepemimpinannya.. ( H.R Bukhari,
Muslim, Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi dari Ibnu Umar ).9
E. Tujuan Bekerja Dalam Islam
Dalam ekonomi islam, perspektif kerja dan produktivitas adalah utuk
mencapai tiga sasara, yaitu :
1. Mencukupi kebutuhan hidup ( al-asyba’ ).
2. Meraih laba yang wajar ( al-arbah )
3. Menciptaka kemakmuran lingkungan sosial maupun alamiah ( al-a’mar )

Ketiga sasaran tersebut harus terwujud secara harmonis. Apabila terjadi


sengketa antara pekerja dengan pemodal ( majikan ), islam menyelesaikannya
dengan cara yang baik, yakni ada posisi tawar menawar antara pekerja yang
meminta upah yang cukup untuk hidup keluarganya dan tingkat laba bagi
pemodal untuk melanjutkan produksinya.

Menurut Dr. Muhammad Najatulla Shiddiqi, sebagaimana dikutip oleh Dr.


Jaribah bin Ahmad Al-haritsi, bahwa tujuan bekerja yaitu sebagai berikut :

1. Merespon kebutuhan pribadi.


2. Memenuhi kebutuhan keluarga.
3. Mempersiapkan sebagia kebutuhan untuk ahli waris dan anak keturunan.
4. Agar bisa berinfaq dijalan Allah.
Menurut Yusuf Qardhawi, tujua bekerja yaitu :
1. Bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidup.
2. Bekerja untuk kemaslahatan keluarga.
9
Mardani, Hukum Bisnis Syariah, ( Jakarta: Prenada Media Group, 2014 ), 93.

12
3. Bekerja untuk kemaslahatan masyarakat.
4. Bekerja untuk kemanfaatan seluruh makhluk hidup.
5. Bekerja untuk memakmurkan bumi.
6. Bekerja untuk kerja.10
F. Sifat dan Karakter Yang Dibutuhkan Oleh Pebisnis (Syari’ah)
Untuk menjadi seorang pebisnis yang berhasil diperlukan sekian banyak
syarat, utamanya yang berkaitan dengan sifat dan karakter. Tanpa menghiasi
dengannya, maka seseorang tidak akan berhasil dalam upaya menjadi pebisnis
yang sukses. Sifat dan karakter itu misalnya :
1. Mulailah dengan niat yang baik.
Nabi Muhammad S.A.W. bersabda : “Sesungguhnya amal itu harus
dengan niat.”
2. Jadilah produktif.
3. Utamakan yang paling penting.
4. Berpikirlah untuk menang bersama (win-win).
5. Usahakanlah memahami pihak lain sebelum berusah memberi
pemahaman.
6. Wujudkan sinergi.
7. Asahlah diri.

Menurut M. Azrul Tanjung et al., ada beberapa sifat yang harus di miliki
pebisnis ketika akan melakukan usaha, yaitu :
1. Niat, yaitu hanya untuk ibadah kepada Allah S.W.T.
2. Mencari pekerjaan yang halal. Hal ini sesuai dengan firman Allah
S.W.T.
3. Bersungguh-sungguh dan tidak putus asa.
4. Bekerja dengan jujur. Hal ini sesuai dengan Hadis Rasulullah S.A.W :
“Hendaklah kamu berpegang kepada kebenaran, karena
sesungguhnya kebenaran itu mengarah kepada kebaikan, dan
kebaikan itu membawa ke surga; dan hendaklah kalian bersifat benar

10
Mardani, Hukum Bisnis Syariah, ( Jakarta: Prenada Media Group, 2014 ), 94-95.

13
dan memilih kebenaran hingga tertulis di sisi Allah sebagai orang
yang sangat benar; dan hendaklah kalian jauhi kedustaan, karena
sesungguhnya kedustaan itu mengarah kepada kedurhakaan, dan
kedurhakaan membawa ke neraka; dan janganlah tetap berdusta dan
memilih kedustaan hingga tertulis di sisi Allah sebagai pendusta.”
(HR. Bukhari-Muslim).
5. Bersyukur kepada Allah.

Adapun menurut Prof. Dr. M. Quraish shihab, bebrapa hal lain yang
perlu dimiliki oleh seorang pebisnis, yaitu :

a. Tidak cepat puas.


b. Fleksibilitas/kelenturan.
Sifat fleksibel atau luwes diperlukan oleh pebisnis terutama dalam hal
menghadapi mitra bisnisnya.
c. Ketabahan, kesabaran, dan keuletan.
d. Kemampuan memanfaatkan waktu, dan peluang bahkan
menciptakannya.
e. Percaya diri.
Hal ini sesuai dengan pepatah Arab “an-najah asas an-najah (percaya
diri merupakan dasar kesuksesan). Percaya diri merupakan suatu
keyakinan. Hal ini sesuai dengan Hadis Nabi : “Tinggalkan apa yang
meragukan menuju apa yang tidak meragukan, karena kebenaran itu
ketenangan hati, dan kebohongan adalah keraguan.” (HR. Tirmidzi)

f. Optimisme.
g. Belajar dari pengalaman.
Pengalaman merupakan guru terbaik. Nabi Muhammad S.A.W
mengingatkan dalam hadisnya : “Seorang Muslim tidak akan tersengat
dua kali dalam lubang yang sama” (HR. Bukhari-Muslim).

Selain itu, sikap mental spiritual yang diperlukan oleh pebisnis


Muslim yaitu sebagai berikut :

14
1. Skill.
2. Takwa.
Pedagang Muslim bukan hanya mengklaim dirinya selaku Muslim,
melainkan perlu merealisasikan ketakwaannya, termasuk dalam bidang
usahanya, dengan jalan memelihara diri agar tindak-tanduk jual beli
yang dilakukannya tidak menyimpang dari peraturan Allah dan Rasul-
Nya. Faktor takwa ini menjadi jaminan keberhasilan dan keberkahan
usaha dan pekerjaan.
3. Kejujuran (Shiddiq).
Kejujuran dan selalu berdiri tegak di atas prinsip kebenaran akan
mendatangkan keberkahan bagi pedagang. Misalnya dalam menukur,
menakar, menimbang, semuanya ditegakkan dengan jujur. Apabila
berjanji, selalu ditepati dan apabila diberi amanah, selalu ditunaikan
dengan baik. Pedagang yang demikian itu diridhai Allah karena
melaksanakan perintah-Nya. Pedagang yang jujur akan bertambah
relasinya karena para pelanggan selalu menaruh kepercayaan
kepadanya. Adapun kecurangan dan keculasan, sekalipun kadang-
kadang menghasilkan keuntungan yang besar, tidak akan
mendatangkan berkah, karena para relasi dan pelanggan yang merasa
dikhianati tidak akan berhubungan lagi dengan pedagang yang curang
itu. Tindakan seperti ini akan mempersempit dan mengurangi
rezekinya sendiri.

4. Niat Suci.
Salah satu faktor yang menentukan keberkahan usaha adalah niat
melakukan usaha itu. Apabila niatnya salah arah, usahanya pun akan
membelok ke arah jalan yang salah. Sebaliknya, apabila niatnya luhur
dan suci, arah usahanya akan baik. Rasulullah S.A.W bersabda :
“Sesungguhnya pekerjaan-pekerjaan itu tergantung niat. Dan
sesungguhnya bagi setiap orang akan memperoleh sesuai dengan apa
yang dia niatkan.” (HR. Bukhari-Muslim)

15
5. Azam.
Kemauan keras untuk terus maju (azam) memegang peranan penting
dalam dunia usaha. Pengusaha-pengusaha yang berhasil adalah mereka
yang tidak pernah patah semangat dalam membina perusahaannya.
6. Tekun (istikamah).
Setiap pekerjaan membutuhkan ketekunan (istikamah) dan kesabaran.
7. Tawakal.
Keuntungan dagang, bukanlah suatu hal yang dapat dipastikan
datangnya dan kalkulasi matematik. Oleh karena itu Islam
mengajarkan tawakal.
8. Berangkat lebih pagi.
Bangun dan bergerak lebih pagi akan mendatangkan keberkahan usaha
dagang. Hal ini sesuai dengan doa Nabi Muhammad S.A.W. : “Ya
Allah berilah keberkahan bagi umatku (atas usahanya yang dilakukan
pagi hari)” (HR. Tirmidzi)
9. Dzikrullah.
10. Toleransi (samahah).
Nabi Muhammad S.A.W. bersabda : “Allah mengasihi orang-orang
yang longgar apabila menjual dan apabila membeli dan jika menagih
utang.”

11. Bersyukur.
12. Zakat dan infak.
13. Qana’ah
Qana’ah adalah merasa puas dan menerima apa adanya dari anugerah
Allah S.W.T, karena itu termasuk akhlak kepada-Nya.
Nabi Muhammad S.A.W bersabda : “Bukanlah kekayaan itu karena
banyaknya harta, tetapi kekayaan yang sebenarnya ialah kekayaan
jiwa.”
14. Memperluas Silaturahmi.

16
Selain syarat-syarat diatas, yang juga tidak kalah pentingnya adalah
menjaga amanah. Karena sikap amanah akan memberikan dampak positif
bagi diri pelaku, perusahaan, masyarakat, bahkan Negara. Sebaliknya
sifat khianat akan berdampak buruk, bagi suatu usaha.
Menurut Wiku Suryomurti, dalam berinvestasi (berbisnis), kita patut
meneladani prinsip moral yang dijalankan oleh Nabi Muhammad S.A.W.
Prinsip-prinsip moral tersebut adalah empat sifat utama Nabi,
yaitu :shiddiq, amanah, tabligh, dan fathonah.
a. Shiddiq (berkata benar).
Investasi (bisnis) dilakukan pada asset yang kondisi dan asal
muasalnya disampaikan secara benar, demikian pada proses
pengelolaannya dan pembagian hasilnya.
b. Amanah (dapat dipercaya).
Artinya, Investasi (bisnis) dikembangkan oleh orang-orang yang
mampu mengemban amanah.
c. Tabligh (menyampaikan).
Bila diartikan sebagai transparansi atau good governance. Dalam
investasi (bisnis), pihak-pihak yang berkepentingan harus saling
terbuka dan tidak menyembunyikan informasi.
d. Fathanah (pandai).
Dengan pengetahuan investasi (bisnis) yang baik dan kecerdasan
mengelola aset investasi yang tinggi, potensi resiko yang dapat
mengakibatkan kerugian akan dapat diminimalisasi.

Dalam buku Etika Bisnis Islam, seorang pebisnis Muslim


harusmempunyai sifat dan karakteristik di antaranya sebagai berikut :

1. Niat yang ikhlas


Keikhlasan adalah perkara yang amat menentukan. Dengan niat yang
ikhlas, semua bentuk pekerjaan yang berbentuk kebiasaan yang bisa
bernilai ibadah. Dengan kata lain, aktivitas usaha yang kita lakukan bukan

17
semata-mata urusan harta dan peut tapi berkaitan erat dengan urusan
akhirat.
2. Akhlaq yang mulia.
Menjaga sikap dan perilaku dalam berbisnis adalah prinsip penting bagi
seorang pebisnis Muslim. Ini karena Islam sangat menekankan perilaku
(akhlaka) yang baik dalam setiap kesempatan, termasuk dalam berbisnis.
3. Usaha yang halal.
Seorang pebisnis Muslim tentunya tidak ingin jika darah dagingnya
tumbuh dari barang haram, ia pun tak ingin memberi makan keluarganya
dari sumber yang haram karena akan sungguh berat konsekuensinya di
akhirat nanti.
4. Menunaikan hak.
Seorang pebisnis Muslim selayaknya bersegera dalam menunaikan
haknya, seperti hak karyawannya mendapat gaji, tidak menunda
pembayaran tanggugan atau hutang, dan yang terpenting adalah hak Allah
dalam soal harta seperti membayar zakat yang wajib. Juga hak-hak orang
lain dalam perjanjian yang telah disepakati.
5. Menghindari riba dan segala saranannya.
Seorang Muslim tentu meyakini bahwa riba termasuk dosa besar, yang
sangat keras ancamannya. Maka pebisnis Muslim akan berusaha keras
untuk tidak terlihat sedikit pun dalam kegiatan usaha yang mengandung
unsur riba.
6. Tidak memakan harta orang lain.
Tidak halala bagi seorang Muslim untuk mengambil harta orang lain
secara tidak sah. Allah dengan tegas telah melarang hal ini dalam kitab-
Nya.
7. Komitmen terhadap peraturan dalam bingkai syari’at.
Seorang pebisnis Muslim tidak akan membiarkan dirinya terkena sanksi
hukuman undang-undang hokum positif yang berlaku di tengah
masyarakat.
8. Tidak membayakan atau merugikan orang lain.

18
Rasulullah telah memberikan kaidah penting dalam mencegah hal-hal
yang membahayakan, dengan sabdanya “Tidak dihalkan melakukan
bahaya atau hal yang membahayakan orang lain”.
9. Loyal terhadap orang yang beriman.
Pebisnis Muslim sekaliber apapun tetaplah bagian dari umat Islam.
Sehingga sudah selayaknya ia melakukan hal-hal yang membantu
kukuhnya pilar-pilar masyarakat Islam dalam skala internasioanl, regional,
maupun local.
10. Mempelajari hokum dan adab mu’amalah Islam
Dunia bisnis yang merupakan interaksi antara berbagai tipe manusia
sangat berpotensi menjerumuskan para pelakunya ke dalam hal-hal yang
diharamkan.11
G. Upaya Mencapai Bisnis Yang Meguntungkan.
Dalam perspektif islam, bisnis yang menguntungkan harus mengandung tiga
elemen dasar, yaitu:
1. Menanam investasi yang terbaik

Setiap aktivitas manusia hendaklah diniatkan atau diorientasikan untuk


mecapai Ridha Alah SWT. Sebagaimana dalam firman-Nya : “ Dan diantara
manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan
Allah, dan Allah Maha Penyantn kepada amba-hambanya”. ( Q.S Al-baqarah:
2017 ).

2. Keputusan yang baik.

Untuk memperoleh keutunga dalam kegiatan bisnis, maka segala


keputusa harus didasarka pada pikiran yang sehat, bijaksana dan hati-hati.
Hasil dari keputusan semacam ini akan ebih nyata, anggeng dan
membahagiakan. Bisnis yang menguntungkan bukan hanya yang dapat
mendatangkan keuntungan didunia, tetapi juga keuntungan yang lebih abadi di
akhirat.

11
Mardani, Hukum Bisnis Syariah (Jakarta: PrenadaMedia Group,2014), hal. 105.

19
3. Menepati prilaku yang benar.

Prilaku yang baik yang dapt melahirkan aktivitas yang baik, termasuk
transaksi yang baik dan dapat dipandang sebagai salah satu investasi bisnis
yag benar-benar menguntungkan. Sebab, akan mendatangkan kedamaian di
dunia dan keselamatan diakhirat. Islam menekankan kepada setiap orang yang
beriman untuk menjaga amanah, menepati janji, berbuat adil, melakukan
ibadah rutin.12

H. Mekanisme Berbisnis Secara Syariah


Ada beberapa mekanisme berbisnis secara syariah, yaitu:
a. Bangun motivasi dan bulatkan tekat.
b. Perkuat tawakkal kepada Allah.
c. Saat merintis usaha jangan memaksakan diri untuk berbisnis sesuai
gambaran ideal yang anda miliki.
d. Pilih bisnis ya1ng paling dikuasai dengan cepat.
e. 1Tentukan diferensiasi produk.
f. Pilih fokus dan bekerjalah secara fokus.
g. Carilah teman atau berpatner.
h. Perbuat kesabaran, ketakwaan dan tawakkal.
i. B1erbuat baik dan tinggalkan maksiat.13

I. Beberapa Prinsip Bersaing dalam Bisnis Syariah Secara Sehat

Ada beberapa prinsip bersaing secara sehat dalam bisnis syariah, yaitu:

1. Pembisnis muslim tidak menghalalkan segala cara.


2. Pembisnis muslim berupaya menghasilkan produk yang berkualitas dan
pelayanan terbaik sesuai syariah.

12
Saim Segaf Al-djufri, Isamic Business Strategy For Entrepreneurship,( Jakarta Timur: Lini Zikrul
Media Intele11ktual, 2006 ), 36-39.
13
Mardani, Hukum Bisnis Syariah, ( Jakarta: Prenada Media Group, 2014 ), 106-107.

20
3. Pembisnis muslim harus memperhatikan hukum-hukum isam yang
berkaitan dengan akad-akad bisnis.14

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

14
Mardani, Hukum Bisnis Syariah, ( Jakarta: Prenada Media Group, 2014 ), 107.

21
Bekerja merupakan kegiatan yang di lakukan manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam bekerja seorang Muslim harus
memiliki prinsip-prinsip dan etos kerja yang tinggi serta menjadikan
pekerjaan sebagai ibadah kepada Allah S.W.T.

Pada sisi yang lain, sebagai seorang Muslim juga sudah seharusnya
dalam bekerja selalu didasari oleh etos kerja islami yang berporoskan
pada tiga tanggung jawab, yaitu kepada Allah S.W.T. , terhadap diri
sendiri dan terhadap orang lain.

Bisnis diartikan sebagai suatu kegiatan yang di lakukan oleh


manusia untuk memperoleh pendapatan dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidupnya dengan cra mengelola sumber ekonomi secara efektif
dan efisien.

Panduan Rasulullah S.A.W. dalam etika berbisnis antara lain


prinsip dalam bisnis adalah kejujuran, kesadaran dalam kegiatan bisnis,
tidak melakukan sumpah palsu, ramah tamah, tidak boleh berpura-pura
menawar dengan harga tinggi, tidak boleh menjelekkan bisnis orang lain,
ukuran dan timbangan yang benar, bisnis tidak boleh mengganggu
kegiatan ibadah, membayar upah sebelum kering keringat karyawan, tidak
monopoli, tidak boleh melakukan bisnis yang dapat merugikan dan
merusak, barang yang dijual adalah barang yang suci dan halal, bisnis
dalam islam bertujuan untuk mencapai empat hal utama yaitu : 1.) Target
hasil : profit materi dan bonefit non-materi, 2.) Pertumbuhan, 3.)
Keberlangsungan, 4.) Keberkahan.

DAFTAR PUSTAKA

Mardani. 2014. Hukum Bisnis Syariah. Jakarta: Prenadamedia Group.

22
Yusanto, Muhammad Ismail. Menggagas Bisnis islam. Jakarta: Gema Insani
Press.

Al-djufri, Salim Segaf. 2006. Islamic Business Strategy ForEtrepreneurship.


Jakarta Timur: Lini Zikrul Media Intelektual.

Mahmudah. 2014. Islam Dan Bisnis Kontempore. Jember: Stain Jember Press.

Alma, Buchari.2009. Manajeme Bisnis Syariah. Jakarta: Alfabeta

23

Anda mungkin juga menyukai