Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kebahagiaan merupakan tujuan hidup setiap orang. Dan orang
islam meletakkan kebahagiaannya dalam bingkai keridhaan Allah Swt.
Sebagai umat muslim harus yakin bahwa berusaha dan bekerja itu
merupakan kewajiban dalam hidupnya, karena dalam bekerja terdapat
tujuan mulia, manfaat dan hikmah yang banyak. Seorang muslim
hendaknya sadar terhadap persoalan dunia yang dihadapinya kini, hari
esok, dan hari akhirat kelak.untuk itu perlu memahami kunci sukses
menjalani kehidupan ini dengan berfikir cerdas, memilih jenis-jenis usaha
yang diminati dan menguntungkan. Entrepreneurship memiliki nilai-nilai
luhur untuk membangun dan mengatasi persoalan hidup yang sedang dan
kita akan hadapi.
Memang tidak mudah dalam berwira-usaha, adapun hal-hal yang
harus kita perhatikan dalam melakukan wirausaha yaitu dengan kita
memikirkan kelemahan dari berwira-usaha yang kita lakukan. Bisa kita
ketahui beberapa kelemahan dalam berwira-usaha, seperti perolehan
pendapatan yang tidak pasti dan akan memikul beban resiko, bekerja
keras dan waktu atau jam kerjanya panjang,kualitas kehidupannya masih
rendah sampai usahanya berhasil dikarenakan dia harus berhemat,
tanggung jawabnya sangat besar, banyak keputusan yang harus dia buat
walaupun dia kurang menguasai permasalahan yang dihadapinya. Selain
itu juga memang tidak sedikit pula dari keuntungan dalam berwira-usaha.
Diantaranya terbuka peluang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki
sendiri, terbuka peluah untuk mendemonstrasikan kemampuan serta
potensi seseorang secara penuh, terbuka peluang untuk memperoleh
manfaat dan keuntungan secara maksimal, terbuka peluang untuk
membantu masyarakat dengan usaha-usaha konkrit, dan terbuka
kesempatan untuk menjadi bos dalam wirausaha yang kita lakukan.
Setelah kita mengetahui beberapa dari kelemahan dan keuntungan
dalam berwira-usaha, tentu saja ada upaya-upaya yang diperlukan atau

1
modal awal untuk menjadi pengusaha. Seperti kita harus berani memulai
yang artinya tidak perlu menunggu nanti, besok, atau lusa, berani
menanggung resiko dan berani gagal yang artinya tidak perlu takut
mengalami kerugian, setiap tindakan harus penuh dengan perhitungan,
seorang entrepreneur harus mampu menyusun rencana sekarang dan
kedepan sebagai pedoman dan alat kontrol baginya, tidak cepat puas dan
putus asa, setiap tindakan harus selalu diiringi dengan sikap optimis dan
penuh keyakinan, memiliki tanggung jawab serta memiliki etika dan moral
sebagai benteng untuk berwira-usaha agar menjadi sukses.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan
rumusan masalah sebagai berikut :
1) Apa pengertian rizki menurut Islam ?
2) Bagaimana perintah dan hukum berusaha ?
3) Apa tujuan, manfaat dan hikmah berusaha ?
4) Apa jenis-jenis usaha ?
5) Bagaimana hakikat nilai kewirausahaan ?
6) Bagaimana meniti jalan entrepreneurship ?
7) Bagaimana etika wirausahaan ?

C. Tujuan Penulisan Makalah


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1) Mengetahui pengertian rizki menurut Islam ?
2) Mengetahui perintah dan hukum berusaha ?
3) Mengetahui tujuan, manfaat dan hikmah berusaha ?
4) Mengetahui jenis-jenis usaha ?
5) Mengetahui hakikat nilai kewirausahaan ?
6) Mengetahui meniti jalan entrepreneurship ?
7) Bagaimana etika wirausahaan ?

2
D. Kegunaan Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan manfaat dan
kegunaan baik itu secara teoretis maupun secara praktis.Secara teoretis
makalah ini berguna sebagai pengembangan konsep pengetahuan
tentang pentingnya etos kerja dan entrepreneurship.
Secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi:
a. Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan konsep
keilmuwan
b. Pembaca, sebagai media informasi tentang konsep etos kerja dan
entrepreneurship.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Rizki Menurut Islam


1. Sumber rizki
Bumi, langit dan segala yang ada di dalamnya, demikian juga apa-
apa yang trdapat di antara keduannya merupakan benda-benda yang
diciptakan Allah SWT. Hal ini ditegaskan oleh firman –Nya yang antara
lain :
“segala puji bagi Allah yang telah menjadikan dari tiada kepada ada, akan
langit dan bumi” (Q.S Aj-Fathir [39] : 1)
Kalau kita telusuri kembali maka akan nyata kepada kita bahwa sumber
rizki berasal dari Allah SWT Yang Maha Pemberi Rizki (ar-Razzaq).

2. Jalan Memperoleh Rizki


Ada banyak jalan bagi seseorang untuk memperoleh rizki. Ada
orang yang memperoleh rizki karena adanya warisan. Ada juga orang
yang memperoleh rizki dari hadiah, pemberian orang, undian, berdagang,
bertani, bekerja, berwirausaha dan lain-lain. Dari m acam-macam jlan
untuk memperoleh rizki itu, semuanya dapat dikelompokan menjadi dua
saja, yakni, pertama : pemberian pihak lain, dan kedua : berusaha dan
bekerja.
Rizki dari pemberian orang lain, dapat terjadi karena hubungan
ekeluargaan, perkawinan atau karena hubungan persahabatan.
Pemberian yang timbul karena kekeluargaan dapat berupa warisan atau
shadaqah, karena hubungan perkawinan dapat berupa nafkah, warisan
atau hibah.
Bentuk yang kedua untuk memperoleh rizki adalah dengan cara
bekerja dan berusaha untuk mengeksploitasi sumber-sumber alam
dengan cara langsung berupa barang atau jasa. Keharusan bekerja dan

4
berusaha ini ditunjukan oleh Allah sebagaimana difirmankan di dalam
surat al-Mulik: 15.
Perintah “berjalan ke segala penjurunya” dan “bertebaranlah kamu di
muka bumi”, adalah perintah untuk berusaha dan bekerja.
Dari ayat-ayat hadist di atas jelas bagu kita bahwa jalan yang utama untuk
memperoleh rizki dari Allah adalah dengan bekerja dan berusaha.

3. Pembagian Rizki
Kerja dan usaha yang berbeda-beda akan menimbulkan
pendapatan yang berbeda-beda bagi setiap orang. Jadi, Allah
menbagikan rizki kepada umat manusia melalui hasil kerja dan usahanya
masing-masing masing-masing, dan Allah-lah yang maha pemberi rizki.

B. Perintah Dan Hukum Berusaha


Sudah menjadi sunnatullah bahwa siapa yang rajin bekerja niscaya
akan memperoleh hasil dari usahanya. Sebaliknya siapa yang malas,
niscaya akan rugi dan tidak akan mendapatkan apa-apa.
Mencari dan menjemput rizki pun merupakan kewajiban bagi setiap
umat islam, Rasulullah Saw, bersabda:
“sesungguhnya Allah telah mewajibkan kalian berusaha. Maka oleh sebab
itu hendaklah kalian berusaha” (H.R. Thabarani)

C. Tujuan, Manfaat Dan Hikmah Berusaha


Janji kita kepada Allah pada waktu shalat adalah “sesungguhnya
shalatku. Ibadahku, hidupku, dan matiku hanya karena Allah”. Inilah
sesungguhnya filosofi hidup seorang muslim, setiap usaha apapun tidak
terlepas dari tujuan untuk memperoleh ridla Allah ta’ala. Demikian juga
falsafah hidup pengusaha muslim yang beriman dan bertaqwa, baik
seorang pegawai ataupun wirausahawan, mata hatinya selalu terarah
kepada tujuan filosofis yang luhur.

5
Adapun manfaat hikmah berusaha, diantaranya sbagai berikut :
1. Membina Ketentraman dan Kebahagiaan
Dengan usaha dapatlah dicapai keuntungan berupa upah, laba dan
sebagainya. Hal ini yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup
seperti sandang, pangan, papan. Kaum hartawan Apabila kebutuhan
hidup (minimal kebutuhan primer) terpenuhi, maka diharapkan
ketentraman dan ketenangan jiwa dapat pula dicapai.
2. Memenuhi Nafkah Keluarga
Salah satu sisi kewajiban muslim ialah memberikan nafkah kepada
keluarga, yang meliputi isteri, anak-anak dan tanggungan lainnya. Di
dalam al-Quran dikemukakan :
“berbahagialah orang yang memperoleh rizki yang cukup dan qana’
dengan cara yang ma’. (QS. Al Baqaroh [2]: 233).
3. Memenuhi Hajat Masyarakat
Dalam masyarakat terdaat “kegotong-royongan otomatis” yang
seolah-olah dipaksakan oleh keadaan. Rela atau tidak rela kalau mau
maju, harus hidup interdependen, tolong-menolong dengan sesama
manusia.
4. Sarana Ibadah
Di samping tujuan filosofis tersebut do atas, juga mempunyai tujuan
ideal, yakni kekayaan yang diperolehnya itu akan digunakan sebagai
sarana ibadah. Salah satu ibadah yang memerlukan biaya besar ialah
naik haji ke Baitullah sebagai puncak pelaksanaan rukun Islam.
Demikian juga dalam melaksanakan zakat, zakat hanya dapat
dilakukan jika ada kekayaan tertentu, yang dihasilkan melalui berbagai
usaha. Maka sungguh beruntunglah umat islam yang dengan kekayaan
yang dilompahkanAllah kepadanya, dapat menunaikan zakat setiap tahun.
5. Shadaqah
Memberikan shadaqah atau memberikan sebagian harta kepada
faqir miskin adalah kebajikan yang dituntut agama. Dalam alquran banyak
ayat-ayat yang mendorong dan menggalakan kaum hartawan agar dapat

6
mengulurkan tangan kasih sayang kepada kaum duafa dan fuqara yang
kondisi ekonominya amat lemah.
6. Menolak Kemunkaran
Di antara tujuan ideal berusaha atau berbisnis adalah dapat
menolak kemunkaran yang mungkin terjadi karena pengangguran dan
kelaparan. Dengan bekerja an berusaha berarti menghilangkan salah satu
sifat dan sikap yang buruk berupa kemalsan dan pengangguan.

D. Jenis-Jenis Usaha
Pada tahun 2002, Robert T. Kiosaki menemukan rumus Cash Flow
Quadran. Pada intinya mengelompokan jenis usaha untuk mendapatkan
kekayaan. Dari penelitian itu dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Employee atau Karyawan
Jenis usaha ini banyak sekali menggunakan karyawan baik dalam
produksinya maupun dalam distribusinya. Karena karyawan banyak
digunakan, maka karyawan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Menerima upah atau gajih, barter tenaga, waktu serta pikiran
b. Mengejar karir berkompetensi/ bersaing dengan rekan-rekan
kerjauntuk naik jabatan dan posisi yang diinginkan
c. Untuk mengejar posisi yang diinginkan perlu waktu sekitar 10-20
tahun
Selain ciri-ciri diatas maka sebagai seorang karyawan tidak selalu
baik, banyak resiko yang harus ditanggungnya. Salah satunya adalah jika
perusahaan bangkrut, maka dia akan berhenti bekerja.

2. Self Employee
Jenis usaha ini adalah usaha-usaha atau bekerja secara
profesional yang bertumpu pada kemampuan sendiri, misalnya: Akuntan,
Pengecara, Notaris, Dokter Spesialis, Artis, pengusaha yang tidak
mempunyai sistem dll. Berusaha pada sektor ini dibutuhkan waktu yang
lama untuk menjadi profesional, minimal 10-15 tahun.

7
Modal utamanya adalah belajar (pengetahuan luas) dan
pengalaman. Jika sudah pengalaman maka akan mendapatkan gajih yang
besar, namun tidak luput dari resiko. Resiko yang dihadapi sama dengan
yang terdapat pada employee atau karyawan.

3. Business
Jenis usaha ini adalah upaya membangun usaha dengan sistem,
sistem yang akan bekerja untuk dirinya. Menjadi seorang pengusaha
(businessman) tidak berada di tempat, melainkan sistem terus bekerja dan
uang terus mengalir. Namun penghasilannya tidak terbatas, tergantung
bisnisnya serta peluang bisnisnya, dapat melebihi rata-rata penghasilan
karyawan atau pegawai, serta bisa bebas secara finansial. Bisnis ini
resikonya relatif kecil, yaitu sesuai yang dikeluarkan sebagai investasi.
Namun jika sudah BEP (break event poin=balik modal), resiko finansial
menjadi minimal bahkan nol.

4. Investor
Pada jenis usaha ini uang yang bekerja untuk anda sebagai
investor, contohnya seperti deposito di bank, saham dll. Jenis usaha ini
harus memiliki uang besar terlebih dahulu, dan untuk kerugiannya hampir
sama dengan business.
Banyak orang berpendapat bahwa menjadi karyawan adalah hal
yang paling mudah, banyak yang harus diperhatikan sebagai seorang
karyawan yaitu:
a. Meyakini bahwa diterima atau tidak di perusahaan karena kehendak
Allah.
b. Tidak putus asa untuk terus belajar, menambah pengalaman dan
mencoba bila belum mendapat pekerjaan.
c. Tidak memilih-milih pekerjaan karena gengsi. Bolehnya memilih-milih
hanya dalam masalah halal, haram dan syubhat.

8
Mana yang lebih baik, karyawan atau pengusaha? Betapa banyak
buku sekarang ini yang berbicara masalah ini. Kebanyakan buku tersebut
memojok-mojokan orang-orang yang karyawan dan memuji-muji yang
berwirausaha, bahwa kayawan adalah profesi orang-orang yang tidak
sukses. Adapun yang paling tau sukses atau tidaknya orang hanyalah
Allah, dan Allah tidak pernah membedakan pekerjaan baik seorang
karyawan maupun wirausahawan. Allah berfirman:
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah
orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal, (Qs. Al-Hujurat:13)
Adapun tentang hakekat yang berkaitan dengan orang-orang yang
sukses atau menang, Allah menegaskan dalam firmannya:
Dan barang siapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia
telah mendapat kemenangan yang besar. (Qs.al-Ahzab:71)
Memahami ayat di atas, jelas sekali bahwa islam tidak membeda-
bedakan karyawan atau bukan karyawan. Kita bisa melihat bahwa
Rasulullah juga pernah menjadi karyawan sebelum menikah dengan
Khodijah. Begitu juga engan para sahabat. Orang-orang yang menilai
bahwa jenis usaha itu lebih baik dari jenis usaha lainnya, jika hanya
memikirkan dunia saja. Memang banyak pengusaha yang hartanya
banyak, tapi tidk sedikit pula yang utangnya menumpuk, pikirannya tidak
pernah tenang karena selalu khawatir memikirkan usahanya, dan mungkin
keluarganya kacau. Buat orang-orang muslim, yang paling utama adalah
yakin bahwa apa yang Allah berikan saat ini kepada kita, itulah yang
terbaik. Terbaik menurut Allah, walaupun kadang kita mengerti atau
menurut kita tidak baik.

9
E. Hakikat Nilai Kewirausahaan
Istilah kewirausahaan (entrepreneur) telah diperkenalkan dalam
perekonomiannya oleh Cantillon tahun 1755 dan dikembangkan oleh
seorang ahli ekonomi Prancis J.B. Say sekitar tahun 1800-an.
Entrepreneur diprgunakan untuk menggambarka seseorang yang
mengubah sumber-sumber ekonomi yang bernilai rendah ke yang
memiliki produktivitas yang lebih tinggidan hasil yang lebih besar (Barror,
1993:15).entrepreneur sering disamakan dengan nilai kewiraswastaan
dan kewirausahaan.
Wiraswasta jika dicari asal katanya, wira berarti utama, gagah,
luhur, teladan, atau pejuang; swa berarti sendiri; sta berarti berdiri.
Wiraswasta atau wirausaha berarti pejuang yang gagah, berani, hebat dan
pantas menjadi teladan dalam bidang usaha karena ia mampu berdiri
sendiri diatas kemampuan sendiri.
Bagi ahli ekonomi, wirausaha adalah seseorang yang
mengorganisasikan sumber-sumber, tenaga kerja, material,dan aset
sehingga dapat mengintroduksi perubahan, inoinovasi, dan tatanan baru
dengan tujuan mendapatkan nilai tambah. Dalam ahli psikologi
wirausahawan berarti orang yang didorong untuk memenuhi kebutuhan
tertentu dengan memperoleh suatu hasil, bahkan untuk lari dari
kekuasaan orang lain. Ada dua pandangan tentang wirausaha yaitu;
pertama wirausaha dipandang sebagai profesi pada dunia usaha di
bidang bisnis, kedua wirausaha dipandang sebagai sikap mental, ciri
pribadi, atau nilai-nilai yang dapat dimiliki oleh siapapun.

F. Meniti Jalan Entrepreneurship


Dari hasil penelitian, menunjukan bahwa orientasi mahasiswa
setelah lulus kebanyakan untuk mencari kerja, menggantungkan diri pada
pekerjaan yang sudah ada, bukan menciptakan lapangan kerja. Rupanya
cita-cita seperti seperti ini sudah berlangsung lama terutama di indonesia
dengan berbagai sebab. Jadi tidak mengherankan bahwa setiap tahunnya

10
pengangguran terus bertambah. Sementara itu, pertumbuhan lapangan
kerja sempit.
Dalam berwirausaha banyak keuntungan-keuntungan dalam
berwirausaha yaitu:
1. Terbuka peluang untuk memperoleh manfaat dan keuntungan secara
maksimal.
2. Terbuka peluang untuk mendemontrasikan kemampuan serta potensi
seseorang secara penuh.
3. Terbuka peluang untuk memperoleh manfaat dan keuntungan secara
maksimal.
4. Terbuka peluang untuk membantu masyarakat dengan usaha-usaha
konkret.
5. Terbuka kesempatan untuk menjadi bos.
Adapun kelemahan-kelemahannya sebagai berikut:
1. Memperoleh pendapat yang tidak pasti, dan memikul berbagai resiko
2. Bekerja keras dan waktu/jam kerjanya panjang
3. Kualitas kehidupannya masih rendah sampai usahnya berhasil, sebab
dia harus berhemat
4. Tanggung jawabnya sangat besar, banyak keputusan yang harus dia
buat walaupun dia kurang menguasai permasalahan yang
dihadapinya

Berikut beberapa jurus awal yang diperlukan sebagai modal awal


untuk menjadi pengusaha:
1. Berani memulai
2. Berani menanggung resiko, berani gagal, artinya tidak perlu takut
mengalami kerugian
3. Setiap tindakan yang dilakukan penuh perhitungan dan pertimbangan
yang matang
4. Seorang entrepreneur harus mampu menyusun suatu rencana
sekarang dan kedepan sebagai pedoman dan alat kontrol baginya

11
5. Tidak cepat puas dan putus asa
6. Setiap tindakan harus selalu diiringi dengan sikap optimis dan penuh
keyakinan karena ini merupakan motivasi untuk melangkah maju
7. Memiliki tanggung jawab
8. Memiliki etika dan moral sebagai benteng untuk berwirausaha agar
menjadi sukses

G. Etika Wirausaha
Yang dimaksud etika wirausaha disini adalah semangat, sikap,
prilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan atau
kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan
cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi
dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau
memperoleh keuntungan yang lebih besar.
Seorang wirausahawan selalu berpikir untuk mencari peluang,
memanfaatkan peluang, serta menciptakan peluang usaha yang dapat
memberikan keuntungan. Selain itu seorang wirausahawan harus memiliki
etika yang perlu diperhatikan sebagai berikut:
1. Sikap dan prilaku
2. Penampilan
3. Cara berpakaian
4. Cara berbicara
5. Dll.
Sikap dan prilaku yang dijalankan oleh pengusaha dan seluruh
karyawan sesuain dengan etika wirausaha adalah:
1. Jujur dalam bertindak dan bersikap
2. Rajin, tepat waktu, dan tidak pemalas
3. Selalu murah senyum
4. Lemah lembut dan ramah tamah
5. Sopan santun dan hormat
6. Selalu ceria dan pandai brgaul

12
7. Fleksibel dan memiliki rasa tanggung jawab
8. Serius dan suka menolong pelanggan
9. Rasa memiliki perusahaan yang tinggi
Beberapa ciri yang dikataka berhasil: a) memiliki visi dan tujuan
yang jelas, b) berinisiatif dan proaktif, c) berorientasi pada prestasi, d)
berani mengambil resiko, e) bekerja keras dan cerdas, f) bertanggung
jawab, g) komitmen pada janji, dan h) mengembangkan serta memelihara
hubungan baik dengan berbagai pihak.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sebagai umat muslim kita harus yakin bahwa berusaha dan bekerja
itu merupakan kewajiban dalam hidup, karena dalam bekerja terdapat
tujuan yang mulia, memiliki manfaat dan hikmah yang banyak.
Seorangmuslim hendaknya sadar terhadap persoalan dunia yang
dihadapinya kini, hari esok, dan hari akhirat kelak. Untuk itu perlu
memahami kunci sukses menjalani kehidupan ini dengan berfikir cerdas,
memilih jenis-jenis usaha yang diminati dan menguntungkan.Salah
satunya dengan entrepreneurship, karena entrepreneurship memiliki nilai-
nilai luhur untuk membangun dan mengatasi persoalan hidup yang
sedang dan kita akan hadapi.

B. Saran
Diharapkan dengan dibuatnya makalah ini, pembaca dapat lebih
mengerti dan memahami tentang etos kerja dan entrepreneurship agar
dapat membangun dan mengatasi persoalan hidup yang sedang dan akan
kita hadapi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Tim Dosen Pendidikan Agama Islam Universitas Pendidikan Indonesia.


2011. Islam Tuntunan Dan Pedoman Hidup, Bandung: Value
Press Bandung.

15
“ETOS KERJA DAN ENTREPRENEURSHIP”

Diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Dosen Pengampu : Andriansyah, S.Pd.I

Disusun oleh :

TANTI RINDA WATI A.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI (PIAUD)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
BANI SALEH

16
2020

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirrabbil’alamiin, Segala puji bagi Allah Rabb semesta


alam, sholawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada nabi kita
Muhammad SAW beserta keluarganya dan para sahabatnya, thabi’in,
thabiut dan yang mengikutinya hingga hari pembalasan.
berkat limpahan rahmat dan taufiknya kami bisa menyelesaikan
tugas penyusunan makalah ini yang berjudul “ETOS KERJA DAN
ENTREPRENEURSHIP” dan ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Pendidikan Agama Islam.
Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini masih
jauh dari kata sempurna. Dengan segala kerendahan hati, saran dan kritik
yang membangun sangat kami harapkan.
Semoga makalah ini bisa memberikan suatu manfaat bagi kami dan
para pembaca serta dapat dijadikan referensi untuk penyusunan makalah
di waktu yang akan datang.

Bekasi, Januari 2020

Penulis

17
DAFTAR ISI
i

KATA PENGANTAR................................................................................i
DAFTAR ISI .............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah....................................................1
B. Rumusan Masalah ............................................................1
C. Tujuan Penulisan Makalah................................................2
D. Kegunaan Makalah............................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Rizki Menurut Islam...........................................................4
B. Perintah dan Hukum Berusaha.........................................5
C. Tujuan, Manfaat dan Hikmah Berusaha............................5
D. Jenis-Jenis Usaha.............................................................7
E. Hakikat Nilai Kewirausahaan.............................................10
F. Meniti Jalan Entrepreneurship...........................................10
G. Etika Wirausaha................................................................12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................14
B. Saran.................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................15

18

ii

Anda mungkin juga menyukai