PENDAHULUAN
1
modal awal untuk menjadi pengusaha. Seperti kita harus berani memulai
yang artinya tidak perlu menunggu nanti, besok, atau lusa, berani
menanggung resiko dan berani gagal yang artinya tidak perlu takut
mengalami kerugian, setiap tindakan harus penuh dengan perhitungan,
seorang entrepreneur harus mampu menyusun rencana sekarang dan
kedepan sebagai pedoman dan alat kontrol baginya, tidak cepat puas dan
putus asa, setiap tindakan harus selalu diiringi dengan sikap optimis dan
penuh keyakinan, memiliki tanggung jawab serta memiliki etika dan moral
sebagai benteng untuk berwira-usaha agar menjadi sukses.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan
rumusan masalah sebagai berikut :
1) Apa pengertian rizki menurut Islam ?
2) Bagaimana perintah dan hukum berusaha ?
3) Apa tujuan, manfaat dan hikmah berusaha ?
4) Apa jenis-jenis usaha ?
5) Bagaimana hakikat nilai kewirausahaan ?
6) Bagaimana meniti jalan entrepreneurship ?
7) Bagaimana etika wirausahaan ?
2
D. Kegunaan Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan manfaat dan
kegunaan baik itu secara teoretis maupun secara praktis.Secara teoretis
makalah ini berguna sebagai pengembangan konsep pengetahuan
tentang pentingnya etos kerja dan entrepreneurship.
Secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi:
a. Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan konsep
keilmuwan
b. Pembaca, sebagai media informasi tentang konsep etos kerja dan
entrepreneurship.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
berusaha ini ditunjukan oleh Allah sebagaimana difirmankan di dalam
surat al-Mulik: 15.
Perintah “berjalan ke segala penjurunya” dan “bertebaranlah kamu di
muka bumi”, adalah perintah untuk berusaha dan bekerja.
Dari ayat-ayat hadist di atas jelas bagu kita bahwa jalan yang utama untuk
memperoleh rizki dari Allah adalah dengan bekerja dan berusaha.
3. Pembagian Rizki
Kerja dan usaha yang berbeda-beda akan menimbulkan
pendapatan yang berbeda-beda bagi setiap orang. Jadi, Allah
menbagikan rizki kepada umat manusia melalui hasil kerja dan usahanya
masing-masing masing-masing, dan Allah-lah yang maha pemberi rizki.
5
Adapun manfaat hikmah berusaha, diantaranya sbagai berikut :
1. Membina Ketentraman dan Kebahagiaan
Dengan usaha dapatlah dicapai keuntungan berupa upah, laba dan
sebagainya. Hal ini yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup
seperti sandang, pangan, papan. Kaum hartawan Apabila kebutuhan
hidup (minimal kebutuhan primer) terpenuhi, maka diharapkan
ketentraman dan ketenangan jiwa dapat pula dicapai.
2. Memenuhi Nafkah Keluarga
Salah satu sisi kewajiban muslim ialah memberikan nafkah kepada
keluarga, yang meliputi isteri, anak-anak dan tanggungan lainnya. Di
dalam al-Quran dikemukakan :
“berbahagialah orang yang memperoleh rizki yang cukup dan qana’
dengan cara yang ma’. (QS. Al Baqaroh [2]: 233).
3. Memenuhi Hajat Masyarakat
Dalam masyarakat terdaat “kegotong-royongan otomatis” yang
seolah-olah dipaksakan oleh keadaan. Rela atau tidak rela kalau mau
maju, harus hidup interdependen, tolong-menolong dengan sesama
manusia.
4. Sarana Ibadah
Di samping tujuan filosofis tersebut do atas, juga mempunyai tujuan
ideal, yakni kekayaan yang diperolehnya itu akan digunakan sebagai
sarana ibadah. Salah satu ibadah yang memerlukan biaya besar ialah
naik haji ke Baitullah sebagai puncak pelaksanaan rukun Islam.
Demikian juga dalam melaksanakan zakat, zakat hanya dapat
dilakukan jika ada kekayaan tertentu, yang dihasilkan melalui berbagai
usaha. Maka sungguh beruntunglah umat islam yang dengan kekayaan
yang dilompahkanAllah kepadanya, dapat menunaikan zakat setiap tahun.
5. Shadaqah
Memberikan shadaqah atau memberikan sebagian harta kepada
faqir miskin adalah kebajikan yang dituntut agama. Dalam alquran banyak
ayat-ayat yang mendorong dan menggalakan kaum hartawan agar dapat
6
mengulurkan tangan kasih sayang kepada kaum duafa dan fuqara yang
kondisi ekonominya amat lemah.
6. Menolak Kemunkaran
Di antara tujuan ideal berusaha atau berbisnis adalah dapat
menolak kemunkaran yang mungkin terjadi karena pengangguran dan
kelaparan. Dengan bekerja an berusaha berarti menghilangkan salah satu
sifat dan sikap yang buruk berupa kemalsan dan pengangguan.
D. Jenis-Jenis Usaha
Pada tahun 2002, Robert T. Kiosaki menemukan rumus Cash Flow
Quadran. Pada intinya mengelompokan jenis usaha untuk mendapatkan
kekayaan. Dari penelitian itu dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Employee atau Karyawan
Jenis usaha ini banyak sekali menggunakan karyawan baik dalam
produksinya maupun dalam distribusinya. Karena karyawan banyak
digunakan, maka karyawan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Menerima upah atau gajih, barter tenaga, waktu serta pikiran
b. Mengejar karir berkompetensi/ bersaing dengan rekan-rekan
kerjauntuk naik jabatan dan posisi yang diinginkan
c. Untuk mengejar posisi yang diinginkan perlu waktu sekitar 10-20
tahun
Selain ciri-ciri diatas maka sebagai seorang karyawan tidak selalu
baik, banyak resiko yang harus ditanggungnya. Salah satunya adalah jika
perusahaan bangkrut, maka dia akan berhenti bekerja.
2. Self Employee
Jenis usaha ini adalah usaha-usaha atau bekerja secara
profesional yang bertumpu pada kemampuan sendiri, misalnya: Akuntan,
Pengecara, Notaris, Dokter Spesialis, Artis, pengusaha yang tidak
mempunyai sistem dll. Berusaha pada sektor ini dibutuhkan waktu yang
lama untuk menjadi profesional, minimal 10-15 tahun.
7
Modal utamanya adalah belajar (pengetahuan luas) dan
pengalaman. Jika sudah pengalaman maka akan mendapatkan gajih yang
besar, namun tidak luput dari resiko. Resiko yang dihadapi sama dengan
yang terdapat pada employee atau karyawan.
3. Business
Jenis usaha ini adalah upaya membangun usaha dengan sistem,
sistem yang akan bekerja untuk dirinya. Menjadi seorang pengusaha
(businessman) tidak berada di tempat, melainkan sistem terus bekerja dan
uang terus mengalir. Namun penghasilannya tidak terbatas, tergantung
bisnisnya serta peluang bisnisnya, dapat melebihi rata-rata penghasilan
karyawan atau pegawai, serta bisa bebas secara finansial. Bisnis ini
resikonya relatif kecil, yaitu sesuai yang dikeluarkan sebagai investasi.
Namun jika sudah BEP (break event poin=balik modal), resiko finansial
menjadi minimal bahkan nol.
4. Investor
Pada jenis usaha ini uang yang bekerja untuk anda sebagai
investor, contohnya seperti deposito di bank, saham dll. Jenis usaha ini
harus memiliki uang besar terlebih dahulu, dan untuk kerugiannya hampir
sama dengan business.
Banyak orang berpendapat bahwa menjadi karyawan adalah hal
yang paling mudah, banyak yang harus diperhatikan sebagai seorang
karyawan yaitu:
a. Meyakini bahwa diterima atau tidak di perusahaan karena kehendak
Allah.
b. Tidak putus asa untuk terus belajar, menambah pengalaman dan
mencoba bila belum mendapat pekerjaan.
c. Tidak memilih-milih pekerjaan karena gengsi. Bolehnya memilih-milih
hanya dalam masalah halal, haram dan syubhat.
8
Mana yang lebih baik, karyawan atau pengusaha? Betapa banyak
buku sekarang ini yang berbicara masalah ini. Kebanyakan buku tersebut
memojok-mojokan orang-orang yang karyawan dan memuji-muji yang
berwirausaha, bahwa kayawan adalah profesi orang-orang yang tidak
sukses. Adapun yang paling tau sukses atau tidaknya orang hanyalah
Allah, dan Allah tidak pernah membedakan pekerjaan baik seorang
karyawan maupun wirausahawan. Allah berfirman:
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah
orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal, (Qs. Al-Hujurat:13)
Adapun tentang hakekat yang berkaitan dengan orang-orang yang
sukses atau menang, Allah menegaskan dalam firmannya:
Dan barang siapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia
telah mendapat kemenangan yang besar. (Qs.al-Ahzab:71)
Memahami ayat di atas, jelas sekali bahwa islam tidak membeda-
bedakan karyawan atau bukan karyawan. Kita bisa melihat bahwa
Rasulullah juga pernah menjadi karyawan sebelum menikah dengan
Khodijah. Begitu juga engan para sahabat. Orang-orang yang menilai
bahwa jenis usaha itu lebih baik dari jenis usaha lainnya, jika hanya
memikirkan dunia saja. Memang banyak pengusaha yang hartanya
banyak, tapi tidk sedikit pula yang utangnya menumpuk, pikirannya tidak
pernah tenang karena selalu khawatir memikirkan usahanya, dan mungkin
keluarganya kacau. Buat orang-orang muslim, yang paling utama adalah
yakin bahwa apa yang Allah berikan saat ini kepada kita, itulah yang
terbaik. Terbaik menurut Allah, walaupun kadang kita mengerti atau
menurut kita tidak baik.
9
E. Hakikat Nilai Kewirausahaan
Istilah kewirausahaan (entrepreneur) telah diperkenalkan dalam
perekonomiannya oleh Cantillon tahun 1755 dan dikembangkan oleh
seorang ahli ekonomi Prancis J.B. Say sekitar tahun 1800-an.
Entrepreneur diprgunakan untuk menggambarka seseorang yang
mengubah sumber-sumber ekonomi yang bernilai rendah ke yang
memiliki produktivitas yang lebih tinggidan hasil yang lebih besar (Barror,
1993:15).entrepreneur sering disamakan dengan nilai kewiraswastaan
dan kewirausahaan.
Wiraswasta jika dicari asal katanya, wira berarti utama, gagah,
luhur, teladan, atau pejuang; swa berarti sendiri; sta berarti berdiri.
Wiraswasta atau wirausaha berarti pejuang yang gagah, berani, hebat dan
pantas menjadi teladan dalam bidang usaha karena ia mampu berdiri
sendiri diatas kemampuan sendiri.
Bagi ahli ekonomi, wirausaha adalah seseorang yang
mengorganisasikan sumber-sumber, tenaga kerja, material,dan aset
sehingga dapat mengintroduksi perubahan, inoinovasi, dan tatanan baru
dengan tujuan mendapatkan nilai tambah. Dalam ahli psikologi
wirausahawan berarti orang yang didorong untuk memenuhi kebutuhan
tertentu dengan memperoleh suatu hasil, bahkan untuk lari dari
kekuasaan orang lain. Ada dua pandangan tentang wirausaha yaitu;
pertama wirausaha dipandang sebagai profesi pada dunia usaha di
bidang bisnis, kedua wirausaha dipandang sebagai sikap mental, ciri
pribadi, atau nilai-nilai yang dapat dimiliki oleh siapapun.
10
pengangguran terus bertambah. Sementara itu, pertumbuhan lapangan
kerja sempit.
Dalam berwirausaha banyak keuntungan-keuntungan dalam
berwirausaha yaitu:
1. Terbuka peluang untuk memperoleh manfaat dan keuntungan secara
maksimal.
2. Terbuka peluang untuk mendemontrasikan kemampuan serta potensi
seseorang secara penuh.
3. Terbuka peluang untuk memperoleh manfaat dan keuntungan secara
maksimal.
4. Terbuka peluang untuk membantu masyarakat dengan usaha-usaha
konkret.
5. Terbuka kesempatan untuk menjadi bos.
Adapun kelemahan-kelemahannya sebagai berikut:
1. Memperoleh pendapat yang tidak pasti, dan memikul berbagai resiko
2. Bekerja keras dan waktu/jam kerjanya panjang
3. Kualitas kehidupannya masih rendah sampai usahnya berhasil, sebab
dia harus berhemat
4. Tanggung jawabnya sangat besar, banyak keputusan yang harus dia
buat walaupun dia kurang menguasai permasalahan yang
dihadapinya
11
5. Tidak cepat puas dan putus asa
6. Setiap tindakan harus selalu diiringi dengan sikap optimis dan penuh
keyakinan karena ini merupakan motivasi untuk melangkah maju
7. Memiliki tanggung jawab
8. Memiliki etika dan moral sebagai benteng untuk berwirausaha agar
menjadi sukses
G. Etika Wirausaha
Yang dimaksud etika wirausaha disini adalah semangat, sikap,
prilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan atau
kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan
cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi
dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau
memperoleh keuntungan yang lebih besar.
Seorang wirausahawan selalu berpikir untuk mencari peluang,
memanfaatkan peluang, serta menciptakan peluang usaha yang dapat
memberikan keuntungan. Selain itu seorang wirausahawan harus memiliki
etika yang perlu diperhatikan sebagai berikut:
1. Sikap dan prilaku
2. Penampilan
3. Cara berpakaian
4. Cara berbicara
5. Dll.
Sikap dan prilaku yang dijalankan oleh pengusaha dan seluruh
karyawan sesuain dengan etika wirausaha adalah:
1. Jujur dalam bertindak dan bersikap
2. Rajin, tepat waktu, dan tidak pemalas
3. Selalu murah senyum
4. Lemah lembut dan ramah tamah
5. Sopan santun dan hormat
6. Selalu ceria dan pandai brgaul
12
7. Fleksibel dan memiliki rasa tanggung jawab
8. Serius dan suka menolong pelanggan
9. Rasa memiliki perusahaan yang tinggi
Beberapa ciri yang dikataka berhasil: a) memiliki visi dan tujuan
yang jelas, b) berinisiatif dan proaktif, c) berorientasi pada prestasi, d)
berani mengambil resiko, e) bekerja keras dan cerdas, f) bertanggung
jawab, g) komitmen pada janji, dan h) mengembangkan serta memelihara
hubungan baik dengan berbagai pihak.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai umat muslim kita harus yakin bahwa berusaha dan bekerja
itu merupakan kewajiban dalam hidup, karena dalam bekerja terdapat
tujuan yang mulia, memiliki manfaat dan hikmah yang banyak.
Seorangmuslim hendaknya sadar terhadap persoalan dunia yang
dihadapinya kini, hari esok, dan hari akhirat kelak. Untuk itu perlu
memahami kunci sukses menjalani kehidupan ini dengan berfikir cerdas,
memilih jenis-jenis usaha yang diminati dan menguntungkan.Salah
satunya dengan entrepreneurship, karena entrepreneurship memiliki nilai-
nilai luhur untuk membangun dan mengatasi persoalan hidup yang
sedang dan kita akan hadapi.
B. Saran
Diharapkan dengan dibuatnya makalah ini, pembaca dapat lebih
mengerti dan memahami tentang etos kerja dan entrepreneurship agar
dapat membangun dan mengatasi persoalan hidup yang sedang dan akan
kita hadapi.
14
DAFTAR PUSTAKA
15
“ETOS KERJA DAN ENTREPRENEURSHIP”
Disusun oleh :
16
2020
KATA PENGANTAR
Penulis
17
DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR................................................................................i
DAFTAR ISI .............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah....................................................1
B. Rumusan Masalah ............................................................1
C. Tujuan Penulisan Makalah................................................2
D. Kegunaan Makalah............................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Rizki Menurut Islam...........................................................4
B. Perintah dan Hukum Berusaha.........................................5
C. Tujuan, Manfaat dan Hikmah Berusaha............................5
D. Jenis-Jenis Usaha.............................................................7
E. Hakikat Nilai Kewirausahaan.............................................10
F. Meniti Jalan Entrepreneurship...........................................10
G. Etika Wirausaha................................................................12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................14
B. Saran.................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................15
18
ii