Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diskripsi tentang hasil kajian terhadap pandangan Islam berkaitan
dengan kewirausahaan/Entrepreneurship masih jarang ditemukan, maka topik
ini masih layak dan penting untuk dibahas. Dan landasan pemikiran yang
menjadi argumentasi bagi pentingnya judul makalah ini adalah bahwa
seseorang yang menjalankan sebuah usaha harus mendasarinya dengan iman
dan taqwa. Kemandirian hidup dan kesuksesan yang telah dicapai dan proses
pencapaiannya yang membutuhkan pencurahan banyak jerih payah bila tanpa
disertai dengan iman dan taqwa, bisa menjauhkan seseorang dari Tuhannya.
Keberhasilan sekalipun bisa terlihat secara langsung misalnya meningkatnya
kesejahteraan dari sisi ekonomi, tanpa disertai peningkatan keimanan dan
ketaqwaan, semua menjadi kurang berarti bagi hidupnya. Karena manusia
dalam hidup tetap sebagai khalifah Allah dan hambaNya yang bertugas
memakmurkan bumi dan mensejahterakannya. Karena itu kewirausahaan yang
dijiwai dengan nilai-nilai Islam dan menjadi roh atau spirit semua usaha
menuju keberhasilan tersebut, jatuh bangunnya akan tetap dicatat sebagai
bentuk penghambaan kepada Allah dan pelaksanaan tugas sebagai khalifahNya
di bumi.
Kewirausahaan pada intinya adalah mental berusaha yang pantang
menyerah, sabar dan tabah di dalam menghadapi tantangan di dalam usahanya,
hingga usahanya itu bisa mencapai keberhasilan. Kewirausahaan juga bisa
diartikan sebuah sikap jiwa atau mental yang memiliki keahlian, kemampuan,
ataupun ketrampilan dalam mengubah sesuatu menjadi lebih berdaya guna dan
mendatangkan manfaat atau keuntungan. Ayat-ayat qur’an dan hadits yang
menyatakan secara langsung tentang kewirausahaan memang hampir tidak
dijumpai. Tapi isi ayat dan hadits yang secara subtantif memaparkan
pentinganya mental atau jiwa kewirausahaan di atas banyak ditemukan. Karena

1
itu ayat-ayat dan hadits tersebut perlu digali ulang, dianalisis, dan dituangkan
kembali dalam bahasa dan kontek kekinian.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kewirausahaan dalam perspektif Islam?
2. Bagaimana landasan kewirausahaan dalam perspektif Islam?
3. Bagaimana prinsip-prinsip wirausaha dalam Islam?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian kewirausahaan dalam perspektif Islam.
2. Untuk mengetahui landasan kewirausahaan dalam perspektif Islam.
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip wirausaha dalam Islam.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kewirausahaan/Enterpreneurship dalam Perspektif Islam


Kata entrepreneur merupakan kata pinjaman dari bahasa prancis.
Dalam bahasa prancis entreprendre, kata kerja yang berarti memiliki makna
untuk melakukan. Kata tersebut merupakan gabungan dari kata entre (kata
latin) yang berarti antara, dan prendre (kata latin) yang berarti untuk mengambil
kata Entreprendre dapat diartikan sebagai orang yang berani mengambil resiko
dengan kesulitan yang berat dan memulai dengan sesuatu yang baru.1
Ricard Cantilon pada tahun 1730, kamus the Oxrord French
Dictionary mengartikan entrepreneur sebagai to undertake (menjalankan,
melakukan, berusaha) to set abouth (memulai, menentukan) to begin (melalui)
dan to attempt (mencoba, berusaha) istilah ini juga diterjemahkan dalam
bahasa inggris yaitu between taker atau go between. 2
Istilah itu di kenal oleh Richard Cantillon ahli ekonomi perancis
keturunan irlandia dalam karyanya yang berjudul : Essai Sur La Nature Du
Commerce En General yang menyatakan bahwa entrepreneur adalah seseorang
yang membayar harga tertentu untuk produk tertentu sambil membuat keputusan-
keputusan tentang upaya mencapai dan memanfaatkan sumber daya
dan menerima resiko berwirausaha. Beberapa tokoh menjelaskan pengertian
entrepreneurship yang meliputi:
Zimmerer dan Scorborough mendefinisikan wirausahawan
(Entrepreneur) adalah seseorang yang menciptakan sebuah bisnis baru dengan
mengambil resiko dan ketidak pastian demi mencapai keuntungan dan
pertumbuhan bisnis dengan cara mengidentifikasi peluang dan menggabungkan
sumber daya yang diperlukan untuk mendirikannya.3

______________
1
Barnawi & M. Arifin, School Preneurship, (Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hlm. 25.
2
Baso, Ahmad, Entrepreneur Organik: Rahasia Sukses KH Fuad Afandi Bersama
Pesantren dan Terakat Sayuriahnya(Bandung: Nuansa Citra, 2009). hlm. 92

3
Ibid..., hlm. 27.

3
Andrew J Dubrin menyatakan: Entrepreneurship is a person who
founds and operates an innovative busines) yang artinya seseorang yang
mendirikan dan menjalankan sebuah usaha yang inovatif.
Dalam bahasa Indonesia selama ini kata Entrepreneur diterjemahkan
sebagai wirausaha, pelakunya adalah wirausahawan. Menurut Abdullah
Gymnastiar yang terkenal dengan Aa Gym seorang muballig dan juga pengusaha
sukses menjelaskan bahwa Entrepreneur adalah kemampuan kita untuk meng-
create atau menciptakan manfaat dari apapun yang ada didalam diri kita dan
lingkungan kita.4
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian
Entrepreneur memiliki 3 kata kunci yaitu orang yang dapat melihat peluang,
menentukan langkah kegiatan dan berani menganggung resiko dalam
mencapai suatu kemanfaatan.
Dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan merupakan suatu kemampuan
dalam hal menciptakan kegiatan usaha. Kemampuan menciptakan memerlukan
adanya kreativitas dan inovasi yang terus-menerus untuk menemukan sesuatu yang
berbeda dari yang sudah ada sebelumnya. Kreatifitas dan inovasi tersebut pada
akhirnya mampu memberikan kontribusi bagi masyarakat banyak.

B. Landasan Konsep dan Perspektif Wirausaha Muslim


Para pemikir Islam menempatan Al-Qur’an sebagai sumber hukum,
bahwa kehidupan akhirat dibandingkan dengan kehidupan dunia jelas sangat
tegas, bahwa kehidupan dalam akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.5
Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-A’la: 17:

‫اآلخ َرة ُ َخي ٌْر َوأ َ ْبقَى‬


ِ ‫َو‬
Artinya: “Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal”. (QS. Al-
A’la: 17)

______________
4
Sudarajat, dkk, Kewirausahaan Santri Bimbingn Santri Mandiri, (Jakarta: Citra
Yudha, tt). hlm. 6.

5 Ismail Nawawi, Fiqh Muamalah Hukum Ekonomi, Bisnis dan Sosial, (Jakarta:
Dwiputra Pustaka Jaya, 2010), hal. 151.

4
Firman yang lain menyebutkan:

‫ض َوأ َ ْس َب َغ َعلَ ْي ُك ْم‬


ِ ‫األر‬
ْ ‫ت َو َما فِي‬ ِ ‫س َم َاوا‬ َّ ‫س َّخ َر لَ ُك ْم َما فِي ال‬ َّ ‫أَلَ ْم ت َ َر ْوا أ َ َّن‬
َ َ‫َّللا‬
‫َّللاِ ِبغَي ِْر ِع ْل ٍم َوال هُدًى‬
َّ ‫اس َم ْن يُ َجا ِد ُل ِفي‬ِ َّ‫اطنَةً َو ِمنَ الن‬ ِ ‫ظا ِه َرة ً َو َب‬َ ُ‫ِن َع َمه‬
‫ير‬
ٍ ‫ب ُم ِن‬ ٍ ‫َوال ِكتَا‬
Artinya: “Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan
untuk (kepentingan) mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan
menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara
manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu
pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.”
(QS. Al-Luqman: 20)
Dari ayat-ayat di atas disimpulkan sebagai berikut, yaitu:
1. Fokus perhatian untuk kehidupan akhirat tidak berarti kehidupan akhirat
menolak kehidupan dunia.
2. Mengejar kehidupan akhirat itu dapat dilakukan dengan berbuat baik
kepada orang lain dan tidak berbuat kerusakan.
3. Kehidupan dunia dengan menikmati anugerah Allah merupakan hak
manusia baik yang lahir maupun yang batin.
Sehubungan dengan ayat dan kesimpulan tersebut, bekerja dan berusaha
termasuk berwirausaha, boleh dikatakan merupakan bagian tak terpisahkan dari
kehidupan manusia di dunia menuju akhirat. Karena keberadaannya sebagai
khalifah fil ardh dimaksudkan untuk memakmurkan bumi dan membawanya
kearah yang lebih baik, firman Allah dalam Al-Qur’an surat Hud: 16.

‫اط ٌل َما‬
ِ َ‫صنَعُوا فِي َها َوب‬ َ ِ‫ار َو َحب‬
َ ‫ط َما‬ ُ َّ‫اآلخ َرةِ ِإال الن‬ َ ‫أُولَئِ َك الَّذِينَ لَي‬
ِ ‫ْس لَ ُه ْم فِي‬
َ‫َكانُوا يَ ْع َملُون‬
Artinya: “Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka
dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia
dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan”. (QS. Hud: 16).
Maksud ayat di atas adalah manusian dijadikan penghuni dunia untuk
menguasai dan memakmurkan dunia.
Dalam suatu kenyataan bahwa aktivitas berwirausaha merupakan bidang
kehidupan yang kurang berkembang secara memuaskan di kalangan masyarakat

5
pribumi atau masyarakat muslim Indonesia. Banyak faktor psikologi yang
membentuk sikap negative masyarakat terhadap profesi wirausaha.
1. Image lama yang melekat pada orang yang aktif di bidang ini, antara lain
sikap agresif, ekspansif, bersaing tidak jujur, kikir, dan sumber
penghasilan tidak stabil.
2. Sikap tidak tetarik pada kegiatan wirausaha itu juga dipicu oleh
pemahaman yang terlalu dangkal terhadap ajaran agama.
Kondisi yang memprihatinkan akibat tradisi dan pemahaman ini akhirnya
membuat seseorang kurang menyentuh kewirausahaan, dan pada gilirannya
menyebabkan negeri kita sangat tertinggal bila dibandingkan dengan Negara-
negara berkembang seperti Singapura, jepang, Hongkong, Korea bahkan
Malaysia.
Paling tidak ada dua alasan mengapa kewirausahaan perlu dikembangkan
di Indonesia, dengan penduduk yang mayoritas muslim ini:
1. Kenyataan dari sejumlah kenyataan yang ada, masih sangat sedikit yang
tertampung dalam lapangan kerja, sehingga pembukaan lapangan kerja
baru menjadi suatu keniscayaan dalam pemberdayaan masyarakat
Indonesia.
2. Nabi Muhammad saw yang merupakan suri tauladan yang baik bagi umat
Islam, adalah seorang pedagang yang ulet, jujur, amanah serta
professional. Bahkan kredibilitas dan integritas pribadinya sebagai
pedagang mendpat pengakuan, bukan hanya dari kaum muslimin, namun
juga orang Yahudi dan Nasrani.6

C. Prinsip Wirausaha Muslim


Sebagai konsekuensi pentingnya kegiatan wirausaha, Islam menekankan
pentingnya perkembangan dan penegakan budaya kewiusahaan dalam kehidupan
setiap muslim. Budaya kewirausahaan muslim itu bersifat manusia religious,

______________
6
Salim Segaf Al-Djufri, Islamic Business Srategy for Entrepreneurship: Bagaimana
Menciptakan dan Membangun Usaha yang Islami,(Jakarta: Tim Media Comminications, 2005),
hlm.9-11.

6
berbeda dengan budaya profesi lainnya yang tidak menjadikan pertimbangan
agama sebagai landasan.
Dengan demikian, seseorang wirausahawan muslim akan memiliki sifat-
sifat dasar yang mendorong untuk menjad pribadi yang kreatif dan handal dalam
menjalankan usahanya atau menjalankan aktivitas pada perusahaan tempatnya
bekerja. Sifat-sifat dasar itu di antaranya adalah sebagai betikut:
1. Selalu menyukai dan menyadari adanya ketetapan dan perubahan.
Ketetapan ditemukan antara lain pada konsep akidah. QS. Ar-Ra’ad: 11.

‫ٱللَ َال يُغ َِي ُر َما ِب َق ۡو ٍم‬


َّ ‫ٱللِ ِإ َّن‬ ُ ‫ت ِم ۢن َب ۡي ِن يَدَ ۡي ِه َو ِم ۡن خ َۡل ِف ِهۦ َي ۡح َف‬ٞ َ‫لَ ۥهُ ُم َع ِق َٰب‬
‫ظونَهۥُ ِم ۡن أ َ ۡم ِر َّ ه‬
‫س ٓو ٗءا فَ ََل َم َردَّ لَهۥُ َو َما لَ ُهم ِمن دُو ِنِۦه ِمن‬ َّ َ‫َحت َّ َٰى يُغ َِي ُرواْ َما ِبأَنفُ ِس ِه ۡ هم َو ِإذَآ أ َ َراد‬
ُ ‫ٱللُ ِبقَ ۡو ٖم‬
١١ ‫َوا ٍل‬
Artinya: “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas
perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu
kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu
kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada
pelindung bagi mereka selain Dia”. (QS. Ar-Ra’ad: 11).
2. Bersifat inovatif, yang membedakannya dengan orang lain. Al-Qur’an
menempatkan manusia sebagai khalifah dengan tugas memakmurkan
bumi, dan melakukan perubahan serta perbaikan sebagaimana firman
Allah dalam surat Hud 61.
َ‫ٱللَ َما َل ُكم ِم ۡن ِإ َٰ َل ٍه غ َۡي ُرهۥُ ُه َو أَنشَأ َ ُكم ِمن‬
َّ ْ‫ٱعبُدُوا‬ َ َٰ ‫۞و ِإ َل َٰى ث َ ُمودَ أَخَا ُه ۡم‬
ۡ ‫ص ِل ٗحا َقا َل َٰ َي َق ۡو ِم‬ َ
٦١ ‫يب‬ ٞ ‫يب ُّم ِج‬ َ َّ ۡ َ ْ ُ ُ ۡ
ٞ ‫ٱست َغ ِف ُروهُ ث َّم توب ُٓوا إِلي ِه إِن َربِي ق ِر‬ َ ُ
ۡ ‫ٱست َعۡ َم َرك ۡم فِي َها ف‬
ۡ ‫ض َو‬ ِ ‫ۡٱأل َ ۡر‬
Artinya: “Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Saleh. Saleh berkata:
"Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan
selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan
menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya,
kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat
(rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)”. (QS. Hud: 61).
3. Berupaya secara sungguh-sungguh untuk bermanfaat bagi orang lain.
Ada beberapa hadits Nabi saw yang menjeaskan tentang keharusan

7
seseorang untuk bermanfaat bagi orang lain. Berbagai hadits Rasulullah
saw dijelaskan dibawah ini yang artinya: “Manusia terbaik adalah
manusia yang bermanfaat bagi orang lain.”
4. Selalu menyukai dan menyadari adanya ketetapan dan perubahan.
Ketetapan ditemukan antara lain pada konsep akidah (Q.S. Al-Anbiya’:
125). Sementara perubahan dilaksanakan pada masalah-masalah
muamalah termasuk peningkatan kualitas kehidupan (Q.S. Ar-Ra’d: 11).
5. Karakter dan kepribadian dibentuk secara berkelanjutan, bukan hanya
untuk sesaat atau untuk dirinya sendiri, atau orang sesamanya. Tetapi
juga untuk jangka yang lebih panjang, bagi generasi-generasi
sesudahnya. Jadi dibutuhkan pelembagaan bagi sistem kerja para
karyawan. Banyak hadits dan ayat-ayat Al-Qur’an yang memberikan
bimbingan dalam hal ini diantaranya: “Bekerjalah kamu untuk dunia
seolah-olah engkau hidup selama-lamanya, dan bekerjalah kamu untuk
akhirat, seolah-olah kamu akan mati esok hari.” (HR. Bukhari).
6. Adapun obyek usaha bisnisnya haruslah yang halal, sebagaimana sabda
Rasulullah saw : “Barangsiapa yang dagingnya tumbuh dari yang
haram, maka Allah mengharamkan jasadnya daripada surga.”(At-
Thabrani)

D. Integritas Wirausahawan Muslim


Keberhasilan seorang wirausahawan muslim bersifat independent.
Artinya, keunggulan berpusat pada integritas pribadinya, bukan dari luar dirinya.
Hal ini akan menimbulkan kehandalan menghadapi tantangan, juga merupakan
garansi tidak terjebak dalam praktek-praktek negatif yang bertentangan dengan
peraturan,baik peraturan negara maaupun peraturan agama. Integritas
wirausahawan muslim tersebut dalam sifat-sifat sebagai berikut:
1. Takwa, tawakal, zikir dan bersyukur. Seorang wirausahawan muslim
memiliki keyakinan yang kukuh terhadap kebenaran agamanya sebagai
jalan keselamatan, dan bahwa dengan agamanya ia menjadi unggul.

8
2. Motivasi wirausaha muslim bersifat vertikal dan horizontal. Secara
horizontal terlihat pada dorongannya untuk mengembangkan potensi
dirinya dan keinginannya untuk selalu mencari manfaat sebesar mungkin
bagi orang lain. Sementara secara vertikal dimaksudkan untuk mengabdi
diri keada Allah swt. Motivasi disini berfungsi sebagai pendorong,
penentu arah, dan penetapan skala prioritas.
3. Niat suci dan ibadah. Islam menekankan bahwa keberadaan manusia di
dunia adalah untuk mengabdikan diri pada-Nya; (QS. Al-Dzariyat: 56).
Bagi seorang muslim, menjalankan usaha merupakan aktivitas ibadah,
sehingga ia harus memulai dengan niat yang suci. Sebab dengn itulah ia
akan memperoleh garansi keberhasilan dari Tuhan.
4. Memandang status dan profesi sebagai amanah. Seseorang wirausahawan
muslim senantiasa menyadari bahwa statusnya atau profesinya sebagai
amanah.
5. Aktualisasi diri untuk melayani. Wirausahawan muslim senantiasa
berusaha untuk mengaktualisasikan dirinya, melayaninya (antum a’lamu
bi umuuri dunyakum), melayani konsumen atau orang-orang yang
menaruh harapan kepada kerjanya. Berusaha selalu memberikan
pelayanan terbaik kepada orang atau lembaga yang berusaha membantu
memajukan usahanya.
6. Mengembangkan jiwa bebas merdeka. Bagi wirausaha muslim, perlu
memiliki jiwa bebas-merdeka. Baginya rahmat dan rezeki-Nya sangat
tidak terbatas, sehingga cara dan upaya untuk mencapainya sangat luas.
7. Adzan bangun lebih pagi. Rasulullah saw mengajarkan kepada agar kita
mlai bekerja sejak pagi hari. Karena pada saat itu malaikat pun turun
membagi rezeki sejak terbit fajar sampai terbenamya matahari.
8. Selalu berusaha meningkatkan ilmu dan keterampilan. Ilmu pengetahuan
dan keterampilan, dua pilar bagi pelaksaan suatu usaha. Oleh karenya,
memang perusahaan berdasarkan ilmu keterampilan di atas landasan
iman dan ketakwaan merupakan salah satu kunci keberhasilan seorang
wirausahawan muslim.

9
9. Semangat hijrah. Seorang wirausahawan muslim perlu memiliki
semangat hijrah. Hjrah merupakan strategi Nabi Muhammad saw, yang
pantas diteladani dan sangat cocok untuk diterapkan dalam dunia bisnis.
Sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nisa’: 100.

‫س َعةً َو َم ْن‬َ ‫يرا َو‬ ً ِ‫غ ًما َكث‬ َ ‫ض ُم َرا‬ ِ ‫األر‬ ْ ‫َّللاِ َي ِج ْد فِي‬ َّ ‫س ِبي ِل‬
َ ‫اج ْر فِي‬ ِ ‫َو َم ْن يُ َه‬
ُ‫سو ِل ِه ث ُ َّم يُد ِْر ْكهُ ْال َم ْوتُ فَقَ ْد َوقَ َع أَ ْج ُره‬ َّ ‫اج ًرا إِلَى‬
ُ ‫َّللاِ َو َر‬ ِ ‫يَ ْخ ُرجْ ِم ْن َب ْيتِ ِه ُم َه‬
ً ُ‫غف‬
‫ورا َر ِحي ًما‬ َّ َ‫َّللا َو َكان‬
َ ُ‫َّللا‬ ِ َّ ‫علَى‬ َ
Artinya: “Barang siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka
mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki
yang banyak. Barang siapa keluar dari rumahnya dengan
maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian
kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju),
maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. An-
Nisa’: 100)
10. Keberhasilan memulai. Keberhasilan seringkali bukan merupakan
bawaan lahir. Sebab, setiap orang dapat mengembangkan keberaniannya,
dan bila dilakukan secara sungguh-sungguh keberanian tersebutbkan
berkembang dan berdayaguna.
11. Memulai usaha dengan modal sendiri walaupun kecil. banyak orang yang
berpendapat, bahwa uang adalah modal utama usaha dan harus tersedia
dalam umlah yang cukup atau besar. Memang uang diperlukan untuk
modal usaha, tapi bukan merupakan satu-satunya dalam membuka usaha.
Akan tetapi ada modal lain yaitu semangat, kesungguhan, dan karakter
serta skill atau kreativitas.
12. Bersikap jujur. Kejujuran merupakan salah satu kunci dalam kesuksesan
seorang wirausahawan sebab suatu usaha tidak akan berkembangan tanpa
adanya bantuan dari orag lain. Sementara kesuksesan dan kelanggengan
hubungan denagn orang lain atau pihak lain, sangat ditentukan oleh
kejujuran kedua belah pihak.

10
13. Suka menyambung tali silaturrahmi. Seorang wirausahawan haruslah
sering melakukan silaturahmi dengan mitra bisnis dan bahkan juga
dengan konsumennya. Sebab dalam perspektif Islam, silaturahmi selalu
eningkatkan ikatan persaudaraan juga akan membuka peluang bisnis.
14. Memiliki komitmen pada pemberdayan. Dalam perspektif Islam
keberhasilan seseorang dalam usahanya bukanlah mutlak merupakan
hasil kerjanya, melainkan merupakan kerja kolektif sejumlah manusia
yang terkait dengannya.
15. Menunaikan zakat, infak, dan shadaqah (ZIS), harus menjadi budaya
wirausahawan muslim. Menurut pandangan Islam sudah jelas, harta yang
digunakan untuk membayar ZIS, tidak akan hilang, bahkan menjadi
tabungan kita yang akan dilipat gandakan oleh Allah, di dunia dan di
akhirat kelak.
16. Puasa sunnah. Hubungan antara bisnis dan keluarga ibarat dua sisi mata
uang, sehingga satu sama lainnya tidak bisa dipisahkan. Sebagai seorang
enterpreneur. Di samping menjadi pemimpin di rumah tangganya.
Dengan menjalankan puasa-puasa sunnah, bahkan membiasakannya
meupakan usaha yang sangat mulia dan akan sangat mendukung usaha.
17. Shalat sunnah. Shalat-shalat sunnah seperti, shalat sunnah wudhu,
rawatib, tahajud, witir, fajar dan shalat sunnah dhuha juga sangat penting
dilaksanakan, sehingga suasana keluarga akan terasa sejuk dan selalu
dalam suasana agamis.
18. Mengasuh anak yatim. Sebagai pengusaha, mengasuh anak yatim
merupakan kewajiban. Mengasuh dan memelihara dalam arti
memberikan kasih sayang dan nafkah.
19. Menyantuni fakir miskin. Menyantuni fakir miskin adalah pekerjaan
yang sangat mulia di sisi Allah dan merupakan tabungan kita untuk di
akhirat. Kalau kita menabung untuk di akhirat, maka dunia otomatis akan
bisa diraih. Jadi, dengan kata lan, kalau kita ingin dikayakan oleh Allah
maka kita harus mau dan berani mengkayakan orang lain, atau dengan
jalan menyantuni fakir miskin.

11
20. Mengembangkan sikap toleransi dan bersedia mengakui kesalahan.
Toleransi, tenggang rasa merupakan sikap yang penting dimiliki
wirausahawan. Dengan adanya sifat tersebut, maka seorang
wirausahawan mudah bergaul, fleksibel, pandai dalam melihat kondisi
dan situasi, teguh memegang prinsip namun tidak kaku dalam
berhubungan dengan pihak lain.7

______________
7
Ismail Nawawi Bisnis Syariah Pendekatan ekonomi dan Manajemen Doktrin, Teori
dan Praktik, (Jakarta: Dwiputra Pustaka Jaya, 2012), hlm. 168.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemilik bisnis yang merangkap sebagai manajer disebut dengan
wirausaha (enterpreneur) merupakan orang yang mampu memanfaatkan peluang
bisnis, memperhitungkan berbagai resiko dengan mengorganisir dan mengelola
bisnis serta menerima pendapatan dengan bentuk uang atau dengan bentuk
lainnya. Perhatian pebisnis (enterpreneur) terhadap konsumen dewasa ini nampak
makin besar disebabkan persaingan dalam bisnis semakin ketat dan adanya
anggapan bahwa konsumen adalah segala-segalanya atau disebut dengan raja dan
harus dilandasi dengan sebaik-baiknya.
Sebagai seorang wirausaha, kita ingin mendapat pekerjaan yang layak
dengan memanfaatkan peluang usaha, mendapat kepuasan dari pekerjaan dan
ingin mendapat tantangan serta harapan untuk masa depan. Seorang wirausaha
dapat memadukan pikiran yang kreatif dan imajinatif dengan kemampuan proses
yang logis dan sistematis, perpaduan ini merupakan kunci keberhasilan. Lebih
dari itu seorang wirausaha yang potensial selalu menjadi kesempatan dan peluang
yang unik untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan. Disamping itu, juga seorang
wirausaha tidak bisa terlepas dari investasi atau penanaman modal untuk
usahanya. Berinvestasi dengan berbasis syariah sangat menunjang dalam
kewirausahaan muslim dikarenakan, tidak dikhawatirkan akan terjadinya
kecurangan dan unsur riba di dalamnya.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya
membangun agar dalam pembuatan makalah selanjutnya bisa lebih baik lagi, atas
perhatiannya penulis ucapkan terimakasih.

13
DAFTAR PUSTAKA

Barnawi & M. Arifin, School Preneurship, Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.

Baso, Ahmad, Entrepreneur Organik: Rahasia Sukses KH Fuad Afandi Bersama


Pesantren dan Terakat Sayuriahnya, Bandung: Nuansa Citra, 2009.

Ismail Nawawi, Bisnis Syariah Pendekatan ekonomi dan Manajemen Doktrin,


Teori dan Praktik, Jakarta: Dwiputra Pustaka Jaya, 2012.

_____________, Fiqh Muamalah Hukum Ekonomi, Bisnis dan Sosial, Jakarta:


Dwiputra Pustaka Jaya, 2010.

Salim Segaf Al-Djufri, Islamic Business Srategy for Entrepreneurship:


Bagaimana Menciptakan dan Membangun Usaha yang Islami,Jakarta:
Tim Media Comminications, 2005.

Sudarajat, dkk, Kewirausahaan Santri Bimbingn Santri Mandiri, Jakarta: Citra


Yudha, tt.

Anda mungkin juga menyukai