Ditulis oleh :
Riki Vansuardi (170212187)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas segala berkah,
taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Hubungan Pendidikan
dan Ekonomi : Perspektif Teori dan Empiris serta Peran Pendidikan dalam
Pembangunan Ekonomi Sebuah Negara..
Tugas ini disusun untuk melengkapi dan memenuhi salah satu tugas mata
pelajaran Psikologi Pendidikan. Dalam penulisan tugas ini, penulis mendapatkan
bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Penulis menyadari bahwa tugas ini
masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis mohon kepada pembaca untuk
memberi kritik dan saran untuk penyempurnaan penulisan di masa yang akan datang.
Demikian tugas ini kami buat semoga bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................................2
BAB I.............................................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1. Latar Belakang....................................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................5
PEMBAHASAN............................................................................................................5
A. Teori Ekonomi....................................................................................................5
B. Peran Pendidikan dalam Pertumbuhan Ekonomi...............................................6
C. Kondisi Indonesia.............................................................................................10
BAB III........................................................................................................................12
PENUTUP...................................................................................................................12
1. Kesimpulan.......................................................................................................12
2. Saran.................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pendidikan memberikan kontribusi signifikan terhadap pembangunan ekonomi
telah menjadi kebenaran yang bersifat aksiomatik dan diakui keberadaannya. Tidak
selamanya pendidikan dianggap sebagai konsumsi atau pembiayaan karena
pendidikan merupakan investasi dalam pembangunan sumber daya manusia, yang
mana dalam jangka panjang kontribusinya dapat dirasakan.
Secara umum dapat dinyatakan bahwa faktor utama yang mendukung proses
pembangunan adalah tingkat pendidikan masyarakat. Dalam proses tersebut didasari
pertimbangan bahwa cara yang paling efisien dalam melakukan pembangunan
nasional suatu negara terletak pada peningkatan kemampuan masyarakatnya –
pendidikan termasuk di dalamnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori Ekonomi
Eksistensi teori ekonomi sangat ditentukan oleh kemampuannya dalam
menjelaskan fenomena perekonomian aktual. Analisis teoritis dan pembuktian
empiris selalu menjadi aktivitas kembar yang dilakukan secara koheren pada setiap
bidang ilmu termasuk ilmu ekonomi (Henderson dan Quant, 1980). Pertumbuhan
ekonomi umumnya merupakan proses kenaikan output per kapita dalam jangka
panjang yang terkait dengan proses, output per kapita, dan jangka panjang.
Pertumbuhan sebagai proses berarti bahwa pertumbuhan ekonomi bukan gambaran
perekonomian pada satu saat saja/kurun waktu yang sebentar. Pertumbuhan ekonomi
berkaitan dengan output per kapita, berarti harus memperhatikan dua hal, yaitu output
total atau Produk Domestik Bruto (PDB) dan jumlah penduduk, karena output per
kapita adalah output total dibagi dengan jumlah penduduk. Sedangkan pertumbuhan
terkait aspek jangka panjang mengandung arti bahwa kenaikan output per kapita
harus dilihat dalam kurun waktu yang cukup lama, misalnya 10 atau 20 tahun dan
bahkan lebih lama.
Smith (1776), dalam bukunya ang berjudul ‘An Inquiry into the Nature and
Causes of the Wealth of Nations’, mengajukan teori yang sangat terkenal, yaitu
mengenai spesialisasi dan pembagian kerja. Stok kapital (K) mempunyai dua
pengaruh terhadap tingkat output total (Q), yaitu pengaruh langsung dan pengaruh tak
langsung. K berpengaruh langsung terhadap Q karena pertambahan K yang diikuti
pertambahan tenaga kerja (L) akan meningkatkan Q. Secara matematis, ditulis
sebagai berikut: Q = f (K, L).
Pengaruh tidak langsung dari K terhadap Q adalah berupa peningkatan
produktivitas per kapita melalui dimungkinkannya spesialisasi dan pembagian kerja
(specialization and devision of labor) yang lebih tinggi. Makin besar kapital (K) yang
digunakan, makin besar kemungkinan dilakukan spesialisasi dan pembagian kerja,
dan selanjutnya akan meningkatkan produktivitas per pekerja.
Dari uraian di atas, dapat diartikan bahwa peningkatan stok kapital (K) secara
terus menerus dengan berasumsi bahwa tenaga kerja (L) selalu terpenuhi, juga akan
diikuti oleh peningkatan output total (Q) secara terus menerus sampai mencapai batas
atas sumber daya. Di sini terjadi proses pertumbuhan ekonomi berhenti, yang disebut
sebagai keadaan dalam posisi stasioner (stationary state). Pada posisi ini, semua
proses pertumbuhan berhenti; pertumbuhan kapital berhenti, pertumbuhan penduduk
berhenti, dan pertumbuhan output berhenti.
Studi tentang investasi sumber daya manusia telah dilakukan oleh Schultz
(1961:8), menyatakan bahwa investasi sumber daya manusia akan mampu
meningkatkan kualitas sumber daya itu menjadi lebih produktif dan merupakan salah
satu cara untuk keluar dari perbudakan. Meningkatnya sumber daya manusia ini akan
menjadikan manusia memiliki lebih banyak pilihan sehingga akan tercipta
peningkatan kesejahteraan. Beberapa kegiatan yang menurut Schultz dapat
memperbaiki kemampuan sumber daya manusia adalah pendidikan formal yang
paling memiliki hubungan erat dengan peningkatan kemampuan sumber daya
manusia.
Semakin jelas bahwa perluasan pilihan dimaksud berada pada tataran proses
dan tataran hasil akhir pembangunan. Perluasan pilihan dalam tataran proses
disediakan untuk manusia dalam perannya sebagai pelaku pembangunan, sedangkan
perluasan pilihan dalam tataran hasil akhir disediakan untuk manusia dalam perannya
sebagai penikmat pembangunan.
Para ekonom telah sepakat bahwa sumber daya manusia (SDM) suatu bangsa,
bukan hanya modal fisik atau sumber daya material merupakan faktor paling
menentukan karakter dan kecepatan pembangunan sosial dan ekonomi suatu bangsa
bersangkutan (Todaro dan Smith, 2009). Proses tersebut mempunyai minimal dua
syarat pokok; pertama, adanya SDM yang secara kuantitas maupun kualitas mampu
mengolah dan memanfaatkan sumber daya lain dalam proses pembangunan, dan
kedua, adanya pasar yang mendukung transaksi barang dan jasa yang dihasilkan
dalam pembangunan tersebut.Interaksi antara keluaran pendidikan dengan kebutuhan
tenaga kerja hampir dapat dipastikan bakal selalu mengalami kesenjangan. Salah satu
penyebabnya, karena pendidikan dan ketenagakerjaan merupakan dua entitas yang
memiliki ranah serta karakteristik berbeda. Perbedaan yang mencolok dan selalu
menciptakan kesenjangan adalah sifat pendidikan yang merupakan faktor demografis,
sementara ketenagakerjaan merupakan faktor ekonomis dan sebagian dari tujuan
pendidikan itu sendiri.
Faktor demografis dalam arti bahwa pendidikan yang bersifat pelayanan kepada
masyarakat secara merata dan adil di manapun, terkait di Indonesia yang terkendala
dengan luasnya negara kepulauan dan harus memberikan akses dan pemerataan yang
sama. Faktor ekonomis merujuk ketenagakerjaan yang merupakan optimasi pilihan
dalam hal ini tenaga kerja berpendidikan dan berketrampilan. Manakala terjadi
kesenjangan antara pendidikan dan kebutuhan ketenagakerjaan semakin melebar
maka hal ini akan mengancam produktivitas individu dan selanjutnya mempengaruhi
pertumbuhan secara keseluruhan.
C. Kondisi Indonesia
Menurut data BPS (2004-2013), secara makro perkembangan PDB Indonesia
tahun 2004 dari 257 (US$ Milyar) mengalami kenaikan yang sangat tinggi menjadi
1.063,1 (US$ Milyar) tahun 2013 atau sekitar empat kali lipat, dengan laju
pertumbuhan antara 4,6 sampai 6,5 persen. Sisi lain, apabila ditinjau Indek
Pembangunan Manusia (IPM) juga mengalami peningkatan cukup signifikan.
Dimulai dari indek sebesar 65,8 pada tahun 2002 meningkat menjadi 73,29 pada
tahun 2012. Artinya, seiring dengan semakin meningkatnya PDB dibarengi pula
adanya peningkatan IPM.
Belanja fungsi pendidikan pemerintah pusat dalam APBN 2013 baru mencapai
10,3% atau Rp 1.154,38 triliun (Data Pokok APBN 2007-2013, Kemenkeu),
sedangkan pada tahun 2008 diperkirakan jumlah belanja pendidikan berkisar 7,98%.
Secara ideal, dengan semakin meningkatnya pemenuhan anggaran pendidikan dapat
mengakibatkan mutu dan perluasan akses pendidikan menjadi semakin baik dan luas.
Indikasi lain yang perlu menjadi perhatian lebih untuk menjadikan pendidikan
sebagai basis perubahan dalam meningkatkan pembangunan, khususnya
pembangunan ekonomi adalah indikator pendidikan yang dilihat dari perubahan rata-
rata lama sekolah, angka buta huruf, dan angka partisipasi murni (APM) serta angka
partisipasi kasar (APK). Berdasarkan data indikator pendidikan, rata-rata lama
sekolah penduduk Indonesia yang berumur 15 tahun ke atas semakin baik. Pada tahun
2011 rata-rata selama 7,9 tahun, meningkat menjadi selama 8,2 tahun pada 2013,
yang artinya setara dengan kelas 2 SMP atau sederajat.
Senada dengan hasil penelitian Subroto (2013), bahwa rata-rata lama sekolah
penduduk Indonesia pada tahun 2004-2010 adalah selama 7,8 tahun. Dalam model
simulasinya bahwa peningkatan alokasi dana pendidikan sebesar 10 persen
berdampak terhadap variabel rata-rata lama sekolah akan meningkat sekitar 0,13
persen dan variabel kemiskinan turun sebesar -1,92 persen.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan kajian teori dan pembahasan di atas, dapat ditarik dua simpulan.
Pertama, hubungan kausalitas antara peran pendidikan dan pertumbuhan ekonomi
menjadi semakin nyata, kuat dan solid. Sebagai ilustrasi, Jepang merupakan negara
Asia pertama yang menjadi pelopor pembangunan perekonomian berbasis ilmu
pengetahuan. Menyusul, negara-negara Asia Timur lain, China, Hongkong, Korea
Selatan, Malaysia, dan Singapura. Jadi jelas pendidikan mempunyai pengaruh sangat
kuat terhadap pertumbuhan ekonomi. Kedua, menjadikan bidang pendidikan sebagai
penggerak utama dinamika perkembangan ekonomi akan semakin mendorong proses
transformasi struktural berjangka panjang, karena pendidikan membuahkan high rate
of return di masa akan datang.
2. Saran
Mengacu pada simpulan, dapat dirumuskan empat alternatif pilihan kebijakan.
Pertama, kemajuan ekonomi dalam banyak hal bertumpu pada basis dukungan ilmu
pengetahuan dan teknologi, sehingga mendorong perlunya peningkatan alokasi
anggaran secara proporsional dan efektif terhadap penyelenggaraan pendidikan dasar
dan menengah secara langsung. Menuntaskan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun
dan peningkatan pendidikan universal umum sebagai wujud perluasan pelayanan
pendidikan 12 tahun, untuk mendorong tenaga kerja muda, terampil, serta semakin
kreatif.
Kedua, memberikan dorongan melalui penambahan kegiatan-kegiatan
penelitian dan pengembangan sebagai inovasi yang berkesinambungan untuk
mendukung pembangunan yang berbasis teknologi tepat guna serta sesuai dengan
kebutuhan masyarakat luas, khususnya penyerapan tenaga kerja.
Alhumami, Amich. 2004. Tiga Isu Kritis Pendidikan, Opini Kompas, Jum’at, 2 Juli
2004.
Bane, M.J., and Ellwood, D.T., 1996. Welfare Realities: From Rhetoric to Reform.
Cambridge, MA: Harvard University Press.
Becker, Gary S., 1993. Human Capital, The University of Chicago Press, Chicago.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta